Anda di halaman 1dari 13

 

 
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN UNGARAN BARAT
DAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR PASCA PEMEKARAN WILAYAH TAHUN
TAHUN 2007 DAN 2011

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Oleh :

Ali Muqodas

NIRM : E100090051

Kepada

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015
HALAMAN PENGESAHAN

NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN


UNGARAN BARAT DAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR PASCA
PEMEKARAN WILAYAH TAHUN 2OO7-2OII

Yang telah dipersiapkan dan disusun oleh :

ALI MUQODAS
NIRM: El00090051
Telah dipertahankan di depan tim penguji pada :

Hari ltanggal: Selasa, 27 Januari2015

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Tim Penguji T*rdu Tangan


Ketua Dr. H. Kuswaji Dwi Priyono, M.Si
Sekretaris Drs. H. Muhammad Musiyam, MTP
Anggota Drs. Suharjo, M.S

Pembimbing I Dr. H. Kuswaji Dwi Priyono, M.Si


Pembimbing II Drs. H. Muhammad Musiyam, MTP

Surakarta, Februari2015
Dekan Fakultas Geografi UMS

*,1
*fiZryr-za-
H ( Drs. Priyono, M.Si )
 
 
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN UNGARAN
BARAT DAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR PASCA PEMEKARAN WILAYAH
TAHUN 2007 DAN 2011
Ali Muqodas, Kuswaji Dwi Priyono, dan Muhammad Musiyam
Mahasiswa Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Surakarta 57102
E-mail :ali.muqodas@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian dengan judul“Analisis perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Ungaran
Barat dan Kecamatan Ungaran Timur pasca pemekaran wilayah tahun 2007 dan 2011”, bertujuan
untuk : (1) mengetahui arah perubahan penggunaan lahan dari masing-masing kecamatan pasca
pemekaran wilayah tahun 2007 dan 2011, serta untuk (2) mengetahui variabel-variabel yang
berasosiasi terhadap perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Ungaran Barat dan Kecamatan
Ungaran Timur.
Metode yang digunakan adalah analisis data sekunder, dengan memanfaatkan data yang
telah diterbitkan oleh lembaga swasta maupun instansi pemerintah, meliputi kondisi fisik wilayah
(iklim, geomorfologi, geologi), data kependudukan, sarana prasarana sosial (perekonomian,
pendidikan, jaringan jalan), peta penggunaan lahan, serta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Semarang. Analisis perubahan penggunaan lahan dilakukan dengan menganalisa peta
perubahan penggunaan lahan, yakni dengan cara tumpang susun (overlay) dua peta penggunaan
lahan tahun 2007 dan 2011, sehingga dapat diketahui perubahan keruangan yang terjadi dalam
kurun waktu tersebut. Metode ini akan dibantu dengan observasi lapangan yang dilakukan pada
tahun 2014, dengan tujuan memberi gambaran perubahan penggunaan yang terjadi.
Hasil dari analisis menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi
non pertanian di Kecamatan Ungaran Barat seluas -6,8055 km², daerah dengan kelas perubahan
tertinggi terdapat di Kelurahan Langensari dengan luas perubahan 0,0571 km², sedangkan
perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi non pertanian di Kecamatan Ungaran Timur
sebesar -0,3662 km², dengan kelas perubahan tertinggi terdapat di Desa Leyangan dengan
perubahan seluas 0,2978 km². Variabel-variabel yang berasosiasi terhadap perubahan penggunaan
lahan adalah (1) Gedung (kawasan industri, perdagangan, dan perkantoran) cenderung berasosiasi
dengan jalan arteri/nasional Semarang-Solo-Yogyakarta, kawasan industri banyak terdapat di
Kelurahan Langensari, dan Gedanganak, sedangkan kawasan perkantoran dan perdagangan
terdapat di Kelurahan Ungaran, Bandarjo, Genuk, Sidomulyo, Gedanganak, dan Langensari. (2)
Permukiman (rumah penduduk) cenderung berasosiasi dengan jaringan jalan, kawasan industri,
perkantoran, pusat perdagangan, pusat pendidikan, dan daerah pertanian. Pola permukiman
penduduk di perkotaan cenderung mengelompok mengikuti pola jalan arteri/nasional Semarang-
Solo-Yogyakarta, sedangkan pola permukiman di daerah perdesaan cenderung menyebar disekitar
sawah dan tegalan. (3) Hutan (hutan lindung dan hutan produksi) cenderung berasosiasi dengan
permukiman penduduk, lahan tegalan, dan perkebunan. kawasan hutan lindung di Kecamatan
Ungaran Barat terdapat di sekitar Gunung Ungaran, sedangkan di Kecamatan Ungaran timur
kawasan hutan lindung terdapat di kawasan Hutan Penggaron, Kelurahan Susukan, dan hutan
produksi kayu jati terdapat di Desa Kawengen. (4) Daerah perkebunan cenderung berasosiasi
dengan hutan, tegalan, persawahan dan permukiman. Daerah perkebunan di Kecamatan Ungaran
Barat meliputi perkebunan pala, teh, dan cengkih yang terdapat di lereng Gunung Ungaran,
sedangkan di Kecamatan Ungaran Timur didominasi oleh perkebunan karet yang terdapat di Desa
Kalongan dan Leyangan.
Kata Kunci : Perubahan penggunaan lahan
 
 
ANALYSIS OF LAND USE CHANGES IN THE DISTRICT OF WEST AND DISTRICT
UNGARAN UNGARAN EAST EXPANSION AREA AFTER YEAR 2007 DAN 2011
Ali Muqodas, Kuswaji Dwi Priyono, and Muhammad Musiyam
Students of the Faculty of Geography, University of Muhammadiyah Surakarta
Lecturer at the Faculty of Geography, University of Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Surakarta 57 102
E-mail: ali.muqodas@gmail.com

ABSTRACT
The study titled "Analysis of changes in land use in the district and sub-district of West
Ungaran East Ungaran post-expansion area in 2007 and 2011", aims to: (1) determine the
direction of change in land use from each district in 2007 after the expansion area and 2011, as
well as for (2) determine the variables associated to changes in land use in the district and sub-
district of West Ungaran Ungaran East.
The method used is a secondary data analysis, using data that has been issued by private
institutions and government agencies, including the physical condition of the area (climate,
geomorphology, geology), demographic data, social infrastructure facilities (economy, education,
road network ), land use maps, and Spatial Planning (RTRW) Semarang District. Analysis of
changes in land use is done by analyzing maps of land use change, namely by overlaying
(overlay) two land use maps of 2007 and 2011, so that it can be seen that the spatial change occurs
within that time frame. This method will be assisted with field observations conducted in 2014,
with the aim of giving an overview use changes that occur.
Results of the analysis showed that the change of use of agricultural land into non-
agriculture in the district of West Ungaran -6.8055 km² area, the area with the highest grade
changes contained in Sub Langensari with extensive changes 0.0571 km², while the change of use
of agricultural land to non agriculture in the district of East Ungaran of -0.3662 km², the highest in
the class changes with changes Leyangan Village area of 0.2978 km². Variables associated to
changes in land use are (1) Building (industrial, trade, and offices) tend to be associated with
arterial road / national Semarang-Solo-Yogyakarta, there are many industrial areas in the Village
Langensari, and Gedanganak, while the office area and there is a trade in the Village Ungaran,
Bandarjo, Genuk, Sidomulyo, Gedanganak, and Langensari. (2) Settlement (houses) tend to be
associated with a network of roads, industrial estates, offices, trade centers, education centers, and
agricultural areas. The pattern of population in urban settlements tend to cluster follows the
pattern of arterial road / national Semarang-Solo-Yogyakarta, while the settlement patterns in
rural areas tend to be spread around the fields and moor. (3) forest (forest protection and
production forests) tend to be associated with resettlement, moor land, and plantations. protected
forest area in the district of West Ungaran found around Mount Ungaran, while in the District of
eastern Ungaran protected forest areas are in the region Penggaron Forest, Village Susukan, and
teak wood production forests are in the village Kawengen. (4) The area tends to be associated
with forest plantations, fields, fields and settlements. Plantation area in the district of West
Ungaran include nutmeg plantations, tea, and cloves that are on the slopes of Mount Ungaran,
whereas in the Eastern District of Ungaran dominated by rubber plantations located in the village
of Kalongan and Leyangan.

