Kelompok 1 Pneumatorak
Kelompok 1 Pneumatorak
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Trauma Thorax” pada bagian “PNEUMOTHORAKS” ini dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga terselesaikannya makalah ini.
Akhir kata penulis menyadari tak ada gading yang tak retak. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna
kesempurnaan makalah ini dan perbaikan pada makalah ke depannya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................. 2
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epidemiologi.................................................................... 3
2.2 Anatomi & Fisiologi......................................................... 4
2.3 Pengertian......................................................................... 5
2.4 Patofosiologi..................................................................... 6
2.5 Pathway............................................................................ 7
2.6 Jenis-Jenis......................................................................... 8
2.7 Pemeriksaan...................................................................... 9
2.8 Penatalaksanaan.............................................................. 10
2.9 Komplikasi..................................................................... 11
2.10 Komplikasi..................................................................... 12
2.11 Pemeriksaan Penunjang.................................................. 13
BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian........................................................................14
3.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................15
3.3 Intervensi..........................................................................16
3.4 Implementasi....................................................................17
BAB IV PENUTUP
6.1 Kesimpulan .........................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah:
2) Pengertian Pneumothorak
3) Patofisiologi Pneumothorak
4) Jenis-jenis Pneumothorak
7) Penatalaksanaan Pneumothorak
8) Komplikasi Pneumothoraks
9) Pemeriksaan Penunjang Pneumothoraks
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Epidemiologi
Pneumothorax dapat diklasifikasikan menjadi pneumothorax
spontan dan traumatik. Pneumothorax spontan merupakan pneumothorax
yang terjadi tiba-tiba tanpa atau dengan adanya penyakit paru yang
mendasari. Pneumothorax jenis ini dibagi lagi menjadi pneumothorax
primer (tanpa adanya riwayat penyakit paru yang mendasari) maupun
sekunder (terdapat riwayat penyakit paru sebelumnya).
Insidensinya sama antara pneumothorax primer dan sekunder, namun pria
lebih banyak terkena dibanding wanita dengan perbandingan 6:1. Pada
pria, resiko pneumothorax spontan akan meningkat pada perokok berat
dibanding non perokok. Pneumothorax spontan sering terjadi pada usia
muda, dengan insidensi puncak pada dekade ketiga kehidupan (20-40
tahun).
Sementara itu, pneumothorax traumatik dapat disebabkan oleh
trauma langsung maupun tidak langsung pada dinding dada, dan
diklasifikasikan menjadi iatrogenik maupun non-iatrogenik.
Pneumothorax iatrogenik merupakan tipe pneumothorax yang sangat
sering terjadi.(http://www.medinfo.ufl.edu/years/bcs/96/clist/resp)
2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM RESPIRATORIUS
2.3 Anatomi
2.2.1.1 Dinding Thorax
Dinding thorax terdiri atas kulit, fascia, saraf, otot, dan tulang. Kerangka
dinding thorax membentuk sangkar dada osteokartilaginous yang
melindungi jantung, paru-paru, dan beberapa organ rongga abdomen.
Kerangka thorax terdiri dari vertebra thoracica dan discus intervertebralis,
costae dan cartilago costalis, serta sternum. Beberapa otot pernafasan
yang melekat pada dinding dada antara lain :
2.2.2 fisiologi
Proses inspirasi jika tekanan paru lebih kecil dari tekanan atmosfer.
Tekanan paru dapat lebih kecil jika volumenya diperbesar. Membesarnya
volume paru diakibatkan oleh pembesaran rongga dada. Pembesaran
rongga dada terjadi akibat 2 faktor, yaitu faktor thoracal dan abdominal.
Faktor thoracal (gerakan otot-otot pernafasan pada dinding dada) akan
memperbesar rongga dada ke arah transversal dan anterosuperior,
sementara faktor abdominal (kontraksi diafragma) akan memperbesar
diameter vertikal rongga dada. Akibat membesarnya rongga dada dan
tekanan negatif pada kavum pleura, paru-paru menjadi terhisap sehingga
mengembang dan volumenya membesar, tekanan intrapulmoner pun
menurun. Oleh karena itu, udara yang kaya O2 akan bergerak dari
lingkungan luar ke alveolus. Di alveolus, O2 akan berdifusi masuk ke
kapiler sementara CO2 akan berdifusi dari kapiler ke alveolus. Sebaliknya,
proses ekspirasi terjadi bila tekanan intrapulmonal lebih besar dari tekanan
atmosfer. Kerja otot-otot ekspirasi dan relaksasi diafragma akan
mengakibatkan rongga dada kembali ke ukuran semula sehingga tekanan
pada kavum pleura menjadi lebih positif dan mendesak paru-paru.
Akibatnya, tekanan intrapulmoner akan meningkat sehingga udara yang
kaya CO2 akan keluar dari peru-paru ke atmosfer.
(http://www.en.wikipedia.org/wiki/respiratory/examination)
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang
dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum
thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau bennda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut. ( Rahajoe, 2012).
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thoraxyang
dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum
thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau bennda tumpul dandapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut. (DR. Dr. Aru W. Sudoyo,Sp.PD,
KHOM, 2006).
2.5 PATHWAY
Trauma dada
Robekan pleura
Takikardi
↓
Trauma toraks dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu trauma tembus
atau tumpul.
2) Terutama akibat tusukan benda tajam (pisau, kaca, dsb) atau peluru
2. Trauma Tumpul
1. Akselerasi
2. Deselerasi
4. Blast injury
1. Open Pneumothorax
3. Hematothorax massif
5. Temponade Jantung
1. Fraktur Iga
a. Disebabkan trauma
1) Trauma tumpul
2. Kontusio Paru
3. Ruptur Aorta
Ruptur aorta sering menyebabkan kematian penderitanya, dan lokasi
ruptura tersering adalah di bagian proksimal arteri subklavia kiri dekat
ligamentum arteriosum. Hanya kira-kira 15% dari penderita trauma toraks
dengan ruptura aorta ini dapat mencapai rumah sakit untuk mendapatkan
pertolongan. Kecurigaan adanya ruptur aorta dari foto toraks bila
didapatkan :
a. mediastinum yang melebar
4. Ruptur Diagfragma
Ruptur diafragma jarang merupakan trauma tunggal biasanya disertai
trauma lain, trauma thorak dan abdomen, dibawah ini merupakan organ-
organ yang paling sering terkena bersamaan dengan ruptur diafragma : (1)
fraktur pelvis 40%, (2) ruptur lien 25%, (3) ruptur hepar 25%, (4) ruptur
aorta pars thorakalis 5-10%.Beberapa ahli membagi ruptur
diafragmaberdasarkan waktu mendiagnosisnya menjadi :
a. Early diagnosis
b. Delayed diagnosis
5. Perforasi Eosofagus
Gejala ruptur esofagus juga berupa nyeri dada yang hebat pada saat
menelan atau bernapas. Udara yang masuk ke mediastinum dapat
menuju ke leher dan dapat menyebabkan emfisema subkutaneus atau
ke dalam rongga pleura dan dapat menyebabkan pneumothorak.
Ruptur esofagus juga bisa disebabkan oleh varises esofagus. Varises
esofagus bisa menyebabkan hematemesis. Pada kasus ini hematemesis
dapat berakibat fatal untuk penderita.
(http://www.webteach.mc.uky.edu/nursing/nur869/webquets/labs)
2.9 PENATALAKSANAAN
Primary survey (ABCDE) yang dilanjutkan dengan Resusitasi
fungsi vitalPenilaian keadaan penderita dan prioritas terapi berdasrkan
jenis perlukaan, tanda tanda vital, dan mekanisme trauma. Merupakan
ABC-nya trauma, dan berusaha untuk mengenali keadaan
yangmengancam nyawa terlebih dahulu.
5) Kontrol perdarahan dengan balut tekan tapi jangan terlalu rapat untuk
menghindari parahnya tension pneumothoraks
1) Observasi
2) Aspirasi sederhana
4) Pleurodesis
5) Thoracoscopy
6) Operasi
(Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pernapasan)
2.10 PENATALAKSANAAN MENURUT EPIDEMBES
1) Pneumotoraks Simpel
Ciri :
a) Paru pada sisi yang terkena akan kolaps (parsial atau total)
b) Tidak ada mediastinal shift
2) Pneumotoraks Tension
Ciri: :
d) Penatalaksanaan :
Open pneumothorax terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada
dada sehingga udara dapat keluar dan masuk rongga intra toraks
dengan mudah. Tekanan intra toraks akan sama dengan tekanan udara
luar. Dikenal juga sebagai sucking-wound. Terjadi kolaps total paru.
Penatalaksanaan :
2.11 KOMPLIKASI
4) Pembuluhdarahbesar: Hematothoraks.
5) Esofagus:Mediastinitis.
6) Diafragma : Herniasivisera dan permukaan hati, limpa dan ginjal
(Mowschenson, 1990).
1) Foto Thoraks
3) EKG
4) Radiologi
(http://www.webteach.mc.uky.edu/nursing/nur869/webquets/labs)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMOTORAK
e) B5 (Bowel)
Akibat sesak napas, klien biasanya mengalami mual dan muntah,
penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan.
f) B6 (Bone)
Pada trauma di rusuk dada, sering kali didapatkan adanya kerusakan
otot dan jaringan lunak dada sehingga meningkatkan resiko infeksi.
Klien sering dijumpai mengalami gangguan dalam memenuhi
kebutuhan aktivitas sehari-hari disebabkan adanya sesak napas,
kelemahan dan keletihan fisik secara umum.
3.1.3 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Radiologi : Gambaran radiologis pneumotoraks akan
tampak hitam, rata dan paru yang kolaps akan tampak garis yang
merupakan tepi paru.
L. Rencana intervensi
5. Pertahankan
polusi lingkungan
minimum, mis.,
debu, asap, dan
bulu bantal yang
berhubungan
dengan kondisi
individu.
6. Dorong / bantu
latihan napas
abdomen atau bibir.
7. Berikan obat
sesuai indikasi
Bronkodilator, mis.,
β-agonis : epinefrin
(Adrenalin,
Vaponefrin);
albuterol (Proventil,
Ventolin); terbutalin
(Brethine,
Brethaire);
isotetarin
(Brokosol,
Bronkometer);
Xantin, mis.,
aminofilin,
oxitrifilin
(Choledyl); teofilin
(Bronkodyl, Theo-
Dur)
8. Berikan
fisioterapi dada
A. Kesimpulan
Trauma thorax dapat timbul karena trauma tajam, sedemikian rupa
sehingga ada hubungan udara luar dan dengan rongga pleura, sehingga paru
menjadi kuncup, Seringkali hal ini terlihat sebagai luka pada dinding dada
yang menghisap pada setiap inspirasi/sucking chost woundl.
Menghadapi pasien dengan trauma toraks, triase pertama adalah evaluasi
terhadap fungsi kardio-pulmoner secara sangat cermat dan teliti. Bila telah
dapat ditegakkan “Assesment” kardio pulmoner dan telah dilaksanakan
tindakan penanggulangan kegawat daruratan medis utama, perlu dilakukan
“Assesment” kerangka dan rongga toraks secara seksama.
Penguasaan ilmu dan teknik pemeriksaan fisik dada akan sangat menunjang
kualitas hasil pertolongan yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.medicine.ucsd.edu/clinicalmed/lung
http://www.medinfo.ufl.edu/years/bcs/96/clist/resp
http://www.en.wikipedia.org/wiki/respiratory/examination
http://www.webteach.mc.uky.edu/nursing/nur869/webquets/labs
http://www.erjournals.com/cgu/content/abstact
Rahajoe, 2012
DR. Dr. Aru W. Sudoyo,Sp.PD, KHOM, 2006
Mowschenson, 1990
Buku Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah
Price, Sylvia A dan Lorraine McCarty Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC
Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II Ed. IV.
Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia