Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

ADHD (Attention Deficit Hyperaktivity Disorder).

OLEH :
1. HERIBERTUS ERIK KP.16.01141
2. JULDEWI S.G HAWAN KP.16.01.144
3. LIDIA MOFRO GIRBES KP.16.01.145
4. LUSSY ARUMISORE KP.16.01.147
5. MAKDALENA IRARATU KP.16.01148
6. MAGDALENA S. DALTA KP.16.01.149
7. MARIA ADOLFINA NUNU KP.16.01.150
8. MARIA FENANLAMPIR KP.16.01.152
9. MARIA SEPTIANI S. LAKU KP.16.01.153
10. MARTINA FADIRSYAIR KP.16.01092

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)


STIKES WIRAHUSADA YOGYAKARTA
TAHUN 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa atas segala limpahan
rahmat,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas asuhan keperawatan yang berjudul
asma pada anak ini tepat waktu,tugas ini di ajukan untuk guna memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan anak satu.
Kami mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga tugas ini dapat diselesaikan tepat waktuny. Makalah ini masih jauh dari
sempurna,oleh karena itu,kritik dan saran yang bersifat membangun sanagat kami harapkan
Semoga tugas ini memberikan informasi bagi pembaca dan manfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

YOGYAKARTA 15 JUNI 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. Latar belakang............................................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ....................................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................................................. 3
A. Pengertian ADHD ....................................................................................................... 3
B. Etiologi........................................................................................................................ 3
C. Patofisiologi ................................................................................................................ 6
D. Tanda dan gejala ......................................................................................................... 6
E. Pemeriksaan penunjang ............................................................................................. 8
F. Komplikasi .................................................................................................................. 8
G. Penatalaksanaan .......................................................................................................... 9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ADHD ................................................. 11
A. Pengkajian ................................................................................................................. 11
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................................. 12
C. Intervensi Keperawatan ............................................................................................ 13
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................ 18
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 18
B. Saran ......................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 19

iii
iv
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hiperaktif adalah suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak yang
ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak
sekehendak hatinya atau impulsif. Gangguan hiperaktivitas diistilahkan sebagai
gangguan kekurangan perhatian yang menandakan gangguan-gangguan sentral
yang terdapat pada anak-anak yang sampai saat ini dicap sebagai menderita
hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal, biasa disebut
dengan istilah ADHD (Attention Deficit Hyperaktivity Disorder).
Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan tingkat
gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap
perkembangan dan gangguan ini dapat terjadi disekolah maupun di rumah (Isaac,
2005). Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia
sekolah sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 % sangat
hiperaktif. Sekitar 30-40% dari semua anak-anak yang diacu untuk mendapatkan
bantuan professional karena masalah perilaku, datang dengan keluhan yang
berkaitan dengan ADHD (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).

B. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan ADHD?
b. Apakah yang menyebabkan seorang anak menderita ADHD?
c. Bagaimanakah patofisiologi dari ADHD ?
d. Bagaimanakah tanda dan gejala yang menunjukkan anak menderita ADHD?
e. Pemeriksaan apa sajakah yang dapat menegakkan diagnosa seorang anak
menderita ADHD?
f. Komplikasi apa saja yang dapat ditimbulkan dari anak yang menderita ADHD?
g. Bagaimanakah penatalaksanaan pada anak ADHD?
h. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak ADHD?

C. Tujuan
a. Agar mahasiswa dapat memahami definisi dari ADHD

1
b. Agar mahasiswa dapat memahami penyebab ADHD
c. Agar mahasiswa dapat memahami patofisiologi ADHD
d. Agar mahasiswa dapat memahami tanda dan gejala ADHD
e. Agar mahasiswa dapat memahami pemeriksaan penunjang ADHD
f. Agar mahasiswa dapat memahami komplikasi ADHD
g. Agar mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan
h. Agar mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan ADHD

2
BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian ADHD
Menurut American Academy Pediactrics, Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD) adalah gangguan yang diketahui sebagai gangguan hiperaktifitas
defisit-perhatian adalah suatu kondisi kronologis kronis yang diakibatkan dari
adanya gangguan fungsi pada sistem sistem saraf pusat dan tidak berkaitan dengan
jenis kelamin, tingkat kecerdasan, atau lingkungan kultural.
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder,
suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit
memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak),
Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak
bergerak / aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia
sekolah menderita ADHD.
Dapat disimpulkan bahwa ADHD adalah gangguan neurobiologis yang
menyebabkan kelainan hiperaktifitas, kecenderungan untuk mengalami masalah
pemusatan perhatian, kontrol diri, dan kebutuhan untuk selalu mencari stimulasi
yang mulai ditunjukkan oleh anak sebelum usia 4 tahun, dan hal tersebut
menyebabkan anak ADHD akan menunjukkan banyak masalah ketika SD karena
dituntut untuk memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai
ketrampilan akademik, dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan.

