Anda di halaman 1dari 11

Sinopsis Novel Tentang Kamu

Karya Tere Liye


Kisah dalam novel ini bermula dari Zaman Zulkarnaen, seorang mahasiswa Universitas Oxford yang menjadi
junior associate pada sebuah firma hukum ternama di pusat Kota London. Setelah dua tahun bekerja di sana, ia sama
sekali tak menyangka akan mendapatkan kasus penyelesaian pembagian warisan yang besarnya dapat menyaingi
kekayaan Ratu Inggris.
Bila dapat menyelesaikan kasus ini, partner firmanya menjanjikan kursi lawyer untuk Zaman. Tawaran yang
sangat menarik. Tapi untuk dapat menyelesaikannya, ia harus menghadapi kejutan yang melingkupi sang pemilik
warisan.
Kejutan pertama, dengan kekayaan yang mencapai satu miliar pounsterling atau setara dengan 19 triliun
rupiah, sang almarhum yang merupakan warga negara Inggris menghabiskan sisa hidupnya dengan tinggal di panti
jompo Kota Paris. Kejutan kedua, sang almarhum bernama Sri Ningsih, adalah seorang perempuan Jawa tulen dari
Indonesia, sama dengan Zaman.
Namun, dengan data yang minim mengenai kehidupan Sri Ningsih, Zaman tak memiliki pilihan selain
menelusuri jejak wanita itu dari awal kehidupannya. Mulai dari diary Sri Ningsih yang diserahkan petugas panti
jompo. “Titik awal dari investigasi Zaman adalah Pulau Bungin, Sumbawa.”
Dalam novel ini, Tere mengisahkan, bahwa sangat sulit bagi Zaman untuk mencari orang yang masih hidup
dan mengingat kejadian yang berlangsung pada 1940-an, tahun kelahiran Sri Ningsih. Zaman hampir menyerah. Tapi
beruntung ada seorang nelayan tua yang baru saja pulang melaut beberapa minggu, hadir dan menceritakan kehidupan
Sri Ningsih.
Dari satu informan ke informan lainnya, dari satu kota ke kota lainnya, Zaman menelusuri kehidupan Sri
Ningsih. Sumbawa, Surakarta, Jakarta, London, Paris, dan seluruh dunia tempat Sri Ningsih menghabiskan waktu-
waktu terakhirnya. Dengan informasi mengenai ahli waris yang muncul untuk kemudian menghilang lagi, Zaman
mempelajari banyak hal tentang klien yang hartanya warisannya luar biasa besar ini.
Hingga akhir hayatnya, Sri tetap dihantui masa lalu menyakitkan yang terus mencoba menorehkan luka di
hatinya. Saat Sri Ningsih meninggal, bisa dikatakan bahwa wanita ini telah memenangkan pertarungan, tapi ternyata
masih ada hal yang terus menghantui. Atas nama seluruh luka yang dimiliki kliennya, Zaman menghadapi masa lalu
Sri Ningsih, meski harus berhadapan dengan pilihan hidup atau mati.
Sinopsis novel Sabtu bersama bapak
Karya Adhitya mulya
Novel ini menceritakan tentang sebuah keluarga. Gunawan adalah suami dan bapak dari keluarga Garnida.
Dia memiliki istri bernama Itje. Mereka mempunyai dua anak laki-laki yang bernama Satya (8 tahun) dan Cakra (5
tahun). Kehidupan mereka berubah ketika Pak Gunawan tahu bahwa hidupnya hanya tinggal 1 tahun. Hal ini
disebabkan penyakit kanker yang dideritanya. Kemudian Pak Gunawan membuat sesuatu yang sangat berguna untuk
kehidupan kedua anaknya kelak yakni rekaman berisi pesan-pesan dirinya sebelum meninggal. Pak Gunawan juga
telah mempersiapkan segala sesuatu agar istri dan kedua anaknya tidak terlantar dan tidak menjadi beban bagi orang
lain. Setelah Pak Gunawan meninggal, Bu Itje membimbing kedua anaknya untuk menonton video sang bapak pada
setiap hari sabtu. Hingga akhirnya Satya dan Cakra tumbuh menjadi pria dewasa. Lalu, Satya dan Cakra menyalin
rekaman bapak ke dalam hardisk masing-masing dan membawanya bersama mereka.
Kehidupan mereka terus berlanjut. Cakra (30) bekerja di Bank POD, sebuah bank asing yang sudah berumur
70 tahun dan berasal dari Jerman. Cakra menjabat sebagai Deputy Director divisi micro finance dan masih berstatus
jomblo. Status itulah yang membuat dirinya di-bully oleh bawahannya. Namun sebenarnya Cakra tengah
mempersiapkan semuanya untuk pernikahannya kelak, salah satunya adalah rumah untuk tempat tinggalnya bersama
istri dan anaknya nanti. Satya (33) sudah berkeluarga. Istrinya bernama Rissa (32) dan ketiga anaknya bernama Ryan
(7), Miku (5), dan Dani (3). Mereka tinggal di Denmark karena Satya bekerja di salah satu kilang minyak milik Norse
Oil og Gas (NOG). Bu Itje tinggal di Sukajadi, Bandung. Ia membuka usaha warung nasi yang sukses.
Cakra jatuh cinta pada Ayu, staf baru bank POD bagian asisten manajer divisi customer service. Namun Cakra
yang sudah bertahun-tahun menjomblo kesulitan untuk mendekati Ayu. Di sisi lain ada Salman yang menjabat
sebagai Deputy Director divisi legal yang juga mengincar Ayu untuk dijadikan kekasihnya. Ayu cenderung memilih
dekat dengan Salman daripada Cakra karena Cakra terlihat seperti pria aneh di mata Ayu.
Satya cenderung mendidik ketiga anaknya dengan keras. Dia sering marah-marah apabila ketiga anaknya tidak
bisa mengerjakan suatu hal. Dia juga protes tentang masakan Rissa. Hal itu membuat Rissa mengirim surat lewat e-
mail karena Satya tidak bisa diajak mengobrol lewat telepon. Setelah membaca surat itu, Satya sadar bahwa dia
bukanlah bapak yang baik. Satya berusaha untuk berubah.
Diam-diam Bu Itje menyimpan sendiri penyakitnya. Ia tidak ingin kedua anaknya tahu karena ia tidak ingin
menjadi beban kedua anaknya. Bu Itje menderita penyakit kanker payudara dan sedang menjalani operasi
pengangkatan. Di sisi lain, Bu Itje khawatir kepada Cakra karena Cakra belum juga menikah. Bu Itje menawarkan
Cakra untuk berkenalan dengan Retna, anak Bu Tyas, seorang teman dari rombongan haji dulu. Cakra setuju dan
kemudian bertemu Retna di museum Fatahilah. Ternyata setelah bertemu, Retna yang dimaksud ibunya adalah Ayu.
Ayu juga tidak menyangka bahwa Saka yang dimaksud oleh ibunya adalah Cakra. Kemudian mereka berjalan-jalan di
museum Fatahilah sambil menceritakan pengalaman hidup masing-masing. Ayu mulai terpikat dengan kepribadian
Cakra yang dewasa. Di tempat itu pula, Cakra menyatakan keinginannya untuk menjadikan Ayu pacarnya. Dia
menunggu jawaban dari Ayu.
Setelah operasi pengangkatan payudara sebelah kanan, yang sebelah kiri juga akan dilakukan operasi. Kondisi
Bu Itje semakin memburuk. Ia lalu menghubungi Cakra dan menceritakan semuanya. Setelah mengetahui ibunya sakit
parah lewat telepon, Cakra memacu mobilnya menuju rumah sakit dan menemukan ibunya berbaring tanpa tenaga dan
rambut. Satya yang baru diberi kabar oleh Cakra juga sedih.
Di tengah sakitnya Bu Itje, Ayu menerima Cakra sebagai pacarnya. Keadaan Satya beserta istri dan ketiga
anaknya juga telah harmonis kembali. Satya berhasil menjadi suami dan bapak yang baik. Akhirnya, Satya beserta istri
dan ketiga anaknya, Cakra dan Ayu, juga Bu Itje berkumpul di rumah Cakra untuk sarapan bersama. Bu Itje memberi
tahu pada Cakra bahwa masih ada video bapak untuk dirinya. Kemudian, Satya, Cakra, dan Bu Itje menonton video
pesan Pak Gunawan yang terakhir.
Judul : Bunga Cantik di Balik Salju
Pengarang : Titik Andarwati
Penerbit : Diva Press
Ketebelan Buku : 458 halaman

Lana seorang wanita muda yang telah memutuskan untuk mengasuh Denniz anak temannya, saat itu
temannya meninggal ketika melahirkan.
Denniz diasuh oleh Lana karena ayahnya Brian tidak mau mengakui sebagai anaknya. Dengan
hadirnya Denniz, menjadi sebuah pertentangan dari keluarga Lana, namun lama kelamaan mereka pun
menerima Denniz dan membantu merawatnya.
Saat pertama mengasuh Denniz, Lana berusia 19 tahun, diusianya yang ke 25 tahun Lana
memutuskan untuk tinggal sendiri merawat Denniz. Dia membiayai kebutuhan sehari-hari dengan bekerja
staf pengajar di lembaga pendidikan asing.
Lana menjadi perempuan kebal ketika orang-orang melihatnya kagum, iba, sinis, ataupun jijik saat
seorang anak Denniz memanggilnya mama.
Lana mencintai Denniz dan dia anggap sebagai anaknya sendiri, namun kebutuhan memiliki seorang
pasangan harus ia pikirkan. Pada suatu hari hadirlah Dhimas, laki-laki pujaan banyak wanita.
Seorang Dhimas hanya mengetahui Lana seorang Ibu dengan satu anak, tapi dia menyukai Lana
walaupun seburuk apapun masa lalu Lana tanpa ia tahu keadaan sebenarnya.
