Laporan Praktikum BFFK - 3C Farmasi 2015 - Kurva Kalibrasi
Laporan Praktikum BFFK - 3C Farmasi 2015 - Kurva Kalibrasi
KURVA KALIBRASI
Dosen pengampu :
Umar Mansur, Drs., M.Sc
Yardi, Ph.D., Apt.
Marvel, M.Farm., Apt
Suci Adha, M.Si., Apt
Ilmu kimia analisis saat ini memiliki tantangan dalam pengembangan metode
untuk analisisnya dengan bantuan sejumlah teknik analisis yang tersedia untuk penilaian
terhadap obat dan kombinasinya. Analisis monitoring produk farmasi atau kandungan
spesifik di dalam suatu produk diperlukan untuk memastikan keamanan dan efisiensinya,
termasuk penyimpanan, distribusi, dan penggunaannya (Kondawar, dkk, 2011). Analisis
farmasi mengacu pada analisis kimia molekul obat atau zat aktif obat dan metabolitnya.
Ini terdiri dari penilaian kualitas dan kuantitas obat dan zat kimia murni yang digunakan
dalam sediaan farmasi (Audu, dkk, 2012).
Pada praktikum BFFK kali ini kami menganalisis obat parasetamol. Parasetamol
dipilih atas dasar banyak dijumpai dalam sediaan obat yang dijual secara bebas, sehingga
perlu dilakukan penelitian tentang penetapan kadarnya untuk menjamin kualitas sediaan
obat. Menurut farmakope edisi IV, penetapan kadar parasetamol dapat dilakukan dengan
metode spektrofotometri UV. Metode spektrofotometri UV digunakan untuk
menganalisis senyawa tunggal maupun analisis multikomponen.
Penentuan konsentrasi analit dalam sampel secara kuantitatif dengan
menggunakan instrumentasi kimia secara umum dapat dilakukan melalui kurva kalibrasi
yang memiliki linearitas yang memenuhi batas keberterimaan. Kurva kalibrasi
merupakan grafik yang membentuk garis lurus (linear) yang menyatakan hubungan
antara konsentrasi larutan kerja termasuk blanko dengan respon yang proporsional dari
instrumen yang digunakan.
2.1. Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran
menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan
spektrofotometri (Basset,1994). Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa
yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur
larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan
monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor ( Underwood,2001 ).
Spektrofotometer menghasilkan sinar dan spektrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi. Spektrofotometer dibandingkan dengan fotometer
adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh
dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer filter
dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang
gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang
gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang
benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti
prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang
kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel blanko dan suatu alat
untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding.
Sinar yang melewati suatu larutan akan terserap oleh senyawa-senyawa dalam larutan
tersebut. Intensitas sinar yang diserap tergantung pada jenis senyawa yang ada,
konsentrasi dan tebal atau panjang larutan tersebut. Makin tinggi konsentrasi suatu
senyawa dalam larutan, makin banyak sinar yang diserap.
2.2. Jenis-jenis Spektrofotometri
Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasarkan sumber cahaya yang
digunakan. Diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Spektrofotometri Vis (Visible) Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai
sumber sinar/energy dalah cahaya tampak (Visible). Cahaya visible termasuk
spectrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang
gelombang sinar tampak adalah 380-750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat
dilihat oleh mata manusia, maka sinar tersebut termasuk kedalam sinar tampak
(Visible).
b. Spektrofotometri UV (Ultra Violet) Berbeda dengan spektrofotometri Visible,
pada spektrofometri UV berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar
UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat
digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy hydrogen. Dia
merupakan isotop hydrogen yang stabil tang terdapat berlimpah dilaut dan
didaratan. Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata manusia maka
senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak
memiliki warna. Bening dan transparan.
c. Spektrofotometri UV-Vis Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara
spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya
berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat
yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber
UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.
Penyerapan sinar uv dan sinar tampak oleh molekul, melalui 3 proses yaitu : a.
Penyerapan oleh transisi electron ikatan dan electron anti ikatan. b. Penyerapan
oleh transisi electron d dan f dari molekul kompleks c. Penyerapan oleh
perpindahan muatan. Interaksi antara energy cahaya dan molekul dapat
digambarkan sbb :
E = hv
Dimana : E = energy (joule/second) h = tetapan plank v = frekuensi foton
d. Spektrofotometri IR (Infra Red) Spektrofotometri ini berdasar kepada penyerapan
panjang gelombang Inframerah. Cahaya Inframerah, terbagi menjadi inframerah
dekat, pertengahan dan jauh. Inframerah pada spektrofotometri adalah adalah
inframerah jauh dan pertengahan yang mempunyai panjang gelombang 2.5-1000
mikrometer. Hasil analisa biasanya berupa signalkromatogram hubungan
intensitas IR terhadap panjang gelombang. Untuk identifikasi, signal sampel akan
dibandingkan dengan signal standard.
Secara garis besar spektrofotometer terdiri dari 4 bagian penting yaitu :
a. Sumber Cahaya Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki
pancaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang
biasa untuk daerah tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah
lampu pijar dengan kawat rambut terbuat dari wolfram (tungsten). Lampu ini
mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang (l ) adalah 350 –
2200 nanometer (nm).
b. Monokromator Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan
cahaya polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang
tertentu(monokromatis) yang bebeda (terdispersi).
c. Cuvet Cuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat
contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Cuvet biasanya terbuat dari kwars,
plexigalass, kaca, plastic dengan bentuk tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm
dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran di daerah UV dipakai cuvet kwarsa atau
plexiglass, sedangkan cuvet dari kaca tidak dapat dipakai sebab kaca
mengabsorbsi sinar UV. Semua macam cuvet dapat dipakai untuk pengukuran di
daerah sinar tampak (visible).
d. Detektor Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya
pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi
sinyal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk
jarum penunjuk atau angka digital. Dengan mengukur transmitans larutan sampel,
dimungkinkan untuk menentukan konsentrasinya dengan menggunakan hukum
Lambert-Beer. Spektrofotometer akan mengukur intensitas cahaya melewati
sampel (I), dan membandingkan ke intensitas cahaya sebelum melewati sampel
(Io). Rasio disebut transmittance, dan biasanya dinyatakan dalam persentase (%
T) sehingga bisa dihitung besar absorban (A) dengan rumus A = -log %T.
2.5. Parasetamol
Kurva:
Kurva kalibrasi
0.8
y = 0.1068x + 0.223
0.7 R² = 0.9995
0.6
0.5
0.4 Kurva kalibrasi
0.2
0.1
0
0 2 4 6
1 y = 0.1538x + 0.1948
R² = 0.9738
0.8
0.2
0
0 2 4 6
Perhitungan:
A. Pembuatan larutan induk (1000 ppm)
50 𝑚𝑔 50.000 𝜇𝑔 1000 𝜇𝑔
= = = 1000 𝑝𝑝𝑚
50 𝑚𝑙 50 𝑚𝑙 𝑚𝑙
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Panjang gelombang yang diperoleh 242. Panjang gelombang parasetamol berdasarkan
literatur adalah 244 nm. Dapat dilihat bahwa panjang gelombang yang maksimum yang
dihasilkan tidak berbeda jauh dari literatur.
b. Persamaan regresi linier yang diperoleh Kelas C adalah Y = 0,0769x – 0,1128 dan
R(Faktor Korelasi) =0,9738
c. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh tidak memenuhi persyaratan karena minimal
nilai koefisien korelasi yang baik adalah 0,9770.
DAFTAR PUSTAKA
Aryasa, I Wayan Tanjung., dkk. 2018. Penentuan Kadar ParasetamolPada Obat dan Jamu
Tradisional Menggunakan Metode Spektrofotometer Uv/Vis. Jurnal Media Sains
2(1): 48-53
Audu, Sani Ali., Taiwo, Alemika Emmanuel., Mohammed, Bala Fatima., Musa, Sani.,dan
Bukola, Ragmat, 2012, Analysis Of Different Brands Of Paracetamol 500 mg
Tablets Used in Maiduguri Using Ultra Violet Spectrophotometric and High
Performance Liquid Chromatographic (HPLC) Method, International Research
Journal Of Pharmacy ,Vol. 3 / Maiduguri, Nigeria.
Basset, J, et al. 1994. Buku Ajar Vogel; Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit
buku kedokteran EGC. Jakarta.
Day, R.A dan Underwood, A.L.2001. Analisis Kimia Kuantitas. Jakarta : Erlangga.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 1995.
Gunawan, S.G., 2008, Farmakologi dan Terapi ed 5, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Kondawar, M.S., R.R. Shah, J. J. Waghmare, N. D. Shah, M. K. Malusare. “UV
Spectrophotometric estimation of Paracetamol and Lornoxicam in Bulk drug
and Tablet dosage form using Multiwavelength Method”. International Journal
of PharmTech Research. Vol.3 (3) . Maharashtra. India.
Moffat, A.C., 1986, Clarke’s Isolation and Identification of Drugs. Edisi 2. London. The
Pharmaceutical Press.