Anda di halaman 1dari 21

Makalah Cara kerja dan penanganan di lab Kimia

BAB I
PENDAHULUAN

Bekerja dalam laboratorium tak lepas dari kemungkinan bahaya dari berbegai jenis bahan kimia.
Pemahaman mengenai berbagai aspek bahaya dalam laboratorium, memungkinkan para pekerja
dalam menciptakan keselamatan dan kesehatan kerja.
Laboratorium adalah suatu pasilitas yang memberikan hasil uji yang bergantung pada batasan-
batasan fisik dan ekonomi daya beli, peraturan-peraturan, kebutuhun industri keluhan diri pribadi
dan tuntutan dan pabrikindustri.
Ada beberapa faktor yang terlibat di dalam kalibrasi pengukuran dan pengujian adalah
• Pegawai atau staf
• Peralatan
• Akomodasi lingkungan
• Metodelogi
• Sample
• Pengolahan data
Laboratorium juga diartikan sebagai suatu lingkungan kerja yang komplek yang potensial untuk
terjadinya ekspuls untuk terkena berbagai macam kecelakaan yang patogen (mikroba yang
bahaya), api, bahaya, mekanik, substansi atau zat-zat radioaktif.
Penggunaan laboratorium yang aman ada 2 syarat
• Memerlukan pengetahuan tentang zat atau bahan yang berbahaya di laborarorium
• Memerlukan pengetahuan yang benar tentang prosedur-prosedur yang terperinci untuk
menghilangkan bahan-bahan yang berbahaya.

BAB II
BAHAYA DI LABORATORIUM

Bekerja dilaboratorium selalu ada kemungkinan terjadinya kecelakaan. Kecelakaan dapat terjadi
karena beberapa faktor yaitu sikap dan tingkah laku pekerja, keadaan yang tidak aman dan
kelalaian pengawas serta bahan kimia dan peralatan. kecelakaan dapat dihindari dengan cara
bekerja secara hati-hati dan disiplin mengikuti peraturan yang umum ditetapkan didalam
laboratorium.
a) Sikap dan tingkah laku para pekerja
Sikap dan tingkah laku pekerja yang kemungkinan bahaya dan akan memakai alat pelindung diri,
menempati urutan pertama sebagai penyebab kecelakaan sikap dan tingkah laku demikian sering
dimiliki oleh para pekerja yang belum banyak pengalaman di dalam laboratorium. Dalam dunia
pendidikan, hal demikian wring terjadi pada praktikum-praktikum mahasiswa tingkat pertama
dan kedua mungkin pula pada tingkat yang lebih tinggi.
b) Keadaan yang tidak aman
Keadaan yang tidak aman dapat disebabkan oleh bahan, alat dan teknis. Bekerja dengan gas
hidrogen sulfida, asam siarfida atau metil isosianat, adalah contoh keadaan yang tidak aman
kerena bahan tersebut sewaktu-waktu dapat menimbulkan pencemaran ruangan kerja atau
lingkungan.keadaan meniadi lebih tidak aman seandainya alat ventilasi ruangan, almari asam
atau sistem pengaman gas (scrubber) lidak bekerja dengan baik. Kesalahan teknik juga
merupakan suatu keadaan yang tidak aman. Seperti pemanasan eter atau asaton dengan api
terbuka atau melakukan reaksi kimia eksotermis tanpa pendinginan.
c) Supervisor (pengawas)
Pengawas juga memegang peranan penting. Prosedur dan cara kerja perlu diberikan oleh
pengawas secara jelas dan sempurna sebelum dikejakan oleh para pelaksana. Juga sangat penting
pengetahuan pengawas untuk mengetahui setiap kemungkinan (mengantisipasi) bahaya yang
timbul dari suatu bahan dan percobaan kimia.

A. Jenis-jenis bahaya di laboratorium


1. Keracunan
Keracunan sebagai akibat penyarapan bahan-bahan kimia beracun atau toksik, seperti amonia,
karbon monoksida, benzeyona, kloroform dan sebagainya. Keracunan dapat berakibat fatal
ataupun gangguan kesehatan. Keracunan pada manusia dapat terjadi apabila zat racun tertelan
,lewat kulit atau terhisap, oleh karma itu bekerja di laboratorium harus lah menggunakan
pelindung pernafasan ( masker), pelindung mata ( kaca mata khusus), pelindung tangan ( sarung
tangan) dan pelindung tubuh ( jas Lab)

2. Iritasi
Iritasi sebagai akibat kontak dengan bahan kimia korosif seperti H2SO4, HCI, natrium.
hidroksida, gas C1 dan sebagainya. Iritasi dapat berupa luka atau peradangan pada kulit saluran
pernafasan dan mata.
3. Kebakaran dan luka bakar
Kebakaran dan luka bakar sebagai akibat kurang hati- hati dalam menangani pelarut-pelarut
organik yang mudah terbakar seperti eter, aseton, alkohol sbb.
Kebakaran dapat timbul oleh adanya bunga api, panas atau loncatan listrik clan dengan adanya
oksigen serta bahan bakar. Bila kebakaran terjadi saat api masih kecil dapat di lakukan
pemadaman menggunakan pemadam tertentu sesuai dengan jenis kebakaran nya.
Kebakaran di lab dapat di kelompok kan menjadi:
• kebakaran kertas, kayu, karet, plastik, dan scjenis nya dapat di atasi dengan menggunakan air
yang berfungsi sebagai pcndingin dan untuk menye limuti bahan dari oksigen.
• Kebakaran pelarut organik seperti benzena, toluene dan eter dapat padamkan dengan
menggunakan busa. Busa adalah dispersi gas dalam cairan yang berfungsi untuk mengisolasi
bahan dari oksigen.
• Kebakaran instalasi listrik yang dapat di atasi dengan menggunakan gas CO2 dan halon
(CF3Br).
• Kebakaran logam –lagam alkali seperti kalium dan natrium. Dapat di atasi dengan
menggunakan Nbuk kering campumn natrium karbonat,kalium klorida, kalium karbonat, dan
amonium fosfat. Selain itu kebakaran ini dapat di atasi dengan menggunakan CO2 dan halon.

4. Merusak kulit
Bahan- bahan yang merusak kulit:
 Asam – asam kuat :H2SO4, HNC3, HCL clan HF
 Basa- basa kuat : Naoh , KOH

 Asam dan baa lemah : Ch3COOh , ( COOH)2 NH4 OH


 Lain- lain : H2 O2 pekat, brom cair, dan lain-lain

Hindari kulit, mata, dan bagian tubuh lain dari bahan – bahan kimia ini. Pada saat mengambil
cairan dari dalam botol, jangan sampai ada zat yang tercecer dari dalam botol. Mengambil zat
tidak boleh di hisap dengan mulut melain kan dengan karet penghisap.
5. Bahaya-bahaya lain
Seperti sengatan listrik, keterpaan pada radiasi sinar tertentu,dan pencemaran lingkungun. Jadi,
jelas laboratorium kimia mengandung banyak potensi bahaya, tetapi potensi bahaya apapun
dapat di kendalikan sehingga tidak menimbul kan kerugian. Suatu contoh, bahan bakar bensin
dan gas cair mempunyai potensi bahaya kebakaran yang sangat besar.

B. Sumber-sumber bahaya dalam laboratorium kimia


1. Bahan- bahan kimia yang berbahaya, yang perlu kita kenal jenis, sifat, cara penanganan dan
penyimpanan nya. Contoh nya: bahan kimia beracun, mudah terbakar, eksplusif, dan sebagai
nya.
2. Teknik percobaan, yang meliputi pencampuran bahan, destilasi, ekstraksi, reaksi kimia, dan
sebagai nya
3. Sarana laboratorium, yakni gas, air, listrik, dan sebagai nya.

C. Bahan-bahan Kimia dan Cara Pcnanggulangannya


Untuk memudah kan cara menangani dan menangani bahan kimia, bahan-bahan kimia yang
berbahaya dapat di kategori kan sebagai berikut:
a) bahan -- bahan kimia beracun atau toksik(toxic subtances)
Pada dasar nya semua bahan kimia adalah beracun, tetapi bahayanya terhadap kesehatan sangat
bergantung pada jumlah zat tersebut yang masuk kedalam tubuh. Dalam Iaboratorium, bahan-
bahan kimia dapat masuk kedalam tubuh melewati tiga saluran yakni:
1. Mulut atau tertelan. Hal ini jarang terjadi kecuali apabila ada kesalahan memipet dengan mulut
atau makan dan minum dalam lab.
2. Melalui kulit,zat- zat seperti avilin, nitrobenzene, penol, paration, dan asam sianida atau HCN
mudah terserap.
3. Melalui pernafasan. Gas, debu, dan nap mudah terserap lawat pernafasan dan saluran ini
merupakan sebagian besar kasus keracunan yang terjadi. Gas- gas seperti sulfurdioksida (S02)
dan CL2 dapat mernberikan efek setempet pada jalan pernafasan. Tetapi gas- gas seperti HCN,
CO2, H2S nap Pb dan Zn yang telah terserap lewat pernafasan akan segera masuk dalam darah
dan terdistribusi keseluruh organ- organ tubuh
b) Efek akut dan kronis
efek toksik bagi tubuh manusia terbagi dua yakni akut dan kronis. Efek akut adalah pengaruh
sejumlah dosis tertentu yang akibat nya dapat di lihat atau di rasakan dalam waktu pendek
contoh nya keracunan fenol dapat menyebab kan diare dan keracunan gas CO dapat
menimbulkan hilang kesadaran atau kematian dalam waktu pendek.
Kronis adalah suatu akibat keracuinan bahan- bahan kimia dalam dosis kecil tetapi terus menerus
dan efek nya baru dapat di rasakan dalam jangka panjang. Menghirup uap benzena dan senyawa
hidrokarbon terklorinasi (seperti kloroform, karbon tetraklorida ) dalam keadaan rendah tetapi
terus-menerus akan menimbulkan penyakit hati atau lever. Demikian pula uap timbal akan
menimbulkan kerusakan dalam darah.
D. Bohan- Bahan Kimia Korosif / iritant
Bahan kimia dapat di kelompok kan sesuai dengan wujud zat yaitu
a. Bahan korosif cair.
Dapat menimbulkan iritasi setempat sebagai akibat reaksi langsung dengan kulit, proses
kelarutan atau denakurasi protein pada kulit atau akibat gangguan kesetimbangan membran dan
tekanan osmosa pada kulit. Pengaruh iritasi akan bergantung pada konsentrasi dan lamanya
kontak dengan kulit. Asam sulfas pekat dapat menimbulkan luka yang sukar dipulihkan.
Contoh bahan korosif cair adalah
 Asam mineral
 Asam nitrat

 Asam sulfas
 Asam klorida
 Asam fluorida
 Asam fospat
 Asam organik
 Asam forniat
 Asam asetat
 Asam monokloro asetat

• Pelarut organik :
1. Petroleum, karbon disulfide
2. Hidrokarbon terklorinasi, terpentin

b. Bahan kimia korosif padat


Iritasi yang ditimbulkan oleh zat padat korosif amat bergantung pada kelarutan zat pada Wit yang
lumbar. Sifat korosif dan pangs yang ditimbulkan akibat proses pelarutan adalah penyebab iritasi.
Meskipun zat padat korosif kurang bahaya dibandingkan dengan bentuk cair, tetapi larutan pekat
dan dispersi zat padat dalam cair (slaty) mempunyai bahaya yang lebih besar.
Cara penanganan bahah kimia korosif padat mirip bentuk cairnya, yakni mencegah kontak
dengan bahan dengan cara memakai pelindung diri (sarung tangan, kaca mats, dsb)

