Dokumen - Tips - Makalah Bahan Logamdoc
Dokumen - Tips - Makalah Bahan Logamdoc
Secara umum, bahan teknik dapat diklasifikasikan menjadi 2 golongan besar, yakni
bahan logam dan bahan non logam. Yang akan dibahas kali ini adalah bahan logam.
Logam adalah unsur kimia yang mempunyai sifat kuat, liat, keras, penghantar listrik dan
panas, dan umumnya memiliki titik cair tinggi. Contoh dari logam di antaranya adalah
besi, timah putih, tembaga, emas, platina, perak, dan alumunium.
Ilmu logam adalah suatu pengetahuan yang mencakup seluruh pengetahuan tentang
logam-logam pada umumnya. Didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
menerangkan tentang sifat-sifat dan struktur logam, pembuatan, pengerjaan dan
penggunaan dari logam-logam serta paduan-paduan. Ilmu logam terbagi menjadi 2 bagian
utama, yakni ilmu logam produktif (ekstratif) dan ilmu logam fisik (adaptif). Menurut
hasil penelitian, ilmu logam terbagi lagi menjadi lebih khusus, yakni metallurgi dan
metallografi.
SUMBER LOGAM
Biji logam, yang diperoleh dari penambangan, biasanya masih bercampur dengan
bahan-bahan ikutan lainnya. Presentase berat dari unsur-unsur yang terkandung di dalam
biji-biji ini tergantung pada kedalaman lapisan tanah, darimana biji tersebut diperoleh,
misalnya untuk lapisan tanah dengan kedalaman lapisan tanah 1,6 Km akan diperoleh biji
dengan 46,59% oksigen , 27,72% silikon dan selebihnya termasuk unsur logam. Logam
yang terdapat dalam biji ini biasanya masih dalam keadaan terikat dengan unsur-unsur
lain ( berupa senyawa ) misalnya :
1. Berupa oksida-oksida ( biji Fe, Mn, Cr, Sn )
2. Berupa karbonat-karbonat ( biji Zn, Cu, Fe )
3. Berupa sulfida ( biji Pb, Zn, Cu, dan lain-lain )
SIFAT LOGAM
Logam atau metal mememiliki beberapa karakter umum yaitu wujud padat,
menunjukkan kilap, massa jenis tinggi, titik didih dan titik lebur tinggi, konduktor panas
dan listrik yang baik, kuat atau keras namun mudah dibentuk misalnya dapat ditempa
(malleable) dan direnggangkan (ductile). Walaupun demikian terdapat beberapa sifat yang
menyimpang misalnya raksa pada suhu kamar merupakan satu-satunya logam yang
berwujud padat dan hingga saat ini belum diketahui mengapa raksa berwujud cair
A. Sifat Kimia
Logam biasanya cenderung untuk membentuk kation dengan
menghilangkan elektronnya, kemudian bereaksi dengan oksigen di udara untuk
membentuk oksida basa. Contohnya:
4 Na + O2 → 2 Na2O (natrium oksida)
2 Ca + O2 → 2 CaO (kalsium oksida)
4 Al + 3 O2 → 2 Al2O3 (aluminium oksida)
Logam-logam transisi seperti besi, tembaga, seng, dan nikel, membutuhkan
waktu lebih lama untuk teroksidasi. Lainnya, seperti palladium, platinum dan
emas, tidak bereaksi dengan udara sama sekali. Beberapa logam seperti
aluminium, magnesium, beberapa macam baja, dan titanium memiliki semacam
"pelindung" di bagian paling luarnya, sehingga tidak dapat dimasuki oleh
molekul oksigen.
Proses pengecatan, anodisasi atau plating pada logam biasanya merupakan
langkah-langkah terbaik untuk mencegah korosi.
B. Sifat Fisis
Logam pada umumnya mempunyai angka yang tinggi dalam konduktivitas
listrik, konduktivitas termal, sifat luster dan massa jenis. Logam yang
mempunyai massa jenis, tingkat kekerasan, dan titik lebur yang rendah
(contohnya logam alkali dan logam alkali tanah) biasanya bersifat sangat reaktif.
Jumlah elektron bebas yang tinggi di segala bentuk logam padat menyebabkan
logam tidak pernah terlihat transparan.
Mayoritas logam memiliki massa jenis yang lebih tinggi daripada
nonlogam. Meski begitu, variasi massa jenis ini perbedaannya sangat besar, mulai
dari litium sebagai logam dengan massa jenis paling kecil sampai osmium
dengan logam dengan massa jenis paling besar.
Titik didih dan titik lebur logam berkaitan langsung dengan kekuatan
ikatan logamnya. Titik didih dan titik lebur logam makin tinggi bila ikatan logam
yang dimiliki makin kuat. Dalam sistem periodik unsur, pada satu golongan dari
atas kebawah, ukuran kation logam dan jari-jari atom logam makin besar. Hal ini
menyebabkan jarak antara pusat kation-kation logam dengan awan elektronnya
semakin jauh, sehingga gaya tarik elektrostatik antara kation-kation logam
dengan awan elektronnya semakin lemah. Hal ini dapat dilihat pada titik didih
dan titik lebur logam alkali.
Dalam hal daya hantar listrik, sebelum logam diberi beda potensial,
elektron valensi yang membentuk awan elektron bergerak ke segala arah dengan
jumlah yang sama banyak. Apabila pada logam diberi beda potensial, dengan
salah satu ujung logam ditempatkan elektroda positif (anoda) dan pada ujung
yang lain ditempatkan ujung negatif (katoda), maka jumlah elektron yang
bergerak ke anoda lebih banyak dibandingkan jumlah elektron yang bergerak ke
katoda sehingga terjadi hantaran listrik.
Berdasarkan model awan elektron, apabila salah satu ujung dari logam
dipanaskan maka awan elektron ditempat tersebut mendapat tambahan energi
termal. Karena awan elektron bersifat mobil, maka energi termal tersebut dapat
ditransmisikan ke bagian-bagian lain dari logam yang memiliki temperatur lebih
rendah sehingga bagian tersebut menjadi panas.
Permukaan logam yang bersih dan halus akan memberikan kilap atau kilau
(luster) tertentu. Kilau logam berbeda dengan kilau unsur nonlogam. Kilau logam
dapat dipandang dari segala sudut sedangkan kilau nonlogam hanya dipandang
dari sudut tertentu. Logam akan tampak berkilau apabila sinar tampak mengenai
permukaannya. Hal ini disebabkan sinar tampak akan menyebabkan terjadinya
eksitasi elektron-elektron bebas pada permukaan logam. Eksitasi elektron yaitu
perpindahan elektron dari keadaan dasar (tingkat energi terendah) menuju ke
keadaan yang lebih tinggi (tingkat energi lebih tinggi). Elektron yang tereksitasi
dapat kembali ke keadaan dasar dengan memantulkan energi dalam bentuk
radiasi elektromagnetik. Energi yang dipancarkan inilah yang menyebabkan
logam tampak berkilau.
C. Sifat Mekanis
Sifat mekanis merupakan kemampuan atau kelakuan logam itu menahan
beban yang dikenakan kepadanya. Baik pembenahan statis maupun dinamis pada
suhu biasa, tinggi ataupun di bawah nol derajat celcius. Sering kali suatu bahan
mempunyai sifat mekanis yang baik, tetapi kurang baik dalam sifat lainnya. Sifat
mekanis tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kekuatan (strength) : kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa
menyebabkan patah atau kerusakan pada bahan.
2. Kekerasan (hardness) : kemampuan bahan terhadap deformasi praktis berupa
penggoresan, pengikisan (abrasi), dan identasi atau penetrasi. Sifat ini
beriktan erat dengan sifat aus dan berkolerasi dengan kekuatan.
3. Kekenyalan (elasticity) : kemampuan bahan untuk kembali ke bentuk semula
setelah diberi beban yang menyebabkan deformasi bila benda ditiadakan.
4. Kekakuan (stiffness) : keampuan bahan untuk menerima beban tanpa
mengakibatkan terjadinya deformasi. Kekakuan terkadang lebih penting dari
kekuatan.
5. Plastisitas ( plasticity) : kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah
deformasi permanen tanpa menajdi rusak,putus atau pecah.
6. Ketangguhan (toughness) : kemampuan bahan untuk menyerap sejumlah
energy tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan atau jumlah energy yang
dibutuhkan mematahkan benda kerja.
7. Kelelahan (fatigue) : kecenderungan dari logam untuk patah atau rusak bila
menerima tegangan yang masih di bawah batas elastisnya, yang bekerja
berulang-ulang.
IKATAN LOGAM
Ikatan logam adalah ikatan yang terjadi jika antara dua atom saling meminjamkan
electron. Hanya saja jumlah atom yang saling meminjamkan, electron valensinya tidak
terbatas. Setiap atom akan memyerahkan electron valensinya untuk digunakan bersama.
Dengan ini terjadilah ikatan. Inti-inti atom akan tertarik satu sama lain, tetapi tidak dapat
lebih dekat dengan jarak tertentu. Bila atom saling mendekati dan melampaui jarak
tertentu maka akan terjadi tolak menolak antara inti atom yang disebabkan oleh muatan
inti atom yang sama-sama positif. Karenanya jarak antar inti-inti atom tersebut tetap
terjaga konstan. Peristiwa ini bisa terjadi pada logam, sehingga disebut ikatan logam.
