Askep Kusta
Askep Kusta
“KUSTA (Lepra)”
DISUSUN OLEH :
NURMA NURATIQA
Bismillahirrohmanirrohim
Pertama-tama, marilah senantiasa kita memanjatkan Puji dan syukur atas kehadirat
Allah Swt. Yang telah memberikan kita kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan Tugas Makalah “KUSTA”. Tak lupa pula kita kirimkan salam dan shalawat
kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. Yang telah membawa kita dari alam kegelapan
menuju alam yang terang berderang seperti sekarang ini.
Tak lupa pula, semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah wawasan bagi
mahasiswa serta mendatangkan manfaat yang baik bagi kehidupan kita baik dalam kehidupan
bermasyarakat maupun dalam kehidupan beragama dan bernegara. Amin.
Penyusun
(Kelompok 4)
DAFTAR ISI
Halaman Sampul.................................................................................................
Kata Pengantar....................................................................................................
Daftar Isi.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang......................................................................................
B. Rumusan masalah.................................................................................
C. Tujuan penulisan...................................................................................
D. Manfaat penulisan.................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.............................................................................................
B. Saran.......................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit lepra (kusta) adalah penyakit menular yang paling tidak menular.
Penyakit Kusta atau Morbus Hansen adalah penyakit sistematik yang mempunyai
predileksi pada kulit dan saraf yang disebabkan oleh Mycobakterium Leprae yang
mempunyai sifat neurotropis, yang biasa ditemukan intra neural dan ekstra neural
yang akan mengakibatkan kerusakan saraf. Penyakit kusta penularannya bisa lewat
kontak langsung (lewat kulit yang luka) atau lewat droplet yang keluar dari hidung
penderita. Droplet yang mengandung kuman ini masuk ke dalam saluran nafas
calon penderita kusta setelah itu baru menyebar keseluruh tubuh dan kemudian
berkembang biak di dalam organ tubuh yang cocok.(Muh.Dali Amiruddin, 2001).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah defenisi dari Kusta ?
2. Bagaimanakah patofisiologi dari Kusta ?
3. Bagaimanakah pengobatan dari penyakit Kusta?
4. Apa saja terapi diet yang baik pada penyakit Kusta ?
5. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pada pasien dengan penyakit Kusta ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Definisi
lepra yang interseluler obligat, yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya
dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, system
saraf perifer, kulit dan jaringan tubuh lainnya. Lepra : Morbus hansen,
HamseniasisReaksi : Episode akut yang terjadi pada penderita kusta yang masih
aktiv disebabkan suatu interaksi antara bagian-bagian dari kuman kusta yang telah
mati dengan zat yang telah tertimbun di dalam darah penderita dan cairan
penderita.
B. Etiologi
M. Leprae atau kuman Hansen adalah kuman penyebab penyakit kusta yang
ditemukan oleh sarjana dari Norwegia, GH Armouer Hansen pada tahun 1873.
Kuman ini bersifat tahan asam berbentuk batang dengan ukuran 1,8 micron, lebar
0,2-0,5 micron. Biasanya ada yang berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu,
hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat di kultur
dalam media buatan. Kuman ini dapat mengakibatkan infeksi sistemik pada
binatang Armadillo.
membentuk batan, dikelilingi oleh membrane sel lilin yang merupakan ciri dari
biasanya berkelompok da nada yang tersebar satu-satu. Hidup dalam sel dan
bersifat tahan asam (BTA) atau gram positif, tidak mudah diwarnai namun jika
diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alcohol sehingga oleh
karena itu dinamakan sebagai basil ‘’tahan asam’’. Mycrobacterium lepra belum
dapat di kultur oleh labilatorium. Kuman ini menular pada manusia melalui kontak
langsung dengan penderita (keduanya harus ada lesi baik mycroskopis maupun
makroskopis dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang), dan melalui
pertahanan bakteri ini dalam tubuh manusia mampu bertahan 9 hari di luar tubuh
manusia kemudian kuman membelah dalam jangka 12-21 hari dengan masa
ingkubasi rata-rata 2 hingga 5 tahun bahkan juga dapat memakan waktu lebih dari
5 tahun. Setelah 5 tahun tanda-tanda seorang menderita kusta mulai muncul antara
lain kulit mengalami bercak putih, merah, rasa kesemutan bagian anggota tubuh
C. Manifestasi Klinis
1. Bercak putih (hipopigemtasi) yang mati rasa biasanya daerah bercak putih
2. Adanya penebalan saraf tepi dengan disertai gangguan fungsi (hanya dapat
1. Tanda pada kulit bercak kulit yang merah, kulit yang mengkilap. Bercak
3. Cacat/deformitas
D. Klasifikasi
1. Tipe Tuberkoloid ( TT )
b. Lesi bisa satu atau kurang, dapat berupa makula atau plakat, batas jelas,
dengan psoriasis atau tinea sirsirata. Terdapat penebalan saraf perifer yang
TT.
oralpada bagian tengah dengan batas jelas yang merupaan ciri khas tipe
ini.
seluruh tubuh. Makula lebih jelas dan lebih bervariasi bentuknya, beberapa
nodus melekuk bagian tengah, beberapa plag tampak seperti punched out.
keringat dan gugurnya rambut lebih cepat muncil daripada tipe LL dengan
5. Tipe Lepromatosa ( LL )
batas tidak tegas atau tidak ditemuka anestesi dan anhidrosis pada
stadium dini.
bawah.
c. Stadium lanjutan :
d. Lebih lanjut
1) Deformitas hidung
e. Stadium lanjut
6. Tipe Interminate ( tipe yang tidak termasuk dalam klasifikasi Redley &
Jopling)
interstitial.
E. Patofisiologi
dikemukakan seperti adanya kontak dekat dan penularan dari udara. Selain
manusia, hewan yang dapat tekena kusta adalah armadilo, simpanse, dan monyet
pemakan kepiting.
Terdapat bukti bahwa tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman M.
leprae menderita kusta, dan diduga faktor genetika juga ikut berperan, setelah
tertentu. Belum diketahui pula mengapa dapat terjadi tipe kusta yang berbeda pada
penyebab.
antara orang yang terinfeksi dan orang yang sehat. Dalam penelitian terhadap
insidensi, tingkat infeksi untuk kontak lepra lepromatosa beragam dari 6,2 per
1000 per tahun di Cebu, Philipina hingga 55,8 per 1000 per tahun di India Selatan.
Dua pintu keluar dari M. leprae dari tubuh manusia diperkirakan adalah kulit
Jumlah dari bakteri dari lesi mukosa hidung di kusta lepromatosa, menurut
hidung mereka. Davey dan Rees mengindikasi bahwa sekret hidung dari pasien
Pintu masuk dari M. leprae ke tubuh manusia masih menjadi tanda tanya. Saat
ini diperkirakan bahwa kulit dan saluran pernapasan atas menjadi gerbang dari
masuknya bakteri. Rees dan McDougall telah sukses mencoba penularan kusta
melalui aerosol di mencit yang ditekan sistem imunnya. Laporan yang berhasil
lubang pernapasan.
Masa inkubasi pasti dari kusta belum dapat dikemukakan. Beberapa peneliti
disetujui, bahwa masa inkubasi rata-rata dari kusta adalah 3-5 tahun.
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Bakteriologis
3) Pemeriksaan ulangan dilakukan pada lesi kulit yang sama dan bila perlu
leprae ialah: Cuping telinga kiri atau kanan, Dua sampai empat lesi kulit
selaput lendir hidung lebih dulu negatif dari pada sediaan kulit ditempat
lain.
menderita kusta, Semua pasien baru yang didiagnosis secara klinis sebagai
pasien kusta, Semua pasien kusta yang diduga kambuh (relaps) atau karena
sekali.
7) Pemerikaan bakteriologis dilakukan dengan pewarnaan tahan asam, yaitu
8) Cara menghitung BTA dalam lapangan mikroskop ada 3 metode yaitu cara
zig zag, huruf z, dan setengah atau seperempat lingkaran. Bentuk kuman
b. Penatalaksanaan Medik
a. Terapi Medik
Tujuan utama program pemberantasan kusta adalah penyembuhan pasien
kusta dan mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai penularan
dari pasien kusta terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk
klofazimin, dan DDS dimulai tahun 1981. Program ini bertujuan untuk
sebagai berikut:
minum 6 dosis dinyatakan RFT meskipun secara klinis lesinya masih aktif.
pengawasan.
lesinya masih aktif dan pemeriksaan bakteri positif. Menurut WHO (1998)
a. Klofazimin:
1) Bulanan 100mg/bln
2) Harian 50mg/2kali/minggu
1) Bulanan 100mg/bln
2) Harian 50mg/3kali/minggu
3) DDS:1-2mg /Kg BB
4) Rifampisin:10-15mg/Kg BB
pasien kusta tipe PB dengan lesi hanya 1 cukup diberikan dosis tunggal
rifampisin 600 mg, ofloksasim 400mg dan minosiklin 100 mg dan pasien
e) Putus obat
Pada pasien kusta tipe PB yang tidak minum obat sebanyak 4 dosis
dari yang seharusnya maka dinyatakan DO, sedangkan pasien kusta tipe
seharusnya.
b. Perawatan Umum
Terjadinya cacat pada kusta disebabkan oleh kerusakan fungsi saraf tepi,
reaksi netral.
