Anda di halaman 1dari 19

Pengenalan Tata Bahasa Arab (Nahwu Sharaf)

Daftar isi:
Bab 1: Dzalika Al-Kitabu ...................................................................... 1
Bab 2: Nakiroh Ma'rifah ...................................................................... 3
Bab 3: Posisi Fa’il dan Maf’ul............................................................... 5
Bab 4: Membentuk Kalimat Sempurna ............................................... 5
Bab 5: Huruf Jar................................................................................... 6
Bab 6: Rumah Pria Besar ..................................................................... 8
Bab 7: Tinjau ulang Bab 1 - 6............................................................... 8
Bab 8: Mengimani, Mendirikan, Rezkikan, Menginfakkan ............... 10
Bab 9 : Dia, Dia Berdua, Mereka ....................................................... 13
Bab 10: Tinjau Ulang Kata Kerja (Fi'il) ............................................... 14
Bab 11: Kata Kerja Lampau (KKL) Pasif ............................................. 16
Bab 12: Fi'il Majhul............................................................................ 17

Tulisan ini dimaksud untuk memberikan gambaran awal tentang


struktur Bahasa arab yang digunakan dalam kitab suci Al Qur’an.
Harapannya dapat mengggairahkan keinginan untuk mengerti kata-
kata dasar dalam Al Qur'an, dan dapat menjadi salah satu bahan
bacaan di kala senggang.

Terima kasih sebesar-besarnya untuk Ustadz Rafdian Rasyid yang


telah menyiapkan bahan ajar ini guna disebarkan ke berbagai
kalangan. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi dan melipat-
gandakan pahala beliau.

Untuk pendalaman yang lebih lanjut, sebaiknya mencari guru mengaji


yang benar-benar paham nahwu sharaf sehingga terhindar dari
pengertian dan bahkan penafsiran yang menyimpang.

Bab 1: Dzalika Al-Kitabu


Dengan menggunakan bahan ulasan dari Al Quran, Surat Al-
Baqaroh, kita akan mencoba memulai pelajaran kita. Mari mulai
dengan surat Al-Baqaroh ayat 1 dan 2.

‫بسم ﷲ الرحمن الرحيم‬

‫ الم‬- Alif - lam - mim: Hanya Allah yang tahu artinya.

1 of 19
‫ ذلك الكتاب‬- dzalika alkitabu: itu (sebuah) kitab

Di dalam bahasa arab, jenis kata dibagi hanya menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Isim (kata benda)

2. Fi'il (kata kerja)

3. Harf (kata tugas)

Bandingkan dengan bahasa Indonesia atau Inggris, pembagian kata


cukup banyak, ada kata sifat (adjective), kata benda (noun), kata
tunjuk, kata ganti, kata kerja (verb), dsb.

Bahasa Arab menggunakan definisi sendiri atas jenis kata dalam


struktur mereka. Contoh: Dalam bahasa Arab kata dzalika = itu.
Dalam bahasa arab kata ini termasuk kata benda (isim), sementara
dalam bahasa Indonesia kata "itu" adalah kata ganti tunjuk, bukan
kata benda (seperti: rumah, mobil, dsb).

Dalam bahasa Arab, rumah, mobil dsb itu, juga termasuk kata
benda, yang disebut kata benda alam (isim alam), karena benda-
benda itu wujud ada di alam. Lalu kata dzalika = itu, disebut kata
benda tunjuk (isim isyaroh).

Nah, isim sendiri terbagi-bagi lagi. Ada isim alam, ada isim isyaroh,
ada isim maushul dsb.

Disini menariknya bahasa Arab. Ternyata pengelompokan jenis kata


menjadi 3 saja itu tujuannya adalah bahwa: hukum-hukum yang
berlaku bagi 3 jenis kata tersebut dalam satu kelompok sama.
Contoh, setiap isim, tidak terpengaruh waktu. Misalkan kata buku
waktu kemaren disebut ‫تاب‬ ‫( ال‬al-kitaabu), sedangkan waktu besok
disebut al-kitaabu.

Selain itu, hukum isim berubah sesuai dengan jenis kelamin subject?
Misal saya sebutkan: Itu buku = ‫ذلك كتاب‬

Kalau saya suruh Anda membuat kalimat: Itu pohon. Pohon bahasa
Arabnya adalah syajaratun ‫ شجرة‬. Apakah anda akan bilang spt ini:

‫ذلك شجرة‬
dzalika syajaratun = itu (sebuah) pohon.

JAWABAN ANDA SALAH. Kenapa?

