Document PDF
Document PDF
BAB I
PENDAHULUAN
Pada buku Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa karya Soenjono Dardwowidjojo ini terdiri
dari 12 bab, dari ke dua-belas bab ini yang akan saya analisis ialah bab I sampai dengan Bab IV.
BAB II
PEMBAHASAN
1.6 Pragmatik
Prakmatik bukanlah salah satu dari komponen bahasa, ia hanyalah memberikan prespektif kepada
bahasa. Karena pragmatik menyangkut makna maka seringkali ilmu ini dikacaukan dengan ilmu
makna, semantik. Sementara itu, pragmatik merujuk kekajian makna dalam interaksi antara
seorang penutur dengan penutu yanng lain (Jucker, 1998). Karena pragmatik mencakup
penggunaan bahasa dalam interaksi maka pragmatik memperhatikan pula aspek-aspek lain dalam
komunikasi seperti pengetahuan dunia (world knowladge), hubungan antara pembaca dengan
pendengar atau orang ketiga dan macam-macam tindak ujar (speech acts) dalam kalimat.
BAB II: BAGAIMANA MANUSIA MEMPERSEPSI UJARAN
1. Penelitian Mengenai Persepsi ujaran
Dari segi ilmu pengetahuan, kajian dari penelitian mengenai bagaimana manusia mempersepsi
ujaran dapat dikatakan masih sangat baru. Meskipun Willis tahun 1829 dan Helmholtz tahun 1859
telah mempelajari ciri fisik dari bunyi, penelitian bagaimana kita mempersepsi ujaran baru mulai
perang dunia II (Gleason dan ratner 1988:109).
3. Mekanisme Ujaran
Sumber dari bunyi adalah paru-paru. Paru-paru kita berkembang dan berkempis untuk menyedot
dan mengeluarkan udara. Udara ini kemudian lewat lorong yang dinamakan faring (pharynx). Dari
faring itu ada dua jalan yang pertama melalui hidung dan yang kedua melalui rongga mulut. Semua
yang dibuat dengan udara melalui hidung disebut bunyi nasal. Sementara itu bunyi yang udaranya
keluar melalui mulut dinamakan bunyi oral. Pada mulut terdapat dua bagian-bagian atas dan
bagian bawah mulut. Bagian-bagian ini adalah :
1. Bibir : bibir atas dan bibir bawah. Kedua bibir ini dapat dirapatkan untuk membentuk bunyi yang
dinamakan bilabial yang artinya dua bibir bertemu. Bunyi seperti [p], [b], dan [m] adalah bunyi
babalial.
2. Gigi : untuk ujaran hanya gigi ataslah yang mempunyai peran. Gigi ini dapat berlekatan dengan
bibir bawah untuk membentuk bunyi yang dinamakan labiodental. Contoh untuk bunyi seperti ini
adalah bunyi [f] dan [v]. Gigi juga dapat berlekatan dengan ujung lidah untuk membentuk bunyi
dental seperti bunyi [t] dan[d] dalam bahasa indonesia.
3. Alveolar: daerah ini berada persis dibelakang gigi atas. Pada alveolar dapat ditempelkan ujung
lidah untuk membentuk bunyi yang dinamakan bunyi alveolar.
4. Palatal keras (hard plate): daerah ini adalah rongga atas mulut, persis dibelakang daerah
alveolar. Pada daerah ini dapat ditempelkan lidah untuk membentuk bunyi yang dinamakan alveo
palatal seperti bunyi [c] dan [j].
5. Palatal lunak ( soft falate): Pada palatal lunak dapat diletakkan bagian belakang lidah untuk
membentuk bunyi yang dinamakan velar seperti bunyi [k] dan [g].
6. Uvala: pada ujung rahang atas terdapat tulang lunak yang dinamakan uvala.
7. Lidah : adalah bagian mulut yang fleksibel dan dapat bergerak dengan lentur. Lidah dibagi
menjadi beberapa bagian: Ujung lidah (tip of the tongue), Mata lidah ( blade), Depan lidah (front),
Belakang lidah.
