Anda di halaman 1dari 3

Pembatasan cairan pada Gagal Jantung

Pembatasan cairan yang ketat tidak lebih baik dibandingkan asupan cairan yang
lebih bebas terhadap kestabilan klinis atau berat badan. Oleh karena itu,
pemabtasan cairan sebaiknya tidak disarankan untuk semua pasien gagal
jantung, namun, pembatasan cairan sementara dapat dipertimbangkan pada
pasien dengan gagaln jantung terdekompensasi dan/atau pasien dengan
hiponatremia. Pembatasan cairan sebanyak 30 ml/kg berat badan / hari
dianggap tepat. (Peter, 2016)

Pembatasan cairan 1.5 L per hari telah lama disarankan untuk pasien2 dengan
HF. 1-3 namun, hanya ada sedikit penelitian mengenai pembatasan cairan pada
pasoen HF. Sebuah penelitian kecil yang membandingkan pembatasan cairan
(1L/hari) dengan asupan cairan bebas, tidak menemukan perbedaan dalam hal
lama perawatan di RS, lama penghentian diuretik intravena, atau stabilisasi urea,
kreatinin, dan kalium. Oleh karena itu, peneliti tersebut menyimpulkan bahwa
pembatasan cairan tidak bermanfaat untuk kelompok pasien ini. 4
Holst dan rekannya membandingkan dua regimen pembatasan cairan dan
menemukan bahwa asupan cairan bebas (30-35ml/kg berat badan/hari) tidak
jauh lebih baik dibandingkan pembatasan cairan (1.5 L/hari) dalam hal berat
badan, keluhan pasien, kualitas hidup, atau kemampuan fisik. 5 namun, pasien
dengan regimen cairan bebas lebih jarang mengeluh haus 6.
Colin Ramirez menemukan bahwa pembatasan asupan cairan dan ekskresi
natrium dalam urin berhubungan dengan penurunan frekuensi edema dan
kelelahan, serta perbaikan kelas NYHA dan kualitas hidup. 7

Pembatasan garam
Pedoman yang ada untuk asupan garam pada pasien CHF cukup bervariasi,
mulai dari ‘hindari asupan garam berlebihan’ hingga pasien tertentu harus
membatasi asupan garam maksimal 2-3 g/hari. 8 penelitian menemukan,
pembatasan garam 2-2.4 g/hari dapat menurunkan ekskresi natrium dalam urin
dan memperbaiki NYHA dan kualitas hidup. 7 sebaliknya, pasien dengan dosis
furesemid 250-500 mg, memiliki kondisi yang lebih buruk saat mengkonsumsi
garam 80 mmol/hari dibandingkan 120 mmol/hari. 8

1. Dickstein K, Cohen-Solal A, Filippatos G, McMurray JJ, Ponikowski P,


Poole-Wilson PA, Stromberg A, van Veldhuisen DJ, Atar D, Hoes AW, Keren A,
Mebazaa A, Nieminen M, Priori SG, Swedberg K, Vahanian A, Camm J, De
Caterina R, Dean V, Funck-Brentano C, Hellemans I, Kristensen SD, McGregor K,
Sechtem U, Silber S, Tendera M, Widimsky P, Zamorano JL. ESC Guidelines for
the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2008: the Task
Force for the Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic Heart Failure 2008
of the European Society of Cardiology. Developed in collaboration with the
Heart Failure Association of the ESC (HFA) and endorsed by the European
Society of Intensive Care Medicine (ESICM). Eur Heart J 2008; 29 :2388–2442.

2. Hunt SA, Abraham WT, Chin MH, Feldman AM, Francis GS, Ganiats TG, Jessup M,
Konstam MA, Mancini DM, Michl K, Oates JA, Rahko PS, Silver MA, Stevenson LW,
YancyCW. 2009 Focusedupdateincorporated into the ACC/AHA 2005 Guidelines
for the Diagnosis and Management of Heart Failure in Adults A report of the Ameri-
can College of Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force on
Practice Guidelines Developed in Collaboration with the International Society for
Heart and Lung Transplantation. J Am Coll Cardiol 2009; 53 :e1–e90.

3. McMurray JJ, Adamopoulos S, Anker SD, Auricchio A, Bohm M, Dickstein K, Falk V,


Filippatos G, Fonseca C, Gomez-Sanchez MA, Jaarsma T, Kober L, Lip GY,
Maggioni AP, Parkhomenko A, Pieske BM, Popescu BA, Ronnevik PK, Rutten FH,
Schwitter J, Seferovic P, Stepinska J, Trindade PT, Voors AA, Zannad F, Zeiher A,
Bax JJ, Baumgartner H, Ceconi C, Dean V, Deaton C, Fagard R, Funck-Brentano C,
Hasdai D, Hoes A, Kirchhof P, Knuuti J, Kolh P, McDonagh T, Moulin C, Reiner Z,
Sechtem U, Sirnes PA, Tendera M, Torbicki A, Vahanian A, Windecker S,
Bonet LA, Avraamides P, Ben Lamin HA, Brignole M, Coca A, Cowburn P,
Dargie H, Elliott P, Flachskampf FA, Guida GF, Hardman S, Iung B, Merkely B,
Mueller C, Nanas JN, Nielsen OW, Orn S, Parissis JT, Ponikowski P. ESC guidelines
for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2012: the Task
4Force for the Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic Heart Failure 2012 of the European Society of
Cardiology. Developed in collaboration with the Heart Failure Association (HFA) of the ESC. Eur J Heart Fail
2012; 14 :803–869