B. Etiologi
Berbagai penelitian menunjukkan penyebab terjadinya gangguan ini, meliputi
berbagai faktor yang berpengaruh terhadap fungsi otak.
1. Faktor Penyebab
a. Faktor Genetik
Hier (1980) telah menunjukkan adanya hubungan anatara faktor
genetik dan penyebab gangguan ini, yaitu pada anak laki-laki dengan

3
kelebihan Y kromosom (XYY) menunjukkan peningkatan kejadian
hiperaktivitas yang menyertai kemampuan verbal dan performance rendah.
Masalah kesulitan memusatkan perhatian dan kesulitan belajar juga
diakibatkan adanya cacat genetik. Pada anak perempuan dengan kromosom
45, XO juga menunjukkan kesulitan memusatkan perhatian dan kesulitan
menulis dan menggambar ulang.
b. Faktor Neurologik dan Proses dalam Otak
Rutter berpendapat bahwa ADHD adalah gangguan fungsi otak, oleh
karena itu didapatkan defisit aktivasi yang disebabkan oleh adanya patologi di
area prefrontal dan atau sagital frontal pada otak dengan predominasi pada
korteks otak. Adanya kerusakan otak merupakan resiko tinggi terjadinya
gangguan psikiatrik termasuk ADHD. Kerusakan otak pada janin dan
neonatal paling sering disebabkan oleh kondisi hipoksia. Keadaan hipoksia
memiliki kecenderungan menyebabkan terjadinya patologi yang merata pada
korteks otak yang menimbulkan gangguan fungsi integrasi koordinasi dan
pengendalian kortikal. Korteks frontal dianggap memiliki peran penting
dalam aktivasi dan integrasi lebih lanjut dari bagian otak lain. Oleh karena itu,
patologi yang merata pada korteks otak dianggap sebagai penyebab terjadinya
gejala lobus frontalis.
c. Faktor Neurotransmitter
Berbagai penelitian menunjukkan hasil bahwa gejala aktivitas motorik
yang berlebihan pada ADHD secara patofisiologi disebabkan oleh fungsi
norepinefrin abnormal. Sedangkan gejala lain , yang tidak mampu
memusatkan perhatian dan penurunan vigilance disebabkan oleh fungsi
dopaminerjik abnormal. Gangguan pada sistem norepinefrin berpean pada
terjadinya gejala ADHD, tetapi tidak menjadi penyebab tunggal. Terjadinya
ADHD disebabkan oleh beberapa sistem yang berbeda tetapi memiliki
hubungan yang erat. Sistem tersebut memiliki peran yang berbeda terhadap
metabolisme dopamin atau norepinefrin. Meskipun berbagai obat anti ADHD
memiliki komposisi kimiawi berbeda, mekanisme kerja obat tersebut sama
baik dengan dopaminerjik ataupun norepinefrinerjik. Norepinefrin dan

4
dopamin adalah poten agonis pada reseptor D4 di celah pascasinaptik, gen
reseptor dopamin D4 (DRD 4) sampai saat ini telah dianggap sebagai
penyebab gangguan ini ( Landau et al., 1997 ; Biederman, 2000)
d. Faktor Psikososial
Willis dan Lovaas berpendapat bahwa perilaku hiperaktivitas
disebabkan oleh buruknya rangsang pengendalian oleh perintah dari ibu, dan
pengaturan perilaku yang buruk pada anak timbul dari manjemen pengasuhan
orangtua yang buruk.
Berbagai penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh faktor lingkungan
terhadap terjadinya gangguan ini seperti stimulasi berlebihan oleh orangtua
pada waktu mengasuh anak dan masalah psikologis yang terjadi pada orngtua.
e. Faktor Lingkungan
Berbagai toksin endogen juga pernah dianggap sebagai penyebab
ADHD. Seperti keracunan timbal, aditif makanan, dan reaksi alergi. Akan
tetapi berbagai penelitian terhadap faktor tersebut belum ada yang
menunjukkan bukti adanya hubungan yang bermakna antara faktor tersebut
dengan ADHD.

2. Faktor Predisposisi
a. Teori psikodonamika.
Teori Mahler (1975) mengusulkan bahwa anak dengan ADHD adalah
tetap pada fase simbiotik dari perkembangan dan belum membedakan diri
dengan ibunya. Perkembangan ego mundur, dan dimanifestasikan perilaku
impulsif dan diperintahkan oleh id.
b. Teori biologia.
DSM-III-R menyatakan bahwa abnormalitas sistem saraf pusat (SSP),
seperti adnya neurotoksin-neurotoksin, serebral palsi, epilepsi, dan perilaku-
perilaku neurologis yang menyimpang lainnya, disebut sebagai faktor
predisposisi. Lingkungan-lingkungan yang tidak teratur atau semrawut serta
penyiksaan dan pengabaian terhadap anak dapat merupakan faktor-faktor
predisposisi pada beberapa kasus.

5
c. Teori dinamika keluarga.
Bowen (1978) mengusulkan bahwa bila ada hubungan pasangan
disfungsional, fokus dari gangguan dipindahkan pada anak, dimana
perilakunya lambat laun mulai mencerminkan pola-pola dari gangguan fungsi
system.

C. Patofisiologi
Patofisiologi ADHD atau di indonesia dikenal dengan GPPH (Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif) memang tak jelas. Ada sejumlah teori yang
membicarakan patofisiologi ADHD. Penelitian pada anak ADHD telah
menunjukkan ada penurunan volume korteks prefrontal sebelah kiri, Penemuan ini
menunjukkan bahwa gejala ADHD inatensi, hiperaktivitas dan impulsivitas
menggambarkan adanya disfungsi lobus frontalis, tetapi area lain di otak khususnya
cerebellum juga terkena.
Penelitian “neuroimaging” pada anak ADHD tak selalu memberikan hasil
yang konsisten, pada tahun 2008 hasilnya neuroimaging hanya digunakan untuk
penelitian, bukan untuk membuat diagnosa. Hasil penelitian “neuroimaging”,
neuropsikologi genetik dan neurokimiawi mendapatkan ada 4 area frontostriatal
yang memainkan peran patofsiologi ADHD yakni : korteks prefrontal lateral,
korteks cingulate dorsoanterior, kaudatus dan putamen. Pada sebuah penelitian anak
ADHD ada kelambatan perkembangan struktur otak tertentu rata-rata pada usia 3
tahun, di mana gejala ADHD terjadi pada usia sekolah dasar.
Dari aspek patofisiologik, ADHD dianggap adanya disregulasi dari
neurotransmitter dopamine dan norepinephrine akibat gangguan metabolisme
catecholamine di cortex cerebral. Neuron yang menghasilkan dopamine dan
norepinephrine berasal dari mesenphalon. Nucleus sistem dopaminergik adalah
substansia nigra dan tigmentum anterior dan nucleus sistem norepinephrine adalah
locus ceroleus.

D. Tanda dan gejala


Menurut Diagnostic and Satatistical Manual of Mental Disorder (DSM), terdapat 3
gejala utama ADHD, yaitu :
1. Inatensi

6
Yaitu anak ADHD menujukkan kesulitan memusatkan perhatian
dibandingkan dengan anak normal dengan umur dan jenis kelamin yang sama.
Masalah tersebut antara lain:
a. Sering tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu hal secara detail/rinci
b. Sering membuat kesalahan karena ceroboh
c. Sulit mempertahankan perhatiannya pada tugas-tugas atau aktivitas bermain
d. Segera tidak mendengar sewaktu diajak bicara
e. Sering tidak mengikuti perintah/cenderung menentang dan tidak memahami
perintah
f. Sering tidak dapa mengorganisir / mengatur tugas-tugas / aktivitasnya
g. Sering menolak, tidak menyenangi untuk terikat pada tugas-tugas yang
menuntut ketahanan mental
h. Sering kehilangan barang
i. Perhatiannya mudah beralih
j. Pelupa
2. Hiperaktivitas
Yaitu anak ADHD juga menunjukkan aktivitas yang sangat berlebihan atau
tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik aktivitas motorik maupun
verbal. Berikut merupakan perilaku anak yang menunjukkan hiperaktivitas:
a. Kaki dan tangan tidak dapat tenang
b. Berteriak-teriak di tempat duduknya
c. Sering meninggalkan tempat duduknya sewaktu di kelas
d. Berlari kesana kemari
e. Sulit melakukan aktivitas/bermain dengan tenang
f. Ada saja hal yang dilakukan
g. Seringkali berbicara dengan suara yang keras
3. Impulsivitas atau Perilaku Impulsif
Anak yang menderita ADHD pada umumnya tidak mampu menghambat
tingkah lakunya pada waktu memberikan respon terhadap tuntutan situasional
dibandingkan dengan anak normal dengan umur dan jenis kelamin yang sama.

7
Berikut merupakan perilaku impulsif yang mencirikan sebagai anak penderita
ADHD:
a. Menjawab sebelum selesai pertanyaan
b. Sulit menunggu giliran
c. Sering menginterupsi atau mengintrusi orang lain (misal orang lain
sedang berbicara atau bermain)

E. Pemeriksaan penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis
gangguan kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan
memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak
pada elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang
penyakit neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi penemuan ini mempunyai
makna yang tidak pasti. Menurut Doenges et. al (2007) pemeriksaan diagnostic
yang dilakukan pada anak dengan ADHD antara lain :
1. Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau hipotiroid
yang memperberat masalah
2. Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan otak
organik
3. Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas,
mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu belajar
dan mengkaji responsivitas social dan perkembangan bahasa
4. Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik
(misalnya ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain,
infeksi SSP)

F. Komplikasi
a. Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas.
b. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan
mengerjakan aritmatika (seringkali akibat abnormalitas konsentrasi).
c. Hubungan dengan teman sebaya buruk (seringkali akibat perilaku agresif
dan kata-kata yang diungkapkan).

8
G. Penatalaksanaan
1. Perawatan
Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) perawatan yang dapat dilakukan orang
tua terhadap anak yang menderita ADHD antara lain :
a. Terapi medis : Mengendalikan simptom-simptom ADHD di sekolah dan
rumah
b. Pelatihan manajemen orang tua : Mengendalikan perilaku anak yang
merusak di rumah, mengurangi konflik antara orangtua dan anak serta
meningkatkan pro-sosial dan perilaku regulasi diri
c. Intervensi pendidikan : Mengendalikan perilaku yang merusak di kelas,
meningkatkan kemampuan akademik serta mengajarkan perilaku pro sosial
dan regulasi diri
d. Merencanakan program-program bulanan : Melakukan penyesuaian di
rumah dan keberhasilan ke depan di sekolah dengan mengombinasikan
perlakukan tambahan dan pokok dalam program terapi
e. Melakukan konseling keluarga : Coping terhadap stres keluarga dan individu
yang berkaitan dengan ADHD, termasuk kekacauan hati dan permasalahan
suami istri
f. Mencari kelompok pendukung : Menghubungkan anak dewasa dengan
orang tua anak ADHD lainnya, berbagi informasi dan pengalaman mengenai
permasalahan umum dan memberi dukungan moral
g. Melakukan konseling individu : Memberi dukungan di mana anak dapat
membahas permasalahan dan curahan hati pribadinya
2. Pengobatan
Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan berbagai
pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi perilaku,
pengobatan melalui obat-obatan dan konseling. Disamping pendekatan yang
kontroversial antara lain melakukan diet khusus dan penggunaan obat-obatan
serta vitamin-vitamin tertentu (Delphie, 2006).
Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk
mengobati ADHD antara lain :

9
a. Metilfenidat (Ritalin)
Dosis 10-60 dalam 2 – 4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan pantau
supresi nafsu makan yang turun, atau kelambatan pertumbuhan, berikan
setelah makan, efek obat lengkap dalam 2 hari.
b. Dekstroamfetamin (Dexedrine) amfetamin (Adderall)
Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan,
pantau adanya insomnia, berikan setelah makan untuk mengurangi efek
supresi nafsu makan, efek obat lengkap dalam 2 hari
c. Pemolin (Cylert)
Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan pantay
peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan, dapat berlangsung 2
minggu untuk mencapai efek obat yang lengkap.

10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ADHD

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
ADHD terjadi pada anak usia 3 tahun, anak laki – laki cenderung memiliki
kemungkinan4x lebih besar dari perempuan untuk menderita ADHD.
2. Keluhan utama
Keluarga mengatakan anaknya tidak bisa diam, kaki atau tangannya
bergerak terus
3. Riwayat penyakit sekarang
Orang tua atau pengasuh melihat tanda – tanda awal dari ADHD :
a. Anak tidak bisa duduk tenang
b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
c. Perubahan suasan hati yang yang mendadak/impulsive
4. Riwayat penyakit sebelumnya
Tanyakan kepada keluarga apakah anak sebelumnya pernah mengalami cedera
otak.
5. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada faktor genetik yang diduga
sebagai penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada anak.
6. Riwayat psiko,sosio, dan spiritual
Anak mengalami hambatan dalam bermain dengan teman dan
membinahubungan dengan teman sebaya nya karena hiperaktivitas dan
impulsivitas
7. Riwayat tumbuh kembang
a. Prenatal : Ditanyakan apakah ibu ada masalah asupan alcohol atau obat-
obatan selama kehamilan
b. Natal : Ditanyakan kepada ibu apakah ada penyulit selama persalinan.
lahir premature, berat badan lahir rendah (BBLR)
c. Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan imunisasi
apatidak.8.Riwayat imunisasiTanyakan pada keluarga apakah anak

11
mendapat imunisasi lengkap.Usia <7 hari anak mendapat imunisasi hepatitis
B Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio IUsia 2 bulan anak
mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2 Usia 3 bulan anak mendapat
imunisasi DPT/HB II dan Polio 3 Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi
DPT/HB III dan Polio 4 Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak
8. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang biasanya ditemukan pada anak dengan gangguan
hiperaktif mencakup :
a. Rambut yang halus
b. Telinga yang salah bentuk
c. Lipatan-lipatan epikantus
d. Langit-langit mulut yang melengkung tinggi
e. Kerutan-kerutan telapak tangan yang hanya tunggal saja
f. Terdapat gangguan keseimbangan, astereognosis, disdiadokhokinesis serta
permasalahan-permasalahan di dalam koordinasi motorik yang halus.
9. Activity daily living ( ADL )
a. Nutrisi
Anak nafsu makan nya berkurang (anarexia).
b. Aktivitas
Anak sulit untuk diam dan terus bergerak tanpa tujuan
c. Eliminasi
Anak tidak mengelamai ganguan dalam eliminasi
d. Istirahat tidur
Anak mengalami gangguan tidur
e. Personal Higiane
Anak kurang memperhatikan kebersihan diri nya sendiri dan sulit di atur

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif
2. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan dukungan sosial yang
tidak adekuat.

12
3. Isolasi sosial menarik diri berhubungan harga diri rendah sekunder terhadap
prestasi yang buruk
4. Resiko cedera berhubungan dengan psikologis (orientasi tidak efektif)

C. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif
a. Tujuan :
Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7 jamn
setiap malam
b. Kriteria hasil:
1) Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu
tidur
2) Tidak ada gangguan-gangguan yang diamati oleh perawat
3) Anak mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6
sampai 7 jam tanpa terbangun
c. Intervensi :
1) Amati pola tidur anak, catat keadaan-keadaan yang menganggu tidur
Rasional : Masalah harus diidentifikasi sebelum bantuan dapat diberikan
2) Kaji gangguan-gangguan pola tidur yang berlangsung berhubungan
dengan rasa takut dan ansietas-ansietas tertentu
Rasional : Ansietas yang dirasakan oleh anak dapat mengganggu pola
tidur anak sehingga perlu diidentifikasi penyebabnya
3) Duduk dengan anak sampai dia tertidur
Rasional : kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman
4) Pastikan bahwa makanan dan minuman yang mengandung kafein
dihilangkan dari diet anak
Rasional : Kafein adalah stimulan SSP yang dapat mengganggu tidur
5) Berikan sarana perawatan yang membantu tidur (misalnya : gosok
punggung, latihan gerak relaksasi dengan musik lembut, susu hangat dan
mandi air hangat)

