Anda di halaman 1dari 6

TEORI EKLEKTIK

Teori ini dikembangkan oleh John Dunning. Teori ini


berusaha menyediakan kerangka keseluruhan untuk menjelaskan
mengapa perusahaan-perusahaan memilih untuk ikut serta dalam
FDI daripada melayani pasar asing melalui alternatif seperti
ekspor, lisensi, kontrak manajemen, usaha bersama, atau aliansi
strategis. Teori eklektik menjelaskan tentang perusahaan-
perusahaan multinasional yang melakukan globalisasi di bidang
produksi .

Jadi, terdapat faktor-faktor produksi seperti sumber daya alam, tenaga kerja dan modal.
Sumber daya alam dan tenaga kerja kadang-kadang sulit untuk dipindahkan, apalagi sumber
daya alam seperti tanah yang tidak dapat dipidah-pindahkan , untuk tenaga kerja dapat saja
dipindah- pindahkan akan tetapi bila tenaga kerja itu pindah maka ia harus mengikuti gaya
hidup di tempat ia pindah, misalnya seperti tenaga kerja Indonesia pindah ke korea maka ia
harus hidup sesuai standar hidup disana menggunakan mata uang disana tidak dapat
menggunakan mata uang rupiah jadi harus menggunakan won .

Dunning sependapat dengan teori internalisasi yang mengatakan bahwa sulit bagi
perusahaan untuk melisensikan kemampuan khasnya. Oleh karena itu, dunning berpendapat
dengan mengkombinasikan asset lokasi khusus atau sumber daya dengan kemampuan khas
perusahaan sering kali memerlukan investasi langsung luar negri.

Itu sebabnya, perusahaan perlu membangun fasilitas


produksi dimana terdapat asset asing dan sumber daya tersebut.
Contoh dari argumentasi Dunning adalah sumber daya alam, seperti
minyak dan mineral yang lain, yang karena karakteristiknya hanya
ada di lokasi tertentu. Dunning mengatakan untuk mendapatkan
keuntungan dari sumber daya alam tersebut, perusahaan haruslah
melakukan FDI. Hal ini menjelaskan pelaksanaan FDI oleh
beberapa perusahaan minyak dunia, yang mengharuskan mereka
berinvestasi di lokasi sumber daya minyak tersebut berada khusus yang sangat bernilai ini.

Contoh nyata lainnya adalah, sumber daya manusia atau


tenga kerja yang berharga seperti pekerja yang memiliki kualitas
tinggi dengan biaya yang murah. Kemampuan dan biaya pekerja ini
berbeda dari Negara yang satu dengan Negara lainnya seperti biaya
tenga kerja di Negara berkembang seperti Indonesia tentu lebih
murah dibanding kan Negara maju seperti amerika. Karena tenaga
kerja sulit dipindah-pindahkan, maka menurut dunning hal ini
menimbulkan ide bagi perusahaan menepatkan lokasi produksi pada
Negara-negara dimana kemampuan dan biaya tenaga kerja dinilai paling sesuai untuk proses
produksi. Contohnya seperti sebuah perusahaan Otomotif dari jepang melakukan investasi di
Indonesia karena sumber daya manusia atau tenaga kerja Indonesia mungkin biaya tenaga
kerjanya lebih murah dibandingkan dengan tenaga kerja yang ada di jepang yang
menyebabkan biaya produksi di jepang lebih mahal sehingga produksi di pindahkan ke
Indonesia untuk menekan biaya produksi yang tinggi sehingga sumber daya manusia atau
labornya ada di Indonesia.