4.. Holst M, Stromberg A, Lindholm M, Willenheimer R. Liberal versus restricted fluid prescription in stabilised
patients with chronic heart failure: result of a randomised cross-over study of the effects on health-related
quality of life, physical capacity, thirst and morbidity. Scand Cardiovasc J 2008; 42 :316–322.

5. van der Wal MH, Jaarsma T, Moser DK, Veeger NJ, van Gilst WH, van Veldhuisen DJ.
Compliance in heart failure patients: the importance of knowledge and beliefs. Eur Heart J2006;27:434–440.

7. 4. Colin Ramirez E, Castillo Martinez L, Orea Tejeda A, Rebollar Gonzalez V, Narvaez DavidR,Asensio
Lafuente E.Effects of a nutritionalintervention on body composition,
clinicalstatus,andqualityoflifeinpatientswithheartfailure. Nutrition 2004; 20 :890–895

8. Heart FailureSocietyofAmerica.HFSA 2006 ComprehensiveHeart FailurePractice Guideline. J Card Fail


2006; 12 :e1–e2.

9. Paterna S, Gaspare P, Fasullo S, Sarullo FM, Di Pasquale P. Normal-sodium diet com- pared with low-
sodium diet in compensated congestive heart failure: is sodium an old enemy or a new friend?
Clin Sci (Lond) 2008; 114 :221–230.

RAMIPRIL
Sumber :
https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2011/022021s007lbl.pdf

Ramipril menghambat ACE . ACE adalah peptidyl dipeptidase yang mengkatalisis


perubahan angiotensin I menjadi vasokonstriktor, yaitu angiotensin II.
Angiotensin II juga merangsang sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Ramipril dapat mengurangi kalium yang hilang akibat diuretik thiazide. Diuretik
yang mempertahankan kalium (spironolakton, amiloride, triamterene) atau
suplemen kalium dapat meningkatkan resiko hiperkalemia.

FURESEMIDE
https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2012/016273s066lbl.pdf

furosemide menghambat absoorpsi natrium dan klorida pada tubulus proksimal,


distal, serta loop Henle. Furosemide dapat menyebabkan ketidakseimbangan
elektrolit, terutama pada pasien yang mendapatkan dosis tinggi dan membatasi
asupan garam. Hipokalemia dapat timbul, terutama bila terjadi diuresis yang
hebat, asupan elektrolit oral tidak adekuat, bila terdapat dirosis, atau
penggunaan bersama dengan kortikosteroid, ACTH, atau laksatif. Pasien yang
mendapat furosemide, harus dionitor untuk tanda-tanda ketidakseimbangan
cairan atau elektrolit (hiponatremia, alkalosis hipokloremik, hipokalemia,
hipomagnesemia, atau hipokalsemia).
SIMVASTATIN
https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2008/019766s076lbl.pdf
simvastatin adalah inhibitor HMG-CoA reduktase (statin) untuk
menurunkankadar lipid. Setelah dikonsumsi, simvastatin dihidrolisis menjadi
bentuk beta-hidroksiacid. Ini merupakan inhibitor dari 3-hidroksi-3-
metilglutaryl-koenzim A, yang mengkatalisis konversi HMG-CoA menjadi
mevalonate, yang merupakan tahap awal untuk membatasi biosintesis
kolesterol.
Simvastatin tidak ditemukan berhubungan dengan gangguan nutrisi.

LAXADINE
https://www.old.health.gov.il/units/pharmacy/trufot/alonim/Rishum_2_2759995
16.PDF
laxadine adalah laksatif kontak yang merangsang ujung saraf secara langsung
dalam mukosa kolon, dimana hal ini menginduksi refleks peristalsis. Laxadine
tidak diabsorpsi dari usus dan tidak merangsang uterus. Penggunaan yang
terlalu sering dan jangka panjang dapat menyebabkan ketidakseimbangan
elektrolit dan hipokalemia. Hilangnya cairan melalui usus dapat menyebabkan
dehidrasi.

ADALAT OROS
http://www.medsafe.govt.nz/profs/Datasheet/a/adalatorostab.pdf
nifedipine adalah antagonis kalsium dari tipe 1,4-dihydropyridine. Anatagonis
kalsium menurunkan influs ion kalsium trasmembran melalui kanal kalsium ke
dalam sel. Nifedipine bekerja pada sel-sel myokardium dan sel otot polos arteri
koroner.

Anda mungkin juga menyukai