13
Rasional : Sarana-sarana ini meningkatkan relaksasi dan bisa membuat
tidur
6) Buat jam-jam tidur yang rutin, hindari terjadinya deviasi dari jadwal ini
Rasional : Tubuh memberikan reaksi menyesuaikan kepada suatu siklus
rutin dari istirahat dan aktivitas
7) Beri jaminan ketersediaan kepada anak jika dia terbangun pada malam
hari dan dalam keadaan ketakutan
Rasional : Kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman

2. Diagnosa 2 : Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan dukungan


sosial yang tidak adekuat.
a. Tujuan:
Anak mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang sesuai
dengan umur dan dapat diterima sosial
b. Kriteria hasil:
1) Anak mampu penundaan pemuasan terhadap keinginannya, tanpa
terpaksa untuk menipulasi orang lain.
2) Anak mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang dapat
diterima secara sosial
3) Anak mampu mengungkapkan kemampuan-kemampuan koping
alternatif yang dapat diterima secara sosial sesuai dengan gaya hidup
dari yang ia rencanakan untuk menggunakannya sebagai respons
terhadap rasa frustasi
c. Implementasi keperawatan:
1) Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realistis.
Rasional : Hal ini penting untuk pasien untuk mencapai sesuatu, maka
rencana untuk aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukses
adalah mungkin dan kesuksesan ini dapat meningkatkan harga diri anak.
2) Sampaikan perhatian tanpa syarat pada anak.
Rasional : Komunikasi dari pada penerimaan Anda terhadap anak
sebagai makhluk hidup yang berguna dapat meningkatkan harga diri.

14
3) Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada saty ke satu basis dan
pada aktivitas-aktivitas kelompok.
Rasional : Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa
bahwa dia berharga untuk waktu anda.
4) Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari dan
dalam mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik
yang melihatnya sebagai negatif.
Rasional : Aspek positif yang dimiliki anak dapat mengembangkan
rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang dilihatnya sebagai
hal yang negatif.
5) Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu
mekanisme bersikap membela. Memberikan bantuan yang positif
untuk identifikasi masalah dan pengembangan dari perilaku-perilaku
koping yang lebih adaptif.
Rasional : Memberikan bantuan yang positif untuk identifikasi amsalah
dan pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif.
Penguatan positif membantu meningkatkan harga diri dan
meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh
pasien.
3. Diagnosa 3 : Isolasi sosial menarik diri berhubungan harga diri rendah sekunder
terhadap prestasi yang buruk
a. Tujuan :
Anak dapat mengembangkan hubungan dengan orang lain atau anak lain
b. Kriteria hasil :
1) Berhasil menyelesaikan kewajiban atau tugas dengan bantuan
2) Menunjukkan keterampilan sosial yang dapat diterima ketika
berinteraksi dengan staf atau anggota keluarga
3) Berhasil berpartisipasi dalam lingkungan pendidikan
4) Menunjukkan kemampuan menyelesaikan satu tugas secara mandiri
5) Menunjukkan kemampuan menyelesaikan tugas dengan diingatkan
6) Mengungkapkan pernyataan positif tentang dirinya

15
7) Menunjukkan keberhasilan interaksi dengan anggota keluarga

c. Intervensi :
1) Identifikasi faktor yang memperburuk dan mengurangi perilaku klien.
Rasional : Stimulus eksternal yang memperburuk masalah klien dapat
diidentifikasi dan diminimalkan. Demikian juga stimulus yang
mempengaruhi klien secara positif dapat digunakan dengan efektif
2) Berikan lingkungan yang sedapat mungkin bebas dari distraksi. Lakukan
intervensi satu pasien-satu perawat dan secara bertahap tingkatkan
jumlah stimulus lingkungan
Rasional : Kemampuan klien untuk menghadapi stimulus eksternal
terganggu
3) Tarik perhatian klien sebelum memberikan instruksi (yaitu panggil nama
klien dan lakukan kontak mata)
Rasional : Klien harus mendengarkan instruksi sebagai langkah awal
untuk patuh]
4) Berikan instruksi secara secara berlahan dengan menggunakan bahasa
yangs ederhana dan petunjukk yang kongkret
Rasional : Kemampuan klien dalam memahami instruksi terganggu
(terutama jika instruksi tersebut kompleks dan abstraks)
5) Minta klien untuk mengulangi instruksi sebelum memulai tugas
Rasional : Pengulangan menunjukkan bahwa klien menerima informasi
yang akurat

4. Diagnosa 4: Resiko cedera berhubungan dengan psikologis (orientasi tidak


efektif)
a. Tujuan :
Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain
b. Kriteria Hasil :
1) Anak mencari orang lain untuk mendiskusikan perasaan perasaan yang
sebenarnya.