Terdapat juga sumber daya- sumber daya


pengetahuan, Kalian mungkin udah akrab banget dengan
nama Youtube, Google, Facebook, hingga Apple.
Ternyata perusahaan raksasa tersebut bernaung di kawasan
yang sama, yakni Silicon Valley. Disana berkumpul
sumber-sumber pengetahuan sehingga mereka bisa saling
berbagi pengetahuan dan dapat mengetahui perubahan-
perubahan yang ada secara cepat. Bisa dibilang Silicon
Valley adalah ibukotanya teknologi dunia. Berdasarkan
pada argumentasi dunning, pengetahuan mengenai desain dan manufaktur computer yang ada
di silicon valley tidak ditemukan di tempat lain didunia. Jadi memang pengetahuan telah
tersebar di ke seluruh dunia tetapi kepemimpinan terhadap pengetahuan teknologi computer
dan semikonduktor muktahir hanya ditemukan di silicon valley. Maka dari itu menimbulkan
keinginan-keinginan perusahaan-perusahaan untuk berinvestasi dalam penelitian, bahkan
fasilitas produksi sehingga mereka juga dapat belajar dan menggunakan pengetahuan baru
yang beragam sebelum dimanfaat di daerah lain. Sehingga mereka dapat keunggulan
kompetitif dipasar global.

Selain itu terdapat keuntungan kepemilikan seputar isu-isu yang berkaitan dengan
informasi kepemilikan dan berbagai hak kepemilikan yang mungkin dimiliki perusahaan. Hal
ini dapat mencakup masalah penamaan, hak cipta, merek dagang atau hak paten, serta
penggunaan dan pengelolaan keterampilan yang tersedia secara internal dan yang dapat
diperoleh di pasar luar negeri. Mayoritas keuntungan kepemilikan dianggap tidak berwujud.
CONTOH PERUSAHAAN TEORI EKLEKTIK:

NIKE

Selama ini selain di Indonesia, Nike memiliki pabrik


di sejumlah negara seperti Vietnam, China, dan Thailand. PT
Changshin Reksa Jaya, memproduksi sepatu merek Nike di
Garut dengan nilai investasi sebesar 60 juta dollar AS.
Kapasitas produksi dari pabrik tersebut mencapai 15 juta
pasang per tahun dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak
5.500 orang tenaga kerja Indonesia, di mana keseluruhan
produknya akan diekspor ke Eropa, Amerika dan Asia. Jadi
menurut teori eklektik Nike dapat dikatakan melakukan FDI karena Nike melakukan proses
produksinya di Indonesia, sehingga sumber daya manusia atau tenaga kerjanya berada di
Indonesia .

CHEVRON
Perusahaan asal Amerika Serikat ini memproduksi
minyak paling banyak di Indonesia melalui anak usahanya
yaitu Chevron Pacific Indonesia. Mempunyai lapangan
dengan kualitas minyak paling tinggi di Indonesia, Chevron
memproduksi 35 persen dari total produksi Indonesia.
Perusahaan ini telah mengoperasikan lapangan Duri di Riau
sejak tahun 1952. Dua blok yang dimiliki oleh Chevron di
Sumatera, Rokan dan Siak, telah menjadi blok dengan
produksi minyak terbesar di Indonesia. Selain di Sumatera, Chevron juga memiliki blok migas
di perairan Kutai, Kalimantan Timur yang merupakan operasi migas lepas pantai. Selain itu,
perusahaan ini juga mengelola blok di Papua yaitu West Papua I dan III yang merupaka
proyek lepas pantai.
Jadi contoh perusahaan chevron ini cocok dengan teori eklektik yang mengatakan
bahwa pelaksanaan FDI oleh beberapa perusahaan minyak dunia, yang mengharuskan mereka
berinvestasi di lokasi sumber daya minyak tersebut yang berada di lokasi khusus yang sangat
bernilai. Chevron melakukan investasi lagsung di Indonesia selama lebih dari 90 tahun,
Chevron telah menjadi produsen energi terkemuka di Indonesia, yang menghasilkan produksi
minyak bumi dari ladang-ladang minyak yang berada di Indonesia sehingga sumber daya alam
yang di gunakan berada di Indonesia.

CONOCOPHILLIPS
Perusahaan asal Amerika Serikat ini telah beroperasi di Indonesia lebih dari 40 tahun.
ConocoPhillips Indonesia merupakan produsen migas terbesar ketiga di Indonesia. Conoco
telah mempunyai enam blok migas di Indonesia yaitu tiga lepas pantai yaitu di Natuna Sea
Block B, Kuma dan Laut Arafuru. Sementara blok yang berada di darat atau onshore adalah V
C blok Corridor, Jambi dan Papua. Produksi gas perusahaan
tersebut mencapai 450 juta kaki kubik per hari. Sebagian dari
produksi gas tersebut diekspor ke Singapura sementara sisanya
digunakan untuk pasokan gas Perusahaan Gas Negara (PGN).
Selama empat tahun terakhir Conoco bisa menghasilkan
hingga US$ 2,5 miliar dan akan berkomitmen terus
menambah investasinya di Indonesia
Contoh perusahaan ini juga cocok dengan teori
eklektik karena perusahaan ini juga melakukan FDI di Indonesia sehingga dapat
memanfaatkan sumber daya alam seperti minyak bumi yang berada di Indonesia.
TEORI MARKET POWER

Teori kekuatan pasar menyatakan bahwa sebuah perusahaan mencoba untuk


membangun kehadiran pasar yang dominan di suatu industri dengan melakukan investasi
asing secara langsung. Kehadiran pasar yang dominan menghasilkan keuntungan yang lebih
besar bagi perusahaan.
Salah satu cara perusahaan agar dapat mencapai kekuatan pasar (atau dominasi)
adalah melalui integrasi vertikal - Integrasi vertikal adalah penggabungan antara perusahaan-
perusahaan yang beroperasi pada tahap-tahap produksi yang berbeda-beda. Dengan kata lain
integrasi vertikal dalam aktivitas ekonomi dapat dikatakan sebagai suatu kejadian apabila
suatu perusahaan mengambil alih lebih dari satu tingkat urutan proses perpindahan suatu set
bahan mentah hinga produk jadi. Strategi integrasi vertikal adalah dapat berupa kendali
terhadap inputnya (backward) dan kendali terhadap outputnya (forward) atau keduanya.
Pada integrasi vertikal kebelakang, perusahaan memperoleh kendali terhadap input
atau sumberdaya dengan menjadi pemasok sendiri. Sebagai contoh adalah sebuah pabrik baja
mengambil alih atau bergabung dengan perusahaan bijih besi, perusahaan minyak goreng
melakukan integrasi dengan perkebunan kelapa sawit dansebagainya. Integrasi vertikal
kedepan, perusahaan memperoleh kendali terhadap output dengan menjadi distributor bagi
dirinya sendiri. Mengambil contoh sebelumnya, yaitu perusahaan minyak goreng, disamping
memproduksi minyak goreng perusahaan tersebut juga mempunyai jaringan pemasaran
sampai kekonsumen akhir.
Salah satu alasan mengapa perusahaan melakukan integrasi vertikal adalah karena
strategi ini dapat menghilangkan biaya yang tidak perlu. Aktivitas tawar menawar dapat
dihilangkan jika dua perusahaan yang sebelumnya terpisah menjadi bagian yang berurutan
dibawah kepemilikan yang sama. Demikian juga pengeluaran untuk advertensi dan promosi
yang tadinya terjadi dari suatu operasi, tidak lagi diperlukan. Jadi berbagai penghematan
dapat dilakukan, seperti penghematan biaya dalam pemrosesan, pemasaran dan penggunaan
informasi.
Kekuatan pasar mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memanipulasi harga
barang di pasar dengan memanipulasi tingkat penawaran, permintaan atau keduanya. Sebuah
perusahaan dengan kekuatan pasar yang kuat memiliki kemampuan untuk memanipulasi harga
pasar dan dengan demikian mengendalikan marjin keuntungannya, dan mungkin kemampuan
untuk meningkatkan hambatan bagi calon pendatang baru ke pasar. Perusahaan yang memiliki
kekuatan pasar sering digambarkan sebagai "pembuat harga" karena mereka memiliki
kemampuan untuk menetapkan atau menyesuaikan harga pasar barang tanpa melepaskan
pangsa pasar.
Kekuatan pasar dapat dipahami sebagai tingkat pengaruh yang dimiliki perusahaan
terhadap penentuan harga pasar, baik untuk produk tertentu atau umumnya di dalam
industrinya. Kondisi pasar yang ideal adalah apa yang disebut sebagai keadaan persaingan
sempurna, di mana ada banyak perusahaan yang memproduksi produk yang bersaing, dan
tidak ada perusahaan yang memiliki tingkat kekuatan pasar yang signifikan. Tetapi, itu
hanyalah sebuah teori yang jarang ada dalam praktik sebenarnya. Banyak negara memiliki
undang-undang antimonopoli atau peraturan serupa yang dirancang untuk membatasi kekuatan
pasar dari satu perusahaan. Kekuatan pasar sering menjadi pertimbangan dalam persetujuan
pemerintah untuk merger. Penggabungan tidak mungkin disetujui jika diyakini bahwa
perusahaan yang dihasilkan akan merupakan monopoli atau akan menjadi perusahaan dengan
kekuatan pasar yang terlalu besar.
Ada tiga kondisi pasar dasar yang ada dalam hal kekuatan pasar, sebagaimana
diterapkan pada ekonomi keseluruhan atau pasar untuk item tertentu.Yang pertama adalah
kondisi ideal yang telah dicatat sebelumnya dari persaingan sempurna. Dengan persaingan
yang sempurna, selain sejumlah perusahaan yang memproduksi produk yang sama atau
serupa, ada juga minim atau tidak ada hambatan bagi perusahaan baru memasuki pasar. Pasar
pertanian sering ditunjukkan sebagai contoh pasar persaingan yang relatif sempurna, karena
hampir tidak mungkin bagi satu produsen komoditas pertanian untuk memperoleh sejumlah
besar kekuatan pasar.

CONTOH PERUSAHAAN TEORI MARKET POWER

UNILEVER
Unilever merupakan produsen barang-barang konsumsi yang sifatnya fast moving
consumer goods (FMCG), atau produk yang sifatnya cepat habis, seperti produk perawatan
tubuh, produk perawatan rumah tangga, dan makanan. Sepanjang tahun 2010-2015, Unilever
telah menanamkan modal di Tanah Air sebesar Rp 8,5 triliun. Saat ini, terdapat empat badan
usaha dari grup Unilever sebagai wujud investasi di Indonesia, yaitu PT Unilever Indonesia
Tbk (Unilever Indonesia), PT Unilever Oleochemical Indonesia (PT UOI), PT Unilever
Enterprises Indonesia (PT UEI), dan PT Unilever Trading Indonesia (PT UTI). PT Unilever
Indonesia Tbk (UNVR) diakui sebagai salah satu perusahaan paling inovatif di dunia.
Kekuatan pasar Unilever Indonesia yang melokalisasi seperti, bagaimana unilever
mempelajari market yang lokal, bagaimana unilever melokalkan produk-produknya sehingga
produk-produk itu tidak kelihatan produk luar.
Sehingga contoh perusahaan unilever ini cocok dengan teori market power yang
mendominasi pasaran Perusahaan mengklaim produk-produknya tersedia di 1 juta
toko/gerai dan setiap rumah di Indonesia sedikitnya menggunakan satu produk Unilever. Di 12
kategori produk consumer goods, merek yang diusung Unilever mendominasi pasar Indonesia.

Contoh kekuatan pasar adalah Apple Inc. di pasar smartphone. Meski Apple tidak bisa
sepenuhnya mengendalikan pasar, produk iPhone-nya memiliki pangsa pasar dan loyalitas
pelanggan yang substansial, sehingga memiliki kemampuan untuk mempengaruhi harga
keseluruhan di pasar smartphone.

Anda mungkin juga menyukai