2 of 19
Karena dzalika adalah isim yang terikat dengan hukum-hukum isim,
yang salah satunya mengatakan bahwa isim berubah mengikuti jenis
kelamin subjectnya. Nah kata kitaab (buku) berjenis kelamin laki-
laki, maka kita pakai isim isyaroh (kata tunjuk) berjenis laki-laki juga
yaitu dzalika. Lalu kata dzalika ini menjadi tilka, untuk subject yang
berjenis perempuan. Kata pohon berjenis perempuan, maka yang
betul kalimatnya menjadi

‫تلك شجرة‬
tilka syajaratun = itu (sebuah) pohon.

Bab 2: Nakiroh Ma'rifah


Pada Bab 1, kita belajar bahwa kata benda (isim) dalam bahasa Arab,
sangat tergantung pada jenis kelamin kata (apakah perempuan atau
laki-laki). Sekarang, bagaimana cara menentukan apakah kata benda
ini berjenis laki-laki (mudzakkar), atau berjenis perempuan
(muannats)?

contoh: ‫ذلك كتاب‬


dzalika kitaabun = itu (sebuah) kitab. Adalah struktur kalimat yang
benar. Karena kata dzalika (berjenis laki-laki), kitaabun (berjenis laki-
laki).

‫ذلك شجرة‬
dzalika syajaratun = itu (sebuah) pohon. Adalah struktur kalimat
yang salah. Karena kata dzalika (berjenis laki-laki - mudzakkar),
sedangkan pohon (berjenis perempuan - muannats).

‫تلك شجرة‬
tilka syajaratun = itu (sebuah) pohon. Inilah kalimat yang benar,
karena dua-duanya merupakan kata benda berjenis perempuan.

Kata tunjuk menurut kelamin:

‫ذلك‬ dzalika = itu (laki-laki)

‫ تلك‬tilka = itu (perempuan)

‫هذا‬ hadzaa = ini (laki-laki)

‫ هذه‬hadzihi = ini (perempuan)

3 of 19
Bayangkan disebelah anda Ada, Febrianti dan Sutanto. Kemudian
datang teman lain yang belum kenal Febrianti dan Sutanto, maka
Anda akan berkata:

,(hadzaa Sutanto) Ini Sutanto ‫هذا‬

.(hadzihi Febrianti) ini Febrianti ‫هذه‬


Untuk kata benda alam (isim alam) seperti mobil, kantor,
perpustakaan, buku dll, maka cara yang paling mudah adalah
dengan melihat apakah ada ta marbutoh ‫ ة‬atau ‫( ـﺔ‬ta tertutup) pada
akhir katanya. Jika ada ta marbutoh, maka kata ini termasuk jenis
perempuan.

Contoh:

syajaratun = pohon ‫شجرة‬

baqoratun = sapi betina ‫بقرة‬

fatimah = nama orang ‫فاطمة‬


Ada beberapa tanda-tanda lain (yang lebih jarang muncul) untuk
isim alam jenis perempuan, tetapi pada kesempatan kali ini kita
hanya tampilkan satu yaitu adanya ta marbutoh. Tanda ini paling
sering muncul.

Nakiroh dan Ma'rifah

Sekarang kita masuk ke topik baru. Pada saat kita baca ‫تاب‬ ‫ذلك ال‬
dzalika al-kitaabu (buku itu), kata buku ‫( كتاب‬kitaabu) ditambahkan
al (‫ )الـ‬menjadi ‫( الــكتاب‬al-kitaabu), penambahan al ini maksudnya
adalah menjadikan suatu kata benda menjadi sesuatu yang
diketahui (definitif), sama halnya dalam bahasa Inggris, untuk
memberitakan sesuatu yang sudah diketahui ditambah THE.

Misalkan:

I read a book ‫ا‬ ‫ أقرأ كتا‬aqra-u kitaaban

I read the book ‫تاب‬ ‫ أقرأ ال‬aqra-u al-kitaaba


Pada contoh pertama, si pendengar belum mengetahui buku apa
yang dimaksud oleh si pembicara. Sedangkan pada contoh kedua si
pembicara yakin si pendengar sudah sama-sama tahu buku apa yang
sedang dia baca.

4 of 19
Pada contoh pertama, kata kitaab disebut nakiroh (artinya belum
definitif, belum diketahui oleh yang mendengar object yang jelas).
Sedangkan pada contoh kedua disebut ma'rifah (definitif) yang
artinya pembicara yakin pendengar tahu secara pasti (definitif)
object mana yang disebut.

Kembali ke surat Al-Baqaroh:

dzaalika al-kitaabu ‫ذلك الكتاب‬


maka kitaab (buku) disini ma'rifah, artinya pembaca ayat ini
diasumsikan sudah tahu kitaab apa yang dimaksud. Dzalika Al-
kitaabu = buku itu, atau bisa dibaca buku (yang kalian sudah tahu
tentangnya) itu. Menurut tafsir, maksud dari "buku itu" adalah Al-
Quran itu sendiri.

Bab 3: Posisi Fa’il dan Maf’ul


Dalam membaca kalimat tanpa harokat seperti ‫شجرة‬, apa bedanya
antara antara as-syajaratu dengan as-syajarata? Jawaban ringkasnya
adalah melihat kepada posisi yang ditempati oleh kata tsb. Apakah
dia sebagai subject (fa’il) atau sebagai objek (maf’ul). Jika dia
sebagai subject, maka dia dibaca as-syajaratu, jika dia sebagai objek
maka dibaca as-syajarata.

Contoh:

Pohon ini besar. ‫ة‬ ‫( هذه الشجرة كب‬hadzihi as-syajaratu kabiiratun)

Saya (telah) melihat (sebuah) pohon. ‫الشجرة‬ ‫( رأ ت‬ro-ai-tu as-


syajarata)

Pohon dalam kalimat pertama berfungsi sebagai subject, maka dia


dibaca as-syajaratu, sedangkan Pohon dalam kalimat dua berfungsi
sebagai object maka dia dibaca as-syajarata.

Bab 4: Membentuk Kalimat Sempurna


Pada topik kali ini akan dibahas bentuk kalimat sempurna. Layaknya
dalam bahasa Indonesia satu ide kalimat disebut lengkap kalau
memiliki Subject dan Prediket. Sebagai contoh: "Buku itu besar",
adalah kalimat sempurna. Tapi kalau saya sebut: "Buku itu", nah ini
kalimat yang belum lengkap, karena maknanya masih menggantung.
Tapi kalau saya tulis "Itu sebuah buku", maka ini sudah menjadi
kalimat sempurna, karena ide kalimatnya sudah lengkap.

Dalam struktur bahasa Arab, contoh diatas dapat ditulis sbb:

5 of 19
‫ذلك الكتاب‬
Predikat Subject

Mubtada' Khobar

Buku Itu

Jika dibaca dari kanan: Itu (sebuah) buku. Kalimat ini disebut kalimat
sempurna. Jadi kalau sudah ada Subject (Mubtada') dan Predikat
(Khobar), maka struktur kalimat menjadi lengkap.

Contoh lain: Pasar (itu) besar

‫سوق كبير‬
suuqun kabiirun - Subjectnya “Pasar”, Pedikatnya “Besar”.

Contoh lain: Itu (sebuah) pasar besar

‫ذلك سوق كبير‬


dzalika suuqun kabiirun - Subjectnya “itu”, Predikatnya “Besar”.

Kembali ke surat Al-Baqaroh:

‫ذلك الكتاب ﻻ ريب فه‬


dzaalika al-kitabu laa raiba fiihi

Kitab itu tidak ada keraguan di dalamnya.

Dapat dipandang sbb:

1. (S) Itu -- (P) Kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya

2. (S) Kitab -- (P) tidak ada keraguan di dalamnya

3. (S) tidak ada keraguan (P) di dalamnya

Kalimat diatas dapat dipandang sebagai (S) dan (P) [baris 1] dimana
(P) nya terdiri dari (S) dan (P) [baris 2], dan (P) baris 2 sebenarnya
terdiri dari satu kalimat sempurna juga yaitu (S) dan (P) baris 3.

Bab 5: Huruf Jar


Dalam bahasa Indonesia kita biasa menyebutnya sebagai kata depan
spt:

Saya di rumah ‫انا فﻲ البيت‬


6 of 19
ana fii al-bayti

Kata: di (atau didalam) dalam bahasa Arab adalah fii, inilah yang
disebut huruf Jar.

Kembali ke surat Al-Baqaroh: 1-2

Kitab itu, tidak ada keraguan didalamnya, petunjuk bagi orang yang
bertakwa dengan menjaga diri.

Ada 2 huruf jar kita temui yaitu:

‫( ﻻ ريب فيه‬laa raiba fii hi) yaitu pada kata ‫( فيـ‬fii) yang artinya
di atau didalam.

‫(هدى للمتقين‬hudan lil-muttaqien) yait pada kata ‫( ل‬li) yang


artinya bagi.

Kata ‫ للمتقين‬ini jika kita pecah terdiri dari 2 kata yaitu ‫( ل‬li) dan
‫( المتقين‬al-muttaqien).
Apa saja huruf jar yang sering dijumpai?