Keywords: Land use change


 
 

PENDAHULUAN perkembangan wilayah antara daerah baru

Perkembangan wilayah diawali dengan dengan daerah induk, menghindari dampak

munculnya pusat-pusat pertumbuhan baru. negatif sosial lingkungan, serta meningkatkan

Sumber daya manusia berperan penting dalam pelayanan sarana dan prasarana secara optimal.

pembentukan pusat pertumbuhan di suatu Kecamatan Ungaran memiliki luas


wilayah, dengan bertambahnya jumlah wilayah 73,9515 km² atau 7,78 % dari luas
penduduk maka, kebutuhan akan ruang wilayah Kabupaten Semarang. Pada tahun
semakin meningkat.Tingkat perkembangan 2005, Kecamatan Ungaran mengalami
wilayah secara fisik dapat dilihat dari wilayah pemekaran wilayah menjadi Kecamatan
terbangun (buil-up area) terhadap total luas Ungaran Barat dan Kecamatan Ungaran Timur,
wilayahnya, kondisi tersebut dapat diketahui hal ini sesuai dengan Lembaran Daerah
dari kerapatan jaringan jalan, luas area Kabupaten Semarang Tahun 2003 Nomor 20,
perkantoran dan perdagangan, serta persebaran 21 dan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang
wilayah permukiman, sedangkan dari segi Nomor 11,12 Tahun 2003 tentang
sosial dapat diketahui dari jumlah penduduk, pembentukan Kecamatan Ungaran Barat dan
pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk, Kecamatan Ungaran Timur. Kecamatan
dan persebaran penduduk yang berpengaruh Ungaran Barat terdiri atas 5 desa dan 6
terhadap perubahan sosial masyarakat. kelurahan dengan luas wilayah 35,9605 km²,

Di Indonesia kebijakan otonomi daerah sedangkan Kecamatan Ungaran Timur

berkembang menjadi dasar pembentukan memiliki luas wilayah 37,9910 km² meliputi 5
desa dan 5 kelurahan. Penelitian ini bertujuan
daerah baru melalui pemekaran, penghapusan,
dan penggabungan daerah. Pembentukan untuk mengetahui arah persebaran penggunaan

daerah otonomi baru dapat dilaksanakan jika lahan di Kecamatan Ungaran Barat dan

memenuhi aspek-aspek penilaian antara lain Kecamatan Ungaran Timur pasca pemekaran

kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial wilayah tahun 2007-2011, dan untuk

budaya, sosial politik, kependudukan, luas mengetahui variabel-variabel yang berasosiasi

wilayah, dan pertimbangan lain yang terhadap perubahan penggunaan lahan di

memungkinkan terselenggaranya otonomi masing - masing kecamatan.

daerah. Pemekaran wilayah berkembang LANDASAN TEORI


intensif sebagai upaya pemerataan Masalah yang berkaitan dengan lahan
pembangunan, dimaksudkan untuk
tidak hanya menyangkut perbandingan antara
mewujudkan daerah untuk mampu berkembang jumlah penduduk yang terus bertambah dan
secara mandiri, menjaga keseimbangan luas lahan yang tersedia, tetapi juga
 
 
menyangkut persaingan yang semakin intensif meliputi kondisi fisik wilayah (iklim,
untuk mendapatkan lokasi strategis. Persaingan geomorfologi, geologi), data kependudukan,
terjadi untuk memperebutkan lokasi-lokasi sarana prasarana sosial (perekonomian,
seputar pusat kegiatan atau paling dekat dengan pendidikan, jaringan jalan), peta penggunaan
pusat-pusat kegiatan, dalam hubungannya lahan, serta Rencana Tata Ruang Wilayah
dengan optimalisasi penggunaan lahan. (RTRW) Kabupaten Semarang. Data sekunder
Kebijakan penggunaan lahan diartikan sebagai yang diperoleh berupa peta penggunaan lahan
serangkaian kegiatan tindakan yang sitematis Kecamatan Ungaran Barat dan Kecamatan
dan terorganisir dalam penyediaan lahan, serta Ungaran Timur tahun 2007 dan 2011, serta
tepat pada waktunya, untuk peruntukan data statistik kependudukan yang diperoleh dari
pemanfaatan dan tujuan lainnya sesuai dengan instansi terkait. Metode ini akan dibantu
kepentingan masyarakat (Suryantoro, 2002). dengan observasi lapangan dengan harapan

