Anda di halaman 1dari 31

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana
terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita
yangmempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi
140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.

B. Penyebab hipertensi
Ada 2 macam hipertensi, yaitu Primer dan sekunder.
a. Hipertensi Primary
Hipertensi Primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah
tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor
lingkungan.Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan
mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan
pencetus awal untuk terkena penyakit tekanandarah tinggi. Begitu pula
sesorang yang berada dalam lingkungan atau kondisistressor tinggi sangat
mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang
kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi
b. Hipertensi Secondary
Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan
tekanandarah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit
lainnya sepertigagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon
tubuh. Sedangkan pada Ibuhamil, tekanan darah secara umum meningkat
saat kehamilan berusia 20 minggu.Terutama pada wanita yang berat
badannya di atas normal atau gemuk (gendut).Pregnancy-induced
hypertension (PIH), ini adalah sebutan dalam istilah kesehatan(medis) bagi
wanita hamil yang menderita hipertensi.Kondisi Hipertensi pada ibu
hamil bisa sedang ataupun tergolang parah/berbahaya, Seorang ibu hamil
dengan tekanan darahtinggi bisa mengalami Preeclampsia dimasa
kehamilannya itu. Preeclampsia adalah kondisi seorang wanita hamil yang
mengalami hipertensi, sehingga merasakan keluhan seperti pusing, sakit kepala,
gangguan penglihatan, nyeri perut, muka yang membengkak, kurang nafsu makan,
mual bahkan muntah. Apabila terjadi kekejangan sebagai dampak hipertensi
maka disebut Eclamsia.

Beberapa penyebab hipertensi, antara lain :


1. Keturunan
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Jika seseorang memiliki orang tua atau
saudara yang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan
darah tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi
lebih tinggi pada kembar identik daripada yang kembar tidak identik. Sebuah
penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah tekanan
darah tinggi.

2. Usia
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia
seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Anda tidak dapat
mengharapkan bahwa tekanan darah Anda saat muda akan sama ketika Anda
bertambah tua. Namun Anda dapat mengendalikan agar jangan melewati batas atas
yang normal.

3. Garam
Faktor ini bisa dikendalikan. Garam dapat meningkatkan tekanan darah
dengan cepat pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita
hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit hitam.

4. Kolesterol
Faktor ini bisa dikendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah
Anda, dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini
dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan
meningkat. Kendalikan kolesterol Anda sedini mungkin.

5. Obesitas/Kegemukan
Faktor ini bisa dikendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas 30
persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah
tinggi.

6. Stres
Faktor ini bisa dikendalikan. Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga
dapat memicu tekanan darah tinggi.
7. Rokok
Faktor ini bisa dikendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan
darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes,
serangan jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan
ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya
yang akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.
8. Kafein
Faktor ini dikendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun
minuman cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.
9. Alkohol
Faktor ini bisa dikendalikan. Konsumsi alkohol secara berlebihan juga
menyebabkan tekanan darah tinggi.

10. Kurang Olahraga


Faktor ini bisa dikendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa
menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu
menurunkan tekanan darah tinggi Anda namun jangan melakukan olahraga yang
berat jika Anda menderita tekanan darah tinggi.

Klasifikasi Hipertensi
a. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa berdasarkan tingginya TD

(menurut The Joint National Committee on prevention,detection, evaluation and


treatment of high blood pressure (JNC) VII, 2003)
Kategori Tek Darah Sistolik Tek Darah Diastolik
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Pre-hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi:
Tingkat 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Tingkat 2 > 160 mmHg > 100 mmHg

C Manifestasi Klinis Hipertensi


Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala,
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sebenarnya tidak ada ).
Gejala-gejala hipertensi, antara lain :
a. Sebagian besar tidak ada gejala.
b. Sakit pada bagian belakang kepala.
c. Leher terasa kaku.
d. Kelelahan.
e. Mual.
f. Sesak napas.
g. Gelisah.
h. Muntah.
i. Mudah tersinggung.
j. Sukar tidur.
k. Pandangan jadi kabur karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan
ginjal
Keluhan tersebut tidak selalu akan dialami oleh seorang penderita hipertensi.
Sering juga seseorang dengan keluhan sakit belakang kepala, mudah tersinggung dan
sukar tidur, ketika diukur tekanan darahnya menunjukkan angka tekanan darah yang
normal. Satu-satunya cara untuk mengetahui ada tidaknya hipertensi hanya dengan
mengukur tekanan darah.

D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengkontrol kontruksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jarak saraf simpatis yang berlanjut kebawah korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis keganglia simpatis ditoraks dan abdomen.rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam benmtuk implus yang bergerak kebawah melalui saraf
simpatis keganglia simpatis.pada titiook ini neuron preganglion,melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut otot pasca ganglion kepembuluh
darah,dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap vasokonstruktor. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin. Meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
itu bisa terjadi.
Pada saat bersaman dimana saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi.kelewnjar adrenal juga terangsang juga
mengakibatkan tambah aktifitas vaso kontriksi.medula adrenal juga mengekresikan
epinefrin yang menyebabkan vaso kontriksi. Semua faktor tersebut cenderung
mencetus keadaan hipertensi.

Pemeriksaan penunjang :
Selain pemeriksaan fisik, data laboratorium ikut membantu diagnosis dan
perencanaan. Urin dapat menunjukkan proteinuria, hematuri dan silinder. Hal ini
terjadi karena tingginya tekanan darah juga menandakan keterlibatan ginjal apalagi
bila ureum dan kreatinin meningkat. Gangguan elektrolit bisa terjadi pada hipertensi
sekunder dan berpotensi menimbulkan aritmia.
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1. Pemeriksaan yang segera seperti :
a. darah : darah rutin, BUN, creatinine, elektrolit, KGD.
b. urine : Urinalisa dan kultur urine.
c. EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri
ataupun gangguan koroner
d. Foto dada : apakah ada oedema paru ( dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana ).
2. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama ) :
a. Sangkaan kelainan renal : IVP, Renal angiography ( kasus tertentu ), biopsi renald (
kasus tertentu ).
b. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi : Spinal tab, CAT Scan.
c. Bila disangsikan Feokhromositoma : urine 24 jam untuk Katekholamine,
metamefrin, venumandelic Acid ( VMA ).
d. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien
E. Pengaturan Tekanan Darah
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi
melalui beberapa cara:Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih
banyak cairan pada setiap detiknya.
Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang
sempit daripada biasanya dan menyebab-kan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi
pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arteriosklerosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
"vasokonstriksi", yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut
karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. Bertambahnya cairan dalam
sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat
kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari
dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga
meningkat.
Sebaliknya, jika: Aktivitas memompa jantung berkurangArteri mengalami
pelebaranBanyak cairan keluar dari sirkulasiMaka tekanan darah akan menurun atau
menjadi lebih kecil.

F. Perubahan fungsi ginjal


Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah;
Karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal bisa menyebabkan terjadinya
tekanan darah tinggi.
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara: Jika tekanan
darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan
menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke
normal.
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan
air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal. Ginjal
juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut
renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya akan
memicu pelepasan hormon aldosteron.

H. Penyebab Hipertensi
Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison)
dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi)
secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Merokok
jugamerupakan salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah
tinggidikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman yang mengandung alkohol
juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah
tinggi(Wikipedia, 2010).
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
Penyakit Ginjal
Tumor-tumor ginjal
Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
Kelainan Hormonal
Hiperaldosteronisme
Feokromositoma (tumor medulla adrenal)
Hipertiroidisme
Obat-obatan
Pil KB
Kortikosteroid
Simpatomimetik amin (efedrin, fenilpropanolamin, fenilerin, amfetamin)
Siklosporin
Eritropoietin
Kokain
Penyalahgunaan alkohol
Penyebab Lainnya
Kelainan neurologik (mis: tumor otak)
Preeklampsia pada kehamilan

L. Pengobatan Hipertensi
Terdapat hubungan yang nyata antara Tekanan Darah dengan kejadian
kardiovaskular. Untuk individu berusia diatas 40 th, tiap peningkatan TD sebesar
20/10 mmHg meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular dua kali lipat.
Strategi Pengobatan:

1. Terapi tanpa obat (Non-farmakoterapi)


Semua pasien, sebaiknya dipertimbangkan untuk terapi tanpa obat dengan
merubah gaya hidup, yaitu:
Mengurangi stress
Perubahan pola makan dengan mengurangi asupan daging merah dan lemak jenuh
serta menambah lebih banyak serat dan buah-buahan serta sayuran segar.
Mengurangi asupan garam
Berolah raga secara teratur.
Mengendalikan bobot badan,
Mengurangi minum alkohol dan tidak merokok.

Kandungan garam (Sodium/Natrium)


Seseorang yang mengidap penyakit darah tinggi sebaiknya mengontrol diri
dalam mengkonsumsi asin-asinan garam, ada beberapa tips yang bisa dilakukan
untuk pengontrolan diet sodium/natrium ini :
1. Jangan meletakkan garam diatas meja makan.
2. Pilih jumlah kandungan sodium rendah saat membeli makan.
3. Batasi konsumsi daging dan keju.
4. Hindari cemilan yang asin-asin.
5. Kurangi pemakaian saos yang umumnya memiliki kandungan sodium.

Diet ini mengandung cukup zat-zat gizi,sesuai dengan keadaan penyakit dapat
diberikan berbagai tingkat diet garam rendah.

- Diet garam rendah I(200-400 Mg Na)


Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema,asites atau hipertensi
berat.pada pengolahan makanannya tidak timbahkan garam dapur. Dihindari bahan
makan yang tinggi kadar natriumnya.
- Diet garam rendah II( 600-800 mg Na)
Diet ini diberikan pada pasien dengan edema,asites, dan hipertensi tidak
terlalu berat.pemberian makanan sehari sama dengan diet garam rendah I.pada
pengolahan makanannya boleh menggunakan ½ sendok garam dapur(2g).dihindari
bahan makan tinggi kadar natrium.

- Diet garam rendah III(100-1200 mg Na)


Diet ini diberikan pada pasien dengan edema dan hipertensi ringan. Pemberian
makanan sehari sama dengan diet garam rendah I.pada pengolahan makanannya
boleh menggunakan 1 sendok garam dapur (4 g).

Mengatur menu makan


Mengatur menu makan sangat penting bagi penderita hipertensi.makanan yang
harus dihindari atau dibatasi adalah:
1. Makanan yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi:otak,paru,minyak kelapa,gajih.
2. Makanan yang diolah menggunakan garam
3. natrium:biscuit,crakers,keripik,dan makanan kering yang asin.
4. Makanan dan minuman dalam kaleng:sarden,sosis,kornet, sayur serta buah dalam
kaleng.
5. Makanan yang diawetkan:dendeng, asinan sayur atau buah, abon, ikan asin telur asin.
6. Sumber protein hewani yang tinggi koles terol:mentega,margarin, keju, mayonnaise.
7. Alcohol dan makanan yang mengandung alcohol seperti durian dan tyape.

Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan memberikan rasa
tawar dengan pemberian gula merah/putih, bawang merah/putih, jahe kencur dan
bumbu lain yang tidak asin.
Pada ibu hamil makanan cukup akan protein, kalori, kalsium dan natrium
yang dihubungkan, dengan rendahnya kejadian hipertensi karena kehamilan. Namun
pada ibu hamil yang hipertensi apalagi yang disertai dengan bengkak dan protein urin
selain dengan obat-obatan dianjurkan untuk mengurangi konsumsi garam dapur serta
meningkatkan makanan sumber Mg(sayur dan buah-buahan).

Kandungan Potasium/Kalium
Suplements potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan
tekanandarah, Potasium umumnya bayak didapati pada beberapa buah-buahan
dansayuran. Buah dan sayuran yang mengandung potasium dan baik untuk
dikonsumsi penderita tekanan darah tinggi antara lain semangka, alpukat,
melon, buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya,
seledri, bawang dan bawang putih. Selain itu, makanan yang mengandung unsur
omega-3 sangat dikenal efektif dalam membantu penurunan tekanan darah
(hipertensi).

2. Terapi dengan obat (farmakoterapi)

1. Diuretik
2. Penghambat Adrenergik
- Bloker β -adrenoseptor
- Bloker α-adrenoseptor
- Agonis α 2 sentral
- Penghambat saraf adrenergic
3. Vasodilator
4. Penghambat Angiotensin- Converting Enzyme (ACE-Inhibitor) dan Antagonis
Reseptor Angiotensin II
5. Antagonis Kalsium

1. Diuretik
Diuretik tiazid merupakan terapi dasar antihipertensi pada sebagian besar
penelitian. Pada penelitian-penelitian tersebut, termasuk Antihypertensive And Lipid
Lowering Treatment To Prevent Heart Attack Trial, diuretik lebih baik dalam
mencegah komplikasi kardiovaskular akibat penyakit hipertensi. Diuretik menambah
keampuhan obat-obat hipertensi, berguna untuk mengontrol tekanan darah dan lebih
terjangkau dari pada obat-obat antihipertensi lain. Diuretik seharusnya dipakai
sebagai pengobatan awal terapi hipertensi untuk semua pasien, baik secara sendiri
maupun kombinasi dengan 1 dari golongan obat antihipertensi lain (ACE inhibitor,
ARBs, β-Blocker, CCB), karena memberikan manfaat pada beberapa penelitian.
Namun jika obat ini tidak ditoleransi secara baik atau merupakan kontraindikasi,
sedangkan obat dari golongan lain tidak, maka pemberian obat dari golongan lain
tersebut harus dilakukan (Curb JD et al 1999).
Selain itu, tiazid berguna untuk memperlambat demineralisasi pada
osteoporosis.Diuretik tiazid harus diperhatikan pada pasien yang mempunyai riwayat
gout atau hiponatremia signifikan. ACE inhibitor dan ARBs tidak diberikan pada
wanita yang diduga hamil dan merupakan kontraindikasi bagi wanita yang hamil;
ACE inhibitor tidak diberikan pada individu yang mempunyai riwayat angioedema.
Antagonis aldosteron dan kalium sparing diuretik dapat menyebabkan hiperkalemia
dan biasanya dihindari pada pasien dengan kadar kalium lebih dari 5.0 mEq/L
(Dahlof B et al 2001).
Gol Tiazid: Hidroklorotiazid (HCT), Indapamid,
Diuretik kuat: Furosemid,torasemid, bumetamid, asam etakrinat
Diuretik Hemat Kalium: Amilorid, triamteren dan spironolakton

Mekanisme: Bekerja meningkatkan eksresi natrium, air dan klorida sehingga


menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi
penurunan curah jantung dan tekanan darah.Selain mekanisme tsb,
beberapa diuretik juga: Menurunkan resistensi perifer sehingga
menambah efek hipotensinya. Efek ini diduga akibat penurunan natrium di
ruang interstisial dan di dalam sel otot polos pembuluh darah yg
selanjutnya menghambat influks kalsium.

Penggunaan: Diuretik Tiazid merupakan obat utama dalam terapi hipertensi. Paling
efektif dalam menurunkan risiko kardiovaskular.
Diuretik dianjurkan untuk kasus hipertensi ringan dan sedang.Sebagai
monoterapeutika pada penderita hipertensi usia tua.

Efek samping:Tiazid dalam dosis tinggi dapat menyebabkan:


hipokalemia
hiponatremia dan hipomagnesemia serta hiperkalsemia.
Dapat menghambat ekskresi asam urat dari ginjal dan mencetuskan serangan gout
akut.
Dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL dan trigliserida.
Pada penderita DM, dapat menyebabkan hiperglikemia krn mengurangi sekresi
insulin.
Pada pasien pria, gangguan fungsi seksual.
Interaksi:
Mempermudah terjadinya aritmia oleh Digitalis.
Pemberian kortikosteroid, agonis β-2 dan amfoterisin β memperkuat efek
hipokalemia diuretik.
Penggunaan bersamaan dengan kuinidin dapat menyebabkan aritmia ventrikel
polimorfik.
Meningkatkan risiko toksisitas litium.
AINS mengurangi efek antihipertensi diuretik.

Dosis:
Hidroklorotiazid (HCT) 1 x 12,5-25 mg sehari
Furosemid: 2-3 x 20 – 80 mg sehari
Spironolakton : 1 x 25 -100 mg sehari
2. Penghambat Adrenergik
Yang digunakan sebagai Antihipertensi adalah:
Bloker β-adrenoseptor
(Atenolol, Metoprolol,Labetalol, karvedilol,propanolol)
Bloker α-adrenoseptor
(Prazosin, Terazosin, Bunazosin,Doksazosin)
Adrenolitik Sentral (Metildopa,Klonidin,Guanfasin,Guanabenz,Moksinidin,
Rilmedin)
Penghambat Saraf Adrenergik (Reserpin, Guanetidin, Guanadrel)

β-blocker berguna pada penatalaksanaan takiaritmia arteri/fibrilasi, migraine,


tirotoksikosis (jangka pendek), tremor esensial, atau hipertensi perioperatif. β-blocker
biasanya dihindari pada pasien yang memiliki riwayat asma, penyakit saluran
pernafasan reaktif atau blok jantung derajat dua atau tiga (Curb JD et al 1999).
β-blocker mengantagonis katekolamin pada reseptor β1 dan β2 yang dapat
mengakibatkan penurunan curah jantung hingga timbul kemungkinan bradikardi
sekaligus menurunkan tahanan vascular perifer sehingga bermanfaat untuk terapi
antihipertensi dan infark miokard akut. Obat-obat golongan β-blocker juga
menghasilkan suatu penurunan tekanan darah yang cukup tanpa timbul hipotensi
postural yang nyata.
Efek samping penggunaan beta blocker adalah terjadi manifestasi kegugupan,
takikardi, peningkatan intensitas angina, atau peningkatan tekanan darah sehingga
penghentian penggunaan beta blocker sebaiknya dilakukan secara bertahap. β-blocker
juga meningkatkan trigliserida plasma dan menurunkan HDL sehingga dapat
menimbulkan aterogenesis.

Bloker β –adrenoseptor
(Atenolol, Metoprolol,Labetalol, karvedilol,propanolol)
Mekanisme:
1. penurunan frekuensi denyut jantung.
2. Memperkecil pembebasan renin dalam ginjal dengan akibat menurunkan produksi
angiotensin II.
3. Blokade reseptor β prasinaptik dan dg demikian terjadi pengurangan nor adrenalin.
4. Bekerja sentral mengurangi impuls simpatikus.
Penggunaan:
Digunakan sebagai obat tahap pertama pada hipertensi ringan
sampai sedang terutama pada pasien dengan penyakit
jantung koroner. Gol ini lebih efektif pada pasien usia muda dan
kurang efektif pada pasien usia lanjut.
Efek samping:
Menyebabkan bradikardia,
gagal jantung.
Bronkospasme pada pasien dg riwayat asma bronkial atau penyakit paru.
Efek sentral: depresi,mimpi buruk, halusinasi.
Gangguan fungsi seksual
Dosis:
- Atenolol : 1 x 25-100 mg sehari
- Bisoprolol: 1 x 2,5 -10 mg sehari
- Propanolol: 2-3 x 40-160 mg sehari

Bloker α-adrenoseptor (Prazosin,Terazosin, Bunazosin,Doksazosin)


Mekanisme:
Hambatan reseptor α1 menyebabkan vasodilastasi di arteriol dan venula sehingga
menurunkan resistensi perifer.
Venodilatasi menyebabkan aliran balik vena berkurang dan selanjutnya menurunkan
curah jantung
Penggunaan: Sangat baik untuk pasien hipertensi dengan dislipidemia dan /atau
Diabetes Mellitus (Krn efek positifnya terhadap lipid darah
(menurunkan
LDL dan trigliserida dan meningkatkan HDL)
Efek samping:
Hipotensi
Sakit kepala
Palpitasi
Hidung tersumbat
Mual dll
Dosis:
Prazosin: 1-2 x 0,5-4 mg sehari
Terazosin: 1 x 1-4 mg sehari
Bunazosin: 3 x 1,5-3 mg sehari
Doksazosin: 1 x 1-4 mg sehari
Agonis α 2 sentral
(Metildopa,klonidin, guanfasin, guanabenz, moksinidin, rilmedin)
Metildopa
Mekanisme:
Efek antihipertensinya diduga lebih disebabkan karena stimulasi
reseptor α-2 di sentral sehingga mengurangi sinyal simpatis ke perifer.
Metildopa menurunkan resistensi vaskular tanpa banyak mempengaruhi
frekuensi dan curah jantung.
Pnggunaaen:
Obat ini efektif bila dikombinasikan dengan diuretik..Merupakan
pilihan
utama untuk pengobatan hipertensi pada kehamilan karena terbukti
aman
untuk janin.

Efek samping:
- Sedasi
- Hipotensi postural
- Pusing
- Mulut kering
- Sakit kepala
- Depresi
- Gangguan tidur
- Impotensi
- Kecemasan
- Penglihatan kabur
Interaksi:
- Pemberian metildopa bersama preparat besi dapat mengurangi absorpsi metildopa
sampai 70%, sekaligus mengurangi eliminasi dan menyebabkan akumulasi metabolit
sulfat.
- Efek hipotensif metildopa ditingkastkan oleh diuretik dan dikursngi oleh antidepresan
trisiklik dan amin simpatomimetik.
Dosis:
- Dosis efektif minimal : 2 x 125 mg per harI.
- Dosis maksimal : 3 g perhari
- Untuk hipertensi pasca bedah:infus intermiten 250- 1000 mg tiap 6 jam.

Penghambat saraf adrenergik


(Reserpin, Guanetidin, guanadrel)
Mekanisme:
Pemberian reserpin mengakibatkan penurunan curah jantung dan
resistensi perifer. Frekuensi denyut jantung dan sekresi renin berkurang.
Penggunaan:
Pemakaian reserpin dibatasi oleh sering timbulnya efek samping sentral,
namun dalam dosis rendah dan dalam kombinasi dengan diuretic
merupakan obat yang efektif dengan efek samping yang relatif jarang.

Efek samping:
- Mimpi buruk
- depresi mental
- bradikardi
- hipotensi ortostatik
- Kongesti nasal
- Hiperasiditas lambung
- Muntah
- Diare ( pada pemberian Guanetidin)
- penurunan libido, impotensi dan gangguan ejakulasi
Dosis:
- Reserpin,: 1 x 0,25 mh sehari
- Guanetidin: 1 x 10-50 mg sehari

3. Vasodilator(Hidralazin, minoksidil dan diazoksid)


Vasodilator yang bekerja langsung adalah obat yang bekerja dengan
merelaksasi otot otot polos dari pembuluh darah, terutama arteri, sehingga
menyebabkan vasodilatasi.
Dengan terjadinya vasodilatasi tekanan darah akan turun dan natrium serta air
tertahan, sehingga terjadi edema perifer. Diuretik dapat diberikan bersama-sama
dengan vasodilator yang bekerja langsung untuk mengurangi edema. Refleks
takikardia disebabkan oleh vasodilatasi dan menurunnya tekanan darah.
Penghambat beta seringkali diberikan bersama-sama dengan vasodilator
arteriola untuk menurunkan denyut jantung;

Hidralazin

Mekanisme kerja: Terutama dengan bekerja pada arteri kecil dan arteriol, tahanan
perifer akan berkurang sehingga tekanan darah turun.

Penggunaan:Senyawa ini dapat dikombinasi dengan antihipertensi lain.


Dosis tunggal yang biasanya 25 mg dapat diturunkan menjadi 10 mg.
Efek samping:
- Peningkatan frekuensi jantung
- Sakit kepala
- Pusing
- Rasa lemah
- Mual
- Gangguan saluran cerna dan diare
- Udem lokalisasi
- Reaksi alergi
- Pada penggunaan dosis tinggi dalam jangka panjang: reumatoid artritis
Obat ini di Kontraindikasikan pada hipertensi dengan PJK dan
tidak dianjurkan pada pasien usia diatas 40 thn.
Dosis:
- Oral: 25-100 mg dua kali sehari. Dosis maksimal 200 mg/hari
- IM atau IV : 20-40 mg

Minoksidil

Mekanisme: Kerja penurun tekanan darah lebih kuat dan lebih lama daripada
dihidralazin dan hidralazin.
Penggunaan: Karena ES nya maka obat ini hanya digunakan pada pasien hipertensi
yang tak dapat diobati dengan antihipertensi lain. Efektif untuk hipertensi
akselerasi atau maligna dan pada pasien dg penyakit ginjal karena obat ini
meningkatkan aliran darah ginjal. Harus diberikan bersama diuretika dan penghambat
adrenergik untuk mencegah retensi cairan dan mengontrol refleks simpatis.
Efek samping:
- Retensi cairan dan garam
- Efek samping kardiovaskular karena refleks simpatis dan hipertrikosis
- Gangguan toleransi glukosa dg tendensi hiperglikemia: sakit kepala, mual, erupsi
obat, rasa lelah dan nyeri tekan di dada.

Dosis: Dimulai dengan 1,25 mg, 1 atau 2 kali sehari dan dapat ditingkatkan sampai
40
mg/hari
Diazoksid
Mekanisme kerja, farmakodinamik dan ES mirip dg minoksidil
Penggunaan: Hanya diberikan secara intravena untuk mengatasi hipertensi
darurat, hipertensi maligna, hipertensi ensefalopati, hipertensi
berat pada glomerulonefritis akut dan kronik dan pada preeklampsia.
Efek samping:
- Retensi cairan
- Hiperglikemia (terjadi pada kira-kira 50% pasien)
- Relaksasi uterus
Kontraindikasi:Tidak boleh diberikan pada pasien PJK karena dapat
mencetuskan iskemia miokard dan serebral.Juga tidak boleh untuk pasien Edema
paru.
Dosis: Bolus IV: 50-100 mg dengan interval 5-10 menit.
Infus IV : 15-30 mg/menit.
Natrium Nitroprusid
Mekanisme: Merupakan senyawa kompleks anorganik yang dapat menyebabkan
dilatasi arteriol prakapiler dan venula pascakapiler. Obat ini
menurunkaN
kerja jantung sehingga berefek baik pada gagal jantung.
Penggunaan: merupakan obat yang kerjanya paling cepat dan efektif untuk mengatasi
hipertensi darurat, apapun penyebabnya. Merupakan pilihan utama untuK
kebanyakan krisis hipertensi yang memerlukan terapi parenteral.
Efek samping:
- Hipotensi
- Efek toksik pada dosis tinggi
- Asidosis
- Hipertensi rebound jika infus nitroprusid dihentikan secara mendadak.
Dosis: Dosis pemberian:0,5-10 ug/kg/menit
Dosis rata-rata: 3 ug/kg/menit

4. Penghambat Angiotensin- Converting Enzyme (ACE-Inhibitor) dan Antagonis


Reseptor Angiotensin II
Kaptopril dan Enalapril

Mekanisme: Kerjanya terutrama dengan menghambat enzim pengkonversi


angiotensin, yang mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Dg
demikian, angiotensin II, salah satu senyawa yang menaikkan tekanan darah dengan
hebat, akan ditekan pembentukannya sehingga tahanan perifer akan turun.
Penggunaan: Efektif untuk hipertensi ringan, sedang,maupun berat. ACE inhibitor
terpilih untuk hipertensi dengan gagal jantung kongestif. Juga sangat berefek positif
terhadap lipid darah dan mengurangi resistensi insulin sehingga baik untuk hipertensi
pada diabetes, dislipidemia dan obesitas.
Efek samping:
- Hipotensi
- Batuk kering
- Hiperkalemia
- Rash
- Edema angioneurotik
- Gagal ginjal akut
- Proteinuria
- Efek teratogenik, terutama terjadi pada pemberian selama trimester 2 dan 3
kehamilan. Dapat menimbulkan gagal ginjal fetus atau kematian fetus.
Dosis:
Kaptopril 2-3 x 25-100 mg sehari

Penghambat Reseptor angiotensin II (ARB)


o Losartan

Mekanisme: Pemberian obat ini akan menghambat semua efek Angiotensin II seperti
:
Vasokontriksi,sekresi aldosteron, Rangsangan saraf simpatis, stimulasi jantung, efek
renal.
Penggunaan: Sangat efektif pada pasien hipertensi dengan kadar renin yang tinggi
seperti hipertensi renovaskular dan hipertensi genetik.