Tadi sudah disebutkan dari, untuk. Yang cukup banyak dijumpai


adalah:

min = dari ‫من‬

ila = ke ‫إلى‬

an = dari' ‫عن‬

ala = diatas' ‫على‬

tahta = dibawah ‫تحت‬

fii = didalam ‫فﻲ‬

li = untuk/bagi ‫ل‬
Contoh lain:

Saya didalam pasar: ana fi as-suuqi -- ‫السوق‬ ‫انا فﻲ‬

Dia dari terminal: ‫المحطة‬ ‫ هو من‬huwa minal mahaththoti

7 of 19
Bab 6: Rumah Pria Besar
Kalau saya menyebut kalimat begini "Rumah pria besar". Atau
"Rumah pria yang besar itu". Apa yang terbayang dalam pikiran
Anda? Apakah yang besar itu? Apakah "Rumah" atau "Pria"nya?

Kalau saya tulis: Rumah pria yang besar, ada 2 kemungkinannya:

(Rumah pria) yang besar --> yang besar Rumahnya

Rumah (pria yang besar) --> yang besar Prianya.

Masalah-masalah spt ini sering muncul dalam ber-bahasa Indonesia.


Tafsir kalimat jadi abu-abu, dan kabur.

Salah satu mu'jizat bahasa Arab adalah, menjelaskan tafsir yang


sebenarnya. Sehingga makna kalimat menjadi jelas, tidak abu-abu.

Ambil contoh yang tadi:

‫العظيم‬
ِ ‫بيتُ الرج ِل‬
Baytur rajuli al-'adziimi --> Rumah (pria yang besar). Prianya yang
besar, rumahnya bisa jadi kecil.

Tapi kalau ditulis begini:

‫بيتُ الرج ِل العظي ُم‬


Baytur rajuli al-'adziimu --> (Rumah pria) yang besar. Yang besar
adalah Rumahnya, prianya bisa jadi kecil.

Terlihat bahwa dengan hanya merobah harokatُ ِ maka kejelasan


makna kalimat menjadi terang sekali. Topik ini nanti dibahas pada
bagian Mudhof (majemuk).

contoh:

alkutubu jadiidatun (benar) ‫الكتب جديدة‬

alkutubu jadiidaatun (salah) ‫جديدات‬ ‫الكبب‬

Bab 7: Tinjau ulang Bab 1 - 6


Pada Bab 1 kita telah menjelaskan jenis-jenis kata dalam bahasa
Arab, yaitu: (1) isim--kata benda, (2) fi'il--kata kerja, dan (3) harf
(atau huruf)--kata tugas. Bab 2 sampai 5 kita telah jelaskan jenis-
jenis isim dan harf. Bab 6 agak melenceng sedikit, menjelaskan
masalah mudhof (atau kata majemuk).

8 of 19
Sekarang kita review ulang surat Al-Baqaroh 1-2:

Kitab itu, tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang-


orang yang bertaqwa.

Mari kita penggal menjadi 9 kata yaitu:

....‫ ل‬.....‫ هدى‬.....‫ ـه‬.....‫ فﻲ‬.....‫ ريب‬.....‫ ﻻ‬....‫الكتاب‬.....‫ذلك‬


‫المتقين‬
Kemudian kita kategorikan apakah dia termasuk isim, fi'il, atau harf.
Kenapa? Karena kalau sudah punya "feeling" jenis-jenis kata tsb, kita
minimal bisa "nebak-nebak" artinya.

Mari kita urai satu-satu.

dzalika: itu --> isim isyaroh (kata benda tunjuk) ‫ذلك‬

al-kitaabu: buku --> isim alam ma'rifah (kata benda yang ‫الكتاب‬
(sudah spesifik

laa: tidak ada --> harf (kata tugas), tugasnya adalah meniadakan ‫ﻻ‬
secara makna kata setelahnya

roiba: keraguan --> isim ‫ريب‬

fii: didalam --> harf jar (kata tugas), tugasnya adalah menjadikan ‫فﻲ‬
kata setelahnya tidak berakhiran un atau u, tetapi in atau i. Lihat
.topik 5

hi: nya --> isim dhomir (kata ganti orang) ‫ـه‬

hudan: petunjuk --> isim ‫هدى‬

li: bagi --> harf jar (kata tugas). Lihat topik 5 ‫ل‬

.al-muttaqien: orang-orang yang bertaqwa --> isim alam ‫المتقين‬


Dari 9 kata tersebut, ternyata tidak ada kata kerja (fi'il) didalamnya.
Apa yang dapat kita Tarik maknanya?

Mari kita lihat contoh ilustrasi kalimat berikut:

Rumah dipuncak bukit itu indah rupawan, diatasnya ada


pemandangan gunung yang menghijau.

9 of 19
Terlihat, walau kalimat itu panjang, adakah bayangan "pekerjaan"
dalam kalimat diatas? Bandingkan dengan ini.

Rumah dibawah lembah itu ditimpa longsor, dari batu yang


menggelinding dengan cepat, menimpa lalu meremukkan rumah
tersebut.

Dalam kalimat kedua, ada kata kerjanya yaitu: ditimpa,


menggelinding dengan cepat, menimpa, meremukkan. Terbayang
ada "Action" disini kan, ada sesuatu yang bergerak, bekerja. Itulah
kata kerja (atau fi'il) dalam bahasa Arab.

Kembali lagi ke ayat 2 surat Al-Baqaroh diatas, kita tidak


menemukan fi'il (atau kata kerja). Semuanya kata benda dan harf
(kata tugas) saja.

Buku itu, tidak ada keraguan didalamnya, petunjuk bagi orang-


orang bertakwa.

Kalimat ini semacam kalimat pemberitahuan, bahwa kitab itu (yaitu


Al-quran) tidak ada keraguan sedikitpun didalamnya, dan dia adalah
petunjuk bagi orang-orang bertaqwa. Kalimat ini tidak
membutuhkan action/Tindakan dari pembacanya.

Perlu dilihat disini kata-kata ‫ ﻻ‬yang diikuti kata benda yang


berbentuk nakiroh (umum) ‫ ر ب‬- keraguan. Tugas Laa itu adalah
meniadakan apapun jenis kata benda setelahnya (yaitu keraguan).
Yang bisa diterjemahkan, tidak ada setetespun (sedikitpun)
terhadap segala jenis keraguan, didalamnya.

Bab 8: Mengimani, Mendirikan, Rezkikan,


Menginfakkan
Topik kali ini membahas mengenai fi’il (kata kerja). Dalam bahasa
Arab kata kerja dibagi 2 jenis, yaitu kata kerja sempurna--perfect
tense (atau telah lewat – Past Tense), dan kata kerja belum
sempurnya--imperfect tense (atau sedang dilakukan, atau akan
dilakukan – Present Tense/Future Tense).

Ilustrasi dalam bahasa Indonesia seperti ini:

”Muhammad membaca buku”.

Apa yang terbayang dalam pikiran Anda? Ya, anda akan tahu bahwa
ada orang yang bernama Muhammad membaca buku? Kalau saya
tanya, ”Kapan?”, ”Kapan dia membaca buku?”. "Apakah sekarang dia
sudah selesai membaca buku?". Tidak ada indikasi kapan sesuatu

10 of 19
perkejaan dilakukan. Bisa itu dikerjakan kemarin, saat ini, atau
besok.

Dalam bahasa Arab maka suatu perkerjaan dibedakan dalam 2


domain waktu saja, yaitu telah dilakukan (telah selesai dilakukan,
atau telah lewat), atau belum selesai dilakukan (sedang dilakukan,
atau akan dilakukan). Misalkan seperti ini:

َ ‫ – محمد َي ْق َرأ ُ ال ِكت‬Muhammadun yaqra-u al-kitaaba


‫َاب‬
Muhammad sedang membaca buku

َ ‫ – محمد قَ َرأَ ال ِكت‬Muhammadun qara-a al-kitaaba


‫َاب‬
Muhammad telah membaca buku

Terlihat dari dua kalimat diatas, terdapat 2 isim (kata-benda) yaitu


ُ ‫ ال َت‬. Sedikit mengulang topik yang lalu mengenai
‫ ﻣﺤﻤﺪ‬dan ‫اب‬ ِ
kata benda spesifik (ma’rifah) dan belum spesifik (nakiroh). Kata
ٌ َ
buku (‫ – ِكتاب‬kitaab) maka karena ada ( al- ‫ ) ال ـ‬maka dia menjadi
spesifik (artinya orang yang mendengar kalimat itu dianggap sudah
mengerti buku mana yang dimaksud). Silahkan buka kembali
pembahasan sebelumnya.

Isim yang kedua adalah ‫ ﻣﺤﻤﺪ‬Muhammadun (atau kalau dalam


bahasa lisan – Muhammad). Karena ini nama orang, bukan nama
jenis, maka ini termasuk spesifik. Artinya pendengar (orang yang
mendengar kalimat ini diucapkan), dianggap telah tahu Muhammad
mana yang dimaksud (apakah Muhammad Rafli, Muhammad Satori,
dll).

Kata yang ketiga yang kita temui dalam kalimat diatas adalah kata
kerja : membaca. Ada 2 format yang kita temui yaitu:

ya'ra-u dia sedang membaca-- ُ ‫َي ْق َرأ‬

qa-ra-a dia telah membaca-– َ‫قَ َرأ‬

Bagaimana kita membedakan bahwa suatu kata itu bersifat sedang


(fi’il mudhori’) atau bersifat lampau (fi’il madhy)?

Dari contoh diatas, terlihat bahwa beda antara bentuk sedang dan
telah hanyalah pada tambahan kata didepan nya.

qa-ra-a adalah asal kata dari membaca – َ‫قَ َرأ‬

Dalam bahasa Arab, kata itu punya asalnya (atau akarnya). Misal
kata dan ‫ أَ ْسلَ َم‬muslimun (1 orang pria muslim), asal kata nya ‫ُم ْس ِل ٌم‬
11 of 19
sa-la-ma. Sebagai informasi – ‫سلَ َم‬
َ akar kata dari aslama adalah
.awal, akar kata asli bahasa Arab, terdiri dari 3 huruf.

Akar kata ini menjadi indeks awal di kamus. Jadi kalau mencari kata
‫ ُم ْس ِلم‬muslim jangan dicari di huruf ‫ م‬tapi carilah di huruf ‫س‬
Kembali lagi, dalam bahasa arab, akar kata itu berbentuk kata kerja
telah (fi’il madhy). Jadi asal kata membaca itu

qa-ra-aَ ‫قَ َرأ‬

kalau dicari di kamus di huruf ‫ق‬

Jangan mentang-mentang ketemu kata-kata yaq’ra’u (yang – ُ ‫َي ْق َرأ‬


artinya juga membaca), maka Anda ujug-ujug mencari di kamus
pada huruf ‫ي‬

Kesimpulannya adalah: Kalau mau menjadikan suatu kata kerja


menjadi bentuk sedang maka tambahkan ‫ ي‬atau ‫( ـ‬ya) di depan
kata kerja bentuk lampau (kata kerja telah).

Sebagai latihan mari kita lanjutkan surat Al-Baqorah ayat 3

Perhatikan ada 4 kata kerja diatas, 3 merupakan bentuk sedang, 1


bentuk telah? Bisa Anda tebak?

Yang bentuk sedang

– (diawal kata ‫ يــ‬lihat ada tambahan) yu’ minuu-na – ‫يؤمنون‬


mereka sedang beriman

– (diawal kata ‫ يــ‬lihat ada tambahan) yu qii-muu-na – ‫يقيمون‬


mereka sedang mendirikan (sholat)

mereka – (diawak kata ‫ يــ‬lihat ada tambahan) yun fi-quun – ‫ينفقون‬


sedang berinfaq

Yang bentuk lampau

‫رزقناهم‬
asal nya adalah

‫رزق‬ - ro-za-qo (yang artinya rezkikan)

lalu mendapat akhiran ‫( نا‬yang artinya kami telah) dan

12 of 19
‫( هم‬yang artinya kepada mereka) .
Jadi razaqnaahum artinya (yang kami telah rezekikan kepada
mereka).

Mari kita gunakan rasa bahasa dari makna sedang. Kalau kita baca
“sedang beriman”, “sedang mendirikan (sholat)”, “sedang berinfaq”,
kurang cocok dengan rasa bahasa Indonesia. Maka kembali ke
hukum dasar, maka kata kerja bentuk sedang dalam bahasa Arab
juga dapat diterjemahkan kebiasaan (atau pekerjaan yang rutin
dilakukan).

Maka kalimat diatas dapat diterjemahkan:

Mereka terus beriman, dan mereka selalu mendirikan (sholat), dan


mereka rajin berinfaq

Bab 9 : Dia, Dia Berdua, Mereka


Kata yang sering muncul dalam Al-Quran adalah kata ganti orang ke
3 untuk laki-laki, yaitu:

َ ُ
Dia ‫ هﻮ‬huwa
ُ
Dia berdua ‫ ه َﻤا‬humaa

ْ ُ
Mereka ‫ هﻢ‬hum

Contoh kalimat:

Dia ganteng: ‫ل‬


ٌ ‫ هﻮ جﻤ‬huwa jamiilun

Dia berdua ganteng: ‫ﻼن‬


ِ ‫ هﻤا جﻤ‬huma jamiilaani

Mereka ganteng: ‫لﻮن‬


ْ ‫ هﻢ جﻤ‬hum jamiiluuna

Kata ganti orang berdua (dia berdua atau ‫هﻤا‬-humaa) agak jarang
ditemukan dalam Al-Quran, dibandingkan dengan Dia (seorang) ‫هﻮ‬-
huwa, atau Dia banyak (mereka) ‫هﻢ‬-hum.