Asosiasi adalah menarik kesimpulan akan menggambarkan fenomena yang

dari perbandingan dua atau lebih kasus yang sebenarnya di lapangan.

sama / sejenis pada waktu dan ruang yang Analisis perubahan penggunaan lahan
berbeda (Widoyo Alfandi, 2001). Penggunaan diketahui dengan melakukan analisis
lahan yang terjadi akan berasosiasi dengan multitemporal yaitu dengan cara tumpang
bentuk penggunaan lahan yang lain karena susun (overlay) dari peta penggunaan lahan
adanya hubungan keterkaitan untuk saling Kecamatan Ungaran Barat dan Kecamatan
melengkapi. Tujuan analisis asosiasi keruangan Ungaran Timur tahun 2007 dan 2011, sehingga
adalah untuk mengetahui apakah sebaran gejala dapat diketahui perubahan keruangan yang
tertentu berkorelasi dengan sebaran gejala yang terjadi di daerah penelitian. Hasil dari analisis
lain (Hadi Sabari Yunus, 2010). peta tersebut untuk mengetahui bentuk, luasan,
METODE PENELITIAN pola, dan persebaran dari perubahan

Fokus utama penelitian ini adalah penggunaan lahan yang terjadi dalam kurun

menganalisa perkembangan wilayah, kaitannya waktu yang berbeda.

dengan perubahan penggunaan lahan yang HASIL DAN PEMBAHASAN


terjadi di Kecamatan Ungaran Barat dan
Kecenderungan penggunaan lahan
Kecamatan Ungaran Timur tahun 2007–2011.
pertanian pada umumnya berada di daerah
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
perdesaan, yang sebagian besar masyarakatnya
adalah analisis data sekunder, metode analisis
adalah masyarakat agraris, sedangkan daerah
data ini merupakan metode penelitian yang
perkotaan merupakan kawasan permukiman,
memanfaatkan data yang telah diterbitkan oleh
perkantoran, perdagangan, industri, dan jasa.
lembaga swasta maupun instansi pemerintah,
Lahan pertanian di perdesaan yang semakin
 
 
berkurang merupakan akibat dari pembangunan strategis, yakni dilintasi jalan arteri/nasional
kota yang cepat. Kecamatan Ungaran Barat Solo-Semarang-Yogyakarta menjadikan
memiliki luas wilayah 35,9572 km², terdiri dari pembangunan daerah di sepanjang jalan
lahan pertanian seluas 16,3776 km² pada tahun tersebut menjadi lebih cepat, selain itu
2007, sedangkan pada tahun 2011 berubah Kecamatan Ungaran Barat merupakan bagian
menjadi 23,1831 km², perubahan penggunaan dari kawasan industri Ungaran-Bawen,
lahan pertanian ke non pertanian di Kecamatan sehingga menjadi magnet bagi penduduk dari
Ungaran Barat seluas -6,8055 km². daerah lain untuk bekerja dan menetap di
Desa/kelurahan dengan kelas perubahan kecamatan ini.
penggunaan lahan pertanaian ke non pertanian
Jumlah penduduk yang tinggi akan
tertinggi terjadi di Kelurahan Langensari, membutuhkan lahan sebagai tempat tinggal
dengan perubahan seluas 0,0571 km². maupun aktifitas lainnya. Desa Lerep dan Desa
Perubahan lahan pertanian ke non pertanian Branjang mengalami perubahan penggunaan
dengan kelas terendah terjadi di Desa Kalisidi, lahan dengan kelas perubahan sedang, hal ini
yakni -3,1322 km². Untuk mengetahui terjadi karena perubahan fungsi hutan menjadi
penggunaan lahan di Kecamatan Ungaran Barat lahan pertanian sangat tinggi, sedangkan
tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel 1.1 perubahan fungsi hutan menjadi lahan
berikut. pertanian paling tinggi terjadi di Desa Kalisidi,
Tabel 1.1 Penggunaan lahan menurut sehingga menyebabkan peubahan lahan
desa/kelurahan di Kecamatan Ungaran pertanian menjadi lahan non pertanian di Desa
Barat tahun 2007 dan 2011 Kalisidi menjadi kelas paling rendah.
2007 2011
Desa/ Non Non Perubah Kecamatan Ungaran Timur memiliki
No Pertanian Pertanian
Keluranan Pertanian Pertanian an (km²)
(km²) (km²)
(km²) (km²) luas wilayah 37,9910 km², terdiri dari lahan
1 Gogik 0,9318 0,5592 1,0615 0,4295 -0,1297
2 Langensari 0,4070 1,2616 0,3499 1,3187 0,0571 pertanian seluas 21,0646 km² pada tahun 2007,
3 Candirejo 1,2825 0,8375 1,2615 0,8585 0,021
4 Nyatnyono 2,711 1,5385 2,7100 1,5400 0,0015
5 Genuk 0,2511 1,3273 0,4630 1,1154 -0,2119 sedangkan pada tahun 2011 berubah menjadi
6 Ungaran 0,0718 1,5882 0,3732 1,2868 -0,3014
7 Bandarjo 0,2501 1,9999 0,3510 1,8990 -0,1009 21,4308 km², perubahan penggunaan lahan
8 Lerep 3,4052 3,4178 4,8340 1,9890 -1,4288
9 Keji 1,2270 0,5998 1,4481 0,3787 -0,2211
10 Kalisidi 3,4038 4,5562 6,5360 1,4240 -3,1322 pertanian ke non pertanian di Kecamatan
11 Branjang 2,4290 1,9037 3,7949 0,5378 -1,3659
Jumlah 16,3776 19,5829 23,1831 12,7774 -6,8055 Ungaran Timur seluas -0,3662 km².
Sumber : BPS Kabupaten Semarang tahun 2007 dan 2011
Desa/kelurahan dengan kelas perubahan
Perubahan penggunaan lahan pertanian penggunaan lahan pertanaian ke non pertanian
menjadi non pertanian pada masing-masing tertinggi terjadi di Kelurahan Gedanganak,
desa/kelurahan di Kecamatan Ungaran Barat, dengan perubahan seluas 0,3985 km².
sebagian besar masuk dalam kelas perubahan Perubahan lahan pertanian ke non pertanian
tinggi. Lokasi Kecamatan Ungaran Barat yang dengan kelas terendah terjadi di Desa
 
 
Kalongan, yakni -2,0249 km². Desa Leyangan, pendidikan serta sistem jaringan jalan.
Kelurahan Kalirejo, Gedanganak, dan Beji Pengamatan peta perubahan penggunaan lahan
mengalami perubahan penggunaan lahan secara kualitatif, menunjukkan adanya
pertanian menjadi non pertanian dengan kelas variabel-variabel tertentu yang berasosiasi
perubahan tertinggi, hal tersebut karena adanya terhadap perubahan penggunaan lahan di
kegiatan industri di Kelurahan Gedanganak dan Kecamatan Ungaran Barat dan Kecamatan
sebagian wilayah di Kecamatan Ungaran Barat. Ungaran Timur,antara lain.
Kegiatan industri tersebut berdampak pada a. Gedung (kawasan industri,
penggunaan lahan di sekitar kawasan industri perdagangan, dan perkantoran) cenderung
berupa permukiman penduduk, rumah sewa, berasosiasi dengan jalan arteri/nasional
pertokoan/rumah makan, dll. Desa Kalongan Semarang-Solo-Yogyakarta, kawasan industri
mengalami perubahan penggunaan lahan banyak terdapat di Kelurahan Langensari, dan
pertanian menjadi non pertanian dengan kelas Gedanganak, sedangkan kawasan perkantoran
perubahan terendah, hal ini disebabkan karena dan perdagangan terdapat di Kelurahan
beralihnya lahan kosong seperti semak belukar Ungaran, Bandarjo, Genuk, Sidomulyo,
berubah menjadi lahan tegalan. Untuk Gedanganak, dan Langensari
mengetahu penggunaan lahan di Kecamatan b. Permukiman (rumah penduduk)
Ungaran Timur dapat dilihat pada tabel 1.2 cenderung berasosiasi dengan jaringan jalan,
berikut. kawasan industri, perkantoran, pusat
Tabel 1.2 Penggunaan lahan menurut perdagangan, pusat pendidikan, dan daerah
desa/kelurahan di Kecamatan Ungaran pertanian. Pola permukiman penduduk di
Timur tahun 2007 dan 2011 perkotaan cenderung mengelompok mengikuti

2007 2011
pola jalan arteri/nasional Semarang-Solo-
Desa/ Non Non Perubahan
No
Keluranan
Pertanian
Pertanian
Pertanian
Pertanian (km²) Yogyakarta, sedangkan pola permukiman di
(km²) (km²)
(km²) (km²)
1 Beji 1,4326 0,6913 1,0526 1,0713 0,38 daerah perdesaan cenderung menyebar
2 Leyangan 1,5464 0,4836 1,2486 0,7814 0,2978
3 Kalongan 4,5422 4,1408 6,5749 2,1081 -2,0249 disekitar sawah dan tegalan.
4 Kawengen 3,9488 3,5793 3,7888 3,7393 0,16
5 Kalikayen 2,4547 0,7783 2,4477 0,7853 0,007
6 Mluweh 3,3819 0,8661 3,3821 0,8659 -0,0002 c. Hutan (hutan lindung dan hutan
7 Susukan 0,7800 2,2600 0,7560 2,2840 0,024
8 Kalirejo 1,3090 1,7310 0,9175 2,1225 0,3915 produksi) cenderung berasosiasi dengan
9 Sidomulyo 0,4275 0,7405 0,4273 0,7407 0,0002
10 Gedanganak 1,2339 1,6631 0,8353 2,0617 0,3985
11 Jumlah 21,0646 16,9264 21,4308 16,5602 -0,3662 permukiman penduduk, lahan tegalan, dan
Sumber : BPS Kabupaten Semarang tahun 2007 dan 2011 perkebunan. kawasan hutan lindung di
Perubahan penggunaan lahan Kecamatan Ungaran Barat terdapat di sekitar
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya Gunung Ungaran meliputi Desa Gogik,
perkembangan jumlah penduduk, kepadatan Nyatnyono, Lerep, dan Kalisidi. Di Kecamatan
penduduk, ketersediaan sarana dan prasarana Ungaran timur kawasan hutan lindung terdapat
perekonomian, sarana dan prasarana di kawasan Hutan Penggaron, Kelurahan
 