Efek samping:
- Hipotensi
- Hiperkalsemia
- Fetotoksik
Kontraindikasi:
- Kontra indikasi pada kehamilan kehamilan trimester 2 dan 3, harus dihentikan bila
pemakainya ternyata Hamil.
- Wanita menyusui
- Stenosis arteri renalis.
Dosis: Losartan : 1-2 X 25-100 MG perhari

5. Antagonis Kalsium (Nipedipin, verapamil, Diltiazem)


Mekanisme: Antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot polos
pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, menimbulkan relaksasi arteriol,
sedangkan vena kurang dipengaruhi.
Penggunaan: Antagonis kalsium telah menjadi salah satu golongan AH tahap
pertama.
Terbukti efektif pada hipertensi dg kadar renin yang rendah seperti
pada
usia lajut. Tidak dianjurkan untuk hipertensi dengan Penyakit Jantung Koroner.
Efek samping:
- Hipotensi
- Iskemia miokard atau serebral
- Sakit kepala
- Muka merah
- Edema perifer
- Bradiaritmia
- Konstipasi dan retensi urin
Dosis: Nipedipin: 1 x 30-60 mg per hari
Amlodipin: 1 x 2,5-20 mg per hari
.Macam-macam Obat Antihipertensi Oral dan Cara Pemberiannya, (JNC, 1997)
Obat-Obat Antihipertensi Oral
Golongan Obat Dosis Lazim Frekuensi per hari
Diuretik Tiazid Klorotiazide 125-500 1
Klortalidon 12.5-25 1
Hidroklorotiazide 12.5-50 1
Politiazide 2-4 1
Indapamide 12.5-2.5 1
Metolazone 0.5-1 1
Loop diuretic Bumetanide 0.5-2 2
Furosemide 20-80 2
Torsemide 0.5-10 1
Kalium sparing Amiloride 5-10 1-2
diuretic Triamterene 50-100 1-2
Aldosterone-receptor Eplerenon 50-100 1-2
blocker Spironolactone 25-50 1-2
β-Blocker Atenolol 25-100 1
Betaxolol 5-20 1
Bisoprolol 2.5-10 1
Metoprolol 50-100 1-2
Nadolol 40-120 1
Propanolol 40-160 2
Timolol 20-40 2
β-Blocker dengan Acebutolol 200-800 2
aktivitas simpato- Penbutolol 10-40 1
mimetik intrinsik Pindolol 10-40 2
Kombinasi α dan β Carvedilol 12.5-50 2
blocker Labetalol 200-800 2
ACE inhibitor Benazepril 10-40 1-2
Captopril 25-100 2
Enalapril 2.5-40 1-2
Fosinopril 10-40 1
Lisinopril 10-40 1
Antagonis Losartan 25-100 1-2
Angiotensin II Candesartan 8-32 1
Eprosartan 400-800 1-2
Irbesartan 150-300 1
Olmesartan 20-40 1
Calcium channel Diltiazem extended 180-420 1
blocker α non release
dihidropiridin Verapamil immediate 80-320 2
release
Verapamil long acting 120-360 1-2
Calcium channel Amlodipine 2.5-10 1
blocker α Felodipine 2.5-20 1
dihidropiridin Isradipine 2.5-10 2
Nicardipine sustained 60-120 2
release
Nifedipine long-acting 30-60 1
α1 Blocker Doxazosin 1-16 1
Prazosin 2-20 2-3
Terazosin 1-20 1-2
α2 agonis sentral dan Clonidine 0.1-0.8 2
obat lain yang Metildopa 250-1000 1
bekerja sentral Reserpin 0.05-0.25 1
Guanfacine 0.5-2 1
Vasodilator langsung Hidralazine 25-100 2
Minoxidil 2.5-80 1-2

M. Berbagai macam obat Anti hipertensi digunakan pada kehamilan


Obat anti hipertensi yang aman bagi ibu hamil meliputi:
- Metildopa
- Antagonis kalsium (nipedipin)
- Hidralazin
- Labetolol
α-Metildopa :
Metildopa merupakan obat pilihan utama untuk hipertensi kronik parah pada
kehamilan (tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg) yang dapat menstabilkan aliran
darah utero plasenta dan hemodinamik janin. Obat ini termasuk golongan α-agonis
sentral yang mempunyai mekanisme kerja dengan menstimulasi reseptor α-adrenergik
di otak. Stimulasi ini akan mengurangi aliran simpatik dari pusat vasomotor di otak.
Pengurangan aktivitas simpatik dengan perubahan parasimpatik akan menurunkan
denyut jantung, cardiac output, resistensi perifer, aktivitas renin plasma, dan refleks
baroreseptor. Metildopa aman bagi ibu dan anak, dimana telah digunakan dalam
jangka waktu yang lama dan belum ada laporan efek samping pada pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Labetalol
Labetalol merupakan antihipertensi non kardioselektif yang memiliki kerja
penghambat beta lebih dominan dibandingkan antagonis alfa. Melalui penggunaan
labetalol, tekanan darah dapat diturunkan dengan pengurangan tahanan sistemik
vaskular tanpa perubahan curah jantung maupun frekuensi jantung yang nyata
sehingga hipotensi yang terjadi kurang disertai efek takikardia. Selain itu, labetalol
juga dapat melakukan blokade terhadap efek takikardia neonates yang disebabkan
oleh terapi β-bloker pada ibu . Sehingga labetalol dapat dikatakan sebagai obat
alternative yang lebih aman dan efektif diberikan pada kehamilan.

N. Obat yang Aman dan Bahaya untuk Kehamilan

keamanan obat bagi ibu hamil tersusun dalam 5 kategori (kategori A, B, C, D


dan X)
Obat Kategori A:
golongan obat yang pada studi (terkontrol) pada kehamilan tidak menunjukkan
resiko bagi janin pada trimester 1 dan trimester berikutnya. Obat dalam kategori ini
amat kecil kemungkinannya bagi keselamatan janin.
Obat Kategori B:
adalah golongan obat yang pada studi terhadap sistem reproduksi binatang percobaan
tidak menunjukkan resiko bagi janin. Belum ada studi terkontrol pada wanita hamil
yang menunjukkan adanya efek samping, kecuali adanya penurunan fertilitas pada
kehamilan trimester pertama, sedangkan pada trimester berikutnya tidak didapatkan
bukti adanya resiko.
Obat Kategori C:
adalah golongan obat yang pada studi terhadap sistem reproduksi binatang percobaan
menunjukkan adanya efek samping bagi janin. Sedangkan pada wanita hamil belum
ada study terkontrol. Obat golongan ini hanya dapat dipergunakan jika manfaatnya
lebih besar ketimbang resiko yang mungkin terjadi pada janin.
Obat Kategoti D:
adalah golongan obat yang menunjukkan adanya resiko bagi janin. Pada keadaan
khusus obat ini digunakan jika manfaatnya kemungkinan lebih besar dibanding
resikonya. Penggunaan obat golongan ini terutama untuk mengatasi keadaan yang
mengancam jiwa atau jika tidak ada obat lain yang lebih aman.
Obat Kategori X:
adalah golongan obat yang pada studi terhadap binatang percobaan maupun pada
manusia menunjukkan bukti adanya resiko bagi janin. Obat golongan ini tidak boleh
dipergunakan (kontra indikasi) untuk wanita hamil, atau kemungkinan dalam keadaan
hamil.
CONTOH OBAT KATEGORI A
Nama generik:
Ascorbic acid (vitamin C) *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
Doxylamine, Ergocalciferol *masuk kategori D jika dosisnya melebihi US RDA*,
Folic acid *masuk kategori C jika dosisnya melebihi 0,8 mg per hari*,
Hydroxocobalamine *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
Liothyronine, Nystatin vaginal sup *masuk kategori C jika digunakan per oral dan
topikal*,
Pantothenic acid *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
Potassium chloride, Potassium citrate, Potassium gluconate, Pyridoxine (vitamin
B6), Riboflavin *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
Thiamine (vitamin B1) *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*,
Thyroglobulin, Thyroid hormones, Vitamin D *masuk kategori D jika dosisnya
melebihi US RDA*,
Vitamin E *masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA*.

CONTOH OBAT KATEGORI B


Nama generik:
Acetylcysteine, Acyclovir, Amiloride *masuk kategori D jika digunakan untuk
hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan*
Ammonium chloride, Ammonium lactate *topical*,
Amoxicillin, Amphotericin B, Ampicillin, Atazanavir, Azatadine, Azelaic acid,
Benzylpenicillin, Bisacodyl, Budesonide *inhalasi, nasal*,
Buspiron, Caffeine, Carbenicillin, Camitine, Cefaclor, Cefadroxil, Cefalexin,
Cefalotin, Cefamandole, Cefapirin, Cefatrizine, Cefazolin, Cefdinir, Cefditoren,
Cefepime, Cefixime, Cefmetazole, Cefonicid, Cefoperazone, Ceforanide,
Cefotaxime, Cefotetan disodium, Cefoxitin, Cefpodoxime, Cefprozil, Cefradine,
Ceftazidime, Ceftibuten, Ceftizoxime, Ceftriaxone, Cefuroxime, Cetirizine,
Chlorhexidine *mulut dan tenggorokan*,
Chlorpenamine, Chlortalidone *masuk kategori D jika digunakan untuk hipertensi
yang diinduksi oleh kehamilan*,
Ciclacillin, Ciclipirox, Cimetidine, Clemastine, Clindamycin, Clotrimazole,
Cloxacillin, Clozapine, Colestyramine, dan masih banyak lagi.

CONTOH OBAT KATEGORI C


Nama generik:
Acetazolamide, Acetylcholine chloride, Adenosine, Albendazole, Albumin,
Alclometasone, Allopurinol, Aluminium hydrochloride, Aminophylline,
Amitriptyline, Amlodipine, Antazoline, Astemizole, Atropin, Bacitracin,
Beclometasone, Belladonna, Benzatropine mesilate, Benzocaine, Buclizine,
Butoconazole, Calcitonin, Calcium acetate, Calcium ascorbate, Calcium carbonate,
Calcium chloride, Calcium citrate, Calcium folinate, Calcium glucoheptonade,
Calcium gluconate, Calcium lactate, Calcium phosphate, Calcium polystyrene
sulfonate, Capreomycin, Captopril, Carbachol, Carbidopa, Carbinoxamine, Chloral
hydrate, Chloramphenicol, Chloroquine, Chlorothiazide, Chlorpromazine, Choline
theophyllinate, Cidofovir, Cilastatin, Cinnarizine, Cyprofloxacin, Cisapride,
Clarithromycin, Clinidium bromide, Clonidine, Co-trimoxazole, Codeine,
Cyanocobalamin, Deserpidine, Desonide, Desoximetasone, Dexamethasone,
Dextromethorphan, Digitoxin, Digoxin, Diltiazem, Dopamine, Ephedrine,
Epinephrine, Fluconazole, Fluocinolone, Fosinopril, Furosemide, Gemfibrozil,
Gentamicin, Glibenclamide, Glimepiride, Glipizide, Griseofulvin, Hydralazine,
Hydrocortisone, Hyoscine, Hyoscyamine, Isoniazid, Isoprenaline, Isosorbid dinitrate,
Ketoconazole, Ketotifen fumarate, Magaldrate, Mefenamic acid, Methyl
prednisolone, dan masih banyak lagi.

CONTOH OBAT KATEGORI D


Nama generik:
Amikacin, Amobarbital, Atenolol, Carbamazepine, Carbimazole, Chlordizepoxide,
Cilazapril, Clonazepam, Diazepam, Doxycycline, Imipramine, Kanamycin,
Lorazepam, Lynestrenol, Meprobamate, Methimazole, Minocycline, Oxazepam,
Oxytetracycline, Tamoxifen, Tetracycline, Uracil, Voriconazole dan masih banyak
lagi.
CONTOH OBAT KATEGORI X
Nama generik:
Acitretin, Alprotadil *parenteral*, Atorvastatin, Bicalutamide, Bosentan,
Cerivastatin disodium, Cetrorelix, Chenodeoxycholic acid, Chlorotrianisene,
Chorionic gonadotrophin, Clomifen, Coumarin, Danazol, Desogestrel, Dienestrol,
Diethylstilbestrol, Dihydro ergotamin, Dutasteride, Ergometrin, Ergotamin,
Estazolam, Etradiol, Estramustine, Estriol succinate, Estrone, Estropipate, Ethinyl
estradiol, Etretinate, Finasteride, Fluorescein *parenteral*, Flurouracil,
Fluoxymesterone, Flurazepam, Fluvastatin, Floritropin, Ganirelix, Gestodene,
Goserelin, Human menopausal gonadotrophin, Iodinated glycerol, Isotretinoin,
Leflunomide, Leuprorelin, Levonorgestrel, Lovastatin, Medrogestrone,
Medroxyprogesterone, Menotrophin, Mestranol, Methotrexate, Methyl testosterone,
Mifeprestone, Miglustat, Misoprostol, Nafarelin, nandrolone, Nicotine *po*,
Norethisterone, Noretynodrel, Norgestrel, Oxandrolone,Oxymetholone, Oxytocin,
Pravastatin, Quinine, Raloxifene, Ribavirin, Rosuvastatin, Simvastatin, Stanozolol,
Tazarotene, Temazepam, tetosterone, Thalidomide, Triazolam, Triproretin,
Urofolitropin, Warfarin.
O. Pencegahan Hipertensi
Pencegahan Primer :
Tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari
Kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak perbanyak aktifitas fisik untuk
mengurangi berat badan. Berdasarkan penelitian oleh Clinical and Public Health
Advisory from the National High Blood Pressure Education Program Amerika
Serikat bahwa penurunan berat badan sebesar 4,4 kg dapat menurunkan tekanan
darah sampai dengan 7.0 mmHg dan aerobik selama 30 menit setiap hari bisa
menurunkan tekanan darah sampai 4.05 mmHg.
Kurangi konsumsi alcohol
Konsumsi Minyak ikan. Telah diketahui bahwa peningkatan konsumsi minyak ikan
yang mengandung Asam Lemak (omega-3) dapat menurunkan tekanan darah secara
signifikan terutama bagi mereka yang menderita diabetes.
Suplai kalsium, meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darah tapi kalsium juga
cukup membantu.