Pada keadaan ini, jarak inti atom terletak teratur dengan jarak tertentu dan electron-
elektron yang saling dipinjamkan seolah-olah membentuk kabut electron yang
mengelilingi inti-inti logam tersebut. Electron-elektron tersebut tidak terikat pada salah
satu atau beberapa atom tertentu saja. Tetapi, setiap electron dapat saja suatu saat berada
pada sebuah atom dan pada saat berikutnya berada pada atom lain. Oleh karena itu, logam
mudah mengalirkan listrik dan panas.
Atom-atom pada logam akan menempati posisi tertentu dan tetap. Karena jarak
antara atom satu dengan yang lainnya harus tetap, maka mudah dibayangkan bahwa atom
logam ini tersusun secara teratur menurut suatu pola tertentu yang dinamakan kristal.
Salah satu ciri dari logam adalah selalu berbentuk kristal. Atom-atomnya tersusun secara
teratur dalam suatu kristal.
PENGUJIAN LOGAM
Untuk mengetahui sifat logam tersebut, perlu dilakukan pengujian. Pengujian
biasanya dilakukan terhadap specimen sampel bahan yang dipersiapkan menjadi
specimen dengan bentuk dan ukuran yang standart.
1. Pengujian tarik : dilakukan terhadap specimen yang standar. Batang uji ini
dijepit pada ujung-ujungnya, kemudian ditarik dengan gaya uniaxial yang
bertmbah besar, sedikit demi sedikit. Diameter dan tebal batang uji juga harus
diukur terlebih dahulu sebelum penarikan. Penarikan dilakukan dengan
kecepatan rendah dan selama penarikan dicatat dengan grafik yang telah
tersedia pada mesin tarik.
2. Pengujian bengkok : dapat dilakukan terhadap bahan getas, agar dapat
menentukan adanya cacat dan retakan pada permukaan. Cara ini sering
dipergunakan untuk memnetukan bentuk dari pelat tipis atau kekuatan
sambungan las. Bahan dapat dibengkokkan dengan alat penguji bengkok
(universal testing mechine).
3. Uji kekerasan : dalam dunia teknik yang menyangkut logam, kekerasan adalah
ketahanan suatu benda terhadap penetrasi pada permukaannya. Ada tiga
macam penetrasi untuk pengujian kekerasan, yaitu :
a. Goresan : prinsipnya adalah ketahanan relative terhadap goresan dari
bahan yang lunak oleh bahan yang lebih keras.
b. Menjatuhkan indentor : menjatuhkan indentor dari ketinggian tertentu
dengan melihat tinggi pantulan yang dihasilkan. Maka akan diketahui
harga kekerasan bahan tersebut. Semakin keras suatu bahan, maka
pantulan yang dihasilkan semakin tinggi dan begitu pula sebaliknya. Alat
pengujian yang memakai system ini adalah shore schleroscope.
c. Penekanan : system poldi, system brinell, system Rockwell, system
vikers, system meyer, microhardness test, ultrasonic hardnesstester, dan
durometer hardness tester.
4. Pengujian puntir : pengujian puntir tidak banyak dipergunakan secara luas,
akan tetapi uji tersebut sangat bermanfaat untuk berbagai penggunaan di
badang teknik dan juga untuk penelitian teoritis mengenai aliran plastis. Uji
puntir pada suatu bahan dapat dilakukan untuk menentukan sifat-sifat seperti
modulus elastisitas geser, kekuatan luluh puntir dan modulus pecah.
DAFTAR PUSTAKA
Avner, Sidney H. 1983. Introduction To Physical Metallurgy. Tokyo : Kosaido Printing
Co. Ltd.
Cottrell, Alan. 1982. An Introduction To Metallurgy. : Edward Arnold Publishers
Ltd.
Davis. 1985. Metallurgical Processes And Production Technology. Melbourne : Pitman
Publishing Limited.
Dieter George, E. Paul. 1984. Mechanical Metallurgy. Tokyo : Kosaido Printing Co. Ltd.
Deuttschman D, Aaron. Machine Design Theory And Pratice. New York : Macmilan
Publishing Co. Inc.
Heyne W, Richard. 1979. Principle Of Metal Casting. New Delhi : Mc Graw Hill
Publishing Company Ltd.
Kamenicluny. . Heat Treatmnent A Hand Book. Moscow : Peace Publishers.
Leslie. 1982. The Phisicalmetallurgy Of Steel. Tokyo: Mc Graw Hill International Group
Company.
Pollack, Herman W. 1981. Materials Science And Metallurgy. : Retson Publising
Company Inc.
Rosenquist, Terkel.1985. Principles Of Extractive Metallurgy.
Surdia, Tata. 1985. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta : Pradya Paramita.
Swarup, D. 1981. Element Of Metalurgy. India : Rastugi Publication.
Van Vlack, Lawrence H. 1984. Element Of Materials Science And Engineering. Usa :
Addison Wisley Publising Company.
Zakharof. Heat Treatment Of Metals. Moscow : F1 Publising House.