Latihan 1:

Farid adalah seorang siswa. Dia jujur.

Farid ‫ﺪ‬ ‫ف‬-Fariid

13 of 19
adalah -- dalam bahasa Arab, tidak ada kata pengganti adalah

seorang siswa ‫ذ‬ ‫تلﻤ‬-tilmiizun

Dia ‫هﻮ‬-huwa

jujur ‫صادق‬-shoodiqun

Jadi kalimatnya menjadi:

fariidun tilmiizun (farid seorang siswa)-‫تلميذ‬ ‫فريد‬

huwa shoodiqun (dia jujur)-‫صادف‬ ‫هو‬

Latihan 2:

Orang-orang muslim itu ganteng. Mereka orang-orang yang jujur.

‫المسلمون جميلون‬
almuslimuuna jamiiluuna (orang-orang muslim itu ganteng-ganteng)-

‫هم صادقون‬
hum shoodiquuna (mereka jujur)-

Terlihat bahwa untuk kata sifat (ganteng, jujur), jika untuk 1 orang
(dia satu orang) tidak ada tambahan waw nun (‫)ون‬. Lihat bedanya
dengan untuk banyak orang (mereka) ada tambahan waw nun di
akhir kata sifatnya. Ingat ‫ صادق‬dengan ‫صادقﻮن‬.

Bab 10: Tinjau Ulang Kata Kerja (Fi'il)


Pada Bab yang lalu kita sudah melihat pembagian jenis kata kerja
dalam bahasa Arab yaitu hanya terbagi dua macam: Kata Kerja
Sedang (KKS), dan Kata Kerja Lampau (KKL)

Kembali Surat Al-Baqarah ayat 3:

14 of 19
Di ayat ini kita temui 3 KKS dan 1 KKL. Yang mana itu? Kita ulangi
kembali:

Yang bentuk sedang

‫ يؤمنون‬- yu’ minuu-na

Mereka sedang beriman (lihat di awal kata ada tambahan ‫) يــ‬

‫ يقيمون‬- yu qii-muu-na
Mereka sedang mendirikan (sholat), lihat di awal kata ada tambahan
‫يــ‬

‫ ينفقون‬- yun fi-quuna

Mereka sedang berinfaq (di awal kata ada tambahan ‫) يــ‬

Yang bentuk lampau

‫ رزقناهم‬yang asalnya adalah ‫ رزق‬ro-za-qo (yang artinya rezekikan),


lalu mendapat akhiran ‫( نا‬yang artinya kami telah) dan ‫( هم‬yang
artinya kepada mereka). Jadi razaqnaahum artinya (yang kami telah
berikan rezeki kepada mereka).

Fokus topik kali ini adalah menjelaskan Tips memeriksa apakah kata
kerja itu termasuk KKS atau KKL.

Berikut contoh lainnya:

yaktubu = dia menulis ‫يكتب‬

aktubu = saya menulis ‫أكتب‬

naktubu = kami menulis ‫نكتب‬

taktubu = kamu menulis ‫تكتب‬


Terlihat bahwa untuk KKS: selalu ada tambahan diawal kata
kerjanya. Maksudnya? Ya lihat saja contoh diatas. Kata asalnya
adalah ‫كتب‬-kataba. Lalu untuk membentuk kata kerja sedang
(KKS), tambahan huruf sebelum ‫كتب‬- yang biasa (sering muncul di
Al-Quran adalah) ‫ون‬..‫ـ‬ , ‫ ـ‬, ‫ت‬, ‫ أ‬. Jadi asal ketemu kata-kata
tambahan tsb terhadap suatu kata kerja, maka bisa dikira-kira
maksud kata kerja tsb adalah kata kerja sedang (KKS).

Hal itu dapat diringkaskan dalam rumus berikut:

15 of 19
ya anita = ya alif nun ta

Kembali ke surah Al Baqaroh. Ada berapa Fi'il dalam ayat 4 ini?

Kalau jawaban anda 4, maka kita bisa lanjut ke topik berikutnya


Insya Allah, mengenai kata kerja Pasif. Lihat di ayat 4 diatas kata
‫أنزل‬-unzila, adalah kata kerja pasif (artinya diturunkan), karena dia
KKL (fi'il madhy), maka lebih tepat artinya "telah diturunkan".
Bagaimana ciri-ciri KKL Pasif. Insya Allah akan kita bahas setelah
pesan-pesan berikut.

Bab 11: Kata Kerja Lampau (KKL) Pasif


Topik kali ini, kita akan melihat ciri-ciri kata kerja lampau pasif.