kotoran
luka, melepuh
b) Perlu direndam setiap hari dengan air dingin selama lebih kurang
setengah jam
4. Perawatan luka
Reaksi kusta memiliki efek yang sangat besar terhadap metabolisme gizi di
dalam tubuh. Setidaknya dua hal yang dikemukakan oleh prawoto (2005) bahwa
pada rekasi kusta tipe 1 terjadi kenaikan suhu tubuh ini jelas memicu katabolisme
energi dalam tubuh. Jika dalam keadaaan demikian, maka kebutuhan energi harus
mampu dipenuhi oleh asupan gizi yang cukup. Jika asupan energi tidak cukup
maka sumber energi cadangan berupa glikogen dan protein tubuh akan dialihkan
untuk memenuhi kebutuhan energi.
Prawoto (2005), menjelaskan bahwa penderita kusta yang merupakan episode
akut hipersensitifitas terhadap M. Leprae yang menyebabkan gangguan dalam
keseimbangan sistem imunologi. 6 reaksi kusta dibagi menjadi dua yaitu reaksi
kusta tipe 1 atau reaksi refersal dan reaksi kusta tipe 2 atau erythemanodousum
leprosum (NL). Reaksi kusta tipe 1 disebabkan karena meningkatnya kekebalan
seluler secara cepat, ditandai dengan adanya lesi kulit yang memerah, bengkak,
nyeri, panas, neuritis, gangguan fungsi saraf dan kadang disertai demam.
Sedangkan reaksi kusta tipe 2 yang merupakan reaksi humoral yang ditandai
dengan timbulnya nodul kemerahan, neuritis, gangguan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
Umur memberikan petunjuk mengenai dosis obat yang diberikan, anak-
pada kenyataannya bahwa sebagian besar penderita kusta adalah dari golongan
ekonomi lemah.
adanya lesi dapat tunggal atau multipel, neuritis (nyeri tekan pada saraf)
Pada klien dengan morbus hansen reaksinya mudah terjadi jika dalam
diperkirakan 2-5 tahun. Jadi salah satu anggota keluarga yang mempunyai
5. Riwayat Psikososial
Klien yang menderita morbus hansen akan malu karena sebagian besar
sehingga klien akan menutup diri dan menarik diri, sehingga klien mengalami
gangguan jiwa pada konsep diri karena penurunan fungsi tubuh dan komplikasi
yang diderita.
6. Pola Aktivitas Sehari-Hari
7. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien biasanya dalam keadaan demam karena reaksi berat
pada tipe I, reaksi ringan, berat tipe II morbus hansen. Lemah karena adanya
akan lagophthalmos jika ada infeksi akan buta. Pada morbus hansen tipe II
c. Sistem persarafan:
Alibat kurang/ mati rasa pada telapak tangan dan kaki dapat terjadi luka,
tangan dan kaki menjadi bengkok dan akhirnya dapat terjadi kekakuan
pada sendi (kontraktur), bila terjadi pada mata akan mengakibatkan mata
kelemahan atau kelumpuhan otot tangan dan kaki, jika dibiarkan akan atropi.
B. Diagnosa Keperawatan
inflamasi
jaringan
C. Intervensi keperawatan
inflamasi
Intervensi:
sekitar.
jaringan
berkurang.
Intervensi:
intervensi.
Intervensi:
kemudian aktif
periode istirahat
latihan
negative
Intervensi
realitas
koping positif
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh mycobacterium
lepra yang interseluler obligat, yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya
dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, system
endoteliel, mata, otot, tulang, dan testis. (Djuanda, 4.1997).
Penyakit kusta disebabkan oleh bacteri yang bernama mycobacterium lepra.
Dimana mycrobacterium ini adalah kuman aero, tidak membentuk spora,
membentuk batan, dikelilingi oleh membrane sel lilin yang merupakan ciri dari
spesies mycrobacterium, berukuran panjang 1-8 micro, lebar 0,2-0,5 micro
biasanya berkelompok da nada yang tersebar satu-satu. Hidup dalam sel dan
bersifat tahan asam (BTA) atau gram positif, tidak mudah diwarnai namun jika
diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alcohol sehingga oleh
karena itu dinamakan sebagai basil ‘’tahan asam’’.
B. Saran
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi seluruh
Mahasiswa dan dapat menambah pengetahuan bagi rekan-rekan mahasiswa.
Demi penyempurnaan makalah ini, Kami mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif.
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsoe – Daili, Emmi S. 2003. Kusta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Jawa Tangah
Sjamsuhidajat. R dan Jong, Wimde. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. EGC :
Jakarta.
Depkes Jakarta
Mansjoer, Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III, media Aeuscualpius,
Jakarta.
Juall, Lynda, Rencana Asuhan Keperawatan Dan Dokumentasi Keperawatan Edisi II,