Penelitian Rury - Luka Perineum PDF
Penelitian Rury - Luka Perineum PDF
PENELITIAN DOSEN
OLEH :
NBM. 1092422
2014
i
PERBEDAAN LAMA PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM IBU NIFAS
PENELITIAN DOSEN
OLEH :
NBM. 1092422
2014
ii
iii
PERNYATAAN
NBM : 1092422
Jabatan : Dosen
Judul :
“Perbedaan Lama Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas Dengan dan Tanpa
Dengan ini saya menyatakan bahwa Penelitian ini benar-benar hasil karya
sendiri. Sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya yang ditulis atau
diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata
Yang menyatakan,
NBM. 1092422
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya
diantaranya:
Muhammadiyah Madiun.
2. Kepala RSUD Kota Madiun dan BPM Maranatha Kab. Madiun yang telah
3. Responden yang telah bersedia untuk diteliti dan atas kerjasamanya sehingga
4. Semua pihak yang telah membantu dengan tulus hati sehingga penelitian ini
umumnya.
Penulis
v
ABSTRAK
Perbedaan Lama Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas Dengan dan Tanpa
Lidokain 1% di RSUD Kota Madiun dan BPM Maranatha Kabupaten Madiun
Oleh:
Rury Narulita Sari, SST., M.Kes
Perlukaan jalan lahir dapat terjadi karena memang disengaja seperti pada
tindakan episiotomi. Pada laserasi perineum ini diperlukan penjahitan yang baik.
Dipelayanan kesehatan terdapat penjahitan luka perineum yang menggunakan
lidokain 1% dan ada pula yang penjahitannya tanpa menggunakan lidokain 1%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan lama penyembuhan luka
perineum ibu nifas dengan dan tanpa lidokain 1% di RSUD Kota Madiun dan
BPM Maranatha Kab. Madiun.
Penelitian ini termasuk penelitian analitik observasional. Dengan
rancangan penelitian cross sectional. Besarnya sampel dalam penelitian adalah 53
ibu nifas yang terdiri dari 27 ibu nifas dengan penjahitan luka perineum
menggunakan lidokain 1% di RSUD Kota Madiun dan 26 ibu nifas dengan
penjahitan luka perineum tanpa lidokain 1% di BPM Maranatha Kab. Madiun.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik “simple random
sampling”. Analisa bivariat yang digunakan adalah dengan uji t-test independent.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rerata lama penyembuhan luka
perineum ibu nifas dengan lidokain 1% di RSUD Kota Madiun adalah 8,04 hari
dan rerata lama penyembuhan luka perineum ibu nifas tanpa lidokain 1% di BPM
Maranatha Kab. Madiun adalah 5,65 hari. Dari uji statistik Independent sampel t-
test didapatkan signifikansi 0,00 dengan α = 0,05 (5%). Jadi pada signifikansi
0,00 < α 0,05 didapatkan keputusan statistik Ho ditolak.
Disimpulakn bahwa terbukti ada perbedaan yang bermakna antara lama
penyembuhan luka perineum ibu nifas dengan dan tanpa lidokain 1%. Dengan
dilakukan penelitian, diharapkan tenaga kesehatan lebih mempertahankan dan
meningkatkan pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan standar yang
ada. Selain itu seminar kesehatan dianggap perlu agar dapat memperoleh
informasi kesehatan yang terbaru guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................. ii
vii
2.2 Luka Perineum ............................................................................. 7
viii
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Tabulasi Silang Lama enyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Karakteristik Umur Ibu Nifas di RSUD Kota Madiun dan
2014 .............................................................................................. 62
Gambar 4.2 Karakteristik Pendidikan Ibu Nifas di RSUD Kota Madiun dan
2014 .............................................................................................. 63
Gambar 4.3 Karakteristik Pekerjaan Ibu Nifas di RSUD Kota Madiun dan
2014 .............................................................................................. 64
Gambar 4.4 Karakteristik Paritas Ibu Nifas di RSUD Kota Madiun dan
2014 ............................................................................................. 64
xi
Gambar 4.5 Pelaksanaan Penjahitan Luka Perineum Ibu Bersalin di RSUD
Gambar 4.6 Lama Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas dengan dan
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
DAFTAR SINGKATAN
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
mengalami sebuah proses menjadi seorang ibu. Dimana pasti melewati suatu
konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2008: 157). Pada kehamilan dan persalinan
dapat terjadi perlukaan pada alat-alat genital walaupun yang paling sering terjadi
ialah perlukaan ketika persalinan. Perlukaan alat genital pada kehamilan dapat
terjadi baik pada uterus, serviks, maupun vagina; sedangkan pada persalinan
disamping pada ketiga tempat di atas perlukaan dapat juga terjadi pada vulva dan
perineum. Derajat luka dapat ringan hanya berupa luka lecet saja sampai yang
berat berupa terjadinya robekan yang luas disertai perdarahan yang hebat
2000) pada tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu menurun sebesar tiga-
102/100.000 KH. Penyebab langsung kematian ibu sebesar 90% terjadi pada saat
1
2
kematian ibu adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), dan infeksi (11%).
kematian ibu adalah perdarahan (39%), eklampsia (20%), infeksi (7%) dan lain-
Perlukaan jalan lahir dapat pula terjadi oleh karena memang disengaja
perineum yang luas dan dalam disertai pinggir yang tidak rata, dimana
penyembuhan luka akan lambat atau terganggu. Luka insisi yang lurus (rata) lebih
mudah diperbaiki dan lebih cepat sembuh dibanding luka laserasi yang
robekannya tidak teratur serta tidak terkendali. Seperti halnya insisi pada bagian
tubuh lainnya, luka jahitan robekan (episiotomi) mungkin tidak mau merapat.
Faktor predisposisi keadaan ini mencakup daya kesembuhan yang buruk seperti
defisiensi gizi dan adanya infeksi. Tingkatan robekan juga dapat mempengaruhi
penyembuhan. Hampir dari 90% pada proses persalinan banyak yang mengalami
robekan perineum, baik dengan atau tanpa episiotomi (Oxorn, 2010: 458). Oleh
karena itu adanya laserasi perineum ini diperlukan adanya penjahitan dengan baik,
jika tidak dijahit dengan baik maka akan menyebabkan lapangnya perineum dan
pada ruptura perineum komplet dapat terjadi inkontinensia alvi. Secara estetispun
kemaluan menjadi kurang baik (Mochtar, 1998: 112). Tujuan menjahit laserasi
dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan hemostatis). Ingat
bahwa setiap kali jarum masuk jaringan tubuh, jaringan akan terluka dan menjadi
tempat potensial untuk timbulnya infeksi. Oleh sebab itu pada saat menjahit
3
laserasi atau episiotomi gunakan benang yang cukup panjang dan gunakan sedikit
pada tanggal 11 Mei 2014, melalui wawancara dengan bidan. Pada bulan Januari-
lidokain 1%. Berdasarkan pernyataan bidan, pada 22 ibu nifas yang dilakukan
perineum sembuh pada hari ke 5-6 post partum. Sedangkan di RSUD Kota
kepala ruang di ruang nifas. Menyebutkan bahwa pada 37 ibu nifas yang
jahitan perineum sembuh pada hari ke 6-7 post partum. Dampak dari penggunaan
kegelisahan dan tremor yang mungkin berubah menjadi kejang klonik, mungkin
pula terjadi perlambatan penyembuhan luka, oedema atau efek nekrosis (Jordan,
2003: 89). Sedangkan disisi lain penjahitan itu dipandang sangat menyakitkan dan
Dalam setiap tindakan medis, pasti ada keuntungan dan efek samping yang
Oleh karena itu peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang “Perbedaan Lama
4
Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas dengan dan tanpa Lidokain 1% di RSUD
luka perineum pada masa nifas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah
“Apakan ada perbedaan lama penyembuhan luka perineum ibu nifas dengan dan
tanpa lidokain 1% di RSUD Kota Madiun dan BPM Maranatha Kab. Madiun?”.
dengan dan tanpa lidokain 1% di RSUD Kota Madiun dan BPM Maranatha Kab.
Madiun.
lidokain dan tanpa lidokain 1% di RSUD Kota Madiun dan BPM Maranatha
Kab. Madiun.
5
1. Bagi Peneliti
hasil penelitian dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya
Bisa dijadikan sebagai bahan referensi dan informasi yang bermanfaat dalam
TINJAUAN PUSTAKA
perdarahan setelah atonia uteri yang terjadi pada hampir persalinan pertama dan
tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Tujuan dari penelitian ini adalah
cross sectional. Kelompok sampel yaitu 30 ibu bersalin yang penjahitannya tidak
dari BPS di wilayah kabupaten kebumen yang salah satunya BPS Dwi Suryani
didesa Sempor.
cepat sebanyak 46,7% dan lambat sebanyak 53,3%, sedangkan tanpa anestesi
sebanyak 33,3%.
6
7
2.2.1. Pengertian
Perineum mengandung sejumlah otot superfisial, saat persalinan, otot ini sering
mengalami kerusakan ketika janin dilahirkan (Rohani dkk, 2011: 27). Perineum
117).
diantaranya mobilisasi dini, vulva hygiene, luas luka, umur, vaskularisasi, stressor
dan juga nutrisi. Luka dikatakan sembuh jika dalam 1 minggu kondisi luka kering,
1. Ruptur
jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pasa saat
8
proses persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang
2. Episiotomi
bayi. Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina
diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, jika harus dilakukan
infiltrasi perineum dengan anestesi lokal, kecuali bila pasien sudah diberi
anestesi epidemal. Insisi episiotomi dapat dilakukan digaris tengah atau medio
lateral.
1. Robekan derajat 1
Meliputi mukosa vagina, komisura posterior dan kulit perineum. Pada robekan
derajat satu tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan aposisi luka baik.
2. Robekan derajat 2
Meliputi mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot perineum.
3. Robekan derajat 3
Meliputi mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum dan
otot sfingter ani. Pada penolong APN tidak dibekali keterampilan untuk
9
reparasi laserasi perineum derajat tiga dan empat. Segera rujuk ke fasilitas
rujukan.
4. Robekan derajat 4
otot sfingter ani dan dinding depan rektum (JNPK-KR Depkes RI, 2008: 115).
2.3.1. Tujuan
kembali jaringan tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak
perlu (memastikan hemostatis). Ingat bahwa setiap kali jarum masuk jaringan
tubuh, jaringan akan terluka dan menjadi tempat potensial untuk timbulnya
infeksi. Oleh sebab itu pada saat menjahit laserasi atau episiotomi gunakan
benang yang cukup panjang dan gunakan sedikit mungkin jahitan untuk mencapai
antara lain:
tempat tidur atau meja. Topang kakinya dengan alat penopang atau minta
anggota keluarga untuk memegang kaki ibu sehingga ibu tetap berada dalam
posisi litotomi.
8. Duduk dengan posisi santai dan nyaman sehingga luka bisa dengan mudah
9. Gunakan kain/kasa desinfeksi tingkat tinggi atau bersih untuk menyeka vulva,
vagina dan perineum ibu dengan lembut, bersihkan darah atau bekuan darah
10. Periksa vagina, serviks dan perineum secara lengkap. Pastikan bahwa
laserasinya dalam atau episiotomi telah meluas, periksa lebih jauh untuk
11
memeriksa bahwa tidak terjadi robekan derajat tiga atau empat. Masukkan
jari yang bersarung tangan ke dalam anus dengan hati-hati dan angkat jari
ketegangan sfingter. Jika sfingter terluka, ibu mengalami laserasi derajat tiga
atau empat dan harus dirujuk segera. Ibu juga dirujuk jika mengalami laserasi
serviks.
11. Ganti sarung tangan dengan dengan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi
12. Berikan anestesi lokal (kajilah teknik untuk memberikan anestes lokal di
bawah ini).
13. Siapkan jarum (pilih jarum yang batangnya bulat, tidak pipih) dan benang.
Gunakan benang kromik 2-0 atau 3-0. Benang kromik bersifat lentur, kuat
14. Tempatkan jarum pada pemegang jarum dengan sudut 900, jepit dan jepit
Gunakan tabung suntik steril sekali pakai dengan jarum ukuran 22 panjang
4 cm. Jarum yang lebih panjang atau tabung suntik yang lebih besar bisa
digunakan, tapi jarum harus berukuran berukuran 22 atau lebih kecil tergantung
pada tempat yang memerlukan anestesia. Obat standar untuk anestesia lokal
gunakan lidokain 2% yang dilarutkan dengan larutan steril atau normal salin
12
air steril atau normal salin untuk membuat larutan lidokain 1%).
1. Jelaskan pada ibu apa yang akan anda lakukan dan bantu ibu merasa santai.
ml (tabung suntik yang lebih besar boleh digunakan, jika diperlukam) jika
4. Tusukkan jarum ke ujung atau pojok laserasi atau sayatan lalu tarik jarum
sepanjang tepi luka (ke arah bawah di antara mukosa dan kulit perineum).
tidak berada di dalam pembuluh darah. Jika darah masuk ke tabung suntik,
jangan suntikkan lidokain dan tari jarum seluruhnya. Pindahkan posisi jarum
Alasan: Ibu bisa mengalami kejang dan kematian bisa terjadi jika lidokain
6. Suntikkan anestesia sejajar dengan permukaan luka pada saat jarum suntik
ditarik perlahan-lahan.
disuntikkan.
8. Arahkan lagi jarum ke daerah di atas tengah luka dan ulangi langkah ke-4.
Tusukkan jarum untuk ketiga kalinya dan sekali lagi ulangi langkah ke-4
sehingga tiga garis di satu sisi luka mendapatkan anestesi lokal. Ulangi proses
13
ini disisi lain dari luka tersebut. Setiap sisi luka akan memerlukan kurang
9. Tunggu selama dua menit dan biarkan anestesia tersebut bekerja dan
kemudian uji daerah yang dianestesia dengan cara dicubit dengan forceps
atau disentuh dengan jarum yang tajam. Jika ibu merasakan jarum atau
cubitan tersebut, tunggu 2 menit lagi dan kemudian uji kembali sebelum
antara lain:
1. Cuci tangan secara seksama dan gunakan sarung tangan desinfeksi tingkat
tinggi atau steril. Ganti sarung tangan jika sudah terkontaminasi, atau jika
secara jelas menentukan batas-batas luka. Nilai kedalaman luka dan lapisan
4. Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di bagian dalam
vagina. Setelah membuat tusukan pertama, buat ikatan dan potong pendek
5. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin
himen.
6. Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke dalam mukosa vagina lalu
ke bawah cincin himen sampai jarum ada di bawah laserasi. Periksa bagian
antara jarum di perineum dan bagian atas laserasi. Perhatikan seberapa dekat
7. Teruskan ke arah bawah tapi tetap pada luka, menggunakan jahitan jelujur,
hingga mencapai bagian bawah laserasi. Pastikan bahwa jarak setiap jahitan
sama dan otot yang terluka telah dijahit. Jika laserasi meluas ke dalam otot,
mungkin perlu untuk melakukan satu atau dua lapis jahitan terputus-putus
efektif.
Jahitan ini akan menjadi jahitan lapis kedua. Periksa lubang bekas jarum tetap
15
terbuka berukuran 0,5 cm atau kurang. Luka ini akan menutup dengan
9. Tusukkan jarum dari robekan perineum ke dalam vagina dan jarum harus
10. Ikat benang dengan membuat simpul di dalam vagina. Potong ujung benang
dan sisakan sekitar 1,5 cm. Jika ujung benang dipotong terlalu pendek, simpul
11. Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan bahwa tidak
12. Dengan lembut masukkan jari paling kecil ke dalam anus. Raba apakah ada
jahitan pada rektum. Jika ada jahitan yang teraba, ulangi pemeriksaan rektum
jika fistula rektovaginal atau ibu melaporkan inkontinensia alvi atau feses),
13. Cuci daerah genital dengan lembut dengan sabun dan air desinfeksi tingkat
tinggi, kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi yang lebih nyaman.
c. Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir tiga
cairan yang berbau busuk dari daerah lukanya atau jika daerah tersebut
Ingat:
emastikan hemostatis.
d. Jika ibu mengeluh sakit pada saat penjahitan dilakukan, berikan lagi
laserasi perineum. Jika episiotomi sudah dilakukan, lakukan penilaian secara hati-
hati untuk memastikan lukanya tidak meluas. Sedapat mungkin, gunakan jahitan
jelujur. Jika ada sayatan yang terlalu dalam hingga mencapai lapisan otot,
Pada ibu yang baru melahirkan, banyak komponen fisik normal pada masa
masa nifas cenderung berkaitan dengan proses pengembalian tubuh ibu ke kondisi
sebelum hamil, dan banyak proses diantaaranya yang berkenaan dengan proses
involusi terus, disertai dengan penyembuhan pada tempat plasenta (luka yang
penting untuk kesehatan ibu, tetapi selain dari pedoman nutrisi (yang idealnya
seharusnya diberikan selama periode antenatal) dan saran yang mendasar tentang
hygiene dan gaya hidup, hanya sedikit yang bisa dilakukan bidan untuk
dengan terbentuknya jaringan baru yang menutupi luka perineum dalam jangka
1. Baik jika luka kering, perineum menutup dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
2. Sedang jika, luka basah, perineum menutup dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
3. Buruk, jika luka basah, perineum menutup atau membuka dan ada tanda-tanda
garis depan perlawanan terhadap masuknya organisme, luka memiliki tepi yang
berlawanan, misalnya luka operasi, sembuh dengan cepat dengan intensi pertama
atau primer. Luka dalam dan menganga lebih lama penyembuhannya melalui
Pemulihan luka dimulai setelah terjadi cedera pada tubuh; kulit yang utuh
tepinya berdekatan (misalnya luka bedah) sembuh secara cepat dengan proses
pemulihan luka pertama. Luka yang dalam dan terbuka memerlukan waktu yang
lebih lama untuk sembuh dengan proses pemulihan luka sekunder atau tersier
1. Hemostasis
memulai proses koagulasi. Bekuan fibrin terbentuk, yang menutup luka secara
dapat menjadi eksudat luka karena tubuh berupaya membersihkan luka secara
Terjadinya luka baik yang bersifat traumatik atau yang terbentuk pada
senyawa fasoaktif yang dilepaskan oleh sel mast ke jaringan sekitar. Senyawa-
2000: 134).
fibrin yang bersifat hemostatik dan membentuk suatu jaringan yang akan
merupakan produk akhir dari aliran proses pembekuan. Tanpa kerja fibrin ini
maka kekuatan akhir dari suatu luka akan berkurang. Trombosit juga penting
2. Inflamasi
disekitar bekas luka sehingga mengganggu suplai darah. Sel-sel epitel dari
batas luka bergerak di bawah dasar bekuan, epitelium sekitarnya menebal dan
lapisan tipis jaringan epitel terbentuk di atas luka. Karena tanda klinis fase
inflamasi serupa dengan fase infeksi. Bidan harus dapat membedakan antara
luka yang pulih secara normal dan luka yang terinfeksi. Asalkan luka bersih,
20
fase ini berlangsung antara 1-3 hari, tetapi waktunya akan memanjang apabila
3. Proliferasi
a. Granulasi
mengkilap, dasar yang terlihat “seperti berbatu koral” dan tidak mudah
b. Kontraksi luka
luka dan berkontraksi, menarik tepi luka secara bersamaan. Jaringan parut
epitel fibrosa yang lebih kuat terbentuk saat fibroblas dan serabut kolagen
kapiler. Proses ini hanya terjadi pada jaringan sehat yang tidak perlu dijahit
dari proses ini. Ahli bedah juga mendukung bahwa proses kontraksi luka ini
mengetahui bahwa luka kulit terbuka akan menutup jika dijaga tetap bersih
137).
c. Epitelisasi
luka untuk membentuk lapisan terluar yang baru, yang dapat dikenali
dengan adanya tampilan luka yang bening berwarna pink keputihan. Proses
457).
4. Maturasi
jaringan parut pada awalnya tampak merah dan tinggi, dan kemudian seiring
dengan perubahan waktu, jaringan parut ini akan terlihat menjadi lebih pucat,
halus dan datar. Jaringan parut pada kulit berpigmen gelap memiliki tampilan
lebih terang pada awalnya jika dibandingkan dengan tampilan pada kulit
kelenjar sebasea (kelenjar minyak) ataupun rambut. Fase ini dapat memerlukan
waktu hingga 2 tahun untuk selesai dan mungkin menjadi alasan mengapa
beberapa luka yang tampak sembuh mendadak rusak kembali (Johnson, 2012:
457).
Proses pemulihan ini dapat juga terjadi disekitar jahitan. Ketika jahitan
dilepaskan, sel-sel epitel dapat terlepas dan dapat terlihat pada jahitan sebagai
luka yang lebih dalam dan lebih luas, yang tepinya tidak dapat dirapatkan.
secara bertahap mengisi luka dengan re-epitalialisasi yang dimulai pada tepi
2012: 457).
sebagian besar jaringan tubuh. Pada luka yang sangat superfisial, epitel akan
dibangun kembali dan hanya terdapat sedikit pembentukan parut. Pada jejas yang
lebih luas, produk akhirnya mungkin tidak sempurna secara fungsional; organ-
regenerasi dan parut jaringan ikat mengantikan jaringan kolagen yang secara
mekanis bekerja efisien dalam dermis yang asli (Mitchell et.al., 2008: 73).
proses yang saling tumpang tindih seperti dijelaskan dibawah (gambar 2.3):
primer atau penyembuhan sekunder. Kedua proses ini hakekatnya memiliki proses
yang sama; perbedaannya lebih disebabkan oleh sifat (luas) luka itu sendiri
lapisan luka (lapisan otot, subkutan, epitel, kulit) dijahit. Luka ini juga bebas
Luka insisi bedah yang bersih dengan kedua tepi yang dirapatkan akan
c. 24 hingga 48 jam: Sel-sel epitel bermigrasi dari bagian tepi luka dengan
mulai muncul.
mulai terlihat.
terjadi.
25
g. Bulan ke-2: Jaringan parut kini terdiri atas jaringan ikat tanpa inflamasi
yang tertutup oleh epidermis yang utuh. Kekuatan pada luka untuk
Penyembuhan sekunder bisa terjadi pada ulkus. Penyembuhan terjadi saat terisi
ulkus dengan jaringan granulasi. Makin besar dan dalam ulkus, makin lama
dan berlangsung selama lebih dari 7 hari. Kemungkinan infeksi luka ini lebih
Keadaan ini terjadi ketika kehilangan jaringannya lebih luas. Respons inflamasi
yang terjadi tampak lebih besar, dan jaringan granulasinya jauh lebih banyak;
pada keadaan ini terdapat pengendapan jaringan parut yang sangat besar dan
penyembuhan sekunder ditandai oleh kontraksi luka, yaitu ukuran defek akan
berkurang secara nyata dibandingkan ukuran semula dan keadaan ini terutama
terjadi lewat aktivitas kontraktil sel-sel miofibroblas (Mitchell et.al., 2008: 74).
Penyembuhan tersier terjadi apabila penjahitan luka terlambat 3-5 hari atau
menembus luka sehingga inflamasi luka bisa lebih berat (Baradero et.al,
2008:110).
26
Jaringan luka
Platelet
koagulasi
Fibroblas
Limfosit Pertumbuhan
makrofag mikrovaskuler
Kolagen Kolagen
lisis sintesis
Epidermis
Remodeling
Proteoglikan
Sembuh
2.6.1. Lingkungan
2.6.2. Tradisi
genital, masyarakat tradisional menggunakan daun sirih yang direbus dengan air
2.6.3. Pengetahuan
perineum adalah keadaan fisik dan mental ibu dalam melakukan aktifitas sehari-
hari pasca persalinan. Jika ibu memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah, bisa
jadi penyembuhan luka perineum berlangsung lama karena timbulnya rasa malas
penanganan petugas kesehatan, hal ini merupakan salah satu penyebab yang
menyababkan lama penyembuhan. Jika kondisi ibu sehat, maka ibu dapat merawat
2.6.7. Gizi
Makanan yang bergizi dan sesuai porsi akan menyebabkan ibu dalam
keadaan sehat dan segar. Dan akan mempercepat masa penyembuhan luka
2.7.1. Usia
Penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda dari pada orang tua.
Orang yang sudah lanjut usianya tidak dapat mentolerir stress seperti trauma
2.7.3. Hemoragi
Akumulasi darah menciptakan ruang rugi juga sel-sel mati yang harus
2.7.4. Hipovolemia
penurunan oksigen dan nutrient yang tersedia untuk penyembuhan luka (Smelzer,
2002: 493).
ini dapat menyebabkan adanya benda asing seperti debu dan kuman (Smelzer,
2002: 493).
vasokonstriksi setempat.
2.7.9. Medikasi
2002: 493).
terbentuknya bekuan, darah atau cairan serosa dapat menjadi eksudat luka
456).
2.7.10. Overaktivitas
rasa nyeri untuk jangka waktu yang singkat. Dalam kebidanan, obat-obat tersebut
pudendus
cara pemberiannya, obat anestesi lokal akan berjalan ke dalam aliran darah, dari
Obat anestesi lokal melintas dari tubuh ibu ke dalam janinnya dan disana
obat ini merupakan penyebab timbulnya efek samping pada janin. Seperti pada
asidosis. Obat anestesi lokat terikat secara luas dengan jaringan tubuh dan
glikoprotein alfa 1-asam (protein plasma dalam sirkulasi darah ibu dan janinnya).
33
Hanya raksi obat yang tidak terikat (fraksi bebas) yang bertanggung jawab atas
plasma untuk mengikat obat-obat ini, proporsi obat bebas akan lebih tinggi dan
melalui metabolisme di dalam hati ibu hamil, janin atau neonatus dan
metabolitnya pada akhirnya akan di ekskresikan lewat ginjal. Dalam hal ini,
pemberian obat anestesi lokal harus dihindari pada pasien gangguan hati karena
pasien ini tidak mamp memetabolisasi obat tersebut secara efektif (Jordan, 2003:
89).
implus saraf bergantung pada produksi potensial aksi dalam membran sel paada
akson neuron. Kerja utama obat-obat anestesi lokal adalah untuk mengurangi
Pada saat istirahat, membran sel saraf dan otot berada dalam keadaan
terpolarisasi (bermuatan). Kalau suatu potensial aksi dipicu, saraf tersebut akan
cepat; kejadian ini akan diikuti oleh peristiwa repolarisasi (pemuatan kembali)
karena terjadinya efluks ion kalium. Keseluruhan proses tersebut hanya memakan
34
waktu sekitar satu milidetik. Obat-obat anestesi lokal mencegah influks ion
natrium yang cepat itu dengan cara menyekat saluran natrium dalam membran sel
akson dan dengan demikian akan menyekat fungsi saraf yang normal. Kerja obat
anestesi lokal akan dibalikkan ketika obat tersebut melintas ke dalam aliran darah
Efek obat anastesi lokal terhadap setiap akson bergantung pada ukuran dan
mielinisasi akson tersebut. Akson yang berdiameter kecil dan tidak berselubung
mielin yang mentransmisikan implus rasa nyeri serta implus sistem saraf simpatik
merupakan akson yang paling sensitif terhadap obat anestesi lokal; sementara itu,
akson yang berukuran lebih besar dan bermielin yang bertanggung jawab atas
gerakan tubuh serta persepsi rasa sentuhan/tekanan merupakan akson yang relatif
resisten terhadap obat anestesi lokal. Gangguan fungsi sensorik dalam sebuah
saraf karena kerja obat anestesi lokal akan berjalan dengan urutan yang pasti:
kemudian diikuti oleh sensibilitas rasa dingin, panas, sentuhan, acapkali masih
berfungsi normal pada penyuntikan anestesi lokal. Gangguan pada fungsi sistem
saraf simpatik bertanggung jawab atas banyak efek samping, seperti hipotensi,
terhadap perdarahan. Karena itu, pada perdarahan yang tidak begitu berat
jumlah darah yang hilang lebih sedikit dari pada tindakan bedah dengan anestesi
umum. Setiap keadaan hipotensi maternal harus segera diketahui, karena aliran
darah ke dalam uterus dan demikian pula oksigenasi janin akan berkurang dalam
menyebabkan asidosis fetal dan menekan sistem saraf pusat neonatus (Jordan,
2003: 95).
36
Lama
penyembu
han luka
Keterangan: Jahitan
Diteliti :
Variabel dependen
Tidak diteliti :
Laserasi perineum adalah perlukaan yang terjadi pada saat persalinan di bagian
perineum (Mochtar, 2002). Dalam hal ini, perlukaan pada perineum memerlukan
adanya penjahitan pada keadaan tertentu. Tujuan menjahit laserasi atau episiotomi
RI, 2008: 177). Berdasarkan program pemerintah yang berkaitan dengan asuhan
ditemukan adanya penjahitan luka perineum yang dilakukan tanpa anestesi lokal
penyembuhan luka antara lain usia, penanganan jaringan, hemoragi, faktor lokal
2.10 Hipotesis
(Notoatmodjo, 2002: 72). Hipotesis pada penelitian ini adalah ada perbedaan
kecepatan penyembuhan luka perineum ibu nifas dengan dan tanpa lidokain 1%.
BAB 3
METODE PENELITIAN
pola nalar deduktif-induktif, yaitu pola nalar yang berangkat dari kerangka teori,
(hubungan dan asosiasi). Penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang
menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan
Pada gambar 3.1 diawali dengan adanya ibu bersalin dengan laserasi jalan
lahir, yang dalam prosesnya ada yang menggunakan lidokain 1% dan ada pula
39
40
dan tanpa lidokain 1% di RSUD Kota Madiun dan BPM Maranatha Kabupaten
Madiun.
Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas dengan dan tanpa Lidokain 1% di RSUD
Kota Madiun dan BPM Maranatha Kab. Madiun Modifikasi (Notoatmodjo, 2012:
Penyembuhan lama
Populasi (Sampel)
Ibu bersalin dengan
laserasi
Penyembuhan cepat
Penjahitan tanpa
lidokain 1%
Penyembuhan lama
penelitian yang ditulis dalam bentuk kerangka atau alur penelitian. Penulisan
kerangka kerja dalam penelitian dapat disajikan dalam bentuk alur penelitian
terutama variabel yang akan digunakan dalam penetian (Hidayat, 2007 dalam
Populasi
Semua ibu post partum dengan luka jahitan perineum pada bulan Juni sampai
Juli tahun 2014 di RSUD Kota Madiun dan BPM Maranatha Kab. Madiun
Sampel
Sebagian ibu Post Partum dengan luka jahitan perineum pada bulan Juni
sampai Juli tahun 2014 di RSUD Kota Madiun dan BPM Maranatha Kab.
Madiun
Teknik sampling
Simple Random Sampling
Pengumpulan data
Lembar Observasi
Pengolahan data
Editing, coding, tabulating
Analisa data
t-test independen
Hasil Penelitian
Pembahasan
Publikasi Hasil
3.4.1. Populasi
benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi
target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian (Sukardi, 2013: 53). Populasi
adalah keseluruhan obyek penelitian (Suyanto dan Umi S., 2009: 40).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu post partum dengan luka
jahitan perineum pada bulan Juni sampai Juli tahun 2014 di RSUD Kota Madiun
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2013:
174). Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi bias
hasil penelitian. Penetapan kriteria sampel (inklusi dan eksklusi) diperlukan dalam
upaya untuk mengendalikan variabel penelitian yang tidak diteliti, tetapi ternyata
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2008: 92). Adapun
2. Ibu post partum dengan laserasi jalan lahir derajat 2 yang ditegakkan dengan
3. Ibu yang tidak mengalami komplikasi masa nifas dengan hasil DS dan DO
yang tidak masuk dalam penelitian, tetapi kriteria eksklusi kriteria subjek
yang sudah inklusi (Dahlan, 2010: 135). Yang termasuk kriteria eksklusi dalam
1. Ibu dengan personal hygiene yang baik yang di tegakkan dengan pemeriksaan
langsung.
2. Ibu yang tidak tarak makanan khususnya makanan yang mengandung protein.
Keterangan:
adalah 53 ibu nifas yang terbagi menjadi dua, 27 ibu nifas dengan
subjek penelitian (Nursalam, 2008: 93). Pengambilan sampel dalam penelitian ini
populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti
memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan
Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri sifat atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep
penelitian tertentu. Variabel juga dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai
konsep atau teori yang dapat diukur (measurable) atau diamati (observable)
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, input prediktor dan
Varibel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya
Variabel bebas atau variabel independen dalam penelitian ini adalah penjahitan
Variabel ini sering disebut sebagai variabel respon, output, kriteria dan
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006: 03). Variabel terikat dalam
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur)
cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi
pemahaman dan pengukuran setiap variabel yang ada dalam penelitian (Purnama,
Dalam penelitian ini tempat atau lokasi yang digunakan sebagai obyek
laporan akhir selesai yaitu dilaksanakan mulai tanggal 15 April sampai 19 juli
2014.
3.8.1. Instrumen
langsung untuk mengetahui lama penyembuhan luka jahitan perineum dan rekam
medis untuk mengetahui data umum pasien meliputi umur, tingkat pendidikan,
pekerjaan dan paritas. Lembar observasi dibuat sendiri oleh peneliti terdiri dari 7
kolom, yang terdiri dari no urut, inisial responden, umur, pendidikan, paritas,
penjahitan dengan dan tanpa lidokain 1%, lama penyembuhan luka dalam satuan
hari.
49
d. Tindak lanjut dari pengumpulan data baik data primer maupun sekunder
di komputer.
1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden yang
luka perineum ibu nifas yang dijahit dengan dan tanpa lidokain 1% yang
2. Data sekunder digunakan untuk mendukung data primer yang diperoleh dari
status rekam medis pasien tentang karakteristik ibu yang meliputi umur,
1. Editing
pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Editing dalam penelitian ini
2. Coding
yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pemberian kode dibuat juga daftar dan artinya dalam satu buku (code book)
untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu
variabel. Koding dalam penelitian ini yaitu memberi kode, untuk kriteria
51
kriteria penjahitan tanpa lidokain 1% menggunakan kode “2” dan untuk lama
penyembuhan luka tidak diberikan kode karena berskala interval atau berupa
3. Tabulating
Tabulating adalah pekerjaan membuat tabel. Data-data yang telah diberi kode
membuat tabel distribusi frekuensi terhadap data yang ada dalam lembar
Analisis data adalah merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai
seperangkat data hasil pengumpulan (Setiawan, Ari dan Saryono, 2010: 123)
data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat disajikan dalam bentuk
tabel frekuensi, ukuran tedensi sentral atau grafik (Saryono, 2010: 123).
umum dalam penelitian ini meliputi data umur, pekerjaan, pendidikan dan
adalah:
Keterangan:
P : Presentase
n : Jumlah sampel
Data variabel independen yaitu penjahitan luka perineum dengan dan tanpa
Untuk data variabel dependen yaitu lama penyembuhan luka, setelah data
dengan jumlah individu yang ada pada kelompok tersebut. Hal ini dapat
Me =
Dimana:
Me = Mean (rata-rata)
Xi = nilai X ke i sampai ke n
n = jumlah individu
Selain itu juga dihitung nilai minimum dan maksimum dari simpangan baku
–
s=
Dimana:
n = jumlah sampel
Xi = nilai x ke i sampai ke n
X = rata-rata sampel
parametrik dan non parametrik pada analisa bivariat (Saryono, 2010: 124).
rata-rata dua sampel yang tidak berkolerasi. Teknik ini merupakan teknik
statistik parametris yang digunakan untuk menguji komparasi data rasio atau
interval (Sugiyono, 2006: 134). Sebelum menentukan rumus apa yang cocok
a. Apakah dua rata-rata itu berasal dari dua sampel yang jumlahnya sama
atau tidak?
b. Apakah varians data dari dua sampel itu homogen atau tidak.
Keterangan:
t : nilai t
: rata-rata sampel 1
: rata-rata sampel 2
2
: varians sampel 1
2
: varians sampel 2
: jumlah sampel
55
Dengan ketentuan:
hitung > t tabel, maka hipotesa peneliti (Ha) diterima. Artinya ada
Agar studi alamiah benar-benar dapat terjadi dan penelitian tidak mendapat
persoalan masalah etik maka ada beberapa yang harus di persiapkan oleh peneliti
Dalam hal ini peneliti meminta izin kepada Direktur RSUD Kota Madiun dan
kepada Titik Budhi Hartini, SST selaku bidan di BPM Maranatha Kab.
Muhammadiyah Madiun dan dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik dalam
Negeri.
Consent, yaitu memberitahu secara jujur maksud dan tujuan terkait dengan
gunakan untuk kegiatan penelitian serta tidak akan dipublikasikan tanpa izin
partisipan.
2010: 98).
lain:
2. Inform consent
responden, tujuan pemberian agar subjek mengerti dan tujuan penelitian dan
persetujuan dan jika tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien
4. Confidientiality (kerahasiaan)
Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas dengan dan tanpa Lidokain 1% di RSUD
Kota Madiun dan BPM Maranatha Kabupaten Madiun”. Penelitian ini dimulai
pada bulan Mei sampai dengan Juli tahun 2014. Responden dalam penelitian ini
sejumlah 53 responden.
khusus. Yang termasuk data umum adalah karakteristik responden meliputi umur,
yaitu penjahitan luka perineum dan variabel dependent yaitu lama penyembuhan
luka perineum ibu nifas. Untuk lebih jelasnya hasil penelitian akan disajikan
sebagai berikut.
No. 12B, Sogaten, Manguharjo Madiun, Jawa Timur. Di RSUD Kota Madiun ini
melayani kesehatan umum, rawat inap, KIA, rawat jalan, dsb. Di RSUD Kota
perineum ibu nifas dengan lidokain 1%. Selanjutnya peneliti juga melakukan
61
62
Maranatha Kabupaten Madiun ini melayani pelayanan kebidanan antara lain yaitu
umur >35 tahun sebanyak 3 orang (5,66%) dan umur <20 tahun 1 orang (1,89%).
92,45%
100
80
60 <20 tahun
20-35 tahun
40
>35 tahun
20 1,89% 5,66%
0
<20 tahun 20-35 tahun >35 tahun
Gambar 4.1 Karakteristik Umur Ibu Nifas di RSUD Kota Madiun dan BPM
Maranatha Kabupaten Madiun Bulan Mei-Juli Tahun 2014.
63
66,04%
70
60
50
40
30 18,86%
20 11,32%
3,78%
10
0
SD SMP SMA Perguruan
Tinggi
Gambar 4.2 Karakteristik Pendidikan Ibu Nifas di RSUD Kota Madiun dan BPM
Maranatha Kabupaten Madiun Bulan Mei-Juli Tahun 2014.
pekerjaan responden sebagian besar adalah ibu rumah tangga sebanyak 36 orang
67,93%
70
60
50
Swasta
40 28,3% PNS
30 IRT
20
3,77%
10
0
Swasta PNS IRT
Gambar 4.3 Karakteristik Pekerjaan Ibu Nifas di RSUD Kota Madiun dan BPM
Maranatha Kabupaten Madiun Bulan Mei-Juli Tahun 2014.
(56,60%) dan primipara sebanyak 23 orang (43,40%). Untuk lebih jelas dapat
56,6%
60
43,4%
50
40 Primipara
30 Multipara
20
10
0
Primipara Multipara
Gambar 4.4 Karakteristik Paritas Ibu Nifas di RSUD Kota Madiun dan BPM
Maranatha Kabupaten Madiun Bulan Mei-Juli Tahun 2014.
65
sebanyak 26 orang (49,05%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.5.
50,95%
51
50,5
50
49,05% Dengan lidokain 1%
49,5
49 Tanpa lidokain 1%
48,5
48
Dengan Tanpa
lidokain 1% lidokain 1%
Gambar 4.5 Pelaksanaan Penjahitan Luka Perineum Ibu Bersalin di RSUD Kota
Madiun dan BPM Maranatha Kabupaten Madiun Bulan Mei-Juli Tahun 2014.
11 orang selama 8 hari, 5 orang selama 9 hari, 1 orang selama 10 hari dan 1 orang
tanpa lidokain 1% terdapat 2 orang selama 4 hari, 10 orang selama 5 hari, 9 orang
Tabel 4.1 Tabulasi Silang Lama Penyembuhan Luka Perineum ibu Nifas dengan
dan tanpa Lidokain 1% di RSUD Kota Madiun dan BPM Maranatha Kabupaten
Madiun.
12 11
10
10 9 9 Hari ke-4
Hari ke-5
8
Hari ke-6
Hari ke-7
6 5 5
Hari ke-8
Hari ke-9
4
Hari ke-10
2
2 Hari ke-11
1 1
0 0 0 0 0 0 0
0
Tanpa lidokain 1% Dengan lidokain 1%
Gambar 4.6 Lama Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas dengan dan Tanpa
Lidokain 1% di RSUD Kota Madiun dan BPM Maranatha Kabupaten Madiun.
Selain itu nilai minimum dari lama penyembuhan luka perineum dengan
luka perineum dengan lidokain 1% adalah 11 hari. Untuk nilai minimum lama
hari.
4.4.3. Perbedaan Lama Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas dengan dan
tanpa Lidokain 1%
Madiun adalah 8,04 hari dan rata-rata lama penyembuhan luka perineum ibu
nifas tanpa lidokain 1% di BPM Maranatha Kabupaten Madiun adalah 5,65 hari.
8,04 hari
9
8
5,65 hari
7
6
5 Dengan Lidokain 1%
4 Tanpa Lidokain 1%
3
2
1
0
Dengan Tanpa Lidokain
Lidokain 1% 1%
Gambar 4.7 Rata-Rata Lama Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas dengan dan
tanpa Lidokain 1%
ditetapkan bahwa jika pada daerah kritis signifikansi ≤ α maka H0 ditolak. Jadi
pada, signifikansi 0,00 < α 0,05 dengan demikian nilai signifikansi < α maka
68
perbedaan yang signifikan antara lama penyembuhan luka perineum ibu nifas
4.5. Pembahasan
diinterpretasikan dan dianalisis sesuai dengan variabel yang diteliti, maka berikut
20-35 tahun sebanyak 49 orang (92,45%), Usia 20-35 tahun merupakan usia yang
aman untuk kehamilan dan persalinan, karena pada usia tersebut fungsi alat-alat
reproduksi masih baik (Wiknjosastro, 2002: 23). Hal ini perkuat dengan teori
bahwa masa reproduksi sangat baik dan aman dalam menghadapi kehamilan,
persalinan, dan nifas, sedangkan umur yang kurang dari 20 tahun dianggap masi h
belum matang secara fisik, mental, dan psikologi dalam menghadapi kehamilan
(Nursalam, 2008). Selain itu penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia
muda dari pada orang tua. Orang yang sudah lanjut usianya tidak dapat mentolerir
stress seperti trauma jaringan atau infeksi (Smelzer, 2002: 493). Dengan demikian
baik, karena tingkat pengetahuan erat kaitannya dengan hasil pengetahuan. Hal ini
didasari oler teori yang menyatakan bahwa pendidikan tinggi akan lebih mudah
sehingga ibu yang memiliki pengetahuan baik akan mudah menerima informasi
yang masih kurang pada pendidikan dasar tentu saja informasi dan pengetahuan
hal ini bisa disebabkan karena kurangnya pemahaman informasi atau penyuluhan
kesehatan yang didapat baik dari tenaga kesehatan maupun media cetak dan
elektronik.
70
responden sebanyak 36 orang (67,93%) tidak bekerja atau hanya sebagai ibu
rumah tangga. Hal ini cukup memprihatinkan karena pekerjaan seseorang ini
Pengaruh pergaulan akan mempengaruhi pola pikir seseorang dan dapat lebih
orang di RSUD Kota Madiun yang luka jahitan dilakukan dengan lidokain 1% dan
dilakukan tanpa lidokain 1%. Dapat dilihat pada gambar 4.5. Seperti yang telah
pemerintah yang berkaitan dengan asuhan sayang ibu menyarankan pada setiap
Namun pada sebagian keadaan ditemukan adanya penjahitan luka perineum yang
jaringan, hemoragi, faktor lokal oedema, defisit nutrisi, personal hygiene, defisit
11 orang selama 8 hari, 5 orang selama 9 hari, 1 orang selama 10 hari dan 1 orang
tanpa lidokain 1% terdapat 2 orang selama 4 hari, 10 orang selama 5 hari, 9 orang
selama 6 hari serta 5 orang selama 7 hari . Lihat gambar 4.6. Dari data penelitian
lebih lama dibandingkan dengan luka jahitan tanpa lidokain 1%. Lama
keadaan luka kering, jahitan menutup, tidak terasa nyeri, serta tidak ada tanda-
dalam penjahitan luka perineum merupakan bagian dari Asuhan Sayang Ibu hal
inilah yang turut dipertimbangkan dalam penjahitan luka perineum tanpa lidokain
1%. Dimana ibu yang dilakukan penjahitan luka perineum tanpa lidokain 1% akan
72
lebih merasakan nyeri pada proses penjahitan namum perlu diperhatikan pula
bahwa luka jahitan perineum dapat sembuh lebih cepat dan demikian sebaliknya.
4.5.6. Perbedaan Lama Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas dengan dan
tanpa Lidokain 1%
Madiun adalah 8,04 hari dan rata-rata lama penyembuhan luka perineum ibu
nifas tanpa lidokain 1% di BPM Maranatha Kabupaten Madiun adalah 5,65 hari.
penting karena merupakan bagian dari asuhan sayang ibu meskipun dengan
Pada fase penyembuhan luka terjadi hemostasis yang dimulai segera setelah
darah atau cairan serosa dapat menjadi eksudat luka karena tubuh berupaya
tindakan medis yang akan dilakukan sehingga pasien dapat mengetahui dan
mampu memberikan persetujuan secara sadar akan efek samping medis yang
4.6. Keterbatasan
4.6.1. Responden
Dalam penelitian ini jumlah responden sedikit sehinga hasil dari penelitan
kurang maksimal. Selain itu perlu adanya kriteria inklusi dan eksklusi yang lebih
sangatlah sedikit sehingga untuk menilai keadaan luka telah benar-benar sembuh
5.1. Kesimpulan
Perineum Ibu Nifas dengan dan Tanpa Lidokain 1% di RSUD Kota Madiun dan
dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli tahun 2014 dapat disimpulkan
bahwa:
5.1.1. Didapatkan rerata penyembuhan luka perineum ibu nifas dengan lidokain
5.1.2. Didapatkan rerata penyembuhan luka perineum ibu nifas tanpa lidokain
5.1.3. Ada perbedaan yang bermakna antara lama penyembuhan luka perineum
5.2. Saran
74
75
kesehatan yang diberikan sesuai dengan standar yang ada. Selain itu adanya
penelitian ini masih jauh dari sempurna. Peneliti lain bisa lebih meminimalkan
berbagai keterbatasan yang ada dalam penelitian ini. Serta diharapkan peneliti
Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8. Vol. 1.2). Alih bahasa oleh Agung
Waluyo...(dkk), EGC, Jakarta.
Depkes RI. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS-KIA). Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
JNPK-KR Depkes RI. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Johnson Ruth dan Wendy Taylor. 2004. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Editor
Edisi Bahasa Indonesia oleh Sari Kurnianingsih. Jakarta: EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Mitchel, Richard N et.al, 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Alih Bahasa
oleh Andry Hartono Editor Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC.
Oxorn, Harry & William R. Forte. 2003. Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.
Purnama, Rithza R.W. 2013. Efektivitas Antara Pijat Oksitosin dan Breast Care
Terhadap Produksi ASI pada Ibu Post Partum dengan Sectio Caesaria Di
RSUD Banyumas. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman.
Saryono dan Mekar D.A. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Setiawan, Ari dan Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1
dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sunyoto, Danang dan Ari Setiawan. 2013. Buku Ajar Statistik Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika
Suyanto dan Salamah Ummi. 2009. Riset Kebidanan (Metodologi dan Aplikasi).
Yogyakata: Mitra Cendekia Press.
Kepada
Yth. Responden Penelitian
Di
Tempat
Dengan Hormat,
Dengan ini saya Rury Narulita Sari, Dosen Akademi Kebidanan
Muhammadiyah Madiun akan mengadakan penelitian dengan judul “Perbedaan
Lama Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas Dengan dan Tanpa Lidokain 1% di
RSUD Kota Madiun dan BPM Maranatha Kabupaten Madiun”.
Berkaitan dengan hal diatas saya mohon bantuan dari saudara untuk
bersedia menjadi responden dari penelitian saya.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan saudara saya
ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Peneliti
Kami yang bertanda tangan dibawah ini bersedia untuk menjadi responden
pada penelitian yang berjudul “Perbedaan Lama Penyembuhan Luka Perineum
Ibu Nifas Dengan dan Tanpa Lidokain 1% di RSUD Kota Madiun dan BPM
Maranatha Kabupaten Madiun” yang peneliti lakukan.
Nomer kode responden : .................................................................................
Umur : .................................................................................
Pendidikan : .................................................................................
Pekerjaan : .................................................................................
Alamat : .................................................................................
Kami bersedia memberikan data dan informasi yang diperlukan dalam
penelitian tersebut dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dari pihak
manapun.
Demikian surat persetujuan ini kami buat dengan sebenar-benarnya tanpa
ada paksaan dari pihak manapun.
Responden
Lampiran 3
LEMBAR OBSERVASI
PERBEDAAN LAMA PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM IBU NIFAS
DENGAN DAN TANPA LIDOKAIN 1%
Group Statistics
Anastesi N Mean Std. Std. Error
Deviation Mean
tanpa lidokain 1% 26 5,65 ,892 ,175
Lama dengan lidokain
27 8,04 1,018 ,196
1%
Percentiles
Anastesi Percentiles
5 10 25 50 75 9590
tanpa lidokain 7,0
4,00 4,70 5,00 6,00 6,00 7,00
Weighted 1% 0
Lama
Average(Definition 1) dengan lidokain 10,
7,00 7,00 7,00 8,00 9,00 9,20
1% 60
tanpa lidokain
5,00 6,00 6,00
1%
Tukey's Hinges Lama
dengan lidokain
7,00 8,00 8,50
1%
Extreme Values
Anastesi Case Number Value
1 6 7
2 18 7
Highest 3 25 7
4 38 7
5 47 7
tanpa lidokain 1%
1 43 4
2 22 4
Lowest 3 53 5
4 51 5
5 41 5a
Lama
1 29 11
2 8 10
Highest 3 5 9
4 7 9
dengan lidokain 5 23 9b
1% 1 52 7
2 45 7
Lowest 3 34 7
4 27 7
5 21 7c