8. Pita suara (vocal cords) adalah sepasang selaput yang berada di jakun (larynx).
9. Faring (pharynx) adalah salurang udara menuju rongga mulut atau rongga hidung.
10. Rongga hidung : rongga untuk bunyi-bunyi nasal seperti /m/ dan /n/
11. Rongga mulut : untuk bunyi-bunyi oral seperti /p/, /b/, /a/, dan /i/.
3.1.3 Fonotatik
Tiap bahasa memiliki sistem sendiri-sendiri untuk menggabungkan fonem agar menjadi suku dan
kemudian kata. Dengan demikian maka tidak mustahil adanya dua bahasa yang memiliki dua
fonem yang sama tetapi fototatiknya, yakni sistem pengaturan fonemnya berbeda.
2. Proposisi
Unit-unit makna pada kalimat dinamakan proposisi (Clark dan Clark 1977:11). Lobner
memdefinisikannya sebagai a set of the referents of all referring element and how they are linked
(Lobner, 2002:23-29 dan 99-120). Proposisi terdiri dari dua bagian (a) argument, yakni ihwal atau
ihwal- ihwal yang dibicarakan, dan (b) predikasi, yakni pernyataan yang dibuat mengenai
argument.
5. Ambiguitas
Dalam beberapa hal kadang kita menemukan kalimat yang bermakna lebih dari satu yang
umumnya disebut sebagai kalimat yang ambigu atau raksa.
6. Penyimpanan Kata
6.1 Faktor Yang Mempengaruhi Akses Terhadap Kata
Pada dasarnya retrival kata dipegaruhi oleh pelbagai faktor yaitu, Frekuensi kata, Ketergambaran,
Keterkaitan semantik, kategori gramatikal, dan fonologi.
1.3Muatan Tematik
Muatan tematik merujuk pada pengertian akan adanya dua macam informasi dalam kalimat yakni,
informasi lama (old atau given information) dan informasi baru (new information).
3. Pelaksaan Ujaran
3.1Pelaksanaan Tindak Ujaran Representatif
Karena tindak ujaran representatif hanyalah merupakan pernyataan mengenai sesuatu, maka yang
perlu kita lakukan adalah menghimpun muatan proposisi dan memahami mana yang merupakan
informasi lama dan informasi yang baru.
3.2Pelaksanaan Tindak Ujaran Direktif
Tindakan ujaran direktif dapat dibagi menadi tiga kelompok yaitu: (a) pertanyaan dengan jawaban
ya/tidak/bukan/belum; (b) pertanyaan yang memerlukan jawaban mana/(si, meng) apa; dan (c)
perintah untuk melaksankan sesuatu.
BAB III
PENUTUP
Psikolinguistik adalah ilmu hidrida, yakni ilmu yang merupakan gabungan antara dua ilmu psikologi
dan linguistik. Dari segi ilmu pengetahuan, kajian dari penelitian mengenai bagaimana manusia
mempersepsi ujaran dapat dikatakan masih sangat baru. Meskipun Willis tahun 1829 dan
Helmholtz tahun 1859 telah mempelajari ciri fisik dari bunyi, penelitian bagaimana kita
mempersepsi ujaran baru mulai perang dunia II (Gleason dan ratner 1988:109).
Masalah yang dihadapi dalam mempersepsi ujaran ini adalah bagaimana kita dapat menangkap
dan kemudian mencerna bunyi-bunyi yang diujarkan dengan sengat cepat. Di samping kecepatan,
bunyi dalam satu ujaran juga tidak diucapkan secara utuh tetapi sepertinya lebur dengan bunyi
yang lain.
Bunyi juga dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu konsonan dan vokal. Perbedaan antara
keduanya terletak pada pembuatannya.
Untuk membuat bunyi konsonan perlu diperhatikan tiga faktor yaitu: Fatkor pertama titik artikulasi,
yakni tempat diman artikulator itu berada, berdekatan, dan berlekatan. Faktor kedua cara artikulasi
yakni bagaiman caranya udara dari paru-paru itu kita lepaskan. Faktor yang ketiga ialah status pita
suara.
Dalam berujar, manusia pastilah mempunyai tujuan. Tujuan itu berupa pemberian informasi kepada
pendengar. Dengan demikian, suatu ujaran itu mengandung di dalamnya tiga unsur; (a) tindak
ujaran (speech acts); (b) muatan proposisi (propositional content); (c) muatan tematik (thematic
content).