Pencegahan Skunder
.Pola makanam yamg sehat
.Mengurangi garam dan natrium di diet anda
.Fisik Aktif
Mengurangi Akohol Intake
BerhentiMerokok

Pencegahan Tersier
Pengontrolan darah secara rutin
Olahraga dengan teratur dan di sesuaikan dengan kondisi tubuh

2.5 Akibat-akibat hipertensi


Komplikasi/bahaya yang dapat ditimbulkan pada penyakit hipertensi :
1. Pada mata : penyempitan pembuluh darah pada mata karena penumpukan
kolesterol dapat mengakibatkan retinopati, dan efek yang ditimbulkan pandangan
mata kabur.
2. Pada jantung : jika terjadi vasokonstriksi vaskuler pada jantung yang lama dapat
menyebabkan sakit lemah pada jantung, sehingga timbul rasa sakit dan bahkan
menyebabkan kematian yang mendadak.
3. Pada ginjal : suplai darah vaskuler pada ginjal turun menyebabkan terjadi
penumpukan produk sampah yang berlebihan dan bisa menyebabkan sakit pada
ginjal.
4. Pada otak : jika aliran darah pada otak berkurang dan suplai O2 berkurang bisa
menyebabkan pusing. Jika penyempitan pembuluh darah sudah parah mengakibatkan
pecahnya pembuluh darah pada otak (stroke).
2.6 Pencegahan hipertensi

Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi (kecuali yang esensial), dapat


dikurangi dengan cara :
a. Memeriksa tekanan darah secara teratur.
b. Menjaga berat badan ideal.
c. Mengurangi konsumsi garam.
d. Jangan merokok.
e. Berolahraga secara teratur.
f. Hidup secara teratur.
g. Mengurangi stress.
h. Jangan terburu-buru.
i. Menghindari makanan berlemak.
Pencegahan Primer :
 Tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari.
 Kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak aktifitas fisik untuk
mengurangi berat badan.
 Kurangi konsumsi alkohol.
 Konsumsi minyak ikan.
 Suplai kalsium, meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darah tapi
kalsium juga cukup membantu.
Pencegahan Sekunder
 Pola makanam yamg sehat.
 Mengurangi garam dan natrium di diet anda.
 Fisik aktif.
 Mengurangi Akohol intake.
 Berhenti merokok.
Pencegahan Tersier
 Pengontrolan darah secara rutin.
 Olahraga dengan teratur dan di sesuaikan dengan kondisi tubuh.

2.7 Pengobatan hipertensi


Pengobatan hipertensi yang paling baik adalah :
a. Selalu mengontrol tekanan darah secara teratur dengan memeriksakan diri ke
dokter.
b. Selalu minum obat teratur meskipun tanpa keluhan.
c. Mengurangi konsumsi garam.
d. Perbanyak konsumsi sayur dan buah.
e. Mematuhi nasihat dokter.
Selain obat-obatan yang diijinkan oleh dokter,ada cara lain yang tradisisonal yaitu
dengan :
1. Dua buah belimbing diparut kemudian diperas airnya sehingga menjadi satu gelas
belimbing dan diminum setiap pagi.
2. Daun salam 4 lembar + 2 gelas air direbus sampai menjadi 1 gelas, minum 2
gelas/hari.
3. Makan 2 buah ketimun / hari atau dibuat jus
Cara membuat jus mentimun :
d. ½ kg buah mentimun dicuci bersih
e. Dikupas kulitnya kemudian diparut
f. Saring airnya menggunakan penyaring/kain bersih
g. Diminum setiap hari ± 1 kg untuk 2 kali minum pagi dan sore hari

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Penyakit Hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang mana


dapat dihadapi baik itu dibeberapa negara yang ada didunia maupun di Indonesia.
Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan memperbaiki
rasa tawar dengan menambah gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe, kencur
dan bumbu lain yang tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium. Makanan
dapat ditumis untuk memperbaiki rasa. Membubuhkan garam saat diatas meja makan
dapat dilakukan untuk menghindari penggunaan garam yang berlebih. Dianjurkan
untuk selalu menggunakan garam beryodium dan penggunaan garam jangan lebih
dari 1 sendok teh per hari.
DAFTAR PUSTAKA

1. Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien


Indonesia. “Penuntun Diet”;Edisi Baru, Jakarta, 2004, PT Gramedia Pustaka Utama
2. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani W. I, Setiowulan W, “Kapita
Selekta Kedokteran” Edisi ke-3 jilid 1, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI,
Jakrta, 1999

A. PENGERTIAN
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat
sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi
secara simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan
proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai
usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam
Budi Darmojo, 1999).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane
sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.(
Susan Martin Tucker.1998 )
Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan
nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. ( Diane C.
Baughman. 2000 )
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi
utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. ( Arif Mansjour.
2001 )
B. ETIOLOGIPenyebab pasti reumatod arthritis tidak diketahui. Biasanya
merupakan kombinasi dari faktor genetic, lingkungan, hormonal dan faktor system
reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri,
mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001).Penyebab utama kelainan ini tidak
diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab artritis
reumatoid, yaitu :1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-
hemolitikus2. Endokrin3. Autoimun4. Metabolik5. Faktor genetik serta faktor pemicu
lainnya.Pada saat ini, artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin
disebabkan oleh karena virus dan organisme mikoplasma atau grup difterioid yang
menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderit
C. MANIFESTASI KLINISPola karakteristik dari persendian yang terkena1. Mulai
pada persendian kecil ditangan, pergelangan , dan kaki.2. Secara progresif menenai
persendian, lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan
temporomandibular3. Awitan biasnya akut, bilateral, dan simetris.4. Persendian dapat
teraba hangat, bengkak, dan nyeri ; kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari
30 menit5. Deformitasi tangan dan kaki adalah hal yang umum.
Gambaran Ekstra-artikular1. Demam, penurunan berat badan, keletihan, anemia2.
Fenomena Raynaud.3. Nodulus rheumatoid, tidak nyeri tekan dan dapat bergerak
bebas, di temukan pada jaringan subkutan di atas tonjolan tulang.
Rheumatoid arthritis ditandai oleh adanya gejala umum peradangan berupa:1.
demam, lemah tubuh dan pembengkakan sendi.2. nyeri dan kekakuan sendi yang
dirasakan paling parah pada pagi hari.3. rentang gerak berkurang, timbul deformitas
sendi dan kontraktur otot.4. Pada sekitar 20% penderita rheumatoid artritits muncul
nodus rheumatoid ekstrasinovium. Nodus ini erdiri dari sel darah putih dan sisia sel
yang terdapat di daerah trauma atau peningkatan tekanan. Nodus biasanya terbentuk
di jaringan subkutis di atas siku dan jari tangan.

(klik aja biar keliatan)

E. KOMPLIKASI
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid
(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid
drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama
pada arthritis reumatoid.
Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik
akibat vaskulitis.

