Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S (77 th)


DENGAN BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH)
POST OPEN OPEN PROSTATECTOMY HARI KE – 5
DI RUANG HIGH CARE UNIT (HCU) BEDAH RSUD Dr. MOEWARDI
Disusun untuk Memenuhi Penugasan Stase Keperawatan Medikal Bedah
Program Profesi Ners 7

Oleh :
1. ALVINA HENDRIYATI (SN171010)
2. ASWINARNI (SN171030)
3. AYU ROHMAWATI (SN171032)
4. IKA HARMYASTUTI (SN171090)
5. RESTU HAYU ANNISA HAQ (SN171145)
6. RIZQI LUQMANUL HAKIM (SN171150)
7. SIWI INDRASWARI (SN171162)
8. SUPRIYONO (SN171188)
9. VINTHIA YULIANA (SN171210)
10. YUSUF RIFKI TAWAKAL (SN171230)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Benign Prostate Hiperplasia (BPH) adalah pembesaran jinak prostat pada
pria dewasa. Perubahan volume prostat bervariasi dan umumnya terjadi pada usia
lebih dari 50 tahun. Gejala pada penderita BPH terdiri dari gejala obstruksi dan
iritatif (Purnomo, 2007). Sedangkan menurut Price (2009) Benigna Prostat
Hiperplaisa (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan dimana terjadi
pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa majemuk dalam prostat;
pertumbuhan tersebut di mulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang
terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa dan
pembesaran bagian periuretral akan menyebakan obstruksi leher kandung kemih
dan urertra pars prostatika yang mengakibatkankan berkurangnya aliran kemih
dari kandung kemih.
Menurut WHO (2013) memperkirakan terdapat sekitar 70 juta kasus
degenerative, salah satunya adalah BPH dengan insidensi dinegara maju
sebanyak 19%, sedangkan di Negara berkembang sebanyak 5,35 kasus. Yang
ditemukan pada pria dengan usia lebih dari 65 tahun dan dilakukan pembedahan
setiap tahunnya. Tingginya kejadian BPH di Indonesia telah menempatkan BPH
sebagai penyebab angka kesakitan nomor 2 terbanyak setelah penyakit batu pada
saluran kemih. Tahun 2013 di Indonesia terdapat 9,2 juta kasus BPH, diantaranya
diderita pada pria berusia diatas 60 tahun.
Istikomah (2010) menyebutkan bahwa prevalensi Benigna Prostat
Hiperplasia (BPH) yang bergejala pada pria berusia 40-49 tahun mnecapai
hampir 15%. Angka ini meningkat dengan bertambahnya usia, sehingga pada
usia 50-59 tahun prevalensinya mencapai hampir 25% dan pada usia 60 tahun
mencapai angka sekitar 43%. Angka kejadian BPH di Indonesia sebagai
gambaran hospital prevalensi di dua Rumah Sakit besar di Jakarta yaitu RSCM
dan Sumberwaras selaama 3 tahun (2009-2012) terdapat 10140 kasus. Mulyadi
(2009) menyatakan Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) merupakan salah satu
penyakit yang ditakuti dikalangan pria usia lanjut. Kelenjar prostate sering
menimbulkan masalah dalam kehidupan kaum pria. Berdasarkan data, tidak
kurang dari 70 % pria usia lanjut mengalami BPH. Biasanya BPH mulai
mengintai pria umur 50 tahun dan 10 tahun kemudian sering mengganas.
Berdasarkan studi kasus yang dilakukan tanggal 20 November – 22
November 2017 di RSUD Dr. Moewardi tentang Benigna Prostat Hiperplasia
Grade III dengan hipertensi, didapatkan data bahwa Tn. S mengeluh nyeri pada
luka operasi. Menurut Suwandi, (2007) pada pasien BPH usia lanjut sangat
memerlukan tindakan yang tepat untuk mengantisipasinya. Sebagai salah satu
tindakan yang akan dilakukan adalah dengan operasi prostat atau prostatektomi
untuk mengangkat pembesaran prostat. Dari pengangkatan prostat, pasien harus
dirawat inap sampai keadaannya membaik, guna mencegah komplikasi lebih
lanjut. Berdasarkan data – data tersebut, penulis tertarik untuk membuat Laporan
Asuhan Keperawatan pada Tn. S (77 th) dengan BPH Grade III Post open
Prostatectomy hari ke – 5 dengan Hipertensi di Ruang HCU Bedah RSUD Dr.
Moewardi untuk memenuhi penugasan kelompok stase keperawatan medikal
bedah program Profesi Ners 7 STIKes Kusuma Husada Surakarta.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Benigna Prostat Hiperplasia.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep teori Benigna Prostat Hiperplasia meliputi: definisi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan (medis dan keperawatan), dan asuhan
keperawatan sesuai teori.
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. S dengan
benigna prostat hiperplasia (BPH) grade III post open prostatectomy
Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. S dengan
benigna prostat hiperplasia (BPH) grade III post open prostatectomy
Mampu menentukan intervensi keperawatan yang tepat pada Tn. S
dengan benigna prostat hiperplasia (BPH) grade III post open
prostatectomy Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Tn. S
dengan
benigna prostat hiperplasia (BPH) grade III post open prostatectomy
c. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Tn. S dengan
benigna prostat hiperplasia (BPH) grade III post open prostatectomy
d. Mampu menganalisa kasus pasien (Tn. S) yang mengalami benigna
prostat hiperplasia (BPH) grade III post open prostatectomy dengan
dibandingkan jurnal penelitian yang terkini.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Hiperplasia prostat jinak adalah pembesaran kelenjar prostat
nonkanker (Corwin, 2009). Benigna Prostat Hiperplaisa (BPH) adalah
penyakit yang disebabkan oleh penuaan dimana terjadi pertumbuhan nodul-
nodul fibroadenomatosa majemuk dalam prostat; pertumbuhan tersebut di
mulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh
dengan menekan kelenjar normal yang tersisa dan pembesaran bagian
periuretral akan menyebakan obstruksi leher kandung kemih dan urertra pars
prostatika yang mengakibatkankan berkurangnya aliran kemih dari kandung
kemih (Price, 2009).
BPH merupakan pertumbuhan berlebihan dari prostat yang bersifat
jinak dan bukan kanker, dimana yang umumnya diderita oleh kebanyakan
pria pada waktu meningkatnya usia sehingga dinamakan penyakit orang tua.
Perbesaran dari kelenjar ini lambat laun akan mengakibatkan penekanan pada
saluran urin sehingga menyulitkan berkemih (Rahardja, 2010).

2. Etiologi
Menurut Pakasi (2009) penyebab pasti BPH sampai sekarang belum
diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon
androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses
penuaan. beberapa faktor kemungkinan penyebab antara lain :
a. Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan
penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
b. Interaksi stroma – epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan
penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi
stroma dan epitel.
c. Peningkatan Dehidrotestosteron (DHT)
Dehidrotestosteron yang berasal dan testosteron dengan bantuan enzim
5α-reduktase diperkirakan sebagai mediator utama pertumbuhan prostat.
Dalam sitoplasma sel prostat ditemukan reseptor untuk dehidrotestosteron
(DHT). Reseptor ini jumlahnya akan meningkat dengan bantuan estrogen.
DHT yang dibentuk kemudian akan berikatan dengan reseptor
membentuk DHT-Reseptor kompleks. Kemudian masuk ke inti sel dan
mempengaruhi RNA untuk menyebabkan sintesis protein sehingga terjadi
protiferasi sel.
d. Apoptosis
Kematian sel berakibat terjadinya kondensasi dan fragmentasi sel. Sel
yang telah mati tersebut akan difagositosis sel sekitarnya dan didegradasi
oleh enzim lisosom. Hal ini, menyebabkan pertambahan massa prostat.

3. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang sering terjadi adalah gabungan dari hal-hal
berikut dalam derajat yang berbeda-beda yaitu sering berkemih, nokturia,
urgensi (kebelet), urgensi dengan inkontinensia, tersendat-sendat,
mengeluarkan tenaga untuk mengalirkan kemih, rasa tidak puas saat
berkemih, inkontinensia overflow, dan kemih yang menetes setelah berkemih.
Kandung kemih yang teregang dapat teraba pada pemeriksaan abdomen, dan
tekanan suprapubik pada kandung kemih yang penuh akan menimbulkan rasa
ingin berkemih. Prostat diraba sewaktu pemeriksaan rectal untuk menilai
besarnya kelenjar (Price and Wilson, 2009).
Gambaran klinis pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala
yaitu obstruksi dan iritasi. Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal
berkontraksi dengan cukup lama dan kuat sehingga mengakibatkan: pancaran
miksi melemah, rasa tidak puas sehabis miksi, kalau mau miksi harus
menunggu lama (hesitancy), harus mengejan (straining) kencing terputus-
putus (intermittency), dan waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi
retensio urin dan inkontinen karena overflow. Gejala iritasi, terjadi karena
pengosongan yang tidak sempurna atau pembesaran prostat akan merangsang
kandung kemih, sehingga sering berkontraksi walaupun belum penuh atau
dikatakan sebagai hipersenitivitas otot detrusor dengan tanda dan gejala
antara lain: sering miksi (frekwensi), terbangun untuk miksi pada malam hari
(nokturia), perasaan ingin miksi yang mendesak (urgensi), dan nyeri pada
saat miksi (disuria) (Mansjoer, 2009)
Derajat berat BPH menurut Sjamsuhidajat (2010) dibedakan menjadi 4
stadium :
a. Stadium I
Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine
sampai habis.
b. Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine
walaupun tidak sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa
tidak enak BAK atau disuria dan menjadi nokturia.
c. Stadium III
Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
d. Stadium IV
Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan, urine
menetes secara periodik (over flow inkontinen).

4. Komplikasi
Menurut Sjamsuhidajat (2010) komplikasi BPH adalah :
a. Retensi urin akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi
b. Infeksi saluran kemih
c. Involusi kontraksi kandung kemih
d. Refluk kandung kemih
e. Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urin terus
berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung
urin yang akan mengakibatkan tekanan intravesika meningkat.
f. Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi infeksi
g. Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urin, sehingga dapat
terbentuk batu endapan dalam buli-buli, batu ini akan menambah keluhan
iritasi. Batu tersebut dapat pula menibulkan sistitis, dan bila terjadi
refluks dapat mengakibatkan pielonefritis.
h. Hernia atau hemoroid lama-kelamaan dapat terjadi dikarenakan pada
waktu miksi pasien harus mengedan.
5. Patofisiologi dan Pathway
Dihidrotestosteron (DHT) adalah metabolit hormone testosterone
yang merupakan mediator pokok pertumbuhan kelenjar prostat. Hormone ini
disintesis di dalam kelenjar prostat dari hormone testosterone yang beredar
dalam darah, dimana proses tersebut terjadi melalui kerja enzim 5α-
reduktase, tipe 2. Walaupun DHT terlihat sebagai factor trofik utama yang
memediasi hyperplasia kelenjar prostat, hormone estrogen juga ikut terlibat.
Interaksi stroma-epitel yang dimediasi oleh factor-faktor pertumbuhan
peptide juga memberikan kontribusinya. Gejala klinis obstruksi traktus
urinarius inferior terjadi karena kontraksi kelenjar prostat yang dimediasi oleh
otot polos pada kelenjar tersebut. Tegangan otot polos kelenjar prostat
dimediasi oleh adenoreseptor α1 yang hanya terdapat di dalam stroma
kelenjar prostat (Mitchell et al, 2008).
Secara makroskopik, pembesaran kelenjar terjadi karena adanya
nodul-nodul dengan ukuran bervariasi dalam zona transisi (daerah periuretral)
(Mitchell et al, 2008). Hiperplasia prostatika adalah pertumbuhan nodul-
nodul fibroadenomatosa majemuk dalam prostat. Pertumbuhan tersebut
dimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh
dengan menekan kelenjar normal yang tersisa. Jaringan hiperplastik terutama
terdiri dari kelenjar dengan stroma fibrosa dan otot polos yang jumlahnya
berbeda-beda. Prostat tersebut mengelilingi uretra, dan pembesaran bagian
peri uretral akan menyebabkan obstruksi leher vesika urinaria dan uretra pars
prostatika, yang mengakibatkan berkurangnya aliran urine dari vesika
urinaria. Penyebab BPH kemungkinan berkaitan dengan penuaan dan disertai
dengan perubahan hormon. Dengan penuaan, kadar testosteron serum
menurun dan kadar esterogen serum meningkat. Terdapat teori bahwa rasio
esterogen/androgen yang lebih tinggi akan merangsang hiperplasia jaringan
prostat (Price, 2009).
Pathway

((Mitchell et al, 2008; Price, 2009)


6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan BPH secara umum menurut Grace (2007) adalah:
a. Medikamentosa, seperti mengubah asupan cairan oral; kurangi konsumsi
kafein; menggunakan Bloker α- adrenergic (misalnya fenoksibenzamin,
prazosin); antiandrogen yang bekerja selektif pada tingkat seluler prostat
(misalnya finasteride); kateterisasi intermiten jika terdapat kegagalan otot
detrusor; dan dilatasi balon dan stenting pada prostat (pada pasien yang
tidak siap operasi).
b. Pembedahan
Indikasi pembedahan pada BPH adalah :
1) Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin
akut.
2) Klien dengan residual urin  100 ml.
3) Terapi medikamentosa tidak berhasil.
4) Flowmetri menunjukkan pola obstruktif
Pembedahan dapat dilakukan dengan :
1) TURP (Trans Uretral Reseksi Prostat )
2) Retropubic atau Extravesical Prostatectomy
3) Perianal Prostatectomy
4) Suprapubic atau Tranvesical Prostatectomy

Menurut Sjamsuhidjat (2010), dalam penatalaksanaan pasien dengan


BPH tergantung pada stadium-stadium dari gambaran klinis, yaitu:
a. Stadium I, biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberikan
pengobatan konservatif, misalnya menghambat adrenoresptor alfa seperti
alfazosin dan terazosin. Keuntungan obat ini adalah efek positif segera
terhadap keluhan, tetapi tidak mempengaruhi proses hiperplasi prostat.
Sedikitpun kekurangannya adalah obat ini tidak dianjurkan untuk
pemakaian lama.
b. Stadium II, merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya
dianjurkan reseksi endoskopi melalui uretra (trans uretra)
c. Stadium III, reseksi endoskopi dapat dikerjakan dan apabila diperkirakan
prostat sudah cukup besar, sehinga reseksi tidak akan selesai dalam 1 jam.
Sebaiknya dilakukan pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka dapat
dilakukan melalui trans vesika, retropubik dan perineal.
d. Stadium IV, yang harus dilakukan adalah membebaskan penderita dari
retensi urin total dengan memasang kateter atau sistotomi. Setelah itu,
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi diagnosis,
kemudian terapi definitive dengan TUR atau pembedahan terbuka.
Pada penderita yang keadaan umumnya tidak memungkinkan
dilakukan pembedahan dapat dilakukan pengobatan konservatif dengan
memberikan obat penghambat adrenoreseptor alfa. Pengobatan konservatif
adalah dengan memberikan obat anti androgen yang menekan produksi LH.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat
Dikaji tentang penyakit yang pernah diderita klien seperti penyakit
jantung, ginjal, dan hipertensi, juga riwayat pembedahan yang pernah
dialami saat dulu, baik yang berhubungan dengan timbulnya BPH,
maupun yang tidak (Sjamsuhidajat, 2010).

b. Pola Gordon
Sjamsuhidajat (2010) menjelaskan bahwa pengkajian pola Gordon
pada pasien BPH terdapat data – data sebagai berikut :
1) Pola persepsi dan Manajemen kesehatan
Biasanya kasus BPH terjadi pada pasien laki-laki yang sudah
tua, dan pasien biasanya tidak memperdulikan hal ini, karena sering
mengatakan bahwa sakit yang diderita nya pengaruh umur yang sudah
tua. Perawat perlu mengkaji apakah klien mengetahui penyakit apa
yang dideritanya? Dan apa penyebab sakitnya saat ini?
2) Pola nutrisi dan metabolik
Terganggunya sistem pemasukan makan dan cairan yaitu
karena efek penekanan/nyeri pada abomen (pada preoperasi), maupun
efek dari anastesi pada postoperasi BPH, sehingga terjadi gejala:
anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, tindakan yang perlu
dikaji adalah awasi masukan dan pengeluaran baik cairan maupun
nutrisinya.
3) Pola Eliminasi
Gangguan eliminasi merupakan gejala utama yang seringkali
dialami oleh pasien dengan preoperasi, perlu dikaji keragu-raguan
dalam memulai aliran urin, aliran urin berkurang, pengosongan
kandung kemih inkomplit, frekuensi berkemih, nokturia, disuria dan
hematuria. Sedangkan pada postoperasi BPH yang terjadi karena
tindakan invasif serta prosedur pembedahan sehingga perlu adanya
obervasi drainase kateter untuk mengetahui adanya perdarahan
dengan mengevaluasi warna urin. Evaluasi warna urin, contoh : merah
terang dengan bekuan darah, perdarahan dengan tidak ada bekuan,
peningkatan viskositas, warna keruh, gelap dengan bekuan. Selain
terjadi gangguan eliminasi urin, juga ada kemugkinan terjadinya
konstipasi. Pada post operasi BPH, karena perubahan pola makan dan
makanan.
4) Pola latihan- aktivitas
Adanya keterbatasan aktivitas karena kondisi klien yang lemah
dan terpasang traksi kateter selama 6 – 24 jam. Pada paha yang
dilakukan perekatan kateter tidak boleh fleksi selama traksi masih
diperlukan, klien juga merasa nyeri pada prostat dan pinggang. Klien
dengan BPH aktivitasnya sering dibantu oleh keluarga.
5) Pola istirahat dan tidur
Pada pasien dengan BPH biasanya istirahat dan tidurnya
terganggu, disebabkan oleh nyeri pinggang dan BAK yang keluar
terus menerus dimana hal ini dapat mengganngu kenyamanan klien.
Jadi perawat perlu mengkaji berapa lama klien tidur dalam sehari,
apakah ada perubahan lama tidur sebelum dan selama sakit/ selama
dirawat?
6) Pola konsep diri dan persepsi diri
Pasien dengan kasus penyakit BPH seringkali terganggu
integritas egonya karena memikirkan bagaimana akan menghadapi
pengobatan yang dapat dilihat dari tanda-tanda seperti kegelisahan,
kacau mental, perubahan perilaku.
7) Pola kognitif- perceptual
Klien BPH umumnya adalah orang tua, maka alat indra klien
biasanya terganggu karena pengaruh usia lanjut. Namun tidak semua
pasien mengalami hal itu, jadi perawat perlu mengkaji bagaimana alat
indra klien, bagaimana status neurologis klien, apakah ada gangguan?
8) Pola peran dan hubungan
Pada pasien dengan BPH merasa rendah diri terhadap penyakit
yang diderita nya. Sehingga hal ini menyebabkan kurangnya
sosialisasi klien dengan lingkungan sekitar. Perawat perlu mengkaji
bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat sekitar?
apakah ada perubahan peran selama klien sakit?
9) Pola reproduksi- seksual
Pada pasien BPH baik preoperasi maupun postoperasi
terkadang mengalami masalah tentang efek kondisi/terapi pada
kemampuan seksualnya, takut inkontinensia/menetes selama
hubungan intim, penurunan kekuatan kontraksi saat ejakulasi, dan
pembesaran atau nyeri tekan pada prostat.
10) Pola koping dan toleransi stres
Klien dengan BPH mengalami peningkatan stres karena
memikirkan pengobatan dan penyakit yang dideritanya menyebabkan
klien tidak bisa melakukan aktivitas seksual seperti biasanya, bisa
terlihat dari perubahan tingkah laku dan kegelisahan klien. Perawat
perlu mengkaji bagaimana klien menghadapi masalah yang dialami?
Apakah klien menggunakan obat-obatan untuk mengurangi stresnya?
11) Pola keyakinan dan nilai
Pasien BPH mengalami gangguan dalam hal keyakinan,
seperti gangguan dalam beribadah shalat, klien tidak bisa
melaksanakannya, karena BAK yang sering keluar tanpa disadari.
Perawat juga perlu mengkaji apakah ada pantangan dalam agama
klien untuk proses pengobatan.

c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosa BPH menurut
McPhee (2010) adalah :
1) Dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu. Nadi
dapat meningkat pada keadaan kesakitan pada retensi urin akut,
dehidrasi sampai syok pada retensi urin serta urosepsis sampai syok –
septik.
2) Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan tehnik bimanual untuk
mengetahui adanya hidronefrosis, dan pyelonefrosis. Pada daerah
supra simfiser pada keadaan retensi akan menonjol. Saat palpasi
terasa adanya ballotemen dan klien akan terasa ingin miksi. Perkusi
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya residual urin.
3) Penis dan uretra untuk mendeteksi kemungkinan stenose meatus,
striktur uretra, batu uretra, karsinoma maupun fimosis.
4) Pemeriksaan skrotum untuk menentukan adanya epididimitis
5) Rectal touch / pemeriksaan colok dubur bertujuan untuk menentukan
konsistensi sistem persarafan unit vesiko uretra dan besarnya prostat.
Dengan rectal toucher dapat diketahui derajat dari BPH, yaitu :
a) Derajat I = beratnya  20 gram.
b) Derajat II = beratnya antara 20 – 40 gram.
c) Derajat III = beratnya  40 gram.

d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien BPH
menurut McPhee (2010) adalah :
1) Uji laboratorium yang dilakukan mencakup pemeriksaan:
a) Nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin serum (SC) untuk
menyingkirkan gagal ginjal
b) Urinalisis dan biakan urine untuk menyingkirkan infeksi saluran
kemih
2) Pielografi intravena (IVP) atau US biasanya tidak dilakukan pada pria
dengan hasil normal pada pemeriksaan laboratorium sederhana.
Pemeriksaan ini dicadangkan untuk pasien dengan hematuria atau
dicurigai mengidap hidronefrosis.
3) Urodinamik dengan uroflowmetry dan sistometri dapat menilai makna
BPH. Pada pemeriksaan ini, pasien berkemih dan berbagai
pengukuran dilakukan. Pada uroflowmetry, pasien berkemih minimal
150 mL, kemudian laju maksimal aliran urin dicatat.
4) USG (Ultrasonografi), digunakan untuk memeriksa konsistensi,
volume dan besar prostat juga keadaan buli – buli termasuk
residual urin. Pemeriksaan dapat dilakukan secara transrektal,
transuretral dan supra pubik.
5) Sistouretroskopi biasanya dicadangkan untuk pasien yang mengalami
hematuria dengan sebab yang belum diketahui setelah dilakukan IVP
atau US atau praoperasi telah dilakuan untuk pasien yang memerlukan
TURP.
6) Skor gejala, perkiraan volume prostat, dan pengukuran antigen
spesifik-prostat dalam serum dapat membantu memperkirakan
perkembangan BPH.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien BPH yaitu:
a. Gangguan eleminasi urin berhubungan dengan obstruks anatomik (BPH)
ditandai dengan BAK frekuensi sering namun sedikit-sedikit, nokturia,
dysuria, retensi urine, urgensy (dorongan berkemih), anyang-anyangan,
dan dribling.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (BPH) ditandai
dengan melaporkan nyeri secara verbal, peningkatan denyut nadi,
peningkatan frekuensi pernapasan, peningkatan tekanan darah, meringis,
melokalisasi nyeri.
c. Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur infasif
d. Resiko syok dengan faktor resiko hipovolemia
e. Resiko cedera dengan faktor resiko gangguan fngsi psikomotor
f. Resiko cidera termal dengan faktor resiko program pengobatan
g. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit.
h. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
i. Ansietas berhubungan dengan stressor.
3. Intervensi, implementasi, dan evaluasi
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Evaluasi
Keperawatan
1 Gangguan eleminasi Setelah diberikan asuhan NIC Label: S: pasien mengatakan sudah
urin berhubungan keperawatan selama…. X 24 jam, Perawatan Retensi Urin (0620) bisa berkemih dengan
dengan 16engetahu diharapkan pasien dapat berkemih 1. Monitor efek dari obat-obatan yang lancar, tidak mengalami
anatomik (BPH) dengan kriteria hasil: 16engetahui nokturia, tidak nyeri saat
ditandai dengan BAK NOC Label : Eliminasi Urin 2. Monitor intake dan output berkemih, perasaan puas
frekuensi sering (0503) 3. Lakukan pengkajian komprehensif saat berkemih (pengosingan
namun sedikit-sedikit, - Pola eleminasi dari sangat system 16engetahui focus terhadap VU sempurna)
nokturia, dysuria, terganggu (skala 1) menjadi inkontenensia (misalnya, urin output,
retensi urine, urgensy tidak terganggu (skala 5) pola berkemih, fungsi kognitif, masalah O: pola eliminasi pasien
(dorongan berkemih), - Jumlah urin dari sangat salurah 16engetahui sebelumnya). teratur, jumlah output urine
anyang-anyangan, terganggu (skala 1) menjadi 4. Berikan privasi dalam melakukan dalam rentang normal, tidak
dan dribling tidak terganggu (skala 5) eliminasi. ada tanda-tanda distensi
dengan pengukuran 0.5 – 1 5. Stimulasi reflex kandung kemih dengan abdomen, karakteristik
cc/kgBB/jam membasahi abdomen dengan air dingin, urine normal
- Warna urin dari sangat memberikan sentuhan pada paha bagian
terganggu (skala 1) menjadi dalam atau air yang mengalir A: tujuan tercapai
tidak terganggu (skala 5) 6. Berikan waktu yang cukup untuk
- Kejernihan urin dari sangat pengosongan kandung kemih. P: pertahankan kondisi
terganggu (skala 1) menjadi 7. Gunakan minyak esensial “spirit of pasien
tidak terganggu (skala 5) wintergreen” dalam bedpan atau urinal.
- Intake cairan dari sangat 8. Pasang 16engeta urin, sesuai kebutuhan
terganggu (skala 1) menjadi 9. Anjurkan pasien/ keluarga untuk
tidak terganggu (skala 5) mencatat urin output, sesuai kebutuhan
- Nyeri sat kencing dari sangat Kateterisasi Urin (0580)
terganggu (skala 1) menjadi 1. Monitor intake dan output
tidak terganggu (skala 5) 2. Jelaskan prosedur dan rasionalisasi
- Rasa terbakar saat berkemih kateterisasi
dari sangat terganggu (skala 1) 3. Pertahankan teknik aseptic yang tepat
menjadi tidak terganggu (skala 4. Posisikan pasien dengan tepat (laki-laki
5) dengan posisi terlentang)
- Frekuensi berkemih dari 5. Pastikan 17engeta yang dimasukkan
sangat terganggu (skala 1) cukup jauh kedalam kandung kemih
menjadi tidak terganggu (skala untuk mencegah trauma pada jaringan
5) uretra dengan inflasi balon
- Darah terlihat dalam urin dari 6. Pertahankan system drainase kemih
sangat terganggu (skala 1) tertutup dan terhalang
menjadi tidak terganggu (skala 7. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
5) perawatan 17engeta yang tepat.
- Frekuensi berkemih dari Manajemen Pengobatan (2380)
sangat terganggu (skala 1) 1. Monitor efek therapeutik dari obat
menjadi tidak terganggu (skala 2. Monitor tanda dan gejala adanya efek
5) toksik
- Retensi urin dari sangat 3. Monitor efek samping dari obat
terganggu (skala 1) menjadi 4. Pantau ketaatan pasien terhadap
tidak terganggu (skala 5) regiment medication
5. Kaji pengetahuan klien tentang obat
6. Berikan obat apa yang dibutuhkan dan
diadministrasikan menurut resep dan
prosedur
7. Ajarkan klien dan keluarga prosedur
terapi obat
8. Ajarkan klien tanda dan gelaja dari
efek terapi, efek samping dan efek
toksik dari regimen terapi
Irigasi Kandung Kemih (0550)
1. Monitor dan pertahankan kecepatan
aliran yang sesuai
2. Catat cairan yang digunakan,
karakteristik output dan jumlahnya.
3. Pastikan apakah irigasi akan terus
berkelanjutan atau intermiten (sesuai
kebutuhan)
4. Lakukan irigasi dengan teknik steril
5. Bersihkan tempat untuk memasukan
dan cairan mengeluarkan cairan dengan
alkohol
2 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan NIC Label : Manajemen Nyeri (1400) S: pasien mengatakan nyeri
berhubungan dengan keperawatan selama …x 24 jam 1 Lakukan pengkajian nyeri secara yang dialami sudah
agen cedera biologis diharapkan nyeri klien dapat 18engetahui18f (lokasi, karakteristik, berkurang sampai hilang
(BPH) ditandai teratasi dengan kriteria hasil durasi, frekuensi, kualitas dan factor
dengan melaporkan NOC Label : Kontrol Nyeri presipitasi) O: tidak ada respon
nyeri secara verbal, (1605) 2 Observasi adanya petunjuk nonverbal nonverbal yang
peningkatan denyut - Mengenali kapan nyeri terjadi mengenai ketidaknyamanan terutama menunjukkan adanya nyeri
nadi, peningkatan dari tidak pernah pada mereka yang tidak dapat pada pasien
frekuensi pernapasan, menunjukkan (skala 1) berkomunikasi secara efektif
peningkatan tekanan menjadi secara konsisten 3 Pastikan perawatan analgesic bagi A: tujuan tercapai
darah, meringis, menunjukkan (skala 5) pasien dilakukan dengan pemantauan
melokalisasi nyeri - Menggambarkan faktor yang ketat P: pertahankan kondisi
penyebab dari tidak pernah 4 Gunakan strategi terapeutik untuk pasien
menunjukkan (skala 1) 18engetahui pengalaman nyeri dan
menjadi secara konsisten sampaikan penerimaan pasien terhadap
menunjukkan (skala 5) nyeri
- Menggunakan tindakan 5 Eliminasi factor yang memicu
pencegahan dari tidak pernah terjadinya nyeri
menunjukkan (skala 1) 6 Berikan informasi mengenai nyeri,
menjadi secara konsisten seperti penyebab nyeri, berapa lama
menunjukkan (skala 5) nyeri akan dirasakan, dan antisipasi
- Menggunakan analgetik yang dari keridaknyamanan akibat prosedur
direkomendasikan dari tidak 7 Anjarkan teknik nonfarmakologi
pernah menunjukkan (skala 1) seperti relaksasi, distraksi, napas dalam
menjadi secara konsisten sebelum nyeri terjadi atau meningkat
menunjukkan (skala 5) 8 Berikan individu penurun nyeri yang
- Melaporkan gejala yang tidak optimal dengan peresepan analgesik
terkontrol pada professional NIC Label : monitor tanda-tanda vital
kesehatan dari tidak pernah (6680)
menunjukkan (skala 1) 1. Pantau tanda-tanda vital pasien
menjadi secara konsisten (tekanan darah, nadi, suhu dan
menunjukkan (skala 5) respirasi)
- Mengenali apa yang terjadi 2. Monitor irama dan tekanan jantung
terkait dengan gejala nyeri dari 3. Monitor irama dan laju pernapasan
tidak pernah menunjukkan 4. Monitor warna kulit, suhu, dan
(skala 1) menjadi secara kelembaban
konsisten menunjukkan (skala
5)
- Melaporkan nyeri yang
terkontrol dari tidak pernah
menunjukkan (skala 1)
menjadi secara konsisten
menunjukkan (skala 5)

NOC Label : Tingkat Nyeri


(2102)
- Nyeri yang dilaporkan dari
berat (skala 1) menjadi tidak
ada (skala 5)
- Panjangnya episode nyeri dari
berat (skala 1) menjadi tidak
ada (skala 5)
- Mengerang dan menangis dari
berat (skala 1) menjadi tidak
ada (skala 5)
- Ekspresi nyeri wajah dari berat
(skala 1) menjadi tidak ada
(skala 5)
- Tidak bisa istirahat dari berat
(skala 1) menjadi tidak ada
(skala 5)
- Berkeringat berlebihan dari
berat (skala 1) menjadi tidak
ada (skala 5)
- Fokus menyempit dari berat
(skala 1) menjadi tidak ada
(skala 5)
- Kehilangan nafsu makan dari
berat (skala 1) menjadi tidak
ada (skala 5)
- Mual dari berat (skala 1)
menjadi tidak ada (skala 5)
- Frekuensi nafas dari berat
(skala 1) menjadi tidak ada
(skala 5)
- Denyut nadi radial dari berat
(skala 1) menjadi tidak ada
(skala 5)
- Tekanan darah dari berat
(skala 1) menjadi tidak ada
(skala 5)
3 Resiko infeksi dengan Setelah dilakukan tindakan NIC Label: Kontrol Infeksi (6540)
faktor resiko prosedur keperawatan selama .....x24 jam 1. Ajarkan cara cuci tangan bagi tenaga
infasif masalah resiko infeksi mampu kesehatan.
teratasi dengan kriteria hasil: 2. Anjurkan pasien mengenai teknik
NOC Label: Keparahan Infeksi mencuci tangan dengan tepat.
(0703) 3. Anjurkan pengunjung untuk mencuci
- Kemerahan dari berat (skala tangan pada saat memasuki dan
1) menjadi tidak ada (skala 5) meninggalkan ruangan pasien.
- Vesikel yang tidak mengeras 4. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci
permukaannya dari berat tangan yang sesuai.
(skala 1) menjadi tidak ada 5. Cuci tangan sebelum dan sesudah
(skala 5) kegiatan perawatan pasien.
- Cairan (luka) yang berbau 6. Pakai sarung tangan steril dengan
busuk dari berat (skala 1) tepat.
menjadi tidak ada (skala 5) 7. Ganti IV perifer dan tempat saluran
- Demam dari berat (skala 1) penghubung serta balutannya sesuai
menjadi tidak ada (skala 5) dengan pedoman CDC saat ini.
- Ketidakstabilan suhu dari 8. Pastikan penanganan aseptik dari
berat (skala 1) menjadi tidak semua saluran IV.
ada (skala 5) Perlindungan Infeksi (6550)
- Nyeri dari berat (skala 1) 1. Monitor adanya tanda dan gejala
menjadi tidak ada (skala 5) infeksi sistemik dan lokal
- Jaringan lunak dari berat 2. Monitor kerentanan terhadap infeksi.
(skala 1) menjadi tidak ada 3. Periksa kulit dan selaput lendir untuk
(skala 5) adanya kemerahan, kehangatan
- Malaise dari berat (skala 1) ekstrim, atau drainase.
menjadi tidak ada (skala 5) 4. Anjurkan peningkatan mobilitas dan
- Depresi jumlah sel darah latihan, dengan tepat.
putih 5. Ajarkan pasien dan keluarga pasien
mengenai perbedaan-perbedaan antara
infeksi-infeksi virus dan bakteri.
6. Intruksikan pasien untuk minum
antibiotik yang diresepkan.
Perawatan Luka (3660)
1. Monitor karakteristik luka, termasuk
drainase, warna, ukuran, dan bau.
2. Bersihkan dengan normal saline atau
pembersih yang tidak beracun, dengan
tepat.
3. Oleskan salep yang sesuai dengan
kulit/lesi.
4. Berikan balutan yang sesuai dengan
jenis luka.
5. Pertahankan teknik balutan steril
karena melakukan perawatan luka,
dengan tepat.
6. Periksa luka setiap kali perubahan
balutan.
7. Reposisi pasien setidaknya setiap 2
jam, dengan tepat.
8. Dorong cairan, yang sesuai.
9. Anjurkan pasien atau anggota keluarga
untuk mengenal tanda dan gejala
infeksi.
10. Anjurkan pasien dan keluarga pada
prosedur perawatan luka.
Manajemen Nutrisi (1100)
1. Tentukan status gizi pasien dan
kemampuan (pasien) untuk memenuhi
kebutuhan gizi.
2. Monitor kalori dan asupan makanan
3. Identifikasi adanya alergi atau
intoleransi makanan yang dimiliki
pasien.
4. Tentukan jumlah kalori dan jenis
nuttrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi.
5. Atur diet yang diperlukan
(menyediakan makanan protein tinggi,
menyarankan menggunakan bumbu
dan rempah-rempah sebagai alternatif
untuk garam, menyediakan pengganti
gula, menambah atau mengurangi
kalori, vitamin, mineral, dan suplemen.
6. Anjurkan pasien mengenai modifikasi
diet yang diperlukan.
7. Pastikan diet mnecakup makanan
tinggi kandungan serat.
4 Resiko syok dengan Setelah dilakukan tindakan NIC Label:Pencegahan perdarahan
keperawatan selama .....x24 jam Manajemen Cairan
faktor resiko
masalah resiko syok mampu Pencegahan Syok
hipovolemia teratasi dengan kriteria hasil:
NOC Label: Keparahan Syok
Hipovolemik (0419)
- Penurunan tekanan nadi
perifer dari berat (skala 1)
menjadi tidak ada (skala 5).
- Penurunan tekanan darah
sistolik dari berat (skala 1)
menjadi tidak ada (skala 5).
- Penurunan tekanan darah
diastolik dari berat (skala 1)
menjadi tidak ada (skala 5).
- Nadi lemah dan halus dari
berat (skala 1) menjadi tidak
ada (skala 5).
- Aritmia dari berat (skala 1)
menjadi tidak ada (skala 5).
- Meningkatnya laju nafas dari
berat (skala 1) menjadi tidak
ada (skala 5).
- Pernapasan dangkal dari
berat (skala 1) menjadi tidak
ada (skala 5).
- Penurunan oksigen arteri dari
berat (skala 1) menjadi tidak
ada (skala 5).
- Akral dingin, kulit lembab/
basah dari berat (skala 1)
menjadi tidak ada (skala 5).
- Pucat dari berat (skala 1)
menjadi tidak ada (skala 5).
- Menurunnya urin output dari
berat (skala 1) menjadi tidak
ada (skala 5).
- Penurunan tingkat kesadaran
dari berat (skala 1) menjadi
tidak ada (skala 5).
- Asidosis metabolik dari berat
(skala 1) menjadi tidak ada
(skala 5).
- Lesu dari berat (skala 1)
menjadi tidak ada (skala 5).
5 Resiko cedera dengan Setelah dilakukan tindakan NIC Label: Manajemen Lingkungan:
keperawatan selama .....x24 jam Keselamatan
faktor resiko
masalah resiko cedera mampu Pencegahan Jatuh
gangguan fungsi teratasi dengan kriteria hasil:
NOC Label: Kejadian Jatuh
psikomotor
(1912)
- Jatuh saat berdiri dari 10 dan
lebih (skala 1) menjadi tidak
ada (skala 5)
- Jatuh saat duduk dari 10 dan
lebih (skala 1) menjadi tidak
ada (skala 5)
- Jatuh dari tempat tidur dari
10 dan lebih (skala 1) menjadi
tidak ada (skala 5)
Keparahan Cidera Fisik (1913)
- Gangguan imobilitas dari
berat (skala 1) menjadi tidak
ada (skala 5)
- Penurunan tingkat kesadaran
dari berat (skala 1) menjadi
tidak ada (skala 5)
- Perdarahan dari berat (skala 1)
menjadi tidak ada (skala 5)
7 Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan NIC Label : Manajemen
nyaman berhubungan keperawatan selama .....x24 jam Lingkungan:kenyamanan (6482)
dengan gejala terkait masalah gangguan rasa nyaman 1. Ciptakan lingkungan tenang dan
penyakit mampu teratasi dengan kriteria mendukung
hasil: 2. Sediakan lingkungan yang aman dan
NOC Label: bersih
a. 3. Berikan pilihan sedapat mungkin
untuk dapat melakukan kegiatan
4. Hindari paparan atau aliran udara yang
tidak perlu, terlalu panas maupun
terlalu dingin
5. Posisikan pasien untuk memfasilitasi
kenyamanan
Manajemen nyeri (1400)
1 Lakukan pengkajian nyeri secara
koprehensif (lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan factor
presipitasi)
2 Observasi adanya petunjuk nonverbal
mengenai ketidaknyamanan terutama
pada mereka yang tidak dapat
berkomunikasi secara efektif
3 Pastikan perawatan analgesic bagi
pasien dilakukan dengan pemantauan
yang ketat
4 Gunakan strategi terapeutik untuk
mngetahui pengalaman nyeri dan
sampaikan penerimaan pasien terhadap
nyeri
5 Eliminasi factor yang memicu
terjadinya nyeri
6 Berikan informasi mengenai nyeri,
seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan dirasakan, dan antisipasi
dari keridaknyamanan akibat prosedur
7 Anjarkan teknik nonfarmakologi
seperti relaksasi, distraksi, napas dalam
sebelum nyeri terjadi atau meningkat
8 Berikan individu penurun nyeri yang
optimal dengan peresepan analgesik
Terapi relaksasi (6040)
1. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat
relaksasi serta jenis relaksasi yang
tersedia (misalnya music, meditasi,
bernafas dengan ritme, relaksasiotot
progresif)
2. Ciptakan lingkungan yang tenang dan
tanpa distraksi dengan lampu yang
redup dan suhu lingkungan yang
nyaman
3. Dorong klien untuk mnegambil posisi
yang nyaman dengan pakaian longgar
dan mata tertutup.
4. Gunakan relaksasi sebagai strategi
tambahan dengan penggunaan obat-
obatan nyeri atau sejalan dengan terapi
lainnya dengan tepat.

8 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan asuhan NIC Label: Manajemen Lingkungan:
berhubungan dengan keperawatan selama ....x 24 jam Kenyamanan (6482)
nyeri masalah gangguan pola tidur 1. Ciptakan lingkungan tenang dan
mampu teratasi dengan kriteria mendukung
hasil : 2. Sediakan lingkungan yang aman dan
NOC Label: Tidur(0004) bersih
1. Jam tidur dari sangat 3. Berikan pilihan sedapat mungkin
terganggu (skaa 1) menjadi untuk dapat melakukan kegiatan
tidak terganggu (skala 5) 4. Hindari paparan atau aliran udara yang
2. Pola tidur dari sangat tidak perlu, terlalu panas maupun
terganggu (skaa 1) menjadi terlalu dingin
tidak terganggu (skala 5) 5. Posisikan pasien untuk memfasilitasi
3. Kualitas tidur dari sangat kenyamanan
terganggu (skaa 1) menjadi NIC Label: Peningkatan Tidur (1850)
tidak terganggu (skala 5) 1. Monitor pola tidur pasien dan catat
4. Efisiensi tidur dari sangat kondisi fisik
terganggu (skaa 1) menjadi 2. Tentukan pola tidur/ aktivitas pasien.
tidak terganggu (skala 5) 3. Tentukan efek dari obat pasien
5. Perasaan segar setelah tidur terhadap pola tidur.
dari sangat terganggu (skaa 1) 4. Anjurkan pasien untuk memantau pola
menjadi tidak terganggu (skala tidur
5) 5. Bantu untuk menghilangkan situasi
6. Kesulitan memulai tidur dari stress sebelum tidur.
sangat terganggu (skaa 1) 6. Bantu meningkatkan jumlah jam tidur,
menjadi tidak terganggu (skala jika diperlukan.
5) 7. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
7. Nyeri dari sangat terganggu pasien
(skaa 1) menjadi tidak 8. Diskusikan dengan pasien dan keluarga
terganggu (skala 5) mengenai teknik untuk meningkatkan
tidur.
9. Ajarkan pasien bagaimana melakukan
relaksasi otot autogenic atau bentuk
non farmakologi lainnya untuk
memancing tidur.
9 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan NIC Label : Pengurangan Kecemasan
dengan stressor keperawatan selama .....x24 jam (5820)
masalah cemas dapat teratasi 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan
dengan kriteria hasil: meyakinkan
NOC Label: Tingkat Kecemasan 2. Jelaskan semua prosedur termasuk
(1211) sensasi yang akan dirasakan yang
a. Tidak dapat beristirahat dari mungkin akan dialami klien selama
berat (skala 1) menjadi tidak prosedur
ada (skala 5) 3. Dorong keluarga untuk mendampingi
b. distress dari berat (skala 1) klien dengan cara yang tepat
menjadi tidak ada (skala 5) 4. Ciptakan rasa aman untuk
c. perasaan gelisah dari berat meningkatkan kepercayaan
(skala 1) menjadi tidak ada 5. Bantu klien mengidentifikasi situasi
(skala 5) yang memicu kecemasan
d. otottegang dari berat (skala 1) 6. Dukung penggunaanmekanisme
menjadi tidak ada (skala 5) koping yang sesuai
e. wajah tegang dari berat (skala 7. Intruksikan klien untuk menggunakan
1) menjadi tidak ada (skala 5) teknik relaksasi
f. kesulitan berkonsentrasi dari Terapi relaksasi (6040)
berat (skala 1) menjadi tidak 1. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat
ada (skala 5) relaksasi serta jenis relaksasi yang
g. kesulitan dalam tersedia (misalnya music, meditasi,
menyeleesaikan masalah dari bernafas dengan ritme, relaksasiotot
berat (skala 1) menjadi tidak progresif)
ada (skala 5) 2. Ciptakan lingkungan yang tenang dan
h. peningkatan tekanan darah tanpa distraksi dengan lampu yang
dari berat (skala 1) menjadi redup dan suhu lingkungan yang
tidak ada (skala 5) nyaman
i. peningktana frekuensi nadi 3. Dorong klien untuk mnegambil posisi
dari berat (skala 1) menjadi yang nyaman dengan pakaian longgar
tidak ada (skala 5) dan mata tertutup.
j. gangguan tidur dari berat 4. Gunakan relaksasi sebagai strategi
(skala 1) menjadi tidak ada tambahan dengan penggunaan obat-
(skala 5) obatan nyeri atau sejalan dengan terapi
k. fatique dari berat (skala 1) lainnya dengan tepat.
menjadi tidak ada (skala 5)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. S (77 th) DENGAN BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH)
POST OPEN PROSTATECTOMY HARI KE – 5
DI RUANG HIGH CARE UNIT (HCU) BEDAH RSUD Dr. MOEWARDI

Tgl/Jam masuk RS : 14 November 2017 / 09.45 WIB


Tanggal/Jam Pengkajian : 20 November 2017 / 08.00 WIB
Metode Pengkajian : Autoanamnesa
Diagnosa Medis : Benigna Prostat Hiperplasia Grade III Post Open
Prostatectomy
No. Registrasi : 00675878

I. PENGKAJIAN
A. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. S
Alamat : Gemolong, Sragen
Umur : 77 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : TNI
Pekerjaan : Pensiunan TNI
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Umur : 70 tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Kauman, Sragen
Hubungan dengan klien : Istri klien

