Anda di halaman 1dari 11

Sinyo, Y., dan Nurita, S. 2013.

Studi Keanekaragaman Jenis Makroalga

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS MAKROALGA DI PERAIRAN PANTAI PULAU


DOFAMUEL SIDANGOLI KECAMATAN JAILOLO SELATAN
KABUPATEN HALMAHERA BARAT

Yumima Sinyo 1) dan Nurita Somadayo 2)


1)
Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unkhair Ternate
Email : yumima_sinyo@yahoo.co.id
2)
Alumni Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unkhair
Email : somadayo_nur@yahoo.co.id

ABSTRAK

Makroalga merupakan tumbuhan tingkat rendah yang tidak dapat di bedakan antara akar,
batang dan daun, mengandung klorofil dan dapat berfotosintesis serta memiliki alat reproduksi
yang sederhana. Selain itu makroalga juga merupakan sumber daya perairan yang di manfaatkan
sebagai sumber makanan, farmasi, kosmetik dan pupuk. Secara ekonomis makroalga berfungsi
sebagai sumber makanan dan pelindung bagi beberapa hewan seperti ikan dan Crustaceae. Di Pulau
Dofamuel banyak terdapat makroalga, tetapi masyarakat setempat belum memanfaatkannya dengan
baik, sehingga upaya pelestarian dan perlindungan terhadap pertumbuhan makroalga pun masih
kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis dan keanekaragaman makroalga di
perairan pantai Pulau Dofamuel. Penelitian ini bersifat deskriptif, dan teknik pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan transek serta plot berukuran 1x1 meter sebanyak 5 tiap transek,
didukung dengan pengukuran berbagai parameter lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat 9 jenis makro alga yang tergolong dalam 3 divisi, yaitu: Halimeda incrasata, Halimeda
macroloba, Halimeda opuntia, Halimeda selendrica, Ceratodictyon spongiosum, Padinata
australis. Eucheuma sp, Laurencia sp dan Crytonemia cranulata. Keanekaragaman jenis makro
alga di stasiun I dan II yaitu: jenis Halimeda makroloba dengan nilai keanekaragaman (0,357), di
katagorikan tinggi, jenis Halimeda opuntia dengan nilai keanekaragaman (0,344), di kategorikan
rendah, dan jenis Cryptonemia cramulata dengan nilai keanekaragaman (0,030) di kategorikan
rendah.

Kata Kunci : keanekaragaman jenis, makroalga, perairan pantai pulau Dofamuel

Laut merupakan satu-satunya tempat pengatur iklim. Adanya perhatian orang


kumpulan organisme yang sangat besar di terhadap besarnya peranan lautan menyebabkan
planet bumi. Organisme-organisme ini sangat makin banyaknya dilakukan eksplorasi dan
bervariasi dan praktis mewakili semua filum. eksploitasi penelitian di laut (Nybakken, 1988).
Sebagian besar dari planet bumi ditutupi oleh Indonesia merupakan negara
lautan, dan di seluruh volume air terdapat kepulauan yang memiliki luas wilayah lautan
kehidupan. Beranekaragamnya kehidupan yang lebih besar dari luas daratan, dengan total
ada di laut, menyebabkan manusia mengalihkan panjang garis pantai 81.000 Km dengan
perhatiannya pada potensi sumberdaya laut yang 17.508 pulau. Berdasarkan hal tersebut maka
merupakan alternatif untuk memenuhi dikatakan bahwa Indonesia memiliki
kebutuhan hidupnya, karena lautan dipandang sumberdaya hayati laut yang lebih besar
sebagai gudang persediaan sumber makanan, dibandingkan negara lain. Salah satu sumber
cadangan bahan tambang, oksigen dan sebagai

120
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 1 No (2) Maret 2013

hayati laut yang memiliki banyak manfaat bagi derivat klorofil yaitu klorofil a, b atau
kehidupan manusia yaitu alga (Kordi, 2008). kedua-duanya. Selain derivat-derivat klorofil,
terdapat pula zat-zat warna lain yang justru
Menurut Odum (1996), perairan
kadang-kadang lebih menonjol dan
intertidal sampai daerah tidal umumnya
menyebabkan kelompok-kelompok ganggang
didominasi oleh alga hijau, diikuti alga coklat,
tertentu sehingga penamaan alga menurut zat
kemudian alga merah yang terdapat disepanjang
pigmen yang terkandung di dalamnya. Zat-zat
batas bawah, dan secara ekologis makroalga
warna tersebut berupa fikosianin (berwama
berfungsi sebagai sumber makanan dan
biru), fikosantin (berwarna pirang), dan
pelindung bagi berbagai hewan, antara lain ikan
fikoeritrin (berwarna merah), xantofil dan
dan siput. Selain itu, makroalga juga
karoten. Makroalga hidup dengan menancap
menghasilkan zat kapur yang sangat berguna
dirinya pada substrat berlumpur, berpasir,
bagi pertumbuhan karang di daerah tropis
karang mati, kulit kerang, batu dan kayu (Kordi,
(Nybakken, 1992). Selanjutnya Dawes dalam
2010).
Idriani dan Sumarsi (1995), menyatakan bahwa
makroalga juga berperan dalam produktivitas Menurut Winarno (1990), makroalga
primer di laut. dapat melakukan perkembangbiakan secara
seksual dan aseksual. Secara seksual, sel yang
Makroalga telah lama dimanfaatkan
pipih dan berlapis dua membentuk sel kelamin
penduduk pantai yang di gunakan sebagai
yang di sebut gamet berbulu getar dua. Setelah
bahan pangan dan obat-obatan. Sebagai bahan
gamet ini lepas ke dalam air, mereka bersatu
pangan, rumput laut umumnya di buat lalapan
berpasangan dan melalui pembelahan sel
(dimakan mentah), urap (bumbu kelapa di
bekembang menjadi tumbuhan baru yang di
parut), acar atau asinan (bumbu cuka), selain itu
kenal sebagai sporofit, tetapi umumnya melalui
masyarakat pesisir bisa menggunakanya sebagai
fase benang dulu. Sedangkan secara aseksual
obat luar seperti antiseptik dan pemeliharaan
terjadi dengan fragmentasi yang membentuk
kulit. Saat ini pemanfaatan rumput laut telah
tumbuhan tak melekat.
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Selain
di gunakan untuk pengobatan langsung, olahan Pulau Dofamuel merupakan salah satu
makroalga juga dapat dijadikan agar-agar, algin, pulau yang secara admistratif berada di
keraginan (carrageenan), dan furselaran Kecamatan Jailolo Selatan, Kabupaten
(furcellaran) yang merupakan bahan baku Halmahera Barat. Daerah ini memiliki sumber
penting dalam industri makanan, farmasi, daya alam yang cukup banyak termasuk
kosmetik dan lain-lain (Kordi, K. 2010). Nama makroalga, akan tetapi dalam hal penelitian
makroalga di gunakan untuk menyebut serta informasi tentang sumber daya makroalga
tumbuhan laut yang hidup di dasar perairan masih sangat kurang, padahal fungsi dan
(fitobentos), berukuran besar (makroalga), dan peranan makroalga sangat penting untuk
tergolong dalam thallophyta. Istilah makroalga diketahui. Sebagian besar masyarakat Pulau
sudah begitu populer, baik dalam kehidupan Dofamuel masih kurang memahami manfaat
sehari-hari maupun dalam dunia perdagangan makroalga, sehingga banyak diantara mereka
(Kordi, 2010). yang kurang memberikan perhatian terhadap
adanya makroalga di sekitar perairan Pulau
Tumbuhan makroalga merupakan
Dofamuel. Selain itu juga, masih kurangnya
tumbuhan menahun yang hidup di air, baik
pengetahuan masyarakat terhadap pemanfaatan
air tawar maupun air laut, selalu menempati
dan pengembangan makroalga, sehingga banyak
habitat yang lembab atau basah. Tubuh
makroalga yang tidak terpelihara dengan baik
makroalga menunjukkan keanekaragaman
bahkan banyak makroalga yang rusak dan
yang sangat besar, tetapi semua selnya selalu
terbawa oleh arus laut.
jelas mempunyai l inti dan plastida dan
dalam plastidanya terdapat zat-zat warna

121
Sinyo, Y., dan Nurita, S. 2013. Studi Keanekaragaman Jenis Makroalga

Di perairan pantai Pulau Dofamuel, METODE PENELITIAN


banyak terdapat makroalga, tetapi masyarakat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Pulau Dofamuel maupun masyarakat di desa April 2012 di peairan pantai Pulau Dofamuel
lain yang berdekatan, belum dapat Sidangoli Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten
memanfaatkannya dengan baik. Oleh karena itu, Halmahera Barat.
perlu adanya sosialisasi tentang sumber daya Alat dan bahan yang digunakan dalam
alam (makroalga) yang terdapat di Pulau penelitian ini, meliputi; kunci determinasi
Dofamuel. Selain itu, upaya pelestarian dan untuk mengidentifikasi makroalga, kantong dan
perlindungan terhadap pertumbuhan makroalga ember plastik untuk menampung sampel, sarung
masih kurang dilakukan, sehingga perlu tangan untuk perlindungan tangan pada saat
dikembangkan kegiatan penelitian untuk mengambil sampel, kuas kecil untuk
mendapatkan informasi ilmiah tentang sumber menbersihkan sampel, kamera digital untuk
daya alga yang ada di pantai Pulau Dofamuel. dokumentasi sampel, termometer untuk
Dengan melihat fungsi dan peranan makroalga pengukuran suhu air, bola pimpong dan
yang cukup besar, selayaknya potensi yang ada stopwatch untuk mengukur kecepatan arus air,
di daerah ini perlu dimanfaatkan. Salah satu water tester untuk mengukur pH air, salinometer
cara yang bisa menjawab tuntutan tersebut yaitu untuk mengukur salinitas air, kertas label untuk
melakukan berbagai kajian atau riset ilmiah membuat label pada ember dan kantong plastik,
guna mendapatkan informasi detail terhadap meter roll untuk mengukur luas lokasi
aspek biodiversitas makroalga (Anggadiredja, penelitian, koran, dan kain flannel, untuk
2006). meletakan sampel makroalga yang sudah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibersihkan, alkohol 70 % dan aquades, current
penulis merasa penting untuk melakukan meter, dan tali rafia. Objek kajian dalam
penelitian dengan judul ‘’Studi penelitian ini adalah seluruh jenis makroalga
Keanekaragaman Jenis Makroalga Di Perairan yang ditemukan di perairan pantai Pulau
Pantai Pulau Dofamuel Sidangoli Kecamatan Dofamuel Sidangoli Kecamatan Jailolo Selatan
Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat’’. Kabupaten Halmahera Barat.
Tujuan dalam penelitian ini yaitu: A. Teknik Pengambilan Sampel
1. Untuk mengetahui jenis makroalga apa saja 1. Pengambilan sampel makroalga dilakukan
yang terdapat di perairan pantai Pulau pada saat air surut sehingga sampel
Dofamuel Sidangoli Kecamatan Jailolo sangat mudah dikumpulkan.
Selatan Kabupaten Halmahera Barat. 2. Metode pengambilan sampel yang
2. Untuk mengetahui tingkat keanekaragaman digunakan dalam penelitin ini yaitu
jenis makroalga yang ada di perairan pantai metode jelajah atau survei sedangkan
Pulau Dofamuel Sidangoli Kecamatan Jailolo pengumpulan sampel dilakukan secara
Selatan Kabupaten Halmahera Barat. acak (Rando, 1998).
Adapun manfaat penelitian ini yaitu 3. Masing-masing spesimen makroalga yang
untuk : terdapat dipantai Pulau Dofamuel diambil
1. Memberikan informasi ilmiah mengenai dan dimasukkan ke kantong plastik,
keberadaan serta kondisi makroalga di dibersihkan, kemudian diidentifikasi
perairan pantai Pulau Dofamuel Sidangoli langsung berdasarkan ciri-ciri dan
Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten morfologinya dengan mengacu pada buku
Halmahera Barat. indentifikasi alga laut karangan Gakken
2. Sebagai bahan informasi untuk penelitian- (1975); Juwana (2007); Araski (1981);
penelitian makroalga selanjutnya. Wattimury (2004); Kader (2005).
3. Sebagai bahan masukan untuk mata kuliah 4. Untuk mengindentifikasi jenis makroalga
biologi laut dan ekologi hewan. pengamatan secara eksternal di lakukan

122
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 1 No (2) Maret 2013

terhadap beberapa bagian tubuh dari keanekaragaman jenis (H') menurut Shanon-
makroalga, dengan mengamati bentuk Wienner dalam Odum (1993).
Thallus, karakter percabangan, filamen- s
 ni   ni 
filamen cabang, bentuk stipe, blade, H '      Ln  
lamina, dan holdfast, dilanjutkan dengan   N
i 1 N

pengukuran tinggi thallus, panjang stipe,


dimana :
panjang dan lebar blade, atau lamina dengan
H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-
menggunakan mistar, selanjutnya sampel
Wiener
alga laut tersebut di buat herbarium.
ni = Jumlah individu jenis ke-n
B. Prosedur Kerja N = Total jumlah individu
Pertama-tama siapkan alat dan bahan Dari analisis di atas dapat dijelaskan bahwa :
yang akan digunakan, kemudian tentukan
Jika H’ = < 1 maka keanekaragaman jenis
lokasi penelitian. Lokasi penelitian terdiri
rendah
atas 2 stasiun yaitu stasiun I terletak di
H’ = 1-3 maka keanekaragaman jenis
bagian Utara dengan tipe pantai berlumpur,
sedang,
berpasir, dan stasiun II terletak di bagian
H’ = > 3 maka keanekaragaman jenis
Selatan dengan tipe pantai berbatu karang
tinggi.
dan berpasir. Setiap stasiun dengan panjang
garis pantai 50 meter dan lebarnya 50 meter. HASIL DAN PEMBAHASAN
Masing-masing stasiun terdiri dari 5 garis Perairan pantai Pulau Dofamuel
transek, dan masing-masing transek terdiri Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten
dari 5 plot berukuran 1x1 meter, garis antara Halmahera Barat memiliki substrat yang
transek satu dengan yang lain 10 meter. bervariasi seperti substrat berbatu karang,
Kemudian dilakukan pengukuran parameter berpasir dan pasir berlumpur. Selain itu juga
lingkungan (suhu, salinitas, pH) dengan terdapat vegetasi lamun yang cukup luas dan
menggunakan alat termometer, salinometer, hutan mangrove.
dan pH meter. Plot diletakkan secara acak
setiap garis transek sebanyak 5 kali Perairan pantai Pulau Dofamuel,
(ulangan). Pengambilan sampel dengan termasuk tipe perairan yang landai dan zona
menggunakan sarung tangan dan dimasukkan pasang surut yang selalu terjadi secara normal,
ke dalam kantong plastik yang sudah diberi karena berhadapan langsung dengan perairan
label. Sampel (makroalga) selanjutnya laut terbuka. Dengan kondisi dan tipe perairan
dibersihkan dengan menggunakan aquades yang demikian menyebabkan perairan pantai
dan kuas kecil. Sampel tersebut diidentifikasi Pulau Dofamuel dihuni oleh berbagai jenis biota
jenis dengan mengacu pada buku panduan laut. Selain terdapat populasi makroalga, di
indentifikasi makroalga, dan hasil lokasi penelitian juga terdapat berbagai fauna
indentifikasi dimasukkan ke dalam tabel perairan lainnya seperti Mollusca,
pengamatan. Selanjutnya dilakukan Echinodermata, cacing dan berbagai jenis ikan.
pengukuran parameter lingkungan (suhu, Keanekaragaman jenis organisme tersebut
sanilitas, pH dan kecepatan angin). menunjukkan bahwa di perairan pantai Pulau
Dofamuel terdapat beragam biota laut.
C. Analisis Data
Data jenis makroalga, jumlah individu
Data dalam penelitian ini diolah dengan tiap jenis pada masing-masing stasiun dianalisis
menggunakan analisis kualitatif dengan untuk menentukan nilai indeks keanekaragaman
menggambarkan tentang identifikasi dan jenis. Hasil analisis selanjutnya disajikan pada
deskriptif morfologi alga laut setiap jenis yang Tabel 1.
ditemukan, dengan menggunakan

123
Sinyo, Y., dan Nurita, S. 2013. Studi Keanekaragaman Jenis Makroalga

B. Komposisi jenis dan Identitas Makroalga Berdasarkan data pada Tabel 1,


kemudian dideskripsikan identitas dari masing-
Berdasarkan hasil identifikasi jenis
masing jenis makroalga melalui ciri-ciri dan
makroalga yang ditemukan di kedua stasiun
habitat dari masing-masing jenis makroalga,
penelitian, ditemukan sebanyak 9 jenis yang
yang ditemukan pada kedua stasiun penelitian,
diklasifikasikan ke dalam 3 divisi, yaitu
sebagai berikut:
Chlorophyta sebanyak 5 jenis, Phaeophyta
sebanyak 1 jenis, dan Rhodophyta sebanyak 3
jenis, dengan jumlah individu pada stasiun I =
288 ind. dan stasiun II jumlah individu = 316
ind. Jenis yang ditemukan secara taksonomi,
dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Klasifikasi Alga Laut

Stasiun Stasiun
No Divisi Klass Nama Jenis
I II
1 Chlorophyta Clorophyceae Halimeda incrassate 45 16
2 Halimeda macroloba 132 124
3 Halimeda opuntia 71 68
4 Halimeda selindrica 12 10
5 Ceratodictyon spongiosum 3 -
6 Phaeophyta Phaeophyceae Padinata australis 5 17
7 Rhodophyta Rhodophyceae Eucheuma sp 16 79
8 Laurencia sp 4 -
9 Eucheuma cottani - 2
3 Divisi 3 Klas 9 jenis 288 ind 316 ind

124
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 1 No (2) Maret 2013

ALGA HIJAU (Chlorophyceae) Habitat : Subtrat berbatu, karang berpasir,


1. Halimeda incrassata lumpur
3. Halimeda opuntia

Ciri-ciri:
Ciri-ciri :
Thallus tegak lurus dengan tinggi 8-13,4 Thallus tegak, bersegmen dengan
cm dan diameter segmen 0,4-0,8 cm, agak percabangan tidak teratur pada thallus.
rimbun, di alam berwarna hijau muda dan krem Mengandung pigmen a dan b. Alat pelekat
ketika sudah kering. Segmen berjumlah 28, berupa filamen yang keluar dari segman basal
kaku, agak keras, berkapur, pertumbuhannya yang mencengkram substrat, blade bekapur,
melebar seperti kipas tampak rata pada satu sangat kaku, bentuknya bertekuk tiga,
bidang, segmen pangkal tampak seperti silinder susunannya tumpang tindih, tidak teratur dan
dan tebal, sangat kaku, kelihatan menyatu tidak terletak pada suatu percabangan tidak
dengan lebar 6,4 cm berwarna hijau kecoklatan. beraturan sehingga thallus terletak tidak pada
Pada thallus mengandung pigmen klorofil a dan satu bidang.
karotenoid. Habitat : Substrat berpasir dan karang
4. Halimeda selindrica
Habitat : Substrat berpasir, pasir bercampur
lumpur, di daerah intertidal
2. Halimeda macroloba

Ciri-ciri :

Thallus tegak berwarna hijau


Ciri-ciri : mengandung pigmen a dan b umumnya terdiri
Thallus tegak, berwarna hijau tua, dari segmen-segmen kecil berbentuk silindris
Tinggi thallus mencapai 11,6-25,3 cm, holdfast dan keras karena penuh dengan zat kapur.
rhizoid dan saling tumpang tindih dan Bentuk percabangan dichotomous hingga
terstruktur, bagian basal muncul filamen- tetrachotomus.
filamen yang membentuk beberapa helaian yang Habitat : Substrat berpasir, patahan karang, lumpur
konsentrasi hingga pada bagian apeks bercampur pasir.
membentuk 2-4 sangat kaku, berkapur dengan
bentuk ganda. Thallus berwarna hijau pada saat
masih segar dan warna kuning kehijauan pada
saat kering, pada thallus mengandung pigmen a
dan b.

125
Sinyo, Y., dan Nurita, S. 2013. Studi Keanekaragaman Jenis Makroalga

5. Ceratodictyon spongiosum ALGA MERAH (Rhodophyceae)


1. Eucheuma sp.

Ciri-ciri : Ciri – ciri :


Thallus tegak, berwarna hijau tua. Bagian thalusnya licin, warna
berbentuk cakramdengan tinggi sekitar pada makroalga ada yang tidak merah, tetapi hanya
thallus seperti spons pada thallus terdapat bulu- coklat kehijau-hijauan, kotor atau abu-abu.
bulu thallus yang bentuknya rapat (villosus), Makroalga ini biasanya ditemukan di bawah air
berbulu sedemikian rapat sehingga jika diraba surut, rata-rata pada saat pasang surut bulan
seperti beludru. Mengandung pigmen a dan sabit. Euchema sp. mempunyai thallus yang
karotenoid, thallus dan holdfast melekat pada silindris, berdaging dan kuat dengan bintil-
subtratnya bintil.
Habitat : Substrat berbatu, dan karang berpasir. Habitat : Di tempat-tempat yang masih
ALGA COKLAT (Phaeophyceae) tergenang air pada saat air surut terendah.
1. Padina australis 2. Laurencia sp.

Ciri-ciri : Ciri-ciri:
Bentuk thallus seperti kipas membentuk Melekat dengan holdfast discoid kecil
segmen-segmen lebaran tipis, tinggi thallus dengan panjang 0,2 cm. Bentuk percabangan
10,2-10,4 cm. Berwarna coklat kekuningan secara tidak beraturan, pada bagian permukaan
karena mengandung pigmen fikosantin. thallus terdapat ramuli yang menonjol secara
Memiliki garis konsentris ganda pada acak dengan bagian ujung tajam, jumlah cabang
permukaan bawah berjumlah 2. Perkapuran 8-14, cabang baru akan muncul dari stipe yang
terjadi di bagian permukaan daun, memiliki terletak dengan holdfast. Tinggi thallus dari
holdfast rhizoid seperti cakram yang biasa holdfast sampai ke percabangan pertama 3,1-3,8
digunakan untuk menempel pada substratnya, cm, warna thallus coklat, karena mengandung
dengan panjang 1,1-2,1 cm. pigmen fikosantin, tidak memilki bentuk blade
Habitat : Substrat berpasir dan karang mati. yang jelas karena mengalami modifikasi bentuk
sehingga berbentuk tonjolan-tonjolan di
permukaan thallusnya.
Habitat : Hidup pada patahan karang dan
karang papan.

126
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 1 No (2) Maret 2013

3. Eucheuma cottani Tabel 2. Nilai indeks keanekaragaman jenis


makroalga pada stasiun I dan II,di
perairan pantai Pulau Dofamuel
Stasiun I Stasiun II
No Jenis ∑ ∑
H' H'
Ind. Ind.
1 Halimeda 45 0,289 16 0,149
incrassate
Ciri-ciri:
2 Halimeda 132 0,357 124 0,366
Thallus berbentuk silindris, padat. macroloba
Melekat dengan holdfast discoid kecil dengan
panjang 0,2 cm. Bentuk percabangan secara 3 Halimeda 71 0,344 68 0,330
opuntia
tidak beraturan, pada bagian permukaan thallus
terdapat ramuli yang menonjol secara acak 4 Halimeda 12 0,130 10 0,106
dengan bagian ujung tajam, Eucheuma selindrica
memerlukan lingkungan yang tidak lunak dan
5 Ceratodictyon 3 0,046 - -
tidak terlalu keras, serta memerlukan gerakan spongiosum
air sedang dan salinitas 29-34 ppt.
Habitat : Hidup pada patahan karang dan pasir. 6 Padinata 5 0,069 17 0,155
australis
.C. Keanekaragaman Jenis Makroalga
7 Eucheuma sp. 16 79 0,346
Dari hasil penelitian di temukan tingkat 0,159
keanekaragaman jenis pada stasiun I diperoleh
nilai keanekaragaman jenis tertinggi dimiliki 8 Laurencia sp. 4 0,056 - -
oleh spesies Halimeda macroloba dengan H' =
9 Cryptonemia - - 2 0,030
0,357, hal ini disebabkan karena spesies ini cranulata
memiliki jumlah individu tertinggi dari 9 jenis
makroalga lainnya yang ditemukan pada lokasi 288 1,45 316 1,482
penelitian dan jenis ini ditemukan tersebar Total
merata pada stasiun I. Kemudian nilai C. Pembahasan
keanekaragaman jenis terendah dimiliki oleh
spesies Ceratodictyon spongiosum dengan H' = Berdasarkan Tabel 1 diatas, maka
0,046. Hal ini disebabkan karena spesies identifikasi makroalga pada stasiun I dan II
Ceratodictyon spongiosum memiliki jumlah menunjukkan bahwa pada masing-masing
individu terendah dari 9 jenis makroalga yang stasiun ditemukan sebanyak 3 Divisi dan 9 jenis
ditemukan pada stasiun I. Sedangkan pada makroalga. Nama dan jumlah jenis yang
stasiun II nilai keanekaragaman tertinggi pada ditemukan pada kedua stasiun tersebut sama,
spesies Halimeda macroloba dengan H' = 0,366 tetapi jumlah individunya berbeda. Jumlah total
dan terendah pada spesies Eucheuma cottani individu pada stasiun I adalah 288 individu dan
dengan H' = 0,030. Sedangkan total nilai jumlah total individu pada stasiun II adalah 316
keanekaragaman pada stasiun I adalah 1,45 dan individu.
stasiun II 1,482. Jumlah jenis dan jumlah Berdasarkan uraian di atas dapat
individu dari masing-masing jenis makroalga dikatakan bahwa setiap jenis makroalga
serta nilai H’ disajikan pada Tabel 2. memiliki kecenderungan untuk hidup pada
substrat yang berbeda, sehingga berbeda pula
jenis alganya. Perbedaan faktor lingkungan
menjadi sangat penting dan berpengaruh
terhadap ciri morfologi yang dimilikinya,

127
Sinyo, Y., dan Nurita, S. 2013. Studi Keanekaragaman Jenis Makroalga

misalnya warna pada thallus digunakan untuk disampaikan oleh Nontji (2007), makroalga
menentukan jenis makroalga ke dalam suatu terdapat pada zona intertidal sampai cahaya
klas tertentu, sebab setiap mahluk hidup matahari dapat tembus di perairan yang jernih,
mempunyai kemampuan beradaptasi dengan beberapa jenis makroalga dapat hidup sampai
lingkungannya. Hal ini sejalan dengan kedalaman 150 m.
pendapat Anonim (2008), perubahan warna Selain beberapa faktor di atas, faktor
sering terjadi hanya karena faktor lingkungan. penting yang dapat mendukung pertumbuhan
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa makroalga seperti suhu dan salinitas. Suhu yang
indeks keanekaragaman jenis pada stasiun I diukur pada lokasi penelitian berkisar antara 29-
adalah 1,45 dengan jumlah individu pada 30 0C. Ini merupakan suhu optimum untuk
stasiun I yaitu 288 sedangkan indeks pertumbuhan jenis makroalga. Hal yang sama
keanekaragaman jenis pada stasiun II adalah juga disampaikan oleh Sediadi dan Budiharjo
1,482 dengan jumlah individu yaitu 316. Nilai (2000), umumnya makroalga membutuhkan
ini menunjukkan bahwa keanekaragaman suhu perairan antara 27-30 0C, sedangkan
makroalga di perairan pantai Pulau Dofamuel salinitas yang terukur 29-31‰. Ini merupakan
dikategorikan sedang. Sebagaimana salinitas optimum untuk pertumbuhan
dikemukakan oleh Shannon Wienner (1996) makroalga sebagaimana dijelaskan oleh Lobban
dalam Romimohtarto (2001), suatu komunitas dan Harison (1992), salinitas yang optimal bagi
memiliki tingkat keanekaragaman sedang bila pertumbuhan makroalga berada pada kisaran
nilai keanekaragaman adalah 1-3. Nilai 24-38‰.
keanekaragaman dikatakan rendah apabila Makroalga selain bermanfaat untuk
spesies yang ditemukan hanya terdapat beberapa manusia, juga sangat dibutuhkan sebagai
jenis yang melimpah. sumber makanan, berlindung dan tempat
Keanekaragaman jenis makroalga di bertelur bagi beberapa jenis ikan. Peranannya
perairan pantai Pulau Dofamuel dikategorikan dalam ekosistem, makroalga dapat berperan
sedang, karena jenis makroalga yang ada dapat sebagai penahan gelombang air laut di daerah
dipengaruhi oleh gelombang air, dan arus air pesisir pantai. Nilai keanekaragaman ditentukan
maupun faktor alam lainya, sehingga dapat oleh dua faktor penting yaitu jumlah famili dan
mempengaruhi tingkat keanekaragaman jenis jumlah individu dari masing-masing jenis
makroalga. Seperti yang dikemukakan oleh sehingga jumlah individu sangat menentukan
Dum (1993), keanekaragaman akan lebih tinggi nilai keanekaragaman. Apabila individu yang
di dalam komunitas yang lama dan ada pada suatu habitat menyebar secara merata,
keanekaragaman akan menjadi rendah pada maka nilai keanekaragaman jenis pada habitat
komunitas yang baru terbentuk. tersebut cenderung akan tinggi pula.
Jenis alga hijau misalnya merupakan Berdasarkan hasil pengukuran parameter
jenis makroalga yang sangat membutuhkan lingkungan, menunjukkan bahwa suhu, salinitas
cahaya matahari untuk berfotosintesis, sehingga dan pH Serta kecepatan arus pada permukaan
keberadaan makroalga ini lebih banyak air laut pada kedua stasiun penelitian dilakukan
ditemukan pada daerah intertidal dan cenderung secara bersamaan pada saat pengambilan sampel
lebih dangkal, jika dibandingkan dengan jenis jenis makroalga, dimana pada stasiun I suhu
lainnya. Sebagaimana pendapat Odum (1996) perairan 27-29 0C, salinitas 27 (‰) pH 8,3, dan
dalam Kader (2005), distribusi alga (sea weed) kecepatan arus 30,5 menit. Sedangkan pada
dapat dibagi berdasarkan kedalaman, yaitu pada Stasiun II, kisaran suhu 30-31 0C, salinitas
perairan dangkal didominasi oleh alga hijau, 27o/oo, pH 8,3, dan kecepatan arus 30,5 menit.
kemudian diikuti oleh alga coklat dan yang
sering ditemukan pada kedalaman maksimum
adalah alga merah. Pendapat yang sama juga

128
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 1 No (2) Maret 2013

Tabel 3. Pengukuran Parameter proses fotosintesis, respirasi, pertumbuhan dan


Lingkungan reproduksi (Ismail, 1995).
No Parameter Stasiun 1 Stasiun 2 Kesimpulan
lingkungan
1 Suhu 27-290C 30- 310C
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dipaparkan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
2 Salinitas 27‰ 27‰
1. Jenis makroalga yang ditemukan pada perairan
3 pH 8,3 8,3 pantai Pulau Dofamuel Kecamatan Jailolo
4 Kecepatan 2,9-32 1,51-1,59 Selatan Kabupaten Halmahera Barat, terdapat
arus m/detik m/detik 9 jenis makroalga, di antaranya yaitu :
Halimeda macroloba, Halimeda opuntia,
Dari hasil pengukuran keempat Halimeda incrassate, Halimeda selendrica,
parameter lingkungan (Suhu, Salinitas, pH dan Laurencia sp., Eucheuma sp., Padinata
kecepatan arus) menunjukkan bahwa parameter austrtalis, Eucheuma cotonil, dan
lingkungan masih berada pada kisaran yang Ceratodictyon spongiosum.
dapat memberikan toleransi hidup bagi jenis
makroalga. Suhu permukaan air laut secara 2. Tingkat keanekaragaman jenis makroalga
umum termasuk dalam kisaran suhu yang cocok pada stasiun I dan II di pantai pulau
dengan kondisi hidrologis makroalga. Suhu air Dofamuel yaitu Halimeda macroloba
dan pH merupakan faktor yang berpengaruh dengan nilai keanekaragaman (0,357) di
terhadap kelangsungan hidup makroalga. Suhu katagorikan tinggi, Halimeda opuntia
perairan yang cocok untuk kehidupan dengan nilai keanekaragaman (0,344) di
makroalga yaitu antara 27–30 0C, sehingga suhu katagorikan sedang dan Cryptonemia
air pada perairan pantai Pulau Dofamuel masih cramulata dengan nilai keanekaragaman
dalam kisaran yang dapat memberikan toleransi (0,030) di katagorikan rendah.
terhadap tumbuhan laut untuk bertahan hidup. Saran
Salinitas terukur di perairan pantai Pulau 1. Perlu adanya kerjasama masyarakat serta
Dofamuel pada dua stasiun penelitian masing- instansi terkait untuk melestarikan
masing menunjukkan angka 27‰. Menurut makroalga diperairan pantai Pulau
Nontji (2002), kisaran salinitas optimum untuk Dofamuel, agar kelestariannya dapat di
kehidupan organisme laut yaitu 27–34 ‰. Hasil pertahankan, dengan cara meminimalisir
pengukuran salinitas diperoleh berada di kisaran segala bentuk usaha yang dapat merusak
28-32‰. Ini menunjukkan bahwa salinitas di zona intertidal sebagai habitat dari
perairan pantai Pulau Dofamuel masih termasuk makroalga.
kisaran optimum untuk kelangsungan kehidupan 2. Hendaknya masyarakat sekitar dapat
makroalga. Kecepatan arus air dapat memanfaatkan zona intertidal sebagai
menghantar zat-zat makanan serta nutrien yang wadah pemeliharaan dan pelestarian
sangat diperlukan oleh makroalga, dalam makroalga sehingga dapat memberikan
melangsungkan hidupnya (Aslan, 1999). sumber perekonomian (pendapatan), tanpa
Hasil pengukuran derajat keasaman (pH) harus merusak atau mengganggu kelestarian
pada stasiun I dan II, menunjukkan bahwa nilai jenisnya.
pH air pada stasiun I dan stasiun II memiliki DAFTAR PUSTAKA
kisaran yang sama yaitu masing-masing stasiun
pH berkisar 8,3. Suhu merupakan salah satu Anonim, 2004. Morfologi Rumput Laut,//
faktor lingkungan yang memainkan peranan Blogspot. Com/2004/06 jenis Rumput
penting dalam pembentukan dan kelangsungan laut. (Diakses tanggal 11 Januari
hidup komunitas tumbuhan, termasuk 2011).
makroalga, suhu juga berpengaruh terhadap

129
Sinyo, Y., dan Nurita, S. 2013. Studi Keanekaragaman Jenis Makroalga

Anonim, 2008. Rumput laut. http://Blogspot. Lobban dan Herison. 1992. Faktor–Faktor
com/2008/03/Rumput laut. (Diakses Lingkungan. UNSRAT. Manado.
tanggal 26 November 2011). Lunning, K. 1990. Seaweed Their
Aggadiredja. 2000. Rumput Laut Edisi ke- 1. Environment, Biogeography and
Penerbit Swadaya. Jakarta. Ecophysiology. John Willey and
_______ .2006. Rumput Laut Edisi ke-2. Sons, Inc. 527 hal.
Penerbit Swadaya. Jakarta. Mubarak. 1990. Pengolahan Benih Rumput
Arainis, 2004. Faktor-Faktor Lingkungan. Bina Laut. Jakarta.
Angkasa. Jakarta. Odum, E.P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi.
Araksi, S. 1981. How To Know The Sea Weeds (Terj) Samingan dan B. Srigadi.
Of Japan and It's Vicinity. Fully Gadjah Mada University Press.
Illustrated Indonesia Colour. Yogyakarta.
Hokoryukan. ----------. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Gadjah
Dawes, A. 1981. Marine Botani. Academic Mada University Press, Yogyakarta.
Press. New York. Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut. Gramedia.
_____ .2005. Struktur Komunitas Rumput Jakarta
Laut. Gadjah Mada University Press. -------------. 1992. Biologi Laut (Suatu
Yogyakarta Pendekatan Ekologi). Gramedia.
Danson. 1995. Rumput Laut Komunitas Jakarta
Unggulan. Grasindo. Jakarta. Nonji, A. 2002. Laut Nusantara. Djambatan.
Gakken. 1975. Illustrated Nature the Seaweed Jakarta
of Japan. Gakken Ltd Japan. ______ . 2007. Rumput laut hijau dan
Indriani. 1987. Pengaruh Tumbuh Benih manfaatnya. Grasindo. Jakarta.
Rumput Laut. UNSRAT, Manado. Winarno, F. G. 1990. Teknologi Pengelolaan
Indriani, H., dan E. Sunarsih. 1995. Budidaya, Rumput Laut. Pustaka Sinar
Pengelolaan dan Pemasaran Rumput Harapan. Jakarta.
Laut. Swadaya. Jakarta. Wattymuri, D. 2004. Studi Morfologi Makro
______ . 2003. Budi Daya Pengelolaan dan Alga di Pulau Siladen dan Mantehage.
Pemasaran Rumput Laut. Swadaya. (Tesis) Program Pascasarjana.
Jakarta UNSRAT-Manado
Juwana. 2007. Teknologi Benih Rumput Laut Rando. 1998. Metodologi Analisis. UNSRAT,
dan Bobot Benih. Jakarta. Manado.
Kordi, K. 2008. Budidaya Perairan Edisi ke- 1. Romimohtarto. 2001. Biologi Laut, cet tiga,
Bandung. Djambatan. Jakarta.
_______ . 2010. Budidaya Perairan Edisi ke-2. Sediadi, Budiharjo. 2000. Pemeliharaan
Bandung. Rumput Laut. Kapita Selekta,
Kader, I. 2005. Struktur Komunitas Makro Departemen.
Alga Di Perairan Guraici,
Kabupaten Halmahera Selatan.
(Tesis). Program Pascasarjana
UNSRAT Manado.

130

Anda mungkin juga menyukai