Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA INGUINALIS LATERALIS DEXTRA (HILD)

Disusun Oleh :
Indah Permata Sari
 Nim. P1337420215087
P1337420215087

Tingkat III C

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATN SEMARANG
Prodi D III Keperawatan Purwokerto
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA INGUINALIS LATERALIS DEXTRA (HILD)

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
a. Hernia merupakan prostitusi atau penonjolan isi rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. (Nurarif Amin Huda.
2015).
 b. Hernia merupakan prostitusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan yang
terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia. (Suratun. 2010).
c. Hernia inguinalis atau sering kita sebut sebagai turun berok adalah
suatu kondisi medis yang ditandai dengan penonjolan jaringan lunak,
 biasanya usus, melalui bagian yang lemah atau robek di bagain bawah
dinding perut di lipatan paha (Rahayuningtyas Clara. 2014).
d. Hernia inguinalis lateralis dextra yaitu suatu keadaan dimana sebagian
usus atau jaringan lemak di intestinal masuk melalui sebuah lubang
 pada dinding perut kedalam kanalis inguinalis( saluran berbentuk
tabung yang merupakan jalan tempat turunnya testis dari perut
kedalam skrotum sesaat sebelum bayi dilahirkan) yang terjadi pada
 bagian kanan (Arif dan Kumala, 2013).

2. Klasifikasi Hernia
Klasifikasi hernia menurut letaknya :
a. Hernia inguinal dibagi menjadi :
1) Hernia Indirek atau Lateral : hernia ini terjadi melalui cincin
inguinal dan melewati korda spermatikus melalui kanalis
inguinalis, dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum.
2) Hernia Direk atau Medialis : hernia ini melewati dinding abdomen
di area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia
inguinalis dan femoralis indirek. Lebih umum terjadi pada lansia.
 b. Hernia Femoralis :
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum
 pada wanita. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoral
yang membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan hampir
tidak dapat di hindari kandung kemih masuk kedal am kantong.
c. Hernia Umbilikal :
Hernia umbilikal pada umumnya terjadi pada wanita karena
 peningkatan tekanan abdominal, Biasanya pada klien obesitas dan
multipara.
d. Hernia Insisional :
Hernia insisional terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang
telah sembuh secara tidak adekuat, gangguan penyembuhan luka
kemungkinan disebabkan oleh infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi
eksterm atau obesitas.
Klasifikasi hernia berdasarkan terjadinya :
a. Hernia Kongenital :Hernia kongenital (bawaan) terjadi pada
 pertumbuhan janin usia lebih dari 3 minggu testis yang mula-
mula terletak di atas mengalami penurunan (desensus) menuju
skrotum.
 b. Hernia Akuisitas :Hernia akuisitas (didapat) yang terjadi setelah
dewasa atau pada usia lanjut. Disebabkan karena adanya tekanan
intraabdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama,
misalnya batuk kronis, konstipasi kronis, gangguan proses
kencing (hipertropi prostat, striktur uretra), asites dan sebagainya.
Klasifikasi hernia menurut sifatnya :
a. Hernia Reponible/Reducible :Bila isi hernia dapat keluar masuk,
usus keluar jika berdiri/mengejan dan masuk lagi jika
 berbaring/didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri/gejala
obstruksi usus.
 b. Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga
karena perlekatan isi kantong pada pada peritoneum kantong
hernia, tidak ada keluhan nyeri/tanda sumbatan usus, hernia ini
disebut juga hernia akreta.
c. Hernia Strangulata/Inkaserata :Bila isi hernia terjepit oleh cincing
hernia, isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali dalam
rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan
 pasase/vaskularisasi. (Suratun. 2010).

3. Etiologi
Penyebab pasti hernia masih belum diketahui, tetapi ada beberapa
 predisposisi yang dihubungkan dengan peningkatan risiko hernia, meliputi
hal-hal sebagai berikut :
a. Peningkatan tekanan intraabdomen
Banyak faktor yang dapat meningkatkan tekanan intraabdomen.
Beberapa pasien mengalami hernia setelah mengalami injuri abdomen.
Tekanan abdomen dengan intesitas tinggi seperti pada batuk atau
muntah berat, kehamilan, obesitas, cairan intraabdomen, atau
mengangkat benda berat meningkatkan dorongan dan beresiko terjadi
hernia.
 b. Kelemahan kongenital
Defek kongenital pada sfingter kardia memberikan predisposisi
melemahnya bagian ini, dengan adanya peningkatan tekanan
intraabdomen, maka kondisi hernia menjadi meningkat.
c. Peningkatan usia
Kelemahan otot dan kehilangan elastisitas pada usia lanjut
meningkatkan risiko terjadinya hernia. Dengan melemahnya elastisitas,
sfingter kardia yang terbuka luas tidak kembali ke posisi normal. Selain
itu, kelemahan otot diafragma juga membuka jalan masuknya bagian
lambung ke rongga toraks. (Muttaqin. 2011).
4. Patofisiologi
Hernia terdiri dari tiga unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari
 peritoneum, isi hernia (usus, omentum, kadang berisi organ intraperitoneal
lain atau organ ekstraperitonel seperti ovarium, apendiks divertikel dan buli-
 buli), dan struktur yang menutupi kantong hernia yang dapat berupa kulit
(skrotum), umbilikus, paru dan sebagainya.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau di
dapat, lebih banyak terjadi pada pria dari pada wanita. Faktor yang berperan
kausal adalah adanya prosesur faginalis yang terbuka, peningkatan tekanan
intraabdomen (pada kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat berat,
mengejan saat defekasi dan miksi, akibat BPH dan kelemahan otot dinding
 perut karena usia).
Secara patofisiologi pada hernia indirek, sebagian usus keluar melalui
duktus spermatikus sebelah lateral dari arteri epigastrika inferior mengikuti
kanalis inguinalis yang berjalan miring dari lateral atas ke medial, masuk ke
dalam skrotum. Juga disebut hernia inguinalis lateralis atau oblique dan
 biasanya merupakan hernia yang kongenital. Kongenital karena melalui
suatu tempat yang juga merupakan kelemahan kongenital. Karena usus
keluar dari rongga perut masuk ke dlaam skrotum dan jelas tampak dari luat
maka hernia inguinalis disebut pula “hernia eksternal”.
Jika lubang hernia cukup besar maka isi hernia (usus) dapat didorong
masuk lagi keadaan ini di sebut hernia reponibel. Jika isi hernia tidak dapat
masuk lagi disebut hernia inkaserata, pada keadaan ini terjadi bendungan
darah pembuluh darah yang disebut strangulasi. Akibat gangguan sirkulasi
darah akan terjadi kematian jaringan setempat yang disebut infark. Infark
 pada usus disertai dengan rasa nyeri dan perdarahan di sebut infark
hemoragik.
Bagian usus yang nekrotik berwarna merah kehitam-hitaman dengan
dinding yang menebal akibat bendungan dalam vena. Darah dapat juga
masuk ke dalam isi hernia (usus) atau ke dalam kantong hernia. Akibat
infeksi kuman yang ada dalam rongga usus yang terbendung, maka mudah
terjadi pembusukan atau gangren. (Suratun. 2010).
5. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik Hernia Inguinalis Lateralis sebagai berikut :
a. Tampak adanya benjolan di lipatan paha atau perut bagian bawah dan
 benjolan bersifat temporer yang dapat mengecil dan menghilang yang
disebabkan oleh keluarnya suatu organ.
 b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan nyeri di tempat
tersebut disertai perasaan mual.
c.  Nyeri yang diekpresikan sebagai rasa sakit dan sensasi terbakar. Nyeri
tidak hanya didapatkan di daerah inguinal tapi menyebar ke daerah
 panggul, belakang kaki, dan daerah genetal yang disebut reffred pain.
 Nyeri biasanya meningkat dengan durasi dan intensitas dari aktifitas
atau kerja yang berat. Nyeri akan meredah atau menghilang jika
istirahat. Nyeri akan bertambah hebat jika terjadi stranggulasi karena
suplai darah ke daerah hernia terhenti sehingga kulit menjadi merah
dan panas.
d. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing
sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai
hematuria (kencing darah) di samping benjolan di bawah selah paha.
e. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut di
sertai sesak nafas.
f. Bila klien mengejan atau batuk maka hernia akan bertambah besar.
 b. (Suratun. 2010).

6. Komplikasi
Komplikasi hernia yaitu hernia berulang, obstruksi usus persial atau total,
luka pada usus, gangguan suplai darah ke testis jika klien laki-laki,
 perdarahan yang berlebihan, infeksi luka bedah, dan fistel urine dan feses
(Suratun. 2010).
7. Tes Diagnostik
a. Pemeriksaan darah lengkap : menunjukkan peningkatan sel darah putih,
serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan
hemotokrit) dan ketidakseimbangan elektrolit. Pemeriksaan koagulasi
darah : mungkin memanjang, mempengaruhi homeostatis intraoperasi
atau post operasi.
 b. Pemeriksaan urine : Munculnya sel darah merah atau bakteri yang
mengindikasikan infeksi.
c. Elektrokardiografi (EKG) :Penemuan akan sesuatu yang tidak normal
memberikan prioritas perhatian untuk memberikan anastesi.
d. Sinar X abdomen : Menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus
atau obstruksi usus (Suratun. 2010).

8. Penatalaksanaan medik
a. Terapi Konservatif :
1) Reposisi :Tindakan memasukkan kembali isi hernia ke tempatnya
semula secara hati-hati dengan tindakan yang lembut tetapi pasti.
Tindakan ini hanya dapat dilakukan pada hernia reponibilis
dengan menggunakan kedua tangan. Tangan yang satu
melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang lain memasukkan
isi hernia melalui hernia tadi.
2) Pemakaian penyangga/sabuk hernia : Pemakaian bantalan
 penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi
dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur
hidup.

 b. Terapi Operatif :


1) Herniotomi :Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong
hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan jika ada perlengkapan, kemudian direposisi, kantong
hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
2) Hernioplasti :Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil
anulus inguinalis dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis.
c. Medikasi :Pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri dan
 pemberian antiobiotik untuk menyembuhkan infeksi.
d. Aktivitas dan diet
1) Aktivitas
Hindari mengangkat barang yang berat sebelum atau
sesudah pembedahan.
2) Diet
Tidak ada diet khusus, tetapi setelah operasi diet cairan
sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan
dengan gizi seimbang. Tingkatkan masukan serat dan tinggi
cairan untuk mencegah sembelit dan mengejan selama buang air
 besar. Hindari kopi, teh, coklat, minuman berkarbonasi, minuman
 beralkohol dan setiap makanan atau bumbu yang memperburuk
gejala

9. Persiapan alat dan Prosedure operasi


a. Alat
1. Basic set : Ohak 2 buah 7. Kooker 4 Handscone 3 pasang
2. Bengkok 2 Benang cide 8. Gunting jaringan 1 Klem usus 2
2/0, cromik 1, cide 2, 9. Gunting benang 1 Kasa 4 gulung
cide 0. 10. Pinset anatomis 2 Betadine alcohol
3.  Neckholder2 Hak 1 buah 100 cc
4. Klem arteri 10 Bisturi 11. Pinset srilugis 2 Jas operasi 3 buah
22 12. Cutter
5. Kom 2 Duk besar 2 13. Suction
6. Skapel 2 Duk lobang 2 14. Kanul suction
 b. Prosedure operasi
1. Disinfeksi daerah operasi
2. Alkohol, klem panjang, betadin, kom 2 buah
3. Penutupan area operasi (draping) Duk besar(2), duk lubang(1),
duk sedang (2), duk klem 4
4. Insisi lokasi operasi
5. Skapel dan bisturi, pinset anatomis, kasa kering
6. Mengkater pembuluh darah Cutter, klem arteri
7. Mengedep perdarahan Kasa kering, klem arteri
8. Memisahkan jaringan Ohak dan hak kecil
9. Pengangkatan fasia, lakukan Koker dan klem
10. Pengangkatan kantong hernia Pinset sirurgis, pinset anatomi,
klem, gunting
11. Mengikat kantong hernia dengan kasa gulung Kasa gulung
12. Penjahitan bassini Side 2/0, neckholder, jarum dalam kecil,
gunting
13. Heating peritoneum Cooker, neckholder, jarum, plan (2/0),
gunting, klem arteri, kasa
14. Heating otot Cooker, neckholder, jarum, plan (2/0), gunting, klem
arteri, kasa
15. Heating fasia Cooker, neckholder,jarum, polysorb, gunting, klem
arteri. kasa
16. Heating subcutis Cooker, neckholder, jarum, plan (2/0), gunting,
klem, kasa
17. Heting kulit Cooker, neckholder, jarum, cide (2/0). Gunting,
klem, kasa
18. Disinveksi araea jahitan Betadine, kasa, kom
19. Penutupan area operasi Kasa kering 2, kasa+betadine 2, hepafix
20. Merapihkan alat dan melepas duk
21. Memindahkan pasien Duk sedang, bed
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian data keperawatan pada klien hernia menurut Suratun.
2010 yaitu :
a.  pre operasi
1) identitas pasien meliputi nama pasien, umur, tempat tanggal
lahir,penanggung jawab pasien dll.
2) riwayat penyakit sekarang
3) riwayat penyakit sebelumnya
4) riwayat penyakit keluarga
5) data penunjang.
6) Aktivitas/istirahat : Klien dilakukan anamneses mengenai riwayat
 pekerjaan, mengangkat beban berat, duduk dan mengemudi dalam
waktu yang lama, membutuhkan papan matras untuk tidur. Pada
 pemeriksaan fisik klien mengalami penurunan rentang gerak, tidak
mampu melakukan aktivitas yang biasa, atrofi otot, gangguan
dalam berjalan.
7) Sirkulasi : Apakah klien mempunyai riwayat penyakit jantung,
edema pulmonal, penyakit vaskular perifer.
8) Eliminasi : Apakah klien mengalami konstipasi, adanya
inkontinensia atau retensi urine.
9) Makanan/Cairan : Apakah kilen mengalami gangguan bising usus,
mual, muntah, nyeri abdomen, malnutrisi atau obesitas.
10) Nyeri/Kenyamanan : Apakah klien mengalami nyeri di daerah
 benjolan hernia walaupun jarang dijumpai, kalau ada biasanya
dirasakan di daerah epigastrium atau daerah periumbalikal berupa
nyeri viseral karena regangan pada mesentrium sewaktu segmen
usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
11) Keamanan : Apakah klien mempunyai riwayat alergi terhadap
makanan dan obat-obatan.
12) Pernafasan : Apakah klien mempunyai riwayat batuk kronik
(penyakit paru obstruksi menahun).
 b. Pengkajian intra operasi untuk pasien HILD yaitu anestesi, waktu
 pembedahan, jenis anestesi, posisi anestesi pemasangan alat-alat
tambahan, tanda-tanda vital,pemeriksaan fisik, total cairan masuk
dan keluar.
c. Pengkajian untuk post operasi HILD yaitu keluhan saat di ruang
recovery room, keadaan umum, tanda-tanda vital, kesadaran dan
 pemeriksaan fisik.

2. Diagnosa Keperawatan dan intervensi


a. Pre operasi
Diagnosa Keperawatan :
 Nyeri akut berhubungan dengan Agen injury biologis
Intervensi

Dx Kep NOC NIC


 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan managemen nyeri
 berhubungan keperawatan selama 10 menit  –  kaji karakteristik nyeri
dengan Agen diharapkan nyeri berkurang dengan indikator lokasi, durasi nyeri
Indikator Awal Tujuan Akhir  –  ajarkan teknik relaksasi
injury
nafas dalam
 biologis Mengenali kapan 3 5
 –  kaji tanda-tanda vital
nyeri terjadi
 –  Kolaborasi medis
Mengurangi nyeri 3 5
 pemberian analgesik
menggunakan
tindakan
 pengurangan
nyeri
Menggunakan 3 5
analgesik yang
direkomendasikan

Keterangan :
Tidak pernah menunjukan ( skore 1)
Jarang menunjukan ( skore 2)
Kadang-kadang menunjukan ( skore 3)
Sering menunjukan ( skore 4)
Selalu menunjukan ( skore 5)
 b. Intra operasi
Diagnosa Keperawatan
Risiko perdarahan berhubungan dengan Proses pembedahan
Intervensi Keperawatan
Dx kep NOC NIC
Risiko Setelah dilakukan tindakan Pencegahan perdarahan
 perdarahan keperawatan selama 10 menit diharapkan Monitor perdarahan pada
 berhubungan masalah perdarahan tidak terjadi dengan. daerah pembedahan setelah
dengan Indikator Awal Tujuan Akhir dilakukan insisi.
Proses Memonitor adanya tanda dan
Tidak terjadi 3 5
 pembedahan gejala pedarahan menetap
 perdarahan
Tidak ada 3 5
Monitor vital sign
 peningkatan output
Monitor cairan
cairan
Kapasitas vital 3 5
sesuai yang
diharapkan
Keterangan :
Tidak pernah menunjukan ( skore 1)
Jarang menunjukan ( skore 2)
Kadang-kadang menunjukan ( skore 3)
Sering menunjukan ( skore 4)
Selalu menunjukan ( skore 5)

c. Post operasi
Diagnosa Keperawatan
Resiko jatuh b.d agen farmaseutikal (efek anestesi)

Intervensi Post Operasi


 No Diagnosa NIC NOC

1. Resiko jatuh Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Penjegahan jatuh


 b.d agen 5 menit diharapkan pasien tidak jatuh.  – Identifikasi perilaku
farmaseutikal Dengan kriteria hasil: NOC : Kejadian jatuh dan faktor yang
(efek mempengaruhi
anestesi) Indikator Awal Tujuan Akhir resiko jatuh
Jatuh dari tempat 2 4  – sediakan matras
tidur tempat tidur dengan
Jatuh saat di 2 4  pinggiran yang lurus
 pindahkan . untuk memudahkan
 pemindahan
 – Identifikasi
Keterangan :
karekteristik dari
Tidak pernah menunjukan ( skore 1)
lingkungan yang
Jarang menunjukan ( skore 2)
mungkin
Kadang-kadang menunjukan ( skore 3)
meningkatkan
Sering menunjukan ( skore 4)
 potensi jatuh
Selalu menunjukan ( skore 5)

3. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan pelaksanaan
tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional. Pemenuhan kebutuhan fisik dan emosional adalah variasi,
tergantung individu dan masalah yang spesifik.
Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan
tanggung jawab perawat secara professional sebagaimana terdapat dalam
standar praktik keperawatan. (Handayaningsih Isti. 2009).
4. Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan sehingga perawat dapat mengambil keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien mencapai tujuan
yang ditetapkan).
 b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami
kesulitan untuk mencapai tujuan).
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan
waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan).
Proses evaluasi keperawatan terdiri dua tahap yaitu mengukur
 pencapaian tujuan klien dan membandingkan data yang terkumpulkan
dengan tujuan dan pencapaian tujuan (Handayaningsih Isti. 2009).

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda dkk (2015).  Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


 Medis & NANDA NIC-NOC. Jakarta : Mediaction
Arif Muttaqin dan Kumala Sari, 2013.  Asuhan Keperawatan Perioperatif :
 Konsep Proses dan aplikasi. Cetakan Ketiga. Jakarta : Salemba Medika
Suratun, Lusianah. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Gastrointestinal . Jakarta: Trans Info Media.
Bulechek, M.G.,Howard, K.B.,Joanne, M. D., & Wagner, M.C (2016).  Nursing
intervention classification (NIC). United States of America: Elsevier
Mosby.
Doenges, M. E., Moorhouse, F., Murr, A. C. Dkk. 2015.  Manual diagnosis
keperawatan : rencana, intervensi & dokumentasi asuhan keperawatan .
editor edisi bahasa indonesia, Karyuni, P. E. dkk edisi 3 . Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M. (2012).  Buku Saku: Diagnosis Keperawatan. Edisi 9.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai