Tugas Hipertensi
Tugas Hipertensi
PEMBAHASAN
A. Pengertian hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana
terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita
yangmempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi
140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
B. Penyebab hipertensi
Ada 2 macam hipertensi, yaitu Primer dan sekunder.
a. Hipertensi Primary
Hipertensi Primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah
tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor
lingkungan.Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan
mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan
pencetus awal untuk terkena penyakit tekanandarah tinggi. Begitu pula
sesorang yang berada dalam lingkungan atau kondisistressor tinggi sangat
mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang
kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi
b. Hipertensi Secondary
Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan
tekanandarah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit
lainnya sepertigagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon
tubuh. Sedangkan pada Ibuhamil, tekanan darah secara umum meningkat
saat kehamilan berusia 20 minggu.Terutama pada wanita yang berat
badannya di atas normal atau gemuk (gendut).Pregnancy-induced
hypertension (PIH), ini adalah sebutan dalam istilah kesehatan(medis) bagi
wanita hamil yang menderita hipertensi.Kondisi Hipertensi pada ibu
hamil bisa sedang ataupun tergolang parah/berbahaya, Seorang ibu hamil
dengan tekanan darahtinggi bisa mengalami Preeclampsia dimasa
kehamilannya itu. Preeclampsia adalah kondisi seorang wanita hamil yang
mengalami hipertensi, sehingga merasakan keluhan seperti pusing, sakit kepala,
gangguan penglihatan, nyeri perut, muka yang membengkak, kurang nafsu makan,
mual bahkan muntah. Apabila terjadi kekejangan sebagai dampak hipertensi
maka disebut Eclamsia.
2. Usia
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia
seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Anda tidak dapat
mengharapkan bahwa tekanan darah Anda saat muda akan sama ketika Anda
bertambah tua. Namun Anda dapat mengendalikan agar jangan melewati batas atas
yang normal.
3. Garam
Faktor ini bisa dikendalikan. Garam dapat meningkatkan tekanan darah
dengan cepat pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita
hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit hitam.
4. Kolesterol
Faktor ini bisa dikendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah
Anda, dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini
dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan
meningkat. Kendalikan kolesterol Anda sedini mungkin.
5. Obesitas/Kegemukan
Faktor ini bisa dikendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas 30
persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah
tinggi.
6. Stres
Faktor ini bisa dikendalikan. Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga
dapat memicu tekanan darah tinggi.
7. Rokok
Faktor ini bisa dikendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan
darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes,
serangan jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan
ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya
yang akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.
8. Kafein
Faktor ini dikendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun
minuman cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.
9. Alkohol
Faktor ini bisa dikendalikan. Konsumsi alkohol secara berlebihan juga
menyebabkan tekanan darah tinggi.
Klasifikasi Hipertensi
a. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa berdasarkan tingginya TD
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengkontrol kontruksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jarak saraf simpatis yang berlanjut kebawah korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis keganglia simpatis ditoraks dan abdomen.rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam benmtuk implus yang bergerak kebawah melalui saraf
simpatis keganglia simpatis.pada titiook ini neuron preganglion,melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut otot pasca ganglion kepembuluh
darah,dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap vasokonstruktor. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin. Meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
itu bisa terjadi.
Pada saat bersaman dimana saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi.kelewnjar adrenal juga terangsang juga
mengakibatkan tambah aktifitas vaso kontriksi.medula adrenal juga mengekresikan
epinefrin yang menyebabkan vaso kontriksi. Semua faktor tersebut cenderung
mencetus keadaan hipertensi.
Pemeriksaan penunjang :
Selain pemeriksaan fisik, data laboratorium ikut membantu diagnosis dan
perencanaan. Urin dapat menunjukkan proteinuria, hematuri dan silinder. Hal ini
terjadi karena tingginya tekanan darah juga menandakan keterlibatan ginjal apalagi
bila ureum dan kreatinin meningkat. Gangguan elektrolit bisa terjadi pada hipertensi
sekunder dan berpotensi menimbulkan aritmia.
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1. Pemeriksaan yang segera seperti :
a. darah : darah rutin, BUN, creatinine, elektrolit, KGD.
b. urine : Urinalisa dan kultur urine.
c. EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri
ataupun gangguan koroner
d. Foto dada : apakah ada oedema paru ( dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana ).
2. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama ) :
a. Sangkaan kelainan renal : IVP, Renal angiography ( kasus tertentu ), biopsi renald (
kasus tertentu ).
b. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi : Spinal tab, CAT Scan.
c. Bila disangsikan Feokhromositoma : urine 24 jam untuk Katekholamine,
metamefrin, venumandelic Acid ( VMA ).
d. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien
E. Pengaturan Tekanan Darah
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi
melalui beberapa cara:Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih
banyak cairan pada setiap detiknya.
Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang
sempit daripada biasanya dan menyebab-kan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi
pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arteriosklerosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
"vasokonstriksi", yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut
karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. Bertambahnya cairan dalam
sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat
kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari
dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga
meningkat.
Sebaliknya, jika: Aktivitas memompa jantung berkurangArteri mengalami
pelebaranBanyak cairan keluar dari sirkulasiMaka tekanan darah akan menurun atau
menjadi lebih kecil.
H. Penyebab Hipertensi
Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison)
dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi)
secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Merokok
jugamerupakan salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah
tinggidikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman yang mengandung alkohol
juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah
tinggi(Wikipedia, 2010).
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
Penyakit Ginjal
Tumor-tumor ginjal
Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
Kelainan Hormonal
Hiperaldosteronisme
Feokromositoma (tumor medulla adrenal)
Hipertiroidisme
Obat-obatan
Pil KB
Kortikosteroid
Simpatomimetik amin (efedrin, fenilpropanolamin, fenilerin, amfetamin)
Siklosporin
Eritropoietin
Kokain
Penyalahgunaan alkohol
Penyebab Lainnya
Kelainan neurologik (mis: tumor otak)
Preeklampsia pada kehamilan
L. Pengobatan Hipertensi
Terdapat hubungan yang nyata antara Tekanan Darah dengan kejadian
kardiovaskular. Untuk individu berusia diatas 40 th, tiap peningkatan TD sebesar
20/10 mmHg meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular dua kali lipat.
Strategi Pengobatan:
Diet ini mengandung cukup zat-zat gizi,sesuai dengan keadaan penyakit dapat
diberikan berbagai tingkat diet garam rendah.
Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan memberikan rasa
tawar dengan pemberian gula merah/putih, bawang merah/putih, jahe kencur dan
bumbu lain yang tidak asin.
Pada ibu hamil makanan cukup akan protein, kalori, kalsium dan natrium
yang dihubungkan, dengan rendahnya kejadian hipertensi karena kehamilan. Namun
pada ibu hamil yang hipertensi apalagi yang disertai dengan bengkak dan protein urin
selain dengan obat-obatan dianjurkan untuk mengurangi konsumsi garam dapur serta
meningkatkan makanan sumber Mg(sayur dan buah-buahan).
Kandungan Potasium/Kalium
Suplements potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan
tekanandarah, Potasium umumnya bayak didapati pada beberapa buah-buahan
dansayuran. Buah dan sayuran yang mengandung potasium dan baik untuk
dikonsumsi penderita tekanan darah tinggi antara lain semangka, alpukat,
melon, buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya,
seledri, bawang dan bawang putih. Selain itu, makanan yang mengandung unsur
omega-3 sangat dikenal efektif dalam membantu penurunan tekanan darah
(hipertensi).
1. Diuretik
2. Penghambat Adrenergik
- Bloker β -adrenoseptor
- Bloker α-adrenoseptor
- Agonis α 2 sentral
- Penghambat saraf adrenergic
3. Vasodilator
4. Penghambat Angiotensin- Converting Enzyme (ACE-Inhibitor) dan Antagonis
Reseptor Angiotensin II
5. Antagonis Kalsium
1. Diuretik
Diuretik tiazid merupakan terapi dasar antihipertensi pada sebagian besar
penelitian. Pada penelitian-penelitian tersebut, termasuk Antihypertensive And Lipid
Lowering Treatment To Prevent Heart Attack Trial, diuretik lebih baik dalam
mencegah komplikasi kardiovaskular akibat penyakit hipertensi. Diuretik menambah
keampuhan obat-obat hipertensi, berguna untuk mengontrol tekanan darah dan lebih
terjangkau dari pada obat-obat antihipertensi lain. Diuretik seharusnya dipakai
sebagai pengobatan awal terapi hipertensi untuk semua pasien, baik secara sendiri
maupun kombinasi dengan 1 dari golongan obat antihipertensi lain (ACE inhibitor,
ARBs, β-Blocker, CCB), karena memberikan manfaat pada beberapa penelitian.
Namun jika obat ini tidak ditoleransi secara baik atau merupakan kontraindikasi,
sedangkan obat dari golongan lain tidak, maka pemberian obat dari golongan lain
tersebut harus dilakukan (Curb JD et al 1999).
Selain itu, tiazid berguna untuk memperlambat demineralisasi pada
osteoporosis.Diuretik tiazid harus diperhatikan pada pasien yang mempunyai riwayat
gout atau hiponatremia signifikan. ACE inhibitor dan ARBs tidak diberikan pada
wanita yang diduga hamil dan merupakan kontraindikasi bagi wanita yang hamil;
ACE inhibitor tidak diberikan pada individu yang mempunyai riwayat angioedema.
Antagonis aldosteron dan kalium sparing diuretik dapat menyebabkan hiperkalemia
dan biasanya dihindari pada pasien dengan kadar kalium lebih dari 5.0 mEq/L
(Dahlof B et al 2001).
Gol Tiazid: Hidroklorotiazid (HCT), Indapamid,
Diuretik kuat: Furosemid,torasemid, bumetamid, asam etakrinat
Diuretik Hemat Kalium: Amilorid, triamteren dan spironolakton
Penggunaan: Diuretik Tiazid merupakan obat utama dalam terapi hipertensi. Paling
efektif dalam menurunkan risiko kardiovaskular.
Diuretik dianjurkan untuk kasus hipertensi ringan dan sedang.Sebagai
monoterapeutika pada penderita hipertensi usia tua.
Dosis:
Hidroklorotiazid (HCT) 1 x 12,5-25 mg sehari
Furosemid: 2-3 x 20 – 80 mg sehari
Spironolakton : 1 x 25 -100 mg sehari
2. Penghambat Adrenergik
Yang digunakan sebagai Antihipertensi adalah:
Bloker β-adrenoseptor
(Atenolol, Metoprolol,Labetalol, karvedilol,propanolol)
Bloker α-adrenoseptor
(Prazosin, Terazosin, Bunazosin,Doksazosin)
Adrenolitik Sentral (Metildopa,Klonidin,Guanfasin,Guanabenz,Moksinidin,
Rilmedin)
Penghambat Saraf Adrenergik (Reserpin, Guanetidin, Guanadrel)
Bloker β –adrenoseptor
(Atenolol, Metoprolol,Labetalol, karvedilol,propanolol)
Mekanisme:
1. penurunan frekuensi denyut jantung.
2. Memperkecil pembebasan renin dalam ginjal dengan akibat menurunkan produksi
angiotensin II.
3. Blokade reseptor β prasinaptik dan dg demikian terjadi pengurangan nor adrenalin.
4. Bekerja sentral mengurangi impuls simpatikus.
Penggunaan:
Digunakan sebagai obat tahap pertama pada hipertensi ringan
sampai sedang terutama pada pasien dengan penyakit
jantung koroner. Gol ini lebih efektif pada pasien usia muda dan
kurang efektif pada pasien usia lanjut.
Efek samping:
Menyebabkan bradikardia,
gagal jantung.
Bronkospasme pada pasien dg riwayat asma bronkial atau penyakit paru.
Efek sentral: depresi,mimpi buruk, halusinasi.
Gangguan fungsi seksual
Dosis:
- Atenolol : 1 x 25-100 mg sehari
- Bisoprolol: 1 x 2,5 -10 mg sehari
- Propanolol: 2-3 x 40-160 mg sehari
Efek samping:
- Sedasi
- Hipotensi postural
- Pusing
- Mulut kering
- Sakit kepala
- Depresi
- Gangguan tidur
- Impotensi
- Kecemasan
- Penglihatan kabur
Interaksi:
- Pemberian metildopa bersama preparat besi dapat mengurangi absorpsi metildopa
sampai 70%, sekaligus mengurangi eliminasi dan menyebabkan akumulasi metabolit
sulfat.
- Efek hipotensif metildopa ditingkastkan oleh diuretik dan dikursngi oleh antidepresan
trisiklik dan amin simpatomimetik.
Dosis:
- Dosis efektif minimal : 2 x 125 mg per harI.
- Dosis maksimal : 3 g perhari
- Untuk hipertensi pasca bedah:infus intermiten 250- 1000 mg tiap 6 jam.
Efek samping:
- Mimpi buruk
- depresi mental
- bradikardi
- hipotensi ortostatik
- Kongesti nasal
- Hiperasiditas lambung
- Muntah
- Diare ( pada pemberian Guanetidin)
- penurunan libido, impotensi dan gangguan ejakulasi
Dosis:
- Reserpin,: 1 x 0,25 mh sehari
- Guanetidin: 1 x 10-50 mg sehari
Hidralazin
Mekanisme kerja: Terutama dengan bekerja pada arteri kecil dan arteriol, tahanan
perifer akan berkurang sehingga tekanan darah turun.
Minoksidil
Mekanisme: Kerja penurun tekanan darah lebih kuat dan lebih lama daripada
dihidralazin dan hidralazin.
Penggunaan: Karena ES nya maka obat ini hanya digunakan pada pasien hipertensi
yang tak dapat diobati dengan antihipertensi lain. Efektif untuk hipertensi
akselerasi atau maligna dan pada pasien dg penyakit ginjal karena obat ini
meningkatkan aliran darah ginjal. Harus diberikan bersama diuretika dan penghambat
adrenergik untuk mencegah retensi cairan dan mengontrol refleks simpatis.
Efek samping:
- Retensi cairan dan garam
- Efek samping kardiovaskular karena refleks simpatis dan hipertrikosis
- Gangguan toleransi glukosa dg tendensi hiperglikemia: sakit kepala, mual, erupsi
obat, rasa lelah dan nyeri tekan di dada.
Dosis: Dimulai dengan 1,25 mg, 1 atau 2 kali sehari dan dapat ditingkatkan sampai
40
mg/hari
Diazoksid
Mekanisme kerja, farmakodinamik dan ES mirip dg minoksidil
Penggunaan: Hanya diberikan secara intravena untuk mengatasi hipertensi
darurat, hipertensi maligna, hipertensi ensefalopati, hipertensi
berat pada glomerulonefritis akut dan kronik dan pada preeklampsia.
Efek samping:
- Retensi cairan
- Hiperglikemia (terjadi pada kira-kira 50% pasien)
- Relaksasi uterus
Kontraindikasi:Tidak boleh diberikan pada pasien PJK karena dapat
mencetuskan iskemia miokard dan serebral.Juga tidak boleh untuk pasien Edema
paru.
Dosis: Bolus IV: 50-100 mg dengan interval 5-10 menit.
Infus IV : 15-30 mg/menit.
Natrium Nitroprusid
Mekanisme: Merupakan senyawa kompleks anorganik yang dapat menyebabkan
dilatasi arteriol prakapiler dan venula pascakapiler. Obat ini
menurunkaN
kerja jantung sehingga berefek baik pada gagal jantung.
Penggunaan: merupakan obat yang kerjanya paling cepat dan efektif untuk mengatasi
hipertensi darurat, apapun penyebabnya. Merupakan pilihan utama untuK
kebanyakan krisis hipertensi yang memerlukan terapi parenteral.
Efek samping:
- Hipotensi
- Efek toksik pada dosis tinggi
- Asidosis
- Hipertensi rebound jika infus nitroprusid dihentikan secara mendadak.
Dosis: Dosis pemberian:0,5-10 ug/kg/menit
Dosis rata-rata: 3 ug/kg/menit
Mekanisme: Pemberian obat ini akan menghambat semua efek Angiotensin II seperti
:
Vasokontriksi,sekresi aldosteron, Rangsangan saraf simpatis, stimulasi jantung, efek
renal.
Penggunaan: Sangat efektif pada pasien hipertensi dengan kadar renin yang tinggi
seperti hipertensi renovaskular dan hipertensi genetik.
Efek samping:
- Hipotensi
- Hiperkalsemia
- Fetotoksik
Kontraindikasi:
- Kontra indikasi pada kehamilan kehamilan trimester 2 dan 3, harus dihentikan bila
pemakainya ternyata Hamil.
- Wanita menyusui
- Stenosis arteri renalis.
Dosis: Losartan : 1-2 X 25-100 MG perhari
Pencegahan Skunder
.Pola makanam yamg sehat
.Mengurangi garam dan natrium di diet anda
.Fisik Aktif
Mengurangi Akohol Intake
BerhentiMerokok
Pencegahan Tersier
Pengontrolan darah secara rutin
Olahraga dengan teratur dan di sesuaikan dengan kondisi tubuh
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
A. PENGERTIAN
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat
sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi
secara simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan
proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai
usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam
Budi Darmojo, 1999).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane
sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.(
Susan Martin Tucker.1998 )
Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan
nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. ( Diane C.
Baughman. 2000 )
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi
utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. ( Arif Mansjour.
2001 )
B. ETIOLOGIPenyebab pasti reumatod arthritis tidak diketahui. Biasanya
merupakan kombinasi dari faktor genetic, lingkungan, hormonal dan faktor system
reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri,
mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001).Penyebab utama kelainan ini tidak
diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab artritis
reumatoid, yaitu :1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-
hemolitikus2. Endokrin3. Autoimun4. Metabolik5. Faktor genetik serta faktor pemicu
lainnya.Pada saat ini, artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin
disebabkan oleh karena virus dan organisme mikoplasma atau grup difterioid yang
menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderit
C. MANIFESTASI KLINISPola karakteristik dari persendian yang terkena1. Mulai
pada persendian kecil ditangan, pergelangan , dan kaki.2. Secara progresif menenai
persendian, lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan
temporomandibular3. Awitan biasnya akut, bilateral, dan simetris.4. Persendian dapat
teraba hangat, bengkak, dan nyeri ; kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari
30 menit5. Deformitasi tangan dan kaki adalah hal yang umum.
Gambaran Ekstra-artikular1. Demam, penurunan berat badan, keletihan, anemia2.
Fenomena Raynaud.3. Nodulus rheumatoid, tidak nyeri tekan dan dapat bergerak
bebas, di temukan pada jaringan subkutan di atas tonjolan tulang.
Rheumatoid arthritis ditandai oleh adanya gejala umum peradangan berupa:1.
demam, lemah tubuh dan pembengkakan sendi.2. nyeri dan kekakuan sendi yang
dirasakan paling parah pada pagi hari.3. rentang gerak berkurang, timbul deformitas
sendi dan kontraktur otot.4. Pada sekitar 20% penderita rheumatoid artritits muncul
nodus rheumatoid ekstrasinovium. Nodus ini erdiri dari sel darah putih dan sisia sel
yang terdapat di daerah trauma atau peningkatan tekanan. Nodus biasanya terbentuk
di jaringan subkutis di atas siku dan jari tangan.
E. KOMPLIKASI
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid
(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid
drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama
pada arthritis reumatoid.
Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik
akibat vaskulitis.
F. KRITERIA DIAGNOSTIK
Diagnosis arthritis reumatoid tidak bersandar pada satu karakteristik saja tetapi berdasar
pada
evaluasi dari sekelompok tanda dan gejala.
Kriteria diagnostik adalah sebagai berikut:
1. Kekakuan pagi hari (sekurangnya 1 jam)
2. Arthritis pada tiga atau lebih sendi
3. Arthritis sendi-sendi jari-jari tangan
4. Arthritis yang simetris
5. Nodula reumatoid dan Faktor reumatoid dalam serum
6. Perubahan-perubahan radiologik (erosi atau dekalsifikasi tulang)
Diagnosis artritis reumatoid dikatakan positif apabila sekurang-kurangnya empat dari
tujuh kriteria ini terpenuhi. Empat kriteria yang disebutkan terdahulu harus sudah
berlangsung sekurang-kurangnya 6 minggu.
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi
inflamasi,
menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan mobilisasi
penderita
(Lemone & Burke, 2001).
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :
1. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi nyeri
dan
proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid
sistemik untuk
memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk menghambat proses
autoimun.
2. Pengaturan aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk
mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak
yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi.
Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga
kekuatan otot dan pergerakan sendi.
3. Kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan
otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres dingin.
4. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang
disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.
5. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir.
Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty
atau total join replacement untuk mengganti sendi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi.
Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi.
Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi (Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan bahwa, rheumatoid arthritis adalah
penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi
dari membran sinovial dari sendi diartroidial.
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi
pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang
mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang
persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada
membran sinovial dan struktur – struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang.
Arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik dengan gejala ekstra – artikuler.
(Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. 2001).
B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun
faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen – antibodi), faktor
metabolik dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
Agen spesifik penyebab arthritis rheumatoid belum dapat dipastikan, tetapi jelas
ada interaksi faktor genetik dengan faktor lingkungan. (Maini dan Feldmann, 1998 :
Blab et al, 1999).
C. MANIFESTASI KLINIS
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi,
kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi serta kekakuan
otot dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga
manifestasi klinis rheumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan
stadium serta beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan
gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik untuk rheumatoid arthritis
(Smeltzer & Bare, 2002). Gejala sistemik dari rheumatoid arthritis adalah mudah
capek, lemah, lesu, takikardi, berat badan menurun, anemia (Long, 1996).
D. PATOFISIOLOGI
Peradangan AR berlangsung terus-menerus dan menyebar ke struktur-struktur
sendi dan sekitarnya termasuk tulang rawan sendi dan kapsul fibrosa sendi.
Ligamentum dan tendon meradang. Peradangan ditandai oleh penimbunan sel darah
putih, pengaktivan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan parut.
Peradangan kronik akan menyebabkan membran sinovium hipertrofi dan menebal
sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan nekrosis sel dan respons
peradangan berlanjut. Sinovium yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan
granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga
semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara
lambat merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas.
E. KOMPLIKASI
1. Osteoporosis
2. Gangguan jantung
3. Gangguan paru
F. PROGNOSIS
Pada umumnya pasien artritis reumatoid akan mengalami manifestasi penyakit
yang bersifat monosiklik (hanya mengalami satu episode artritis reumatoid dan
selanjutnya akan mengalami remisi sempurna). Tapi sebagian besar penyakit ini telah
terkena artritis reumatoid akan menderita penyakit ini selama sisa hidupnya dan
hanya diselingi oleh beberapa masa remisi yang singkat (jenis polisiklik). Sebagian
kecil lainnya akan menderita artritis reumatoid yang progresif yang disertai dengan
penurunan kapasitas fungsional yang menetap pada setiap eksaserbasi.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwasannya penyakit ini bersifat sistemik.
Maka seluruh organ dapat diserang, baik mata, paru-paru, jantung, ginjal, kulit,
jaringan ikat, dan sebagainya. Bintik-bintik kecil yang berupa benjolan atau noduli
dan tersebar di seluruh organ di badan penderita. Pada paru-paru dapat menimbulkan
lung fibrosis, pada jantung dapat menimbulkan pericarditis, myocarditis dan
seterusnya. Bahkan di kulit, nodulus rheumaticus ini bentuknya lebih besar dan
terdapat pada daerah insertio dan otot-otot atau pada daerah extensor. Bila RA nodule
ini kita sayat secara melintang maka kita akan dapati gambaran: nekrosis sentralis
yang dikelilingi dengan sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun yang berjajar
seperti jeruji roda sepeda (radier) dan membentuk palisade. Di sekitarnya dikelilingi
oleh deposit-deposit fibrin dan di pinggirnya ditumbuhi dengan fibroblast. Benjolan
rematik ini jarang dijumpai pada penderita-penderita RA jenis ringan. Disamping hal-
hal yang disebutkan di atas gambaran anemia pada penderita RA bukan disebabkan
oleh karena kurangnya zat besi pada makanan atau tubuh penderita. Hal ini timbul
akibat pengaruh imunologik, yang menyebabkan zat-zat besi terkumpul pada jaringan
limpa dan sistema retikulo endotelial, sehingga jumlahnya di daerah menjadi kurang.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gratitis dan ulkus peptik
yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (desease modifying antiremathoid
drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama
pada artritis reumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran
jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik.
Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal
dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes faktor reumatoid positif, antinuclear antibody (ANA), posotif bermakna pada
sebagian penderita.
2. LED naik pada penyakit aktif : Umumnya meningkat pesat ( 80 – 100 mm/h)
mungkin kembali normal sewaktu gejala – gejala meningkat; anemia; albumin serum
rendah dan fosfatase alkali meningkat.
3. Rontgen menunjukkan erosi terutama pada sendi – sendi tangan, kaki dan
pergelangan pada stadium dini; kemudian, pada tiap sendi.
4. Kelainan destruktif yang progresif pada sendi dan disorganisasi pada penyakit yang
berat.
5. Kadar asam urat lebih dari 7 mg/dl.
H. PENCEGAHAN
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari – hari,
sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat
pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa
mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara
berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu
seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut.
Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung Omega 3.
Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara persendian agar
tetap lentur.
I. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Memberikan Pendidikan
Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian tentang patofisiologi, penyebab
dan prognosis penyakit termasuk komponen penatalaksanaan regimen obat yang
kompleks. Pendidikan tentang penyakit ini kepada pasien, keluarga dan siapa saja
yang berhubungan dengan pasien.
Pendidikan pencegahan yang diberikan pada klien berupa istirahat yang cukup,
gunakan kaos kaki atau sarung tangan sewaktu tidur malam, kurangi aktivitas yang
berat secara perlahan – lahan.
2. Istirahat
Sangat penting karena Rematoid Artritis biasanya disertai rasa lelah yang hebat.
Oleh karena itu, pasien harus membagi waktu istirahat dan beraktivitas.
3. Latihan Fisik
Dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup
gerakan aktif dan pasif semua sendi yang sakit, minimalnya 2x sehari.
4. Termotrafi
Lakukan kompres panas pada sendi – sendi yang sakit dan bengkak mungkin
dapat mengurangi nyeri.
5. Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan pada sendi.
Adapun syarat – syarat diet atritis reumatoid adalah protein cukup, lemak sedang,
cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan dengan urine yang dikeluarkan setiap
hari. Rata – rata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 – 2 ½ L/hari, karbohidrat
dapat diberikan lebih banyak yaitu 65 – 75% dari kebutuhan energi total.