 
Susukan, sedangkan hutan produksi terutama perekonomian 45 buah, penambahan sarana
kayu jati terdapat di Desa Kawengen, karena pendidikan 3 buah.
sebaran batu gamping di Desa Kawengen Perubahan penggunaan lahan pertanian
cocok untuk pertumbuhan kayu jati. menjadi non pertanian di Kecamatan Ungaran
d. Daerah perkebunan cenderung Timur sebesar -0,3662 km². Desa/kelurahan di
berasosiasi dengan hutan, tegalan, persawahan Kecamatan Ungaran Timur yang mengalami
dan permukiman. Daerah perkebunan di perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi
Kecamatan Ungaran Barat meliputi perkebunan non pertanian dengan kelas tertinggi adalah
pala, teh, dan cengkih yang terdapat di lereng Desa Leyangan, dengan perubahan seluas
Gunung Ungaran, sedangkan di Kecamatan 0,2978 km². Perubahan penggunaan lahan di
Ungaran Timur daerah perkebunan didominasi Desa Leyangan dipengaruhi oleh penambahan
oleh perkebunan karet yang terdapat di Desa jumlah penduduk sebesar 3.139 jiwa,
Kalongan dan Leyangan. penambahan kepadatan penduduk sebesar 1546
jiwa/km², penambahan sarana perekonomian
KESIMPULAN
11 buah, penambahan sarana pendidikan 2
Hasil dari analisis perubahan buah.
penggunaan lahan di daerah penelitian, pasca
Variabel–variabel dominan yang
pemekaran wilayah, menunjukkan bahwa
berasosiasi terhadap perubahan penggunaan
perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi
lahan yang terjadi di Kecamatan Ungaran Barat
non pertanian di Kecamatan Ungaran Barat
dan Kecamatan Ungaran Timur adalah :
seluas -6,8055 km². Berubahnya fungsi hutan
a. Gedung (kawasan industri,
menjadi lahan pertanian mencapai 6,2666 km²,
perdagangan, dan perkantoran) cenderung
hal tersebut menjadi penyebab utama
berasosiasi dengan jalan arteri/nasional
berkurangnya lahan non pertanian di
Semarang-Solo-Yogyakarta, kawasan industri
Kecamatan Ungaran Barat. Desa/kelurahan di
banyak terdapat di Kelurahan Langensari, dan
Kecamatan Ungaran Barat yang mengalami
Gedanganak, sedangkan kawasan perkantoran
perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi
dan perdagangan terdapat di Kelurahan
non pertanian dengan kelas tertinggi adalah
Ungaran, Bandarjo, Genuk, Sidomulyo,
Kelurahan Langensari, yakni seluas 0,0571
Gedanganak, dan Langensari
km². Perubahan penggunaan lahan di
b. Permukiman (rumah penduduk)
Kelurahan Langensari dipengaruhi oleh
cenderung berasosiasi dengan jaringan jalan,
penambahan jumlah penduduk sebesar 1.555
kawasan industri, perkantoran, pusat
jiwa, penambahan kepadatan penduduk sebesar
perdagangan, pusat pendidikan, dan daerah
931 jiwa/km², penambahan sarana
pertanian. Pola permukiman penduduk di
 
 
perkotaan cenderung mengelompok mengikuti SARAN
pola jalan arteri/nasional Semarang-Solo- Pemekaran wilayah di Kecamatan
Yogyakarta, sedangkan pola permukiman di Ungaran bertujuan untuk pemerataan
daerah perdesaan cenderung menyebar pembangunan di daerah pinggiran, namun
disekitar sawah dan tegalan.
dalam pelaksanaannya, pembangunan yang
c. Hutan (hutan lindung dan hutan dilakukan justru terkonsentrasi di sepanjang
produksi) cenderung berasosiasi dengan koridor jalan Solo-Semarang-Yogyakarta.
permukiman penduduk, lahan tegalan, dan Keberadaan pasar desa yang pernah ada di
perkebunan. kawasan hutan lindung di Kecamatan Ungaran Timur harus dibangun
Kecamatan Ungaran Barat terdapat di sekitar
kembali dengan sarana dan prasarana pasar
Gunung Ungaran meliputi Desa Gogik, yang lebih lengkap, pemilihan lokasi yang
Nyatnyono, Lerep, dan Kalisidi. Di Kecamatan strategis serta jauh dari pasar–pasar yang lain
Ungaran timur kawasan hutan lindung terdapat menjadi hal yang harus diperhatikan dalam
di kawasan Hutan Penggaron, Kelurahan membangun sarana perekonomian tersebut.
Susukan, sedangkan hutan produksi terutama Infrastruktur jalan di Kecamatan Ungaran Barat
kayu jati terdapat di Desa Kawengen, karena dan Kecamatan Ungaran Timur pada tahun
sebaran batu gamping di Desa Kawengen 2007–2011 tidak mengalami peningkatan yang
cocok untuk pertumbuhan kayu jati. tinggi, kondisi tersebut justru menurun selama
d. Daerah perkebunan cenderung kurun waktu tersebut. Infrastruktur jalan harus
berasosiasi dengan hutan, tegalan, persawahan segera dibenahi, agar tingkat aksesibilitas
dan permukiman. Daerah perkebunan di penduduk di Kecamatan Ungaran semakin
Kecamatan Ungaran Barat meliputi perkebunan
meningkat. Gambar 1 dan 2 berikut adalah
pala, teh, dan cengkih yang terdapat di lereng hasil peta perubahan penggunaan lahan di
Gunung Ungaran, sedangkan di Kecamatan Kecamatan Ungaran Barat tahun 2007-2011
Ungaran Timur daerah perkebunan didominasi dan peta perubahan penggunaan lahan di
oleh perkebunan karet yang terdapat di Desa Kecamatan Ungaran Timur tahun 2007-2011.
Kalongan dan Leyangan.
 

Gambar 1 Peta perubahan penggunaan lahan Kecamatan Ungaran Barat tahun 2007-2011
 
 

Gambar 2 Peta perubahan penggunaan lahan Kecamatan Ungaran Timur tahun 2007-2011
 
 
 

DAFTAR PUSTAKA Kabupaten Semarang tahun 2011-2031.


Semarang.BAPPEDA.
Daldjoeni, N. 1998. Geografi Kota dan Desa.
Pemerintah Kabupaten Semarang. 2010.
Bandung : Penerbit Alumni ITB.
Rencana Detail Tata Ruang kawasan
Perkotaan Ungaran 2010-2030.
Erwin Susilawati 2005. Analisis Keruangan
Semarang : BAPPEDA.
Perubahan Penggunaan Lahan
Kecamatan Boyolali Tahun 1999 – 2003.
Purwadarminta 1976. Kamus Umum Bahasa
Skripsi Sarjana. Surakarta : Fakultas
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Geografi UMS.
Robinson Tarigan 2005. Perencanaan
Hadi Sabari Y. 1977. Prinsip – Prinsip
Pembangunan Wilayah. Jakarta : Bumi
Regionalisasi. Yogyakarta : Fakultas
Aksara.
Geografi UGM.
Rustiadi E, dkk, 2009. Perencanaan dan
Hadi Sabari Y. 2010. Metode Penelitian
Pengembangan Wilayah. Jakarta :
Wilayah Kontemporer. Yogyakarta :
Crestpent dan Yayasan Pustaka Obor
Pustaka Pelajar.
Indonesia.
Malingreau J.P., dan Rosalia Cristiani 1999. A
Suryantoro 2002. Penggunaan Lahan dengan
Land Cover/Land Use Classification for
Foto Udara di Kota Yogyakarta.
Indonesia. Alih Bahasa Sugiarto Budi.S.
Disertasi. UGM Yogyakarta
Yogyakarta : PUSPICS UGM.
Widoyo Alfandi 2001. Epistemologi Geografi.
Pemerintah Kecamatan Ungaran Barat. 2007.
Yogyakarta : Gadjah Mada University
Kecamatan Ungaran Barat dalam Angka
Press.
2007. Semarang : Badan Pusat Statistik.
Yudi Eko.C. 2004. Analisis Perbandingan
Pemerintah Kecamatan Ungaran Barat. 2011.
Pertumbuhan Bagian-Bagian Kota
Kecamatan Ungaran Barat dalam Angka
Klaten Secara Administratif Antara
2011. Semarang : Badan Pusat Statistik.
Tahun 1998 – 2002 Dengan Teknik
Sistem Informasi Geografis. Skripsi
Pemerintah Kecamatan Ungaran Timur. 2007.
Sarjana. Surakarta : Fakultas Geografi
Kecamatan Ungaran Timur dalam
UMS.
Angka 2007. Semarang : Badan Pusat
Statistik.

Pemerintah Kecamatan Ungaran Timur. 2011.


Kecamatan Ungaran Timur dalam
Angka 2011. Semarang : Badan Pusat
Statistik.

Pemerintah Kabupaten Semarang. 2002..


Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Semarang tahun 2002-2006.
Semarang.BAPPEDA.

Pemerintah Kabupaten Semarang. 2011..


Rencana Tata Ruang Wilayah

Anda mungkin juga menyukai