Pada akhirnya mereka akan segera menikah, di suatu hari Dhimas mengajak Lana bertemu keluarga
besarnya disitulah terbuka rahasia Lana bahwa ia belum pernah melahirkan anak.
Novel ini bertemakan seorang wanita kuat dan memiliki hati yang baik, disaat usia yang cukup muda
ia harus merawat anak temannya.
Tokoh-tokoh dalam novel ini diantaranya Lana, Denniz, Dhimas, serta beberapa tokoh pembantu dan
piguran. Alur yang digunakan pada novel ini yaitu alur maju mundur, dimana Lana mengisahkan kembali
masa lalu hingga ankhirnya Dhimaz dan Lana menikah.
Judul Terjemahan : Menuju Titik Nol
Penulis : Agatha Cristie
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tgl Penerbitan : 1988-01-00
Halaman : 320
SINOPSIS MENUJU TITIK NOL
Kisah berawal ketika Nevile Strange memutuskan untuk mengajak istrinya Kay Strange dan mantan istrinya
Audrey Strange, untuk bertemu di suatu tempat selama dua minggu dengan maksud mencairkan hubungan ketiganya
yang kian memburuk. Mereka bertemu di rumah ibu angkat Nevile, Mrs. Camelia Tressilian.

Awalnya rencana itu tidak disetujui oleh semua orang, selain karena mereka tidak ingin menyakiti Audrey,
mereka juga tidak ingin melihat keributan yang bisa saja diakibatkan oleh tabiat Kay Strange yang dikenal amat
buruk. Tetapi Neville Strange bersih keras akan mempertemukan kedua wanita itu. Ia berdalih bahwa itu semua demi
keutuhan keluarganya.
Akhirnya tibalah saat itu, Audrey dan Kay bertemu, duduk, makan dan tidur dalam satu atap. Seluruh keluarga
berkumpul, mereka menyaksikan betapa Kay sangat membenci Audrey, dan betapa tingkah lakunya selama berada di
kediaman Mrs. Whithfield sangat berusaha untuk mengintimidasi Audrey. Tetapi Audrey tetap sabar dan tidak berniat
untuk membalas tingkah laku Kay.
Suatu malam, Mrs. Camelia Tressilian mengundang teman lamanya untuk makan malam di kediamannya, pria
itu bernama Mr. Treves. Dan di malam kunjungannya itulah Mr. Traves menceritakan berbagai hal yang terjadi selama
hidupnya. Dan semua orang sangat menyukai cerita Mr. Traves yang patriotis itu, sampai pada sebuah cerita yang
entah mengapa membuat suasana ruangan itu agak berbeda. Cerita itu mengenai pembunuha yang dilakukan oleh
seorang anak yang masih dibawah umur, anak yang tidak diketahui siapa namanya itu membunuh temannya ketika
mereka berdua secara tidak sengaja melepaskan anak panah dari busur yang sedang mereka mainkan. Hakim
memutuskan anak itu tidak bersalah, karena kematian temannya itu murni kecelakaan. Tetapi Mr. Traves meragukan
keputusan hakim tersebut, karena faktanya ada saksi yang menyatakan ia melihat anak lelaki itu berlatih menggunakan
busur, setiap sore di pekarangan yang jarang di lewati orang.
Di akhir kunjungannya Mr. Traves berkata bahwa ia akan mengenali lelaki yang melakukan pembunuhan
yang lolos dari hukuman itu, meskipun waktu nya telah berlalu lebih dari 20 tahun yang lalu. Hal itu dikarenakan
bocah kecil itu memiliki ciri tubuh yang akan membuatnya akan langsung dikenali.
Keesokan harinya, mereka yang tinggal di kediaman Mrs. Tressilian dikejutkan dengan kabar kematian Mr.
Traves. Polisi menyatakan kejadian itu murni kecelakaan.
Beberapa hari kemudian, Neville Strange mengemukakan niatnya untuk menceraikan Kay Strange dan
kembali pada Audrey Strange. Hal ini sangat mengejutkan semua orang, termasuk Mrs. Tressilian yang merupakan
orang tua angkat Neville. Audrey menolak niat Neville, dan Kay sangat murka. Suasana di kediaman Mrs. Tressilian
malam itu sangat kacau, dan sangat bisa diprediksi. Tetapi mereka tidak habis pikir, setan apa yang membuat Nevile
mengambil keputusan bodoh seperti itu. Bukankah dulu ia sendiri yang menyia-nyiakan Audrey untuk menikahi
perempuan binal seperti Kay. Lalu mengapa sekarang ia sendiri yang sepertinya menyesali keputusannya sendiri??
Keesokan harinya, suasana yang sudah kacau balau itu semakin bertambah kacau dengan ditemukannya mayat
Mrs. Tressilian. Terbaring kaku di atas ranjang dengan luka-luka fatal yang diakibatkan oleh benda tumpul.
