Insya Allah saya akan memulai menulis belajar bahasa Arab dari Al-
Quran. Dimulai dari Surat Al-Baqaroh. Tiap posting diusahakan tidak
terlalu panjang, agar bisa dicerna dan dipahamkan. Frekeuensi posting
juga akan diatur.
ذلك الكتاب
dzalika alkitabu : itu (sebuah) kitab
Ini pertanyaan awal yang sering muncul pada saat orang baru belajar
bahasa Arab.
1
Sebenarnya tidak. Kata dalam bahasa Arab juga banyak jenisnya. Ambil
contoh kata dzalika = itu. Dalam bahasa arab kata ini termasuk kata
benda (isim).
Lho kok gitu? Bukannya dalam bahasa Indonesia kata "itu" adalah kata
ganti tunjuk, bukan kata benda? Kok dalam bahasa arab kata dzalika =
itu, termasuk kata benda?
Ya, betul. Dalam bahasa Arab, rumah, mobil dsb itu, juga termasuk kata
benda, yang disebut kata benda alam (isim alam), karena benda-benda
itu wujud ada di alam. Lalu kata dzalika = itu, disebut kata benda tunjuk
(isim isyaroh).
2
kemaren disebut (الكتابal-kitaabu), sedangkan waktu besok disebut al-
kitaabu.
Ok... ok, bangaimana kalau saya katakan selain tidak terikat waktu
dalam bahasa Arab hukum isim berubah sesuai dengan jenis kelamin
subject? Misal saya sebutkan: Itu buku = ذلك كتاب
Kalau saya suruh Anda membuat kalimat: Itu pohon. Pohon bahasa
Arabnya adalah syajaratun شجرة. Apakah anda akan bilang spt ini:
ذلك شجرة
dzalika sajaratun = itu(sebuah) pohon.
3
تلك شجرة
tilka syajaratun = itu(sebuah) pohon.
Ringkasnya:
Dalam bahasa Indonesia, kata benda tidak terikat dengan jenis kelamin
dari subject yang dibicarakan. Dalam bahasa Arab, tidak demikian.
Contohnya kata "itu" dalam bahasa arab termasuk kata benda, maka
dia terikat dengan hukum kata benda yang salah satunya menyatakan:
kata itu berubah bentuk sesuai dengan jenis kelamin subject yang
dibicarakan. Jadi kata "itu" bisa berupa dzalika (untuk subject laki-laki)
atau tilka (untuk subject) perempuan.
http://arabquran.blogspot.com/2007/03/belajar-bahasa-arab-dari-al-
quran-topik_22.html
4
Topik 2: Nakiroh Ma'rifah
Bismillahirrahmanirrahim.
Pada topik 1: telah dibahas secara sepintas pembagian jenis kata dalam
bahasa Arab, dimana kata dalam bahasa Arab hanya dibagi 3, yaitu kata
benda (isim), kata kerja (fi'il), dan kata tugas (harf). Contoh yang dipakai
menggunakan surat Al-Baqaroh ayat 1 - 2. Pada topik kali ini akan
dibahas mengenai topik kata benda, mengenai kata benda telah
diketahui, dan kata benda belum diketahui.
ambil contoh:
ذلك كتاب
dzalika kitaabun = itu (sebuah) kitab. Adalah struktur kalimat yang
benar. Karena kata dzalika (berjenis laki-laki), kitaabun (berjenis laki-
laki).
ذلك شجرة
dzalika syajaratun = itu (sebuah) pohon. Adalah struktur kalimat yang
salah. Karena kata dzalika (berjenis laki-laki), sedangkan pohon
(berjenis perempuan).
تلك شجرة
5
tilka syajaratun = itu (sebuah) pohon. Inilah kalimat yang benar, karena
dua-duanya merupakan kata benda berjenis perempuan.
Untuk kata benda penunjuk (isim isyaroh) spt "ini", "itu", maka tidak
ada cara kecuali dihapalkan saja. Wah repot dong.... Gak juga, kata
dalam kelompok ini tidak begitu banyak spt:
ذلك
dzalika = itu (laki-laki)
تلك
tilka = itu (perempuan)
هذا
hadzaa = ini (laki-laki)
هذه
hadzihi = ini (perempuan)
Mengenalkan Teman
6
Untuk kata benda alam (isim alam) seperti mobil, kantor, perpustakaan,
buku dll, maka cara yang paling mudah adalah dengan melihat apakah
ada ta marbutoh ةatau ( ـةta tertutup) pada akhir katanya. Jika ada ta
marbutoh, maka kata ini termasuk jenis perempuan.
Contoh:
شجرةsyajaratun = pohon
Ada beberapa tanda-tanda lain (yang lebih jarang muncul) untuk isim
alam jenis perempuan, tetapi pada kesempatan kali ini kita hanya
tampilkan satu yaitu adanya ta marbutoh. Tanda ini paling sering
muncul.
Sekarang kita masuk ke topik baru. Pada saat kita baca ذلك الكتابdzalika
al-kitaabu (buku itu), kata buku ( كتابkitaabu) ditambahkan AL ()الـ
menjadi ( الــكتابal-kitaabu), penambahan AL ini maksudnya adalah
menjadikan suatu kata benda menjadi sesuatu yang diketahui
(definitif), sama halnya dalam bahasa Inggris, untuk memberitakan
sesuatu yang sudah diketahui ditambah THE.
Misalkan:
http://arabquran.blogspot.com/2007/03/belajar-bahasa-arab-dari-al-
quran-topik_26.html
8
Topik 3: Membentuk Kalimat Sempurna
Bismillahirrahmanirrahim.
"Berarti yang akhirannya tun tun itu pasti jenis perempuan ya...?",
begitu kesimpulan teman saya tersebut. Saya belum jawab, karena saya
ingin share jawabannya di blog ini.
"Berarti yang akhirannya tun tun itu pasti jenis perempuan ya...?".
Jawaban saya, iya kalau posisi dia sebagai mubtada' atau fa'il. Nah
mengenai mubtada' atau fa'il ini akan kita bahas pada topik-topik
berikutnya. Satu-satu ya teman... hehe... Belajar itu harus pelan-pelan,
biar meresap... Gitu kata ahli hikmah...
9
belakangnya tun tun pasti berjenis perempuan. Seperti syajaratun,
bintun (gadis perempuan) dsb.
Saya jawab iya. Tapi bagaimana kalau saya tulis begini شجرةsyajaratin,
atau saya tulis syajaratan. Saya memang tidak menuliskan harokat ُ ِ ً َ
dan lain-lain, karena kalau saya tuliskan, maka tanda-tanda titik seperti
titik pada "sya "شakan tertimpa tanda harokat, sehingga tidak jelas lagi
(apakah ini kerterbatasan Windows XP saya?) Tapi gak apa-apa, karena
dalam bahasa Arab yang asli, tanda-tanda harokat juga tidak ada.
Lalu apa bedanya dong antara syajaratun dengan syajaratu. Hehe... ini
pertanyaan yang sama di kepala saya beberapa bulan yang lalu waktu
belajar bahasa Arab. Biar gak penasaran jawaban singkatnya, jika ada
AL ( )الــmisal الشجرةmaka huruf n dibuang. Jadi الشجرةhanya boleh dibaca
as-syajaratu, as-syajarata, as-syajarati, atau as-syajarah.
10
Pertanyaan ke dua: kalau begitu, apa bedanya antara antara as-
syajaratu dengan as-syajarata? Jawaban ringkasnya adalah melihat
kepada posisi yang ditempati oleh kata tsb. Apakah dia sebagai subject
atau sebagai objek. Jika dia sebagai subject, maka dia dibaca as-
syajaratu, jika dia sebagai objek maka dibaca as-syajarata.
http://arabquran.blogspot.com/2007/03/belajar-bahasa-arab-dari-al-
quran-topik_28.html
11
Topik 4: Membentuk Kalimat Sempurna
Bismillahirrahmanirrahim
Pada topik kali ini akan dibahas bentuk kalimat sempurna. Layaknya
dalam bahasa Indonesia satu ide kalimat disebut lengkap kalau memiliki
Subject dan Prediket. Sebagai contoh: "Buku itu besar", adalah kalimat
sempurna. Tapi kalau saya sebut: "Buku itu", nah ini kalimat yang
belum lengkap, karena maknanya masih menggantung. Tapi kalau saya
tulis "Itu sebuah buku", maka ini sudah menjadi kalimat sempurna,
karena ide kalimatnya sudah lengkap.
ذلك الكتاب
Prediket Subject
Khobar Mubtada'
Buku Itu
Jika dibaca dari kanan : Itu (sebuah) buku. Kalimat ini disebut kalimat
sempurna. Jadi kalau sudah ada Subject (Mubtada') dan Prediket
(Khobar), maka struktur kalimat menjadi lengkap.
Kalimat diatas dapat dipandang sebagai (S) dan (P) [baris 1] dimana (P)
nya terdiri dari (S) dan (P) [baris 2], dan (P) baris 2 sebenarnya terdiri
dari satu kalimat sempurna juga yaitu (S) dan (P) baris 3.
http://arabquran.blogspot.com/2007/03/belajar-bahasa-arab-dengan-
al-quran_30.html
13
Topik 5: Huruf Jar
Bismillahirrahmanirrahim
Topik kali ini, kita akan membahas mengenai Huruf Jar. Binatang
apakah ini? Dalam bahasa Indonesia kita biasa menyebut kata depan
spt:
Saya di rumah
Kata: di (atau didalam) dalam bahasa Arab adalah فيfii, inilah yang
disebut huruf Jar.
( ال ريب فيهlaa raiba fii hi) yaitu pada kata ( فيـfii) yang artinya di atau
didalam
(هدى للمتقينhudan lil-muttaqien) yait pada kata ( لli) yang artinya bagi.
Kata للمتقينini jika kita pecah terdiri dari 2 kata yaitu ( لli) dan ( المتقينal-
muttaqien).
Tadi sudah disebutkan dari, untuk. Yang cukup banyak dijumpai adalah:
منmin = dari
إلىila = ke
14
' علىala = diatas
تحتtahta = dibawah
فيfii = didalam
لli = untuk/bagi
Wah wah banyak yang mesti dihafal ya? Kalau gak mau repot, kalau
menghafalkan surat Al-Baqaroh, ingat saja kata fii dan li.
Untuk latihan:
Sebelum menutup topik ini, dulu waktu saya menghafal ayat Al-Quran,
kadang suka salah.
15
Nah lalu, apa bedanya muslimiin, dengan muslimuun? Ini dibahas
dalam topik berikut. Topik berikut insya Allah, mengenai hukum yang
berkaitan dengan huruf jar.
http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-arab-dari-al-
quran-topik.html
16
Topik 6: Rumah Pria Besar
Bismillahirrahmanirrahim
Kalau saya menyebut kalimat begini "Rumah pria besar". Atau "Rumah
pria yang besar itu". Apa yang terbayang dalam pikiran Anda? Apakah
yang besar itu? Apakah "Rumah" atau "Pria"nya?
Salah satu mu'jizat bahasa Arab (paling tidak menurut saya yang baru
belajar ini) adalah, menjelaskan tafsir yang sebenarnya. Sehingga
makna kalimat menjadi jelas, tidak abu-abu.
العظيم
ِ بيتُ الرج ِل
Baytur rajuli al-'adziimi --> Rumah (pria yang besar). Prianya yang besar,
rumahnya bisa jadi kecil.
17
Terlihat kan, bahwa dengan hanya merobah harokat ِ ُ maka kejelasan
makna kalimat menjadi terang sekali. Berbeda dengan bahasa
Indonesia kan?
http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-arab-dari-al-
quran-topik_03.html
18
Topik 7: Tinjau ulang topik 1 s/d 6
Bismillahirrahmanirrahim.
Pada topik 1 kita telah menjelaskan jenis-jenis kata dalam bahasa Arab,
yaitu: (1) isim--kata benda, (2) fi'il--kata kerja, dan (3) harf (atau huruf)--
kata tugas. Topik 2 sampai 5 kita telah jelaskan jenis-jenis isim dan harf.
Topik 6 agak melenceng sedikit, menjelaskan masalah mudhof (atau
kata majemuk).
Karena tujuan akhir kita adalah bagaimana dengan cepat kita bisa
menerjemahkan (ingat bukan menafsirkan loh... karena untuk
menafsirkan perlu ilmu-ilmu lain), maka cara tercepat menurut saya
adalah kemampuan memenggal-menggal kata dalam kalimat.
Perhatikan ayat 2 diatas, menurut Anda terdiri dari berapa penggalan
kata? Kalau jawaban Anda 7 maka jawabannya salah. Jawaban yang
betul adalah 9 kata yaitu:
Okeh... sekarang kita urai satu-satu. ذلكitu, الكتابbuku, الtidak ada, ريب
keraguan, فيdidalam, ـهnya, هدىpetunjuk, لbagi, المتقينorang-orang
yang bertaqwa.
19
ذلكdzalika: itu --> isim isyaroh (kata benda tunjuk)
الكتابal-kitaabu: buku --> isim alam ma'rifah (kata benda yang sudah
spesifik)
الlaa: tidak ada --> harf (kata tugas), tugasnya adalah meniadakan
secara makna kata setelahnya
فيfii: didalam --> harf jar (kata tugas), tugasnya adalah menjadikan kata
setelahnya tidak berakhiran un atau u, tetapi in atau i. Lihat topik 5.
So??? Ya, kalau tidak ada berarti kalimat tsb kalimat yang tidak ada kata
kerjanya. Ah bingung... Gini2x... Kalau saya sebutkan:
20
Rumah dibawah lembah itu ditimpa longsor, dari batu yang
menggelinding dengan cepat, menimpa lalu meremukkan rumah
tersebut.
Nah dalam kalimat ini ada kata kerjanya yaitu: ditimpa, menggelinding
dengan cepat, menimpa, meremukkan. Terbayang ada "Action" disini
kan, ada sesuatu yang bergerak, bekerja. Itulah kata kerja (atau fi'il)
dalam bahasa Arab.
Kalimat ini semacam kalimat pemberitahuan, bahwa kitab itu (yaitu Al-
quran) tidak ada keraguan sedikitpun didalamnya, dan dia adalah
petunjuk bagi orang-orang bertaqwa.
Perlu dilihat disini kata-kata الyang diikuti kata benda yang berbentuk
nakiroh (umum) ريب: keraguan. Tugas Laa itu adalah meniadakan
apapun jenis kata benda setelahnya (yaitu keraguan). Yang bisa
diterjemahkan, tidak ada setetespun (sedikitpun) terhadap segala jenis
keraguan, didalamnya.
Demikian dulu topik ini kita tutup... Insya Allah akan kita lanjutkan lagi...
http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-arab-dari-al-
quran-topik_05.html
21
Topik 8: Mengimani, Mendirikan, Rezkikan, Menginfakkan
Bismillahirrahmanirrahim
Topik kali ini insya Allah kita akan membahas mengenai fi’il (kata kerja).
Dalam bahasa Arab kata kerja dibagi 2 jenis, yaitu kata kerja sempurna-
-perfect tense (atau telah lewat – Past Tense), dan kata kerja belum
sempurnya--imperfect tense (atau sedang dilakukan, atau akan
dilakukan – Present Tense/Future Tense). Bagi yang sudah biasa
berhasa Ingris, kenyataan ini cukup mengherankan. Bahasa Arab
ternyata lebih sederhana!!!
Kata kerja sempurna, dan belum sempurna... Nah loh, apa lagi tuh...?
Apa yang terbayang dalam pikiran Anda? Ya, anda akan tahu bahwa ada
orang yang bernama Muhammad membaca buku? Kalau saya tanya,
”Kapan?”, ”Kapan dia membaca buku?”. "Apakah sekarang dia sudah
selesai membaca buku?". Nah disini Anda mulai kerepotan. Yah itulah
kelemahan bahasa Indonesia. Tidak ada indikasi kapan sesuatu
perkejaan dilakukan. Bisa itu dikerjakan kemaren, saat ini, atau besok.
22
َ َ محمد قَ َرأ َ ال ِكتMuhammadun qara-a al-kitaaba (Muhammad telah
اب
membaca buku)
Terlihat dari dua kalimat diatas, terdapat 2 isim (kata-benda) yaitu محمد
dan ابُ َ ال ِكت. Sedikit mengulang topik yang lalu mengenai kata benda
spesifik (ma’rifah) dan belum spesifik (nakiroh). Kata buku ( – ِكتَاب
kitaab) maka karena ada ( al- ) الــmaka dia menjadi spesifik (artinya
orang yang mendengar kalimat itu dianggap sudah mengerti buku mana
yang dimaksud). Jika ingin tahu lebih detail masalah ini lihat topik-topik
yang lalu.
Kata yang ketiga yang kita temui dalam kalimat diatas adalah kata kerja
: membaca. Ada 2 format yang kita temui yaitu:
ُ َي ْق َرأ--ya'ra-u dia sedang membaca
Nah, pada topik kali ini kita telah mempelajari dua jenis kata kerja yaitu:
kata kerja sedang, dan kata kerja telah (lihat contoh diatas).
Oke oke... bagaimana kita membedakan bahwa suatu kata itu bersifat
sedang (fi’il mudhori’) atau bersifat lampau (fi’il madhy)?
23
Gini… gini… Kata membaca
َ – قَ َرأqa-ra-a adalah asal kata dari membaca… Aduh apa lagi nih… apa
maksud asal kata itu?
Gini. Dalam bahasa Arab, kata itu punya asalnya (atau akarnya). Misal
kata
ُم ْس ِلمmuslimun (1 orang pria muslim), asal kata nya أ َ ْسلَ َمdan akar kata
dari aslama adalah سلَ َم َ – sa-la-ma. Sebagai informasi awal (Insya Allah
akan dibahas lebih detail), akar kata "asli" bahasa Arab, terdiri dari 3
huruf. Akar kata ini menjadi indeks awal di kamus. Jadi kalau mencari
kata muslim ُم ْس ِلمjangan dicari di huruf
Kembali lagi, dalam bahasa arab, akar kata itu berbentuk kata kerja
telah (fi’il madhy). Jadi asal kata membaca itu
َ – قَ َرأqa-ra-a kalau dicari di kamus dicari di huruf ق.
24
Perhatikan ada 4 kata kerja diatas, 3 merupakan bentuk sedang, 1
bentuk telah? Bisa Anda tebak? Mestinya bisa doongg... kan saya dah
kasih rumusnya...
25
Mereka terus beriman, dan mereka selalu mendirikan (sholat), dan
mereka rajin berinfaq
Demikian dulu topik ini kita akhiri. Insya Allah, pembahasan yang lebih
dalam akan kita lanjutkan nanti.
http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-arab-dari-al-
quran-topik_10.html
26
Topik 9 : Dia, Dia Berdua, Mereka
Bismillahirrahmanirrahim.
Kata yang sering muncul dalam Al-Quran adalah kata ganti orang ke 3
untuk laki-laki, yaitu:
Dia ُه َوhuwa
Mereka ُه ْمhum
Contoh kalimat:
Kata ganti orang berdua (dia berdua atau هما-humaa) agak jarang
ditemukan dalam Al-Quran, dibandingkan dengan Dia (seorang) هو-
huwa, atau Dia banyak (mereka) هم-hum. Jadi ingat sekali lagi:
هو-huwa dia
هم-hum mereka
Latihan 1:
Farid فريد-Fariid
27
seorang siswa تلميذ-tilmiizun
Dia هو-huwa
jujur صادق-shoodiqun
Latihan 2:
TIPS:
Terlihat bahwa untuk kata sifat (ganteng, jujur), jika untuk 1 orang (dia
satu orang) tidak ada tambahan waw nun ()ون. Lihat bedanya dengan
untuk banyak orang (mereka) ada tambahan waw nun di akhir kata
sifatnya. Ingat صادقdengan صادقون.
http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-arab-dari-al-
quran-topik_12.html
28
Topik 10: Tinjau Ulang Kata Kerja (Fi'il)
Bismillahirrahmanirrahim
Pada topik yang lalu kita sudah melihat pembagian jenis kata kerja
dalam bahasa Arab yaitu hanya terbagi dua macam: Kata Kerja Sedang
(KKS), dan Kata Kerja Lampau (KKL)
Di ayat ini kita temui 3 KKS dan 1 KKL. Yang mana itu? Insya Allah Anda
sudah tahu bukan? Saya ulangi kembali:
Fokus topik kali ini adalah menjelaskan Tips memeriksa apakah kata
kerja itu termasuk KKS atau KKL.
29
Perhatikan contoh diatas sekali lagi. Sebelum saya kasih tips nya, kita
lihat satu contoh dulu:
Terlihat bahwa untuk KKS: selalu ada tambahan diawal kata kerjanya.
Maksudnya? Ya lihat saja contoh diatas. Kata asalnya adalah كتب-
kataba. Lalu untuk membentuk kata kerja sedang (KKS), tambahan
huruf sebelum كتب- yang biasa (sering muncul di Al-Quran adalah) , ت,أ
ون.. يـ, يـ. Jadi asal ketemu kata-kata tambahan tsb terhadap suatu kata
kerja, maka bisa dikira-kira maksud kata kerja tsb adalah kata kerja
sedang (KKS).
Mas, oke deh... Saya dah ngerti, mengenai teknik membedakan KKS dan
KKP. Tapi Mas... hmmm ngomong-ngomong kok kita gak beranjak dari
Ayat 3 surat Al-Baqaroh. Padahal ini sudah topik yang ke 10 loh.
Ok. ok. Terima kasih diingatkan. Sekarang saya kasih tugas. Ada berapa
Fi'il dalam ayat 4 ini?
Kalau jawaban anda 4, maka kita bisa lanjut ke topik berikutnya Insya
Allah, mengenai kata kerja Pasif. Lihat di ayat 4 diatas kata أنزل-unzila,
adalah kata kerja pasif (artinya diturunkan), karena dia KKL (fi'il madhy),
maka lebih tepat artinya "telah diturunkan". Bagaimana ciri-ciri KKL
Pasif. Insya Allah akan kita bahas setelah pesan-pesan berikut.
http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-arab-dari-al-
quran-topik_17.html
30
Topik 11: Kata Kerja Lampau (KKL) Pasif
Bismillahirrahmanirrahim
Topik kali ini, kita akan melihat ciri-ciri kata kerja lampau pasif. Kenapa
kita masuk topik ini? Ingat pada topik sebelumnya kita sudah sampai
pada ayat 4 surat Al-Baqaroh. Pada ayat 4 ini kita Insya Allah temukan
kata-kerja lampau pasif tersebut.
Oke oke... Ada gak beda kata kerja pasif dalam Bahasa Indonesia dan
Arab? Sepintas saya lihat tidak ada (nanti Insya Allah kita akan bahas
lebih dalam bahwa sebenarnya ada bedanya yang cukup signifikan).
ع َم ُر
ُ ب
َ ض َر
َ -- dhoraba 'umaru
(Umar telah memukul)
Oh iya sebelum saya lupa, dalam bahasa Arab (atau dalam Al-
Qur'an)biasanya lebih umum meletakkan Pelaku dibelakang kata
kerjanya. Contoh diatas: Umar memukul, dapat saya tulis
ب
َ ض َر
َ ع َم ُر
ُ ('umaru dhoraba) --> Umar telah memukul
ع َم ُر
ُ ب
َ ض َر
َ (dhoraba 'umaru) --> Umar telah memukul (lebih sering
digunakan)
Ingat:
ب
َ ض َر
َ - harokat huruf pertama A (dho), harokat huruf sebelum akhir A
(ra)--> telah memukul
ب
َ ض ِر
ُ - harokat huruf pertama U (dhu), harokat huruf sebelum akhir I
(ri)--> telah dipukul
Kasih contoh lain dong Mas. Oke lihat surat Al-baqorah ayat 4.
32
Demikian rumus AA-UI untuk KKL (Kata Kerja Lampau). Insya Allah akan
kita lanjutkan lagi minggu depan.
http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-arab-dari-al-
quran-topik_26.html
33
Topik 12: Surat Al-Baqarah ayat 4
Bismillahirrahmanirrahim
Sebenarnya saya mau lanjut ke ayat 5, tapi karena pada topik 11, di
bagian comments ada yang "ngeluh" kok susah ya, akhirnya saya tunda
dulu membahas ayat 5. Gak apa-apa deh, yang penting pemirsa ngerti...
Kaif? eh gomong-ngomong kaif itu artinya "gimana".
Oke, lanjut. Pada bagian lalu (topik 11), fokus kita adalah pada fi'il
majhul. Aduh mas jangan kasih istilah-istilah yang berat dong... Oke.
Pada bagian lalu (topik 11), fokus kita adalah pada kata kerja pasif.
Mungkin makin tinggi topiknya terasa makin berat ya? Hmm... bisa jadi
karena saya agak sedikit sibuk, sehingga tulisannya pendek-pendek
(beda dengan topik awal kali ya, yang tulisannya panjang-panjang).
Atau bisa jadi model penulisannya, dimulai dari teori, baru praktek.
Model begini mungkin terasa membosankan. Oke deh, saya ubah
modelnya, pertama latihan dulu baru terakhir teori.
و-wa : dan
34
يؤمنون- yu'minuuna : mereka senantiasa beriman (lihat ada يـdan ون
sebagai tanda dari KKS (ingat rumus YA ANITA) dan ونsebagai tanda
untuk "mereka"
بـ-bi : dengan
ك-ka : engkau
و-wa : dan
ك-ka : engkau
و-wa : dan
بـ-bi : dengan
األخرة-akhiirat : akhirat
هم-hum : mereka
35
Kesimpulannya adalah: bahwa pengetahuan mengenai KKS, KKL, dan
rumus-rumusnya spt YA ANITA, AA dan UI, akan sangat membantu kita
dalam menerjemahkan dan memahami Al-Quran. Allahu a'lam.
http://arabquran.blogspot.com/2007/04/belajar-bahasa-dari-al-quran-
tpoik-12.html
36
Topik 13: Muannats, Mudzakkar, Mufrod, Mutsanna, Jamak
Bismillahirrahmanirrahim
Muannats - Mudzakkar
Apa sih ini? Okeh, dalam bahasa Arab bedanya dengan bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris, sebuah kata benda itu di"takdir"kan
punya jenis, apakah jenis perempuan, atau laki-laki. Yang berjenis
perempuan itu biasanya ada tanda ta marbutoh dibelakanngnya
misalkan:
Kata-kata isim alam (kata benda yang tampak wujudnya) spt diatas,
kalau digandengkan dengan kata sifat (besar, kecil, dll), atau kata tunjuk
(ini, itu) maka kata sifat atau kata tunjuk yang dipilih adalah kata
berjenis perempuan juga. Kenapa? Hehehe... sudah lupa ya, dalam
bahasa Arab, kata sifat itu adalah kata benda, dan kata tunjuk itu juga
kata benda (isim). Dua isim yang saling terkait harus berjenis sama.
37
Contoh:
ذلك الشجرة- dzalika asy-syajaratu (itu sebuah pohon) --> salah secara
grammar, karena ذلك-dzaalika (itu) adalah kata tunjuk (isyim isyaroh)
berjenis laki-laki, sedangkan pohon, adalah isim yang berjenis
perempuan.
Apalagi nih? Nah bahasa Arab juga sangat "care" tentang jumlah benda.
Misal dalam bahasa Indonesia:
Apa yang terbayang? Bisa jadi mobil yang dibicarakan itu satu buah
mobil, bisa dua mobil, bisa 3 mobil atau lebih. Dan kadang kita juga 'gak
peduli ya?
Dan kalau saya membeli lebih dari 2 mobil (3 atau lebih), maka saya
mengatakan:
سيارات
َ ُإشتريت-isytaraitu sayyaaraatan (saya telah membeli banyak mobil)
TIPS:
38
1. Untuk membentuk sebuah kata benda menjadi berjumlah dua, maka
kita perlu menambahkan ALIF NUN انdibelakang kata bendanya.
Contoh:
http://arabquran.blogspot.com/2007/05/belajar-bahasa-arab-dari-al-
quran-topik.html
39
Topik 14: Kalimat Pertanyaan
Bismillahirrahmanirrahim.
َع َل ْي ِه ْم أَأَن َذ ْرت َ ُه ْم أ َ ْم لَ ْم تُنذ ِْر ُه ْم الَ يُؤْ ِمنُون َ ْإِ َّن الَّذِينَ َكفَ ُروا
َ س َواء
inna=sesungguhnya; alladziina=orang-orang yang; kafaruu=mereka
telah kafir; sawaaun=sama; 'alaihim = atas mereka; a=apakah;
andzarta=engkau telah beri peringatan; hum=(kepada) mereka;
am=atau; lam=tidak; tundzir=engkau (sedang/selalu) beri peringatan;
hum=(kepada) mereka; laa=tidak; yu'minuun= meraka (sedang/akan)
beriman.
40
YES/NO QUESTIONS
أ-a = apakah
atau
Misalkan saya melihat sesuatu berbentuk stik runcing diatas meja. Saya
menebak "kayaknya ini sebuah pena". Lalu saya tanya ke seseorang
yang ada dekat benda itu sambil bertanya: "Apakah ini pena?"
41
Misalkan saya mengharapkan si penjawab menjawab "ini pena". Maka
dalam bahasa Arab, pertanyaan yang menghendaki jawaban selain
YES/NO, menggunakan isim istifham (kata tanya), menggunakan kata ما
- maa.
QUIZ-1:
atau
Jawab: yang benar adalah jawaban yang pertama. Karena أatau هل
menghendaki jawaban Ya ( نعم- na'am) atau Tidak ( ال- laa). Pertanyaan
pada jawaban ke dua salah, karena kalau saya pakai ما- maa, maka
pertanyaannya menjadi:
Ingat:
42
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 5/04/2007
http://arabquran.blogspot.com/2007/05/belajar-bahasa-arab-dengan-
al-quran_414.html
43
Topik 15: Kalimat Berita Negatif
Bismillahirrahmanirrahim
Kita telah melihat pada ayat 1 s/d 5 surat Al-Baqorah, banyak sekali
kalimat berita disitu. Maksud kalimat berita adalah kalimat yang
memberitakan sesuatu. Loh berarti ada jenis kalimat lain? Ada... Ada...
Yaitu Kalimat Perintah, dan Kalimat Bertanya.
44
Nah disini, perhatikan ya... penting nih soalnya Anda akan banyak temui
dalam AQ. Point2xnya:
1. Jika pakai lam لم, maka kata kerja sedang setelah lam tsb huruf
terakhirnya disukunkan (dimatikan). Jadi yang betul:
تنذر
ْ لم-lam tundzir
2. Jika pakai laa ال, maka kata kerja setelahnya berbentuk KKS biasa.
Bentuk diatas menjadi:
ُُتنذر
ِ ال-laa tundziru
Sebagai latihan, terjemahkan ayat 6 surat Al-Baqorah. Insya Allah kita
lanjutkan minggu depan.
http://arabquran.blogspot.com/2007/05/belajar-bahasa-arab-dari-al-
quran-topik_11.html
45
Topik 16: Kalimat Perintah Larangan
Bismillahirrahmanirrahim.
Mohon maaf minggu kemaren saya tidak dapat posting artikel lanjutan,
karena satu dan lain hal. Terakhir sudah sampai ayat berapa ya? Kalau
tidak salah ayat 6. Di ayat 6 ini ada ada yang unik yang kita temukan
yaitu kata لم- lam. Kedudukan lam ini dalam bahasa Arab, berfungsi
untuk membuat kalimat berita negatif.
Soalnya, belum ada pola baru yang ditemukan di 4 ayat tersebut. Yang
ada adalah kata-kata baru, seperti quluub (hati), maradh (penyakit) dll.
Maka silahkan latihan sendiri ya. Teknik latihannya, ayat 7, 8, 9, dan 10,
dipenggal-penggal, lalu tentukan apakah dia ISIM, FI'IL, atau HURF.
Nah kita masuk ke topik inti. Siap? Insya Allah ya... Oke. Sekarang saya
mau kasih tahu dulu apa contohnya kalimat perintah larangan.
46
Kalau saya sebut: JANGAN MERUSAK! maka ini disebut kalimat perintah
larangan.
Bener gak Mas? Ya not bad lah, untuk pemula. Hampir betul. Lah...
Hampir betul? Kalo gitu yang betul itu gimana Mas?
47
Pertanyaan kedua, kenapa bacanya tidak AFSADA + TA menjadi
TAFSADA atau TA-AFSADA? Mengapa TUFSID? Nah ini kembali ke
hukum fi'il mudhori'. Kalau kata merusak itu bahasa arabnya AFSADA
أفسدini untuk fi'il madhy (KKL), sedangkan KKSnya YUFSIDU, untuk orang
ke 3, dan TUFSIDU untuk orang ke dua. Lihat penjelasan berikut:
Kenapa ada tambahan وا- waw dan alif? Karena perintah ini ditujukan
untuk banyak orang. Jadi
Itulah guna dari tambahan waw dan alif tsb. Mudah-mudahan jelas ya...
Insya Allah kita lanjut pekan depan.
http://arabquran.blogspot.com/2007/05/belajar-bahasa-arab-dari-al-
quran-topik_22.html
48
Topik 17: Kata Kerja Perintah
Bismillahirrahmanirrahim.
Okeh... mari kita ingat-ingat topik 16. Di topik 16 dijelaskan bentuk kata
kerja perintah larangan.
Udah tahu kan? Hmmm belum Mas... Ehmm belum tahu atau lupa?
Hehehe... Kalau lupa silahkan baca kembali topik 16. Sekarang... (ta'
itungin nih ... 1, 2, 3, ..., 100). Udah? Oke... jawabnya apa?
LAA TUFSID ال تفس ْدMas... Oke anda betul. Sekarang saya kasih soal.
Hehe itu mah gampang. Kalau jangan merusak! = LAA TUFSID!, berarti
kalau merusaklah! = TUFSID! Betul gak?
Duh kok susah ya Mas? Sabar... sabar... saya juga pertama pikir susah,
sampai saya ketemu cara mudah. Mau tak kasih tahu gak?
Gini...
1. Tentukan kata kerja KKL yang mau dijadikan kata kerja perintah.
49
2. Cari KKS nya
6. Harokat alif, umumnya kasroh (baris bawah) atau bisa juga fathah
(baris atas), atau dhommah.
Kasih contoh latihan dong Mas. Okeh kita kasih dua contoh. Duduk dan
Memuliakan.
Contoh 1: Duduk
Langkah 1. Tentukan KKL dari duduk. KKL dari duduk adalah JALASA جلس
Langkah 5. Harokat KAF sukun --> tambahkan alif --> AKRIM أكرمatau
IKRIM إكرم
Langkah 6. Pilih AKRIM atau IKRIM. Karena KKL diawali dengan Alif dan
4 huruf, maka yang dipilih AKRIM (Harokat alif Fathah).
Kesimpulannya:
51
(hai kamu) Muliakanlah! = AKRIM أكرم
http://arabquran.blogspot.com/2007/05/belajar-bahasa-arab-dari-al-
quran-topik_23.html
52
Topik 18: Tolonglah!
Bismillahirrahmanirrahim
Kita masih akan lanjutkan mengenai topik Fi'il Amr (Kata Kerja
Perintah). Pada topik sebelumnya telah kita bahas 6 langkah mudah
membentuk Fi'il Amr. Masih ingat kan? Gak ingat juga gak apa... Hehe...
Topik kali ini akan kita lanjutkan lagi, pendalaman 6 langkah tsb.
Contoh 1: نصر
ُ ْن
Langkah 3. Buang YA --> NSHURU ص ُر
6.1 Jika KKL terdiri dari 4 huruf, huruf pertama alif fathah, maka alif
tambahan (hasil langkah 5) berharokat Fathah (lihat contoh AFSID :
RUSAKLAH, pada topik 17).
53
6.2 Jika KKL bukan termasuk jenis 6.1, maka harokat Alif tambahan
(hasil langkah 5) adalah:
Wuih... mangkin puyeng aje nih ane... Bang... Tenang... Tenang... Kita
akan beri 2 contoh untuk memudahkan (kelihatannya saja rumit, tapi
kalau dilatih dengan contoh Insya Allah gak seserem yang
dibayangkan)... Oke kembali kita ke topik NASHARO. Kita sudah sampai
pada langkah ke 5, dengan memberikan pilihan: UNSHUR, INSHUR, atau
ANSHUR.
6.1 KKL dari MENOLONG adalah NASHARA نصر. KKL adalah 3 huruf.
Sehingga rumus 6.1 ini tidak berlaku, karena rumus ini hanya berlaku
untuk KKL 4 huruf, huruf pertama adalah alif berharokat fathah. Kalau
demikian lanjut ke 6.2
6.2 KKL bukan termasuk jenis 6.1, maka kita tinggal melihat harokat
huruf sebelum akhir dari KKSnya. Okeh... KKS dari NASHARO adalah
YANSHURU, huruf terakhir dari ينصرadalah RO, huruf sebelum akhir
adalah SHOD. صر
ُ ين. Harokat SHOD apa???? Harokat SHOD dhommah ( ُ
). Jika dhommah, maka alif tambahan (hasil langkah 5) juga berharikat
dhommah. Sehingga menjadi انصرUNSHUR (bukan INSHUR, atau
ANSHUR).
54
ينصر- YANSHURU : (dia sedang) menolong --> KKS
Gimana Mas, jelas kan? Hmmm... rada ribet ya... Ya, namanya belajar,
musti kudu bersusah-susah dikit. Jurus yang saya berikan ini sudah yang
dipermudah loh... Bisa-bisa kalau Mas belajar dengan ustadz lain,
rumus yang diberikan lebih susah hehe... Atau malah disuruh gapalin
rumus?
5. Harokat huruf awal, yaitu harokat 'AIN fathah, berarti rumus 5 tidak
berlaku
Kesimpulan:
55
ال تعلم- laa tu'allim: (hai kamu) jangan belajar --> Kata kerja perintah
larangan
علم- 'allim (berhenti sampai langkah 4 diatas) : (hai kamu) Belajarlah! -->
Fi'il amr.
http://arabquran.blogspot.com/2007/06/belajar-bahasa-arab-dari-al-
quran-topik.html
56
Topik 19: Al-Baqaroh 12 & Manfaat Kamus
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah kita sudah sampai pada Al-Baqaroh ayat 11. Terakhir kita
"terhenti" di ayat ini kan (lihat topik 16). Cukup panjang kita bahas ayat
11 ini sampai ke Topik 18. Kali ini kita mencoba baranjak maju ke ayat
selanjutnya, yaitu ayat 12.
لكن- la kinna : akan tetapi (akan kita bahas dalam bab Harf Inna)
57
Ada satu kata kerja (fi'il) dalam ayat ini yaitu : يشعرون- yas'uruuna :
mereka sedang menyadari. Sisanya adalah isim dan harf. Isim yang
menarik untuk dibahas adalah المفسدون- al mufsiduuna, dalam bentuk
ma'rifah (spesifik), jika kita buang alif-lam menjadi مفسدون- mufsiduuna,
dalam bentuk nakiroh (umum).
Kata يشعرون
2. Ingat kembali bila ada pasangan YA, WAW, NUN itu merupakan ciri
yang kuat dari fi'il mudhori' (KKS)
3. Arti dari KKS yang ada YA, WAW, NUN itu : mereka sedang ... kata-
kerja
4. Jika kita buang YA, WAW, NUN, maka akan lahir kata kerja aslinya.
Kata يشعرونkalau kita buang YA, WAW, NUN, maka tersisa شعر- sy 'u ru
. Tinggal tiga kata: SYIN, 'AIN, RA.
Beberapa waktu yang lalu ada yang email ke alamat yahoo saya,
menanyakan bagaimana caranya kita tahu harokat suatu huruf. Misal
kita dikasih 3 huruf, arab gundul, شعر, nah bagaimana cara
membacanya?
58
Oke kita bisa dapatkan banyak kemungkinan:
SYA 'A RA
SYA 'A RI
SYA 'A RU
SYA 'I RA
SYA 'I RI
SYA 'I RU
يشعر- شعر: sya'a ra (KKL) - yas 'u ru (KKS) yang bisa berarti:
1. bersyair
2. menyadari / mengetahui
Jika kita sudah dapat akar kata (3 huruf) seperti SYIN 'AIN RA diatas,
maka kita bisa mencari tahu 3 hal:
1. Kita bisa tahu apa KKL (Kata Kerja Lampau / fi'il madhy)
59
2. Kita bisa tahu apa KKS (Kata Kerja Sedang / fi'il mudhori')
Kembali lagi ke kasus diatas, kata يشعرونdalam Al-Baqaroh 12, jika kita
pecah:
Oke berikut kita coba teknik mencari akar kata untuk kata al-mufsiduun
diatas:
Pertama-tama adanya MIM ... WAW NUN, berarti ciri dari kata benda
orang, yang bisa berarti orang yang ...kata-kerja.
60
Oke kalau kita buang MIM, YA, NUN maka akan tersisa huruf FA SIN
DAL.
فسد, sekali lagi, setelah proses pembuangan sebagian huruf kita tidak
bisa langsung menentukan harokat masing-masing huruf bisa: fasada,
fasadi, fasadu, fasuda, dst.
Lalu mana yang harus dipilih? Ini menjadi satu persoalan. Persoalan ke
dua adalah, apakah akar kata al-mufsiduuna itu FASADA atau AFSADA?
Loh apa lagi nih... bingung... biar gak bingung, Insya Allah temukan
jawabannya dalam topik berikut, kita akan bahas mengenai topik DSK
(Dhommah, Sukun, Kasroh), yang mana pola ini banyak sekali kita temui
dalam al-Quran. Sebagai bocoran saja untuk topik depan, kata kerja asli
(yang terdiri dari tiga huruf) dalam bahasa arab mempunyai 12 bentuk
turunan. Yang umum adalah 8 bentuk. Bentuk yang sangat sering
muncul dalam Al-Quran adalah bentuk turunan I.
nazala: turun
Nah bentuk turunan I ini yang Insya Allah kita akan pelajari. Kita akan
mencari tahu apakah kata yang dipakai dalam Al-Baqarah 12 ini (dalam
mufsiduun) itu:
fasada
Insya Allah.
61
http://arabquran.blogspot.com/2007/06/topik-19-al-baqaroh-12-
maanfaat-kamus.html
62
Topik 20: FASADA atau AFSADA? NAZALA atau ANZALA?
Bismillahirrahmaanirrahiim
Baiklah... topik yang lalu pertanyaan ini sudah dimunculkan. Kita bahas
dalam topik ini ya... Insya Allah.
maka,
Nah, dalam bahasa Arab kata kerja juga mendapat imbuhan yang
merubah arti. Dalam bahasa Arab proses penambahan imbuhan ini baik
berupa awalan, sisipan, atau akhiran akan membentuk kata kerja baru
yang disebut Kata Kerja Turunan (KKT).
Ada 12 jenis kata kerja turunan dalam bahasa Arab, akan tetapi yang
paling sering digunakan hanya ada 8. Insya Allah kita akan bahas satu
persatu nanti.
63
Oke biar gak bertele-tele kita akan kasih satu contoh. Kata kerja
NAZALA نزلadalah kata kerja dasar (kadang disebut juga kata kerja
asal, atau root word). NAZALA نزلartinya turun. Harap diingat lagi
pelajaran-pelajaran sebelumnya yaitu kata kerja asal selalu bentuknya
past tense dengan pelaku Dia laki-laki.Kita sudah jelaskan mengenai hal
tersebut pada topik KKL (kata kerja lampau). Silahkan baca-baca lagi
topik 1 s/d 5. Dengan aturan ini maka NAZALA نزلarti harfiahnya Dia
turun.
Perhatikan: saya turun (2 kata) dalam bahasa arab hanya menjadi satu
kata NAZALTU (inilah salah satu alasan mengapa terjemahan buku
bahasa arab ke bahasa Indonesia menjadi lebih tebal dari buku aslinya).
Kalau saya mau katakan "dia turun", maka kata turun disini tidak
memerlukan objek. Beda kasusnya kalau saya sebut "dia makan", maka
kata makan disini butuh objek (penderita). Saya bisa mengatakan "dia
makan nasi". Kata nasi disini adalah objeknya.
Kalau begitu kata kerja dapat kita bagi menjadi kata kerja yang perlu
objek dan kata kerja yang tidak perlu objek.
64
Sekarang kalau saya bertanya,bagaimana teknik mengubah kata kerja
yang tidak perlu objek menjadi kata kerja yang perlu objek?
KKT I
Kata turun atau NAZALA, kalau saya ubah kata turun menjadi
menurunkan, maka inilah yang disebut KKT I. Kenapa? Karena kata
"turun" adalah kata kerja tidak perlu objek, dan kata "menurunkan"
adalah kata kerja yang perlu objek.
Contohnya:
Kata turun dalam kalimat pertama tidak perlu objek. Tapi kata kerja
pada kalimat kedua memerlukan objek.
Sehingga:
65
karuma : dia mulia كرم
Demikianlah telah kita bahas KKT I. Sebagai info tambahan bentuk kata
kerja turunan tipe I (KKT I) ini cukup banyak ditemukan dalam Al-Quran.
Untuk lebih mendalami KKT I ini insya Allah dua topik didepan akan
mengkaji lebih dalam bentuk KKT I ini.
http://arabquran.blogspot.com/2007/06/topik-20-fasada-atau-afsada-
nazala-atau.html
66
Topik 21: MUSLIM dan Pola DSK
Bismillahirrahmanirrahim
Belum lagi kata kerja sedang (KKS) yang berpola DSK, seperti: yuslim
(sedang tunduk), yu'min (sedang beriman), yufsid (sedang merusak),
yundzir (sedang memberi peringatan).
Pola DSK adalah pola yang harokat huruf pertama Dhommah, huruf
kedua Sukun, huruf ketiga Kasroh. Ya, Dhommah, Sukun, Kasroh (DSK).
67
Disitu terlihat apa yang saya maksud DSK. Lihat, lingkaran-lingkaran
kecil warna merah. Lingkaran pertama untuk D (dhommah), lingkaran
kedua untuk S (Sukun) lingkaran ketiga untuk K (Kasroh).
"Hai anak-ku jika kamu menemui pola DSK, maka sebenarnya akar
katanya sudah mendapat tambahan Alif"
Nah Anda sebagai anak yang baik, membaca-baca lagi buku, apa sih
maksud "guru". Setelah Anda baca-baca buku pelajaran bahasa Arab,
Anda jadi mengerti. Maksud Pak Guru sbb:
Ambil contoh: kata muslim. Terdiri dari 4 huruf kan: mim, sin, lam, mim
ُم ْس ِلم
Muslim. Lihat harokatnya: DSK kan?
68
Lalu cari akar katanya: - buang mim di depan, menjadi: sin lam mim.
Nah, karena muslim itu DSK, maka Anda harus mencari di kata ALIF SIN
LAM MIM
أسلم
itulah pentingnya pola DSK. Artinya apa? Artinya, untuk tahu arti kata
muslim, anda cari di kata
أسلمaslama
مسلمmuslim
Coba bandingkan:
69
Beda kan... antara selamat, dengan tunduk... Maka kata bentukan dari
أسلم- aslama, itu juga merujuk kepada makna : tunduk.
Contoh:
dst...
Demikian telah kita jelaskan pola DSK, dimana pola ini bermanfaat
mana kala Anda, ingin mencari tahu arti kata di kamus. Sebagai
penutup, kita beri contoh: kata mufsiduun. Perhatikan kata ini akar
katanya: fasada. Tetapi karena kata bentukannya mufsiduun, berpola
DSK, maka Anda harus mencari di kamus arti mata mufsiduun itu pada
kata أفسد- afsada, bukan di kata فسد. Artinya, kalau ingin tahu apa arti
kata mufsiduun, carilah di entri kata afsada.
http://arabquran.blogspot.com/2007/06/topik-21-muslim-dan-pola-
dsk-seri.html
70
Topik 22: KKT I, dan KKT II
Bismillahirrahmanirrahim
Kita telah menyelesaikan bentuk KKT I. Dan dampak dari KKT I itu yaitu
lahirnya pola DSK. Kita review sedikit ya.
KKT I, yaitu bentuk Kata Kerja Turunan I. Bentuk ini didapat dengan
menambahkah Alif didepan. Contoh yang sering kita bawa adalah:
KKD (Kata Kerja Dasar): nazala, artinya turun. KKT I nya adalah anzala,
artinya menurunkan. Perhatikan:
Fungsi dari KKT I ini adalah membuat kata yang tidak perlu objek
menjadi perlu objek. Ingat kembali, kata "turun" adalah kata kerja tidak
perlu objek. "Saya turun". Tapi kata "menurunkan" perlu objek. "Saya
menurunkan buku, dari rak dilantai 2". Kata "buku" adalah objek dari
kata "menurunkan".
71
Kita flash-back lagi, bentuk KKT I ini dalam bentuk kata kerja lampau
(KKL), sedangkan bentuk kata kerja sedang (KKS) nya berpola DSK.
Contohnya:
KKT I, bentuk KKS: ينزل- yunzilu : dia (sedang) menurunkan --> Pola DSK
Sekarang fokus kita adalah KKT II, yaitu bentuk Kata Kerja Turunan jenis
ke dua.
KKT II
Bentuk ini adalah bentuk yang secara fungsi hampir sama dengan KKT I,
yaitu menjadikan kata kerja yang tidak perlu objek menjadi objek.
Contohnya di Al-Quran surat 2 ayat 97, yaitu kata nazzala, yang artinya
sama dengan anzala yaitu menurunkan.
Jadi kata أنزل- anzala: menurunkan, dalam bentuk KKT I, bisa juga نزل-
nazzala: menurunkan, dalam bentuk KKT II.
Demikianlah telah kita bahas sepintas bentuk KKT II. Ingat KKT II ini
dibentuk dengan cukup mudah, yaitu, kata kerja dasar (KKD) 3 huruf,
maka huruf kedua di tasydid.
http://arabquran.blogspot.com/2007/07/topik-22-kkt-i-dan-kkt-ii-seri-
belajar.html
72
Topik 23: Latihan Al-Fatihah ayat 1 & 2
Bismillahirrahmanirrahim
بسمbismi
bi ب: dengan. Ini adalah huruf jar (kata depan). Ingat di topik-topik
awal, kata setelah huruf jar adalah kata benda.
smi سم: asal katanya dari samaa ( سماmemberi nama), dan kata
bendanya ismun إسمyang artinya nama. Mestinya بdengan إسمmenjadi
بإسمbi-ismi, tapi karena huruf jar بmaka hamzahnya lebur, sehingga
menjadi بسمbismi.
Oh ya ingat lagi sifat huruf jar, yaitu dia menasab-kan (istilah me-
nasabkan ini sering dipakai dalam tatabahasa arab, yang artinya
membuat harokat huruf akhir menjadi kasroh (baris bawah)). Dengan
demikian, yang benar membacanya:
bismi,
Bismillahi,
Perlu ingat lagi (sudah dibahas ditopik kata majemuk), bahwa kalau 2
kata benda bertemu dan kata benda kedua berharokat kasroh, maka 2
kata itu adalah kata majemuk (dalam bahasa Arab disebut Mudhof).
Bagaimana kalau kita baca bismillahu? Dalam bahasa arab jika kata
benda berharokat dhommah, maka dia menjadi pelaku. Sehingga kalau
kita baca: Allahu, dalam bismillahu, maka artinya akan berobah, dimana
Allah menjadi subject dan bismi menjadi prediket. Dengan demikian arti
dari bismillahu, adalah Allah untuk nama, atau Allah dengan nama.
Inilah fungsi i'rob dalam tatabahasa Arab, karena salah i'rob (harokat
akhir) akan merubah arti.
الرحمن الرحيم
Arrohman, lihat ada alif lam, tandanya ini kata benda. Arrohiim, juga
ada alif lam, tandanya ini kata benda. Hal kedua adalah, i'rob (harokat
akhir) arrahmaan dan arrohiem adalah kasroh, sehingga ditulis
arrahmaani, bukan arrohmaanu, atau arrohmaana. Dan arrahiemi,
bukan arrahiemu, atau arrahiema. Apa artinya ini?
74
Perhatikan sebelum arrohman ada kata Allah, yang juga kasroh. Ini
berarti kata - kata ini adalah kata kata majemuk (mudhof)
Arrohiem berasal dari kata yang sama dengan arrohmaan, yaitu رحم:
mengasihi, atau memberi ampunan.
Akan tetapi karena ada tambahan alif dan nun pada Arrohmaan, maka
artinya berubah, menjadi sifat yang maha, artinya الرحمانartinya Maha
Pengasih. Dan kata Arrohiem, karena ada tambahan يmaka artinya
berubah menjadi sifat yang extensif dan terus menerus, yang sering
diartikan Maha Penyayang.
75
Kata lillahi, هلل, ini terdiri dari 2 kata, yaitu لli (yang artinya untuk atau
kepunyaan/milik) dan هللاAllah. Seharusnya tertulis ل هللاtetapi karena
alif lebur ke li, maka menjadi ل هللdan karena li lebur kepada lam pada
kata Allah, maka menjadi هللlillahi.
Perhatikan bahwa لli adalah huruf jar. Sesudah huruf jar, adalah kata
benda. Sehingga lillahi artinya untuk Allah, atau kepunyaan Allah.
Sehingga:
الحمد هللalhamdu lillahi artinya segala puji milik Allah, atau segala puji
untuk Allah.
Mengapa ada kata (segala)? Al-hamdu sendiri artinya pujian atau puji.
Tetapi karena ini dilekatkan kepada Allah, maka maknanya meliputi
semua hal pujian. Oleh karena itu Alhamdulillah biasa diterjemahkan
segala puji milik Allah.
رب العالمينrabbul 'aalamien.
76
Sehingga ayat ke 2 ini: Segala puji milik Allah Tuhan semesta alam.
Insya Allah kita akan lanjutkan ayat berikut dan diteruskan dengan
latihan surat-surat pendek lain.
http://arabquran.blogspot.com/2007/07/topik-23-latihan-al-fatihah-
seri.html
77
Topik 24: Latihan Al-Fatihah ayat 4
Bismillahirrahmanirrahim
Eitt kok ayat 3 dilewati Mas? Oh iya, sengaja, karena ayat 3 itu bagian
dari ayat 1. Arrahmaan Arrahiem. Jadi pembahasannya sama dengan
ayat 1.
ِين
ِ َمـا ِل ِك َي ْو ِم الد- maaliki yaumi ad-dien
Insya Allah kita bahas satu-satu ya... Oke..
Kata مالك: yang memiliki. Asal katanya ملك- malaka artinya memiliki.
Hmmm... Kata ini sepertinya diserap ke bahasa Indonesia ya... Coba
lihat kata ملك- malaka, ini adalah kata past tense (KKL), sedangkan
KKSnya يملك- yamliku, kalau ya kita buang maka menjadi mlik, di bahasa
Indonesia disebut milik.
Oke ملك-malaka, ini adalah kata kerja yang artinya memiliki. Nah, kita
disini akan mempelajari membentuk kata-benda pelaku dari sebuah
kata kerja. Dalam bahasa Arab ini disebut isim fa'il. Gimana caranya
Mas? Insya Allah guampaaang....
78
Oke caranya:
Oke deh, kembali ke MALIK... kalo gitu kata kerja ملك-malaka, artinya
memiliki. Kalau saya buat seseorang yang memiliki berarti saya tinggal
tambah alif setelah مyang menjadi مالك- maa li kun (orang/sesuatu yang
memiliki). Oh gitu... hmmm... tapi Mas kok bacanya maalikun? Kok gak
maalakin, maalukun, maalikan, dll?
Oke. Lalu kenapa maalikun, bukan maaliku? Nah ini ingat lagi pelajaran
awal-awal mengenai isim (kata benda). Aslinya kata benda itu,
akhirannya dhommahtain (akhiran un). Sedangkan jika dia
mendapatkan tambahan alif lam المالك, maka akhirannya dhommah,
sehingga dibaca al-maaliku.
ِين
ِ َمـا ِل ِك يَ ْو ِم الد
Ada 3 kata disini. Ke 3 nya kata benda (isim). Yaitu: maaliki yaumi
addien.
Kata maaliki artinya yang memiliki. Lho, katanya yang betul maalikun.
Kok sekarang jadi maaliki. Nah, ada 2 sebab kenapa maalikum menjadi
maaliki:
1. Perhatikan, karena huruf kaf berharokat kasroh (mali- ki), maka kita
mencurigai ada huruf jar di depannya. Artinya ayat ini merupakan
lanjutan ayat sebelumnya yang ada huruf jarnya. Kalau dilihat ayat
sebelumnya ada huruf jar Li pada Lillahi rabbil 'aalamin. Inilah yang
menyebabkan kata maalikun menjadi maalikin.
رسول هللا
80
Bukan dibaca Rasulun Allahi, atau Rasuulun Allaha, dsb
ِين
ِ َمـا ِل ِك يَ ْو ِم الد:
Maaliki = yang memiliki
yaumi, berasal dari yaumun artinya hari. Menjadi yaumi, karena dia
mudhof-ilah (bagian dari kata majemuk).
(2&3:segala puji bagi Allah Tuhan semesta Alam, yang Rahman, yang
Rahim), yang memiliki hari agama.
http://arabquran.blogspot.com/2007/07/topik-24-latihan-al-fatihah-
ayat-4-seri.html
81
Topik 25: Mari Berbahasa Nabi
Bismillahirrahmanirrahim
Ini adalah surat dari seorang teman (namanya Noor Ihsan Jundulloh),
ajakan untuk lebih giat belajar bahasa Arab. Saya kutipkan untuk kita
semua:
Arab sendiri artinya adalah padang pasir, tanah gundul, gersang. Hal
yang wajar ketika penamaan yang diberikan pada sesuatu sesuai
dengan kondisinya.
Contoh, dulu pesawat belum ada. Mobil belum ada. Penamaan kata
pesawat, diambil dari kata 'thaa ra' yang artinya terbang. Pesawat
sendiri dalam bahasa Arab
82
disebut thaa i rah, artinya sesuatu yang terbang.
Tidak berbeda jauh dengan burung yang dalam bahasa Arabnya disebut
thaa ir.
Begitu juga dengan mobil. Bahasa Arabnya sayyarah. Diambil dari kata
saa ra yang memiliki asal kata yang sama dengan sirah, yang artinya
perjalanan. Sayyarah pelaku dari kata sirah.
Banyak contoh-contoh lain yang bisa kita sebutkan nanti. Beberapa kata
dari Bahasa Arab juga sudah menjadi kata dalam Bahasa Indonesia,
alhamdulillah. Ketika awal mula mempelajari bahasa Arab seperti ini,
seorang teman pernah berkata, 'bahasa kita ini unik ya,'
'trus' katanya, 'orang Inggris bilang cat, orang Arab bilang qittun, ga
beda jauhkan? Di kita jadi kucing.'
http://arabquran.blogspot.com/2007/07/topik-25-mari-berhabasa-
nabi-seri.html
83
Topik 26: Surga Tidak Berlari
Bismillahirrahmanirrahim
61 kali. Total 126 kali Allah sebut surga di berbagai surat. 32 kali kata
surga diikuti kata mengalir sungai di bawahnya.
Dalam bahasa Arab, suatu kata yang berasal dari akar yang sama akan
memiliki arti dan makna yang dekat.
Kata islam berasal dari 3 huruf, sin lam dan mim yang memiliki makna
asli keselamatan, penyerahan diri. Bentukan kata dari 3 huruf ini akan
memiliki arti yang
84
Atau kata mar'ah (wanita) yang berasal dari ra hamzah alif yang
memiliki makna asli melihat. Mar'ah adalah tempat jatuhnya
pandangan.
Atau kata An-nas (manusia) yang berasal dari kata nun sin alif yang
memiliki makna asli lupa. Rasul bersabda manusia tempatnya salah dan
lupa.
Begitu juga kata jannah, berasal dari 3 huruf, jim nun nun yang memiliki
makna asli tertutupi atau tersembunyi. Bentukan kata darinya seperti
junun (gila), janin, junnah (pelindung), dan jin memiliki arti yang dekat
yaitu tertutupi.
Orang gila tertutupi akalnya, janin tertutupi oleh perut, jin tertutup dari
pandangan kasat mata manusia.
Surga pun tertutupi dari manusia, dari matanya, dari akalnya, dari
pendengarannya, dari perasaannya.
Sabda Rasul dalam hadis qudsi dari abi hurairah riwayat Bukhari
: Aku siapkan untuk hambaKu yang shalih apa yang belum pernah
dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan tidak pernah terbersit
sedikitpun dalam hatinya.
As-sajdah : 17
Wallahu a'lam
85
http://arabquran.blogspot.com/2007/07/topik-26-surga-tidak-berlari-
seri.html
86
Topik 27: Latihan Al-Fatihah ayat 5
Bismillahirrahmanirrahim
Pada topik 24, kita telah membahas surat Al-Fatihah ayat 4. Dimana
pada topik 24 tersebut kita pelajari cara membentuk isim fa'il (kata
benda pelaku), dari sebuah kata kerja (fi'il). Baiklah kita lanjutkan
dengan ayat 5.
ُ َّاك نَ ْستَ ِع
ين َ َّاك نَ ْعبُ ُد و ِإي
َ ِإي
Kalimat diatas terdiri dari 4 bagian: yaitu
Kata إياك- iyya ka, terdiri dari dua kata yaitu: iyya dan ka. Iyya adalah
kata tugas (harf), dan ka adalah kata ganti orang kedua tunggal laki-laki.
Kedua kata ini secara bersama-sama, dalam tatabahasa sering
digunakan untuk menjelaskan dhomir munfashil nashob. Munfashil
artinya kata ganti (dalam hal ini ka - kamu) yang terpisah kedudukannya
sebagai nashob, atau sebagai sesuatu yang dituju. Oh ya sebelum lupa,
saya kasih contoh pembagian jenis kata ganti (saya, dia, kamu, dsb)
dalam bahasa Arab, ada 3 macam:
87
Dia membaca - huwa yaqra' ( هو يقرأkata huwa-dia, berkedudukan
sebagai subjek)
Umar memukul Amir. Jika Amir, kita pakai kata ganti, menjadi:
Itu rumah Amir. Jika Amir, kita pakai kata ganti, menjadi:
Kembali ke kata iyyaka, maka kata iyya ini dalam bahasa kita sering
diterjemahkan kepada ... saja. Jadi kalau iyyaka = kepada engkau saja.
Kalau iyyanaa =إيناkepada kami saja, iyyaya =إييkepada aku saja, iyaahu
=إيهkepada dia saja, dst.
Karena na'budu ini bentuk KKS, maka lebih bagus kita tambahkan kata
senantiasa
88
نعبد- na'budu = kami senantiasa menyembah
nasta'iin = kami senantiasa minta tolong (dibahas pada topik setelah ini,
topik 28)
Demikianlah ayat 5 ini telah kita bahas. Sedikit untuk bahan renungan,
kita:
89
Sebagai catatan terakhir: kata nasta'ien karena ini ada pengenalan
bentuk KKT (Kata Kerja Turunan) bentuk 8, maka kita akan bahas di bab
khusus setelah ini. Insya Allah.
http://arabquran.blogspot.com/2007/08/topik-27-latihan-al-fatihah-
ayat-5-seri.html
90
Topik 28: Latihan Al-Fatihah ayat 5 & KKT 8
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Atas ijin
Allah SWT kita dapat melajutkan topik Surat Al-Fatihah ini. Sholawat
dan salam semoga tetap tercurah kepada baginda Rasulullah,
Muhammad SAW.
Ingat-ingat lagi kita sudah pernah membahas KKT 1 dan KKT 2. Nah,
Insya Allah sekarang kita membahas KKT 8. Lho lho... Mas Mas... KKT 3
s/d KKT 7 nya kemana? Kok gak dibahas? Nah oke, saya jelaskan.
KK - Kata Kerja Asli (KK yang terdiri dari 3 huruf), sebagaimana telah
saya jelaskan, dalam bahasa Arab dapat mengalami perubahan.
Perubahan ini menyebabkan terbentuk kata kerja baru yang disebut
KKT (Kata Kerja Turunan). Yang umum ada 8 bentuk KKT (bentuk KKT
sendiri sebenarnya lebih dari 8, ada buku-buku yang menyebutkan
sampai 12 macam atau lebih, tapi yang umum 8). Nah kita sudah bahas
KKT 1 dan KKT 2. Dari bentuk KKT itu yang sering muncul hanya
separonya salah satunya KKT 8. Maka karena dalam surat Al-Fatihah ini
kita temukan bentuk KKT 8, maka dari itu dalam topik ini kita loncat
saja membahas KKT 8 tsb.
91
OK, singkat cerita, KKT 8 itu dibentuk dengan menambahkan ALIF SIN
TA kepada KK. Contoh:
Jika kita tambahkan ALIF SIN TA, maka artinya menjadi minta sesuatu.
Dengan demikian:
- lihat harokat huruf sebelum terakhir, yaitu fa, adalah kasroh, maka
menjadi istaghfir : minta ampunlah!
92
Kita sering berkata: astaghfirullah, astaghfirullah... ini adalah bentuk
KKS dengan pelaku saya (ana). Lihat kembali:
Contohnya:
أستغفر هللا- astaghfiru Allaha - maka posisi Allah sebagai Object (sehingga
diterjemahkan Aku mohon ampun kepada Allah). Kata "kepada"
otomatis ditambahkan untuk memperjelas kedudukan kata Allah.
Contoh lain:
93
نستعين- nasta'iinu : kami senantiasa minta tolong.
http://arabquran.blogspot.com/2007/08/topik-28-latihan-al-fatihah-
ayat-5-kkt.html
94
Topik 29: Latihan Al-Fatihah ayat 6 & Mengulang Fi'il Amr
Bismillahirrahmaanirrahiim.
- al-shiroota : jalan
Kata اهد- ihdi, adalah kata kerja perintah. Mas... kasih tahu dong,
gimana caranya kita tahu itu suatu kata kerja perintah atau bukan. Ada
gak cara mudahnya? Hmmm cara mudah belum saya temui, tapi ada
ciri-ciri yang biasanya kita temukan, yang mengindikasikan itu kata
kerja perintah atau bukan. Apa itu? Yaitu adanya alif yang berharokat
kasroh (baris bawah).
Contoh:
95
dll,
Akan tetapi, banyak juga yang tidak sesuai dengan ciri-ciri tsb, spt:
Semua yang diatas tsb, uktuk, anzil, ro, dll, sebenarnya ada rumus-
rumusnya. Kala nanti kita ketemu ayat spt itu, Insya Allah rumusnya kita
akan bahas.
Kata اهد- ihdi (fi'il amr) ini berasal dari kata hudaa ( هدىKKT) yang
artinya menunjuki. KKS nya yahdii يهدى. Sekarang kita bentuk fi'il amr.
Ingat lagi pelajaran yang lalu (topik 17 dan 18). Kita praktekkan.
96
Dengan demikian jelaslah bahwa kata اهد- ihdi adalah kata kerja
perintah dari hudaa. IHDI artinya tunjukilah!
Sedangkan نا- naa, artinya KAMI (sebagai objek). Dalam bahasa Arab
kata ganti yang berfungsi sebagai objek ini disebut dhomir nashob.
Demikian telah kita bahas bagian dari ayat 6, yaitu Tujukilah Kami = ihdi
naa. Sedangkan al-shiraat al-mustaqiim Insya Allah akan kita bahas
pada topik selanjutnya.
http://arabquran.blogspot.com/2007/08/topik-29-latihan-al-fatihah-
ayat-6.html
97
Topik 30: Latihan Al-Fatihah ayat 7 - KKT 8
Bismillahirrahmaanirrahiim.
علَي ِه ْم
َ ب
ِ ضو
ُ َير ال َمغ
ِ غ
Ghoiri al-maghdhuubi 'alayhim
ََوالَ الضَّالِين
wa laa adh-dhoolliin
Ayat 7 diatas terdiri dari 3 potongan kalimat. Pada penutup topik 29,
dikatakan kita akan menunda pembahasan shiraath al-mustaqiim.
Baiklah kita bahas pada topik ini.
Ingat lagi salah satu aturan dari KKT 8, jika satu kata kerja menjadi KK 8,
maka tambahan alif sin ta, dapat diartikan "minta sesuatu".
98
KKT 8: استغفر- istaghfara minta ampun
Jika kita terapkan pada kata qooma قامartinya berdiri, maka KKT-8
"bisa" kita asosiasikan dengan "minta berdiri". Nah kok istaqooma
artinya berdiri atau menjadi lurus? Bukannya minta berdiri?
Kata al-mustaqiem sendiri, adalah kata bentukan dari KKT 8. Insya Allah
selesai topik surat Al-fatihah ini kita akan bahas kata bentukan dari
sebuah kata kerja. Kata al-mustaqiem ini merupakan kata bentukan dari
استقامistaqooma, yaitu apa yang disebut isim faa'il (kata benda pelaku).
Dalam ayat ini, kata shiraat al-mustaqiim itu diberi penjelasan. Jalan
yang lurus yang spt apa?
Yaitu:
علَي ِه ْم َ َط الَّذِينَ أَنع
َ مت َ ص َرا
ِ
99
Shiraatha (jalan) alladziina (yang) an'amta (Engkau telah beri nikmat)
'alayhim (atas mereka)
علَي ِه ْم
َ ب
ِ ضو
ُ َير ال َمغ
ِ غ
Ghoiri (bukan) al-maghdhuubi ((jalan) orang yang dimurkai) 'alayhim
(atas mereka)
ََوالَ الضَّالِين
wa laa (dan tidak (pula)) adh-dhoolliin ((jalan) orang-orang yang sesat)
Ada beberapa point disini yang perlu kita bahas agar semakin mengerti
yaitu, kata:
Untuk an'amta Insya Allah dibahas pada topik ini, sedangkan 2 terakhir
Insya Allah dibahas ditopik minggu depan.
Baiklah kita lihat kata an'amta انعمت- Engkau telah beri nikmat. Kata ini
adalah kata kerja turunan 1 (KKT 1), yaitu انعم- an'ama. Adanya kata ت َ
diakkhir kata انعمmenunjukkan pelaku, yaitu Engkau. Sekaligus
peletakan ta تdiakhir tsb, menandakan ini adalah kata kerja lampau
(KKL), sehingga diterjemahkan Engkau telah.
KKT 1 nya adalah انعمan'ama. Apa KKD (kata kerja dasarnya)? Gampang.
Buang saja alif diawal (ingat KKT 1 dibentuk dengan menambahkan alif
pada KKD). Kalau alif dibuang menjadi:
100
نعم- na'ama. Di kamus arti na'ama itu adalah senang hidupnya. Diberi
contoh:
Dapat dilihat bahwa kata "senang" ini jika kita buat KKT1 menjadi
"menyenangkan" atau "memberi kesenangan". Dengan demikian kata:
Sehingga kata انعمت عليهم- an'amta 'alayhim dapat diartikan: (jalan yang)
Engkau telah beri kesenangan kepada mereka.
Demikian kita akhiri dulu topik 30 ini. Insya Allah akan dilanjutkan.
http://arabquran.blogspot.com/2007/08/topik-30-latihan-al-fatihah-
ayat-7-kkt.html
101
Topik 31: Latihan Al-Fatihah ayat 7 - Al Maghdhub
Bismillahirrahmaanirrahiim.
al-maghdhuub ب
ِ ضو
ُ ال َمغ- orang yang dimurkai
ad-dhoolliin َ الضَّالِين- orang yang sesat
Isim Fa'il adalah kata benda bentukan dari sebuah kata kerja. Misalkan
dalam bahasa Indonesia:
Pelaku: pembunuh (orang yang membunuh) -- the one who kills (the
killer)
Penderita: terbunuh (orang yang dibunuh) -- the one who get killed
102
Dalam kalimat diatas, terlihat salah satu cara membentuk kata benda
pelaku adalah dengan menyisipkan alif di Kata Kerja Dasarnya.
Jadi:
Isim maf'ul adalah kata benda penderita, yaitu kata yang dibentuk dari
sebuah kata kerja. Contohnya membunuh, pelakunya disebut
pembunuh, korbannya disebut yang dibunuh. Apa bahasa arabnya
orang (sesuatu) yang dibunuh?
http://arabquran.blogspot.com/2007/08/topik-31-latihan-al-fatihah-
ayat-7-al.html
104
Topik 32: ASAL-USUL KURSI
Satu orang yang berilmu (khususnya ilmu agama), sering disebut orang
di Indonesia ini dengan istilah "ulama". Padahal di bahasa Arab, kata
"ulama" itu dipakai untuk sekumpulan orang yang berilmu. Jadi terjadi
penyempitan makna (dari kata untuk banyak orang, menjadi untuk satu
orang). Seperti disebutkan: " para ulama sepakat bahwa membunuh itu
dosa besar". Kata "para ulama" dalam kalimat diatas maksudnya
"beberapa ulama". Kalau mau konsisten dengan kaidah bahasa Arab,
semestinya kalimatnya berbunyi "para alim sepakat bahwa membunuh
itu dosa besar".
Kata "alim" sendiri, yang dalam bahasa Arab adalah bentuk tunggal dari
kata "ulama". Di Indonesia kata "alim" ini telah bergeser maknanya.
105
Misal dalam kalimat "dia orangnya alim banget ya…". Maksud "alim"
disini adalah "soleh" atau "rajin beribadah". Padahal dalam bahasa
Arab, kata "alim" ini artinya "orang yang berilmu".
Ada lagi kata serapan dari bahasa Arab, bentukan dari "alim" ini, yaitu
"mu’allim" atau kadang hanya dibaca "mualim". Sewaktu saya naik
kapal ferry di selat Sunda, biasanya disebutkan, "dalam pelayaran ini
kapal ini dikomandani oleh Mualim kapal [sebuah nama disebutkan]".
Kata "mu'allim" atau kadang dibaca "mualim" oleh kita, dalam bahasa
Arab artinya "orang yang mengajarkan sebuah ilmu" atau "guru".
Tampaknya kata "mualim" dalam kasus ini bergeser artinya menjadi
"nahkoda kapal".
Sama halnya dengan "seseorang yang punya ilmu" orang kita menyebut
"ulama (kumpulan orang berilmu)". Mungkin kita telah menganggap
"satu orang yang berilmu" setara dengan "orang-orang yang berilmu".
Jadilah kita menyebut "ulama" walau untuk itu hanya untuk satu orang.
Dan orang Minang mungkin menganggap: walau baru punya satu kursi,
tapi tetap merasa punya "karosi" (banyak kursi).
Asal-usul Asli
106
yang artinya landasan/dasar-dasar fiqih, atau pokok-pokok fiqih. Dalam
bentuk lain (bentuk mufrod atau tunggalnya) kata "ushul" ini menjadi
"ashl" yang diserap menjadi "asal". Sedangkan kata "ushuul" diserap
menjadi "usul". Oleh orang kita, kedua kata ini diserap dan
digandengkan, menjadilah dia “asal-usul”. Mengenai ini mungkin dulu
orang-orang kita sewaktu belajar bahasa Arab, cara mereka mengingat
adalah dengan mengingat kata tunggal dan jamaknya sekaligus: ashl -
ushuul (atau asal-usul). Di kebanyakan tempat pembelajaran Bahasa
Arabpun saat ini sepertinya metode ini sering digunakan (yaitu
menghafalkan kata tunggal dan digandeng dengan jamaknya sekaligus).
Kata "ashl" jika nasab menjadi "ashli" yang oleh kita diserap menjadi
"asli". Kadang kita suka berkata : "aslinya rumah ini bersih lho…" ketika
mengatakan sebuah rumah yang jorok tidak terurus karena ditinggalkan
pemiliknya. Disini makna "asli" mirip dengan kata Arabnya yaitu "ushl"
atau "ashl", yaitu asalnya atau pokok dari rumah itu bersih, karena
ditinggalkan jadilah dia kotor.
'Iffah
Orang tua kita kadang kreatif. Kata " 'afaf " artinya "pengendalian diri",
seperti dalam doa "Allahumma inna nasalukal huda wattuqo... wal
'afaafa wal ghinaa" yang bermakna: "Ya Allah berilah kami petunjuk,
taqwa, pengendalian diri dan kekayaan". Kata " 'afaafa" atau "afaf"
yang berarti pengendalian diri diambil jadi nama anak. "Afif" untuk
anak laki-laki, "afifah" untuk anak perempuan. Teman saya dari
Palembang namanya "apip", ini sama saja dengan "afif". Mungkin orang
tuanya dulu berharap dia menjadi orang yang bisa mengendalikan diri.
Mengani doa diatas, saya jadi ingat nasehat orang-orang alim zaman
dulu. “Nak... mintalah kekayaan yang banyak ke Allah, tapi jangan lupa
107
dapatkan dulu Afif”. Maksudnya pastilah, bukan “dapatkan dulu suami
bernama Afif”, tapi dapatkan dulu kekuatan untuk mengendalikan diri.
Dari sini terkandung hikmah yang besar dari doa tsb, mengapa minta
“Afaafaa” (pengendalian diri) lebih didahulukan daripada minta harta.
Apalah artinya harta banyak, kalau diri tidak bisa dikendalikan?
Kata bentukan yang serupa maknanya dangan “afaf” adalah " 'iffah"
yang artinya "menjaga kehormatan diri”. Sifat " 'iffah" ini dalam sejarah
ditunjukkan oleh sahabat Abdurrahman bin Auf, sewaktu menolak
dengan lembut, tawaran diberikan harta, rumah atau istri dari sahabat
Anshor pasca hijrah, untuk membantu perekonomian kaum Muhajirin.
Dengan sangat halus dia berkata : "... terima kasih wahai saudaraku
atas tawaranmu. Sesungguhnya aku ini pedagang, maka tunjukkanlah
aku dimana pasar". Sikap ini mencerminkan sikap yang tidak mentang-
mentang, tidak ingin merepotkan orang lain, dan ingin bertumpu pada
kekuatan sendiri. Sikap menjaga kehormatan diri ini disebut " 'iffah".
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-32-asal-usul-kursi-kata-
karosi.html
108
Topik 33: Mu'jizat
Bismillahirrahmanirrahim
109
"Sebagian ulama berpendapat bahwa mu’jizat Al-Qur’an terletak pada
ketepatan dan keindahan bahasanya, dlm struktur yg terjalin rapat
(closely-knit unit) dan maknanya yg sangat tinggi/dalam. Ahli
bahasa/sastera Arab abad ke-5H/11M, Abd Al-Qahir Al-Jurjani (lahir di
kota Jurjan, Persia sekarang) menulis buku yg khusus membicarakan
gaya bahasa AQ, menunjukkan kehebatannya yg tak tertandingi, yg
telah membuat para penyair/sasterawan di masa Rasulullah Saw
terpukau, sedangkah mereka dikenal mempunyai cita rasa sastera yg
sangat tinggi. Judul bukunya “Dala’il Al-I’jaz”, sekaligus mendukung
tantangan AQ (seperti yg dikutip mas Rafdian), dgn memberikan
semacam tolok ukur, standar, bagi mereka yg mungkin meng-klaim bisa
membuat ayat yg serupa dgn AQ.
Huud:44, “wa qila ya ardu ibla’I ma’aki”, setelah itu disebutkan “wa
ghida al-ma”. Kata Al-Jurjani secara tepat dan mengagumkan AQ
menggunakan bentuk pasif, “maka airpun di-serap”, yg menunjukkan
konsistensinya dgn perintahNya kepada bumi agar menyerap airnya,
dan bentuk pasif itu menunjukkan dilakukannya (oleh bumi) perintah
110
tsb. Makna dan konsistensi ini tidak akan muncul kalau kalimatnya dlm
bentuk aktif “maka airpun menyerap”. -- Demikian kutipan email Pak
Ruslan.
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-33-mujizat-
bismillahirrahmanirrah.html
111
Topik 34: Erosi Makruh dan Sunnah
Bismillahirrahmanirrahim.
Makruh
112
makruh, tetap saja perbuatan itu adalah perbuatan yang dibenci (oleh
agama ini).
Diayat tsb kata karuha atau kariha yang artinya "membenci" dipakai.
"Walau kariha al-kaafirrun" - walau orang-orang kafir membencinya.
Terlihat disini, kata karuha atau kariha كرهdipakai sebagai bentuk
"perlawanan" orang-orang kafir atas perintah beribadat kepada Allah
SWT. Terasa berat sekali makna kata karuha/kariha disini. Semestinya
kata makruh yang artinya sesuatu yang dibenci, juga kira rasakan
dengan "berat".
Kalau dilihat di kamus arti lain dari karuha - selain benci, juga berarti
perbuatan keji, atau buruk. Artinya makruh itu sama juga dengan
melakukan perbuatan keji, atau buruk.
Sunnah
Kata sunnah pun mungkin kita telah banyak erosi-kan. Waktu saya SD,
kata sunnah itu disempitkan menjadi sesuatu hal yang jika dikerjakan
berpahala, jika ditinggalkan berdosa. Ya itu benar. Itu adalah defisini
fiqih. Sunnah kebalikan dari Makruh, secara defisini fiqih. Akibat dari
peng-erosi-an tsb, begitu mendengar kata-kata perbuatan sunnah,
orang yang mendengarnya yaaa... alakadarnya saja menanggapi...
113
Padahal sunnah dalam ilmu hadist disebutkan sebagai sesuatu hal dari
Rasulullah SAW yang meliputi perkataan, perbuatan, sifat, dan taqrir
(kebolehan) dari Rasulullah SAW. Dalam Al-Quran dikatakan: "laqod
kaana lakum fii rasulullahi uswatun hasanan" (sungguh telah ada pada
diri Rasulullah contoh teladan yang baik bagi kalian). Artinya semua
perbuatan, perkataan, sifat dan taqrir dari Rasulullah itu adalah
Sunnah, dan itu adalah contoh yang baik untuk ditiru. Artinya dia bukan
hal yang "ringan-ringan" saja. Bahkan para Sahabat RA diperintahkan
oleh Rasulullah SAW untuk memegang teguh Sunnah-Sunnah beliau.
"Gigitlah Sunnahku dengan gigi gerahammu", demikian Rasulullah
perintahkan kepada para Sahabat RA, dengan menggunakan penekanan
"dengan gigi gerahammu", ini menggambarkan betapa pentingnya
mengerjakan hal-hal yang Sunnah-Sunnah itu.
Secara bahasa kata Sunnah atau Sunnat سنةartinya jalan, tabiat, atau
peri kehidupan. Sunnah Rasul artinya jalan yang ditempuh Rasulullah
SAW, atau tabiat-tabiat dan peri kehidupan yang ditampilkan Rasulullah
SAW. Kata Ahlus-Sunnah, artinya golongan orang-orang yang mengikuti
jalan Rasulullah SAW. Sesuai hadist Rasulullah, perkara yang paling
minimal untuk kita laksanakan adalah: tidak membenci Sunnah nya.
Itulah yang minimal. Kalau tidak bisa atau belum bisa melaksanakan
Sunnah, minimal jangan membencinya. Rasulullah SAW bersabda "fa
man raghiba 'an sunnatii fa laysa minnii" (barang siapa yang membenci
sunnah ku, niscaya dia bukanlah dari golongan ku). Berita paling buruk
manalagi bagi seorang muslim, jika seandainya di Yaumil Mahsyar
nanti, sewaktu orang-orang berkumpul, lalu kita "diusir" dari Jamaah
Rasulullah... "Tidak... engkau bukan jamaah Rasulullah SAW, karena
semasa didunia engkau membenci Sunnah nya"... Allahu Akbar...
114
pastilah pada saat itu kesedihan, penyesalan yang luar biasa akan
terjadi...?
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-34-erosi-makruh-dan-
sunnah.html
115
Topik 35: Tarhib dan Targhib Ramadhon
Bismillahirrahmanirrahim.
http://arabquran.blogspot.com/2007/08/idul-fitri-2007-akankah-kita-
berbeda.html
Kata Tarhib ترهيبdengan "ha tebal" adalah kata dasar (masdar) dari
kata rahhiba ( رهبmengancam). Sehingga arti tarhib (dengan "ha
tebal") adalah pengancaman atau ancaman. Tarhib Ramadhon jika
dibaca dengan "ha tebal" artinya Ancaman Ramadhon, artinya sesuatu
yang membuat orang takut terhadap Ramadhon. Tentulah bukan ini
yang dimaksud.
117
ramadhon (ya Allah sampaikan aku ke bulan Ramadhon). Lalu 6 bulan
sisanya mereka mempersiapkan diri untuk menyambut Ramadhon".
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-35-tarhib-dan-targhib-
ramadhon.html
118
Topik 36: Ramadhon, Shaum, Idul Fitri
Bismillahirrahmanirrahim.
Romadhon رمضان
Shoum صوم
Dengan akar kata menahan tsb, maka shoum itu menurut ulama adalah
menahan dari segala yang membatalkan (yaitu dari segala yang
membatalkan ibadah puasa tersebut).
120
Akan tetapi ada yang memaknai kata Idul Fitri ini dengan Idul Fitrah عيد
الفطرة. Kata Fitrah sendiri akar katanya sama dengan Fitri, tetapi makna
Fitrah sendiri adalah instink atau kecenderungan atau perangai.
Sebenarnya makan (Fitri) adalah bagian dari kecenderungan/instink
manusia (Fitrah).
Dengan memaknai Idul Fitri ini sebagai Idul Fithrah, maka makna
perayaan Idul Fitri adalah kembali ke keadaan asli manusia yaitu
kembali Fitrah (kembali kepada instink dasarnya). Hal ini sesuai dengan
maksud kata Fitrah dalam Ar-Rum:30
َ ّللا الَّتِي َف
َ َّط َر الن
اس ْ ِِين َح ِنيفًا ف
ِ َّ َ ط َرة ِ فَأَقِ ْم َو ْج َه َك ِللد
Maka hadapkan wajahmu kepada Agama ini, dengan hanif; (tetaplah
diatas) Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia (dengan fitrah itu).
Jadi Insya Allah, dengan mengikuti apa yang telah disyariatkan dalam
menjalankan puasa ini disertai dengan keikhlasan, kita bisa kembali
kepada Fitrah, atau Idul Fitrah. Insya Allah.
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-36-ramadhon-shaum-
idul-fitri.html
122
Topik 37: Latihan Surat Al-Ikhlas
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Para pembaca yang dirahmati Allah SWT, Insya Allah kita akan lanjutkan
pelajaran berbahasa Arab. Kita telah menyelesaikan latihan surat Al-
Fatihah, kini waktunya kita masuk ke surat Al-Ikhlas. Ada banyak
pelajaran pola bahasa Arab yang bisa kita pelajari di surat ini, antara
lain al-jumlah al-mufidah (cara membentuk kalimat sempurna),
demikian juga mengenai jazm, dan pengertiaan Kaana. Disamping itu
kita juga akan mendapatkan vocabulary (mufrodad) baru, Insya Allah.
Maka dari itu pada topik 37 ini rencana saya, hanya akan menyajikan
semacam muqaddimah (pengantar) dari Surat Al-Ikhlas ini. Formatnya
pertama, saya jelaskan arti kata Al-Ikhlas, bagaimana esensi dari isi
surat ini, dan apa keutamaan membaca surat ini. Setelah itu pada topik
38 baru kita mulai dengan Latihan.
Al-Ikhlas اإلخالص
Kata Ikhlas dalam bahasa arab adalah mashdar (kata dasar) dari akhlasa
أخلصyang artinya memurnikan, sehingga kata ikhlas artinya murni atau
kemurnian atau bisa juga pemurnian (mengenai masdhar silahkan baca
topik selanjutnya --topik 38). Salah satu arti ikhlas adalah bersih.
123
memurnikan ke-tauhid-an kita kepada Allah SWT, sehingga keyakinan
itu bersih, tidak bercampur dengan syirik. Disamping itu pemurnian itu
juga berarti menyingkirkan semua kotoran-kotoran yang merusak
tauhid kita kepada Allah SWT. Demikian menurut Buya Hamka.
124
Dari Abi Hurairah RA, dia berkata: "Aku datang bersama Nabi SAW.
Tiba-tiba dia mendengar seseorang membaca "Qul huwaLLAHu ahad".
Maka berkatalah beliau SAW: "wajabat ( وجبتWajib)". Lalu akupun
bertanya (kepada Rasul SAW): maa wajabat ( ما وجبت؟apa yang wajib)?
Rasul menjawab: "Wajib orang itu masuk syurga" (HR. Tirmidzi dia
berkata hadist ini Hasan Shohih).
Dari Aisyah RA, dia berkata: "Nabi SAW suatu ketika mengirim patroli
kesuatu tempat. Pemimpin patroli itu pada tiap akhir sholat yang
dijaharkan (dikeraskan bacaannya) selalu membaca "Qul Huwa Allahu
Ahad". Setelah mereka kembali pulang, mereka kabarkan perbuatan
pimpinan patroli itu kepada Nabi SAW. Lalu beliau SAW berkata:
"Tanyakan kepadanya mengapa dia berbuat begitu?" Lalu merekapun
bertanya kepada pemimpin patroli tsb (mengapa selalu menutup sholat
dengan membaca Qul Huwa Allahu Ahad).
Diapun berkata: "Itu adalah sifat dari Tuhan yang bersifat Ar-Rahman
(Maha Pengasih) dan saya sangat senang membacanya". Mendengar
jawaban tsb, Rasulullah SAW pun berkata: "katakanlah kepadanya,
bahwa Allahpun senang kepadanya". (HR. Bukhari)
Demikianlah beberapa hal yang dapat kita kutip keutamaan surat Al-
Ikhlas. Insya Allah pelajaran topik selanjutnya kita akan latihan
menerjemahkan surat ini, dan akan didahului dengan penjelasan
tentang mashdar (kata dasar).
125
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-37-latihan-surat-al-
ikhlas.html
126
Topik 38: Latihan Surat Al-Ikhlas, Tema: Mashdar
Bismillahirrahmanirrahim
Mashdar
Mashdar arti letterleg (benar gak nulis nya ya...?), adalah sumber.
Sumber apa? Ya sumber dari sesuatu. Dalam konteks kata, maka
masdhar itu dapat dilihat sebagai sumber dari kata, atau ide kata atau
kata dasar. Hmm bingung ya? Oke... kita ambil perumpamaan dalam
bahasa kita agar mudah memahaminya.
Kalau saya berkata sebuah kata yaitu "penulisan", apa yang terbayang
dalam benak Anda? Satu kata "penulisan" itu mengandung banyak ide
didalamnya. Contoh: "Saya telah menulis buku dengan pulpen diatas
meja". Atau "Saya sedang menulis buku dengan pulpen diatas meja"
Berbicara "penulisan" dalam konteks contoh diatas ada makna (ide) lain
yang bisa timbul:
4. Pelaku: Saya
127
6. Tempat menulis: meja
Jadi dari satu kata "penulisan" muncul di benak kita setidaknya 7 makna
seputar kata "penulisan". Itulah mengapa kita katakan kata "penulisan"
itu adalah sumber dari 7 makna tsb. Dengan demikian dapat kita
katakan kata "penulisan" itu adalah Mashdar.
Perlu diketahui bahwa, satu kata dalam bahasa Arab dapat melahirkan
7 kata diatas (inilah salah satu "kehebatan" bahasa arab, setidaknya
menurut saya). Hanya dengan menghafal satu kata, kita sudah dapat
membentuk 7 kata. Contohnya:
Lalu apa kaitannya antara Masdhar (kata dasar) dengan akar kata. Nah
kadang bagi orang yang baru mulai belajar bahasa arab (seperti saya ini
hehe), bisa bingung. Jawaban mudahnya begini. Kalau "penulisan
(writing)" adalah kata dasar (Mashdar), maka akar katanya adalah "tulis
128
(to write)". Ya, akar kata adalah kata kerja asli (belum mendapat
imbuhan spt awalan, sisipan, atau akhiran).
Yang agak sedikit ekivalen dengan mashdar dalam bahasa Inggris, yaitu
Gerund. Gerund dalam bahasa Inggris, adalah kata kerja yang
dibendakan. Contoh: menghantam (to hit), Gerundnya: hitting
(penghantaman). Contoh lain: membersihkan (to clean), Gerundnya:
cleaning (pembersihan).
Jika dilihat maka Masdhar itu secara praktis dapat dikatakan sbb:
pe + kata-kerja-dasar + an.
Kata Tauhid, Tarhib adalah Mashdar dengan pola yang sama. Kata Islam
dan Ikhlas adalah Masdhar dengan pola yang sama.
Berikut penjelasannya.
POLA KKT-2
129
Kata Tauhid توحيد
POLA KKT-1
Pola membentuk masdhar KKT-1: Harokat Alif awal kasroh, dan sisipkan
ALIF di sebelum akhir.
Demikian telah kita jelaskan pengertian Mashdar. Insya Allah akan kita
lanjutkan dengan Latihan.
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-38-latihan-surat-al-
ikhlas-tema.html
130
Belajar Bahasa Arab Sederhana dari Google Translate
Banyak situs pendukung yang kita bisa pakai untuk belajar bahasa Arab
sederhana. Salah satunya adalah situs untuk melakukan translasi dari
bahasa Indonesia ke Arab, atau dari bahasa Inggris ke Arab, atau
sebaliknya.
http://translate.google.com/translate_t#
Sebagai contoh:
Kita bisa tulis di dalam text-box: "Selamat Pagi" lalu klik tombol
translate.
131
Nah, untuk membuat kalimat yang sempurna (ada subjek dan prediket),
maka kita ambil contoh:
Akan ditranslate:
EFEK WAKTU
Dalam bahasa Inggris kita kenal ada efek waktu (present, future, dan
past tense).
Nah dalam bahasa arab kita bisa refleksikan efek waktu tersebut.
1. I learn arabic.
2. I learned arabic.
Akan tetapi jika dari bahasa Inggris itu kita translate ke bahasa Arab,
menjadi:
Dari hal ini dapat kita lihat bahwa kalau kita mengerti konteks bahasa
Inggris, maka sebaiknya kita translasikan dari bahasa Inggris, ke bahasa
Arab, agar konsistenti tenses tetap terjaga.
Selamat mencoba.
132
Link:
http://arabquran.blogspot.com/2005/08/ipv6-hello.html
133
Topik 40: Latihan Surat Al-Ikhlas, Tema: Mashdar Lanjutan
Bismillahirrahmanirrahim.
Pada topik 39, kita telah mempelajari tentang Mashdar yaitu kata
dasar, atau kata sumber. Diberikan contoh dari kata dasar ini, dalam
pelajaran bahasa Arab yang umum di buku pelajaran bahasa Arab,
dapat diturunkan setidaknya 7 jenis kata. Sebelum melanjutkan ke Ayat
1 surat Al-Ikhlas, kita tuntaskan dulu pembahasan Mashdar ini.
Disini kita bertemu beberapa hal. Pertama Kata Kerja 3 huruf (atau kata
kerja akar), sebagaimana diketahui, kata apapun dalam bahasa Arab,
umumnya terbentuk dari 3 huruf. Ini yang sering disebut AKAR KATA.
Jadi apa itu akar kata: yaitu pembentuk kata yang terdiri dari 3 huruf.
Hmm mungkin kita agak bingung ya... Ya... saya juga. Hehe... Tapi untuk
mudahnya saya buatkan skema sbb:
1. Kata Kerja Dasar(Akar Kata) - kita sebut KKD: خلص- khalasho, artinya
murni
2. Turunan pertama dari KKD ini disebut KKT-1 (Kata kerja Turunan 1),
yaitu ada penambahan alif didepannya, sehingga menjadi أخلص
akhlasho. Sebagaimana telah dijelaskan tugas KKT-1 adalah menjadikan
kata kerja yang tidak butuh objek menjadi butuh objek, sehingga
kholaso (KKD) yang artinya murni (tidak perlu objek), maka akhlaso
(KKT-1) artinya memurnikan (butuh objek).
134
Itu adalah skema-skema kata kerja. Jika di ringkas, maka bentuknya sbb
(ambil contoh فعل- fa 'ala (mengerjakan):
Wuih ribet ya... Kata Kerja dalam bahasa Arab bisa mengambil bentuk
banyak, ya!!! Hhmmm sebenarnya kalau hafal bentuk-bentuk ini (yang
sering disebut wazan) akan membantu sekali, akan tetapi tidak hafal-
pun lama-lama kalau sering dipakai Insya Allah akan hafal dengan
sendirinya.
Oke, trus darimana datangnya Mashdar إخالص- ikhlash? Nah begini lagi
ceritanya.
Kalau tadi kata kerja itu bise mengambil bentuk 9 macam, maka
masing-masing dari 9 macam itu ada Mashdar nya sendiri-sendiri.
135
Contoh:
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-39.html
136
Topik 41: Latihan Surat Al-Ikhlas Ayat 1
Bismillahirrahmanirrahim
Topik kali ini kita Insya Allah akan masuk ke Latihan ayat 1 Surat Al-
Ikhlas. Oke baiklah. Ayat 1 berbunyi:
ّللاُ أ َ َحد
َّ قُ ْل ُه َو
Qul: Katakanlah
Huwa: Dia
Allahu: Allah
Kata QUL: katakanlah! ini merupakan fi'il amr. Fi'il amr sudah banyak
saya berikan contohnya. Saya juga sudah memberikan 6 langkah mudah
membentuk fi'il amr. Apa perlu saya ulangi? Jika ya, Insya Allah saya
akan ulangi. Jika tidak maka kita lanjut ke topik 2.
Sementara saya asumsi tidak perlu, karena Anda sudah mengerti. Maka
kita masuk topik 2, yaitu bentuk Kalimat Sempurna (jumlah mufidah).
137
subject itu biasa disebut al-mubtada, dan prediket itu biasa disebut al-
khobar. Kalimat sempurna yaitu bila kalimat tersebut sudah
memberikan faedah (mufidah).
Jadi definisi kalimat sempurna dalam bahasa Arab adalah suatu kalimat
yang terdiri dari mubtada dan khobar, dan memberikan manfaat
(artinya bisa dimengerti).
Dari definisi ini maka: kalimat Huwa Allahu Ahadun dapat dipecah
menjadi kalimat sempurna:
Ini adalah kalimat sempurna, dimana mubtada nya adalah Huwa هو-
Dia, dan khobarnya adalah Allahu هللا- Allah.
Ini adalah juga kalimat sempurna, dimana mubtada nya adalah Allahu
هللاdan khobarnya adalah Ahadun احد- Maha Esa.
Ciri-ciri Mubtada
Salah satu ciri-ciri mubtada, adalah bahwa i'rob (harokat akhir) adalah
dhommah, atau dhommatain, untuk kata-kata yang sifatnya tidak
mabni. Wah wah apa lagi nih... Mabni itu apaan lagi tuh...
138
Sedangkan ada kata benda yang sifatnya tetap (mabni). Contoh kata
Musa مسىini adalah mabni. Tidak pernah dia dibaca Musi, atau Musu.
Berbeda dengan kata kitaab كتابini bukan mabni, tapi berobah-ubah,
bisa kitaabu, kitaabi, kitaaba.
OKE... kembali ke lap top... Jadi dalam ayat 1 surat Al-Ikhlas ini kita
bertemu dengan jumlah mufidah:
Mubtada: Huwa
Allahu: Mubtada
Ahadun: Khobar
Allahu a'lam.
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-41-latihan-surat-al-
ikhlas-ayat-1.html
139
Topik 42: Latihan Surat Al-Ikhlas Ayat 1
Bismillahirrahmanirrahim
Baiklah, kita sudah bahas dalam ayat 1, tentang bentuk al-jumlah al-
mufidah, yaitu satu bentuk kalimat sempurna dalam bahasa Arab.
Maksud sempurna disini adalah kalimat yang memberikan
manfaat/faedah (mufidah).
Kalau kita perhatikan contoh diatas, maka Mubtada dan Khobar itu
sama sama kata benda. Ada lagi satu bentuk kalimat sempurna yaitu
jika terdiri dari Kata Kerja + Pelaku, atau sering disebut Fi'il + Fa'il.
Nah Fa'il dalam bahasa Arab selalu kata benda. Dengan demikian, jika
kalimat itu terdiri dari Kata Kerja dan Pelaku, maka telah dikatakan
merupakan kalimat sempurna.
Contohnya begini:
Pola kalimat diatas juga disebut pola kalimat sempurna, karena terdiri
dari Pelaku + Pekerjaan (Fa'il + Fi'il).
140
Oh ya, dalam bahasa Arab sangat sering polanya kata-kerjanya yang
didahulukan, baru pelakunya. Jadi kalimat kedua itu seringnya ditulis
sbb:
Ini pola yang lebih sering dijumpai, walaupun pola pertama tidak salah
secara gramatikal.
Yang tidak boleh adalah kalau Pelakunya Kata Ganti (dia, kamu, dst)
diletakkan setelah kata kerja.
Pola ini salah, karena kata ganti pelaku didalam bahasa Arab tidak
boleh terletak setelah kata kerja. Kenapa? Disinilah uniknya bahasa
Arab. Karena kata kerja bahasa Arab secara langsung telah menyimpan
pelakunya.
يكتب- yaktubu saja, ini adalah kata kerja yang pelakunya dia (laki-laki),
sehingga kalau kita tulis:
يكتب- yaktubu saja, ini sudah cukup yang artinya: dia sedang menulis.
atau misalkan:
141
Dan seterusnya.
ّللاُ أ َ َحد
َّ قُ ْل ُه َو
Katakanlah: Allah itu Esa. Menurut Tafsir Ibnu Katsir, maksud ayat ini
adalah, bahwa Allah itu lah Tuhan yang Satu, tidak ada tandingan, tidak
ada yang setara dengan Nya. Kata Al-Ahad tidak dapat digunakan untuk
diatributkan ke seseorang, karena kata Al-Ahad ini hanya untuk Allah
SWT (demikian Ibnu Katsir).
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-42-latihan-surat-al-
ikhlas-ayat-1.html
142
Topik 43: Latihan Surat Al-Ikhlas Ayat 2
Bismillahirrahmanirrahim
Kebetulan pagi ini saya masih menunggu tamu di salah satu Hotel di
Kualalumpur (tugas luar kota). Sembari menunggu saya sempatkan
untuk membahas Topik 42 dan 43 ini, Insya Allah.
ص َم ُد
َّ ّللاُ ال
َّ - Allahu Al-Shomadu
Perhatikan bahwa struktur kalimat diatas adalah, kalimat sempurna,
dimana:
Menurut Ibnu Abbas: As-Shomad artinya: Yaitu suatu Dzat yang semua
makhluk bergantung kepadaNya untuk mencukupi semua kebutuhan
dan permintaannya. Dia adalah Raja yang memiliki kesempurnaan
kekuasaannya, Sangat Mulia dengan KemuliaanNya, Sangat Perkasa
dengan segala keperkasaanNya, Maha Tahu dengan segala IlmuNya.
143
Kata al-Shomad tidak boleh diatributkan kepada makhluk, karena sifat
ini hanyalah Milik Allah (Tafsir Ibnu Katsir).
Demikian dapat kita pelajari dalam ayat 2 ini kembali kita bertemu
dengan kalimat al-jumlah al-mufidah. Insya Allah topik berikutnya kita
akan belajar, bentuk perubahan kata kerja sekarang (Present Tense)
menjadi bentuk JAZM.
http://arabquran.blogspot.com/2007/09/topik-43-latihan-surat-al-
ikhlas-ayat-2.html
144
Topik 44: Huruf Penyakit
Bismillahirrahmanirrahim.
Huruf Illat ini menurut saya (sebagai pemula dalam belajar bahasa
Arab) merupakan topik yang agak sukar... Yah... namanya juga penyakit
(illat), wajar kalau sukar. Akan tetapi saya akan coba kupas secara
sederhana agar mudah dipahami. Insya Allah.
Lho huruf kok ada penyakit, berarti ada huruf yang sehat dong ya? Ya...
Anda tepat sekali. Dalam bahasa arab huruf yang sehat (atau disebut
shahih) adalah semua huruf kecuali alif, ya, dan waw ()اوي. Jadi huruf
ilat itu ada 3 saja, yaitu alif, waw, dan ya. Semua huruf lain, adalah
huruf shahih (sehat).
Kenapa alif, waw, dan ya itu disebut huruf penyakit? Nah ini yang saya
terus terang lama mencari-cari dasarnya kenapa? Sementara ini saya
berpendapat kenapa disebut huruf penyakit, karena suatu kata yang
ada huruf illat di dalamnya, maka dia biasanya tidak ikut pakem. Nah
loh, pakem apa lagi tuh?
145
Pakem maksudnya pola-pola bahasa Arab yang standar. Ambil contoh
kata yang terdiri dari huruf yang sehat, yaitu menulis -ka-ta-ba كتب.
Maka karena terdiri dari huruf yang sehat polanya agak mudah:
Nah kalau semua huruf nya sehat, pola standardnya merubah KKL ke
KKS adalah seperti diatas. Memang untuk huruf ke 2 tidak ada pola
standard, bisa fathah, kasrah, atau dhommah (tergantung kamus).
Tetapi untuk huruf 1 dan 3 standard polanya.
Lihat kata talaa terdiri dari 3 huruf yaitu: ta, lam, dan alif. Nah yang
bikin penyakit huruf ke 3 yaitu alif. So, akibatnya apa? Ya, pola diatas
tidak bisa dipakai. Coba kita lihat.
146
KKS: يتلو- yatluu: dia sedang membaca
Nah terlihat, huruf ketiga (alif) di KKT, berubah menjadi waw pada KKS
nya. Pada pola huruf sehat, tidak terjadi perubahan huruf ini.
Ada lagi yang huruf penyakitnya jadi hilang. Contoh wajada وجد-
mendapati
Nah terlihat polanya aneh lagi. Huruf pertama di KKT yaitu waw,
menjadi hilang pada KKS nya.
Yah gitu deh... namanya saja huruf penyakit. Kadang berubah ke huruf
penyakit lain, kadang hilang.
Oh ya terakhir... Kalau bertemu hamzah diatas alif, waw, atau ya, nah
ini bukan huruf penyakit loh ya. Jadi pola standard tetap bisa dipakai.
Contoh
Oke... untuk kasus huruf penyakit pada isim fa'il (kata benda pelaku)
seperti pada 'aaidin dan faaizin, akan dibahas pada topik setelah ini.
http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-44-huruf-penyakit.html
147
Topik 45: Penyakit pada 'Aa-i-din dan Faa-i-zin
Bismillahirrahmanirrahim
Ini adalah topik lanjutan mengenai huruf penyakit. Saya akan stop topik
ini, karena bisa jadi ada yang sudah tidak sabar lagi untuk masuk ke
lanjutan Latihan Surat Al-Ikhlas ayat 3.
Oke... sebenarnya topik huruf illat ini, walau sedikit sukar, tapi kalau
sudah menguasai, maka akan lebih mudah dalam menerjemahkan
bahasa Arab Al-Quran? Kenapa, banyak kata kerja dan kata benda
dalam Al-Quran yang dibentuk dari huruf penyakit ini... hik...hik (berita
buruk nih, karena huruf penyakit kabarnya tidak ada polanya).
Sebenarnya ada polanya, tetapi untuk saat ini terlau pagi bagi kita
masuk menyelami pola-pola huruf penyakit tsb. Cukuplah sampai topik
45 ini targetnya, kita sadar dalam bahasa Arab ada kata yang terdiri dari
satu atau lebih huruf penyakit.
Isim Fa'il
Kita telah singgung isim fail di banyak tempat sebelum ini. Singkat
cerita, isim fail dibentuk dengan menambahkan alif setelah huruf
pertama KKL (jika KKL terdiri dari 3 huruf sehat). Contohnya:
Kita telah bahas asal kata 'aa-idin, yang artinya orang yang kembali
(suci). Saya ulangi:
KKL: عاد- 'aa-da : dia telah kembali (lihat huruf kedua adalah huruf
penyakit)
KKS: يعيد- ya'ii-du: dia sedang kembali (lihat huruf 2 pada KKT yaitu alif
berubah jadi ya)
Terlihat bahwa jika ada huruf penyakit berupa alif (huruf ke 2 di KKT),
maka isim fa'ilnya mendapat tambahan hamzah.
149
Demikian telah kita tuntaskan pembahasan secara umum mengenai
apa itu huruf penyakit. Sebagai ringkasan, ingat ya.... inga... inga... huruf
penyakit ada 3 yaitu: alif, waw, dan ya.
http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-45-penyakit-pada-aa-i-
din-dan-faa.html
150
Topik 46: Maaf Zhaahir Baathin
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Seharusnya topik seputar Idul Fitri
kita sudah akhiri di topik 45, dan topik kali ini kita akan masuk kembali
ke pelajaran rutin yaitu latihan surat-surat pendek. Akan tetapi mohon
ijin, satu kali ini ada materi yang tertinggal, yang perlu saya sampaikan.
Apa itu?
Ya, dalam setiap kesempatan Idul Fitri, telah jadi tradisi bagi kita disini
untuk bermaafan dengan mengucapkan : Mohon maaf lahir dan batin.
Sedangkan asal muasal batin, itu adalah baathin باطن, yang merupakan
isim fa'il dari KKL بطن- bathana yang artinya tersembunyi, atau tertutup
sehingga bhaathin artinya sesuatu yang tersembunyi.
Jadi minta maaf lahir batin, atau maaf zhaahir baathin, artinya:
Saya minta maaf (atas segala kesalahan saya baik) yang terang-
terangan (atau) yang tersembunyi.
Contoh kata zhaahir dan baathin ini ada dalam surat 57 ayat 3:
ِ َالظا ِه ُر َو ْالب
اط ُن َّ ُه َو ْاأل َ َّو ُل َو ْاْل ِخ ُر َو
<< Dia (Allah) Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zhaahir (tampak), Yang
Baathin (tersembunyi)>>
151
Gitu mak cik... semoga jelas yah... Jadi ane mohon maaf zhaahir baathin
nih... mumpung masih zuazana lhebha-rhan...
http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-46-maaf-zhaahir-
baathin.html
152
Topik 47: Latihan Surat Al-Ikhlas ayat 3, JAZM
Bismillahirrahmanirrahim.
Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Baiklah, sekarang kita masuk
kembali ke pelajaran rutin kita. Kita tinggalkan topik-topik seputar
lebaran. Mudah-mudahan puasa Syawal kita diterima di sisi Allah SWT.
Amin.
wa: dan
lam : tidak
153
Dalam bahasa Arab, jika kita hendak mengatakan "tidak" terhadap
sebuah kata kerja kita bisa pakai لم- lam atau ال- laa atau ما- maa. Tiga-
tiganya artinya Tidak.
Oke, aturannya begini. LAM dan LAA لم الhanya dipakai untuk KKS,
sedangkan ما- maa biasanya selalu dipakai untuk KKL. Contohnya
begini:
Secara arti LAA dam LAM sama saja, artinya "Tidak". Walau menurut
sebagian orang ada bedanya. Kalau LAM, itu Tidak nya bersifat
MUTLAK. Atau bisa dikatakan ANA LAM AFHAM artinya : saya "benar-
benar" tidak faham.
لم أفه ْم- laam afham. Tidak seperti LA, yang KKS nya huruf terakhirnya di
dhommah.
لم يل ْد- lam yalid : (DIA-ALLAH) tidak melahirkan. Lihat ciri-ciri JAZM nya
bahwa huruf dal pada yalid berharokat sukun. Sehingga ditulis lam
yalid, bukan lam yalidu.
ال يل ُد- laa yalidu : (dia) tidak melahirkan. Secara bahasa mirip dengan
LAM YALID. Akan tetapi penggunaan LAM lebih bersifat peniadaan (pe-
tidak-an) secara mutlak.
Demikian kita telah bahas 2 hal: makna LAM dan apa bedanya dengan
LA. Dan bentuk mazjum (jazm) dari sebuah KKS. Insya Allah topik
selanjutnya kita akan bahas mengenai bentuk pasif dari KKS.
http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-47-latihan-surat-al-
ikhlas-ayat-3.html
155
Topik 48: Latihan Surat Al-Ikhlas ayat 3, KKS Pasif
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita telah sampai pada ayat 3 surat
Al-Ikhlas, dimana dalam ayat ini kita bertemu dengan 3 pelajaran
berbahasa Arab, yaitu: pengertian LAM, bentuk MAJZUM, dan terakhir
bentuk kata kerja sedang (KKS) pasif. Pada kesempatan kali ini kita akan
tuntaskan pembahasan ayat 3 ini.
Oke kita masih ada sisa topik di ayat 3 ini yaitu mengenai Kalimat Pasif.
Insya Allah kita akan bahas.
Kalimat Pasif
Anda semua pasti sudah tahu apa itu kalimat pasif. Ya, tanpa perlu
definisi, kita sering menggunakan pola ini. "Saya disuruh membuat PR".
Atau "Mobil dibeli pedagang", dsb.
Dalam bahasa Arab, demikian juga. Ada kalimat aktif, ada pasif.
Lalu bagaimana ciri-ciri kalimat Pasif? Berikut saya kasih TIPS mudahnya
(mengutip dari metode Granada), anda sekalian hafalkan rumus ini
(kalau bisa... kalau gak mau juga gak apa2x... hehe):
Contohnya:
KKL Pasif
هللا خلق كل دابت من ماء: allahu khalaqa kulla daabbatin min maa-in
156
Allah menciptakan setiap daabbatin dari air
Lihat perubahannya:
KKS Pasif
http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-48-latihan-surat-al-
ikhlas-ayat-3.html
157
Topik 49 : YA ANITA & RUMUS U-A, U-I
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang budiman, kita telah melihat KKL Pasif. Dalam surat Al-
Ikhlas ayat 3 ini ada 2 fi'il (KKS) yang kita temukan:
Oke deh... Sebelum kita bahas mengenai KKS Pasif, ada baiknya saya
ulangi menjelaskan ciri-ciri KKS. Ciri-cirinya adanya YA ANITA didepan.
Saya kutipkan tabel berikut (sumber: arabindo.co.nr)
158
Lihat tabel diatas, ini adalah tabel TASHRIF (perubahan bentuk) kata
kerja, dari Fi'il Madhy (KKL) ke Fi'il Mudhori' (KKS) berdasarkan pelaku
(fa'il/dhomir) nya.
Ciri-ciri KKS
Perhatikan font yang berwarna merah pada tabel diatas. Terlihat bahwa
kalau dia KKS, selalu diawali dengan salah satu huruf YA ANITA ( = يYA ,
= أA , = نNun, = تTA) ... eh ternyata lebih pas huruf YANT ding (Ya,
Alif, Nun, Ta)... oke deh apapun... pokoknya kalau ada salah satu huruf
YANT didepan sebuah kata (kerja), maka kemungkinan besar kata itu
KKS.
Coba lihat lagi tabel TASHRIF diatas. Bedakan KKL dengan KKS. Dalam
KKL, tidak ditemukan huruf YANT didepan katanya (catatan sebenarnya
KKL dari Kata Kerja Turunan I -- lihat di topik NAZALA ANZALA, juga
159
mendapat tambahan Alif didepan sehingga sepintas KKT-I terlihat KKS
juga, tapi aaaahhh.... nanti Anda bingung... nanti saja kita bahas ya
mengenai KKT-I ini sampai KKT-8)
Oh ya, tabel TASHRIF diatas sangat sangat berguna... Kita akan sering
merefer ke tabel ini... Pengalaman saya (taelah, spt yang sudah pakar
saja), kalau bisa menghafalkan tabel diatas, akan mudah dalam
memahami bahasa Arab Al-Quran. Lah Mas, dari kemaren suruh ngapal
mulu... (ya... ya... gak dihapal juga gpp, Insya Allah kapan kita perlukan
kita akan merujuk ke tabel ini kembali.
KKS Pasif
Contohnya:
KKL
U=dhommah, I=kashroh
KKS
U=dhommah, A=Fathah
Duh, makin puyeng gak? Mangkin banyak rumus yak... hehe... sabar ya
Mas...
160
Biar gak puyeng, saya kembalikan saja ke fokus kita surat Al-Ikhlas ayat
3
Nah kata yalidu, diatas adalah KKS aktif. Bagaimana kalau jadi pasif?
RUMUS U-A
Ingat lagi rumus KKS Pasif yaitu U-A. Maksud U-A itu: Huruf pertama U
(dhommah), huruf sebelum huruf terakhir A (fathah).
Oke jika kita pakai rumus Granada itu untuk KKS يلد- yalidu
Ooo gitu penggunaan rumus U-A (dan U-I)... Nanti kita akan bahas lagi
penggunaan 2 rumus ini untuk KKT-1 s/d KKT-8 (rumus ini cukup
powerfull lho... terima kasih untuk penemu Rumus ini)
Oke tuntas dong pembahasan kita ayat 3 surat Al-Ikhlas ini... Eiittttt
bentar dulu Mas... Anda salah!
161
Anda bilang يلد- YuLaDu itu (Dia) diperanakkan. Nah, mengapa di Al-
Quran ditulisnya:
يولد- YUU LADU : (Dia) diperanakkan. Inilah yang betul. Kenapa? Karena
aslinya sebenarnya begini:
KKS: يولد- yawlidu --> tapi karena berat dalam ucapan lidah orang Arab,
maka waw mati menjadi hilang sehingga jadinya --> يلد- yalidu
Coba kita pakai rumus U-A, jika huruf illat tidak dibuang pada KKS.
Huruf sebelum huruf terakhir --> LAM --> di fathah (A) --> dibaca LA
Sehingga menjadi:
162
Setelah kemasukan huruf LAM --> menjadi JAZM (artinya dal disukun),
sehingga menjadi
Kalau contoh yang tidak ada huruf illat, kita bisa cepat pakai rumusnya.
Lihat contoh tabel diatas:
Oke kita sudahi dulu topik ini. Sebagai penutup, kita ringkaskan ayat 3:
Insya Allah kita masuk ke ayat 4 surat Al-Ikhlas, pada topik selanjutnya.
Oh ya... btw, kalau pelajaran ini terasa susah dan rada membosankan,
kasih tahu ya...
http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-49-ya-anita-rumus-u-u-
i.html
163
Topik 50: Latihan Surat Al-Ikhlas ayat 4
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan segera masuk ke ayat 4
surat Al-Ikhlas. Di ayat ini kita bertemu dengan sebuah kata kerja
khusus yang disebut كان- kaana. Kita akan pelajari kenapa dia disebut
khusus, dan apa fungsi kaana ini. Insya Allah.
wa= dan
lam= tidak
la hu = bagi Dia
ahad = seseorang
Kita belum bahas secara tuntas dulu. Nanti kita akan wrap-up dibagian
akhir. Anda tentu sudah tahu tentang wa, lam, la hu dan ahad. Ahad
artinya satu (orang), atau satu (sesuatu). Maka disini ahad saya
terjemahkan satu (orang) = seseorang.
Fokus kita adalah kata يكن- yakun. Akar katanya adalah kaana كان. Kata
kaana dan perubahan bentuknya (misal menjadi yakun) ini adalah
spesial. Bahkan dalam buku-buku pelajaran tata-bahasa arab,
164
pembahasan tentang kaana ini dibahas dalam satu sub-bab, atau bab
tersendiri.
165
Ambil contoh dalam Al-Quran: doa Nabi Yunus sewaktu didalam perut
ikan:
Lihat bahwa kuntu adalah kaana tapi untuk orang ke 1 laki-laki tunggal
(Aku).
Insya Allah di topik 51 kita akan bahas salah satu fungsi kaana ini, yaitu
me-rafa'kan mubtada menashab-kan khobar.
http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-50-latihan-surat-al-
ikhlas-ayat-4.html
166
Topik 51: Makna Kaana
Bismillahirrahmanirrahim.
Oke... Ingat kaana, tentu Anda ingat dengan "Kun Fayakun". Ya saya
ingat sekali waktu kecil sering dikasih tahu orang-orang tua: "Apa yang
tidak mungkin bagi Allah. Jika Dia ingin berbuat sesuatu, Dia tinggal
berkata: Kun كن- jadilah, Fayakun فيكن- maka jadilah ia".
Nah, kun كنitu adalah bentuk kata kerja perintah (fi'il amr) dari كان
sedangkan fayakun itu asalnya adalah fa yakuunu يكون+ ف. Kenapa
waw nya hilang, menjadi fayakun فيكنsaja? Ini nanti akan dibahas pada
Topik : Kalimat Syarat dan Jawab.
Oke kita tinggalkan dulu kun fayakun... Kalau ada waktu kita akan
singgung lagi.
Sekarang kita masuk membahas, apa saja makna kaana كان. Oke kita
akan lihat, dan bahas di topik ini. Sedangkan tugas kaana, akan kita
bahas di topik 52.
Makna Kaana
Kana itu ada 3 macam maknanya, tergantung konteks. Apa saja itu?
Oh ya, kadang adalah itu tidak enak secara bahasa Indonesia, makanya
kalau kaana dalam arti adalah ini, biasanya tidak diterjemahkan.
Contohnya:
Contohnya:
ً كان هللا عليما ً حكيما- kaana Allahu 'aliiman hakiiman : Adalah (senantiasa)
Allah (bersifat) Maha Mengetahui Maha Adil
168
Secara umum kaana itu berarti adalah. Tinggal dilihat apakah
konteksnya KKL kaana, atau KKS yakuunu.
Insya Allah kita akan lanjutkan dengan sifat atau tugas Kaana ini, pada
topik selanjutnya.
http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-51-makna-kaana-dan-
tugasnya.html
169
Topik 52: Latihan Surat Al-Ikhlas ayat 4, Fungsi Kaana
Bismillahirrahmanirrahim.
wa= dan
lam= tidak
la hu = bagi Dia
ahad = seseorang
170
Saya tidak terjemahkan demikian. Kenapa? Karena kita akan melihat
tugas kaana. Bagaimana tugas kaana itu? Nih saya kasih istilah yang
mungkin agak teknis dikit ya... Ok... Siap...?
Tugas Kaana
Kaana bertugas:
- Me-rafa'kan mubtada
- Me-nashab-kan khobar
Jadi ingat saja, rofa' atau marfu' itu = dhommah atau dhommatain.ُ
atau .
Nah sekarang kalau kita lihat tugas nya kaana itu menashabkan khobar.
171
Oh ya, kalau suatu kata benda (isim), jika bersifat nakiroh (tidak ada al),
maka ada tambahan alif, sehingga ditulis:
ً جميالbukan جمي ًل.
Karena kita tahu bahwa yang jadi mubtada (subject) adalah zaidun,
maka kita menerjemahkannya:
bukan
Demikian juga dalam ayat 4 surat Al-Ikhlas ini, kita bisa lihat bahwa
yang menjadi mubtada adalah احد- ahadun : seorang(pun). Dan yang
menjadi khobarnya adalah كفوا
ً - kufuwan (karena harokatnya fathatain
setelah kaana).
http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-52-latihan-surat-al-
ikhlas-ayat-4.html
173
Topik 53: Efek Waktu & Kehebatan Bahasa Arab
Bismillahirrahmanirrahim.
Oke… baiklah. Apa sih hebatnya bahasa Arab? Tanpa banyak teori, mari
kita lihat saja contoh berikut. Saya akan buat dua kalimat dalam bahasa
Arab, yang jika kita terjemahkan kedalam bahasa kita, terjemahannya
persis sama.
Keduanya diterjemahkan sama dalam bahasa kita. Ya, bahasa kita tidak
bisa menangkap beda keduanya. Padahal dalam bahasa Arabnya, kedua
kalimat diatas ada bedanya.
174
Ahli bahasa Arab, menggolongkan kalimat yang mengandung KKL itu
hampir identik dengan kalimat sempurna dalam bahasa Inggris (Past
Perfect Tense, atau Present Perfect Tense). Artinya kata kerja tsb telah
sempurna selesai dikerjakan. Biar gak bingung saya kasih padanan
bahasa Inggrissnya:
Lalu apa pointnya Mas? Oke… yang ingin saya sampaikan adalah
bahwa, penerjemahan bahasa Arab ke bahasa Indonesia, terkadang
menyebabkan beberapa keterangan tambahan dalam bahasa Aslinya
menjadi hilang dalam bahasa kita. Lihat dua kalimat diatas. Dua-duanya
diterjemahkan menjadi kalimat yang persis sama dalam bahasa
Indonesia. Ya, memang begitu. Tidak ada satu bahasapun didunia ini
yang bisa diterjemahkan yang kompatibel 100%, pasti ada makna yang
hilang atau berubah. Ini salah satu yang menjadi alasan, kenapa ada
ulama yang tidak membolehkan Quran ditafsirkan. Dimana dikuatirkan,
jika orang sudah tidak lagi membaca text asli (arabnya), dan hanya
mengandalkan bahasa terjemahan, maka jelas maksud asli ayat bisa-
bisa salah atau kurang lengkap bisa ditangkap oleh pembacanya.
175
Lalu mungkin Anda akan berkata, hmm dalam bahasa Inggris ada
padanan yang lebih kompatibel. Kalau begitu apa kelebihan bahasa
Arab dibandingkan bahasa Inggris?
AAA adalah Kaana كان, maka dia mempengaruhi kata XXX dan YYY
(mempengaruhi dua kata sekaligus). Dalam bahasa Inggris, sebetulnya
kita temukan juga. Misalkan kata have/has.
I have spoken.
Dalam bahasa Indonesia,,, hehe… boro-boro… Kata spt ini (kata yang
mempengaruhi kata lain) tidak ada ditemukan.
Contoh lain. Dalam bahasa Arab, kata depan (preposisi) atau disebut
Huruf Jar, mempengaruhi kata setelahnya. Dalam bahasa Inggris tidak.
176
Rumah: – بيتbaitun = a house
Lihat dalam bahasa Arab, kata asli baitun, begitu mendapat kata depan
(didalam, fii) berubah jadi baitin. Dalam bahasa Inggris, tidak demikian,
house tetap saja house (bukan menjadi housi atau housen), sehingga
dibaca “in a house”, bukan “in a housen” layaknya bahasa Arab.
Apa manfaatnya ini? Kalau kita bayangkan, kata في- fi cetakannya agak
buram, yang jelas hanya – بيتbaitin, maka kita tahu, pastilah kata yang
hilang, atau cetakannya kurang jelas itu jenisnya kata depan, karena
rumah disitu tertulis baitin (bukan baitun). Artinya korelasi dan sifat
saling terkait antara satu kata dengan kata lainnya dalam bahasa Arab
sangatlah massif (kokoh). Ini yang menyebabkan, tidak sembarangan
bisa mengubah-ubah kalimat-kalimat dalam Al-Quran. Diganti satu kata
(misalkan niatnya memalsukan), maka bagi yang mengerti kaidah tata
bahasa Arab akan segera tahu, bahwa ada keanehan. Dibuang satu kata
saja, akan terlihat jelas, sangking kokohnya keterkaitan antara satu kata
dengan kata lainnya dalam bahasa Arab.
Masih banyak lagi contoh-contoh tentang ini. Seperti huruf LAM nahi-
jenis ال, yaitu LAM yang diikuti kata benda (isim) yang bersifat umum
dengan harokat akhir fathah (bukan fathatain), maka pasti ada prediket
(khobar) yang kadang dibuang. Contohnya:
177
Kata Laa dan Raiba saling massif (kokoh) keterkaitannya, dimana dalam
hukum LAM Nahi Jenis ini mengatakan bahwa ada prediket yang
dibuang, yaitu maujuudun, sehingga makna dari Laa Raiba itu adalah
Atau
Kata-kata “that exist” itu sudah otomatis saja ada dalam pengertian
bahasa Arab. Sehingga kata yang singkat Laa Raiba, tapi pengertiannya
utuh. Beda dengan bahasa Inggris atau bahasa Indonesia, kata “tidak
ada keraguan”, keraguan apa? Atau, keraguan seperti apa? Ini belumlah
jelas.
Kehebatan ke tiga.
178
Apa hebatnya? Lihat contoh-contoh diatas. Dalam bahasa Arab, satu
kata kerja sudah melekat dua keterangan tambahan langsung:
- kapan dilakukan
Seperti telah disebutkan juga di topik lalu, contoh kata ra'a : melihat,
maka mar'ah = wanita (tempat jatuhnya (tertujunya) penglihatan), dsb.
Juga bahasa Arab ada wazan-wazan (timbangan, pola, atau pattern)
yang jika hafal akan lebih lebih memudahkan lagi untuk menghafalnya.
Seperti, kataba = menulis, maktab = meja (tempat menulis), kaatib =
penulis/pengarang (orang yang menulis), dll.
179
Allah SWT, berfirman:
Allah SWT akan menjaga keaslian Al-Quran itu, dengan cara dia mudah
untuk dihafal. Tidak ada satupun buku didunia ini yang mampu dihafal
oleh orang ribuan, bahkan jutaan orang, yang panjang pendeknya, titik
komanya, bisa dihafal, tanpa salah sedikitpun. Subhanallah, wal-
hamdulillah, waLLAHu Akbar.
http://arabquran.blogspot.com/2007/10/topik-53-efek-waktu-
kehebatan-bahasa.html
180
Topik 54: Latihan Surat Al-'Ashr (Pendahuluan)
Bimillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan mulai masuk ke surat
pendek lainnya. Oh ya, saya janji untuk mengulas bacaan-bacaan sholat
ya? Kalau boleh nawar, habis seluruh surat-surat pendek saja
bagaimana? Atau bagi yang sudah gak sabar, sekarang kan banyak
buku-buku mengenai sholat, disitu ada terjemahannya juga kan…
Masalah lain adalah sampai saat ini belum semua materi tatabahasa
Arab kita sudah selesaikan. Masih banyak lho, materi yang belum.
Contoh, masalah inna atau anna. Kemudian KKT 3 s/d 7, juga belum kita
bahas. Berikut hal-hal yang kecil-kecil, seperti Jamak Taksir, belum kita
perdalam. Sebagai perbandingan, dalam buku-buku standar pelajaran
babasa Arab, Jamak Taksir (kata benda jamak tidak beraturan) saja
dibahas dalam satu sampai dua bab sendiri. Dari seluruh peta
perjalanan, kita sudah sampai mana? Saya katakan sampai topik 53 ini
kita baru menyentuh 10 – 15% materi… wuihhh…. Still long way to go
man!!! Gpp… tetap semangaaattt!!!
181
Di topik 54 ini kita akan bahas point no. 3 yaitu ahamiyyah - nilai
pentingnya ( )أهميةsurat Al-‘Ashr ini. Seperti biasa kita pakai beberapa
kitab tafsir seperti Ibnu Katsir atau Tafsir Al-Azhar. Oke... sebelum
menyinggung ahamiyyah surat ini, maka saya akan “janjikan” dulu dari
aspek tatabahasa (point 2) kira-kira kita akan belajar apa?
Oke... Dalam surat ini, banyak pelajaran tatabahasa yang kita bisa
pelajari. Inilah peta perjalanannya:
Wuih... banyak juga ya... Hehe... no worries, laa tahzan... sabar ya...
Insya Allah kita akan pelajari satu-satu... Kalau bisa sih dalam topik yang
terpisah biar lebih fokus ya... Insya Allah...
182
melintas mendengar, akan tersentak, dan terdiam untuk
mendengarkan.
“DEMI MASA”
183
Tentulah akan menarik perhatian orang disekitarnya. Apa maksudnya
nih... “Demi Masa”? Kenapa? Ada apa dengan waktu?
184
Ayat-ayat dalam surat Al-‘Ashr ini secara umum mengatakan, bahwa
sebenarnya kita-kita ini selalu dalam keadaan rugi. Lawan rugi tentu
untung. Siapa yang tidak rugi, atau dalam bahasa lain, siapa manusia
yang beruntung? Dalam ayat ini dikatakan yang tidak rugi itu adalah
orang-orang yang: (1) Aamanuu: beriman, (2) Aamilush-sholihat:
mengerjakan amal sholeh, (3) tawaa shaubil-haq: saling bernasehat
kepada kebenaran, (4) tawaa shaubish-shob : saling bernasehat kepada
kesabaran.
Jelaslah susunan yang empat itu di dalam Surat ini. Demikian, Hamka
mengutip. Insya Allah kita akan lanjutkan ke Latihan.
http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-54-latihan-surat-al-
ashr.html
186
Topik 55: Fungsi dan Kedudukan WAW
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan masuk ke ayat pertama
surat Al-‘Ashr. Kita akan pelajari peranan dan fungsi huruf waw.
Oke sebelum kita masuk ke ayat 1, saya tanya dulu nih, rasanya semua
tahu arti wa = dan, bukan? Feeling saya mungkin semua yang bisa baca
al-Quran ya katakanlah 80% pasti tahu kan bahwa kata َوwa itu artinya
“dan”
Misal:
ذهب إلى المسجد عمر و علي- dzahaba ila al-masjidi Umar wa ‘Ali
Nah semua pasti tahu kan kata – عمر و عليUmar wa ‘Ali, bahwa kata wa
disitu artinya dan? Ya saya rasa semua sudah pada tahu ya.
Oke apa lagi makna wa itu? Nah ini saya kasih daftarnya. Wa itu
maknanya ada 3 kemungkinan:
3. Artinya: padahal
187
Oooo… gitu… Yang saya tahu selama ini, wa itu artinya hanya dan,
ternyata ada arti lain ya… Oke kapan masing-masing itu kita gunakan?
Insya Allah saya akan jelaskan.
و العصر- wa al-‘ashri
Oke kata al-‘ashr bisa artinya masa (waktu), bisa artinya senja. Kalau
begitu wal-ashr itu artinya: Dan masa dong mas… Kok malah
diterjemahin Demi Masa?
Nah ini lah fungsi pertama waw. “WA” jika diikuti isim yang harokatnya
kashroh, maka kata “WA” disitu artinya “DEMI” yang diucapkan dalam
rangka sumpah.
Misalkan begini. Pernah lihat kan kalau pejabat disumpah dibawah Al-
Qu’ran. “Demi Allah. Saya bersumpah. Bahwa saya … bla bla bla”. Nah
kata-kata : Demi Allah disitu dalam bahasa Arabnya:
Lihat harokat kata Allah adalah kasroh, sehingga dibaca wallahi. Nah
kalau waw bertemu isim (kata benda) dengan harokat kasroh, maka ini
adalah kalimat sumpah, dimana wa diterjemahkan DEMI.
188
Jadi singkat cerita, untuk mengartikan WA tinggal dilihat harokat
isimnya, apakah kasroh atau tidak. Jika kasroh, maka diterjemahkan
“DEMI”, jika tidak (dhommah, atau fathah) maka diterjemahkan DAN.
Sampai disini kita sudah mempelajari 2 fungsi dan macam waw yaitu:
Ada jenis WAW yang ke tiga yaitu WAW HAL, yaitu waw yang
menjelaskan suatu keadaan (yang biasanya bertentangan dengan
asumsi). Misalkan dalam surat Al-Maarij ayat 7.
wa = padahal
hu = nya
qoriiban = dekat
189
Demikianlah telah kita bahas 3 macam jenis WAW. Insya Allah jelas ya.
Alhamdulillah.
http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-55-fungsi-dan-
kedudukan-waw.html
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan segera masuk ke ayat 2
surat Al-‘Ashr. Dalam topik ini kita akan pelajari fungsi dari inna ( ) إن
dan anna ( أنَّ ), dan apa bedanya dengan kaana ( ) كان. Dan jika ada
waktu kita bahas juga bedanya dengan an ( أنْ ).
Empat hal itu sangat sering ketukar-tukar (at least bagi saya sendiri).
Oke sebelum masuk ke ayat 2 nya, saya sampaikan summary dari 4 hal
tsb.
َّ ) artinya :
Kata inna ( ) إنartinya: sesungguhnya (indeed) dan anna ( أن
bahwasannya. Terlihat berbeda antara inna dan anna, secara bahasa
Indonesia. Tetapi secara bahasa Arab fungsi dan kedudukannya sama.
Anna adalah inna yang terdapat ditengah kalimat.
Kaana fungsinya kebalikan dari Inna. Kaana secara arti sudah dibahas
panjang lebar di topik sebelum ini (lihat dan baca lagi jika belum
paham).
190
ْ – an (tidak ada padanan
َّ – anna (bahwasannya) atau أن
أنapakah أن
bahasa Indonesianya).
Inna = sesungguhnya
La = sungguh
Fii = dalam
Khusrin = kerugian
Baiklah... Kita lihat Inna dalam kalimat diatas, artinya sesungguhnya. Ya,
kata inna ini fungsinya penekanan. Sering dalam bahasa Inggris
diterjemahkan Indeed. Oke, kalau begitu apa kedudukan dan fungsi
inna dalam kalimat?
- me-nashob-kan mubtada'
- me-rafa'-kan khobar.
Oh, kalau begitu fungsinya kebalikan dari kaana كانya Mas? Ya, Anda
betul. Kalau Kaana fungsinya:
- me-rafa'kan mubtada'
- me-nashobkan khobar.
191
Oke pada saat membahas kaana kita kasih contoh sbb:
كان البيتُ جميال- kaana al-baitu jamiilan : (dulu) rumah itu bagus
البيت جميل
َ إن- inna al-baita jamiilun : sesungguhnya rumah itu bagus
Oke sekarang kita sudah tahu bedanya: kaana dan inna secara fungsi.
Kita kembali ke surat Al-'Ashr ayat 2 ini.
َّ - inna al-insaana la fii khusrin
إن اإلنسان لفي خسر
كان اإلنسان خسْر- kaana al-insana khusrun : (dulu) manusia itu rugi
Atau jika khasirun tidak ingin dalam bentuk mashdar, kita ubah ke isim
fail menjadi khaasirun
192
إن اإلنسان خا ِسر- inna al-insaana khaasirun : sesungguhnya manusia itu
(adalah) orang yang merugi
Jadi, kita ulangi, bahwa kanaa secara fungsi (tugas) dalam kalimat,
berkebalikan dengan inna.
Insya Allah di topik selanjutnya kita akan bahas mengenai lam taukid
(lam penguat). Lihat di ayat 2 ini ada kata-kata:
la fii khusrin
Nah pada kalimat diatas adalah lam taukid. Insya Allah kita akan bahas
juga pendalaman masalah khobar yang panjang (ditambahi dengan
shifat / maushuf).
http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-56-fungsi-inna.html
193
Topik 57: Pendalaman masalah Mubtada’ dan Khobar
Bismillahirrahmanirrahim.
Oke. Kalau dilihat bahwa peranan atau fungsi kaana dan inna ini, sangat
berkaitan dengan apa yang disebut mubtada’ dan khobar. Maka
pengetahuan mengenai mubtada’ dan khobar ini perlu lebih di
perdalam. Sebagai perbandingan kitab Al-Arabiyah Bin Namajiz (Bahasa
Arab dengan Pola-pola) membahas masalah mubtada dan khobar ini ke
dalam 4 bab terpisah. Dari sini tercermin betapa pentingnya
pengetahuan mengenai mubtada’ dan khobar ini.
Oke baiklah. Walau secara ringkas kita sudah bahas, bahwa mubtada’
itu subjek dan khobar itu prediket, sebenarnya pembagian ini kurang
begitu operasional. Saya akan jelaskan mengapa.
Nah dalam bahasa Arab diatas terlihat bahwa mubtada’ adalah ُ– البيت
al-baytu, dan yang menjadi khobar adalah – كبيرkabiirun.
الكبير
ُ ُ البيت- al-baytu al-kabiiru --> Kalimat B
Lihat bedanya.
Sekarang saya sudah pilih new: baru ( جديد- jadiidun) sebagai khobar.
Maka kalimat B, dalam bahasa Arab jika ditambahkan jadiidun,
menjadi:
الكبير جديد
ُ ُ – البيتal-baytu al-kabiiru jadiidun
Nah, kita sudah lihat kan ciri-ciri mana yang khobar, mana yang
mubtada. Ciri-cirinya begini:
- Jika ada kata benda ma’rifat (spesifik: biasanya ditandai dengan alif
lam -al), maka dia mubtada. Dalam contoh diatas – بيتbaitun (sebuah
rumah), kemasukan alif lam menjadi ُ – البيتal-baytu (rumah itu), adalah
mubtada (karena ada al-nya)
- Jika setelah mubtada itu kata benda lagi yang juga spesifik (ada alif
lam), maka kata benda itu bukan khobar, tapi shifat dari mubtada’.
Dalam contoh diatas, kata كبير
ُ - kabiirun (besar) karena mendapat alif
lam menjadi al-kabiiru ( الكبير
ُ ) maka dia bukanlah khobar, tetapi sifat
dari mubtada. Sehingga kita tidak bisa terjemahkan: the house is big,
tapi the big house.
196
- Setelah shifat, jika masih ada kata benda yang ada alif-lam, maka dia
bukan lah khobar, tetapi shifat yang kedua. Saya bisa membuat begini:
ُُالكبير الواس ُع جديد
ُ ُ – البيتal-baytu al-kabiiru al-waasi’u jadiidun (The big
large house is new ), atau Rumah yang besar (lagi) luas itu baru. Terlihat
disini besar (big) dan luas (large) adalah sifat dari rumah itu, dan
keduanya adalah masih bagian dari mubtada’. Sedangkan khobarnya
adalah jadiidun (baru).
- Jika setelah mubtada (yang ada al-nya) ada kata benda yang tidak ada
al-nya, maka itulah khobarnya. Dalam contoh diatas, kata jadiidun
(baru) tidak ada al-nya, maka dapat diindikasikan kata jadiidun adalah
khobar.
Ingat, jika sebuah kalimat sudah ada mubtada’ dan khobarnya maka, itu
disebut kalimat sempurna.
197
Mubtada: Allahu
http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-57-pendalaman-
masalah-mubtada-dan.html
198
Topik 58: Inna dan saudara-saudaranya
Bismillahirrahmanirrahim.
كانdan saudara-saudaranya.
َّ dan saudara-saudaranya.
إن
Contohnya:
199
َّ – Inna Zaidan ‘aalimun : Sesungguhnya Zaid adalah orang yang
إن زي ًد عالم
berpengetahuan
Perhatikan fungsi la’alla dan layta, sama dengan fungsi inna, yaitu
menashobkan mubtada dan merafa’kan khobar. Lihat bahwa Zaidun
(rofa’) setelah kemasukan inna, atau saudara-saudara inna (spt. La’alla
dan layta), maka mubtada itu jadi nashob (dari Zaidun berubah menjadi
Zaidan).
200
– ليت زي ًد عالمlayta Zaidan ‘aalimun: Semoga Zaid (jadi) orang yang
berpengetahuan --> yang tidak mungkin terjadi, karena Zaid idiot,
misalkan.
النار باردة
َ – ليتlayta an-naara baaridatun : semoga api itu dingin
Mengharap sifat api jadi dingin tentu mustahil. Makanya kita pakai
layta.
Oke apa pelajaran yang kita dapatkan di topik ini? Ya, kita sudah lihat
bahwa teman-teman inna itu cukup banyak, ada 5 (saya baru sebut 2
kan, yaitu la’alla dan layta). Teman-teman kaana juga banyak. Nah akan
sangat untung kita, kalau kita tahu apa tugas kaana (dan saudara-
saudaranya) dan apa tugas inna (dan saudara-saudaranya).
Oke, satu lagi, saudara Inna adalah Anna (hehe berarti saya sudah kasih
tahu 3 ya).
Oke Anna sama dengan Inna, secara fungsi dan arti. Bedanya apa?
Bedanya, kalau Inna ada diawal kalimat, kalau Anna ada ditengah
kalimat.
Contohnya:
201
Oh ya terkadang dalam terjemahan ke dalam bahasa Indonesia, karena
anna terletak di tengah kalimat, maka dia sering diterjemahkan dengan
“bahwasannya”, sehingga contoh diatas menjadi:
َّ ُ – فهمتfahimtu anna Zaidun ‘aalimun : saya paham,
أن زي ًد عالم
bahwasannya Zaid itu orang berilmu.
Oke, topik mengenai mubtada dan khobar ini masih belum selesai.
Insya Allah kita akan lanjutkan dengan jenis-jenis khobar (prediket).
http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-58-inna-dan-saudara-
saudaranya.html
202
Topik 59: Jenis-Jenis Khobar
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kali ini kita akan menggali jenis-
jenis khobar. Apa saja itu? Oke, kita mulai dengan contoh.
الطالب مجتهد
ُ – at-thaalibu mujtahidun : Siswa itu rajin
Mubtada: الطالب
ُ - ath-thaalibu : siswa itu
Nah, topik kali ini kita akan singgung, apa saja jenis khobar, dan jenis
mubtada. Oke perhatikan kalimat diatas.
Apa saja jenis Mubtada lain? Jenis mubtada yang lain adalah kata-ganti
(isim dhomir).
203
Kalimat diatas, bisa saya ubah.
Itulah 2 bentuk / jenis mubtada’ yang umum dijumpai. Apa itu? Kita
ulangi. Mubtada bisa berupa isim alam (nama orang, nama benda,
profesi orang, dsb), atau kata ganti (saya, kamu, dia, mereka, dsb).
Ada lagi jenis yang umum juga untuk mubtada, yaitu kata benda
penunjuk (isim isyarah). Contohnya: ini, itu.
– هذا الول ُدhadza al-waladu : ini seorang anak laki-laki itu. This is the boy.
Nah mubtada dalam tiga kalimat diatas adalah: dzalika (itu) dan hadza
(ini). Sedangkan khobarnya adalah al-baytu (rumah [yang sudah
diketahui oleh lawan bicara]), waladun (anak laki-laki [siapapun dia]),
atau al-waladu (anak laki-laki [yang sudah diketahui oleh lawan bicara]).
Oke, kita tutup dengan kesimpulan. Mubtada, bisa terdiri dari (salah
satu)
204
1. Isim alam (nama orang, nama benda, profesi, dsb)
Apa bedanya:
الكبير جديد
ُ ُ – هذا البيتhadza al-baytu al-kabiiru jadiidun
– هذا البيتُ كبير جديدThis house is big (and) new : rumah ini besar (lagi)
baru
الكبير جديد
ُ ُ – هذا البيتThis big house is new : rumah besar ini baru
Pada kalimat pertama, mubtada: this house, khobarnya big (and) new
205
Oke apa lagi nih Mas? JER MAJRUR. Hehe… istilah ini sering dipakai
dalam pelajaran bahasa Arab. Apa itu? Gampangnya saya kasih contoh
begini.
Ingat-ingat lagi pelajaran kita dulu-dulu banget, tentang huruf jer (kata
depan). Contohnya – فيfii (didalam), ‘ – علىalaa (diatas), – منmin (dari),
– إلىilaa (ke), dst. Nah kata-kata ini disebut JER. Lalu MAJRUR apa?
Majrur adalah kata benda setelah JER. Dalam contoh diatas Majrur nya
adalah ت ِ – البيal-bayti. Lalu gabungan keduanya disebut kalimat JER
MAJRUR.
Nah bentuk ke 3 dari khobar ini, dapat berupa jer majrur ini. Contohnya
begini.
ِ – الول ُد في البيal-waladu fii al-bayti : The boy in the house – anak laki-laki
ت
itu dalam rumah.
Oke ya, semoga yang diatas itu bisa dimengerti. Sekarang ada masalah
nih.
206
Dalam kalimat kedua, anak laki-lakinya belum diketahui. Bisa anak siapa
saja. Sehingga dipakai A Boy (waladun, bukan al-waladu). Sedangkan
dalam kalimat pertama, anak laki-lakinya adalah sudah diketahui, misal
Anaknya Bang Faisal, misalkan. Dalam kalimat pertama, karena Boy nya
sudah diketahui maka dipakai The (atau al, sehingga menjadi al-waladu)
ِ الول ُد في البي
The boy is in the house : ت
Apa kira-kira yang akan Anda isi untuk ??? diatas. Jawabannya Insya
Allah di topik selanjutnya. Ini masuk dalam Bab Khobar Muqoddam
(khobar yang didahulukan). Baca topik selanjutnya.
http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-59-jenis-jenis-
khobar.html
207
Topik 60: Khobar Muqoddam
Bismillahirrahmanirrahim.
Mas… Kalau:
Nah kan Mas pernah bilang, kalau kata benda yang belum diketahui,
maka tinggal buang AL nya, sehingga al-waladu, buang al, menjadi
waladun.
ت
ِ – ولد في البيwaladun fii al-bayti
208
Secara umum sih iya. Anda betul sekali. Hanya saja, dalam bahasa Arab,
adalah janggal (jarang dipakai, atau agak aneh), jika mubtada itu bukan
kata benda yang tidak definitive (sudah diketahui).
– الول ُدal-waladu: The Boy (anak laki-laki itu), ini disebut ma’rifah (jelas
anak laki-laki mana yang dimaksud)
ت
ِ – ولد في البيwaladun fii al-bayti
Kalimat diatas jarang ditemukan, atau janggal. Lalu biar gak janggal
gimana dong Mas? Nah orang Arab ada solusinya. Gimana tuh?
Solusinya, Khobarnya dikedepankan (muqoddam). Sehingga kalimatnya
menjadi:
ت ولد
ِ – في البيfii al-bayti waladun : A boy is in the house, atau bisa juga In
the house, (there) is a boy.
209
mereka. Tapi masalahnya karena penyakit itu bersifat general (umum)
artinya bisa penyakit apa saja, maka tidak dipakai al-maradhu, tetapi
maradhun.
Kalau penyakitnya itu jelas apa jenisnya, maka dipakai al-maradhu. Jika
al-maradhu, maka kalimatnya (umumnya) mengikuti pola yang umum
yaitu:
المرض في قلوبهم
ُ – al-maradhu fii quluubihim.
http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-60-khobar-
muqoddam.html
210
Topik 61: Latihan Surat Al-‘Ashr ayat 2 dan 3
Bismillahirrahmanirrahim.
Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Setelah beberapa hari ini off,
maka Insya Allah kita lanjutkan lagi pelajaran kita, dengan melanjutkan
latihan surat Al-Ashr. Kita sudah pajang lebar membicarakan kaana,
inna, anna, dan terakhir masalah mubtada dan khobar. Apa lagi yang
kita akan pelajari? Sebenarnya masalah mubtada dan khobar masih ada
kelanjutannya, tetapi kita pending dulu ya… Bosen juga kan, mending
kita masuk ke latihan dulu…
Fii = dalam
Khusrin = kerugian
Kalimat diatas bisa kita ringkas kan, dengan membuang Inna, dan lam
taukid (lam penguat), menjadi:
ُ
اإلنسان في خسر - al-insaanu fii khusrin : manusia itu dalam kerugian
Oke, itu tadi mengenai ayat 2. Sekarang kita masuk ke ayat 3 penggalan
pertama.
Illa = kecuali
Wa = dan
Disini banyak sekali pelajaran yang akan kita petik. Insya Allah. Apa
saja?
212
Yang bisa kita pelajari adalah secara ringkas sbb:
1. Bila ada kata Inna .... Illa ..., maka pemberian Inna itu mendukung
adanya pengecualian (dengan Illa).
3. Kita akan sebutkan lagi ciri-ciri fiil madhy (KKL) untuk pelaku orang
ketiga jamak, yaitu adanya waw alif
Wuih banyak juga ya. Padahal ini hanya penggalan pertama ayat 3 lho...
Insya Allah kita akan tuntaskan pembahasannya dalam topik ini.
Oke, kita lihat yang pertama. Jika kita membaca ayat Al-Quran ada kata
Inna .... Illa ... maka ayat tersebut menekankan bahwa sesuatu itu
sungguh (inna) akan terjadi demikian, kecuali (illa) suatu kondisi.
”Sesungguhnya manusia itu sungguh dalam kerugian”, kecuali (kondisi).
Biasanya ayat ayat Al-Quran menggunakan illa dalam kondisi seperti ini:
Contoh:
Inna Illa
213
َعدُو ِلي ِإ َّال َربَّ ْال َعالَ ِمين
َ فَإِنَّ ُه ْم
karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku,
kecuali Tuhan Semesta Alam (Asy-syuara : 77)
Laa Illa
– ال أستاذ إال عمرlaa ustaadza illa Umaar (tidak ada Ustadz (yang hadir)
kecuali Umar)
Laa Illa
َ سهُ إِ َّال ْال ُم
َط َّه ُرون ُّ َّال َي َم
Tidak ada yang menyentuhnya, kecuali orang yang disucikan (Al-
Waqiah:79)
Maa Illa
Oke saya rasa kita sudah cukup melihat contoh-contoh pemakaian Illa.
Sekarang kita masuk ke topik berikutnya yaitu tentang isim maushul
(kata penghubung).
ISIM MAUSHUL
214
alladzaani (untuk 2 orang, atau 2 hal), allati (untuk yang – perempuan)
dst.
Contohnya:
تدرس دائما
ُ – أنتanta tadrusu daaiman: Anda senantiasa belajar
Jika digabung:
Digabung:
Shilah
Apa itu shilah? Shilah yaitu kata atau kalimat setelah isim maushul,
yang jenisnya harus sama dengan jenis isim maushulnya. Contohnya:
Jika kita pakai alladzii, maka ini merujuk kepada orang ke-3 tunggal,
maka shilahnya juga orang ke-3 tunggal. Lihat bedanya:
215
تدرس
ُ – tadrusu: belajar (orang kedua tunggal)
يدرس
ُ – yadrusu: belajar (orang ketiga tunggal)
Pada kalimat awal: kita pakai tadrusu. Tetapi tadrusu berubah menjadi
yadrusu, karena dia terletak setelah alladzii. Yadrusu adalah shilah bagi
alladzi.
Perhatikan dalam kalimat (yang panjang) diatas, mubtada nya anta, dan
khobarnya adalah mujtahidun. Sedangkan alladzii yadrusu daaiman
adalah pelengkap. Jadi terkadang kalimat yang panjang dalam bahasa
Arab itu bisa kita "peras" menjadi hanya mubtada + khobar, sisanya
adalah pelengkap kalimat saja. Mengetahui mubtada dan khobar ini
akan membantu kita dalam menerjemahkan bahasa Arab al-Quran.
http://arabquran.blogspot.com/2007/11/topik-latihan-surat-al-ashr-
ayat-2-dan.html
216
Topik 62: Lanjutan Latihan Surat Al-‘Ashr ayat 3
Bismillahirrahmanirrahim
Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita telah membahas separoh
dari ayat 3 surat Al-Ashr. Kita ulangi lagi ya.
Illa = kecuali
Wa = dan
217
Ash-shoolihaat = yang sholeh
1. Bila ada kata Inna .... Illa ..., maka pemberian Inna itu mendukung
adanya pengecualian (dengan Illa).
3. Kita akan sebutkan lagi ciri-ciri fiil madhy (KKL) untuk pelaku orang
ketiga jamak, yaitu adanya waw alif
Pembahasan 1 dan 2 sudah kita selesaikan pada topik 61. Pada topik ini
kita akan bahas mengenai pembahasan 3 dan 4. Insya Allah.
Kita ulang-ulang lagi mengenai jenis-jenis fi’il (verb) atau kata kerja.
Dalam bahasa Arab fi’il hanya dibagi dua:
218
Kita ambil contoh yang sering kita pakai: to write (menulis) : كتب – يكتب:
kataba – yaktubu
Oh iya ingat-ingat kembali bahwa kata kerja itu dalam bahasa Arab,
aslinya kebanyakan berbentuk 3 huruf. Sedangkan dari kata kerja asli
itu bisa kita bentuk KKT – Kata Kerja Turunan. Ada 8 jenis bentuk kata
kerja turunan. Sehingga secara pola kata كتب- kataba itu bisa kita
bentuk menjadi 8 bentuk kata kerja baru, yang kita sebut KKT-1, KKT-2,
dst, sampai KKT-8.
Balik lagi ke fungsi kamus, dan cara membaca kamus bahasa Arab. Di
kamus bahasa Arab, kata-kata disusun berdasarkan entri KKL dari Kata
Kerja Asli. Contoh: kalau kita menemukan kata – قاتلqoo ta la, maka
bagaimana cara mencari di Kamus?
Ini perlu latihan. Sekali lagi latihan. Apa? Latihan. Hehe... Ya, practice
makes perfect, kan. Oke kalau kita lihat lagi contoh soal:
219
Kata – قاتلqootala, maka kita tahu bahwa ini adalah bentuk dari KKT-2
(artinya bukan Kata Kerja Asli, tapi KK Turunan). Lho-lho ntar dulu, kok
Mas tahu ini KKT-2. Hmm ini sudah dijelaskan dulu rasanya. Tapi
baiklah, mengulang-ulang pelajaran itu membuat lebih ingat. KKT-2 itu
ada tambahan alif setelah huruf pertama dari KKL nya.
Kalau – قاتلqootala, adalah KKT-2, dan katanya KKT-2 itu ada tambahan
alif, berarti alif dalam qootala itu adalah tambahan. Kalau saya buang
maka dia berubah jadi KK Asli. Benar gak? Benar! Anda tepat sekali.
– قتلqotala : membunuh
– قاتلqootala: berperang
Oke untuk anzala, lihat lagi topik2x yang lalu, sudah panjang lebar
dibahas.Tapi saya ringkas saja, kalau mencari anzala أنزلjangan cari di
ALIF أ, tapi carilah di huruf ن. Kenapa, karena alif itu huruf tambahan
bagi KKT-1. Sama juga dengan mencari yunzilu ينزل- jangan cari di ي,
karena ya itu tambahan bagi fi'il mudhori' (ingat tambahan YA ANITA di
fi'il mudhori'). Ah... belum ngerti... oke... baca lagi dari topik 1 ya...
pelan-pelan...
220
Ini adalah ciri-ciri KKL yang akan sering kita temukan di dalam Al-Quran.
Apa itu yaitu adanya waw alif. وا.
Eit bentar dulu. Huruf Waw Alif itu, tidak hanya mengindikasikan KKL
lho... Setidaknya jika ketemu Waw Alif, maka itu hampir pasti Kata
Kerja, dan bisa menjadi salah satu dari hal-hal berikut ini, yaitu dia:
2. KKS untuk orang ke 3 atau 2 jamak yang kena huruf amil jazm
يعبدوا+ ل
221
atau menjadi ليعبدوا- liya'buduu = hendaklah mereka menyembah. Oh
ya huruf LI (=hendaklah) ini dalam bahasa Arab disebut Harf LI AMR
(huruf Li perintah, untuk orang 3 tunggal atau jamak).
So,lihat lagi contoh 1, 2 diatas, perhatikan lagi kata yang ada waw alif
( ) واdi-akhir kata, maka dapat dipastikan itu adalah kata kerja kata kerja
yang jika diterjemahkan mereka .... Tinggal dilihat jika depannya ada YA
ANITA maka dia KKS. Tapi jika tidak ada YA ANITA seperti آمنوا وعملوا
(aamanuu atau 'amiluu), maka kata itu adalah KKL (Kata Kerja Lampau),
sehingga kalau mau nerjemahin letterlej: mereka (telah) beriman,
mereka (telah) beramal.
Perhatikan pada kata i'diluu, ada waw alif disitu, menandakan dia kata
kerja untuk orang ke 2 / ke 3 jamak. Dan lihat ada tambahan Alif Amr
sebelum ain, menandakan ini Kata Kerja Perintah, untuk orang ke 2
(Ingat Alif Amr itu merujuk kepada perintah bagi orang ke 2, sedangkan
LI AMR merujuk kepada orang ke 3 - lihat kasus no. 2).
فأينما تولوا فثم وجه هللا- fa ainamaa tuwalluu fa tsamma wajhu allahi (QS
1:115)
222
Perhatikan disini, ada kalimat syarat: kemanapun kamu memalingkan
mukamu, dan ada kalimat jawab: maka disana (ada) wajah Allah.
أجلس
ْ إن يجلسوا- in yajlisuu ajlis : jika mereka duduk, (maka) aku(pun)
duduk.
أجلس
ُ يجلسون- yajlisuuna ajlisuu : mereka duduk, saya duduk.
223
kasus waw alif sebagai ciri dari Kata Kerja Lampau (KKL) / fi'il madhy,
untuk orang ke 3 jamak (mereka).
Perubahan dari waw nun ونke waw alif واpada KKS, secara ringkas
disebabkan 2 hal:
Selain dari hal itu, maka واitu ada karena memang bagian dari KKL
(bukan karena KKS yang kemasukan amil nashob atau amil jazm.
Bingung gak ya? Semoga gak ya... Next time saya akan usahakan deh
mbahas yang mudah-mudah dulu...
Insya Allah topik selanjutnya kita akan bahas Jamak Muannats Salim
(Jamak Perempuan Beraturan).
http://arabquran.blogspot.com/2007/12/topik-61-lanjutan-latihan-
surat-al-ashr.html
224
Topik 63: Jamak Muannats Salim
Bismillahirrahmanirrahim
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Pada topik ini kita akan bahas
mengenai Jamak Muannats Salim. Apa itu?
1. Mudzakkar (pria)
2. Muannats (wanita)
– البيتal-baytu : rumah
225
– الولدal-waladu : anak laki-laki
– البابal-baabu : pintu
– الكتابal-kitaabu : buku
– القلمal-qolamu : pena
– الفتىal-fataa : pemuda
Semua kata benda diatas adalah kata benda berjenis mudzakkar. Dan
semuanya adalah kata benda tunggal.
Bagaimana bentuk dual (dua buah/dua orang)? Oh ya, bentuk dual ini,
saya baru tahu loh, ada. Karena selama ini hanya kenal bahasa Inggris
dan Indonesia saja, saya kaget juga begitu tahu, ooo... ternyata di
bahasa Arab ada bentuk dual. Dan bentuk dual ini, alhamdulillah, bukan
sima’i (alias ada rumusnya). Rumusnya sederhana, tambahkan alif dan
nun ( ) ان. Sehingga kalau diterapkan di contoh-contoh diatas:
Nah yang beraturan itu disebut: Jamak Salim. Sedangkan yang tidak
beraturan disebut Jamak Taksir.
Gimana aturannya dari baytu menjadi buyuut? Gak ada. Alias harus
dihafal. Jadi singkat cerita, kalau bicara Jamak Mudzakkar, itu lebih
kompleks fren... Kudu musti minum gingobiloba (obat vitamin otak -
red)... hehehe... Sangking rada kompleks biasanya buku bahasa Arab,
misahin dalam satu atau dua bab sendiri, untuk mbahas jamak
mudzakkar ini.
Leh leh leh... BTW, kita kan harusnya ngomogin Jamak Muannats Salim
(Jamak Perempuan Beraturan) ya...? Eh iya...ya... Kan kita lagi bahas
surat Al-Ashr ayat 3...Oke oke... Kembali ke jalan yang benar...
Nah kita sudah bahas kan, masalah waw alif pada kata ‘aamiluu.
Sekarang kita bahas kata – الصالحاتash-shoolihaat: yang sholeh-sholeh.
Ini adalah kata jadian dari kata kerja – صلحsholiha : sholeh (kata kerja).
Lalu isim fai’il (kata kerja pelaku) dari kata sholih tersebut adalah: صالح-
shoolihun: yang artinya yang sholih. Kata ini sebenarnya adalah kata
shifat, yang setara dengan isim fa’il.
227
Oke, kita kembali:
228
– شياراتsayyaraat : banyak mobil
Dan banyak lagi kata-kata jamak muannats salim yang bisa dibuat.
Intinya kalau bertemu dengan satu kata yang diakhiri dengan ta-
marbuthah ةatau ـةmaka dapat diduga itu adalah kata benda untuk
muannats (wanita) tunggal. Jika ingin membentuk kata jamaknya maka
tinggal diubah menjadi ات.
These are two cars: – هاتان شيارتانhaataani syayyaarataan : ini dua buah
mobil
Lihat bahwa kata benda penunjuk (isim isyaroh) mengikuti bentuk kata
bendanya.
Jika kalimatnya kita buat panjang, artinya kata benda tersebut kita
tambahkan lagi shifat, maka contohnya sebagai berikut.
This is the new ball: – هذه الكرة الجديدةhadzihi al-kuratu al-jadiidatu : ini
sebuah bola baru.
Lihat juga bahwa shifat ( – الجديدal-jadiid) juga mengikuti kata yang dia
shifati. Karena kata al-kuratu (bisa dibaca al-kurah) adalah muannats,
maka kata shifat nya juga harus muannats. Muannatst nya – الجديدal-
jadiid, adalah – الجديدةal-jadiidah (atau al-jadiidatu). Lebih lanjut untuk
dual dan jamaknya, sbb:
These are the two new balls: – هاتان اكرتان الجديدتانhaataani al-kurataan
al-jadiidataan: ini dua buah bola baru.
229
These are the new balls: – هآأْلء الكرات الجديداتhaaulaa-i al-kuraat al-
jadiidaat : ini bola-bola baru.
Kita sebutkan ciri-ciri jamak muannats salim yaitu adanya huruf اتpada
akhir kata benda tersebut.
Demikianlah telah kita bahas ayat 3 ini, dan kita segera masuk ke
penggalan ke dua ayat ini yaitu – وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبرwa
tawaashaw bil-haqqi wa tawaashaw bish-shobri. Insya Allah.
http://arabquran.blogspot.com/2007/12/topik-63-jamak-muannats-
salim.html
230
Topik 64: KKT-4
Bismillahirrahmanirrahim
Oke, kita sudah bahas, ciri-ciri waw dalam kedudukan sumpah (waw
qosam). Wal ‘ashri. Demi masa. Demi disitu adalah waw dalam
kedudukan sumpah.
Apa yang kita akan pelajari? Disini kita akan membahas mengenai KKT-
4. Hmmm... sound interesting... Ya, kita akan bahas KKT-4. Ingat kita
sudah bahas KKT-1 dan KKT-2, serta KKT-8 (lihat lagi topik-topik
terdahulu). Oke... kita singgung sedikiiiiit saja mengenai KKT-1 dan 2.
KKT-1 contohnya – أنزلanzala : menurunkan, atau – أكتبaktaba:
menuliskan, dll. Ciri KKT-1 yaitu ada tambahan alif dari KK Asli (3 huruf).
Bagaimana dengan KKT-4? Eh, ntar dulu, kok KKT-3 nya gak kita
pelajari? Hmm... Pada saatnya nanti kita akan singgung ya (revisi: KKT-3
232
sudah kita singgung pada contoh qotala: membunuh, dan qootala (ada
tambahan alif): berperang). Sekarang kita bahas saja KKT-4... Oke?
Nah, kalau mereka itu saling bertanya kepada satu sama lain, maka kita
mengatakan:
Kita kasih contoh lain ya, KKT-4 itu dalam surat An-Naba’ ayat 1.
233
= عنtentang
= ماapa
Jika digabung, alif pada maa hilang sehingga menjadi ‘ – عمamma. Nah
– يتسائلونyatasaa-a-luun :mereka saling bertanya, adalah KKT-4 dari سئل
sa-a-la.
Contoh lain dari KKT-4 ini ada di surat Al-Muthaffifin (83) ayat 30
234
Demikianlah telah kita tuntaskan pembahasan surat Al-‘Ashr ini. Insya
Allah kita akan lanjutkan dengan topik-topik lainnya.
http://arabquran.blogspot.com/2007/12/topik-64-kkt-4.html
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Karena ada sedikit waktu luang,
ْ - an. Saya kasih judul An si
saya coba sisipkan satu materi mengenai أن
Jembatan. Hehe...
Nah gini... Itu istilah saya saja ya... gak akan ditemukan di buku-buku
bahasa Arab lho...
Fungsi AN.
235
Misalkan:
Saya suka kamu pakai baju ini - I love (that) you wear this dress
Ada 2 kata kerja. Padahal setelah kata Uhibbu (I Love), maka kata ini
mengharapkan Isim (Kata Benda). Jadi mestinya begini:
Perhatikan bahwa, dua kata kerja yang berdekatan, ini janggal (bisa
dikatakan menyalahi aturan). Ada 2 kata kerja yaitu uhibbu (I love), dan
talbasu (You wear), yang berdekatan. Ini gak boleh fren... So, solusinya
gimana?
ْ diantara ke dua kata kerja tersebut.
Ini dia solusinya: Kasih saja AN أن
Sehingga kalimatnya menjadi:
236
Gitu mak cik...
Hukumnya gimana?
237
Perhatikan setelah uriidu (saya ingin), ada kata JER+MAJRUR. JER=ilaa
(ke) MAJRUR=Mahaththah (terminal). Ingat lagi hukum JER+MAJRUR =
Isim. Sehingga kalimat diatas gak masalah.
Perhatikan ada 2 kata kerja yang berdekatan (uriidu = saya ingin) dan
(adzhabu = saya pergi). Ini masalah. Maka perlu disisipkan AN, sehingga
menjadi:
Nah kalimat ini sudah ok, karena sudah di jembatani oleh An.
Allahu A'lam.
http://arabquran.blogspot.com/2007/12/topik-65-si-jembatan.html
238
Topik 66: KKS Nashob
Bismillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita dalam topik ini akan masuk
membahas bentuk KKS Nashob. Loh apa lagi nih?
أحب أن تلبس هذا اللباس- uhibbu an talbasa hadza al-libaas : saya senang
Anda memakai baju ini.
239
Jadi ceritanya begini. Asal dari KKS itu adalah KKS Rofa'. Nah bentuk
dari KKS Rofa' diatas dapat berubah menjadi 2 bentuk:
- KKS Nashob
- KKS Jazm
Hmm... agak membingungkan... It's ok. Intinya ingat saja bahwa, satu
KKS itu, dia berubah bentuk menjadi KKS Nashob atau KKS Jazm, jika
ada kata pengubahnya (yang disebut Amil, yaitu Amil Nashob dan Amil
Jazm).
Dalam kalimat diatas, kata talbasu, berubah menjadi talbasa karena ada
Amil Nashob, yaitu AN أن.
Nah Amil Nasho lain, yaitu لن- lan : tidak akan (never)
أحب لن تلبس هذا اللباس- uhibbu lan talbasa hadza al-libaas : saya senang
Anda tidak pernah memakai baju ini (I love that you never wear this
dress).
Perhatikan bahwa LAN juga membuat KKS yang awalnya Rofa' (talbasu),
menjadi Nashob (talbasa).
وإذ قلتم يا موسى لن نؤمن لك حتى نرى هللا جهرة- wa idz qultum yaa Musa lan
nu'mina laka hattaa nara Allaha jahrah : dan ingatlah (ketika) kalian
berkata "yaa Musa, kami tidak akan beriman kepada mu, sampai kami
melihat Allah".
240
ُ
نؤمن لك - nu'minu laka : kami beriman kepada mu
لن نؤمنَ لك- lan nu'mina laka: kami tidak akan pernah (never) beriman
kepada mu.
حتى تتب َع ملتهم- hatta tattabi'a millatahum : sampai kamu mengikuti millah
mereka
Perhatikan bahwa karena ada hatta, kata tatabi'u (KKS Rofa') berubah
menjadi tattabi'a. Asalnya sbb:
Kesimpulannya: sebuah kata KKS dapat berubah dari Rofa' (kondisi asal)
ْ
menjadi KKS Nashob, karena adanya huruf 'amil antara lain : AN ()أن,
ْ atau HATTA ()حتى.
LAN ()لن,
Insya Allah, kita akan kembali latihan surat-surat pendek, pada topik-
topik berikut ini.
http://arabquran.blogspot.com/2007/12/topik-66-kks-nashob.html
241
Topik 67: Latihan Surat An Nashr
Bismillahirrahmanirrahim.
Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan memasuki latihan
surat Pendek yang baru yaitu surat An-Nashr (pertolongan). Surat ini
sengaja saya pilih, karena ada beberapa kaidah bahasa Arab yang
menarik untuk dipelajari atau diulang-ulang. Diantaranya topik
mengenai mudhof ilaih (kata majemuk), mashdar, isim haal (adverb),
dan lain-lain.
Suatu hari Umar mengundang mereka, dan saya, untuk duduk bersama-
sama dalam satu majelis. Dan saya tidak mengira, dia tidak
mengundang saya, kecuali hanya bermaksud untuk memperlihatkan
saya kepada mereka. Lalu Dia berkata: "Apa pendapatmu mengenai
firman Allah berikut:
Lalu beberapa orang dari mereka berkata: "(Ayat itu maksudnya) Kita
diperintahkan untuk memuji Allah dan mencari pengampunannya, pada
saat kita diberikan pertolongan dan kemenangan". Beberapa orang
yang lain diam saja, tidak berkata apa-apa. Lalu Umar berkata ke saya:
"Betul begitu yang engkau katakan, ya Ibnu Abbas?". Lalu aku jawab:
243
"Tidak". Dia kemudian bertanya: "(kalau begitu) Apa yang kamu
katakan?". Lalu saya jawab: "Itu adalah masa akhir kehidupan
Rasulullah SAW yang Allah SWT menginformasikan ke Beliau SAW. Allah
berfirman: Jika datang pertolongan Allah dan kemenganan, itu berarti
tanda-tanda dari akhir hayatmu (akhir hayat Rasulullah SAW-pen).
Kemudian Umar bin Khattab berkata: "Aku tidak tahu (penafsiran lain-
pen) selain yang engkau sebutkan itu".
Maka jelas bagi kita bahwa Tafsir Al-Qur'an (maupun ta'wil) itu telah
ada sejak zaman permulaan Islam sejak diturunkannya Al-Quran itu
sendiri.
Adapun asbabun nuzul (sebab turun surat An-Nashr ini), dari riwayat
Abburrazaq diceritakan bahwa ketika Rasulullah saw. masuk kota
Makkah pada waktu Fathu Makkah, Khalid bin Walid diperintahkan
memasuki Makkah dari jurusan dataran rendah untuk meggempur
pasukan Quraisy (yang menyerangnya) serta merampas senjatanya.
Setelah memperoleh kemenangan maka berbondong-bondonglah
kaum Quraisy masuk Islam. Ayat ini (S.110:1-3) turun berkenaan
dengan peristiwa itu sebagai perintah untuk memuji syukur dengan me-
Maha Sucikan Allah atas kemenangannya dan meminta ampunan atas
segala kesalahan.
244
Demikianlah secara singkat penjelasan mengenai surat An-Nashr ini.
Kita insya Allah akan masuk dengan latihan.
http://arabquran.blogspot.com/2007/12/topik-67-latihan-surat-
nashr.html
Bismillahirrahmaanirrahiim.
إذا جاء نصر هللا والفتح- idza jaa-a nasru allahi wa al-fathu
idza: jika
wa: dan
245
Pembaca yang dirahmati Allah, ada yang perlu kita ulang-ulang disini
yaitu bentuk dari Mudhof Ilaih. Sudah kita singgung di beberapa topik
yang lalu, akan tetapi kita ulang lagi disini, biar lebih mantafff getoh...
Hmm anggaplah belum ya. Oke. Dalam bahasa Arab, kalimat dibagi 2,
yaitu:
Nah kalimat جاء نصر هللا والفتح- jaa-a nasrullahi wa al-fathu , ini adalah
kalimat fi'liyyah, karena dimulai dengan Kata Kerja, yaitu KKL jaa-a
(datang). Siapa yang datang? Ingat setiap fi'il (Kata Kerja)
membutuhkan fa'il (pelaku alias subjek). Subjeknya biasanya setelah
fi'ilnya.
Kalimat diatas subjeknya adalah نصر هللا والفتح- nasrullahi wal fathu.
Itulah subjeknya.
Secara umum banyak pola kalimat dalam bahasa Arab, dimana dia
dibentuk dari jumlah fi'liyyah. Contohnya:
246
ضرب زيد- dhoroba zaidun : Zaid telah memukul (jumlah fi'liyyah)
Contohnya:
Zaid menulis --> (betul secara bahasa Indonesia). Dalam bahasa Arab:
زيد كتب- Zaidun kataba.
Disitu letak bedanya. Di bahasa Arab, posisi subjek boleh sebelum kata
kerja, atau setelahnya.
Oke. Kembali ke topik utama... Kita mau bahas mengenai Mudhof Ilaih.
Paling gampang belajar mudhof ini kalau kita mengerti struktur bahasa
Inggris, tentang kepunyaan.
247
Misal kita katakan begini.
Umar's book (buku milik si Umar). Bisa kita jadikan dalam bentuk "OF",
yaitu:
Nah bentuk: book of Umar ini lah yang disebut Mudhof, dalam bahasa
Arab.
Contoh lain:
Allah's messenger (Rasul milik Allah / Rasul Allah). Bisa kita jadikan
dalam bentuk "OF", yaitu:
Messenger of Allah.
Oke.
Nah disini aturannya muncul (weleh aturan lagi... aturan lagi). Tenang,
banyak latihan saja. Aturan gak usah dihafalin.
248
kasroh. Sehingga Allahu menjadi Allahi. Udah deh, cuman 2 itu
aturannyanya... gampang kan.
Contoh lain:
Allahu : Allah
ِ ُبيت
house of Allah (rumah Allah)? --> baitu Allahi (baitullahi) هللا
Contoh lain:
Help of Allah.
http://arabquran.blogspot.com/2007/12/topik-68-mengulang-mudhof-
ilaih-adverb.html
249
Topik 69: Mudhof Ilaih (Lanjutan) - Pembesar Penjahat
Bismillahirrahmanirrahim.
250
الكبير جميل
ِ بيتُ الرج ِل- baytu ar-rajuli al-kabiiri jamiilun (dibaca sambung:
baytul rajulil kabiir jamiil)
Bahasa Indonesia-nya:
Nah, yang menarik bagi saya (atawa kita-kita yang masih pemula ini
adalah), bahwa bahasa Inggris maupun bahasa Arab, tidak mengalami
kesulitan dalam mengidentifikasi:
1. Objek
Apa yang besar dan apa yang bagus? Apakah yang besar laki-lakinya
atau rumahnya? Yang hampir pasti tidak menimbulkan keraguan bahwa
kata "bagus" dalam kalimat diatas, tentulah sifat untuk Rumah. Bener
kan? Tapi bagaimana dengan kata "besar". Mensifati siapakah/apakah
kata "besar" disini?
251
Terlihat yang "big" (besar) itu sifat dari "man" (laki-laki), sedangkan
"nice" (bagus) itu sifat dari "house" (rumah).
Jelas bahwa:
الكبير جميل
ِ بيتُ الرج ِل- baytu ar-rajuli al-kabiiri jamiilun (dibaca sambung:
baytul rajulil kabiir jamiil)
1. Objek: ُ بستbaytu
بيتُ الرج ِل- baytul rajuli -- house of the man -- rumah milik laki-laki itu
252
Adanya tambahan al-kabiiri الكبير- disini menjadi sifat dari the man Al-
Rajul. Tahunya dari mana? Entar dulu, kok bisa tahu sih? Jawabnya:
Karena sama-sama ada AL (lihat AL-Rajuli & AL-Kabiiri) alias sama-sama
definitif/ma'rifah, dan sama-sama ber-i'rob (harokat akhir) kasroh
[yaitu rajulI dan kabiirI). Sehingga menjadi:
الكبير
ِ الرج ِل- al-rajuli al-kabiiri (laki-laki yang besar itu)
Karena 2 faktor itu (sama i'rob, dan sama ma'rifah) --> dipastikan kabiir
itu sifat dari rajul.
الكبير
ُ الرج ِل- Al-Rajuli Al-Kabiiru --> karena i'rob kabiir adalah dhommah
(kabiiru), berbeda dengan rajul yang kasroh (rajuli) --> maka kabiir disini
bukan sifat dari rajul lagi. Jika ini kasusnya maka kabiir menjadi sifat
dari baitu (rumah).
الكبير
ُ بيتُ الرج ِل- baytu al-rajuli al-kabiiru
The house of the man is big. Rumah milik laki-laki itu besar.
Disini kabiir berfungsi sebagai sifat dari rumah, bukan laki-laki lagi.
253
Saya pernah dikasih kuiz oleh teman saya namanya Habib Fahmi. Coba
menurut antum kata-kata dalam surat 6 ayat 123, yaitu أكابر مجرميها-
akaabira mujrimiiha:
b. Pembesar-pembesar Penjahat
Saya jawab: b. Alasan saya, karena kata akaabira mujrimiiha itu adalah
kata majemuk, dimana:
Saya bilang ke teman saya, fokus nya adalah Objeknya dong: yaitu
pembesar-pembesar.
Lalu teman saya itu mengatakan: Antum kayaknya salah. Coba check
Quran terjemahan. Disitu diterjemahkan: Penjahat-penjahat terbesar.
Saya check di Al-Quran digital di komputer saya, eh bener begitu
diterjemahin, sbb:
254
Kalau dipakai kaidah "OF/milik dari", maka bisa jadi artinya,
pembesar2x milik penjahat, raja-raja milik penjahat. Ini bisa bermakna
2 hal(maaf ini ta'wil saya saja, tidak ada landasan ilmiahnya), 1) raja-
raja milik penjahat, artinya raja suatu negeri yang sudah dikuasai oleh
penjahat, atau raja suatu negri yang sudah bersekongkol dengan
penjahat, atau 2) kelompok penjahat yang memiliki ketua. Jika arti
kedua ini yang dipakai, maka sesungguhnya, terjemahan dari versi
Quran yang banyak beredar tidak masalah. Karena antara penguasa
suatu negri, tidak ada kaitan dengan ketua penjahat.
Masalahnya, kalau artinya yang pertama? Jika arti yang pertama, maka
bisa berabe juga. Karena dengan pengertian ini terkandung makna,
pembesar-pembesar (raja suatu negri), punya potensi berbuat yang
tidak baik, sehingga menjadi penjahat. Sehingga dia dinobatkan sebagai
raja (negeri itu) plus sekalian raja penjahat. Dalam kasus ini, raja itu
sekaligus penjahat (beda dengan yang tadi, antara raja dan penjahat,
dua orang yang berbeda).
Allahu a'lam. Saya tidak ingin menta'wil terlalu jauh. Lagi pula, kita
hanya membahas masalah kaidah penerjemahan mudhof, kan... Yang
ingin saya sampaikan, pengetahuan mengenai mudhof ini membantu
"menajamkan" terjemahan yang pas. Lihat bahwa dalam kasus 6:123
diatas, dengan menggunakan kaidah mudhof ini, lebih mendekati
255
kepada apa yang tertulis dalam kitab-kitab tafsir tentang ayat ini. Allahu
a'lam (bisa jadi saya salah).
Oke, sampai disini dulu ya... Insya Allah kita akan lanjutkan.
http://arabquran.blogspot.com/2007/12/topik-69-mudhof-ilaih-
lanjutan.html
Bisimillahirrahmanirrahim.
Pembaca yang dirahmati Allah, kita akan masuk ke ayat 2 surat An-
Nashr. Pada ayat ini kita akan fokuskan pembahasannya mengenai Kata
Keterangan.
256
ورأيت الناس يدخلون في دين هللا أفواجا
َ - wa ra-ai-ta an-naasa yad-khuluuna fii
diini Allahi afwaajan
wa= dan
an-naasa= manusia
fii= kedalam
Oke baiklah ada dua point yang bisa kita lihat disini yaitu:
Kata ini adalah mudhof. Dimana mudhofnya دين- diini dan mudhof ilaih
nya هللا- Allahi. Ingat lagi ciri-ciri mudhof yaitu:
- Kata benda pertama nakiroh (umum, dengan ciri tidak ada tanwin)
257
- Kata benda pertama nakiroh (betul), jadi bukan ma'rifah (الدين-ad-diini)
- Kata benda kedua harokat akhir kasroh (betul), jadi Allahi, bukan
Allahu, atau Allaha.
Baiklah, kita akan tinggalkan dulu mengenai mudhof. Ada topik lain dari
mudhof ini yaitu mengenai ke ma'rifatan atau ke-nakirohan mudhof
(bingung kan?) Hehe... Insya Allah kita bahas pada topik berikut.
Sekarang kita masuk ke kata keterangan.
Isim Haal
Nah, kata afwajaan ini adalah isim haal, yaitu isim yang menjelaskan
suatu keadaan (al-haal) dari Subjek, maupun Objek. Hmm... entar...
cerna dulu nih...
Agak sedikit beda dengan bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris, kata
keterangan itu yang biasa disebut adverb, biasanya melekat kepada
kata kerja. Artinya menjelaskan bagaimana pekerjaan itu dilakukan,
atau kualitas dari pekerjaan itu.
Seperti:
258
Nah softly itu menjelaskan talk (bicara). Dalam bahasa Inggris kata
keterangan "dengan lembut" itu dinisbatkan (di-referensi-kan) kepada
kata kerja (verb/fi'il) talk.
Atau dalam Al-Quran, sewaktu Allah memerintahkan Adam & Siti Hawa
& Para Iblis turun:
2. Isim haal itu nakiroh (tidak ada al), dan nashob (fathhatain)
3. Isim haal itu biasanya dibentuk dari kata sifat (yang berasal dari isim
fa'il, isim maf'ul, maupun kata benda yang dianggap sifat).
Contohnya begini:
Lihat bahwa kata راكبا- raakiban, adalah isim fa'il dari KKL ركب- rakaba
(menaiki, menunggangi). Perhatikan bahwa kalau kata raakiban itu
dibuang, maka kalimatnya tetap menjadi kalimat sempurna:
Ini adalah kalimat sempurna, karena telah ada fi'il (pergi) + fa'il (dia),
walau fa'il disini adalah fa'il tersembunyi.
Kata dho'iifan disini adalah isim haal (kata keterangan) bagi Objek (yaitu
manusia).
Kata dho'iif disini adalah kata shifat yang menyerupai isim fa'il. Nah,
karena dia nashob, tidak ada al, dan layak diberi makna: dalam keadaan
...., maka dia adalah isim haal.
Oke ya, demikian dulu sudah kita selesaikan penjelasan dari ayat 2 surat
An-Nashr ini.
Bismillahirrahmanirrahim
Singkat cerita: Kira-kira beberapa tahun yang lalu, anak saya bertutur
kepada saya tentang sekolah dan teman-temannya. Salah satu yang dia
sebutkan adalah bahwa dia punya teman namanya Hanifan (yang
kadang kalau di-absen dilafadzkan oleh gurunya: Haniifan).
Waktu itu nama: Haniifan, agak asing ditelinga saya. Kita biasa
mendengar nama: Hanif (lurus). Ada teman saya namanya Muhammad
261
Hanif (Muhammad yang punya sifat Lurus). Tapi, Haniifan? Nah ini baru
kali ini saya dengar. Waktu itu saya belum begitu mengerti dengan
bahasa Arab.
Dalam hati saya hanya ingat: Hmmm... kata Haniifan, itu mungkin
diambil dari doa Iftitah:
ً وجهت وجهي للذي فطر السماوات واألرض حنيفا ً مسلما- wajjahtu wajhiya lilladzi
fatharas samaawaati wal-ardha haniifan musliman.
Waktu itu saya belum bisa meng-artikan teks bahasa Arab (sekarang
masih belum juga sih, tapi alhamdulillah sudah bisa dikit-dikit ngeraba-
raba ding...) hehe.
Kala itu saya hanya hafal ejaan (latin)nya. Kalau disuruh nulis Arabnya,
weleh saat itu pasti gak bisa deh.
Nah, beberapa waktu yang lalu setelah membaca tentang isim haal, dan
ciri-cirinya maka saya sekarang jadi faham, bahwa Haniifan dan
Musliman itu adalah isim haal.
Nah, terlihat dari Doa Iftitah diatas, bahwa kata Haniifan, adalah isim
haal (kata keterangan). Kata Haniifan (dalam keadaan lurus) itu
dinisbatkan kepada "Aku". Demikian juga kata Musliman (dalam
keadaan berserah diri), juga dinisbatkan kepada "Aku". Artinya kedua
kata tersebut menjelaskan kondisi "Aku" sewaktu menghadapkan
"wajahku" kepada Allah SWT.
Lihat bahwa ciri-ciri isim haal terpenuhi dimana, yang tampak jelas: dua
kata tersebut harokat akhir fathatain (plus ada tambahan alif diakhir),
dan juga jika kata itu dibuang maka kalimatnya tetap menjadi kalimat
sempurna (ada fi'il+fa'il, atau ada mubtada+khobar).
"Ooo... Nama anak itu bukan Hanif, tapi Haniifan, itu mungkin maksud
orang tuanya, agar anaknya itu senantiasa dalam kondisi yang lurus",
begitu gumam saya dalam hati. Penekanannya adalah "dalam kondisi",
karena itu isim haal. "Hmm... pasti bapaknya jago bahasa Arab", kata
saya.
Sebagai penutup kita ambil contoh dalam Al-Quran yaitu kata WAHN
(Lemah)
وهن- wahnun atau wahn adalah kata sifat (isim shifat) yang artinya
lemah.
263
Di Al-Quran diperintahkan agar manusia menghormati dan berbuat baik
kepada Ibu & Bapak. Ibu kita telah mengandung dalam keadaan
"wahnan 'alaa wahnin" - lemah diatas lemah (lemah yang super).
وهن
ِ حملته أمه وهنا على- hamalat hu ummuhu wahnan 'alaa wahnin
Sekali lagi terlihat bahwa kata wahnan diatas, ada tambahan alif dan
harokat akhir fathhatain, maka dapat "dipastikan" ini adalah isim haal
(kata keterangan terhadap kondisi si Ibu pada saat hamil).
http://arabquran.blogspot.com/2008/01/topik-71-haniifan-
musliman.html
264
Topik 72: Latihan Surat An Nashr ayat 3
Bismillahirrahmanirrahim.
ف- fa : maka
265
سبح- sabbih : bertasbihlah !
Disini kita jumpai bentuk fi'il amr (Kata Kerja Perintah). Dari mana
tahunya Mas? Masih ingat 6 langkah mudah membuat fi'il amr kan?
Kata sabbih سبح, ini mengikuti wazan (pola) fa'-'a-la فع َل. Kok bisa sih? Ya
lihat saja ada tasyid (ّ ) di huruf kedua kan. Berarti ini KKT-2. Masih
ingat kan, karakteristik KKT-2? Oke, sekedar refreshing, KKT-2 ini:
Tashrif Ishthilahi
Kita munculkan istilah baru disini: Tashrif Ishthilahi. Apa itu? Tashrif
Istilahi yaitu suatu urutan perubahan kata dari KKL, ke KKS, ke Masdhar,
dst. Urutan yang umum begini:
Zaman < Makan < Fi'il Nahy < Fi'il Amr < Maf'ul < Fa'il < Mashdar < KKS
< KKL
266
Kita belum bahas mengenai Isim Makan (tempat), dan Isim Zaman
(Waktu). Mungkin yang belum juga, bagaimana membetuk fi'il nahy
(kata kerja Larangan). Yang lain sudah kita bahas sebenarnya secara
terpisah-pisah.
Contoh :
Insya Allah kita akan bahas lagi jika bertemu ayat tentang isim makan
ini.
Kita sering mendengar kata: Ayo ber-tasbih. Nah kata TASBIIH itu
adalah mashdar dari sabbaha.
268
قدر- qoddara : men-takdir-kan
Dan seterusnya.
Sallim
Nah kata Sallim disini, maknanya adalah berikan salam. Lho bukannya
diatas dikatakan Sallim : Selamatkanlah ! Kok menjadi "bersalamanlah
!".
Begini ashal-ushulnya.
Satu kata kerja dalam bahasa Arab, bisa punya banyak makna.
Tergantung rangkaian huruf jar yang nempel ke dia. Memang betul asal
kata sallama - yusallimu (KKT-2) dari kata:
Tetapi kata tersebut akan berubah artinya kalau ada huruf jer yang
nempel ke dia, seperti:
زيد سلم على األستاذ- Zaid sallama 'alaal ustaadz : Zaid menyalami ustadz.
269
Beberapa hal yang mungkin dari sallama, adalah:
Seperti kata raghiba 'an, terdapat dalam satu hadist yang poluper:
فمن رغب عن سنتي فليس مني- fa man raghiba 'an sunnatii falaysa minnii :
siapa yang benci kepada Sunnahku (cara hidup Rasulullah SAW), maka
dia bukan bagian dariku (bukan bagian dari umat Rasulullah SAW).
Sebagai penutup untuk topik ini, kita kembali ke ayat 3 surat An-Nashr:
Kita telah membahas kata FA SABBIH (SABBIH Fi'il Amr : Kata Kerja
Perintah). Insya Allah kita akan lanjutkan ke kata "bihamdi" dst.
http://arabquran.blogspot.com/2008/01/topik-72-latihan-surat-nashr-
ayat-3.html
Bismimillahirrahmaniraahim.
Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan bahas bagian setelah FA
SABBIH, yaitu masih di ayat 3 surat Al-Nashr.
271
atau lebih pas lagi secara harfiah:
Kenapa begitu?
Karena kata حمد- hamdi (atau hamdin) disitu adalah mashdar, artinya
dia kata benda, sehingga terjemahnya adalah pujian, bukan memuji.
272
Apa itu definitness? Insya Allah Anda masih ingat bukan? Ya, contoh
gampangnya kalau saya buat kalimat:
2. I read a book
Dalam kalimat 1, jika saya berkata "I read the book", maka dalam
kepala saya, para pendengar sudah tahu buku mana yang saya maksud.
Misalkan, saya ditengah percakapan dengan seorang sahabat:
"Kemaren saya beli buku La Tahzan, lalu saya baca buku itu".
Karena kata "buku" itu teman saya tahu apa yang dimaksud, maka saya
pakai "the book". Artinya, kata "buku" itu sudah spesifik, atau sudah
definitive (sudah terdefinisi). Dengan kata lain: definitness-nya sudah
terdefinisi.
Dalam kalimat 2: I read a book. Buku disini belum terdefinisi. Bisa buku
apa saja.
A cup of coffee
Dalam kaidah bahasa Arab, kata diatas belum definitive, sering disebut
Nakiroh.
273
Mungkin masih bingung ya? Oke saya kasih contoh lain:
باب المسجد
ُ - baabul masjid : pintu masjid
Bagaimana hukum definitness-nya? Lihat bahwa karena mudhof-ilaih-
nya definitiv (Ma'rifah), maka kata diatas dianggap Ma'rifah. Artinya:
sudah jelas pintu yang mana, yaitu pintu masjid, bukan pintu rumah.
Kalau di translate ke bahasa Inggris, menjadi "the masjid's door", atau
"the door of the masjid", bukan "the door of a masjid". Karena dalam
hal ini masjid nya pun sudah definitif.
Padahal kita tahu bahwa masjidnya sudah definitif (the masjid). Saya
melihat dalam hal ini grammar dari bahasa Inggris, tidak apple-to-apple
dengan bahasa Arab. Artinya tidak bisa dipadankan langsung.
Jika yang mau ditekankan "a door", bahwa pintu dari masjid itu belum
pasti (apakah pintu depan, pintu samping atau pintu belakang), maka
dalam bahasa Arab, bisa kita berkata spt ini:
باب من ابواب المسجد- baabun min abwaabil masjid (a door from the
masjid's doors)
Disini masjidnya sudah jelas, tetapi pintu yang dibicarakan belum jelas
(belum terdefinisi).
274
Sebagai ringkasan:
Tambahan contoh:
بحمد ربك- bi hamdi rabbika: the praise of your Lord: Pujian (milik)
Tuhanmu, maka ini juga dihukumi sebagai ma'rifah. Hal ini disebabkan
kata rob (Tuhan) ditempeli oleh kata-ganti milik (ka)--> rabbika
(Tuhanmu).
275
Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 1/18/2008
http://arabquran.blogspot.com/2008/01/topik-73-lanjutan-topik-
mudhof-struktur.html
Bismillahirrahmanirrahim.
Ini sebuah tas guru. Bagaimana kesepakatan antara tas yang muannats,
dengan guru yang mudzakkar?
maaf, saya tanya saja di sinih, kerna tidak tahu mahu diletak bawah
topik berapa.
syukran
Wuih, ada satu masalah disini: beda gaya bahasa, antara Indonesia dan
Malaysia. Tapi tak mengape lah.... Saya duga pertanyaan-nya sbb:
هذه حقيبة المدرس- hadzihi haqiibatu al-mudarrisi : Ini koper guru laki-laki
1. Kasus kata tunjuk muannats هذه- hadzihi atau pakai mudzakkar هذا-
hadza
Jabawan saya spt ini. Kalimat ismiyyah harus dipandang sebagai suatu
satuan mubtada dan khobar. Dalam kasus Mbak Zarifah, awal
pembicaraan ingin menyatakan: Ini koper.
Lihat bahwa koper yang dibicarakan sudah koper yang spesifik (ada
tambahan al).
Nah kalau kita lihat, bahwa jenis mubtada' harus cocok dengan khobar.
Kalau khobarnya muannats (lihat koper- ada ta marbutah-nya), maka
mubtada juga harus muannats. Sehingga kita pakai kata tunjuk (isim
isyarah) yang muannats juga.
Sekarang, kalau kita ingin menspesifikkan lagi, bahwa: ini adalah tas
milik ustadz, maka kata:
278
Karena suatu benda yang jenis-katanya perempuan bisa saja dimiliki
oleh orang laki-laki, jadi pasangan antara mudhof dengan mudhof ilaih
bisa saja beda jenis kata.
Contoh diatas:
Jadi kesimpulannya kata mudhof dan mudhof ilaih tidak mesti harus
sama-sama muannats atau mudzakkar.
Jenis kata idhofah ditentukan oleh jenis kata Mudhofnya. Tidak peduli
mudhof ilaih-nya berjenis apa.
Contoh:
سيارة الولد- sayyaratul waladi : the boy's car --> sayyaratul waladi =
idhofah muannats, karena mudhofnya (sayyarah) adalah muannats.
سيارة البنت- sayyaratul bint : the girl's car --> idhofah muannats
279
المسجد- al-masjid --> mudzakkar
هذا مسجد ريد- hadza masjidu zaidin --> ini masjid (milik)Pak Zaid
هذا مسجد ليلي- hadza masjidu layli --> ini masjid (milik) Bu Lili
http://arabquran.blogspot.com/2008/01/topik-73-pertanyaan-dari-
malaysia.html
Bismillahirrahmanirrahim.
Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan selesaikan latihan
surat An-Nashr. Terakhir kita sudah membahas penggalan pertama ayat
3. Kali ini kita akan tuntaskan pembahasan ayat 3.
Kita sudah membahas fasabbih. Topik kali ini kita akan membahas
mengenai point 2 sampai 4. Insya Allah.
Oke baiklah.
واستغفره- wa istaghfir hu
Istaghfir, adalah KKT-8, dalam bentuk fi'il amr (kata kerja perintah).
281
6. Fi'il amar: استغفر- istaghfir (minta ampunlah!)
Gini, kalau KKT-1 sampai KKT-8, semua kata kerjanya, kalau mau dicari
perubahan bentuknya dari KKLnya sampai Isim Zaman/Makan nya,
maka perubahan tersebut mengikuti pola. Artinya, kalau kita tahu
polanya maka semua kata kerja tsb bisa kita buatkan perubahannya.
Yang repot adalah bagaimana perubahan dari KK Asal. Nah ini perlu
melihat di kamus perubahan (tashrif)nya.
Kita juga sudah pernah membahas bentuk dan tugas Kaana, yaitu
kebalikan dari tugas Inna. Kaana berfungsi merafa'kan mubtada' dan
menashobkan khobar. Tapi, ntar dulu... Dalam kalimat diatas dimana
mubtada' dan khobarnya?
282
Insya Allah kita akan bahas mengenai hal ini, dalam topik ini dan satu
topik setelah ini.
Mubtada: Allahu
Khobar: 'aliimun
Dalam kaidah bahasa Arab, isim dhomir shifatnya mabni (tetap). Oleh
karena itu dia tidak terpengaruh, walau dia kemasukan Inna. Alias
fungsi inna, yang menashobkan mubtada tidak "mempan" kena kepada
kata ganti.
http://arabquran.blogspot.com/2008/02/topik-75-istaghfir.html
Bismillahirrahmanirrahim.
Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Waktu pertama belajar kaana
كانdi hampir semua buku bahasa Arab menjelaskan dengan contoh
kalimat sempurna (ada mubtada dan khobar), dan efeknya setelah
dimasuki kaana.
284
ً – كان زيد جميالkaana Zaidun jamiilan: (dulu) Zaid ganteng : Zaid was
handsome
Nah, contoh diatas tidaklah sukar untuk dilihat dan dipelajari polanya
bukan?
يكذب
ُ – بما كانbimaa kaana yakdzibu
Dalam buku-buku selalu diberi contoh setelah kaana selalu kata benda
(isim), kok di Al-Quran, banyak kalimat setelah kaana itu kata kerja
(fi’il).
285
He studies Al-Quran – Dia belajar Al-Quran
Begini mas dan mbak… Masih ingat kan bahwa tugas kaana adalah
merafa’kan mubtada menashobkan khobar?
286
Karena setelah kata kerja tidak boleh ada dhomir (kata ganti) pelaku,
maka huwa dibuang, sehingga menjadi
<>
Dari contoh ini jelaslah bagi kita bahwa, kalau setelah kaana itu ada
kata kerja, maka sebenarnya kata kerja itu adalah khobar dalam bentuk
fi’il, atau jumlah fi’liyyah.
Kita sudah tahu bahwa dalam bahasa Arab, tenses hanya dibagi 2 saja,
yaitu:
Contohnya:
Nah dalam bahasa Inggris kita tahu, jumlah tenses banyak kan? Ada
present perfect, ada past perfect dsb. Nah sebenarnya kaana dan
yakuunu dapat berfungsi untuk memberi efek waktu terhadap suatu
perkerjaan yang mirip-mirip dengan bahasa Inggris.
– كان يكتب كتابهkaana yaktubu kitaabahu: He had been writing his book
Walau dalam beberapa konteks tidak bisa disamakan persis, tetapi kira-
kira kaana bisa difungsikan untuk memberi efek waktu ”had” atau ”will”
kepada sebuah kata kerja.
Demikian telah kita bahas fungsi lain dari kaana. Semoga Anda yang
biasa belajar tenses bahasa Inggris, juga mengerti bahwa dalam bahasa
Arab, bisa juga dibentuk hal yang mirip dengan tenses bahasa Inggris
(walau tidak ”pas” 100%).
http://arabquran.blogspot.com/2008/02/topik-76-past-perfect-
tense.html
288
Topik 77: Kalimat Pasif (lanjutan I)
Bisimillahirrahmanirrahim.
Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Setelah off, beberapa lama,
kita coba lanjutkan pembahasan mengenai kalimat pasif. Mengapa
topik ini yang dipilih?
Kalau dijadikan kalimat pasif, kita juga mengerti, kalimat itu menjadi:
Tapi dalam bahasa Arab, Subject dalam kalimat pasif tidak boleh
muncul. (pakai bahasa gaul sekarang) Dilarang muncul boo'!
Buku dibaca.
Kok bisa?
Ya begitu peraturannya.
الكتاب
َ ُ انا قرأت- ana qora'tu alkitaaba : saya membaca buku.
الكتاب
ُ قُرئ- quri-a al-kitaabu : buku dibaca
290
1. Saya sebagai subject hilang (tidak ada dalam bahasa Arab: buku
dibaca oleh saya).
2. Kata kerja yang dalam kalimat aktif: qora'tu (ada tu = saya), maka
dalam kalimat pasif akhiran tu tersebut hilang.
3. Kata kerja dalam kalimat pasif, mengikuti dhomir dari naibul fa'il.
Karena naibul fa'il adalah al-kitaab (huwa), maka kata kerjanya kembali
ke KKA (Kata Kerja Asal), yaitu qora-a.
الكتاب
َ ُ انا قرأت- ana qora'tu alkitaaba : saya membaca buku.
الكتاب
ُ قُرئ- quri-a al-kitaaba : mereka membaca al-kitaaba.
291
Kalau ditanya ke pemula tsb: kok dibaca al-kitaaba? Mereka akan
jawab, lha kan posisi al-kitaab dalam kalimat tersebut tetap Object
(maf'ul). Nah kalau maf'ul kan dibaca fathah.
Nah disini kita harus hati-hati. Walaupun suatu kata benda, berfungsi
sebagai Object, tapi lihat dulu, apakah dia ada dalam kalimat pasif.
Kalau dalam kalimat pasif, maka Object tsb, berubah menjadi Naibul
Fa'il, yang ber-'irob Dhommah.
الكتاب
ُ قُرئ- quri-a al-kitaabu : buku dibaca
Sekarang kita hendak lihat, salah satu contoh dalam Al-Quran surat 84
ayat 21:
وإذا قرئ عليهم القرا ُن ال يسجدون- dan jika dibacakan Al-Quran kepada
mereka, mereka tidak sujud.
Lihat disitu, bahwa yang menjadi naibul fa'il adalah Al-Quran, dan i'rob
nya adalah dhommah. Sehingga dibaca:
Topik selanjutnya akan kita bahas Rumus mudah mengubah kata kerja
dari aktif ke pasif. Insya Allah.
http://arabquran.blogspot.com/2008/03/topik-77-kalimat-pasif-
lanjutan-i.html
292
Topik 78: Kalimat Pasif KKT 5
Bismillahirrahmanirrahim.
Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Mohon maaf karena satu dan
lain hal frekuensi penulisan agak “slow” hehe… Kata salah seorang
teman saya, Pak Herry Sudjono: “wah… lagi nyari inspirasi ya…” hehe…
Sebenarnya bukan cari inspirasi, karena masih banyak materi di buku-
buku bahasa Arab yang bisa diangkat disini untuk dibicarakan, termasuk
membahas ayat-ayat Al-Quran. Akan tetapi yang sebenarnya terjadi
adalah, saat ini saya merasa agak ”jenuh” untuk menulis. Tapi karena
satu dan beberapa email minta saya nulis lagi, menambah semangat
saya juga untuk terus menulis. Mungkin ini salah satu maksud mengapa
di ayat-ayat AQ, menggunakan KKT 4, wa tawaashaw bil haqqi
293
(tawaashaw, KKT 4 mendapat tambahan TA dan ALIF, yang artinya
saling mengerjakan sesuatu). Wa tawaashaw (saling ”washi” –
berwasiat), ya kita harus saling berwasiat, saling mengingatkan, saling
memberi semangat, untuk tetap istiqomah dijalan kebaikan.
Oke baiklah. Karena hari ini adalah hari libur nasional memperingati
Maulid Nabi besar Muhammad SAW, mari kita saling mengigatkan
untuk senantiasa mengikuti uswatun hasanatun kita Rasulullah SAW.
Ulama-ulama sholih mengingatkan kita untuk giat belajar bahasa Arab,
sebagai pilar untuk mempertahankan kemurnian ajaran Islam.
Dinasehatkan:
Umar RA juga mengingatkan kita untuk belajar bahasa Al-Quran ini. Dia
berkata:
Pelajarilah bahasa Arab karena bahasa Arab itu bagian dari agamamu
294
Kalau ada waktu insya Allah kita bisa bahas, ragam kalimat dari satu
kalimat aktif menjadi 3 bagian:
1. Kalimat pasif
Wah apa lagi nih… Gini Mas… Biar jelas, kita kasih contoh saja ya…
Oke kalimat diatas kalimat aktif kan? Oke... sekarang kita bisa membuat
3 macam kalimat dari kalimat diatas, yaitu:
Itu kalimat pertama yang bisa kita buat. Sekarang kalimat ke dua, yang
menjelaskan tentang subject. Siapa subjectnya : petugas. Ngapain dia?
Membuka pintu.
Kalimat ketiga yang kita bisa buat, adalah kalimat tentang object, yaitu
pintu.
295
Terlihat kan bahwa dari satu kalimat aktif yang sempurna, kita bisa
membuat 3 macam kalimat baru. Insya Allah kita akan latihan hal ini
lagi di bagian-bagian lain.
Sekarang kita lihat hal yang sedikit lebih sukar. Apa itu?
Contohnya:
Bagaimana pasifnya?
Oke, apa yang bisa dipelajari? Insya Allah mudah. Yaitu, jika kita
bertemu wazan KKT-5, maka urutan aktif pasif sbb:
– تفعلtafa’-‘ala (aktif)
– تفعلtufu’-‘ila (pasif)
Contoh lain:
296
– تقدم الولدtuquddima al-waladu : anak itu didahului.
Oke… Insya Allah mengerti ya… Kita akan lanjutkan lagi dengan topik
lain, dengan masih membahas seputar kalimat pasif. Insya Allah.
http://arabquran.blogspot.com/2008/03/topik-78-kalimat-pasif-kkt-
5.html
Bismillahirrahmanirrahim
Sampai kapan format ini akan bertahan? Allahu a’lamu. Yang jelas saya
mencoba mengubah format penulisan agar tetap segar. Baiklah kita
mulai.
I. Ungkapan
297
– وعليكم السالم ورحمة هللا وبركاتهwa ‘alaykumussalaam warahmatullahi
wabarakaatuh
– أَنَا فُ ُج ْور بِ ِلقَائِ َكana fuujuur biliqooik: saya senang berjumpa denganmu
ش ْك ًرا
ُ – syukran : terima kasih
– سعيدsa-‘iid : gembira
– تفضلtafaddhol : silahkan
298
– نشربnasyrab : minum
III. Al-Quran
Baiklah kita coba lihat tiga kata baru yang kita pelajari tsb di Al-Quran.
Kata – سعيدsa’iid, dapat kita tebak, sebagai kata shifat. Loh… kok bisa?
Ya tampak dari adanya ya, yang menyebabkan bunyi iii panjang.
Contohnya kariim ( كريمmulia), kabiir ( كبيرbesar), jamiil ( جميلcantik),
dsb.
Kalau mau tahu kata kerjanya, maka buang ya nya, sehingga menjadi
sa-’i-da سعد.
Sedangkan kata sa’iid (bahagia, kata sifat) ada dalam satu surat di Al-
Quran, 11:105
299
يتفضل- تفضل: tafadhdhola - yatafadhdholu : memberikan karunia, atau
melebihkan
Di Al-Quran akar kata tafadhdhol ini kita jumpai dalam 2 ayat: yaitu
surat 13 : 4, dan surat 23 : 24. Akan tetapi bentuk yang dipakai adalah
kata kerja asal bukan KKT 2. Contohnya di surat 13: 4:
Kata terakhir yang hendak kita bahas adalah: nasyrob = kita minum.
Akar katanya adalah syariba - yasyrabu : minum.
Dalam AQ, kata syariba - yashrabu ini kita jumpai dalam banyak tempat.
عينا يشرب بها المكربون- 'ainan yasyrabu bihaa al-mukarrabuun: mata air
yang a-lmukarrabuun meminum nya.
Terlihat disini yang digukakan adalah KK asal dalam bentuk present (fi'il
mudhori').
Dan masih banyak lagi kata yasrabu (minum) ini terdapat dalam AQ.
300
Sebagai penutup, ayat ini cukup sering digunakan untuk menasehati
teman/orang lain agar tidak berlebih lebihan dalam makan/minum,
surat 7:31.
كلوا واشربوا وال تسرفوا- kuluu wasyrabuu walaa tusrifuu : makan dan
minumlah, tapi jangan berlebih-lebihan.
http://arabquran.blogspot.com/2008/03/topik-79-format-baru.html
Bismillahirrahim.
Wah, tumben pagi ini saya terima Email di mailbox saya. Ada yang nulis
di bagian Comments (dibawah) bertanya, pada posting terakhir 1 bulan
yang lalu. Memang sudah agak lama saya tidak menulis di Blog ini.
Tetapi karena ada pertanyaan, saya sempatkan menuliskan
jawabannya.
Yang ditanyakan:
301
Apa fungsi wazan استفعل- istaf 'ala
Oke deh. Rasanya sudah pernah saya bahas, di topik-topik yang lalu ya.
Contoh:
Akan tetapi dalam beberapa hal, wazan ini juga berfungsi untuk:
302
d. Menunjukkan akibat dari suatu perbuatan. Contoh:
Contoh:
Akan tetapi dalam beberapa hal, wazan ini juga berfungsi untuk:
http://arabquran.blogspot.com/2008/05/topik-80-jawaban-
pertanyaan.html
303
Topik 81: Sallim
Bismillahirrahmanirrahim.
Sudah lama sekali saya tidak menulis. Selain sedang ada tugas-tugas
kantor dan kuliah, juga tugas sebagai ayah dari anak-anak yang mulai
abg, juga tidak mudah :-) Disamping itu, saya juga ragu apakah
pembaca blog ini sudah pada belajar ke gurunya masing-masing,
sehingga belajar bahasa arabnya pun semakin bisa lebih kencang. Jika
ya alhamdulillah. Mari kita giatkan dan tularkan ke muslim lainnya agar
mau belajar bahasa Al-Quran ini. Saya dibilangin oleh seorang saudara
saya, bahwa dia mendengar sebuah hadist: ta'allamuu al-lughata al-
304
arabiyata wa 'allimuuha an-naasa (belajarlah bahasa Arab, dan
ajarkanlah dia kepada manusia).
Sallim
Mari kita ingat hal yang sederhana. Dulu waktu saya SMA, kadang
bertemu orang / saudara, dia berkata ke anaknya: "ayo sallim, ayo nak
sallim..." Waktu itu saya hanya sedikit bingung, karena terdengar asing
ditelinga. Yang sering diucapkan orang: "ayo nak, salam", atau "ayo
salaman nak".
Kata ini dibentuk dari kata sallama - yusallimu - tasliiman, yang artinya
menyelamatkan atau memberi salam.
Tapi jangan pula sampai "double L" nya tak terucap. Nanti artinya lain.
Kadang kita sering mendengar: "ayo salim". Nah salim atau saliim, ini
artinya selamat atau sentosa, bukan memberi salam. Jadi "ayo nak,
salim", beda dengan "ayo nak sallim".
Poster di pintu
اطرق الباب أوال- uthruq al-baaba awwalan : ketok pintu ini terlebih
dahulu.
Kata 'arrif, berasal dari kata 'arrafa yu-'arrifu ta'riifan, yang artinya
mengenalkan, atau memberitahukan.
Pola kata 'arrafa adalah KKT-2, yang biasanya dalam pola bahasa
Indonesia me+KataKerja+kan.
عرفت هذا الكتاب لك- 'arraftu hadzal kitaaba laka : saya mengenalkan kitab
ini kepadamu.
306
Kita sering mendengar orang berkata: Ih dia orangnya 'arif banget ya?
Nah kata 'arif sudah diserap kedalam bahasa Indonesia, yang sering
diasosiasikan dengan arti: orang yang bijaksana.
Sebenarnya banyak sekali kata bentukan dari 'arafa ini, yand diserap ke
bahasa Indonesia.
Kita sering mendengar, "oh dia itu ahli irfan", maksudnya dia itu orang
yang punya pengetahuan yang tidak dimiliki orang lain (atau
dipersepsikan orang yang bijak, orang yang bisa meramal masa depan,
mengerti maksud yang tersembunyi, dsb)
Ta'arruf
Nah kata ini lagi trend. Ta'arruf, adalah kata 'arafa (KKT-1) yang
kemudian berubah bentuk jadi KKT-5 dari wazan fa'-'ala, sehingga
menjadi ta-'arrafa, yang artinya berkenalan dengan.
Ma'ruf
Mudah kan? Ya, kalau sudah kenal dengan wazan2x tsb maka lebih
mudah membentuk kata-kata dalam bahasa Arab. Insya Allah.
http://arabquran.blogspot.com/2008/06/topik-81-sallim.html
Bisimillahirrahmanirrahim.
Kata muhrim sering kita pakai. "Eh awas... nanti whudhu'mu batal...
jangan dekat-dekat... bukan muhrim". Muhrim yang dimaksud disini,
adalah orang yang haram dinikahi.
Kata yang dekat dengan kata muhrim banyak. Antara lain: kata haram,
muharram, mahrum, mahram, dsb.
Haram, حرامadalah lawan dari Halal حالل. Sudah tidak kita perlukan
penafsiran apa-apa lagi kan. Haram artinya sesuatu yang dilarang. Halal
artinya sesuatu yang dibolehkan.
308
Dari mana asalnya kata Haram? Perhatikan kata haram dalam bahasa
Indonesia itu dalam bahasa Arabnya حرام. Ada 4 huruf kan. HA RO ALIF
dan MIM. Nah sebuah kata bahasa Arab umumnya terdiri dari 3 huruf
asli (yaitu huruf hijaiyah selain YA, WAW, dan ALIF).
Kalau begitu kata حرام- yang 4 huruf itu, karena ada ALIF, maka huruf
aslinya hanya 3, yaitu HA RO dan MIM. Jadilah dia: حرم.
Nah yang jadi soal gimana mbacanya? Dia bisa kita baca harama,
haruma, harima. Ada 3 kemungkinan. Lho... kan bisa juga kita baca
hurima, hurimi, dsb? Ya Anda benar. Akan tetapi yang umum jadi entri
pertama di kamus adalah AWAL dan AKHIR fathah. Dengan demikian
tengahnya bisa fathah, kasroh, atau dhommah. So hanya 3
kemungkinan.
Okeh... sekarang kita lihat lagi. Kata حرم, jika mendapat alif sebelum
huruf terakhir, maka biasanya kata itu menunjukkan sifat, dan cara
bacanya tertentu. Jadi kata حرام, walau tidak ada harokatnya, dibaca
haraam. Yaitu sesuatu yg sifatnya haram.
Di kamus ditulis:
309
Simple kan? Insya Allah ya...
Oke, dari KKL haruma itu, banyak kata yang terbentuk setelahnya,
seperti:
Jadi kalau begitu kata MUHRIM lebih tepat diartikan orang yang
berihram (sedang melaksanakan ibadah haji).
Kata tahrim artinya pengharaman. Kata ini adalah kata masdhar dari
harrama. Tashrifnya adalah: harrama yuharrimu tahriim.
Muharram
310
Kembali lagi ke konteks muhrim dan mahram. Kalau yang dimaksud
orang yang tidak boleh dinikahi maka disebut mahram, bukan muhrim.
Karena muhrim adalah orang yang berihram. Di Indonesia dan Malaysia
(kalo tidak salah), sering dijumpai perkataan muhrim, tapi maksudnya
mahram.
Allahu a'lam.
http://arabquran.blogspot.com/2008/06/topik-82-muhrim.html
IKLAN
311
Bentuk – إعالنi’laan, diserap kedalam bahasa Indonesia menjadi IKLAN.
Jadi (mungkin) hakekatnya sebuah IKLAN adalah sebuah pemberituan.
http://arabquran.blogspot.com/2008/07/iklan.html
Bismillahirrahmanirrahim.
Terus terang agak bingung juga, mau nyampaian apa ya? Karena tidak
ada yang nanya topik sebelumnya, jadi saya anggap kali sudah ngerti
bahasa Arab.
"Sampai ke aspal"
Pernah dengar surat ini kan? Pastinya sudah hafal ya, Insya Allah.
312
Laqod kholaknal insaana fii ahsani takwiim
Ya surat At-Tin.
Qod disini berarti: sungguh telah. Biasanya kata Qod, sering diartikan
sebagai bentuk penanda dari perfect tense. Artinya pekerjaan (kata-
kerja/fi'il) sesudah qod itu telah sempurna di kerjakan.
Lihat bahwa sesudah qod biasanya (pasti) fi'il madhy. kholaknaa (we
had created)
Lihat bahwa, karena posisinya adalah object, maka harokat akhir adalah
fathah, insaana, bukan insaani atau insaani
313
Kata ahsani, awalnya adalah ahsanu, karena setelah huruf jer, maka
berubah jadi ahsani, yang artinya paling baik. Wazannya mirip dengan
akbaru (paling besar), ajmalu (paling ganteng), dst.
Nah bagi orang Sunda (maaf ya) yang biasa melafalkan f dengan p, ayat
diatas dibaca:
Hehe... kata asfal diatas, bukan berarti aspal (cara baca orang Sunda),
akan tetapi maknanya dekat.
314
ASFALA
اليد العليا خير من اليد السفلى- al yadul 'ulyaa khairun minal yadis sufla
Nah kata "diatas" disini adalah "'ulya", dan "dibawah" disini adalah
"sufla".
Jadi kalau aspal letaknya dibawah, maka yaa... mirip-mirip lah... Aspal
itu tempatnya dibawah (rendah), warnanya hitam (melambangkan
dosa), permukaannya kasar (hilangnya kelembutan), dst.
Kecuali nanti, entah ada aspal yang letaknnya diatas, warnanya putih,
dan permukaannya halus.
Wassalam.
http://arabquran.blogspot.com/2008/08/topik-83-sampai-ke-
aspal.html
315
Topik 84: Kuntum Khaira Ummatin
Bismillahirrahmanirrahim.
Ayatnya sbb:
ِ َّ ع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُؤْ ِمنُونَ ِب
َاَلل َو َل ْو آ َمن َ َوف َوتَ ْن َه ْونِ اس تَأ ْ ُم ُرونَ ِب ْال َم ْع ُر ْ ُك ْنت ُ ْم َخي َْر أ ُ َّمة أ ُ ْخ ِر َج
ِ َّت ِللن
َب لَ َكانَ َخي ًْرا لَ ُه ْم ِم ْن ُه ُم ْال ُمؤْ ِمنُونَ َوأ َ ْكث َ ُر ُه ُم ْالفَا ِسقُون
ِ أ َ ْه ُل ْال ِكتَا
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik.
316
Kita fokuskan pada 3 kata awal dulu, kemudian baru masuk ke kata
"ukhrijat".
Secara letterleij, kata كنتم- berarti You were - atau "Kalian dulu adalah"
Sama seperti kalau saya berkata كنتُ طفال- kuntu thiflan - I was a child
(dulu saya anak-anak).
أخرجت للناس
Secara harafiah, artinya : dikeluarkan untuk manusia.
KKA (Kata Kerja Asal) yaitu 3 huruf, خرج- kharija - yang artinya keluar.
317
Nah ingat lagi rumus UA-UI, yaitu kalau ingin membentuk suatu Kata
Kerja Lampau menjadi pasif, maka gunakan rumus UA, yaitu huruf
pertama harokat U dan huruf sebelum terakhir harokat A.
Huruf pertama alif harokat U, dan huruf sebelum terakhir (yaitu huruf
ro) harokat A. Sehingga:
UKHRIJA - dikeluarkan
TAFSIR
Ada 2 jawabannya:
1. Secara bahasa, kata kaana (dulu dia adalah) tidak selalu artinya dulu,
tapi bisa juga berarti senantiasa. Contohnya, di AQ banyak ayat yang
menyebutkan sifat Allah dengan kata kaana:
318
Sehingga jika dipakai kaidah ini pada ayat tsb, bisa juga di tarjamahkan:
Senantiasa kalian umat muslim menjadi umat terbaik... dst
2. Ada juga yang menafsirkan bahwa, ayat tsb memang berlaku untuk
masa datang, tetapi bisa dibawa ke masa depan asal, syarat dilakukan.
Syaratnya yaitu dijelaskan diayat tsb, bahwa : Kalian akan jadi umat
terbaik selama kalian melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar.
http://arabquran.blogspot.com/2008/08/topik-84-kuntum-khaira-
ummatin.html
Bismillahirrahmanirrahim.
Yang artinya:
1. Tidak ditarjamahkan
320
seperti: وكان هللا عليما حكيما- wa kaana Allahu 'aliiman hakiiman
Bisa diterjemahkan:
'Ala kulli haal, kata KAANA itu selalu menceritakan tentang kondisi atau
situasi.
Nah kata (dia) ini perlu di curigai, apakah betul (dia) atau (mereka).
Mengapa?
Karena kata kerja dalam bahasa arab jika diawal kalimat tidak
menggambarkan jumlah pelaku (selalu orang ke 3 tunggal).
321
Contoh:
masih kurang pas, karena kata yang dalam kurung (dia), semestinya
dilihat dulu kedepan.
Artinya kata YAKUN disini, walau secara individual merujuk kepada (dia
- satu orang [he]), akan tetapi karena letaknya diawal kalimat, maka
kita lihat dulu, kata kerja YAKUN ini menjelaskan kondisi siapa?
Ternyata yang dijelaskan kondisi orang-banyak (mereka [they]). Maka
lebih tepat YAKUN ini kita tarjamah: tidak akan mereka menjadi dalam
kondisi tertentu. Lihat bahwa subjeknya adalah "mereka", bukan "dia".
Nah, untuk memperhalus tarjamah kita, ingat lagi teori KAANA: Setiap
ada KAANA, pasti (atau biasanya selalu) ada MUBTADA (subjek) dan
KHOBAR (prediket) setelahnya.
322
Maka Mubtada berawal dari alladziina kafaruu min ahlil kitaabi wal
musyrikiina.
Nah kata انفك- infakka ini jika diteruskan tashrifnya pada bentuk isim
fa'il (pelaku) menjadi منفك- munfakki (orang yang terlepas, orang yang
tercerai [dari suatu tempat / keadaan]). Dan karena bentuknya jamak
maka menjadi munfakkina (orang-orang yang terlepas).
323
Allahu a'lam.
http://arabquran.blogspot.com/2008/08/topik-84-lam-yakun-
alladzi.html
Bismillahirrahmanirrahim.
حرمت السحور على الصائم: harumat assahuuru 'alaa asshooimi (Sahur itu
menjadi terlarang bagi yang berpuasa)
حرمت المرأة على زوجها: harrumat al-mar-a-tu 'alaa zaujihaa (Wanita itu
menjadi terlarang bagi suaminya)
Contohnya:
Kalau kita teruskan, maka kita dapatkan bentuk isim fa'ilnya (kata
benda pelaku) adalah حارم- haarimun, dan isim maf'ulnya (kata benda
objek) محروم- mahruum. Dan bentuk isim zaman (kata benda
keterangan terjadinya perbuatan) atau isim makan (kata benda tempat
terjadinya perbuatan) adalah محرم- mahram. Kata mahram ini artinya
"terlarang", juga berarti "orang yang haram dinikahi". Jamaknya محارم-
mahaarim.
KKT-1
325
أحرم- ahrama : mengharamkan, dengan bentuk mudhory' يحرم-
yuhrimu, dan mashdarnya adalah إحرام: ihraam.
Kata mashdar ihraam, ini arti asalnya adalah "hal pelarangan", atau "hal
pengharaman". Kata ini, dipakai pada umumnya untuk menyebut:
Kalau kita teruskan bentuk KKT-1 ini maka kita akan bertemu dengan
bentuk:
محرم- muhrim (orang yang berihram), atau bisa juga menjadi isim fa'il
dari kata ahrama, yang bisa berarti "sesuatu yang mengharamkan".
KKT-2
326
Kata muharram ini kemudian diambil jadi nama bulan, yaitu bulan
pertama kalender Islam, yang mengharamkan terjadinya perang dalam
bulan tsb.
Wassalam.
http://arabquran.blogspot.com/2008/11/topik-85-haram-hurum-
ihram.html
Bismillahirrahmanirrahim.
Inti sari nahwu adalah i'rob. Sedangkan intisari shorof adalah tashrif.
327
I'rob إعربberasal dari 'arab عرب, sering disebut dengan "arabization"
atau "peng-arab-an". Mengapa disebut "peng-arab-an"? Karena bahasa
arab sangat kaya dengan perubahan bunyi akhir dari sebuah kata.
Ambil contoh.
أذهب إلى المسجد- adzhabu ilal masjidi : saya sedang pergi ke masjid
Terlihat bahwa, yang jadi fokus adalah cara membaca dari akhir kata,
apakah berakhiran, "u" -- seperti "masjidu", atau "i" -- seperti "masjidi".
Ini lah yang kita sebut dengan i'rob (arabization).
Shorof
Seperti:
أذهب إلى المسجد- adzhabu ilal masjidi : saya sedang pergi ke masjid
328
Jika sudah selesai, maka kata kerja adzhabu berubah jadi dzahabtu.
ذهبت إلى المسجد- dzhabtu ilal masjidi : saya sudah pergi ke masjid
Dua hal ini (perubahan kata kerja past ke present, dan, perubahan kata
kerja ke kata benda) disebut dengan Tashrif Ishtilahi.
ذهبنا إلى المسجد- dzhabnaa ilal masjidi : Kami sudah pergi ke masjid
Wallahu a'lam.
http://arabquran.blogspot.com/2008/11/topik-86-apa-itu-tashrif.html
329
Video Pelajaran Bahasa Arab
http://www.kalamullah.com/learning-arabic.html
Untuk melihat Video (DVD), pilih buku yang akan dipakai misal buku-1,
lalu pilih seri Video yang akan ditampilkan.
330
Dalam page ini juga dapat di download Kamus Arab - English dengan
cukup lengkap.
Semoga bermanfaat.
http://arabquran.blogspot.com/2005/09/ringkasan-diskusi-hari-ini-
tanggal-16.html
331
332