c. Bahan korosi bentuk gas


Bentuk gas mcrupakan yang paling berbahaya dibandingkan dengan bentuk padat dan dalam
bentuk cair karena yang diserang adalah saluran pernafasan. Kelarutan gas dalam permukaan
salaran yang Iembab atau lender menentukan bahaya gas tersebut disamping jenis zat. Suatu
contoh, gas amonia bila terhisap akan menyebabkan pembekakan pada bagian atas saluran
pernafasan yang mungkin dapat menimbulkan kematian. Hal ini berbeda dengan fosgen yang
meskipun sedikit dapat menimbulkan iritasi, tetapi dapat menyebabkan kecelakaan fatal arena
dapat merusak sel udara dalam paruparu. Gas klor mempunyai sifat bahaya diantara amonia clan
fosgen.
Jenis gas iretant dapat digolongkan pada besar kecilnya kelarutan yang juga menentukan daerah-
daerah serangan pada alat pernafasan. Golongan tersebut adalah sebagai berikut
Amat larut, dengan daerah serangan pada bagian alas saluran pernafasan
Contoh : amonia, asam klorida, asam florida, formal dehid, asam asetat, sulful klorida,tionil
klorida dan sulfuril klorida.
Kelarutan sedang. Efek pada saiduran pernafasan bagian atas dan yang lebih dalam (bronchia) :
belerang oksida, klor, brom, arsentriklorida, fosfor triklorida dan fosfor penta klorida.
Kelarutan kecil, tetapi efeknya pada alat pernafasan bagian. dalam : ozon, nitrogen.
Efek iritasi oleh mekanisme bukan pelarutan : akrolein, dikloroetilsulfida, diklorometileter,
kloropikrin dan, dimetil sulfat.
Kelompok terakhir merupakan keanehan di banding kan dengan tiga kelompok yang yang
sebelumnya. Contoh aklorin dan dimetilsulfat sedikit larut dalm air, tatapi sangat iritant terhadap
mata dan saluran pernafasan.

E. Bahan Kimia Yang Mudah Terbakar ( Flammable Subtances)


Meskipun kebakaran tidak hanya terjadi dalam laboratarium kimia, tetapi laboratorium kimia
mempunyai kemungkinan besar untuk terjadi nya kebakaran. Hal ini di sebab kan selain ada nya
penggunaan listrik dan pemanas lain juga banyaknya dipakai bahan kimia yang mudah terbakar
atau menimbul kan kebakaran. Memang di indonesia sampai saat ini baru beberapa kali terjadi
kebakaran besar dalam laboratorium kimia. Tetapi kebakaran kecil menimbul kan kepanikan dan
kecelakan sering terjadi dalam lab kimia.
Untuk dapat menghindar kan terjadi nya kebakaran perlu kira nya dapat di hayati proses terjadi
kebakaran, bahan kimia mudah terbakar, dan cara penanggulangan kebakaran.
1. Proses kebakaran atau terjadi nya api
Banyak kemungkinan pekerjaan dan percobaan lab yang dapat menimbul kan kebakaran
beberapa kemungkinan tersebut kadang kala dapat di perkirakan kalau kita dapat memahami
teori terjadi nya api yang di sebut segi tiga api.
Ada bahan yang mudah terbakar dengan oksigen, tetapi apabila suhu tidak cukup tinngi, maka
api atau proses kebakaran tidak akan terjadi. Dengan demikian pula pada bahan panas, tetapi bila
oksigen tidak cukup, api pun tidak akan terjadi dengan demikian, usaha untuk menghindar kan
terjadi nya api, pada prinsip nya menghindara kan salah satu dari unsur tersebut di atas.
2. Jenis- jenis bahan kimia yang mudah terbakar.
Kebanyakan bahann kimia yang mudah terbakar dalam laboratorium dapat di golong kan
menjadi tiga golongan yakni :
a. padat belerang, fosfor merah dan kuning, hidrida logam, logam alkali, dll
tekanan yang terlepas atau dadakan selain itu ciri khas bahaya utama adalah kebocoran yang
akan mengeluarkan gas dalam waktu amat pendek.

10. Bahan- bahan kimia radioaktif.


Bahan kimia radioktif adalah bahan kimia yang dapat mengantar kan radiasi sinar alfa, beta atau
gams zat radioaktif banyak di pakai dalam lab sebagai bahan untuk sintesis dan analisis. Dapat
pula di pakai dalam pengobatan. Sinar gama mempunyai energi clan daya tembus yang lcbih
besar dari pada sinar beta, lebih kuat dari pada sinar alfa. Sinar- sinar radiasi tersebut dapat
mengganggu atau merusak sel- sel tubuh.
Bahaya radiasi dapat pula berasal dari dalm tubuh. Hat ini terjadi karena masuk nya zat- zat
radioaktif lewat paru- paru (berupa cap atau debu ) mulut atu kulit. Dalam hal ini bahan
pemancar radiasi alfa dan beta adalah sudah cukup berbahaya, karena dapat beredar keseluruh
tubuh lewat peredaran darah atau beraklimulasi dengan organ- organ tertentu, bergantung pada
jenis zat.

LABEL DAN PENYIMPANAN BAHAN KIMIA.


Cara penyimpanan bahan kimia memerlukan pengetahuan dasar akan sifat bahaya serta
kemungkinan interaksi antar bahan serta kondisi yang mempengaruhi nya. Tanpa memperhatikan
semua faktor tersebut dapat mengakibatkan kebakaran, ledakan, keracunan atau kombinasi di
antara kemungkinan ketiga akibat tersebut

BAB III
SYARAT-SYARAT PENYERAHAN BAHAN

1. Pengaruh panas atau api


Kenaikan suhu akan menyebabk-an reaksi atau perubahan kimia terjadi dan mernpercepat reaksi.
Juga percikan api berbahaya untuk bahan-bahan yang mudah terbakar
2. Pengaruh kelembaban
zat-zat higroskopis, mudah menyerap uap air dan Udara dan reaksi hidrasi yang eksotermis dan
menimbulkan pemanasan ruang.
3. Interaksi dengan wadah
Bahan kimia dapat berintekrasi dengan wadahnya dan bocor
4. Interaksi antara bahan
5. Kemungkinan dapat menimbulkan ledakan, kebakaran, atau timbulnya gas beracum.

Alat-Alat Pemadam Kebakaran


Pada prinsipnya pemadam kebakaran berfungsi salah satu atau lebih kriteria berikut :
1. menurunkan suhu bahan yang terbakar
2. mengurangi kontak dengan oksigen
3. mengurangi redikal penyebab reaksi berantat

Jervis Pemadam Kebakaran


a. Air
Air berfungsi sebagal pendingin dan menyelimuti bahan dan O2 oleh, adanya uap air yang
terbentuk. pemadam air amat baik untuk
1. Kebakaran kertas, kayu, karet, dsb (kelas A).
2. Jika kebakaran pelarut organik (kelas B) tidak di anjurkan menggunkan air karea akan
memperbesar kobaran api, kecuali pelarut organik yang larut dalam air .
3. Kebakaran akibat listrik (kelas C) aliran listrik harus dipadamkan terlebih dahulu karena
akan menimbulkan hubungan pendek.
4. Kebakaran logam alkali dari alkali tariah (kelas D) tidak di dianjurkan memakai air

b. Busa
Adalah disperse gas dalam cairan, berfungsi mengisolasi bahan dan oksigen untuk kelas (A) atau
kebakaran biasa kelas B atau kebakaran pelarut organic
c. Bubuk busa berfungsi :
1. Melindungi bahan dari 02
2. Melindungi bahan dari radiasi panas
3. Menyerap radikal pembentuk reaksi lantai

Jenis pemadam ini baik untuk kelas A, B dan D. Kelemahan dari pemadam ini tidak efektif untuk
tempat berangin. Karena dapat dapat timbul kembali setelah dipadamkan.
d. Gas CO2
Gas CO2 bertekanan tinggi, jenis pemadam ini sangat baik untuk segala jenis kebakaran (segala
kelas). Karna mengisolasi bahan dari 02. Kelemahan jenis ini dapat terjadi penyalaan kembali
c. Halon
Suatu senyawa hidrokarbon yang terhalogenasi, dengan baik untuk kebakaran segala kelas, lebih
praktis clan CO2 karma mempunyai volume yang lebih kecil.

Peralatan pemadam kebakaran diatas harus tersedia dalam suatu lab kimia, mengingat sangat
banyaknya kemungkinan kebakaran. Namun hal yang sangat penting adalah bahwa para pekerja
atau mahasiswa yang bekerja dalam lab harus mengetahui letak pemadam kebakaran dan cara
operasinya.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam bekerja dilaboratorium kimia, hal yang paling utama yang perlu diperhatikan adalah
ketelitian dan kewaspadaan karna kecerobohan dan keteledoran tentu saja dapat mengundang
segala resiko yang mungkin bisa saja terjadi. Laboratorium kimia merupakan sarana penting
untuk pendidikan, penelitian, pelayanan, uji mutu atau qualiti control.
Kecelakaan dapat disebahkan oleh
 Sikap dan tingkah laku para pekerja
 Keadaan yang tidak aman

 kurang pengawasan dari pihak pengawas (supervisor)

Banyak sekali jenis – jenis bahaya yang sering menimbulkan kecelakaan dalam laboratorium
kima adalah sebagai berikut
Keracunan
Iritasi
Kebakaran
Luka bakar
Luka kulit, dll
Keadaan yang aman dalam laboratorium, dapat diciptakan apabila ada kemauan dari setiap
pekerja atau kelompok pekerja untuk menjaga dan melindungi diri. Selain itu, perlu pula
dipahami tentang alat pelindung diri serta cara penaggulangannya bila terjadi kecelakaan.

B. Saran
Demi keselamatan individual maupun bersama maka sebelum bekerja didalam laboratorium
kimia, hendaklah terlebih dahulu memperhatikan hal –hal apa saja yang perlu dilakukan
kemudian jangan melalaikan tata tertib praktikum, karena apa – apa saja yang tertulis pada tata
tertib praktikum perlu diperhatikan dan dilaksanakan dengan balk, hal ini bertujuan untuk
mencegah kemungkinan – kemungkinan resiko atau bahaya yang bisa saja terjadi, karena
mencegah lebih balk dari pada. mengobati ". Dan dengan kehati - hatian serta pengetahuan akan
teknik kerja yang benar, laboratorium bukanlah tempat yang berbahaya.

DAFTAR PUSTAKA

Imam Khasani, Soemanto. Keselamatan kerja dalam laborium kimia. Jakarta:PT Gramedia
Nazarudin & Afrida.2002. Penuntun Praktikum Kimia dasar. Unja
Judul :Makalah Cara kerja dan penanganan di lab Kimia Url :http://www.file-edu.com/2011/04/makalah-
cara-kerja-dan-penanganan-di.html Link :M

Pengelolaan Laboratorium
Posted on March 27, 2012 by admin
Laboratorium sebagai fasilitas belajar dalam Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga
Kependidikan Abad ke 21 (SPTK-21, Depdiknas, 2002) merupakan tempat yang digunakan
untuk mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penelitian dan
sebagainya dengan menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan
kuantitas dan kualitas yang memadai. Laboratorium dapat berarti suatu ruangan tertutup dengan
sejumlah perlengkapan, atau suatu alam terbuka dengan karakteristik natural.

Laboratorium memegang peranan penting sebagai pusat kegiatan praktikum dan penelitian
mahasiswa, pembinaan, pengkajian, penelitian, pengabdian masyarakat dan pengembangan
IPTEK. Pengelolaan Laboratorium berkaitan dengan pengelola dan pengguna, fasilitas
Laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, bahan-bahan kimia dan sebagainya), serta
aktivitas yang dilaksanakan di Laboratorium membutuhkan keahlian khusus, baik keahlian yang
bersifat teknis maupun managerial dalam rangka menjaga dan mengembangkan fungsi dan
peranan Laboratorium.

Laboratorium pada lembaga pendidikan tidak hanya turut bertanggungjawab dalam


menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi akademis dan profesi kependidikan saja,
melainkan juga harus mampu menghasilkan berbagai produk pendidikan sains seperti; media,
model dan proses pembelajaran secara empiris dan tervalidasi secara objektif. Laboratorium
sebagai tempat untuk melahirkan gagasan-gagasan baru. Inovasi dan kreativitas hendaknya lahir
dari komponen laboratorium dengan stimulus yang berasal dari lapangan. Laboratorium
pendidikan harus mampu mengembangkan berbagai alternatif solusi terhadap masalah
pendidikan sains.

Sampai saat ini laboratorium ideal hanya dinyatakan secara fisik dan kelengkapannya serta
proporsi antara alat dengan pemakai serta kualitas alat. Tidak dinyatakan secara profesional,
dalam hal ini adalah pengelolaan. Fasilitas canggihpun tidak akan bertahan lama bila kapabilitas
pengelolaan tidak profesional. Setiap komponen alat laboratorium memiliki masa susut dan
potensi kerusakan. Tanpa adanya maintenance yang baik akan mempersingkat umur dan daya
guna alat. Tanpa pengelolaan yang baik laboratorium hanya sebatas kumpulan alat yang teratur
namun tidak fungsional.

Peningkatan dan pengembangan laboratorium sebagai fungsi pengelolaan pada dasarnya


bertujuan untuk lebih meningkatkan produk perguruan tinggi seperti jumlah dan kualitas lulusan,
hasil penelitian, kemitraan usaha dan kepedulian terhadap masyarakat, serta kemampuannya
sebagai income generating unit (Sub Direktorat Sarana Akademik, 2002). Pengelolaan
laboratorium berkaitan dengan unsur atau fungsi manajer yakni perencanaan, penataan,
pengadministrasian, pengamanan, perawatan dan pengawasan.

1. Perencanaan (Planning). Laboratorium hendaknya seperti suatu organisme yang mampu


tumbuh dan berkembang. Tanpa ada visi yang jelas, laboratorium seolah hanya suatu organisme
yang menjalankan metabolisme basal. Tidak terarah dalam pertumbuhan dan perkembangan
atau mandul dalam produktivitas penelitian. Akibatnya semua kegiatan terjadi secara insidental.
Kalaupun terstruktur sebatas melayani kegiatan praktikum. Perencanaan bukan sekedar
mengatur kegiatan, melainkan juga menentukan indikator keberhasilan dalam setiap tahapan dari
kegiatan yang direncanakan. Dalam pengelolaan laboratorium merencanakan kegiatan meliputi
pelayanan praktikum, penelitian, pengadaan peralatan dan kebutuhan bahan, optimalisasi sumber
daya, mencari sumber-sumber dana untuk kemandirian dan maintenance.

Perencanaan pengadaan peralatan adalah suatu hal yang sangat penting, terutama dalam
spesifikasi alat dan bahan. Ketika mengajukan alat, spesifikasi alat hendaknya jangan mengacu
pada katalog yang ada, melainkan pada spesifikasi apa yang dibutuhkan. Kesalahan menentukan
spesifikasi alat dan bahan mengakibatkan biaya investasi menjadi tinggi. Jangan menentukan
spesifikasi peralatan dengan akurasi tinggi bila dalam pelaksanaannya nanti tidak diperlukan.
Demikian juga dengan bahan-bahan kimia, menggunakan bahan dengan tingkat kemurnian tinggi
merupakan pemborosan bila dalam prosesnya bukan merupakan suatu kegiatan analisis.
Spesifikasi hendaknya disusun berdasar pada karakteristik kebutuhan, sarana yang ada dan ruang
untuk penyimpanan. Selain itu dalam pengadaan alat harus bisa dijamin adanya tenaga yang
mampu mengoperasionalkan alat. Jangan merencanakan pengadaan alat yang tidak ada tenaga
yang akan mengoperasikannya. Apabila memang dibutuhkan maka harus dilakukan training yang
relevan dengan penggunaan alat. Garansi, yang mencakup kemudahan ketersediaan suku
cadang, kredibilitas perusahaan dan keberadaan agen diIndonesiajuga patut dipertimbangkan
dalam menentukan pilihan alat yang akan dibeli.
2. Mengatur (Organizing). Merupakan upaya untuk menjalankan kegiatan laboratorium
sebagaimana fungsinya. Pengaturan mencakup setting secara fisik dan regulating. Setting
merupakan suatu kegiatan pengaturan tata letak dan penataan yang mencakup penempatan
mebeler, peralatan dan bahan kimia. Sedangkan regulating merupakan suatu pengaturan jadwal
kegiatan dan penyusunan perangkat lunak untuk terlaksananya ketertiban dan keselamatan
bekerja di laboratorium.

a. Setting

Setting laboratorium hendaknya dapat memberikan dukungan yang optimal terhadap


keberlangsungan kegiatan belajar mengajar. Untuk setting ini perlu memperhatikan prinsip-
prinsip yang mencakup; keselamatan, efektivitas dan efisiensi, serta kemudahan pengawasan.
Prinsip keselamatan dimaksudkan penempatan alat-alat dan bahan diusahakan sekecil mungkin
memberikan resiko terjadinya kecelakaan. Petunjuk penggunaan alat harus tersedia dekat
peralatan khusus disertai dengan daftar isian penggunaan alat (kartu alat). Hindarkan dari
kemungkinan terjatuh atau tersenggol. Peralatan berat/besar hendaknya ditempatkan permanen.
Kabel tidak terjuntai atau jatuh kelantai. Setiap terminal listrik digunakan hanya untuk satu alat.
Penyimpanan bahan kimia hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan sifat atau
karakteristik bahan. Dengan kecilnya resiko kecelakaan dan kerusakan alat maka keutuhan
perangkat dapat dipertahankan.

Prinsip efisiensi dan efektivitas penggunaan alat dimaksudkan bahwa penempatan alat
memberikan kesempatan yang tinggi kepada mahasiswa untuk menggunakan alat sesuai
peruntukkannya (aksesibilitas) dalam mengembangkan ketrampilan dasar laboratorium dengan
hasil yang optimal. Selain itu juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk lebih
familiar dengan alat-alat.

Setting juga diharapkan dapat memperkecil energi untuk melakukan pengawasan, dengan cara
memberikan pendelegasian pengawasan secara bertingkat. Adanya format isian untuk peralatan
khusus merupakan suatu proses pendelegasian, sehingga mengurangi beban kerja dosen/laboran
pengawasan. Setiap pengguna melakukan pengecekan terhadap keutuhan, kebersihan dan fungsi
alat sebelum dan sesudah kegiatan.

b. Regulating

Pada dasarnya semua orang diberi kebebasan untuk bekerja dilaboratorium. Namun demikian
agar kebebasan ini tidak mengganggu orang lain harus ada seperangkat aturan yang mengatur
kegiatan di laboratorium. Aturan-aturan tersebut merupakan guide line yang dapat berupa
perangkat formal atau normatif bekerja di laboratorium. Diantaranya adalah struktur organisasi,
job description, diagram alur, penjadwalan, tata tertib, prosedur penggunaan alat, petunjuk
praktikum dan prosedur keselamatan kerja. Setiap personal yang bekerja di laboratorium harus
memahami aturan yang berlaku. Oleh karena itu tata tertib harus jelas terpasang di ruangan dan
perhatian mahasiswa seharusnya tertarik terhadapnya.