Polisi segera datang, mereka segera melakukan penyelidikan. Diketahui bahwa senjata yang digunakan oleh
pelaku adalah tongkat golf, diketahui juga bahwa pelaku memukul korban dengan menggunakan tangan kiri, itu
berarti pelaku adalah pemilik tangan kidal.
Penyelidikan berlanjut kepada motif, karena ternyata tidak terdapat tanda-tanda pencurian yang dilakukan
oleh orang luar, artinya pembunuhan ini dilakukan oleh orang dalam yang sangat jelas dikenal dekat oelh Mrs.
Tressilian. Neville Strange, Kay Strange, Audrey Strange, Mary Aldin, Thomas Royde, Ted Latimer dan semua orang
yang tinggal dirumah Tressilian diselidiki, termasuk semua pembantu.
Inspektur Battle yang menangani masalah ini memikirkan motif yang menjadi satu-satunya motif yang
memungkinkan. Yaitu : UANG. Dan orang-orang yang mendapat keuntungan dari kematian Mrs. Tressilian adalah
Neville Strange, Audrey Strange, dan Marry Aldin. Dalam surat wasiat Mrs. Tressilian dikatakan ketiga orang itu akan
mendapatkan peninggalan berupa uang dengan ketentuan-ketentuan yang tidak bisa diganggu gugat. Neville dan
Audrey akan mendapatkan warisan sama besar, yakni sebanyak 50 % dari seluruh harta yang dimiliki oleh Mrs.
Tressilian. Begitupun dengan Mary Aldin, ia merupakan asisten kesayangan Mrs. Tressilian, dan apabila Mrs.
Tressilian wafat, Marry Aldin akan mendapatkan beberapa ratus ribu dolar dari uang peninggalan Tressilian.
Fakta mengenai surat wasiat itu membuat polisi lebih mengintenskan penyelidikan kepada ketiga orang
tersebut. dan ternyata bukti-bukti menunjukan bahwa Neville Strange-lah yang membunuh Mrs. Tressilian. Tetapi
penyelidikan tidak berhenti sampai disitu, polisi juga menyelidiki kemungkinan-kemungkian lain. Dan mereka
menemukan kemungkinan-kemungkinan lain tersebut, ternyata semua bukti yang mengacu pada keterlibatan Neville
Strange atas pembunuhan Mrs. Tressilian adalah bukti rekaan, yang sengaja disiapkan oleh seseorang untuk
memfitnah dan menjebloskan Neville ke dalam penjara. Dan bukti-bukti kedua menyatakan bahwa orang yang
memfitnah Neville Starnge adalah Audrey Strange, mantan istri Neville.
Motifnya sudah jelas, sakit hati dan dendam. Audrey dan Neville sudah menikah selama 8 tahun ketika tiba-
tiba Neville jatuh hati pada Kay dan memutuskan untuk menceraikan Audrey. Dan Audrey kemungkinan
merencanakan semua pembunuhan ini untuk membalaskan sakit hatinya terhadap Neville.
Tetapi Inspektur Battle merasakan ada yang janggal dalam kasus ini, ia terus melakukan penyelidikan.
Benarkah Audrey yang melakukan pembunuhan ini?? Suatu malam ia bertemu dengan seorang pria bernama Andrew
MacWirther yang ternyata telah mengetahui sesuatu yang selama ini terlupakan oleh Inspektur Battle. Bahwa jika
bukti yang pertama merupakan rekaan dari seseorang untuk menjebak Neville Strange, bukan tidak mungkin bukti
kedua yang mengacu pada Audrey Strange-pun adalah rekaan untuk menjebak Audrey Strange.
Akhirnya inspektur Battle bekerjasama dengan Andrew MacWhiter untuk menemukan pembunuh yang
sebenarnya. Dan ternyata fakta yang berhasil mereka peroleh sangat diluar dugaan. Mereka menemukan identitas
pembunuh tersebut tepat sebelum niat pembunuh itu tercapai. Tetapi bukti yang mereka peroleh kurang kuat,
sehinngga bukti-bukti itu tidak akan cukup untuk menjerat pembunuh. Akhirnya mereka memutuskan untuk membuat
bukti-bukti kondisional yang akan membuat pelaku mengakui semua tindakannya. Penjebakan.
Judul Buku : Surat Kecil Untuk Tuhan
Penerbit : Inandra Published
Tahun Terbut : 2008
Cetakan : Jakarta, September 2011
Tebal Buku : VII + 232
Pengarang : Agnes Danovar

Sinopsis Novel Surat Kecil Untuk Tuhan


Novel surat kecil untuk Tuhan menceritakan tentang perjuangan seorang gadis remaja dalam
melawan penyakit kanker yang sangat ganas, yaitu Rabdomiosarkoma (Kanker Jaringan Lunak).
Dialah Gita Sessa Wanda Cantika, kita mengenalnya sebagai mantan artis cilik pada era 1998. Gadis
kecil ini adalah tokoh utama dalam Novel Surat Kecil Untuk Tuhan yang di vonis menderita penyakit kanker
ganas.
Dokter memprediksi hidupnya tinggal 5 hari lagi. Kanker jaringan lunak itu setiap harinya
menggerogoti wajahnya sehingga terlihat buruk dan kelihatan tua. Walau dalam keadaan sulit, Keke terus
berjuang untuk tetap bertahan hidup dan tetap bersekolah layaknya gadis normal yang lainnya.
Orang tuanya berat untuk mengambil keputusan mengenai hal itu. Bagaimanapun sebagai orang tua,
mereka juga tidak tega melihat keadaan Keke seperti itu sehingga mereka merahasiakan penyakit kanker
tersebut dari Keke.
Namun pada akhirnya Keke mengetahui penyakit yang ia derita. Ia pun pasrah dan tidak marah
kepada siapapun yang merahasiakan penyakit ini darinya. Ia selalu memberikan senyuman kepada siapapun
dan menunjukkan perjuangannya bahwa walaupun dia terserang penyakit kanker, dia masih bisa berprestasi
di sekolahnya.
Tuhan menunjukkan kebesaran hatinya dengan memberikan nafas panjang kepada Keke untuk lepas
dari kanker itu walaupun hanya sesaat.
Namun kanker itu kembali setelah sebuah pesta yang keluarganya buat. Seakan kebahagiaan yang ia
rasakan cuman sesaat. Keke sadar bahwa nafasnya di dunia ini semakin terasa sempit.
Ia tidak pernah marah dan menyalahkan Tuhan. Keke tetap bersyukur mendapatkan sebuah
kesempatan untuk bernafas lebih lama dari pada vonis 5 hari hingga bertahan 3 tahun lamanya.
Waktupun berlalu dan kondisi Keke tak kunjung membaik hingga pada akhirnya dia harus dirawat
inap di RSCM dan mengalami koma selama 3 hari. Dalam masa opname ini ada berita yang begitu
membahagiakan untuk Keke dan keluarganya bahwa Allah memang memberikan cobaan sesuai kemampuan
hamba-Nya.
Keke membuktikan semua itu “Keke menjadi juara tiga kelasnya dalam ujian akhir sekolah.”
Di sisi lain, dokter menyerah terhadap kanker yang diderita oleh Keke. Di nafasnya yang terakhir ia
menuliskan sebuah surat kecil kepada Tuhan. Surat yang penuh dengan kebesaran hati yang beraharap tidak
ada air mata lagi di dunia ini yang terjadi kepadanya, dan kepada siapapun.
Nafasnya telah berakhir 25 Desember 2006 tepat setelah ia menjalankan ibadah puasa dan
melaksanakan Idul Fitri terakhir bersama keluarga dan semua sahabatnya. Namun kisahnya menjadi abadi
dan menginspirasi banyak orang.
Judul Buku : Negeri 5 Menara
Pengarang : Ahmad Fuadi
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Agustus 2009
Tebal Buku : 424
Sinopsis Novel Negeri 5 Menara
Novel Negeri 5 Menara menceritakan tentang seorang pemuda yang bernama Alif yang lahir di
pinggir Danau Maninjau. Alif merupakan seorang anak desa yang cerdas. Ia dan teman baiknya, Randaim
mempunyai mimpi dan cita-cita yang sama.
Masuk ke SMA dan melanjutkan studi di ITB. Selama mereka bersekolah di madrasah, mereka
selalu merasa cukup menerima ajaran Agama Islam dan ingin menikmati masa remajanya.
Alif mendapatkan nilai tertinggi di sekolah yang membuatnya merasa lebih terbuka untuk Ibunya
memperbolehkan dia masuk di SMA.
Namun ibunya tidak memperbolehkan ia bersekolah di SMA. Ibunya berharap dia menjadi
pemimpin agama yang mampu mengayomi umatnya. Alif pun sakit hati dan memutuskan untuk
meninggalkan desanya itu dan berguru di sebuah di pondok pesantren di daerah Jawa Timur. Pondok ini
bernama Pondok Madani.
Ia pun berhasil menyelesaikan perguruannya di Pondok Madani, walau tanpa temannya yaitu Baso
yang harus pulang karena nenek yang merupakan satu-satunya keluarga yang ia miliki sakit keras.
Setelah lulus dari Pondok Madani, Alif merantau ke Amerika. Pada saat itu, Alif mempunyai tugas untuk ke
London yang membuat beberapa sahibul menara bertemu setelah sekian lama berpisah.
Judul Buku : Ayat-Ayat Cinta
Pengarang Buku : Habiburrahman El Shizary
Penerbit Buku : Republika
Tahun penerbitan : 2004
Tebal : 420 halaman
Sinopsis Novel Ayat-Ayat Cinta
Novel ayat-ayat cinta ini menceritakan kisah seorang anak muda dari Indonesia yang bernama Fahri
Abdullah Sidiq. Setelah selesai dari Aliyah, Fahri melanjutkan studinya di Cairo Mesir di Universitas Al-
Azhar.
Di Cairo Fahri mempunyai teman satu kost yaitu Misbah, Syaiful, Rudi, dan Hamdi. Fahri mendapat
gambar gembira dari salah seorang temannya. Kalau dia lulus dan telah bisa membuat sebuah tesis.
Mengetahui hal itu, Fahri mengadakan syukuran atas kelulusannya dengan mengadakan acara
makan-makan bersama. Ketika sedang asik makan, ia mendengar suara tangisan dari luar apartemennya
yang ternyata si Bahdur sedang menyeret putrinya Noura ke jalan.
Fahri sangat tidak suka melihat wanita menangis. Ia meminta bantuan kepada Marya, namun Marya
tidak mau karena takut berurusan dengan Bahdur. Karena Fahri terus memohon, akhirnya Marya menolong
Marya.
Dengan bantuan Faghri dan Syaikh Ahmad akhirnya Noura berhasil menemukan orang tua
kandungnya. Ternyata dulunya Noura sempat tertukar dengan seorang bayi. Namun Noura menyimpan rasa
simpati kepada Fahri.
Sampai pada akhirnya Fahri menikahi Aisyah seorang gadis Turki yang pernah ia tolong. Aisyah
dapat menikah dengan Fahri berkat bantuan dari pamannya Eabal Hokan Erbakan.
Kabar pernikahan itu pun terdengar oleh Marya. Mendengar hal itu Marya patah hati dan kemudian
jatuh sakit. Lalu Allah memberi cobaan kepada Fahri yang sedang berbahagia dengan Istrinya Aisyah.
Fahri ditangkap oleh polisi karena di fitnah telah menghamili Noura. Namun Fahri tidak
mengakuinya karena ia tidak pernah melakukan hal itu.
Sampai pengadilan Noura membuat kesaksian palsu. Hari demi hari yang dilalui oleh Fahri di dalam
penjara ia jalani dengan terus menerus beribadah kepada Allah dan menjalaninya dengan ketabahan dan
ketaqwaan.
Dengan kesabaran yang dimiliki oleh Fahri pada sidang penentuan Allah membantunya dengan
sembuhnya Marya dari komanya. Karena Marya lah saksi kunci dalam kasus itu.
Kesaksian yang diberikan oleh Marya membuahkan hasil. Akhirnya Fahri berhasil keluar dari penjara. Tapi
setelah Fahri bebas, Allah berkehendak lain. Marya meninggal dunia menghadap Allah SWT.
Judul : Harimau- Harimau
Pengarang : Mochtar Lubis
Penerbit : Yayasan Obor Indonesia
Cetakan Ke :5
Tahun Terbit : 2001(terbit pertama kali tahun 1975)
Tebal : 214 halaman
Telah seminggu Haji Rakhmad (Pak Haji), Wak Katok, Sutan, Talib, Sanip, Buyung, dan Pak Balam berada di
hutan mengumpulkan damar, tidak jauh dari pondok Wak Hitam. Pak Haji yang tertua di antara mereka telah berumur
60 tahun. Meskipun umurnya telah tua seperti itu tetapi badannya masih tetap sehat dan kuat. Wak Katok yang
berumur 50 tahun memiliki perawakan yang kukuh dan keras, senang berpakaian serba hitam dan masih terlihat
seperti berumur 40 tahunan.
Ia juga merupakan ahli pencak dan dukun hebat di desa. Yang muda diantara mereka, Sutan berumur 22
tahun, telah berkeluarga. Talib yang berumur 27 tahun telah beristri dan beranak tiga. Sanip berumur 25 tahun juga
telah beristri dan mempunyai empat anak. Buyung adalah yang termuda berumur 19 tahun.
Semua anak – anak muda itu adalah murid pencak Wak Katok. Mereka juga belajar ilmu sihir dan gaib
padanya. Dan anggota rombongan yang ketujuh dan terakhir ialah Pak Bayam yang sebaya dengan Wak Katok.
Orangnya pendiam dan kurus namun ia masih kuat untuk bekerja. Mereka bertujuh paling disenangi dan dihormati
oleh orang – orang kampung karena mereka dikenal sebagai orang – orang sopan, mau bergaul, mau bergotong
royong, dan taat dalam agama. Selain orang – orang terpandang, mereka juga sudah berkeluarga semua kecuali
Buyung.
Wak Katok mempunyai sebuah senapan yang paling ampuh di dalam kelompok tersebut. Senapan ini tidak
jarang dipinjamkan kepada Buyung karena tahu bahwa ia sangat senang dan bahkan pandai menggunakan senapan.
Karena mempunyai senapan itu, mereka sering berburu rusa dan babi. Babi ini sering masuk ke rumah Wak Hitam.
Karena itu pula terjadi perkenalan dengan Wak Hitam, bahkan mereka sering memgimap di pondok Wak Hitam ini.
Wak Hitam adalah seorang laki – laki yang berusia 70 tahun. Orangnya kurus, berkulit hitam, menyukai celana dan
baju hitam. Ia senang tinggal berbulan – bulan di hutan atau di ladangnya bersama Siti Rubiyah, istri keempatnya yang
cantik dan masih muda belia. Wak Hitam pandai menggunakan sihir dan memiliki ilmu gaib. Menurut Wak Katok
dalam hal ilmu gaib, Wak Hitam adalah gurunya. Wak Hitam gemar mencari perawan muda untuk penyegar dirinya.
Bila ia sakit dimintanya pada istrinya untuk mendekap pada tubuhnya, agar darah muda istrinya mengalir ke tubuhnya
dan ia akan lekas sembuh kembali. Orang – orang percaya bahwa Wak Hitam senang tinggal di hutan karena ia
memelihara jin, setan, iblis, dan harimau jadi – jadian.
Ada pula yang mengatakan bahwa Wak Hitam mempunyai anak buah bekas pemberontak yang menjadi
perampok dan penyamim yamg tinggal di hutan. Di samping itu ada pula yang mengatakan bahwa Wak Hitam
mempunyai tambang yang dirahasiakannya di dekat ladangnya. Mereka bertujuh sampai di pondok Wak Hitam
sebelum malam tiba. Dengan gembira mereka menyantap masakan Rubiyah karena selama di hutan mereka tidak
menikmati masakan yang enak. Merekapun tertarik akan keindahan tubuh Rubiyah. Buyung si rombongan anggota
termuda dan satu – satunya yang masih bujangan, tergila – gila akan kecantikan Rubiyah. Dalam hatinya, ia
membandingkan kelebihan Rubiyah dan Zaitun tunangannya di kampung. Sanip, Talib, dan Wak Katok sering tidak
dapat menahan diri jika duduk berdekatan dengan Siti Rubiyah.
Pada suatu hari mereka melihat hal – hal yang aneh ketika Wak Hitam sakit. Banyak orang yang berpakaian
serba hitam datang ke pondok dan menyerahkan bungkusan rahasia kepada Wak Hitam. Mereka juga menjumpai
seorang tukang cerita dan juru ramal di pondok tersebut. Berbagai ramalan disampaikan peramal itu tentang jalan
hidup Buyung, Sutan, Talib, dan Sanip.
Pada suatu hari Wak Katok berkesempatan mengintai Rubiyah mandi di sungai. Hampir tak tertahankan
berahi Wak Katok menyaksikan Rubiyah berkecipung mandi tanpa busana. Dalam perjalanan pulang ke pondok,
dengan dalih memberi manik – manik ditariknya Rubiyah masuk ke dalam semak belukar
Pada kesempatan lain, Buyung pun mengintai Rubiyah mandi di sungai. Hampir tak terkendalikan gejolak
batinnya menyaksikan tubuh Rubiyah yang menawan. Diberanikannya menghampiri Rubiyah yang sedang mandi.
Akhirnya terjadilah hubungan intim antara keduanya. Rubiyah pun menceritakan kalau dirinya juga jatuh ke tangan
Wak Hitam dan penderitaan yang ditanggungnya. Buyung merasa telah jatuh cinta dan merasa wajib melindungi
menyelamatkan Rubiyah dari tangan Wak Hitam. Hati dan perasaan keduanya terpadu dan membeku.
Terjadilah perbuatan terlarang yang tak dapat mereka kendalikan lagi. Mereka melalap kepuasan masing –
masing. Setelah Buyung kembali ke tempat rombongan bermalam di hutan ia merasa bimbang dan menyesal telah
berbuat dosa. Ia ingin membebaskan Rubiyah dengan menjadikannya sebagai istri tapi ia masih tetap mencintai
Zaitun.
Setelah bermalam, paginya mereka pergi berburu ke tempat kumpulan rusa yang sekaligus juga kumpulan
harimau. Setelah menunggu beberapa saat, Buyung berhasil membidik seekor rusa jantan. Mereka pun langsung ke
tempat bermalam dan menguliti rusa tersebut di situ. Tapi tiba – tiba, mereka semua mendengar auman seekor
harimau. Dengan cepat mereka memasak rusa tersebut dan langsung pergi. Setelah perjalanan setengah hari dan tak
lagi mendengar suara harimau, mereka beristirahat untuk makan dan setelah selesai semuanya mereka langsung saja
melanjutkan perjalanan untuk mencari tempat bermalam. Lalu mereka membuat sebuah pondok dan api unggun.
Ketika Pak Balam buang hajat, harimau menerkam dan membawanya masuk ke dalam hutan.
Setelah mereka sadar, dengan cepat Wak Katok menembak ke arah harimau dan harimau tersebut akhirnya
lari dan meninggalkan Pak Balam. Tubuhnya penuh luka, goresan, dan darah. Setelah sadar Pak Balam lalu berkata
bahwa ia telah memiliki firasat sebelumnya. Lalu ia menceritakan mimpi – mimpi buruknya ketika masih di kampung
dan di rumah Wak Hitam. Lalu Pak Balam meminta mereka semua untuk bertobat dan mengakui semua dosa –
dosanya. Tapi tak ada satu orangpun yang mau mengakui dosa – dosanya.
Setelah sembahyang, mengobati luka Pak Balam dan membuat usungan mereka lantas pergi. Keranjang damar
mereka tinggalkan. Selama perjalanan, panas Pak Balam tak juga reda, mereka ingin cepat – cepat sampai kampung
agar Pak Balam dapat segera diobati. Talib berada di barisan paling belakang, ketika ia hendak membuang air seni
harimau telah membawanya lari.
Mereka mengikuti jejak harimau tersebut, dan ia di tempat terbuka di dalam hutan mereka menemukan Talib
yang sudah berlumuran darah. Karena kaget akan serangan rombongan itu, harimau lantas pergi. Semua ikut
membantu menyembuhkan Talib dengan kekuatan lima orang itu walaupun akhirnya ia sendiri meninggal. Semua ikut
membantu kecuali Wak Katok karena ia adalah seorang pemimpin.
Esok paginya Talib dikuburkan, Pak Haji dan sutan menjaga pondok serta Pak Balam. Sedangkan yang lain
pergi memburu harimau. Sutan tak tahan mendengar igauan Pak Balam yang meminta untuk mengaku dosa. Ia pun
pergi meninggalkan Pak Haji dan Pak Balam yang sedang sakit dan pergi menyusul kawan – kawan yang lainnya.
Sedangkan di tempat lain, di dalam hutan Wak Katok dan Pasukannya terus mengikuti jejak harimau. Pada
saat mereka merasa sudah dekat dengan sang harimau, mereka menyusun rencana sedemikian rupa. Mereka lantas
bersembunyi di belakang pohon yang besar dan menunggu sang harimau tiba. Malam pun tiba, saat itu juga mereka
mendengar jeritan manusia, dan auman harimau seecara bersamaan.
Tapi mereka tak hendak untuk menolongnya, dan memutuskan kembali ke tempat mereka bermalam. Ketika
sampai di tempat bermalam, Pak Haji menanyakan keberadaan Sutan. Mereka menggeleng, dan menceritakan apa
yang terjadi pada dua tempat yang berbeda, mereka pun menyimpulkan bahwa yang menjadi korban harimau tersebut
ialah Sutan. Pagi – pagi ketika mereka bangun, mereka terkejut karena Pak Balam akhirnya meninggalkan dunia.
Setelah selesai mengubur Pak Balam, mereka semua memutuskan untuk pergi berburu.
Wak Katok memutuskan mengambil jalan pintas, ternyata jalan pintas itu melewati hutan yang sangat
lembab. Hutan ini pun seperti tak pernah disentuh makhluk hidup kecuali babi dan badak. Mereka ingin keluar dari
rimba jahat tersebut, tetapi Wak Katok yang menjadi pemimpin rombongan tersebut hanya membuat mereka berputar
– putar di jalan yang sama karena sebenarnya Wak Katok takut memburu harimau. Setelah itu, Wak Katok malah
marah – marah sendiri, dan memaksa satu persatu orang untuk mengakui dosa – dosanya. Semuanya mau menurut
kecuali Buyung. Wak Katok memaksa Buyung dengan cara meletakkan senapan di dadanya, dan saat itu pula suara
auman harimau terdengar. Setelah harimau pergi, Wak Katok tak dapat diajak berbicara lagi yang akhirnya Wak
Katok pun mengusir mereka.
Buyung, Pak Haji, dan Sanip menyusun rencana untuk mengambil senapan. Senapan berhasil diambil setelah
melalui perkelahian. Wak Katok akhirnya pingsan dan akhirnya Pak Haji meninggal karena luka yang disebabkan oleh
Wak Katok. Setelah sihir yang dimiliki oleh Wak Katok, Buyung menyusun rencana yang sangat bagus hingga
akhirnya dapat membunuh harimau tersebut.
Ia membunuh dengan cara melepaskan bidikan tepat mengenai sasaran dan harimaupun mati. Ketika itu ia
menggunakan Wak Katok sebagai umpan dan Wak Katok diikat di sebuah batang pohon yang besar. Kini mengertilah
Buyung maksud kata – kata Pak Haji bahwa untuk keselamatan kita hendaklah dibunuh dahulu harimau yang ada di
dalam diri kita. Untuk membina kemanusiaan perlu kecintaan sesama manusia. Seorang diri tidak dapat hidup sebagai
manusia. Buyung menyadari bahwa ia harus mencintai sesama manusia dan ia akan sungguh – sungguh mencintai
Zaitun. Buyung merasa lega bahwa ia terbebas dari hal – hal yang bersifat takhayul, mantera – mantera, jimat yang
penuh kepalsuan dari Wak Katok. Sekeluar dari hutan Buyung dan Sanip berencana melaporkan Wak Katok ke polisi.

Anda mungkin juga menyukai