Kita akan lihat perbedaan kata kerja pasif dalam Bahasa Indonesia
dan dalam Bahasa arab:

dalam bahasa Indonesia:

Umar telah memukul --> Kata kerja lampau aktif

Umar telah dipukul --> Kata kerja lampau pasif

Dalam bahasa Arab juga demikian.

(Umar telah memukul) dhoraba 'umaru -- ‫ع َم ُر‬


ُ ‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ
Dalam bahasa Arab (atau dalam Al-Qur'an) biasanya lebih umum
meletakkan Pelaku dibelakang kata kerjanya. Contoh diatas: Umar
memukul, dapat saya tulis

('umaru dhoraba) --> Umar telah memukul ‫ب‬


َ ‫ض َر‬
َ ‫ع َم ُر‬
ُ
(dhoraba 'umaru) --> Umar telah memukul ‫ع َم ُر‬
ُ ‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ . (lebih sering
digunakan)

َ َ
Nah sekarang untuk membentuk pasif, kata ‫َ ب‬ (dhoraba--telah
َ ُ
memukul) berubah menjadi ‫ب‬ (dhuriba--telah dipukul).

Perubahannya hanya pada harokat kata kerja lampaunya.

16 of 19
INGAT RUMUS INI : AA - UI

AA adalah kata kerja lampau (KKL) aktif

UI adalah kata kerja lampau (KKL) pasif

harokat huruf pertama A (dho), harokat huruf sebelum akhir - ‫ب‬


َ ‫ض َر‬
َ
A (ra)--> telah memukul

harokat huruf pertama U (dhu), harokat huruf sebelum akhir - ‫ب‬


َ ‫ض ِر‬
ُ
I (ri)--> telah dipukul

Mari kita lihat surat Al-baqorah ayat 4.

َ ْ
Terlihat disitu ada kata: ‫( أنزل‬unzila-- telah diturunkan)

Kata kerja ini terdiri dari 4 huruf.

RUMUS AA - UI : AKTIF - PASIF

unzila (telah diturunkan) -- ‫أ ُ ْن ِز َل‬

anzala (telah menurunkan) -- ‫أَ ْنزَ َل‬


4 Huruf: (1) Alif, (2) Nun, (3) Zal, (4) Lam

AKTIF AA --> harokat huruf 1 = A (untuk huruf Alif), harokat huruf


sebelum akhir = huruf 3 = A (untul huruf Zal)

PASIF UI --> harokat huruf 1 = U (untuk huruf Alif), harokat huruf


sebelum akhir = huruf 3 = I (untuk huruf Zal)

Demikian rumus AA-UI untuk KKL (Kata Kerja Lampau).

Bab 12: Fi'il Majhul


Kita lihat kembali ayat 4 surat al-Baqarah.

17 of 19
Dan orang-orang yang beriman kepada apa yang diturunkan
kepadamu dan dan apa yang diturunkan kepada sebelummu, dan
kepada hari akhirat mereka yakin.

Hafalkan kata-kata berikut:

wa : dan-‫و‬

al ladziina : orang-orang yang-‫الذين‬

‫ يؤمنون‬- yu'minuuna : mereka senantiasa beriman (lihat ada ‫يـ‬


dan ‫ ون‬sebagai tanda dari KKS (ingat rumus YA ANITA) dan
‫ ون‬sebagai tanda untuk "mereka"

‫ بـ‬bi : dengan

‫ ـما‬ma : apa-apa yang

‫ أنزل‬unzila: (dia) diturunkan --> KKL pasif (lihat topik 11)

‫إليـ‬-ilay / asalnya ‫إلﻲ‬-ilaa : kepada

‫ ك‬ka : engkau
‫ و‬wa : dan

‫ ما‬maa : apa-apa yang

‫ أنزل‬unzila: (dia) diturunkan --> KKL pasif (lihat topik 11)

‫ من‬min : dari --> huruf jar (lihat topik sebelumnya)

‫ قبلـ‬qobla : sebelum-‫ قبل‬qabli / asalnya

‫ ك‬ka : engkau

‫ و‬wa : dan

‫ بـ‬bi : dengan

18 of 19
‫ اﻷخرة‬akhiirat : akhirat

‫ هم‬hum : mereka

‫ يوقنون‬yuuqinuun : mereka senantiasa yakin --> KKS


Kesimpulannya adalah: bahwa pengetahuan mengenai KKS, KKL, dan
rumus-rumusnya spt YA ANITA, AA dan UI, akan sangat membantu
kita dalam menerjemahkan dan memahami Al-Quran. Allahu a'lam.

19 of 19

Anda mungkin juga menyukai