Ipi338521 PDF
Ipi338521 PDF
ABSTRAK
Makroalga merupakan tumbuhan tingkat rendah yang tidak dapat di bedakan antara akar,
batang dan daun, mengandung klorofil dan dapat berfotosintesis serta memiliki alat reproduksi
yang sederhana. Selain itu makroalga juga merupakan sumber daya perairan yang di manfaatkan
sebagai sumber makanan, farmasi, kosmetik dan pupuk. Secara ekonomis makroalga berfungsi
sebagai sumber makanan dan pelindung bagi beberapa hewan seperti ikan dan Crustaceae. Di Pulau
Dofamuel banyak terdapat makroalga, tetapi masyarakat setempat belum memanfaatkannya dengan
baik, sehingga upaya pelestarian dan perlindungan terhadap pertumbuhan makroalga pun masih
kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis dan keanekaragaman makroalga di
perairan pantai Pulau Dofamuel. Penelitian ini bersifat deskriptif, dan teknik pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan transek serta plot berukuran 1x1 meter sebanyak 5 tiap transek,
didukung dengan pengukuran berbagai parameter lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat 9 jenis makro alga yang tergolong dalam 3 divisi, yaitu: Halimeda incrasata, Halimeda
macroloba, Halimeda opuntia, Halimeda selendrica, Ceratodictyon spongiosum, Padinata
australis. Eucheuma sp, Laurencia sp dan Crytonemia cranulata. Keanekaragaman jenis makro
alga di stasiun I dan II yaitu: jenis Halimeda makroloba dengan nilai keanekaragaman (0,357), di
katagorikan tinggi, jenis Halimeda opuntia dengan nilai keanekaragaman (0,344), di kategorikan
rendah, dan jenis Cryptonemia cramulata dengan nilai keanekaragaman (0,030) di kategorikan
rendah.
120
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 1 No (2) Maret 2013
hayati laut yang memiliki banyak manfaat bagi derivat klorofil yaitu klorofil a, b atau
kehidupan manusia yaitu alga (Kordi, 2008). kedua-duanya. Selain derivat-derivat klorofil,
terdapat pula zat-zat warna lain yang justru
Menurut Odum (1996), perairan
kadang-kadang lebih menonjol dan
intertidal sampai daerah tidal umumnya
menyebabkan kelompok-kelompok ganggang
didominasi oleh alga hijau, diikuti alga coklat,
tertentu sehingga penamaan alga menurut zat
kemudian alga merah yang terdapat disepanjang
pigmen yang terkandung di dalamnya. Zat-zat
batas bawah, dan secara ekologis makroalga
warna tersebut berupa fikosianin (berwama
berfungsi sebagai sumber makanan dan
biru), fikosantin (berwarna pirang), dan
pelindung bagi berbagai hewan, antara lain ikan
fikoeritrin (berwarna merah), xantofil dan
dan siput. Selain itu, makroalga juga
karoten. Makroalga hidup dengan menancap
menghasilkan zat kapur yang sangat berguna
dirinya pada substrat berlumpur, berpasir,
bagi pertumbuhan karang di daerah tropis
karang mati, kulit kerang, batu dan kayu (Kordi,
(Nybakken, 1992). Selanjutnya Dawes dalam
2010).
Idriani dan Sumarsi (1995), menyatakan bahwa
makroalga juga berperan dalam produktivitas Menurut Winarno (1990), makroalga
primer di laut. dapat melakukan perkembangbiakan secara
seksual dan aseksual. Secara seksual, sel yang
Makroalga telah lama dimanfaatkan
pipih dan berlapis dua membentuk sel kelamin
penduduk pantai yang di gunakan sebagai
yang di sebut gamet berbulu getar dua. Setelah
bahan pangan dan obat-obatan. Sebagai bahan
gamet ini lepas ke dalam air, mereka bersatu
pangan, rumput laut umumnya di buat lalapan
berpasangan dan melalui pembelahan sel
(dimakan mentah), urap (bumbu kelapa di
bekembang menjadi tumbuhan baru yang di
parut), acar atau asinan (bumbu cuka), selain itu
kenal sebagai sporofit, tetapi umumnya melalui
masyarakat pesisir bisa menggunakanya sebagai
fase benang dulu. Sedangkan secara aseksual
obat luar seperti antiseptik dan pemeliharaan
terjadi dengan fragmentasi yang membentuk
kulit. Saat ini pemanfaatan rumput laut telah
tumbuhan tak melekat.
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Selain
di gunakan untuk pengobatan langsung, olahan Pulau Dofamuel merupakan salah satu
makroalga juga dapat dijadikan agar-agar, algin, pulau yang secara admistratif berada di
keraginan (carrageenan), dan furselaran Kecamatan Jailolo Selatan, Kabupaten
(furcellaran) yang merupakan bahan baku Halmahera Barat. Daerah ini memiliki sumber
penting dalam industri makanan, farmasi, daya alam yang cukup banyak termasuk
kosmetik dan lain-lain (Kordi, K. 2010). Nama makroalga, akan tetapi dalam hal penelitian
makroalga di gunakan untuk menyebut serta informasi tentang sumber daya makroalga
tumbuhan laut yang hidup di dasar perairan masih sangat kurang, padahal fungsi dan
(fitobentos), berukuran besar (makroalga), dan peranan makroalga sangat penting untuk
tergolong dalam thallophyta. Istilah makroalga diketahui. Sebagian besar masyarakat Pulau
sudah begitu populer, baik dalam kehidupan Dofamuel masih kurang memahami manfaat
sehari-hari maupun dalam dunia perdagangan makroalga, sehingga banyak diantara mereka
(Kordi, 2010). yang kurang memberikan perhatian terhadap
adanya makroalga di sekitar perairan Pulau
Tumbuhan makroalga merupakan
Dofamuel. Selain itu juga, masih kurangnya
tumbuhan menahun yang hidup di air, baik
pengetahuan masyarakat terhadap pemanfaatan
air tawar maupun air laut, selalu menempati
dan pengembangan makroalga, sehingga banyak
habitat yang lembab atau basah. Tubuh
makroalga yang tidak terpelihara dengan baik
makroalga menunjukkan keanekaragaman
bahkan banyak makroalga yang rusak dan
yang sangat besar, tetapi semua selnya selalu
terbawa oleh arus laut.
jelas mempunyai l inti dan plastida dan
dalam plastidanya terdapat zat-zat warna
121
Sinyo, Y., dan Nurita, S. 2013. Studi Keanekaragaman Jenis Makroalga
122
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 1 No (2) Maret 2013
terhadap beberapa bagian tubuh dari keanekaragaman jenis (H') menurut Shanon-
makroalga, dengan mengamati bentuk Wienner dalam Odum (1993).
Thallus, karakter percabangan, filamen- s
ni ni
filamen cabang, bentuk stipe, blade, H ' Ln
lamina, dan holdfast, dilanjutkan dengan N
i 1 N
123
Sinyo, Y., dan Nurita, S. 2013. Studi Keanekaragaman Jenis Makroalga
Stasiun Stasiun
No Divisi Klass Nama Jenis
I II
1 Chlorophyta Clorophyceae Halimeda incrassate 45 16
2 Halimeda macroloba 132 124
3 Halimeda opuntia 71 68
4 Halimeda selindrica 12 10
5 Ceratodictyon spongiosum 3 -
6 Phaeophyta Phaeophyceae Padinata australis 5 17
7 Rhodophyta Rhodophyceae Eucheuma sp 16 79
8 Laurencia sp 4 -
9 Eucheuma cottani - 2
3 Divisi 3 Klas 9 jenis 288 ind 316 ind
124
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 1 No (2) Maret 2013
Ciri-ciri:
Ciri-ciri :
Thallus tegak lurus dengan tinggi 8-13,4 Thallus tegak, bersegmen dengan
cm dan diameter segmen 0,4-0,8 cm, agak percabangan tidak teratur pada thallus.
rimbun, di alam berwarna hijau muda dan krem Mengandung pigmen a dan b. Alat pelekat
ketika sudah kering. Segmen berjumlah 28, berupa filamen yang keluar dari segman basal
kaku, agak keras, berkapur, pertumbuhannya yang mencengkram substrat, blade bekapur,
melebar seperti kipas tampak rata pada satu sangat kaku, bentuknya bertekuk tiga,
bidang, segmen pangkal tampak seperti silinder susunannya tumpang tindih, tidak teratur dan
dan tebal, sangat kaku, kelihatan menyatu tidak terletak pada suatu percabangan tidak
dengan lebar 6,4 cm berwarna hijau kecoklatan. beraturan sehingga thallus terletak tidak pada
Pada thallus mengandung pigmen klorofil a dan satu bidang.
karotenoid. Habitat : Substrat berpasir dan karang
4. Halimeda selindrica
Habitat : Substrat berpasir, pasir bercampur
lumpur, di daerah intertidal
2. Halimeda macroloba
Ciri-ciri :
125
Sinyo, Y., dan Nurita, S. 2013. Studi Keanekaragaman Jenis Makroalga
Ciri-ciri : Ciri-ciri:
Bentuk thallus seperti kipas membentuk Melekat dengan holdfast discoid kecil
segmen-segmen lebaran tipis, tinggi thallus dengan panjang 0,2 cm. Bentuk percabangan
10,2-10,4 cm. Berwarna coklat kekuningan secara tidak beraturan, pada bagian permukaan
karena mengandung pigmen fikosantin. thallus terdapat ramuli yang menonjol secara
Memiliki garis konsentris ganda pada acak dengan bagian ujung tajam, jumlah cabang
permukaan bawah berjumlah 2. Perkapuran 8-14, cabang baru akan muncul dari stipe yang
terjadi di bagian permukaan daun, memiliki terletak dengan holdfast. Tinggi thallus dari
holdfast rhizoid seperti cakram yang biasa holdfast sampai ke percabangan pertama 3,1-3,8
digunakan untuk menempel pada substratnya, cm, warna thallus coklat, karena mengandung
dengan panjang 1,1-2,1 cm. pigmen fikosantin, tidak memilki bentuk blade
Habitat : Substrat berpasir dan karang mati. yang jelas karena mengalami modifikasi bentuk
sehingga berbentuk tonjolan-tonjolan di
permukaan thallusnya.
Habitat : Hidup pada patahan karang dan
karang papan.
126
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 1 No (2) Maret 2013
127
Sinyo, Y., dan Nurita, S. 2013. Studi Keanekaragaman Jenis Makroalga
misalnya warna pada thallus digunakan untuk disampaikan oleh Nontji (2007), makroalga
menentukan jenis makroalga ke dalam suatu terdapat pada zona intertidal sampai cahaya
klas tertentu, sebab setiap mahluk hidup matahari dapat tembus di perairan yang jernih,
mempunyai kemampuan beradaptasi dengan beberapa jenis makroalga dapat hidup sampai
lingkungannya. Hal ini sejalan dengan kedalaman 150 m.
pendapat Anonim (2008), perubahan warna Selain beberapa faktor di atas, faktor
sering terjadi hanya karena faktor lingkungan. penting yang dapat mendukung pertumbuhan
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa makroalga seperti suhu dan salinitas. Suhu yang
indeks keanekaragaman jenis pada stasiun I diukur pada lokasi penelitian berkisar antara 29-
adalah 1,45 dengan jumlah individu pada 30 0C. Ini merupakan suhu optimum untuk
stasiun I yaitu 288 sedangkan indeks pertumbuhan jenis makroalga. Hal yang sama
keanekaragaman jenis pada stasiun II adalah juga disampaikan oleh Sediadi dan Budiharjo
1,482 dengan jumlah individu yaitu 316. Nilai (2000), umumnya makroalga membutuhkan
ini menunjukkan bahwa keanekaragaman suhu perairan antara 27-30 0C, sedangkan
makroalga di perairan pantai Pulau Dofamuel salinitas yang terukur 29-31‰. Ini merupakan
dikategorikan sedang. Sebagaimana salinitas optimum untuk pertumbuhan
dikemukakan oleh Shannon Wienner (1996) makroalga sebagaimana dijelaskan oleh Lobban
dalam Romimohtarto (2001), suatu komunitas dan Harison (1992), salinitas yang optimal bagi
memiliki tingkat keanekaragaman sedang bila pertumbuhan makroalga berada pada kisaran
nilai keanekaragaman adalah 1-3. Nilai 24-38‰.
keanekaragaman dikatakan rendah apabila Makroalga selain bermanfaat untuk
spesies yang ditemukan hanya terdapat beberapa manusia, juga sangat dibutuhkan sebagai
jenis yang melimpah. sumber makanan, berlindung dan tempat
Keanekaragaman jenis makroalga di bertelur bagi beberapa jenis ikan. Peranannya
perairan pantai Pulau Dofamuel dikategorikan dalam ekosistem, makroalga dapat berperan
sedang, karena jenis makroalga yang ada dapat sebagai penahan gelombang air laut di daerah
dipengaruhi oleh gelombang air, dan arus air pesisir pantai. Nilai keanekaragaman ditentukan
maupun faktor alam lainya, sehingga dapat oleh dua faktor penting yaitu jumlah famili dan
mempengaruhi tingkat keanekaragaman jenis jumlah individu dari masing-masing jenis
makroalga. Seperti yang dikemukakan oleh sehingga jumlah individu sangat menentukan
Dum (1993), keanekaragaman akan lebih tinggi nilai keanekaragaman. Apabila individu yang
di dalam komunitas yang lama dan ada pada suatu habitat menyebar secara merata,
keanekaragaman akan menjadi rendah pada maka nilai keanekaragaman jenis pada habitat
komunitas yang baru terbentuk. tersebut cenderung akan tinggi pula.
Jenis alga hijau misalnya merupakan Berdasarkan hasil pengukuran parameter
jenis makroalga yang sangat membutuhkan lingkungan, menunjukkan bahwa suhu, salinitas
cahaya matahari untuk berfotosintesis, sehingga dan pH Serta kecepatan arus pada permukaan
keberadaan makroalga ini lebih banyak air laut pada kedua stasiun penelitian dilakukan
ditemukan pada daerah intertidal dan cenderung secara bersamaan pada saat pengambilan sampel
lebih dangkal, jika dibandingkan dengan jenis jenis makroalga, dimana pada stasiun I suhu
lainnya. Sebagaimana pendapat Odum (1996) perairan 27-29 0C, salinitas 27 (‰) pH 8,3, dan
dalam Kader (2005), distribusi alga (sea weed) kecepatan arus 30,5 menit. Sedangkan pada
dapat dibagi berdasarkan kedalaman, yaitu pada Stasiun II, kisaran suhu 30-31 0C, salinitas
perairan dangkal didominasi oleh alga hijau, 27o/oo, pH 8,3, dan kecepatan arus 30,5 menit.
kemudian diikuti oleh alga coklat dan yang
sering ditemukan pada kedalaman maksimum
adalah alga merah. Pendapat yang sama juga
128
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 1 No (2) Maret 2013
129
Sinyo, Y., dan Nurita, S. 2013. Studi Keanekaragaman Jenis Makroalga
Anonim, 2008. Rumput laut. http://Blogspot. Lobban dan Herison. 1992. Faktor–Faktor
com/2008/03/Rumput laut. (Diakses Lingkungan. UNSRAT. Manado.
tanggal 26 November 2011). Lunning, K. 1990. Seaweed Their
Aggadiredja. 2000. Rumput Laut Edisi ke- 1. Environment, Biogeography and
Penerbit Swadaya. Jakarta. Ecophysiology. John Willey and
_______ .2006. Rumput Laut Edisi ke-2. Sons, Inc. 527 hal.
Penerbit Swadaya. Jakarta. Mubarak. 1990. Pengolahan Benih Rumput
Arainis, 2004. Faktor-Faktor Lingkungan. Bina Laut. Jakarta.
Angkasa. Jakarta. Odum, E.P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi.
Araksi, S. 1981. How To Know The Sea Weeds (Terj) Samingan dan B. Srigadi.
Of Japan and It's Vicinity. Fully Gadjah Mada University Press.
Illustrated Indonesia Colour. Yogyakarta.
Hokoryukan. ----------. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Gadjah
Dawes, A. 1981. Marine Botani. Academic Mada University Press, Yogyakarta.
Press. New York. Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut. Gramedia.
_____ .2005. Struktur Komunitas Rumput Jakarta
Laut. Gadjah Mada University Press. -------------. 1992. Biologi Laut (Suatu
Yogyakarta Pendekatan Ekologi). Gramedia.
Danson. 1995. Rumput Laut Komunitas Jakarta
Unggulan. Grasindo. Jakarta. Nonji, A. 2002. Laut Nusantara. Djambatan.
Gakken. 1975. Illustrated Nature the Seaweed Jakarta
of Japan. Gakken Ltd Japan. ______ . 2007. Rumput laut hijau dan
Indriani. 1987. Pengaruh Tumbuh Benih manfaatnya. Grasindo. Jakarta.
Rumput Laut. UNSRAT, Manado. Winarno, F. G. 1990. Teknologi Pengelolaan
Indriani, H., dan E. Sunarsih. 1995. Budidaya, Rumput Laut. Pustaka Sinar
Pengelolaan dan Pemasaran Rumput Harapan. Jakarta.
Laut. Swadaya. Jakarta. Wattymuri, D. 2004. Studi Morfologi Makro
______ . 2003. Budi Daya Pengelolaan dan Alga di Pulau Siladen dan Mantehage.
Pemasaran Rumput Laut. Swadaya. (Tesis) Program Pascasarjana.
Jakarta UNSRAT-Manado
Juwana. 2007. Teknologi Benih Rumput Laut Rando. 1998. Metodologi Analisis. UNSRAT,
dan Bobot Benih. Jakarta. Manado.
Kordi, K. 2008. Budidaya Perairan Edisi ke- 1. Romimohtarto. 2001. Biologi Laut, cet tiga,
Bandung. Djambatan. Jakarta.
_______ . 2010. Budidaya Perairan Edisi ke-2. Sediadi, Budiharjo. 2000. Pemeliharaan
Bandung. Rumput Laut. Kapita Selekta,
Kader, I. 2005. Struktur Komunitas Makro Departemen.
Alga Di Perairan Guraici,
Kabupaten Halmahera Selatan.
(Tesis). Program Pascasarjana
UNSRAT Manado.
130