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Keluhan Utama
Nyeri pada luka operasi
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Geriatri RSUD Dr. Moewardi dengan
keluhan nyeri saat BAK. Ketika BAK sering tidak tuntas, setelah BAK
masih menetes urine lagi dari ujung uretra. Saat dilakukan pemeriksaan di
Poli Geriatri didapatkan Tekanan Darah : 170/80 mmHg, Nadi: 80
kali/menit, RR: 17 kali/menit, Suhu: 36,40C. Pemeriksaan genetalia :
terdapat pembesaran pada bagian retropubic. Hasil USG dower abdomen
pada tanggal 14 November 2017: tampak ada pembesaran pada kelenjar
prostat. Kemudian pasien dianjurkan untuk menjalani rawat inap di ruang
Wing Mawar 2. Hasil foto thorax pada tanggal 15 November menunjukkan
tidak ada kelainan pada jantung dan paru – paru.
Pada tanggal 16 November 2017 pukul 12.55 WIB, pasien
menjalani operasi open open prostatectomy. Setelah dilakukan operasi
pasien dibindahkan ke ruang HCU Bedah pada pukul 16.00 WIB
dikarenakan memerlukan perawatan lebih dan monitoring secara berkala.
Saat dilakukan pengkajian pada 20 November 2017 pukul 08.05 WIB,
pasien mengeluh luka pada operasi terasa panas dan nyeri. P: nyeri
bertambah ketika banyak bergerak, Q: nyeri seperti teriris – iris, R: nyeri
pada luka open open prostatectomy dan area yang terpasang cystostomy,
S: skala nyeri 4 dari 10, T: nyeri dirasakan 2 detik setiap 2 jam sekali.
Pasien terpasang kateter pada tanggal 16 November 2017, saat dilakukan
pengkajian keluar urine 400 cc pada urine bag.
Saat dilakukan pemeriksaan tanda – tanda vital, didapatkan
Tekanan Darah: 177/70 mmHg, Nadi: 80 kali/menit, RR: 17 kali/menit,
Suhu: 36,40C. SpO2 : 100%. GCS: E4V5M6. Terpasang infus NaCl 0,9%
20 tpm pada tangan kiri. Kekuatan otot ekstremitas atas : 5/5, kekuatan
otot ekstremitas kiri : 5/5. Pasien terpasang cystostomy didekat area
sayatan post open open prostatectomy dengan di irigasi NaCl 0,9% 1 liter.
Keluar cairan 1 liter berwarna merah pekat. Terdapat jahitan dibagian
bawah perut (retropubic) dengan panjang + 5 cm. Luka tampak bersih,
lembab, terdapat kemerahan pada luka, terdapat sedikit pembengkakan
pada area jahitan, tidak ada pus, luka tertutup kassa steril 8 x 5 cm.
Terpasang infus NaCl 0,9% 20 tpm pada tangan kiri.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mempunyai riwayat kanker prostat sejak 1 tahun yang lalu.
Pasien mengatakan juga mempunyai riwayat Hipertensi sejak 2 tahun yang
lalu, dengan pengobatan rutin. Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya. pasien hanya rutin memeriksakan dirinya di Poli Geriatri
RSUD Dr. Moewardi setiap bulannya.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat
penyakit kanker prostat, hipertensi, diabetes mellitus, TB paru, asma,
ataupun penyakit menular lainnya.
Genogram :

Tn. S Ny. S
77 th 70 th

Ny. W Tn. P Ny. M Tn. N


Tn. A Ny. P Ny. J Tn. S
45 th 46 th 41 th 38 th 37 th
32 th 30 th 29 th

Tn. R Tn. R An. Z An. W An. P


Ny. N
22 th 17 th 12 th 10 th 8 th
20 th

Keterangan :
Tn. S
77 th : Pasien (Tn. S)

: laki – laki

: laki – laki sudah meninggal

: perempuan

: perempuan sudah meninggal

: menikah

: mempunyai anak

: tinggal satu rumah


5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Pasien mengatakan tinggal diperkampungan di salah satu wilayah
Kabupaten Sragen dengan kondisi rumah berventilasi yang cukup,
memiliki penerangan cahaya yang cukup, mempunyai sarana pembuangan
limbah (septitank) secara mandiri. Luas bangunan rumah 48 m2, dengan
luas tanah 140 m2 Mempunyai sarana air bersih menggunakan sumur gali
untuk mandi dan membeli air mineral untuk diminum sehari – hari. Pasien
juga mengatakan lingkungan di dalam dan disekitar rumahnya bersih,
tidak ada wabah penyakit menular. Bak mandi dikuras 2 kali sehari untuk
mencegah adanya jentik – jentik nyamuk.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan/Penampilan Umum
a. Kesadaran : composmentis
b. Tanda-Tanda Vital
1) Tekanan Darah : 177/70 mmHg
2) Nadi
- Frekuensi : 80 kali/menit
- Irama : teratur
- Kekuatan : kuat
3) Pernafasan
- Frekuensi : 17 kali/menit
- Irama : teratur
4) Suhu : 36,40C
2. Kepala
a. Bentuk Kepala : mesosefal, tidak ada kelainan bentuk kepala.
b. Kulit Kepala : bersih, tidak ada ketombe, tidak ada jejas, tidak ada
nyeri tekan.
c. Rambut : rambut lurus, putih berubah, tidak ada rambut yang
rontok.
3. Muka
a. Mata
1) Palpebra : tidak ada pembesaran palpebra
2) Konjungtiva : anemis
3) Sclera : tidak ikterik
4) Pupil : isokor
5) Diameter pupil ki/ka : 3 mm/ 3 mm
6) Reflek terhadap cahaya : +/+
7) Penggunaan alat bantu penglihatan : tidak ada
b. Hidung : bersih, tidak ada secret, tidak ada polip, tidak ada sinusitis,
tidak adaa pernapasan cuping hidung.
c. Mulut : bibir lembab, tidak ada sariawan, selaput mukosa basah,
tidak ada secret, gigi bersih, tidak ada gigi palasu.
d. Telinga : bentuk normal, bersih, tidak ada serumen, tidak ada nyeri
telinga.
4. Leher
a. Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
b. Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
c. JVP : tidak ada peningkatan JVP. Nilai JVP: 5+2 cm
5. Dada (Thorax)
a. Paru-paru
Inspeksi : kanan dan kiri simetris, tidak ada penggunaan otot
bantu pernapasan, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada jejas
Palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
b. Jantung
Inspeksi : simetris, ictus cordis terlihat di ICS V midclavikula
sinistra
Palpasi : Redup, batas jantung normal. Batas kanan atas: ICS II linea
para sterna line dekstra, batas kiri atas: ICS II linea para sterna line
sinistra, batas kanan bawah: ICS IV linea para sterna line dekstra,
batas kiri bawah: ICS IV linea medial clavicula.
Perkusi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada palpitasi, ictus cordis
teraba.
Auskultasi : Bunyi jantung normal (SI dan SII)
6. Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, tidak ada perdarahan, warna kulit
normal (sawo matang), tidak ada distensi abdomen, lingkar abdomen: 84 cm
(normal).
Auskultasi : Bising usus 14 kali/menit (normal: 5 – 30 kali/menit)
Perkusi : Timpani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada hepatomegali, tidak ada
pembesaran ginjal.
7. Genitalia : Terpasang kateter pada uretra dan cystostomy di area luka
sayatan post open open prostatectomy (retropubic) pada tanggal 16
November 2017 dengan di irigasi NaCl 0,9% 1000 ml. Pada saat dilakukan
pengkajian tanggal 20 November 2017 keluar urine 400 cc pada urine bag,
dan keluar cairan 900 cc berwarna merah pekat.
8. Rektum : tidak ada hemoroid
9. Ektremitas
a. Atas : terpasang infus NaCL 0,9% 20 tpm pada 20 November 2017 di
tangan sebelah kiri
Keterangan Kanan Kiri
Kekuatan otot 5 5
Rentang gerak Aktif aktif
Akral Hangat Hangat
Edema Tidak ada edema Tidak ada edema
CRT 2 detik 2 detik
Keluhan Tidak ada Tidak ada
b. Bawah
Keterangan Kanan Kiri
Kekuatan otot 5 5
Rentang gerak Aktif aktif
Akral Hangat Hangat
Edema Tidak ada edema Tidak ada edema
CRT 2 detik 2 detik
Keluhan Tidak ada Tidak ada

10. Integumen
Kulit sawo matang, turgor kulit 2 detik, tidak ada ulkus, tidak ada
alergi ataupun gatal – gatal. Terdapat luka post open open prostatectomy
dengan jahitan dibagian bawah perut (retropubic) panjang + 5 cm. Luka
tampak bersih, lembab, terdapat kemerahan disekitar jahitan, terdapat
edema pada luka, tidak ada pus, luka tertutup kassa steril 8 x 5 cm.

D. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan sehat itu penting baginya dan keluarganya. Klien
selalu memeriksakan kondisi kesehatannya secara rutin setiap bulan di Poli
Geriatri RSUD Dr. Moewardi. Tn. S merasa sedih dengan konsisi
kesehatannya saat ini, karena aktivitas sehari – harinya terganggu. Klien
mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang ke rumah.

2. Pola Nutrisi/Metabolik
a. Pengkajian Nutrisi (ABCD) :
- A : Antropometri
Berat badan (BB) : 60 kg
Tinggi Badan (TB) : 170 cm = 1,7 m

BB 60
IMT : 2
: : 20,76 kg/m2 (dibawah normal)
(TB) 2
(1,7)

(nilai normal: 18,5-22,9 kg/m2)


- B : Biochemical
Pemeriksaan Laboratorium :
1) Hemoglobin : 7,4 g/dl (normal: 11,8 – 17,5 g/dl)
2) Hematokrit : 24 (normal: 33 – 45 %)
3) Albumin : 1,9 g/dl (normal: 3,2 – 4,6 g/dl)
4) Leukosit : 19,3 ribu/ul (normal: 4,5 – 11,0 ribu/ul)
5) Eritrosit : 2,46 ribu/ul (normal: 4,5 – 5,9 ribu/ul)
6) Trombosit : 150 ribu/ul (normal: 150m – 450 ribu/ul)
- C : Clinical Sign
Pasien tampak lemas, konjungtiva anemis.
- D : Diet
Selama sakit, pasien diberikan Diit Nasi 1800 kkal. Pasien setiap
makan selalu habis 3/4 porsi.

b. Pengkajian Pola Nutrisi


Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 3 kali sehari 3 kali sehari
Nasi, lauk, sayur, air Nasi, lauk, sayur, air putih,
Jenis
putih buah (Diit nasi 1800 kkal)
Porsi 1 porsi habis 3/4 porsi habis
Tidak ada Tidak suka masakan dari
rumah sakit, tidak ada keluhan
Keluhan mengenai pola nutrisi yang
berhubungan dengan dangguan
pada sistem pencernaan
3. Pola Eliminasi
a. BAB
Keterangan Sebelum Sakit Selama Sakit
Frekuensi 1 kali sehari (pagi) 1 kali sehari (pagi)
Konsistensi Lunak berbentuk Lunak berbentuk
Bau Khas Khas
Warna Kuning Kuning
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Penggunaan
Tidak ada Tidak ada
obat pencahar

b. BAK
Keterangan Sebelum Sakit Selama Sakit
Frekuensi Tidak terkaji
6-7 kali/hari
(terpasang kateter)
Pancaran Tidak terkaji
Kuat
(terpasang kateter)
Jumlah + 100 cc sekali Tidak terkaji
BAK (terpasang kateter)
Bau Amoniak Amoniak
Warna kuning Kuning
Perasaan setelah BAK Tidak terasa
Lega
(terpasang kateter)
Keluhan Nyeri didaerah
cystostomy dan luka
Retensi urine
post open
prostatectomy
Total Produksi Urine
+ 600 cc/hari + 1000 cc/hari
(per hari)

c. Analisa Keseimbangan Cairan Selama Perawatan (per 24 jam)


Intake Output Analisa
Minuman 900 cc Urine : 1000 cc Intake : 6031 cc
Makanan Feses : 500 cc Output : 5500 cc
600 cc IWL : 900 cc
Infus (Parenteral) Cystostomy:
NaCl 0,9% 1500 cc 3100 cc
Injeksi (intravena)
Ceftriaxon 10 cc
Ranitidin 6 cc
Paracetamol 15 cc
Cystostomy
NaCl 0,9 % 3000 cc
Total 6031 cc Total 5500 cc Balance : + 531 cc
4. Pola Aktifitas dan Latihan
Kemampuan Sebelum Sakit Selama Sakit
Perawatan Diri 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Makan dan Minum  
Mandi  
Toileting  
Berpakaian  
Mobilitas di tempat
 
tidur
Berpindah  
Ambulasi / ROM  
Keterangan :
0 : Mandiri, 1: dengan alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang
lain dan alat, 4 : tergantung total

5. Pola Istirahat Tidur


Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Jumlah tidur siang 1 jam 1 jam
Jumlah tidur malam 7 jam 7 jam
Penggunaan obat tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
Perasaan waktu bangun Nyaman dan segar Nyaman dan segar
Kebiasaan sebelum Menonton TV Tidak ada
tidur

6. Pola Kognitif-Perseptual
a. Status mental
Pasien sadar penuh, tidak ada disorientasi waktu maupun tempat. Nilai
GCS : E4V5M6 (normal).
b. Kemampuan pengindraan
Klien dapat berbicara lancar, mampu menjawab pertanyaan
perawat dengan tepat, dapat mengidentifikasi bau makanan, dapat
meraba dan memegang anggota tubuhnya.
c. Pengkajian nyeri
Klien dapat mempersepsikan nyeri, ditandai dengan klien
merasakan nyeri setelah operasi:
P : nyeri bertambah ketika banyak bergerak
Q: nyeri terasa seperti teriris - iris
R: nyeri pada perut bagian bawah pada luka cystostomy dan luka post
open open prostatectomy
S: skala nyeri 4 dari 10, T: Nyeri dirasakan 2 detik setiap 3 jam sekali
7. Pola Persepsi Konsep Diri
a. Gambaran Diri / Citra Diri
Klien mengatakan tidak merasa malu dengan kondisi kesehatannya
sekarang
b. Ideal Diri
Klien mengatakan, “Saya ingin cepat sembuh, saya merasa tidak
nyaman dengan penyakit ini.”
c. Harga Diri
Klien mengatakan, “Saya tidak merasa malu atau minder dengan
penyakit saya ini”
d. Peran Diri
Klien mengatakan, “Selama saya sakit, saya tidak bisa melakukan
aktivitas sehari – hari dengan baik”
e. Identitas Diri
Klien mengatakan, “Saya menyadari bahwa saya adalah laki - laki, dan
saya sudah menikah, sudah mempunyai 4 anak dan 6 cucu.”

8. Pola Hubungan Peran


Klien mengatakan bahwa hubungan klien dengan keluarga harmonis. Selain
itu dengan masyarakat juga baik.

9. Pola Seksualitas
Klien mengatakan bahwa ia sudah menikah. Klien mengatakan tidak ada
gangguan pada seksualitas.

10. Pola Mekanisme Koping


Klien mengatakan bahwa sebelum dioperasi ia sempat cemas. Akan tetapi,
kecemasan tersebut teratasi dengan dukungan keluarga dan perawat.

11. Pola Nilai dan Keyakinan


Klien mengatakan bahwa sebelum dirawat di RSUD Dr. Moewardi, iaselalu
menjalankan sholat 5 waktu walaupun dengan kondisi kakinya yang
terdapat luka. Akan tetapi, selama dirawat di RSUD Dr. Moewardi, klien
tidak pernah menjalankan sholat, dikarenakan kondisinya yang masih sakit.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan : 20 November 2017 pukul 09.25 WIB
Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Satuan Hasil Keterangan Hasil
Hematologi Rutin
Hemoglobin 11.8 – 17.5 g/dl 7.4 Dibawah normal
Hematokrit 33 – 45 % 24 Dibawah normal
Leukosit 4.5 – 11.0 ribu/ul 19.3 Diatas normal
Trombosit 150 – 450 ribu/ul 150 Normal
Eritrosit 4.50 – 5.90 juta/ul 2.46 Dibawah normal
Golongan Darah A

Kimia Klinik
Glukosa Darah 60 – 140 mg/dl 115 Normal
Sewaktu
SGOT <35 u/l 44 Diatas normal
SGPT <45 u/l 34 Normal
Bilirubin Total 0.0 – 1.00 mg/dl 0.96 Normal
Albumin 3.2 – 4.6 g/dl 1.9 Dibawah normal
Creatinine 0.8 – 1.3 mg/dl 1.4 Diatas normal
Ureum < 50 mg/dl 37 Normal

Elektrolit
Natrium darah 132 – 146 mmol/L 134 Normal
Kalium darah 3.7 – 5.4 mmol/L 3.5 Dibawah normal
Chlorida darah 98 – 106 mmol/L 102 Normal

2. Pemeriksaan diagnostik
Hari/tanggal/jam Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
14 November EKG Sinus rithym
2017 / 16.15
WIB
Tampak ada pembesaran
15 November USG dower abdomen kelenjar prostat
2017 / 09.40
WIB
Tidak tampak kelainan pada
15 November Foto Thorax jantung dan paru – paru
2017 / 10.25
WIB
F. TERAPI MEDIS
Terapi medis yang diberikan selama 20 November 2017 sampai dengan 22
November 2017 sama atau tidak ada terapi tambahan selama 3 hari
kelolaan.
Hari/
Golongan & Fungsi &
Tanggal/ Jenis Terapi Dosis
Kandungan Farmakologi
Jam
20 Enteral
November NaCl 0,9% 500 ml/8 Larutan elektrolit Mengembalikan
2017 s.d 22 jam nutrisi keseimbangan
November Kandungan NaCl elektrolit pada
2017 0,9% dehidrasi
Enteral
Ramipril 5 mg/24 ACE inhibitor Menangani
jam hipertensi, gagal
jantung, serta
mencegah masalah
ginjal, dan pembuluh
darah.