F. KRITERIA DIAGNOSTIK
Diagnosis arthritis reumatoid tidak bersandar pada satu karakteristik saja tetapi berdasar
pada
evaluasi dari sekelompok tanda dan gejala.
Kriteria diagnostik adalah sebagai berikut:
1. Kekakuan pagi hari (sekurangnya 1 jam)
2. Arthritis pada tiga atau lebih sendi
3. Arthritis sendi-sendi jari-jari tangan
4. Arthritis yang simetris
5. Nodula reumatoid dan Faktor reumatoid dalam serum
6. Perubahan-perubahan radiologik (erosi atau dekalsifikasi tulang)
Diagnosis artritis reumatoid dikatakan positif apabila sekurang-kurangnya empat dari
tujuh kriteria ini terpenuhi. Empat kriteria yang disebutkan terdahulu harus sudah
berlangsung sekurang-kurangnya 6 minggu.

G. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi
inflamasi,
menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan mobilisasi
penderita
(Lemone & Burke, 2001).
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :
1. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi nyeri
dan
proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid
sistemik untuk
memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk menghambat proses
autoimun.
2. Pengaturan aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk
mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak
yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi.
Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga
kekuatan otot dan pergerakan sendi.
3. Kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan
otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres dingin.
4. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang
disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.
5. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir.
Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty
atau total join replacement untuk mengganti sendi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi.
Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi.
Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi (Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan bahwa, rheumatoid arthritis adalah
penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi
dari membran sinovial dari sendi diartroidial.
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi
pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang
mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang
persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada
membran sinovial dan struktur – struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang.
Arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik dengan gejala ekstra – artikuler.
(Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. 2001).

B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun
faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen – antibodi), faktor
metabolik dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
Agen spesifik penyebab arthritis rheumatoid belum dapat dipastikan, tetapi jelas
ada interaksi faktor genetik dengan faktor lingkungan. (Maini dan Feldmann, 1998 :
Blab et al, 1999).

C. MANIFESTASI KLINIS
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi,
kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi serta kekakuan
otot dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga
manifestasi klinis rheumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan
stadium serta beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan
gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik untuk rheumatoid arthritis
(Smeltzer & Bare, 2002). Gejala sistemik dari rheumatoid arthritis adalah mudah
capek, lemah, lesu, takikardi, berat badan menurun, anemia (Long, 1996).

D. PATOFISIOLOGI
Peradangan AR berlangsung terus-menerus dan menyebar ke struktur-struktur
sendi dan sekitarnya termasuk tulang rawan sendi dan kapsul fibrosa sendi.
Ligamentum dan tendon meradang. Peradangan ditandai oleh penimbunan sel darah
putih, pengaktivan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan parut.
Peradangan kronik akan menyebabkan membran sinovium hipertrofi dan menebal
sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan nekrosis sel dan respons
peradangan berlanjut. Sinovium yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan
granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga
semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara
lambat merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas.

E. KOMPLIKASI
1. Osteoporosis
2. Gangguan jantung
3. Gangguan paru

F. PROGNOSIS
Pada umumnya pasien artritis reumatoid akan mengalami manifestasi penyakit
yang bersifat monosiklik (hanya mengalami satu episode artritis reumatoid dan
selanjutnya akan mengalami remisi sempurna). Tapi sebagian besar penyakit ini telah
terkena artritis reumatoid akan menderita penyakit ini selama sisa hidupnya dan
hanya diselingi oleh beberapa masa remisi yang singkat (jenis polisiklik). Sebagian
kecil lainnya akan menderita artritis reumatoid yang progresif yang disertai dengan
penurunan kapasitas fungsional yang menetap pada setiap eksaserbasi.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwasannya penyakit ini bersifat sistemik.
Maka seluruh organ dapat diserang, baik mata, paru-paru, jantung, ginjal, kulit,
jaringan ikat, dan sebagainya. Bintik-bintik kecil yang berupa benjolan atau noduli
dan tersebar di seluruh organ di badan penderita. Pada paru-paru dapat menimbulkan
lung fibrosis, pada jantung dapat menimbulkan pericarditis, myocarditis dan
seterusnya. Bahkan di kulit, nodulus rheumaticus ini bentuknya lebih besar dan
terdapat pada daerah insertio dan otot-otot atau pada daerah extensor. Bila RA nodule
ini kita sayat secara melintang maka kita akan dapati gambaran: nekrosis sentralis
yang dikelilingi dengan sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun yang berjajar
seperti jeruji roda sepeda (radier) dan membentuk palisade. Di sekitarnya dikelilingi
oleh deposit-deposit fibrin dan di pinggirnya ditumbuhi dengan fibroblast. Benjolan
rematik ini jarang dijumpai pada penderita-penderita RA jenis ringan. Disamping hal-
hal yang disebutkan di atas gambaran anemia pada penderita RA bukan disebabkan
oleh karena kurangnya zat besi pada makanan atau tubuh penderita. Hal ini timbul
akibat pengaruh imunologik, yang menyebabkan zat-zat besi terkumpul pada jaringan
limpa dan sistema retikulo endotelial, sehingga jumlahnya di daerah menjadi kurang.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gratitis dan ulkus peptik
yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (desease modifying antiremathoid
drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama
pada artritis reumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran
jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik.
Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal
dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes faktor reumatoid positif, antinuclear antibody (ANA), posotif bermakna pada
sebagian penderita.
2. LED naik pada penyakit aktif : Umumnya meningkat pesat ( 80 – 100 mm/h)
mungkin kembali normal sewaktu gejala – gejala meningkat; anemia; albumin serum
rendah dan fosfatase alkali meningkat.
3. Rontgen menunjukkan erosi terutama pada sendi – sendi tangan, kaki dan
pergelangan pada stadium dini; kemudian, pada tiap sendi.
4. Kelainan destruktif yang progresif pada sendi dan disorganisasi pada penyakit yang
berat.
5. Kadar asam urat lebih dari 7 mg/dl.

H. PENCEGAHAN
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari – hari,
sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat
pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa
mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara
berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu
seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut.
Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung Omega 3.
Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara persendian agar
tetap lentur.

I. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Memberikan Pendidikan
Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian tentang patofisiologi, penyebab
dan prognosis penyakit termasuk komponen penatalaksanaan regimen obat yang
kompleks. Pendidikan tentang penyakit ini kepada pasien, keluarga dan siapa saja
yang berhubungan dengan pasien.
Pendidikan pencegahan yang diberikan pada klien berupa istirahat yang cukup,
gunakan kaos kaki atau sarung tangan sewaktu tidur malam, kurangi aktivitas yang
berat secara perlahan – lahan.
2. Istirahat
Sangat penting karena Rematoid Artritis biasanya disertai rasa lelah yang hebat.
Oleh karena itu, pasien harus membagi waktu istirahat dan beraktivitas.
3. Latihan Fisik
Dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup
gerakan aktif dan pasif semua sendi yang sakit, minimalnya 2x sehari.
4. Termotrafi
Lakukan kompres panas pada sendi – sendi yang sakit dan bengkak mungkin
dapat mengurangi nyeri.
5. Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan pada sendi.
Adapun syarat – syarat diet atritis reumatoid adalah protein cukup, lemak sedang,
cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan dengan urine yang dikeluarkan setiap
hari. Rata – rata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 – 2 ½ L/hari, karbohidrat
dapat diberikan lebih banyak yaitu 65 – 75% dari kebutuhan energi total.

Anda mungkin juga menyukai