16
2) Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan
konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri.
c. Implementasi keperawatan
1) Observasi perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini melalui aktivitas
sehari - hari dan interaksi untuk menghindari timbulnya rasa waspada
dan kecugiaan.
Rasional :Anak-anak pada resiko tinggi untuk melakukan pelanggaran
memerlukan pengamatan yang seksama untuk mencegah tindakan yang
membahayakan bagi diri sendiri atau orang lain.
2) Observasi perilaku - perilaku yang mengarah pada tindakan bunuh diri.
Rasional : Pernyataan- pernyataan verbal seperti “Saya akan bunuh
diri,” atau “Tak lama ibu saya tidak perlu lagi menyusahkan diri karena
saya” atau perilaku - perilaku non verbal seperti membagi - bagikan
barang - barang yang disenangi, alam perasaan berubah.Kebanyakan
anak yang mencoba untuk bunuh diri telah menyampikan maksudnya
baik secara verbal atau nonverbal.
3) Tentukan maksud dan alat - alat yang memungkinkan untuk bunuh diri.
Tanyakan “apakah anda memiliki rencana untuk bunuh diri?” dan
“bagaimana rencana anda untuk melakukannya?”
Rasional : Pertanyaan-pertanyaan yang langsung menyeluruh dan
mendekati adalah cocok untuk hal seperti ini. Anak yang memiliki
rencana yang dapat digunakan adalah beresiko lebih tinggi dari pada
yang tidak.

17
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder,
suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit
memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di
otak), Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis
(Terlalu banyak bergerak / aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3
- 5% anak usia sekolah menderita ADHD (Permadi, 2009).
Belum ada kepastian faktor apa yang menyebabkan seorang anak dapat
menderita ADHD, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor
genetik, neurologik dan proses dalam otak, neurotransmitter, lingkungan,
psikososial merupakan faktor penyebab dari gangguan ini.
Pada umumnya terdapat beberapa tes penunjang dalam menentukan bahwa
anak menderita ADHD atau tidak, namun yang sering dilakukan dan
merupakan tugas perawat adalah melakukan pengkajian dengan mengguanakan
formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas/GPPH
(Abbreviated Conners Ratting Scale).

B. Saran
Setelah mengetahui banyak hal mengenai ADHD yang telah dipaparkan
dia tas, sudah sepantasnya sebagai mahasiswa calon tenaga kesehatan
mengaplikasikan ilmu tersebut untuk melakukan asuhan keperawatan pada anak
berkebutuhan khusus seperti anak ADHD. Bukanlah hal yang mudah untuk
melakukan asuhan keperawatan pada anak ADHD mengingat mereka kurang
konsentrasi dan memiliki perilaku maladaptif. Maka dari itu diperlukan
pengetahuan yang lebih luas dan ketrampilan yang mendukung agar dapat
melakukan asuhan keperawatan dengan baik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Logaritma, Nia. 2012. Laporan Pendahuluan dan Askep Anak Hiperaktif.


http://www.academia.edu/6559812/Laporan_Pendahuluan_dan_Askep_Anak_Hiperak
tif . Diakses tanggal 4 Maret 2017
Meliastari. 2012. Mengurangi Hiperaktifitas Pada Anak Attention Deficit/Hiperactivity
Disorder (Adhd) Melalui Permainan Tradisional Teropa Tempurung (Single Subject
Research Kelas Iii Di Slb Negeri Lima Kaum).
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=24428&val=1496. Diakses 6
Maret 2017
Rudolph, Abraham M. Dkk. 2014. Buku Ajar Pediatri Rudolph Ed 20 Volume 1. Jakarta :
EGC
Rudolph, Abraham M. Dkk. 2007. Buku Ajar Pediatri Rudolph Ed 20 Volume 3. Jakarta :
EGC
Siswati, Novita. 2010. Pengaruh Social Stories Terhadap Keterampilan Sosial Anak
Dengan Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd) Studi Eksperimental Desain
Kasus Tunggal Di Sekolah Alam Ar-Ridho Semarang.
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/download/2955/2641. Diakses 4
Maret 2017

19
20

Anda mungkin juga menyukai