Bisoprolol 2,5 mg/24 Penghambat beta Mengobati


jam hipertensi, angina,
dan gagal jantung

Parenteral
Ceftriaxone 1 gram/12 Antibiotic Mengobati dan
jam Cephalosporin mencegah infeksi
yang disebabkan
oleh bakteri

Ranitidin 50 mg/12 Antagonis H2 Untuk menurunkan


jam produksi asam
lambung.
Pengobatan jangka
pendek untuk
duodenum aktif,
tukak lambung aktif,
mengurangi gejala
refleks esophagus.

Paracetamol 1 gram/8 analgesik dan Meredakan rasa sakit


jam antipiretik dan demam
II. ANALISA DATA
Nama : Tn. S No. CM : 00675878
Umur : 77 tahun Diagnosa Medis : BPH Grade III Post
Prostectomy hari ke – 5
dengan Hipertensi

Hari/
No Data Fokus Masalah Etiologi Diagnosa
Tgl/jam
1 Senin/ 20 Data Subjektif: Risiko Prosedur Risiko
November Pasien mengatakan ada tanggal infeksi invasif (post infeksi
2017/09.20 16 November 2017 pukul 12.55 (00004) prostastectomy (00004)
WIB WIB menjalani operasi dan cystostomy dengan
pembedahan kelenjar prostat. hari ke - 5) faktor risiko
Pasien mengatakan luka bekas prosedur
operasi terasa panas dan masih invasif
terasa nyeri.

Data Objektif:
Post open prostastectomy hari ke
– 5. Terdapat sedikit
pembengkakan pada area jahitan
luka, luka tampak kemerahan.
Pasien belum bisa berkemih
secara normal (terpasang kateter
urine dan cystostomy pada
tanggal 16 November 2017).
Hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan adanya
penurununan albumin (nilai
albumin: 1,9 g/dl, normal: 3,2 –
4,6 g/dl) dan peningkatan
leukosit (nilai leukosit: 19,3
ribu/ul, normal: 4,5 – 11,0
ribu/ul).
Tekanan Darah: 177/70 mmHg,
Nadi: 80 kali/menit, RR: 17
kali/menit, Suhu: 36,40C
2 Senin/ 20 Data Subjektif: Kerusakan Prosedur bedah Kerusakan
November Pasien mengatakan luka bekas integritas (post integritas
2017/09.20 operasi belum sembuh kulit porstastectomy kulit
WIB Data Objektif: (00046) dan cystostomy (00046)
Terdapat jahitan dibagian bawah hari ke - 5) berhubungan
perut (retropubic) dengan dengan
panjang + 5 cm. Luka tampak prosedur
bersih, lembab, luka tampak bedah
kemerahan, terdapat sedikit
pembengkakan pada area jahitan
luka, tidak ada pus, luka tertutup
kassa steril 8 x 5 cm. Pasien
dilakukan perawatan luka
dengan NaCl 0,9% setiap hari
sekali di pagi hari.
3 Senin/ 20 Data Subjektif: Risiko Kateterisasi Risiko
November Pasien mengatakan mempunyai cedera multipel cedera
2017/09.20 riwayat kanker prostat sejak 1 kandung (pemasangam kandung
WIB tahun yang lalu. kemih kateter urine kemih
Data Objektif: (00258) dan (00258)
Hasil USG dower abdomen pada cystostomy) dengan
tanggal 15 November 2017 faktor risiko
pukul 09.40 WIB menunjukkan kateterisasi
adanya pembesaran kelenjar multipel
prostat. Telah dilakukan operasi
prostastectomy pada 16
November 2017 pukul 12.55
WIB. Pasien terpasang kateter
pada uretra dan cystostomy di
area luka sayatan post open open
prostatectomy (retropubic) pada
tanggal 16 November 2017
dengan di irigasi NaCl 0,9%
1000 ml. Pada saat dilakukan
pengkajian tanggal 20 November
2017 keluar urine 400 cc pada
urine bag, dan keluar cairan 900
cc berwarna merah pekat.
4 Senin/ 20 Data Subjektif: Nyeri Agen cedera Nyeri Akut
November Pasien mengeluh nyeri. P: nyeri Akut fisik (post open (00132)
2017/09.20 bertambah ketika banyak (00132) prostastectomy berhubungan
WIB bergerak, Q: nyeri seperti teriris dan cystostomy dengan agen
– iris, R: nyeri pada luka post hari ke - 5) cedera fisik
open prostatectomy dan area
yang terpasang cystostomy, S:
skala nyeri 4 dari 10, T: nyeri
dirasakan 2 detik setiap 2 jam
sekali.
Data Objektif:
Pasien sesekali tampak
memegangi bagian lukanya yang
sakit. Tekanan Darah: 177/70
mmHg, Nadi: 80 kali/menit, RR:
17 kali/menit, Suhu: 36,40C

III. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Risiko infeksi (00004) dengan faktor risiko prosedur invasif
2. Kerusakan integritas kulit (00046) berhubungan dengan prosedur bedah
3. Risiko cedera kandung kemih (00258) dengan faktor risiko dengan
kateterisasi multipel
4. Nyeri Akut (00132) berhubungan dengan agen cedera fisik
IV. RENCANA KEPERAWATAN/INTERVENSI
Nama : Tn. S No. CM : 00675878
Umur : 77 tahun Diagnosa Medis : BPH Grade III Post open
prostatectomy hari ke-5
dengan Hipertensi

Hari/ No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Ttd
Tgl/jam Dx
Senin/ 20 1 Setelah dilakukan tindakan Kontrol infeksi (6540):
November keperawatan selama 3 x 24 a. Cuci tangan sebelum dan
2017/09.45 jam, diharapkan tidak ada sesudah kegiatan (N)
WIB infeksi dengan kriteria hasil : b. Pastikan teknik perawatan luka
Kontrol risiko (1902): yang tepat (N)
a. Pasien dapat c. Ajarkan pasien dan keluarga
memodifikasi gaya hidup mengenai tanda dan gejala
untuk mengurangi risiko infeksi kesehatan (E)
b. Pasien dan keluarga d. Berikan antibiotik yang sesuai
dapat mengenali (C)
perubahan status
kesehatan (5) Perawatan area sayatan (3440):
a. Periksa daerah sayatan
Keparahan infeksi (0703): terhadap kemerahan, bengkak,
a. Kemerahan pada luka atau tanda – tanda dehiscene
berkurang (3) atau eviserasi (O)
b. Tidak ada cairan luka b. Monitor proses penyembuhan
yang berbau busuk (5) di daerah sayatan (O)
c. Tidak mengalami c. Monitor sayatan untuk tanda
peningkatan jumlah sel dan gejala infeksi (N)
darah putih (5) d. Bersihkan daerah sekitar
sayatan dengan pembersihan
yang tepat (N)
e. Bersihkan area sekitar
drainase atau pada area selang
drainase (N)
f. Jaga posisi drainase (N)
g. Lepaskan jahitan, steples, atau
klip sesuai indikasi (N)
h. Arahkan pasien bagaimana
meminimalkan tekanan pada
daerah insisi (E)
i. Arahkan pasien dn/atau
keluarga cara merawat luka
insisi, termasuk tanda – tanda
infeksi (E)
j. Berikan salep antiseptik (C)
Senin/ 20 2 Setelah dilakukan tindakan Perawatan area sayatan (3440):
November keperawatan selama 3 x 24 a. Periksa daerah sayatan
2017/09.45 jam, diharapkan struktur kulit terhadap kemerahan, bengkak,
WIB membaik dengan kriteria atau tanda – tanda dehiscene
hasil : atau eviserasi (O)
Integritas jaringan: kulit & b. Monitor proses penyembuhan
membrane mukosa (1101): di daerah sayatan (O)
a. Integritas kulit membaik c. Monitor sayatan untuk tanda
(3) dan gejala infeksi (N)
b. Elastisitas kulit membaik d. Bersihkan daerah sekitar
(3) sayatan dengan pembersihan
c. Tidak ada eritema (3) yang tepat (N)
e. Bersihkan area sekitar
Penyembuhan luka: sekunder drainase atau pada area selang
(1103) drainase (N)
a. Granulasi luka membaik f. Jaga posisi drainase (N)
(3) g. Lepaskan jahitan, steples, atau
b. Ukuran luka berkurang klip sesuai indikasi (N)
(3) h. Arahkan pasien bagaimana
c. Tidak ada eritema di meminimalkan tekanan pada
kulit sekitarnya (5) daerah insisi (E)
d. Periwound edema (5) i. Arahkan pasien dn/atau
keluarga cara merawat luka
insisi, termasuk tanda – tanda
infeksi (E)
j. Berikan salep antiseptic (C)
Senin/ 20 3 Setelah dilakukan tindakan Perawatan Selang: Perkemihan
November keperawatan selema 3 x 24 (1876):
2017/09.45 jam, diharapkan tidak ada a. Monitor terkait adanya
WIB cedera saluran kemih dengan distensi kandung kemih (O)
kriteria hasil: b. Catat karakteristik drainase
Kontrol risiko (1902): urin (O)
Pasien dan keluarga dapat c. Bersihkan kateter eksternal
mengenali perubahan status pada meatus (N)
kesehatan (5) d. Bersihkan daerah sekitar kulit
Eliminasi urin (0503): secara berkala (N)
a. Gangguan pola eliminasi e. Anjurkan pasien dan keluarga
berkurang (3) mengenal perawatan kateter
b. Jumlah urin per 24 yang tepat (E)
dalam batas normal (5) Irigasi kandung kemih (0550):
c. Warna urine dalam batas a. Tentukan apakah akan
normal (5) melakukan irigasi terus
d. Tidak ada darah dalam menerus atau berkala (O)
urine (5) b. Monitor dan pertahankan
kecepatan aliran yang tepat
(O)
c. Catat jumlah ciran yang
digunakan, karakteristik
cairan, jumlah cairan yang
keluar, dan respon pasien
sesuai dengan prosedur tetap
yang ada (O)
Senin/ 20 4 Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (1400):
November keperawatan selama 3 x 24 a. Lakukan pengkajian nyeri
2017/09.45 jam, nyeri terkontrol dengan komprehensif PQRST (O)
WIB kriteria hasil: b. Observasi adanya respon non
Kontrol nyeri (1605): verbal terhadap nyeri (O)
a. Pasien mengenali kapan c. Ajarkan penggunaan teknik
nyeri terjadi (5) non farmakologi (relaksasi
b. Pasien melaporkan napas dalam dan terapi musik)
bahwa nyeri sudah untuk mengatasi nyeri (N)
terkontrol (5) d. Berikan informasi mengenai
c. Pasien mengenali kapan nyeri, seperti penyebab nyeri,
nyeri terjadi (5) berapa lama nyeri akan
d. Pasien mampu mengatasi dirasakan, dan antisipasi dari
nyeri dengan cara non ketidaknyamanan akibat
farmakologi (teknik prosedur (E)
relaksasi napas dalam) e. Kolaborasi dengan dokter
untuk mengatasi nyeri dalam pemberian analgetik (C)
(5)
Monitor tanda – tanda vital
Tingkat nyeri (2102): (6680):
Nyeri yang dilaporkan Monitor tekanan darah, nadi, suhu,
berkurang menjadi skala 3 dan status pernapasan (O)
dari 10 (4)

Tanda – tanda vital (0802):


a. Suhu tubuh dalam batas
normal (5)
b. Denyut nadi dalam batas
normal (5)
c. Tingkat pernapasan
dalam batas normal (5)
d. Irama pernapasan teratur
(5)
e. Tekanan darah sistolik
dalam batas normal (5)
f. Tekanan darah diastolik
dalam batas normal (5)
V. TINDAKAN KEPERAWATAN/IMPLEMENTASI
Nama : Tn. S No. CM : 00675878
Umur : 77 tahun Diagnosa Medis : BPH Grade III Post open
prostatectomy hari ke-5
dengan Hipertensi

Setiap dilakukan (sebelum dan sesudah) tindakan keperawatan selalu


melakukan cuci tangan bersih menggunakan air mengalir ataupun handscrub
sebagai bentuk implementasi diagnosa risiko infeksi (00004) dengan faktor risiko
prosedur invasif dan sebagai perlindungan diri selama melakukan tindakan
keperawatan.
Hari/
No Dx Implementasi Respon Ttd
Tgl/jam
Senin/ 20 1 Memberikan injeksi Ceftriaxone 1 S: pasien mengatakan
November gram secara intravena bersedia untuk diberikan obat
2017/08.00 injeksi
WIB O: Ceftriaxone 1 gram telah
masuk melalui vena pasien.
Senin/ 20 1 a. Memandikan pasien diatas S: pasien mengatakan
November tempat tidur bersedia untuk dimandikan
2017/08.20 b. Mengganti linen yang kotor diatas tempat tidur dan
WIB dengan yang bersih diganti linennya
O: pasien tampak bersih dan
rapi.
Senin/ 20 4 a. Melakukan pengkajian nyeri S: Pasien mengatakan nyeri.
November komprehensif PQRST P: nyeri bertambah ketika
2017/09.00 b. Mengobservasi adanya banyak bergerak, Q: nyeri
WIB respon non verbal terhadap seperti teriris – iris, R: nyeri
nyeri (O) pada luka post open
c. Mengajarkan penggunaan prostatectomy dan area yang
teknik non farmakologi terpasang cystostomy, S:
(relaksasi napas dalam) untuk skala nyeri 4 dari 10, T: nyeri
mengatasi nyeri dirasakan 2 detik setiap 2 jam
sekali. Pasien juga bersedia
untuk diajarkan teknik
relaksasi napas dalam untuk
mengurangi nyerinya
O: Telah dilakukan relaksasi
napas dalam untuk mengatasi
nyeri. Pasien tampak bisa
melakukan teknik relaksasi
napas dalam dengan
bimbingan perawat. Pasien
sesekali tampak memegangi
bagian lukanya yang sakit.
Senin/ 20 1,2,3,4 Melakukan perawatan luka pada S: pasien mengatakan
November area sayatan dan area cystostomy: bersedia untuk dilakukan
2017/09.30 a. Memeriksa daerah sayatan perawatan luka pada bekas
WIB terhadap kemerahan, operasi dan selang
bengkak, atau tanda – tanda cystostomynya.
dehiscene atau eviserasi O: Telah dilakukan perawatan
b. Memonitor proses luka dengan NaCl 0,9%.
penyembuhan di daerah Terdapat jahitan dibagian
sayatan bawah perut (retropubic)
c. Memonitor sayatan untuk dengan panjang + 5 cm. Luka
tanda dan gejala infeksi tampak bersih, lembab, luka
d. Membersihkan daerah sekitar tampak kemerahan, terdapat
sayatan dengan pembersihan sedikit pembengkakan pada
yang tepat area jahitan luka, tidak ada
e. Membersihkan area sekitar pus, tidak ada dehiscene aatau
drainase atau pada area eviserasi, luka tertutup kassa
selang drainase steril 8 x 5 cm.
Senin/ 20 1,2,3,4 Memonitor tekanan darah, nadi, S: Pasien mengatakan
November suhu, dan status pernapasan (O) bersedia untuk dilakukan
2017/12.00 pemeriksaan TTV
WIB O: Tekanan Darah: 177/70
mmHg, Nadi: 80 kali/menit,
RR: 17 kali/menit, Suhu:
36,40C

