Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Puskesmas Poncol


1. Kondisi Geografis Puskesmas Poncol
Puskesmas Poncol merupakan puskesmas dengan akreditasi Madya
yang merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional dengan
pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga berfungsi
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk beberapa kegiatan pokok.
Sebagai unit pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kota Semarang,
Puskesmas Poncol berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas
teknis operasional Dinas Kesehatan Kota Semarang dan merupakan unit
pelaksana tingkat pertama dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Puskesmas Poncol terletak didepan Stasiun Kereta
Api Poncol di Jalan Imam Bonjol NO. 114 Semarang. Puskesmas ini
didukung oleh satu Puskesmas Pembantu ( PP ) di Balai Kota.
Puskesmas Poncol mempunyai 9 wilayah binaan kelurahan yaitu:
a. Kelurahan Sekayu
b. Kelurahan Pendrikan Lor
c. Kelurahan Pendrikan Kidul
d. Kelurahan Pandansari
e. Kelurahan Kauman
f. Kelurahan Bangunharjo
g. Kelurahan Kranggan
h. Kelurahan Purwodinatan
i. Kelurahan Kembangsari

46
Gambar 4.1: Peta Wilayah Puskesmas Poncol
2. Kondisi Demografis Puskesmas Poncol
Puskesmas Poncol berpenduduk laki- laki sejumlah 19.156 jiwa
dan perempuan sejumlah 19.764 dengan total keseluruhan 38.920 jiwa
dengan luas wilayah 279,53 ha yang terdiri dari 9 kelurahan binaan.
Penduduk yang tinggal di wilayah Puskesmas Poncol memiliki aktivitas
penduduk 100% non agraris. Sebagian penduduk bekerja sebagai
pengusaha, pedagang, buruh, PNS, ABRI/Polisi, pensiunan, dan lain-
lain. Fasilitas perkotaan yang terletak pada Puskesmas Poncol yaitu :
Sekolah radius 2,5 km ( SMA 3 Semarang, SMA 5 Semarang, SMP
Maria Goreti, SMP Masehi, SD Marsudirini, SD Pendrikan Kidul, SD
Pendrikan Lor), Pasar radius 2 km (Pasar Johar, Pasar Prembaen),
Bioskop ( XXI Paragon) , Hotel (Crown, Novotel, Gumaya, Dafam,
Whizz, dll). Akses transportasi untuk menuju Puskesmas Poncol dapat
menggunakan angkutan umum antara lain: Bis Trans Semarang,
Angkot, Taksi, becak, ojek.

A. Gambaran Khusus Puskesmas Poncol


1. Visi dan Misi Puskesmas
a. Visi

47
“Menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat yang
Berkualitas Menuju Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat di
Wilayah Puskesmas Poncol.”
b. Misi
1) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas di
Puskesmas Poncol.
2) Memberdayakan Masyarakat di wilayah Puskesmas Poncol untuk
memiliki kemauan dan kemampuan hidup sehat.
c. Tata Nilai:
1) Kerja Keras
2) Kerja Cerdas
3) Kerja Ikhlas
4) Kerja Tuntas
5) Kerja Berkualitas
d. Moto
“Senyum, Sapa, Salam Setulus Pelayanan Kami”
2. Sumber Daya Manusia
Informasi ketenagaan atau sumber daya manusia ( SDM )
diperlukan bagi perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan serta
pengelolaan kepegawaian. Jumlah tenaga kesehatan di
Puskesmas Poncol Tahun 2018 sebanyak 32 orang. Jumlah
sumber daya manusia berdasarkan kualifikasinya adalah sebagai
berikut (bagan struktur organisasi terlampir):

Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Poncol


SDM yang Kebutuhan Kekurangan
No Jenis SDM
ada SDM SDM

1 Kepala Puskesmas 1 1 0

2 Dokter 2 2 2

3 Dokter Gigi 1 1 0

4 Kasubag TU 1 1 0

5 Bendahara 0 2 2

6 Bidan 3 4 1

7 Perawat 3 4 1

48
8 Perawat Gigi 3 2 1

Tenaga Promosi
9 1 1 0
Kesehatan

10 Epidemiolog 1 1 0

Rekam Medis dan


11 5 5 0
Loket

12 Pelaksanan Gizi 1 1 0

13 Sanitarian 1 1 0

14 Analis 3 3 0

3 ( 2: induk, 1:
15 Petugas Obat 2 1
pustu )

16 Pengemudi 1 1 0

2 ( 1:induk,
17 Tenaga Kebersihan 2 0
1:pustu )

2 ( 1:induk,
18 Penjaga 1 1
1:pustu )

3. Pengelolaan Sistem Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Puskesmas


Poncol
a. Sumber Pendapatan Puskesmas Poncol
Sumber pendapatan yang diperoleh Puskesmas Poncol berasal dari
APBD, APBN, dan BLUD
1) APBD
Anggaran APBD bersumber dari pemerintahan kotab yang
masuk kedalam rekening bendahara puskesmas. Anggaran
tersebut digunakan untuk:
a) Anggaran rutin honorarium pegawai PNS dan Non PNS
b) Kebutuhan Rutin ( Bayar listrik, telpon, air dan BBM )
2) APBN
Anggaran APBN yaitu dana bersumber dari pusat
( Pemerintah), meliputi BOK. BOK adalah dana bantuan

49
operasional kesehatan yang berasal dari Kementrian Kesehatan
RI yang disalurkan melalui Dinas Kesehatan Kota. Tujuannya
yaitu untuk:
a) Menunjang penyelenggaraan manajemen puskesmas
b) Menunjang pelaksanaan upaya kesehatan dan mendukung
keberhasilan upaya kesehatan. Upaya kesehatan meliputi
upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif bagi
masyarakat, meliputi:
 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
 Pelayanan KB
 Pelayananan Imunisasi
 Pelayanan Gizi
 Promosi Kesehatan
 Pengendalian Penyakit
 Penyehatan lingkungan

3) JKN
Anggaran JKN bersumber dari BPJS Kesehatan. Sistem
pembiayaan yang dilakukan dengan sistem kapitasi yaitu besar
klaim didasarkan pada jumlah peserta BPJS yang mendaftar di
Puskesmas Poncol. Besaran biaya yang dikeluarkan oleh BPJS
Kesehatan berdasarkan pelaporan yang dikirimkan Puskesmas
Poncol kepada BPJS Kesehatan. Dari pelaporan yang
dikirimkan akan ditinjau kepada BPJS Kesehatan mengenai
laporan Rujukan Non Spesialistik ( RNS ), laporan Prolanis dan
jumlah kunjungan pasien, sehingga tarif klaim ditetapkan
berdasarkan perhitungan prosentase, keadaan aman 92,5% akan
diklaim sebesar Rp. 4.800,00 per orang, 95% ( Rp. 5.600,00 per
orang ) dan 100% ( Rp. 6.000,00 oer orang )
4) BLUD
BLUD adalah gabungan dari penerimaan kunjungan pasien
dan kapitasi. Penerimaan kunjungan pasien yaitu pasien umum,
yang mana pendapatan dari pasien umum setiap bulan
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota (DKK) tetapi uangnya

50
dikelola puskesmas untuk kepentingan manajemen puskesmas.
Pasien umum dikenakan biaya berdasarkan PERDA No 133
tahun 2016.

4. Pendapatan Puskesmas Poncol


Pendapatan di Puskesmas Poncol sebagai Pusat kesehatan masyarakat
pada tahun 2017.

Tabel 4.3 Pendapatan Puskesmas Poncol

No Penjamin Jumlah Pendapan (Rp)


1 Dana Kapitasi JKN 802.757.600
Peneribaan retribusi
3 psien umum byar dan 105.027.000
tindakan
4 Jasa Giro 4.027.217
Klaim gratis januari-
5 62.060000
oktober 2017
Jumlah 973.871.811

5. Sarana dan Prasarana


Puskesmas pembantu di Puskesmas Poncol memiliki satu (1) yaitu
puskesmas pembantu balaikota yang buka setiap hari. Sehingga seluruh
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Poncol dapat mengakses tempat-
tempat pelayanan kesehatan dengan mudah. Sedangkan puskesmas Poncol
memiliki 37 posyandu sebagai berikut:
- Posyandu Pratama :0

51
- Posyandu Madya :0
- Posyandu Purnama : 19
- Posyandu Mandiri : 18
Yang dilaksanakan sesuai tanggal yang telah ditentukan dari pos masing-
masing.
Sarana transportasi untuk menunjang kegiatan operasional di
Puskesmas Poncol adalah kendaraan roda empat (2 buah) dan kendaraan
roda dua (4 buah).
6. Keadaan Sosial Ekonomi
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan
sumber daya manusia. Di wilayah Puskesmas Poncol jumlah sarana
pendidikan yang ada sekolah terbagi dalam Pendidikan formal dan
non formal; Pendidikan formal terdiri dari 21 SD, 10 SMP, 3 SMA dan
4 SMK. Pendidikan non-formalterdiri dari 17 TK.
b. Kesehatan
Kesehatan adalah salah satu kebutuhan mendasar manusia.Oleh
karena itu ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kesehatan
sangatlah penting. Fasilitas kesehatan yang terdapat di Puskesmas
Poncol (Jaringan Pelayanan Puskesmas dan Jejaring) sebanyak 49
yang terdiri dari 1 puskesmas pembantu ( puskesmas pembantu
balaikota ) , puskesmas keliling tidak dilaksanakan karena akses yang
mudah, 9 praktek dokter mandiri, 5 praktek dokter gigi mandiri, 17
klinik, 15 apotik dan 2 optik.
c. Morbiditas
Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka
insidensi maupun angka prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas
menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi dan pada
kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian
terhadap derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah.

52
Tabel 4.5 Peringkat 10 Besar Penyakit di Puskesmas Poncol bulan
Januari- Juni Tahun 2018
No Penyakit Jumlah

1 Faringitis Akut 454 kasus

2 Artritis 335 kasus

3 Infeksi saluran nafas atas akut 194 kasus

4 Hipertensi 168 kasus

5 Kebutuhan Akan Vaksinasi terhadap 103 kasus


sejenis penyakit virus

6 Penyakit pulpa dan periapikal 98 kasus

7 Kebutuhan akan vaksinasi terhadap sejenis 77 kasus


penyakit bakteri

8 Penelitian dan pemeriksaan umum 74 kasus


terhadap orang tanpa keluhan dan laporan
diagnosis

9 Gastritis dan doudentis 62 kasus

10 Dm tidak tergantung insulin 51 kasus

C. Gambaran Khusus Pemantauan dan pembinaan posyandu balita di


Wilayah Kerja Puskesmas Poncol
1. Input
a. Man (Sumber Daya Manusia)
Jumlah petugas penjaringan kesehatan sekolah, yaitu 19 orang.
Pejaringan kesehatan sekolah dilakukan setiap hari Senin sampai
Sabtu dan waktunya jam 08.00 WIB – selesai. Penjaringan kesehatan
sekolah di koordinator oleh seorang lulusan D3 perawat gigi. Setiap
melaksanakan penjaringan kesehatan sekoalah petugas yang ke lokasi
2 petugas.
Petugas penjaringan kesehatan sekolah yang kami pilih sebagai
responden terkait kepatuhan petugas terhadap SOP penjaringan
kesehatan sekolah yakni 1 Petugas perawat gigi/medis. Petugas adalah
pelaksana yang merangkap sebagai koordinator/penanggung jawab
penjaringan kesehatan sekolah di wilayah kerja Puskesmas Poncol.

53
Tugas pokok dari petugas penjaringan kesehatan sekolah
Puskesmas Poncol adalah menyusun rencana bulanan, melakukan
pengumpulan dan pengolahan data masalah kesehatan, melakukan
bimbingan/pembinaan di bidang kesehatan (guru/walikelas, orang tua,
anak sekolah, pemegang program), melakukan pemeriksaan umum di
unit/wilayah kerja (SD, SMP, SMA), melakukan pengolahan hasil
kegiatan pelayanan
b. Money (Pendanaan)
Untuk biaya operasional di wilayah kerja Puskesmas Poncol
menggunakan dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang
dialokasikan untuk petugas penjaringan kesehatan di wilayah
Puskesmas Poncol. Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
berasal dari ABPN.
c. Method (Cara Kerja)
Metode penjaringan kesehatan sekolah menggunakan SOP
penjaringan kesehatan sekolah. Pada penelitian ini menggunakan SOP
penjaringan kesehatan sekolah yang telah di revisi dan sudah
disesuaikan dengan referensi untuk digunakan sebagai penelitian
tentang kepatuhan petugas penjaringan kesehatan sekolah
d. Material (Fasilitas)
Dalam penjaringan kesehatan sekolah, petugas menyiapkan
lembar ceklist penjaringan kesehatan, surat tugas, alat perikas
e. Marketing
SOP penjaringan kesehatan yang diusulkan sebagai revisi SOP
yang telah diadvokasi dan disetujui pada tanggal 10 Agustus 2018 oleh
Kepala Puskesmas serta disosialisasikan dalam bentuk diskus dengan
petugas penjaringan kesehatan sekolah di wilayah kerja Puskesmas
Poncol. Untuk menyamakan presepsi tentang SOP revisi.
Market (sasaran) untuk penjaringan kesehatan sekolah adalah
sekolah.
g. Environment (Lingkungan)
Kegiatan penjaringan sekolah dilaksanakan diluar gedung
puskesmas yaitu di sekolah. Lokasi sekolah di wilayah kerja dapat
dijangkau dengan kendaraan.

54
Lingkungan non fisik adalah interaksi petugas dengan guru uks,
kebijakan kepala puskesmas berkomitmen bersama untuk
meningkatkan mutu penjaringan sekolah yang tertuang dalam visi,
misi dan tata nilai.
2. Process
a. P1 (Perencanaan) penjaringan kesehatan sekolah

Terdapat SOP penjaringan kesehatan sekolah di wilayah kerja


Puskesmas Poncol yang digunakan sebagai pedoman. SOP baru
merupakan revisi SOP lama disiapkan oleh pemegang program dan
telah disesuaikan dengan referensi. Selain itu Lembar cecklist
penjaringan kesehatan sekolah, surat tugas, alat periksa.
P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan)
1) Petugas penjaringan kesehatan melakukan kegiatan sesuai dengan
SOP yang disepakati.
2) Kegiatan penjaringan kesehatan sekolah dilaksanakan sesuai
dengan jadwal yang telah disepakati oleh petugas puskesmas yang
melaksanakan program penjaringan sekolah dengan pihak sekolah
b. P3 (Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian)
Pelaporan yang dilaksanakan di Puskesmas Poncol dilakukan oleh
pemegang program dan dikumpulkan setiap bulan.
3. Output
Sasaran cakupan penjaringan kesehatan sekolah tahun 2017 setiap
bulannya adalah 21 SD. Presentase cakupan penjaringan kesehatan sekolah
dalam sebulan adalah 100% (21 SD).

4. Outcome

a. Diharapkan terjadinya peningkatan mutu penjaringan kesehatan


sekolah
b. Diharapkan terjadinya peningkatan kepuasan sekolah terhadap
penjaringan kesehatan sekolah.
5. Impact

55
Peningkatan derajat kesehatan dapat dilihat dari indikator berupa
penurunan angka kesakitan pada anak sekolah di wilayah kerja Puskesmas
Poncol.
D. Simple Problem
1. Identifikasi masalah mutu pelayana penjaringan kesehatan sekolah di

wilayah kerja Puskesmas Poncol


Pengamatan mengenai kepatuhan petugas pelaksana terhadap SOP
penjaringan kesehatan sekolah. Observasi kepatuhan ini dilakukan 5 kali
kegiatan untuk petugas pelaksana. Observasi dilakukan pada hari senin,
selasa, rabu dan kamis (13,14,15 dan 16 Agustus 2018) dengan mengamati
kegiatan petugas pelaksana menggunakan daftar tilik kepatuhan petugas.
Data yang diamati ditabulasi selanjutnya dinilai tingkat
kepatuhan/compliance rate (CR). CR dinilai baik, bila lebih dari 80% dan
dinilai kurang baik jika kurang dari 80%. Hasil perhitungan CR petugas
pemantauan dan pembinaan posyandu balita adalah sebagai berikut :
Compliance Rate petugas terhadap SOP penjaringan kesehatan sekolah

= 167 x 100%
185
= 90%

Dari data diatas menunjukkan angka kepatuhan petugas baik karena


nilai CR diatas 80%. CR yang kurang dari 80% dilihat pada masing-
masing item SOP penjaringan kesehatan sekolah adalah sebagai berikut:
a. Petugas menyiapkan sasaran sekolah (60%) [Masalah A]
b. Petugas mengkonfirmasi kedatangan ke pada pihak sekolah (60%)
[Masalah B]
c. Petugas memberitahu kepada guru kelas untuk mengatur anak dengan
memanggil satu-satu. (40%) [Masalah C]
d. Petugas melakukan pemeriksaan (40%) [Masalah D]
e. Petugas mendokumentasikan laporan penjaringan kesehatan sekolah
(60%) [Masalah E]
2. Prioritas masalah

56
Dari enam masalah tersebut peneliti menentukan prioritas masalah.
Peneliti menentukan prioritas masalah dengan menggunakan matrix
problem priority.
Matriks prioritas masalah atau problem priority matriks merupakan
salah satu alat dalam menyusun urutan prioritas dari sejumlah masalah.
Setiap masalah ditentukan rangking manfaat dan rangking usahanya untuk
menyelesaikan masalah. Ranking dimulai dari yang terbaik dengan urutan
1-5. Rangking manfaat kemudian dikalikan dengan nilai rangking usaha
sebagai extended value. Nilai extended value terkecil dapat dipilih sebagai
prioritas masalah.
Penilaian manfaat dengan skala 1-5 :
- Angka 5 melambangkan kemanfaatan besar
- Angka 4 melambangkan kemanfaatan cukup
- Angka 3 melambangkan kemanfaatan sedang
- Angka 2 melambangkan kemanfaatan kurang
- Angka 1 melambangkan kemanfaatan kecil

Penilaian usaha dengan skala 1-5 :


- Angka 5 melambangkan usaha besar
- Angka 4 melambangkan usaha cukup
- Angka 3 melambangkan usaha sedang
- Angka 2 melambangkan usaha kurang
- Angka 1 melambangkan usaha kecil
Kemudian rangking manfaat dikali nilai rangking usaha sebagai extended
value. Berdasarkan nilai extended value yang terkecil dapat dipilih
prioritas masalah. Berikut adalah matriks prioritas masalah dari beberapa
masalah dalam penelitian ini :

Tabel 4.6 Matriks prioritas masalah penjaringan kesehatan sekolah

Masalah Rangking Rangking usaha Extended value Urutan prioritas


manfaat
Masalah A 3 3 9 V
Masalah B 4 2 8 II
Masalah C 3 3 9 III
Masalah D 5 2 10 VI
Masalah E 4 1 4 I

57
Matriks prioritas masalah disusun oleh peneliti kemudian melakukan
konfirmasi dengan penanggung jawab program dan kepala puskesmas.
Dengan demikian berdasarkan hasil penentuan prioritas masalah diatas,
didapatkan masalah masalah E yaitu kurangnya kepatuhan petugas untuk
melengkapi dokumen laporan (60%)
3. Identifikasi penyebab potensial
Identifikasi penyebab masalah tentang kurangnya kepatuhan petugas
untuk melengkapi dokument laporan penjaringan kesehatan sekolah di gali
melalui wawancara dengan petugas penjaringan kesehatan sekolah
menggunakan kuesioner.

Tabel 4.7 Identifikasi penyebab masalah kurangnya kepatuhan petugas


untuk melengkapi dokumentasi laporan penjaringan kesehatan sekolah
Input Penyebab masalah
Man - tenaga pelaksana yang jumlahnya kurang dibandingkan dengan
banyaknya pasien
Money -
Material - karena belum ada aturan (tertulis) tentang Reward and Punishment bagi
tenaga pelaksana yang patuh dan kurang patuh pada SOP
Method - karena SOP revisi, belum difahami mendalam, baru tahu seminggu
yang lalu
Marketing -
Lingkunga
n

karena belum ada aturan


(tertulis) tentang Reward and
Punishment bagi tenaga
pelaksana yang patuh dan kurang
patuh pada SOP
58
tenaga pelaksana yang jumlahnya
kurang dibandingkan dengan
banyaknya pasien

Man Marketing Material Rendahnya


kepatuhan
petugas dalam
melengkapi
dokumentasi
laporan (60 %)

Money Method Lingkungan

karena SOP revisi, belum difahami


mendalam, baru tahu seminggu yang
lalu
Gambar 4.5 Pendekatan Analisis Fish Bone

4. Menentukan Penyebab Masalah Paling Mungkin


a. Paired Comparison
Setelah dilakukan identifikasi penyebab masalah melalui analisis
fish bone, maka langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas
penyebab masalah. Untuk menentukan prioritas penyebab masalah dapat
menggunakan diagram Pareto, untuk membuat diagram pareto berikut
langkah langkahnya.

Tabel 4.8 Perbandingan Berpasangan (Paired Comparasion)


No Penyebab Masalah I II
1 tenaga pelaksana yang 1 1
jumlahnya kurang
dibandingkan dengan 2 3
banyaknya pasien

59
2 SOP revisi, belum difahami 2
mendalam.
3
3. belum ada aturan tentang
Reward and Punishment
bagi tenaga pelaksana yang
patuh dan kurang patuh pada
SOP

Dengan demikian maka penyebab masalah tersebut harus


dihilangkan melalui kalimat positif, menjadi SOP revisi sudah di fahami
mendalam
Keterangan jumlah:

1) Tenaga pelaksana yang jumlahnya kurang dibandingkan dengan


banyaknya pasien (1)
2) SOP revisi belum dipahami mendalam (2)
3) Belum ada atruran tentang reward dan punishment bagi tenaga
pelaksana yang patuh dan kurang patuh pada SOP (0)
b. Frekuensi penyebab masalah
Dengan menjumlah penyebab masalah pada tabel Paired
Comparison yang dilingkari maka dapat dihitung jumlah distribusi
frekuensi penyebab masalah dengan cara membuat turus/tally. Hasil Tally
yang dilakukan adalah sebagai berikut.

Tabel 4.9 Distribusi frekuensi penyebab masalah penjaringan kesehatan


sekolah
No Penyebab masalah Tally Jumlah
1. SOP revisi, belum difahami mendalam I 2
2. tenaga pelaksana yang jumlahnya kurang II 1
dibandingkan dengan banyaknya pasien
3. belum ada aturan tentang Reward and III 0

60
Punishment bagi tenaga pelaksana yang patuh
dan kurang patuh pada SOP

Berdasarkan analisis penyebab masalah dengan menggunakan


metode Paired Comparison dan melakukan turus/tally didapatkan
urutan prioritas penyebab masalah sebagai berikut :

1) SOP revisi belum di fahami


2) Tenaga pelaksana yang jumlahnya kurang dibandingkan
dengan banyaknya pasien
3) Belum ada aturan tentang reward dan punishment bagi
tenaga pelaksana yang patuh dan kurang patuh pad SOP
c. Membuat tabel pareto
Tujuan pembuatan tabel pareto adalah sebagai dasar
pembuatan tabel pareto dengan cara mengurutkan penyebab
masalah di mulai dari frekuensi terbesar ke frekuensi terkecil.

Tabel 4.10 Tabe l Pareto untuk penjaringan kesehatan sekolah


No Penyebab masalah Frekuensi Jumlah Prosentase
Kumulatif kumulatif
1. SOP revisi, belum difahami mendalam 1 2 33,3%

2. tenaga pelaksana yang jumlahnya 2 3 100%


kurang dibandingkan dengan
banyaknya pasien

3. belum ada aturan tentang Reward and 0 3 100%


Punishment bagi tenaga pelaksana
yang patuh dan kurang patuh pada
SOP

Total 3

61
d. Diagram Analisis Pareto

Gambar 4.6. Diagram Analisis Pareto penjaringan kesehatan sekolah


Keterangan :

1) SOP revisi belum di fahami


2) Tenaga pelaksana yang jumlahnya kurang dibandingkan
dengan banyaknya pasien
3) Belum ada aturan tentang reward dan punishment bagi
tenaga pelaksana yang patuh dan kurang patuh pad SOP
Diagram pareto adalah alat statistik yang digunakan untuk memilih
faktor masalah bedasarkan fakta dan data. Azas pareto mengungkapkan
bahwa dengan mengendalikan yang sedikit (20%), maka dengan cepat
menguasai yang lebih besar (>80%). Hal ini berarti dengan

62
menyelesaikan masalah E pada tabel pareto maka bisa menyelesaikan
sebagian besar masalah terkait Rendahnya kepatuhan petugas
penjaringan kesehatan sekolah dalam mendokumentasikan laporan
penjaringan kesehatan sekolah

Berdasarkan perhitungan dengan analisis pareto dalam


menyelesaikan suatu masalah maka dipilih satu masalah dengan
persentase kumulatif kurang dari 80% dan berupa persentase kumulatif
terendah 33,3% yaitu SOP revisi belum dipahami
Alternatif Pemecahan Masalah
Beberapa alternatif pemecahan masalah yang diusulkan dengan curah
pendapat dan persetujuan dengan pemegang program dan kepala Puskesmas
Poncol. Adapun beberapa alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
a. Alternatif I: Study banding ke puskesmas yang lebih baik.
b. Alternatif II : Sosialisasi pembuatan laporan kegiatan.
c. Alternatif III : Memberikan apresiasi kepada petugas yang telah
melaksanakan penjaringan kesehatan sekolah.
5. Keputusan Pemecahan Masalah
Dari 3 alternatif pemecahan masalah yang diusulkan maka selanjutnya
akan diambil pengambilan keputusan pemecahan masalah dengan matrix
cost benefit (manfaat dibanding biaya) sebagai berikut :
Penilaian dapat dibuat dengan skala 1-5
- Angka 5 melambangkan manfaat dan biaya besar
- Angka 4 melambangkan manfaat dan biaya cukup
- Angka 3 melambangkan manfaat dan biaya sedang
- Angka 2 melambangkan manfaat dan biaya kurang
- Angka 1 melambangkan manfaat dan biaya kecil

Tabel 4.11 Matriks cost benefit

Alternatif Manfaat Biaya Ratio Ranking


1,66 II
Alternatif I 5 3
2,50 I
Alternatif II 5 2
1,33 III
Alternatif III 4 3

63
Keterangan :
a. Ranking I: Sosialisasi pembuatan rencana kegiatan
b. Ranking II : Study banding ke puskesmas yang lebih baik
c. Ranking III : Memberikan apresiasi kepada petugas yang telah
melaksanakan penjaringan kesehatan sekolah
6. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (Plan of Action)
Berdasarkan alternatif pemecahan masalah yang telah diambil,
maka disusun Plan Of Action Sosialisasi pembuatan rencana kegiatan.
Persiapan dilakukan pada tanggal 23 Agustus 2018 meliputi, Perijinan
kepada kepala puskesmas, koordinasi serta persetujuan konsep atau materi
dengan Kepala Puskesmas yang meliputi, tempat, waktu, sasaran, alat, dan
bahan materi. Alat dan bahan untuk sosialisasi pembuatan rencana kegiatan
posyandu scara lengkap berupa: 1) Jadwal tugas pokok, 2) Jadwal tugas
penjaringan, 3) Estimasi waktu yang dibutuhkan 4) List kegiatan
penjaringan. Persiapan berhasil dilaksanakan dengan indikator,
perlengkapan tersedia, perijinan, koordinasi dan persetujuan mengenai
waktu, tempat dan bahan sosialisasi sudah tersedia.
Memberikan sosialisasi pembuatan rencana kegiatan. Urutan
pelaksanaan yaitu Dokter muda menjelaskan teknis pembuatan rencana
kegiatan yaitu Jadwal tugas pokok, Jadwal tugas penjaringan, Estimasi
waktu yang dibutuhkan, dan List kegiatan penjaringan kepada petugas
penjaringan kesehatan sekolah
Penilaian kepatuhan petugas penjaringan kesehatan sekolah dalam
mengisi dokumentasi penjaringan kesehatan sekolah pada kegiatan
berikutnya setelah diberikan sosialisasi.
E. Complex Problem
Penelusuran complex problem dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
wawancara dengan responden terkait penjaringan kesehatan sekolah.
Wawancara dilakukan dengan menanyakan 9 buah pertanyaan sesuai dengan
unsur minimal penilaian indeks kepuasan masyarakat. Setelah semua
pertanyaan dari 25 responden selesai diwawancarai, maka data diolah dengan
cara :
1. Menghitung Jumlah Nilai Per Unsur
Menjumlahkan skor dari 9 pertanyaan pada setiap unsur.

64
2. Menghitung Nilai Rata-Rata (NRR) Per Unsur
Jumlah Nilai Per Unsur Dibagi dengan Jumlah Responden
3. Menghitung Nilai Rata-Rata Tertimbang Per Unsur
Nilai Rata-Rata Per Unsur di kalikan 0.11 (Standart Baku)
4. Menghitung Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
Jumlah Nilai Rata-Rata Tertimbang Per Unsur di jumlahkan
5. Mencari Nilai IKM setelah di Konversi
Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dikali 25 (Standar Baku).
6. Melihat Mutu Pelayanan (Pada setiap Unsur)
Nilai Rata-Rata Tertimbang Per Unsur dikali dengan 25
7. Kinerja Unit Pelayanan
Hasil penilaian terhadap kepuasan responden terkait penjaringan
kesehatan sekolah di wilayah kerja Puskesmas Poncol menggunakan nilai
Indeks Kepuasan Masyarakat.

Tabel.4.12 Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat dengan nilai standar


Nilai Nilai Interval Nilai Interval Mutu Kinerja Unit
Persepsi IKM Konversi IKM pelayanan Pelayanan

1 1,00 – 25 – 64,99 D Tidak Baik


2,5996
2 2,60-3,064 65,00 – 76,60 C Kurang Baik
3 3,064-3,532 76,61 – 88,30 B Baik
4 3,5324 - 4,00 88,31 – 100,00 A Sangat Baik
Nilai per item pertanyaan kuesioner kepuasan pelanggan tidak ada
yang dibawah 3,02.
Didapatkan nilai maksimum 4, yaitu pada:
- Pertanyaan ke-4, tentang biaya
- Pertanyaan ke-8, Penanganan, pengaduan, saran dan masukan.
Nilai terendah didapatkan pada 3 pertanyaan, yaitu:
- Pertanyaan ke-5, tentang produk spesifikasi jenis pelayanan
- Pertanyaan ke-6, tentang kompetensi pelaksana
- Pertanyaan ke-7, tentang perilaku pelaksana

Nilai IKM yang didapatkan adalah 3,5596, diasumsikan dengan


interval nilai indeks kepuasan masyarakat 3,5324 - 4,00 (sangat baik).
Nilai IKM setelah dikonversi adalah 88,99. Berdasarkan nilai tersebut,
dapat disimpulkan bahwa kinerja petugas penjaringan kesehatan sekolah
di wilayah kerja Puskesmas Poncol adalah sangat baik.

65
F. Pemilihan Media Edukasi (Berdasarkan Skala Intensitas)
Media edukasi yang dipilih untuk menyelesaikan masalah
mengingatkan tentang pentingnya dokumentasi dan memberikan simulasi
mengisi dokumentasi penjaringan kesehatan sekolah secara lengkap. Penulis
memilih media edukasi Still picture sebagai media edukasi untuk pengingat
petugas.
Ciri-ciri skala intensitas metode dan media komunikasi still picture
dengan memperhatikan, hal-hal sebagai berikut:
1. Faktor Situasi
a. Waktu yang dibutuhkan dari peserta (Intensitas 1)
b. Keterlibatan staff (Intensitas 1)
c. Ruang khusus yang dibutuhkan (Intensitas 1)
2. Efisiensi
a. Harga/biaya awal (Intensitas 1)
b. Ongkos awal (Intensitas 2)
c. Ongkos pemeliharaan (Intensitas 1)
d. Luas ruangan (Intensitas 1)
e. Perbaikan alat penggantian (Intensitas 1)
3. Efektifitas
a. Ciri-ciri
1) Interaksi (Intensitas 1)
2) Perhatian warna (Intensitas 3)
3) Perhatian identitas (Intensitas 1)
4) Kemantapan retensi (Intensitas 2)
5) Kemantapan repetisi (Intensitas 1)
b. Tujuan pendidikan
1) Fakta (Intensitas 2)
2) Prosedur (Intensitas 2)
3) Prinsip dan konsep (Intensitas 2)
4) Sikap/pendapat (Intensitas 1)

4. Langkah-langkah pembuatan media still picture sebagai media edukasi,


yaitu:
1. Menentukan masalah yang akan diinformasikan kepada sasaran
2. Membuat konsep yang akan diinformasikan
3. Menyiapkan alat dan bahan pembuatan still picture
4. Membuat still picture (pemilihan tulisan, gambar, pewarnaan, desain
dan masalah yang diinformasikan)
5. Mencetak still picture

66
6. Meletakkan still picture pada cover map penjaringan kesehatan
sekolah

67

Anda mungkin juga menyukai