3. Pencatatan (Administrating). Pencatatan atau pengadministrasian merupakan suatu proses


pedokumentasian seluruh komponen fisik laboratorium. Proses ini mencakup kegiatan mendaftar
semua fasilitas, alat dan bahan yang ada berdasarkan kategori tertentu atau sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Inventarisasi laboratorium berguna untuk:

 Informasi dengan cepat dan tepat mengenai keadaan laboratorium


 Perencanaan dan pengembangan sehingga bila ada permintaan atau penambahan alat
dapat ditentukan prioritas dan mencegah duplikasi
 Meningkatkan kerjasama dengan laboratorium lain
 Pencegahan kehilangan atau penyalahgunaan
 Membina kegiatan laboratorium yang lebih baik dan teratur

Daftar alat sebagai bukti inventaris laboratorium merupakan suatu keharusan. Daftar alat ini
dapat dibuat dalam bentuk keseluruhan (secara total) atau perlaboratorium. Daftar alat dapat
dikategorisasi berdasarkan jenis alat, bahan alat, kerja alat dsb. Dalam daftar hendaknya
sekurang-kurangnya tercantum kode alat (berdasarkan ketentuan yang berlaku), jumlah,
spesifikasi dan nomor seri, tahun kedatangan dan asal.

Pencatatan mengenai pemakai dan riwayat alat untuk alat-alat tertentu juga sangat penting.
Catatan ini biasanya dibuat dalam bentuk kartu alat. Kartu alat merupakan data spesifikasi alat,
prosedur penggunaan, catatan pemakaian, dan riwayat service atau perbaikan kerusakan serta
keberadaan suku cadang atau consumable part. Kartu alat biasanya diletakan dekat atau
digantungkan pada alat. Dengan adanya kartu alat ini lebih memudahkan proses pengawasan,
karena setiap pemakai akan memeriksa kondisi alat berdasarkan spesifikasi dan kelengkapan
yang tercantum dalam kartu alat tersebut.

Pencatatan mengenai bahan sangat penting untuk mengetahui jenis dan jumlah bahan serta masa
kadaluarsa. Dengan mengetahui jenis dan jumlah bahan dapat diperkirakan dan diprioritaskan
bahan yang akan dibeli. Bahan-bahan dengan jumlah yang sedikit dan kadaluarsa menjadi
prioritas kebutuhan. Administrasi bahan yang baik dapat menghindarkan pembelian ulang bahan
yang sama.

Keberadaan data alat dan bahan merupakan sumber kajian untuk mempelajari potensi
laboratorium. Berdasarkan alat yang ada maka dapat dikembangkan kegiatan produktif yang
relevan. Data peralatan laboratorium harus selalu dipelajari sekurang-kurangnya sekali dalam
setiap semester. Hal ini juga sangat penting untuk memantau keberadaan jumlah alat, alat yang
hilang atau rusak, atau untuk memprioritaskan kebutuhan mendatang.

4. Pemeliharaan (Maintenance). Merupakan upaya terus menerus dalam mengupayakan agar


laboratorium dapat berfungsi secara optimal. Kegiatan ini dilakukan dengan cara periodik
melakukan pemeriksaan terhadap seluruh utility ruangan (listrik, gas, pemadam kebakaran,
detektor) dan kondisi alat serta aksesorisnya. Semua peralatan diperiksa dalam fungsi normal
dan akurasinya. Untuk peralatan mekanik hendaknya dilaksanakan pemberian minyak pelumas.
Untuk peralatan optik dilaksanakan pembersihan kotoran/jamur pada lensa atau body alat. Selain
itu dilaksanakan penggantian suku cadang terhadap komponen yang aus atau rusak.
5. Keselamatan Laboratorium. Kecelakaan dapat terjadi pada siapa saja pada berbagai waktu
dan tempat. Kecelakaan merupakan kejadian diluar kemampuan manusia, terjadi dalam sekejap
dan dapat menimbulkan kerusakan jasmani, rokhani maupun jiwa. Kecelakaan di laboratorium
(Koesmadji et. al. 2000) dapat bersumber dari:

 Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai bahan kimia dan proses-proses serta
perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam melakukan kegiatan laboratorium
 Kurang jelasnya petunjuk kegiatan laboratorium
 Kurang bimbingan dan pengawasan terhadap kegiatan laboratorium
 Kurang tersedia peralatan keamanan dan tidak menggunakan perlengkapan pelindung
 Tidak mengikuti petunjuk dan aturan yang semestinya ditaati
 Bekerja diluar kesadaran dan tidak hati-hati dalam melakukan kegiatan
 Menggunakan peralatan yang tidak sesuai atau rusak

Kemungkinan kecelakaan yang terjadi ketika bekerja dengan alat spesifik atau bahan kimia.
Berkaitan dengan bahan kimia berpotensi menimbulkan kecelakaan (beracun, reaktif dan mudah
meledak, asam/basa kuat) maka harus digunakan dalam jumlah yang sedikit dan konsentrasi
rendah.

Pengelolaan laboratorium dalam pengertian kuratif adalah tindakan pertolongan pertama


terhadap kecelakaan yang terjadi untuk menghindari bahaya lebih lanjut. Prosedur penanganan
kecelakaan tergantung pada jenis kecelakaannya. Penanganan kecelakaan memerlukan
keterampilan khusus. Oleh karenanya perlu dilakukan pelatihan dengan mengundang instruktur
yang ahli.

6. Penganggaran. Merupakan kegiatan pengaturan pengeluaran keuangan laboratorium


berdasarkan kebutuhan dan skala prioritas, serta tindakan mencari sumber-sumber keuangan
melalui kegiatan produktif dengan cara yang benar dan sah untuk menunjang kelangsungan
proses akademis dan tumbuhkembangnya laboratorium.

Sumber pembiayaan laboratorium bisa berasal dari biaya praktikum yang dipungut pada setiap
mahasiswa setiap semester atau anggaran lain yang terprogram. Analisis kebutuhan dan prioritas
sangat penting dalam pengaturan keuangan laboratorium. Administrasi yang berkaitan dengan
kondisi alat dan keadaan bahan merupakan suatu bahan pertimbangan penting dalam
menentukan skala prioritas pembelajaan.

BAB I

PENDAHULUAN
Pengelolaan Merupakan Suatu Proses Pendayagunaan Sumber Daya Secara Efektif Dan Efisien Untuk
Mencapai Suatu Sasaran Yang Diharapkan Secara Optimal Dengan Memperhatikan Keberlanjutan Fungsi
Sumber Daya. Henri Fayol (1996: 86) Menyatakan Bahwa Pengelolaan Hendaknya Dijalankan Berkaitan
Dengan Unsur Atau Fungsi-Fungsi Manajer, Yakni Perencanaan, Pengorganisasian, Pemberian Komando,
Pengkoordinasian, Dan Pengendalian. Sementara Luther M. Gullick (1993:31) Menyatakan Fungsi-Fungsi
Manajemen Yang Penting Adalah Perencanaan, Pengorganisasian, Pengadaan Tenaga Kerja, Pemberian
Bimbingan, Pengkoordinasian, Pelaporan, Dan Penganggaran. Dalam Pengelolaan Laboratorium Meliputi
Beberapa Aspek Yaitu Sebagai Berikut.

1. Perencanaan

2. Penataan

3. Pengadministrasian

4. Pengamanan, Perawatan, Dan Pengawasan

Pengelolaan Laboratorium Berkaitan Dengan Pengelola Dan Pengguna, Fasilitas Laboratorium


(Bangunan, Peralatan Laboratorium, Spesimen Kimia,

Bahan Kimia), Dan Aktivitas Yang Dilaksanakan Di Laboratorium Yang Menjaga Keberlanjutan Fungsinya.
Pada Dasarnya Pengelolaan Laboratorium Merupakan Tanggung Jawab Bersama Baik Pengelola Maupun
Pengguna. Oleh Karena Itu, Setiap Orang Yang Terlibat Harus Memiliki Kesadaran Dan Merasa Terpanggil
Untuk

Mengatur, Memelihara, Dan Mengusahakan Keselamatan Kerja. Mengatur Dan Memelihara


Laboratorium Merupakan Upaya Agar Laboratorium Selalu Tetap Berfungsi Sebagaimana Mestinya.
Sedangkan Upaya Menjaga Keselamatan Kerja Mencakup Usaha Untuk Selalu Mencegah Kemungkinan
Terjadinya Kecelakaan Sewaktu Bekerja Di Laboratorium Dan Penangannya Bila Terjadi Kecelakaan. Para
Pengelola Laboratorium Hendaaknya Memiliki Pemahaman Dan Keterampilan Kerja Di Laboratorium,
Bekerja Sesuai Tugas Dan Tanggung Jawabnya, Dan Mengikuti Peraturan. Pengelola Laboratorium Di
Sekolah Umumnya Sebagai Berikut :
1. Kepala Sekolah

2. Wakil Kepala Sekolah

3. Koordinator Laboratorium

4. Penanggung Jawab Laboratorium

5. Laboran.

Tata Tertib Kerja Di Laboratorium Merupakan Pedoman Umum Yang Dirumuskan Dirumuskan Untuk
Menjaga Keselamatan Kerja Dan Memelihara Fasilitas Laboratorium.
BAB II

ISI

Laboratorium (Disingkat Lab) Adalah Tempat Riset Ilmiah, Eksperimen, Pengukuran Ataupun
Pelatihan Ilmiah Dilakukan. Laboratorium Biasanya Dibuat Untuk Memungkinkan Dilakukannya Kegiatan-
Kegiatan Tersebut Secara Terkendali. Pengertian Pengelolaan Adalah Kegiatan Menggerakkan
Sekelompok Orang (SDM), Keuangan, Peralatan, Fasilitas Dan Atau Segala Obyek Fisik Lainnya Secara
Efektif Dan Efisien Untuk Mencapai Tujuan Atau Sasaran Tertentu Yang Di Harapkan Secara Optimal
Pengelolaan (Management) Meliputi:

1. Perencanaan

Pada Dasarnya Semua Peralatan Di Sekolah Adalah Milik Negara/Milik Yayasan Sekolah Mengelola
Peralatan Itu Harus Dipertanggung-Jawabkan Harus Dilengkapi Dengan Dokumen Pendukungnya
(Ada Berita Acara Serah Terima Alat, Hari/Tanggal, Spesifikasi Alat/Bahan, Jumlah).

2. Penataan

a. Agar Semua Alat Dan Bahan Mudah Dideteksi Dengan Prinsip.


 MudahDilihat
 Mudah Dijangkau
 Aman Untuk Alat
 Aman Untuk Pemakai
b. Penataan Dan Inventarisasi Alat Didasarkan Pada Keadaan Laboratorium, Yang Ditentukan Oleh:

 Fasilitas Seperti : Ada Tidaknya Ruang Persiapan, Ruang Penyimpanan Keadaan Alat Seperti :
Jenis Alat, Jenis Bahan Pembuat Alat, Seberapa Sering Alat Tersebut Digunakan, Termasuk
Alat Mahal Atau Tidak,
 Keadaan Bahan Seperti: Wujud (Padat, Cair, Gas), Sifat Bahan (Asam/Basa) Seberapa Bahaya
Bahan Tersebut Dan Seberapa Sering Digunakan.

c. Kepentingan Pemakai Ditentukan Oleh:

 Kemudahan Di Cari Atau Digapai Untuk Memudahkan Mencari Letak Masing–Masing Alat
Dan Bahan, Perlu Diberi Tanda Yaitu Dengan Menggunakan Label Pada Setiap Tempat
Penyimpanan Alat (Lemari, Rak Atau Laci)
 Keamanan Dalam Penyimpanan Dan Pengambilan Alat Disimpan Supaya Aman Dari Pencuri
Dan Kerusakan, Atas Dasar Alat Yang Mudah Dibawa Dan Mahal Harganya Seperti Stop
Watch Perlu Disimpan Pada Lemari Terkunci. Aman Juga Berarti Tidak Menimbulkan Akibat
Rusaknya Alat Dan Bahan.
d. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penyimpanan Alat:

 Bahan Dasar Pembuat Alat (Kaca, Logam Atau Kayu)


 Bobot Alat
 Kepekaan Alat Terhadap Lingkungan
 Pengaruh Alat Yang Lain
 Kelengkapan Perangkat Alat Dalam Satu Set Yaitu Pencatatan Seluruh Barang-Barang Yang
Ada Didalam Laboratorium. Dengan Adanya Inventarisasi Yang Tepat, Semua Fasilitas Dan
Activitas Laboratoriun Dapat Terorganisir.
e. Nilai Postif Yang Dapat Diperoleh Jika Ada Inventarisasi Laboratorium, Antara Lain Memudahkan
Penggadaan Dan Pengecek BahanDan Alat.

 Mengefisiensikan Pengguna Budget.


 Memperlancar Pelaksanaan Praktikum.
 Memudahkan Membuat Laporan Pertanggung- Jawaban.
3. Pengadministrasian/Inventarisasi

a. Inventarisasi Alat Untuk Mengetahui Tentang Keadaan Dan Keberadaan Alat/Bahan Maka
Diperlukan Perangkat Seperti:

 BukuInventaris.Buku/Kartu
 Stock Alat/Bahan.
 Buku/Kartu Daftar Alat Rusak/BahanHabis.
 Buku Daftar Usulan Penggadaan Alat/Bahan (Apakah Dengan Cara Dibeli Sendiri Atau
Dropping Dari Pemerintah).
 Buku Daftar Peminjam Alat.
Tujuan Dan Pemberian Klasifikasi Dan Kode Barang Inventaris Adalah Untuk Memudahkan
Mengontrol Keadaan Barang. Untuk Barang Pada Umumnya Diberi Kode Dalam Bentuk
Angka Numerik Yang Tersusun Menurut Pola Tertentu.

b. Pengelolaan Lab Yang Optimal Efektif Yaitu:

 Peralatan Mendukung Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Efisien Yaitu Setting


Peralatan Tidak Menyia-Nyiakan Energi, Biaya.
 Sehat Dan Aman Yaitu Penerangan, Ventilasi, Sanitasi, Air Bersih, Keselamatan Kerja Dan
Lingkungan Semua Memenuhi Persyaratan.

c. Karakteristik Ruangan Yang Dikelola Dengan Baik :

 Peralatan / Fasilitas Selalu Siap Pakai Dan Aman Yaitu Semua Peralatan/Fasiltias Terhindar
Dari Kerusakan, Kemacetan Dan Terlindung Dari Kehilangan.
 Seluruh Aktivitas Laboratorium Mudah Dikontrol Yaitu Dengan Adanya Administrasi Yang
Baik, Visualisasi Informasi Yang Jelas Dan Program Yang Jelas.
 Memenuhi Kebutuhan Psikologis Yaitu Secara Visual Menarik Dan Menyenangkan, Iklim
Kerja Yang Baik Dan Kesejahteraan Lahir Batin Yang Memadai
 Efisiensi Pemakaian Ruangan Berkisar Antara 60% – 80%.
 Program Kerja Ruangan Terlaksana Secara Tuntas.
 Pengelola Dan Staf Ruangan/Laboratorium Mendapat Kepuasan Yang Optimal.
d. Ciri-Ciri Ruangan/Laboratorium Yang Optimal Penggunaannya Adalah :

 Penyusunan Jadwal Pemakaian Laboratorium


 Penyusunan Daftar Pembagian Tugas
 Tata Letak Peralatan Yang Efisien
 Pemeliharaan Yang Efektif

e. Untuk Mencapai Optimalisasi Laboratorium :

 Yang Dimaksud Tata Letak Pengelolaan Adalah Suatu Bentuk Usaha Pengaturan Penempatan
Peralatan Laboratorium, Sehingga Laboratorium Tersebut Berwujud Dan Memenuhi
Persyaratan Untuk Beroperasi.Kata Pengaturan Di Atas Mengandung Makna Yang Sangat
Luas, Yaitu Bahwa Dalam Mewujudkan Suatu Laboratorium Yang Layak Operasi Diperlukan
Penempatan Peralatan Yang Tersusun Yang Rapi Berdasar Kepada Proses Dan Langkah-
Langkah Penggunaan/Aktivitas Dalam Laboratorium Yang Diharapkan Tata Letak Pengelolaan
Laboratorium Mengurangi Hambatan Dalam Upaya Melaksanakan Suatu Pekerjaan Yang
Menjadi Tanggung Jawabnya.
 MemberikanKeamanan Dan Kenyamanan Bagi Pengguna/ Pekerja/ .
MemaksimalkanPenggunaan Peralatan.
 Memberikan Hasil Yang Maksimal Dengan Pendanaan Yang Minimal Mempermudah
Pengawasan Tujuan Tata Letak Laboratorium. Jadi Inventaris Adalah Suatu Kegiatan Dan
Usaha Untuk Menyediakan Rekaman Tentang Keadaan Semua Fasilitas, Barang-Barang Yang
Dimiliki Sekolah. Dengan Kegiatan Invetarisasi Yang Memadai Akan Dapat Diperoleh
Pedoman Untuk Mempersiapkan Anggaran Atau Mempersiapkan Kegiatan Pada Tahun Yang
Akan Datang.
f. Administrasi Inventaris Di Laboratorium

Catatan Inventaris Yang Baik Akan Mempermudah Pergantian Tanggung Jawab Dari Pengelola
Yang Satu Ke Yang Lainnya Dan Mempermudah Untuk Mengetahui Dimana Suatu Peralatan Akan
Ditempatkan. Dengan Demikian Akan Mempermudahkan Pengontrolan, Seperti Terhadap
Kehilangan Yang Disebabkan Oleh Kecerobohan Atau Kecurian. Menyelenggarakan Inventarisasi
Terhadap Fasilitas Dan Peralatan Yang Dimiliki Adalah Kewajiban Bagi Pihak Yang Bersangkutan.
Sistem Dan Pelaksanaan Inventarisasi Harus Mengikuti Peraturan Atau Petunjuk Yang Berlaku.

4. Pengamanan Dan Pengawasan

Menyiapkan laboratorium yang selamat dan aman dimulai dengan evaluasi menyeluruh terhadap
praktik manajemen bahan kimia dan fasilitas fi sik tempat penyimpanan dan penggunaan bahan
kimia. Dengan melakukan evaluasi ini, akan diperoleh informasi penting untuk mengelola
laboratorium dan untuk memprioritaskan upaya untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan.
Aspek pengoperasian laboratorium berikut ini harus diperiksa secara teratur:

 kebersihan dan kerapian laboratorium;


 peralatan dan perencanaan keadaan darurat;
 tanda, label, rencana, dan pemasangan;penyimpanan bahan kimia dan limbah;
 gas dan kriogenika mampat;
 sistem tekanan dan vakum;
 tudung dan ventilasi kimia;
 rencana keamanan yang ada; dan
 pelatihan dan kesadaran pegawai laboratorium
BAB III

KESIMPULAN

1. Tata Tertib Kerja Di Laboratorium Merupakan pedoman penting Untuk Menjaga Keselamatan Kerja.
2. Tata Tertib Kerja Di Laboratorium Merupakan pedoman penting untuk Memelihara Fasilitas
Laboratorium.
3. Perencanaan, penataan, pengawasan yang baik akan memberikan kenyamanan bekerja didalam
laboratorium.
Ditulis oleh : kiki hardiansyah Siregar

Anda mungkin juga menyukai