Senin/ 20 3 a. Membersihkan daerah sekitar S: pasien bersedia untuk


November kulit yang terpasang katetes dibersihkan selang kateternya
2017/15.00 b. Memonitor dan pertahankan O: kulit sekitar yang
WIB kecepatan aliran yang tepat terpasang kateter tampak
c. Mencatat jumlah ciran yang bersih, aliran kateter berjalan
digunakan, karakteristik lancer, urine keluar 350 cc,
cairan, jumlah cairan yang warna urine kuning.
keluar, dan respon pasien
Senin/ 20 1,2,3,4 Memonitor tekanan darah, nadi, S: Pasien mengatakan
November suhu, dan status pernapasan (O) bersedia untuk dilakukan
2017/18.00 pemeriksaan TTV
WIB O: Tekanan Darah: 175/73
mmHg, Nadi: 84 kali/menit,
RR: 17 kali/menit, Suhu:
36,70C

Senin/ 20 1 Memberikan injeksi Ceftriaxone 1 S: pasien mengatakan


November gram secara intravena bersedia untuk diberikan obat
2017/20.00 injeksi
WIB O: Ceftriaxone 1 gram telah
masuk melalui vena pasien.
Selasa/ 22 1,2,3,4 Memonitor tekanan darah, nadi, S: Pasien mengatakan
November suhu, dan status pernapasan (O) bersedia untuk dilakukan
2017/ pemeriksaan TTV
06.00 WIB O: Tekanan Darah: 170/72
mmHg, Nadi: 83 kali/menit,
RR: 17 kali/menit, Suhu:
36,70C

Selasa/ 22 1 Memberikan injeksi Ceftriaxone 1 S: pasien mengatakan


November gram secara intravena bersedia untuk diberikan obat
2017/ injeksi
08.00 WIB O: Ceftriaxone 1 gram telah
masuk melalui vena pasien.
Selasa/ 22 1 a. Memandikan pasien diatas S: pasien mengatakan
November tempat tidur bersedia untuk dimandikan
2017/ b. Mengganti linen yang kotor diatas tempat tidur dan
08.10 WIB dengan yang bersih diganti linennya
O: pasien tampak bersih dan
rapi.
Selasa/ 22 1,2,3,4 Melakukan perawatan luka pada S: pasien mengatakan
November area sayatan dan area cystostomy: bersedia untuk dilakukan
2017/ a. Memeriksa daerah sayatan perawatan luka pada bekas
08.40 WIB terhadap kemerahan, operasi dan selang
bengkak, atau tanda – tanda cystostomynya.
dehiscene atau eviserasi O: Telah dilakukan perawatan
b. Memonitor proses luka dengan NaCl 0,9%.
penyembuhan di daerah Terdapat jahitan dibagian
sayatan bawah perut (retropubic)
c. Memonitor sayatan untuk dengan panjang + 5 cm. Luka
tanda dan gejala infeksi tampak bersih, lembab,
d. Membersihkan daerah sekitar kemerahan pada luka telah
sayatan dengan pembersihan berkurang, masih terdapat
yang tepat pembengkakan pada area
e. Membersihkan area sekitar jahitan luka, tidak ada pus,
drainase atau pada area tidak ada dehiscene atau
selang drainase eviserasi, luka tertutup kassa
f. Mengarahkan pasien dan steril 10 x 5 cm.
keluarga cara merawat luka
insisi, termasuk tanda – tanda
infeksi
Selasa/ 22 1,2,3,4 a. Melakukan pengkajian nyeri S: Pasien mengatakan nyeri
November komprehensif PQRST sudah berkurang. P: nyeri
2017/ b. Mengobservasi adanya bertambah ketika banyak
09.50 WIB respon non verbal terhadap bergerak, Q: nyeri seperti
nyeri (O) teriris – iris, R: nyeri pada
c. Menganjurkan penggunaan luka post open prostatectomy
teknik non farmakologi dan area yang terpasang
(relaksasi napas dalam) untuk cystostomy, S: skala nyeri 4
mengatasi nyeri dari 10, T: nyeri dirasakan 2
detik setiap 3 jam sekali.
Pasien juga bersedia untuk
mengulangi teknik relaksasi
napas dalam yang telah
diajarkan
O: Telah dilakukan teknik
relaksasi napas dalam untuk
mengatasi nyeri. Pasien
tampak bisa melakukan
teknik relaksasi napas dalam
secara mandiri. Pasien sudah
tidak tampak memegangi
bagian lukanya yang sakit.
Selasa/ 22 1,2,3,4 Memonitor tekanan darah, nadi, S: Pasien mengatakan
November suhu, dan status pernapasan bersedia untuk dilakukan
2017/ pemeriksaan TTV
12.00 WIB O: Tekanan Darah: 170/72
mmHg, Nadi: 88 kali/menit,
RR: 18 kali/menit, Suhu:
36,90C
Selasa/ 22 3 a. Membersihkan daerah sekitar S: pasien bersedia untuk
November kulit yang terpasang katetes dibersihkan selang kateternya
2017/ b. Memonitor dan pertahankan O: kulit sekitar yang
15.00 WIB kecepatan aliran yang tepat terpasang kateter tampak
c. Mencatat jumlah ciran yang bersih, aliran kateter berjalan
digunakan, karakteristik lancer, urine keluar 350 cc,
cairan, jumlah cairan yang warna urine kuning.
keluar, dan respon pasien
Selasa/ 22 1,2,3,4 Memonitor tekanan darah, nadi, S: Pasien mengatakan
November suhu, dan status pernapasan bersedia untuk dilakukan
2017/ pemeriksaan TTV
18.00 WIB O: Tekanan Darah: 178/75
mmHg, Nadi: 82 kali/menit,
RR: 19 kali/menit, Suhu:
36,70C
Selasa/ 22 1 Memberikan injeksi Ceftriaxone 1 S: pasien mengatakan
November gram secara intravena bersedia untuk diberikan obat
2017/ injeksi
20.00 WIB O: Ceftriaxone 1 gram telah
masuk melalui vena pasien.
Rabu/ 23 1,2,3,4 Memonitor tekanan darah, nadi, S: Pasien mengatakan
November suhu, dan status pernapasan (O) bersedia untuk dilakukan
2017/ pemeriksaan TTV
06.10 WIB O: Tekanan darah: 100/80
mmHg, RR: 19 kali/menit,
Suhu: 36,9 0C, Nadi 88
kali/menit.
Rabu/ 23 1 Memberikan injeksi Ceftriaxone 1 S: pasien mengatakan
November gram secara intravena bersedia untuk diberikan obat
2017/ injeksi
08.00 WIB O: Ceftriaxone 1 gram telah
masuk melalui vena pasien.
Rabu/ 23 1 a. Memandikan pasien diatas S: pasien mengatakan
November tempat tidur bersedia untuk dimandikan
2017/ b. Mengganti linen yang kotor diatas tempat tidur dan
08.20 WIB dengan yang bersih diganti linennya
O: pasien tampak bersih dan
rapi.
Rabu/ 23 1,2,3,4 Melakukan perawatan luka pada S: pasien mengatakan
November area sayatan dan area cystostomy: bersedia untuk dilakukan
2017/ a. Memeriksa daerah sayatan perawatan luka pada bekas
08.55 WIB terhadap kemerahan, operasi dan selang
bengkak, atau tanda – tanda cystostomynya.
dehiscene atau eviserasi O: Telah dilakukan perawatan
b. Memonitor proses luka dengan NaCl 0,9%.
penyembuhan di daerah Terdapat jahitan dibagian
sayatan bawah perut (retropubic)
c. Memonitor sayatan untuk dengan panjang + 5 cm. Luka
tanda dan gejala infeksi tampak bersih, lembab, luka
d. Membersihkan daerah sekitar masih tampak kemerahan,
sayatan dengan pembersihan masih terdapat
yang tepat pembengkakan pada area
e. Membersihkan area sekitar jahitan luka, tidak ada pus,
drainase atau pada area tidak ada dehiscene atau
selang drainase eviserasi, luka tertutup kassa
f. Mengarahkan pasien dan steril 10 x 5 cm.
keluarga cara merawat luka
insisi, termasuk tanda – tanda
infeksi (E)
Rabu/ 23 1,2,3,4 a. Melakukan pengkajian nyeri S: Pasien mengatakan nyeri
November komprehensif PQRST sudah terkontrol. P: nyeri
2017/ b. Mengobservasi adanya bertambah ketika banyak
10.00 WIB respon non verbal terhadap bergerak, Q: nyeri seperti
nyeri (O) teriris – iris, R: nyeri pada
c. Menganjurkan penggunaan luka post open prostatectomy
teknik non farmakologi dan area yang terpasang
(relaksasi napas dalam) untuk cystostomy, S: skala nyeri 3
mengatasi nyeri dari 10, T: nyeri dirasakan 2
detik setiap 3 jam sekali.
Pasien bersedia untuk
melakukan teknik relaksasi
napas dalam.
O: Telah dilakukan teknik
relaksasi napas dalam untuk
mengatasi nyeri. Pasien
tampak bisa melakukan
teknik relaksasi napas dalam
secara mandiri. Pasien
tampak tenang, sudah tidak
tampak memegangi bagian
lukanya yang sakit.
Rabu/ 23 1,2,3,4 Memonitor tekanan darah, nadi, S: pasien mengatakan
November suhu, dan status pernapasan (O) bersedia untuk dilakukan
2017/ pemeriksaan TTV
12.00 WIB O: Tekanan Darah: 167/70
mmHg, Nadi: 81 kali/menit,
RR: 18 kali/menit, Suhu:
36,10C
Rabu/ 23 3 a. Membersihkan daerah sekitar S: pasien bersedia untuk
November kulit yang terpasang katetes dibersihkan selang kateternya
2017/ b. Memonitor dan pertahankan O: kulit sekitar yang
12.00 WIB kecepatan aliran yang tepat terpasang kateter tampak
c. Mencatat jumlah ciran yang bersih, aliran kateter berjalan
digunakan, karakteristik lancer, urine keluar 350 cc,
cairan, jumlah cairan yang warna urine kuning.
keluar, dan respon pasien
Rabu/ 23 1,2,3,4 Memonitor tekanan darah, nadi, S: pasien mengatakan
November suhu, dan status pernapasan (O) bersedia untuk dilakukan
2017/ pemeriksaan TTV
18.00 WIB O: Tekanan Darah: 169/77
mmHg, Nadi: 77 kali/menit,
RR: 18 kali/menit, Suhu:
37,10C
Rabu/ 23 1 Memberikan injeksi Ceftriaxone 1 S: pasien mengatakan
November gram secara intravena bersedia untuk diberikan obat
2017/ injeksi
20.00 WIB O: Ceftriaxone 1 gram telah
masuk melalui vena pasien.
VI. EVALUASI
Nama : Tn. S No. CM : 00675878
Umur : 77 tahun Diagnosa Medis : BPH Grade III Post open
prostatectomy hari ke-5
dengan Hipertensi

No Hari/
Evaluasi Ttd
Dx Tgl/Jam
1 Senin/ 20 S: Pasien mengatakan luka bekas operasi terasa panas dan masih
November terasa nyeri.
2017/14.00 O: Post open prostastectomy hari ke – 5. Terdapat sedikit
WIB pembengkakan pada area jahitan luka, luka tampak kemerahan.
Pasien belum bisa berkemih secara normal (terpasang kateter urine
dan cystostomy pada tanggal 16 November 2017). Hasil
pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya penurununan
albumin (nilai albumin: 1,9 g/dl, normal: 3,2 – 4,6 g/dl) dan
peningkatan leukosit (nilai leukosit: 19,3 ribu/ul, normal: 4,5 – 11,0
ribu/ul).
Tekanan Darah: 177/70 mmHg, Nadi: 80 kali/menit, RR: 17
kali/menit, Suhu: 36,40C
A: Masalah risiko infeksi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Kontrol infeksi (6540):
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan (N)
b. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat (N)
c. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi
kesehatan (E)
d. Berikan antibiotik yang sesuai (C)
Perawatan area sayatan (3440):
a. Periksa daerah sayatan terhadap kemerahan, bengkak, atau tanda
– tanda dehiscene atau eviserasi (O)
b. Monitor proses penyembuhan di daerah sayatan (O)
c. Monitor sayatan untuk tanda dan gejala infeksi (N)
d. Bersihkan daerah sekitar sayatan dengan pembersihan yang
tepat (N)
e. Bersihkan area sekitar drainase atau pada area selang drainase
(N)
f. Jaga posisi drainase (N)
g. Lepaskan jahitan, steples, atau klip sesuai indikasi (N)
h. Arahkan pasien bagaimana meminimalkan tekanan pada daerah
insisi (E)
i. Arahkan pasien dan/atau keluarga cara merawat luka insisi,
termasuk tanda – tanda infeksi (E)
Berikan salep antiseptik (C)
2 Senin/ 20 S: Pasien mengatakan luka bekas operasi belum sembuh
November O: Telah dilakukan perawatan luka dengan NaCl 0,9%. Terdapat
2017/14.00 jahitan dibagian bawah perut (retropubic) dengan panjang + 5 cm.
WIB Luka tampak bersih, lembab, luka tampak kemerahan, terdapat
sedikit pembengkakan pada area jahitan luka, tidak ada pus, tidak
ada dehiscene aatau eviserasi, luka tertutup kassa steril 8 x 5 cm.
A: Masalah kerusakan integritas kulit belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Perawatan area sayatan (3440):
a. Periksa daerah sayatan terhadap kemerahan, bengkak, atau
tanda – tanda dehiscene atau eviserasi (O)
b. Monitor proses penyembuhan di daerah sayatan (O)
c. Monitor sayatan untuk tanda dan gejala infeksi (N)
d. Bersihkan daerah sekitar sayatan dengan pembersihan yang
tepat (N)
e. Bersihkan area sekitar drainase atau pada area selang drainase
(N)
f. Jaga posisi drainase (N)
g. Lepaskan jahitan, steples, atau klip sesuai indikasi (N)
h. Arahkan pasien bagaimana meminimalkan tekanan pada daerah
insisi (E)
i. Arahkan pasien dn/atau keluarga cara merawat luka insisi,
termasuk tanda – tanda infeksi (E)
j. Berikan salep antiseptic (C)
3 Senin/ 20 S: Pasien mengatakan mempunyai riwayat kanker prostat sejak 1
November tahun yang lalu.
2017/14.00 O: Hasil USG dower abdomen pada tanggal 15 November 2017
WIB pukul 09.40 WIB menunjukkan adanya pembesaran kelenjar prostat.
Telah dilakukan operasi prostastectomy pada 16 November 2017
pukul 12.55 WIB. Pasien terpasang kateter pada uretra dan
cystostomy di area luka sayatan post open open prostatectomy
(retropubic) pada tanggal 16 November 2017 dengan di irigasi NaCl
0,9% 1000 ml. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 20 November
2017 keluar urine 400 cc pada urine bag, dan keluar cairan 900 cc
berwarna merah pekat. Setelah ditotal selama 7 jam (pukul 07.00 –
14.00 WIB) total urine yang keluar sebanyak 700 cc, total cairan
irigasi yang keluar sebanyak 1200 cc.
A: Masalah risiko cedera saluran kemih belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Perawatan Selang: Perkemihan (1876):
a. Monitor terkait adanya distensi kandung kemih (O)
b. Catat karakteristik drainase urin (O)
c. Bersihkan kateter eksternal pada meatus (N)
d. Bersihkan daerah sekitar kulit secara berkala (N)
e. Anjurkan pasien dan keluarga mengenal perawatan kateter yang
tepat (E)
Irigasi kandung kemih (0550):
a. Tentukan apakah akan melakukan irigasi terus menerus atau
berkala (O)
b. Monitor dan pertahankan kecepatan aliran yang tepat (O)
c. Catat jumlah ciran yang digunakan, karakteristik cairan, jumlah
cairan yang keluar, dan respon pasien sesuai dengan prosedur
tetap yang ada (O)
4 Senin/ 20 S: Pasien mengeluh nyeri. P: nyeri bertambah ketika banyak
November bergerak, Q: nyeri seperti teriris – iris, R: nyeri pada luka post open
2017/14.00 prostatectomy dan area yang terpasang cystostomy, S: skala nyeri 4
WIB dari 10, T: nyeri dirasakan 2 detik setiap 2 jam sekali.
O: Telah dilakukan relaksasi napas dalam untuk mengatasi nyeri.
Pasien sesekali tampak memegangi bagian lukanya yang sakit.
Tekanan Darah: 177/70 mmHg, Nadi: 80 kali/menit, RR: 17
kali/menit, Suhu: 36,40C
A: Masalah nyeri akut belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen nyeri (1400):
a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif PQRST (O)
b. Observasi adanya respon non verbal terhadap nyeri (O)
c. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (relaksasi napas
dalam dan terapi musik) untuk mengatasi nyeri (N)
d. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat prosedur (E)
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik (C)
Monitor tanda – tanda vital (6680):
Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan (O)
1 Selasa/ 21 S: Pasien mengatakan luka bekas operasi masih terasa panas dan
November masih terasa nyeri.
2017/14.00 O: Post open prostastectomy hari ke – 6. Masih terdapat
WIB pembengkakan pada area jahitan luka, kemerahan pada sudah
berkurang, tidak terdapat pus. Tekanan Darah: 170/72 mmHg, Nadi:
88 kali/menit, RR: 18 kali/menit, Suhu: 36,90C
A: Masalah risiko infeksi teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Kontrol infeksi (6540):
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan (N)
b. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat (N)
c. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi
kesehatan (E)
d. Berikan antibiotik yang sesuai (C)
Perawatan area sayatan (3440):
a. Periksa daerah sayatan terhadap kemerahan, bengkak, atau tanda
– tanda dehiscene atau eviserasi (O)
b. Monitor proses penyembuhan di daerah sayatan (O)
c. Monitor sayatan untuk tanda dan gejala infeksi (N)
d. Bersihkan daerah sekitar sayatan dengan pembersihan yang
tepat (N)
e. Bersihkan area sekitar drainase atau pada area selang drainase
(N)
f. Jaga posisi drainase (N)
g. Lepaskan jahitan, steples, atau klip sesuai indikasi (N)
h. Arahkan pasien bagaimana meminimalkan tekanan pada daerah
insisi (E)
i. Arahkan pasien dan/atau keluarga cara merawat luka insisi,
termasuk tanda – tanda infeksi (E)
j. Berikan salep antiseptik (C)
2 Selasa/ 21 S: Pasien mengatakan luka bekas operasi belum sembuh
November O: Telah dilakukan perawatan luka dengan NaCl 0,9%. Terdapat
2017/14.00 jahitan dibagian bawah perut (retropubic) dengan panjang + 5 cm.
WIB Luka tampak bersih, lembab, kemerahan pada luka telah berkurang,
masih terdapat pembengkakan pada area jahitan luka, tidak ada pus,
tidak ada dehiscene atau eviserasi, luka tertutup kassa steril 10 x 5
cm.
A: Masalah kerusakan integritas kulit teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Perawatan area sayatan (3440):
a. Periksa daerah sayatan terhadap kemerahan, bengkak, atau
tanda – tanda dehiscene atau eviserasi (O)
b. Monitor proses penyembuhan di daerah sayatan (O)
c. Monitor sayatan untuk tanda dan gejala infeksi (N)
d. Bersihkan daerah sekitar sayatan dengan pembersihan yang
tepat (N)
e. Bersihkan area sekitar drainase atau pada area selang drainase
(N)
f. Jaga posisi drainase (N)
g. Lepaskan jahitan, steples, atau klip sesuai indikasi (N)
h. Arahkan pasien bagaimana meminimalkan tekanan pada daerah
insisi (E)
k. Arahkan pasien dn/atau keluarga cara merawat luka insisi,
termasuk tanda – tanda infeksi (E)
l. Berikan salep antiseptic (C)
3 Selasa/ 21 S: Pasien mengatakan mempunyai riwayat kanker prostat sejak 1
November tahun yang lalu.
2017/14.00 O: Pasien terpasang kateter pada uretra dan cystostomy di area luka
WIB sayatan post open open prostatectomy (retropubic) pada tanggal 16
November 2017 dengan di irigasi NaCl 0,9% 1000 ml. Drainase
urine dan cystostomy belajar lancar. Setelah ditotal selama 7 jam
(pukul 07.00 – 14.00 WIB) total urine yang keluar sebanyak 350 cc,
warna urine kuning. Total cairan irigasi yang keluar sebanyak 950
cc. Tidak ada distensi kandung kemih.
A: Masalah risiko cedera saluran kemih teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Perawatan Selang: Perkemihan (1876):
a. Monitor terkait adanya distensi kandung kemih (O)
b. Catat karakteristik drainase urin (O)
c. Bersihkan kateter eksternal pada meatus (N)
d. Bersihkan daerah sekitar kulit secara berkala (N)
e. Anjurkan pasien dan keluarga mengenal perawatan kateter yang
tepat (E)
Irigasi kandung kemih (0550):
a. Tentukan apakah akan melakukan irigasi terus menerus atau
berkala (O)
b. Monitor dan pertahankan kecepatan aliran yang tepat (O)
c. Catat jumlah ciran yang digunakan, karakteristik cairan, jumlah
cairan yang keluar, dan respon pasien sesuai dengan prosedur
tetap yang ada (O)
4 Selasa/ 21 S: Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang. P: nyeri bertambah
November ketika banyak bergerak, Q: nyeri seperti teriris – iris, R: nyeri pada
2017/14.00 luka post open prostatectomy dan area yang terpasang cystostomy,
WIB S: skala nyeri 4 dari 10, T: nyeri dirasakan 2 detik setiap 3 jam
sekali.
O: Telah dilakukan teknik relaksasi napas dalam untuk mengatasi
nyeri. Pasien sudah tidak tampak memegangi bagian lukanya yang
sakit. Tekanan Darah: 170/72 mmHg, Nadi: 88 kali/menit, RR: 18
kali/menit, Suhu: 36,90C.
A: Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen nyeri (1400):
a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif PQRST (O)
b. Observasi adanya respon non verbal terhadap nyeri (O)
c. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (relaksasi napas
dalam dan terapi musik) untuk mengatasi nyeri (N)
d. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat prosedur (E)
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik (C)
Monitor tanda – tanda vital (6680):
Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan (O)
1 Rabu/ 22 S: Pasien mengatakan luka bekas operasi masih terasa panas dan
November masih terasa nyeri.
2017/14.00 O: Post open prostastectomy hari ke – 7. Bengkak pada area jahitan
WIB luka sudah berkurang, tidak tampak kemerahan pada luka, tidak
terdapat pus. Tekanan Darah: 167/70 mmHg, Nadi: 81 kali/menit,
RR: 18 kali/menit, Suhu: 36,10C.
A: Masalah risiko infeksi teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Kontrol infeksi (6540):
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan (N)
b. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat (N)
c. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi
kesehatan (E)
d. Berikan antibiotik yang sesuai (C)
Perawatan area sayatan (3440):
a. Periksa daerah sayatan terhadap kemerahan, bengkak, atau tanda
– tanda dehiscene atau eviserasi (O)
b. Monitor proses penyembuhan di daerah sayatan (O)
c. Monitor sayatan untuk tanda dan gejala infeksi (N)
d. Bersihkan daerah sekitar sayatan dengan pembersihan yang
tepat (N)
e. Bersihkan area sekitar drainase atau pada area selang drainase
(N)
f. Jaga posisi drainase (N)
g. Lepaskan jahitan, steples, atau klip sesuai indikasi (N)
h. Arahkan pasien bagaimana meminimalkan tekanan pada daerah
insisi (E)
i. Arahkan pasien dan/atau keluarga cara merawat luka insisi,
termasuk tanda – tanda infeksi (E)
j. Berikan salep antiseptik (C)
2 Rabu/ 22 S: Pasien mengatakan luka bekas operasi belum sembuh
November O: Telah dilakukan perawatan luka dengan NaCl 0,9%. Terdapat
2017/14.00 jahitan dibagian bawah perut (retropubic) dengan panjang + 5 cm.
WIB Luka tampak bersih, lembab, luka masih tampak kemerahan, masih
terdapat pembengkakan pada area jahitan luka, tidak ada pus, tidak
ada dehiscene atau eviserasi, luka tertutup kassa steril 10 x 5 cm.
A: Masalah kerusakan integritas kulit teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Perawatan area sayatan (3440):
a. Periksa daerah sayatan terhadap kemerahan, bengkak, atau
tanda – tanda dehiscene atau eviserasi (O)
b. Monitor proses penyembuhan di daerah sayatan (O)
c. Monitor sayatan untuk tanda dan gejala infeksi (N)
d. Bersihkan daerah sekitar sayatan dengan pembersihan yang
tepat (N)
e. Bersihkan area sekitar drainase atau pada area selang drainase
(N)
f. Jaga posisi drainase (N)
g. Lepaskan jahitan, steples, atau klip sesuai indikasi (N)
h. Arahkan pasien bagaimana meminimalkan tekanan pada daerah
insisi (E)
i. Arahkan pasien dn/atau keluarga cara merawat luka insisi,
termasuk tanda – tanda infeksi (E)
j. Berikan salep antiseptic (C)
3 Rabu/ 22 S: Pasien mengatakan mempunyai riwayat kanker prostat sejak 1
November tahun yang lalu.
2017/14.00 O: Pasien terpasang kateter pada uretra dan cystostomy di area luka
WIB sayatan post open open prostatectomy (retropubic) pada tanggal 16
November 2017 dengan di irigasi NaCl 0,9% 1000 ml. Drainase
urine dan cystostomy belajar lancar. Setelah ditotal selama 7 jam
(pukul 07.00 – 14.00 WIB) total urine yang keluar sebanyak 400 cc,
warna urine kuning. Total cairan irigasi yang keluar sebanyak 900
cc. Warna cairan pada cystostomy merah terang. Tidak ada distensi
kandung kemih.
A: Masalah risiko cedera saluran kemih teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Perawatan Selang: Perkemihan (1876):
a. Monitor terkait adanya distensi kandung kemih (O)
b. Catat karakteristik drainase urin (O)
c. Bersihkan kateter eksternal pada meatus (N)
d. Bersihkan daerah sekitar kulit secara berkala (N)
e. Anjurkan pasien dan keluarga mengenal perawatan kateter yang
tepat (E)
Irigasi kandung kemih (0550):
a. Tentukan apakah akan melakukan irigasi terus menerus atau
berkala (O)
b. Monitor dan pertahankan kecepatan aliran yang tepat (O)
c. Catat jumlah ciran yang digunakan, karakteristik cairan, jumlah
cairan yang keluar, dan respon pasien sesuai dengan prosedur
tetap yang ada (O)
4 Rabu/ 22 S: Pasien mengatakan nyeri sudah terkontrol. P: nyeri bertambah
November ketika banyak bergerak, Q: nyeri seperti teriris – iris, R: nyeri pada
2017/14.00 luka post open prostatectomy dan area yang terpasang cystostomy,
WIB S: skala nyeri 3 dari 10, T: nyeri dirasakan 2 detik setiap 3 jam
sekali.
O: Telah dilakukan teknik relaksasi napas dalam untuk mengatasi
nyeri. Pasien tampak tenang, sudah tidak tampak memegangi bagian
lukanya yang sakit. Tekanan Darah: 167/70 mmHg, Nadi: 81
kali/menit, RR: 18 kali/menit, Suhu: 36,10C.
A: Masalah nyeri akut teratasi
P: Hentikan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN

Tn.S datang ke Poli Geriatri RSUD Dr. Moewardi dengan keluhan nyeri saat
BAK. Ketika BAK sering tidak tuntas, setelah BAK masih menetes urine lagi dari
ujung uretra. Saat dilakukan pemeriksaan di Poli Geriatri didapatkan Tekanan Darah
: 170/80 mmHg, Nadi: 80 kali/menit, RR: 17 kali/menit, Suhu: 36,40C. Pemeriksaan
genetalia : terdapat pembesaran pada bagian retropubic. Hasil USG dower abdomen
pada tanggal 14 November 2017: tampak ada pembesaran pada kelenjar prostat.
Kemudian Tn.S dianjurkan untuk menjalani rawat inap di ruang Wing Mawar 2.
Hasil foto thorax pada tanggal 15 November menunjukkan tidak ada kelainan pada
jantung dan paru – paru.
Pada tanggal 16 November 2017 pukul 12.55 WIB, Tn.S menjalani operasi
open open prostatectomy. Setelah dilakukan operasi Tn.S dibindahkan ke ruang
HCU Bedah pada pukul 16.00 WIB dikarenakan memerlukan perawatan lebih dan
monitoring secara berkala. Saat dilakukan pengkajian pada 20 November 2017 pukul
08.05 WIB, Tn.S mengeluh luka pada operasi terasa panas dan nyeri. P: nyeri
bertambah ketika banyak bergerak, Q: nyeri seperti teriris – iris, R: nyeri pada luka
open open prostatectomy dan area yang terpasang cystostomy, S: skala nyeri 4 dari
10, T: nyeri dirasakan 2 detik setiap 2 jam sekali. Tn.S terpasang kateter pada tanggal
16 November 2017, saat dilakukan pengkajian keluar urine 400 cc pada urine bag.
Saat dilakukan pemeriksaan tanda – tanda vital, didapatkan Tekanan Darah:
177/70 mmHg, Nadi: 80 kali/menit, RR: 17 kali/menit, Suhu: 36,40C. SpO2 : 100%.
GCS: E4V5M6. Terpasang infus NaCl 0,9% 20 tpm pada tangan kiri. Kekuatan otot
ekstremitas atas : 5/5, kekuatan otot ekstremitas kiri : 5/5. Tn.S terpasang cystostomy
didekat area sayatan post open open prostatectomy dengan di irigasi NaCl 0,9% 1
liter. Keluar cairan 1 liter berwarna merah pekat. Terdapat jahitan dibagian bawah
perut (retropubic) dengan panjang + 10 cm. Luka tampak bersih, lembab, terdapat
kemerahan pada luka, terdapat sedikit pembengkakan pada area jahitan, tidak ada
pus, luka tertutup kassa steril 25 x 10 cm. Terpasang infus NaCl 0,9% 20 tpm pada
tangan kiri.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn.S adalah risiko infeksi (00004)
dengan faktor risiko prosedur invasif; kerusakan integritas kulit (00046)
berhubungan dengan prosedur bedah; risiko cedera kandung kemih (00258) dengan
faktor risiko dengan kateterisasi multiple; nyeri akut (00132) berhubungan dengan
agen cedera fisik.
Diagnosa keperawatan pertama adalah risiko infeksi (00004) dengan faktor
risiko prosedur invasif. Diagnosa keperawatan ini diangkat karena saat pengkajian
diperoleh data : Tn.S mengatakan pada tanggal 16 November 2017 pukul 12.55 WIB
menjalani operasi pembedahan kelenjar prostat. Tn.S mengatakan luka bekas operasi
terasa panas dan masih terasa nyeri. Post open prostastectomy hari ke – 5. Terdapat
sedikit pembengkakan pada area jahitan luka, luka tampak kemerahan. Tn.S belum
bisa berkemih secara normal (terpasang kateter urine dan cystostomy pada tanggal 16
November 2017). Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya
penurununan albumin (nilai albumin: 1,9 g/dl, normal: 3,2 – 4,6 g/dl) dan
peningkatan leukosit (nilai leukosit: 19,3 ribu/ul, normal: 4,5 – 11,0 ribu/ul).
Tekanan Darah: 177/70 mmHg, Nadi: 80 kali/menit, RR: 17 kali/menit, Suhu:
36,40C
Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan yang
pertama adalah mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan; memastikan teknik
perawatan luka yang tepat; mengajarkan Tn.S dan keluarga mengenai tanda dan
gejala infeksi kesehatan; memberikan antibiotik yang sesuai; memeriksa daerah
sayatan terhadap kemerahan, bengkak, atau tanda – tanda dehiscene atau eviserasi;
memonitor proses penyembuhan di daerah sayatan; memonitor sayatan untuk tanda
dan gejala infeksi; membersihkan daerah sekitar sayatan dengan pembersihan yang
tepat; membersihkan area sekitar drainase atau pada area selang drainase; menjaga
posisi drainase; melepaskan jahitan, steples, atau klip sesuai indikasi; mengarahkan
Tn.S bagaimana meminimalkan tekanan pada daerah insisi; mengarahkan Tn.S dan
atau keluarga cara merawat luka insisi, termasuk tanda – tanda infeksi; memberikan
salep antiseptik. Menurut Ikatan Ahli Urologi Indonesia (2015) prostatektomi
terbuka adalah cara operasi yang paling invasif dengan morbiditas yang lebih besar.
Penyulit dini yang terjadi pada saat operasi dilaporkan sebanyak 7-14% berupa
perdarahan yang memerlukan transfusi. Sementara itu, angka mortalitas perioperatif
(30 hari pertama) adalah di bawah 0,25%. Komplikasi jangka panjang dapat berupa
kontraktur leher kandung kemih dan striktur uretra (6%) dan inkontinensia urine
(10%).
Evaluasi yang dilakukan setelah tiga hari mendapatkan tindakan keperawatan
adalah masalah risiko infeksi (00004) teratasi sebagian dengan Tn.S mengatakan
luka bekas operasi masih terasa panas dan masih terasa nyeri. Post open
prostastectomy hari ke – 7. Bengkak pada area jahitan luka sudah berkurang, tidak
tampak kemerahan pada luka, tidak terdapat pus. Tekanan Darah: 167/70 mmHg,
Nadi: 81 kali/menit, RR: 18 kali/menit, Suhu: 36,10C. Planning yang dipertahankan
adalah Kontrol Infeksi (6540) : cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan; pastikan
teknik perawatan luka yang tepat; ajarkan Tn.S dan keluarga mengenai tanda dan
gejala infeksi kesehatan; berikan antibiotik yang sesuai. Perawatan Area Sayatan
(3440) : periksa daerah sayatan terhadap kemerahan, bengkak, atau tanda – tanda
dehiscene atau eviserasi; monitor proses penyembuhan di daerah sayatan; monitor
sayatan untuk tanda dan gejala infeksi; bersihkan daerah sekitar sayatan dengan
pembersihan yang tepat; bersihkan area sekitar drainase atau pada area selang
drainase; jaga posisi drainase; lepaskan jahitan, steples, atau klip sesuai indikasi;
arahkan Tn.S bagaimana meminimalkan tekanan pada daerah insisi; arahkan Tn.S
dan/atau keluarga cara merawat luka insisi, termasuk tanda – tanda infeksi; berikan
salep antiseptic.
Diagnosa yang ke dua kerusakan integritas kulit (00046) berhubungan
dengan prosedur bedah. Data pengkajian yang mendukung diagnosa keperawatan ke
dua adalah Tn.S mengatakan luka bekas operasi belum sembuh. Terdapat jahitan
dibagian bawah perut (retropubic) dengan panjang + 10 cm. Luka tampak bersih,
lembab, luka tampak kemerahan, terdapat sedikit pembengkakan pada area jahitan
luka, tidak ada pus, luka tertutup kassa steril 25 x 10 cm. Tn.S dilakukan perawatan
luka dengan NaCl 0,9% setiap hari sekali di pagi hari.
Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan yang ke
dua adalah memeriksa daerah sayatan terhadap kemerahan, bengkak, atau tanda –
tanda dehiscene atau eviserasi; memonitor proses penyembuhan di daerah sayatan;
memonitor sayatan untuk tanda dan gejala infeksi; membersihkan daerah sekitar
sayatan dengan pembersihan yang tepat; membersihkan area sekitar drainase atau
pada area selang drainase; menjaga posisi drainase; melepaskan jahitan, steples, atau
klip sesuai indikasi; mengarahkan Tn.S bagaimana meminimalkan tekanan pada
daerah insisi; mengarahkan Tn.S dan atau keluarga cara merawat luka insisi,
termasuk tanda – tanda infeksi; memerikan salep antiseptic.
Evaluasi yang dilakukan setelah tiga hari mendapatkan tindakan keperawatan
adalah masalah kerusakan integritas kulit (00046) teratasi sebagian dengan Tn.S
mengatakan luka bekas operasi belum sembuh. Telah dilakukan perawatan luka
dengan NaCl 0,9%. Terdapat jahitan dibagian bawah perut (retropubic) dengan
panjang + 5 cm. Luka tampak bersih, lembab, luka masih tampak kemerahan, masih
terdapat pembengkakan pada area jahitan luka, tidak ada pus, luka tertutup kassa
steril 10 x 5 cm. Planning yang dipertahankan adalah Perawatan Area Sayatan
(3440): memeriksa daerah sayatan terhadap kemerahan, bengkak, atau tanda – tanda
dehiscene atau eviserasi; memonitor proses penyembuhan di daerah sayatan;
memonitor sayatan untuk tanda dan gejala infeksi; membersihkan daerah sekitar
sayatan dengan pembersihan yang tepat; membersihkan area sekitar drainase atau
pada area selang drainase; menjaga posisi drainase; melepaskan jahitan, steples, atau
klip sesuai indikasi; mengarahkan Tn.S bagaimana meminimalkan tekanan pada
daerah insisi; mengarahkan Tn.S dan atau keluarga cara merawat luka insisi,
termasuk tanda – tanda infeksi; memberikan salep antiseptic.
Diagnosa yang ke tiga risiko cedera kandung kemih (00258) dengan faktor
risiko dengan kateterisasi multiple. Data pengkajian yang mendukung diagnosa
keperawatan ke tiga adalah Tn.S mengatakan mempunyai riwayat kanker prostat
sejak 1 tahun yang lalu. Hasil USG dower abdomen pada tanggal 15 November 2017
pukul 09.40 WIB menunjukkan adanya pembesaran kelenjar prostat. Telah dilakukan
operasi prostastectomy pada 16 November 2017 pukul 12.55 WIB. Tn.S terpasang
kateter pada uretra dan cystostomy di area luka sayatan post open prostatectomy
(retropubic) pada tanggal 16 November 2017 dengan di irigasi NaCl 0,9% 1000 ml.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 20 November 2017 keluar urine 400 cc pada
urine bag, dan keluar cairan 900 cc berwarna merah pekat. Hiperplasia prostat jinak
adalah pembesaran kelenjar prostat nonkanker (Corwin, 2009). Indikasi pembedahan
pada bph adalah : klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi
urin akut; klien dengan residual urin  100 ml; terapi medikamentosa tidak
berhasil; flowmetri menunjukkan pola obstruktif. Pembedahan dapat dilakukan
dengan : TURP (Trans Uretral Reseksi Prostat ); Retropubic atau Extravesical
Prostatectomy; Perianal Prostatectomy; Suprapubic atau Tranvesical Prostatectomy
(Sjamsuhidjat, 2010).
Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan yang ke
tiga adalah memonitor terkait adanya distensi kandung kemih; mencatat karakteristik
drainase urin; membersihkan kateter eksternal pada meatus; membersihkan daerah
sekitar kulit secara berkala; menganjurkan Tn.S dan keluarga mengenal perawatan
kateter yang tepat; menentukan apakah akan melakukan irigasi terus menerus atau
berkala; memonitor dan mempertahankan kecepatan aliran yang tepat; mencatat
jumlah ciran yang digunakan, karakteristik cairan, jumlah cairan yang keluar, dan
respon Tn.S sesuai dengan prosedur tetap yang ada. NaCl 0,9% dapat digunakan
sebagai cairan irigasi karena sifatnya yang isotonik sehingga tidak mengganggu bila
terserap (Soemoharjo, 2008).
Evaluasi yang dilakukan setelah tiga hari mendapatkan tindakan keperawatan
adalah masalah risiko cedera kandung kemih (00258) teratasi sebagian dengan Tn.S
mengatakan mempunyai riwayat kanker prostat sejak 1 tahun yang lalu. Tn.S
terpasang kateter pada uretra dan cystostomy di area luka sayatan post open open
prostatectomy (retropubic) pada tanggal 16 November 2017 dengan di irigasi NaCl
0,9% 1000 ml. Drainase urine dan cystostomy belajar lancar. Setelah ditotal selama 7
jam (pukul 07.00 – 14.00 WIB) total urine yang keluar sebanyak 400 cc, warna urine
kuning. Total cairan irigasi yang keluar sebanyak 900 cc. Warna cairan pada
cystostomy merah terang. Tidak ada distensi kandung kemih. Planning yang dapat
dipertahankan adalah Perawatan Selang: Perkemihan (1876) : monitor terkait adanya
distensi kandung kemih; catat karakteristik drainase urin; bersihkan kateter eksternal
pada meatus; bersihkan daerah sekitar kulit secara berkala; anjurkan Tn.S dan
keluarga mengenal perawatan kateter yang tepat. Irigasi Kandung Kemih (0550):
tentukan apakah akan melakukan irigasi terus menerus atau berkala; monitor dan
pertahankan kecepatan aliran yang tepat.
Diagnosa yang ke empat nyeri akut (00132) berhubungan dengan agen cedera
fisik. Data pengkajian yang mendukung diagnosa keperawatan ke empat adalah Tn.S
mengeluh nyeri. P: nyeri bertambah ketika banyak bergerak, Q: nyeri seperti teriris –
iris, R: nyeri pada luka post open prostatectomy dan area yang terpasang cystostomy,
S: skala nyeri 4 dari 10, T: nyeri dirasakan 2 detik setiap 2 jam sekali. Tn.S sesekali
tampak memegangi bagian lukanya yang sakit. Tekanan Darah: 177/70 mmHg, Nadi:
80 kali/menit, RR: 17 kali/menit, Suhu: 36,40C.
Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan yang ke
empat adalah melakukan pengkajian nyeri komprehensif PQRST; mengobservasi
adanya respon non verbal terhadap nyeri; mengajarkan penggunaan teknik non
farmakologi (relaksasi napas dalam dan terapi musik) untuk mengatasi nyeri;
memberikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
akan dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur; melakukan
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik; memonitor tekanan darah,
nadi, suhu, dan status pernapasan. Pelaksanaan manajemen nyeri non farmakologi
dengan bantuan keluarga cukup efektif dalam meningkatkan intervensi masalah nyeri
(Ilmiasih, 2013)
Evaluasi yang dilakukan setelah tiga hari mendapatkan tindakan keperawatan
adalah masalah teratasi dengan Tn.S mengatakan nyeri sudah terkontrol. P: nyeri
bertambah ketika banyak bergerak, Q: nyeri seperti teriris – iris, R: nyeri pada luka
post open prostatectomy dan area yang terpasang cystostomy, S: skala nyeri 3 dari
10, T: nyeri dirasakan 2 detik setiap 3 jam sekali. Setelah dilakukan teknik relaksasi
napas dalam untuk mengatasi nyeri Tn.S tampak tenang, sudah tidak tampak
memegangi bagian lukanya yang sakit. Tekanan Darah: 167/70 mmHg, Nadi: 81
kali/menit, RR: 18 kali/menit, Suhu: 36,10C.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan yag ingin dicapai pada Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah pada Tn.S dengan benigna prostat hiperplasia (bph) post open
open prostatectomy hari ke – 5, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pengkajian yang dilakukan pada Tn.S didapatkan data subjektif dan
objektif. Dari data subjektif klien mengatakan pada tanggal 16 November
2017 pukul 12.55 WIB menjalani operasi pembedahan kelenjar prostat.
Pasien mengatakan luka bekas operasi terasa panas dan masih terasa nyeri.
Dari data objektif didapatkan post open prostastectomy hari ke – 5.
Terdapat sedikit pembengkakan pada area jahitan luka, luka tampak
kemerahan. Pasien belum bisa berkemih secara normal (terpasang kateter
urine dan cystostomy pada tanggal 16 November 2017). Hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukkan adanya penurununan albumin (nilai albumin:
1,9 g/dl, normal: 3,2 – 4,6 g/dl) dan peningkatan leukosit (nilai leukosit:
19,3 ribu/ul, normal: 4,5 – 11,0 ribu/ul). Tekanan Darah: 177/70 mmHg,
Nadi: 80 kali/menit, RR: 17 kali/menit, Suhu: 36,40C.
2. Diagnose utama adalah risiko infeksi (00004) dengan faktor risiko
prosedur invasif
3. Perencanaan asuha keperawatan pada Tn. S dengan risiko infeksi (00004)
dengan faktor risiko prosedur invasive adalah memberikan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan maslah risiko infeksi (00004)
teratasi dengan kriteria hasil Kontrol risiko (1902): pasien dapat
memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi risiko; pasien dan keluarga
dapat mengenali perubahan status kesehatan. Keparahan infeksi (0703):
kemerahan pada luka berkurang; tidak ada cairan luka yang berbau busuk;
tidak mengalami peningkatan jumlah sel darah putih.
4. Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan yang
pertama adalah mengontrol infeksi dan perawatan area sayatan.
5. Evaluasi yang dilakukan setelah tiga hari mendapatkan tindakan
keperawatan adalah masalah risiko infeksi (00004) teratasi sebagian
dengan Tn.S mengatakan luka bekas operasi masih terasa panas dan masih
terasa nyeri. Post open prostastectomy hari ke – 7. Bengkak pada area
jahitan luka sudah berkurang, tidak tampak kemerahan pada luka, tidak
terdapat pus. Tekanan Darah: 167/70 mmHg, Nadi: 81 kali/menit, RR: 18
kali/menit, Suhu: 36,10C.

B. Saran
1. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan di RSUD Dr. Moewardi dapat memberikan pelayanan
kesehatan dan mempertahankan hubungan kerja sama baik antara tim
kesehatan maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan
asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan pasien dengan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas khususnya.
2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainya dalam
memberikan asuhan keperawatan agar lebih maksimal, khususnya pada klien
dengan benigna prostat hyperplasia (BPH) dengan asma bronkial. Perawat
diharapkan dapat memberikan pelayanan professional dan komprehensif.
Serta mampu mencegah terjadinya kasus risiko infeksi maupun peningkatan
keparahan infeksi pada klien.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan yang lebih
berkualitas dan professional agar tercipta perawat yang professional,
terampil, inovatif, aktif, dan bermutu yang mampu memberikan asuhan
keperawatan secapa menyeluruh berdasarkan kode etika keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, Gloria M. (2013). Nursing Intervention Classification (NIC), Sixth


Edition. Missouri: Elsevier Mosby.

Corwin, EJ. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Ed 3. Jakarta: EGC

Herdman, T. Heather. (2015). Nursing Diagnoses Definition and Classification


2015-2017. Oxford: Wiley-Blackwell.

Mansjoer, Arif dkk. (2009). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius FK UI

McPhee, Stephen J., Ganong, William F. (2010). Patofisiologi Penyakit : Pengantar


Menuju Kedokteran Klinis. Jakarta : EGC

Mitchell, Kumar, Abbas, & Fausto. (2008). Buku Saku Dasar Patologis Penyakit
Robbins & Cotran. Edisi 7. Jakarta: EGC

Moorhead, Sue et.al. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC), Fifth Edition.
Missouri: Elsevier Mosby.

Pakasi, R. (2009) Total Prostate Spesific Antigen, Prostate Spesifik Antigen density
and Histophatologic Analysis on benign Enlargent of Prostate. The Indonesian
Journal of medical Science Volume 1 No.5.

Pierce A. Grace & Neil R. Borley. (2008). Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga

Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M. (2009). Patofisiologi Konsep Klinis


Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC

Rahardja, K. (2010). Obat-Obat Sederhana Untuk Gangguan Sehari-hari. Jakarta:


Gramedia.

Sjamsuhidajat. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai