Anda di halaman 1dari 71

FISIKA RADIASI

Radiologi Dasar
Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran Gigi UI
Drg. Bramma Kiswanjaya PhD
2017
Kompetensi:
Mahasiswa mampu :
– Menjelaskan prinsip dasar fisika radiasi, termasuk tentang
radiasi ionosasi sifat-sifat dan pembentukan sinar-X, dan
berbagai sumber radiasi yang digunakan di bidang radiologi
(C2, A2)

– Menjelaskan dosimetri dan dosis radiasi pada molekul


biologis yang dipergunakan dalam radiologi diagnostik,
interaksi antara radiasi ionisasi dan jaringan biologis serta
efek radiasi ionisasi pada tingkatan selular sampai dengan
tingkatan jaringan dan organ (C2, A2)
Fisika Radiasi
• Dasar-dasar fisika:
– Struktur atom
– Ionisasi

• Sumber radiasi

• Sinar X  Definisi
– Proses terjadinya sinar X
– Sifat-sifat sinar X
– Guna sinar X
Efek radiasi (biologi radiasi)
• Satuan Radiasi

• Efek radiasi ionisasi

• Kerusakan sel dan jaringan biologis


akibat radiasi ionisasi
RADIOLOGI
cabang ilmu kedokteran
yang menggunakan
energi pengion dan bentuk-bentuk energi
lainnya (non pengion)
dalam bidang diagnostik dan terapi,
yang meliputi energi pengion yang
dihasilkan oleh generator dan bahan
radioaktif seperti sinar X , sinar gamma ,
pancaran partikel pengion (elektron,
neutron, positron dan proton ).
Energi Non Pengion

Gelombang ultrasonik, infrared,


magnetik, mikro
Sinar X

adalah suatu gelombang


elektromagnetik yang dihasilkan
dari suatu tabung Rontgen
Sejarah (1895)
A

X
Z

A : nomor massa =  proton +  neutron


Z : nomor atom =  proton atau  elektron
A - Z =  neutron di dalam inti
Contoh Atom
 max elektron = 2 n 2
n = 1, 2, 3,…. orbit

n=1  orbit / kulit K (terdalam)


n = 2  orbit / kulit L
n = 3  orbit / kulit M, dst
Jumlah maksimum elektron / kulit
IONISASI

• ION : atom atau sekelompok atom yang


mengandung muatan listrik.
• Ionisasi : proses dimana elektron dapat
dikeluarkan atau ditambahkan pada
atom atau molekul menghasilkan
pasangan ion : elektron bebas + sisa
yang bemuatan positif.
• Contoh :
Ionisasi sinar x pada emulsi film yang mengandung AgBr.

AgBr Ag + + Br -

sinar x

Ionisasi H20 (air)

H2O H + + HO -- H2O2

sinar x
Sumber Radiasi
• Macam-macam sumber radiasi:
– Radiasi alam: berasal dari sinar kosmis,
panas matahari yang tinggi, unsur-unsur
kimia yang terdapat dalam lapisan kerak
bumi, radiasi bahan radioaktif alam

– Radiasi buatan: sinar-X (berasal dari


tabung roentgen), sinar radioaktif buatan,
radiasi nuklir, sinar laser.
Produksi Sinar X

Sinar X diproduksi
jika elektron berkecepatan tinggi
menumbuk suatu bahan target dan
dihentikan secara tiba-tiba.
Proses ini terjadi di dalam sebuah tabung
kaca hampa udara  tabung sinar X
Tabung Sinar X
Tabung Sinar X
• Ruang hampa udara
• Katode (-) t.d filamen tungsten  sb. E
• Anode (+) t.d target (sepotong tungsten
yang ditempatkan pada balok copper
bersudut)
• Mangkuk pemfokus  mengarahkan arus
elektron pada fokal spot target
• Tegangan tinggi (kV) yg menghub. katode –
anode  mempercepat arus e
• Arus listrik (mA) yg mengalir dari katode ke
anode banyaknya e
• Lead casing  absorbsi sinar X yg tidak
diinginkan
• Minyak  membantu membuang panas
Produksi Sinar X
Produksi Sinar X
Produksi Sinar X

• Filamen tungsten dipanaskan secara


elektris  terbentuk awan e di
sekeliling filamen
• Beda potensial di sepanjang tabung
mengakselerasi e dengan kec. sangat
tinggi ke arah anode
• Alat fokus mengarahkan arus e ke fokal
spot pada target
• Elektron menumbuk target dan dihentikan
secara tiba-tiba
• Energi yang hilang
 panas (99%)  diserap balok copper &
minyak
 sinar X (1%)
• Sinar X dipancarkan dari target ke seluruh
arah.
• Sinar X yg dipancarkan melalui jendela kecil
pada lead casing yg berguna untuk diagnostik
Sifat Sinar X
• Terjadi akibat benturan elektron
berkecepatan tinggi pada suatu target / fokal
spot berbentuk segi empat sumber sinar x
tidak mungkin berbentuk titik
• v = 3 x 10 10 cm / det
• Termasuk suatu gelombang elektromagnetik
 energi listrik & magnet.
 sinar x (heterogen)= 10 - 10 –2 Å.
1 Å = 10 –8 cm
•Sinar X berjalan
menurut garis lurus dan
menyebar  gambaran
yang terjadi mengalami
pembesaran.
• Memiliki E tinggi  mengionisasikan
dimana saja, juga di udara dan
menguraikan atom-atom menjadi ion. 
sinar pengion atau radiasi ionisasi.
• Tidak bermuatan listrik, tidak dapat

dibelokkan oleh medan magnit.

• Radiasi ini juga bersifat carcinogenik.


• Mempunyai efek biologis pada sel-sel
somatik dan genetik  dapat digunakan
untuk terapi atau pengobatan kanker. ( lihat pada
efek radiasi ionisasi )
•Dapat diabsorbsi oleh jaringan tubuh 
radiasi sekunder. (Lihat gambar)
Jenis Radiasi

• Radiasi Primer
• Radiasi Sekunder
• Radiasi Hambur
• Menimbulkan flouresensi dan
phosporesensi pada beberapa logam
misalnya jodium dan calsium
• Tak dapat di fokus oleh lensa
• Dapat menghitamkan lembaran film
yang mengandung emulsi AgBr, yang
dapat di lihat setelah di proses.
Kegunaan sinar-X dalam bidang
kesehatan
• Pemeriksaan radiografik
– RS, klinik, praktek dokter/dokter gigi
– Pendidikan
– Bidang forensik
– Penelitian
• Terapi radiasi  berbagai jenis tumor
dan kanker
Penggunaan sumber radiasi
• Radiologi: Diagnosis dan perawatan
• Industri : Pengujian kerangka bangunan
• Spectroskopi: Identitas elemen mengenai
struktur dan nomor atom
• Fotokimia: Ionisasi kimiawi yang
menghasilkan oksidasi, reduksi
• Kristaliografi: Analisa struktur molekul
• Strelisasi: pengawetan makanan
• Militer: Radiasi nuklir dan bom atom
• Pemeriksaan radiografik adalah prosedur yg
umum dilakukan :
 Penegakan diagnosis, perencanaan
perawatan, maupun evaluasi hasil perawatan
• Selain memperoleh informasi diagnostik,HARUS
DIINGAT bahwa pemeriksaan radiografik
memiliki potensi mengakibatkan bahaya radiasi
 sinar–x termasuk sumber radiasi pengion
yang berbahaya
• Bagaimanapun kecilnya, radiasi ionisasi
membahayakan jaringan biologis mahluk
hidup sekecil apapun dosis radiasi yg
mengenai tubuh, selalu menimbulkan efek
• Di bidang kedokteran/kedokteran gigi,
penggunaan radiasi ionisasi untuk pemeriksaan
radiografik guna kepentingan diagnosis,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab dokter/
dokter gigi.
• Adalah kewajiban seorang dokter/dokter gigi
untuk mempertimbangkan kemungkinan bahaya
radiasi dibandingkan keuntungannya !!
• Pada kondisi optimal, sesuai indikasi, manfaat
penggunaan radiasi ionisasi yang diperoleh
HARUS lebih besar dibandingkan resikonya
 RISK vs BENEFIT – contoh??
• Di sini yang harus benar-benar diingat adalah
prinsip ALARA (AS LOW AS REASONABLY
ACHIEVABLE) yaitu dosis radiasi sekecil
mungkin, dengan hasil (informasi diagnostik)
semaksimal mungkin.
Meminimalkan resiko radiasi yang diterima,
akan tetapi tetap bermanfaat bagi pasien –
contoh??
• Pemahaman tentang dosis, efek radiasi,
serta undang undang keselamatan
terhadap bahaya radiasi penting bagi
tenaga kesehatan, mengingat masyarakat
semakin menyadari dan peduli akan
bahaya radiasi, serta efek radiasi yang
tidak kasat mata.
SATUAN RADIASI

• Penting untuk membahas besarnya radiasi


dan efek radiasi pada tubuh manusia.
• Menunjukkan besarnya paparan/pajanan/
expose radiasi dari suatu sumber radiasi,
maupun banyaknya dosis radiasi yang
diberikan atau yang diterima oleh suatu
medium yang terpapar radiasi.
• Satuan radiasi yang digunakan untuk
menyatakan besarnya radiasi yg
dipaparkan :
 Rad (Radiation Absorbed Dose)
Merupakan ukuran banyaknya energi yang
diberikan oleh radiasi pengion kepada
medium
Dalam satuan SI, satuan dosis radiasi serap
disebut dengan Gray (Gy)

1Gy = 100 Rad


 Rem (Roentgen Equivalent for Man)
Adalah satuan untuk dosis ekivalen yang lebih banyak digunakan
berkaitan dengan pengaruh radiasi terhadap tubuh manusia atau
sistem biologis lainnya. Tingkat kerusakannya tidak tergantung pada
dosis serapnya saja (Rad), tetapi pada jenis radiasinya. Dalam satuan
SI, dosis ekivalen dinyatakan dengan Sievert (Sv).
Rem=Rad x Q
Harga Q untuk beberapa jenis radiasi:
Gamma, Beta &sinar X :1
Neutron cepat dan proton : 10
Alpha : 20

1 Sv = 100 Rem
• Dosis radiasi yang diterima pasien
 jumlah radiasi yang diterima oleh organ
target
• Organ target  terutama resiko yang
dapat terjadi pada organ kritis yang
terpapar selama penyinaran yaitu :
kelenjar tiroid, sum-sum tulang belakang,
dan gonad
•  membandingkan kemungkinan efek
radiasi pada bagian tubuh tertentu dengan
kemungkinan efek radiasi pada seluruh
tubuh  dosis efektif (E)
• Untuk kepentingan diagnostik,
perhitungan dosis radiasi yang diterima
pasien adalah dosis efektif (E) yaitu dosis
yang diterima tubuh yang besarnya rata-
rata sama di setiap bagian tubuh. Pada
tabel berikut dapat dilihat berbagai dosis
efektif pada berbagai jenis pemeriksaan
radiografi diagnostik
Contoh perbandingan dosis
efek kerusakan jaringan (biologis) akibat
radiasi ionisasi :

Efek Somatik Non Stochastic (Deterministik)


 kerusakan yang pasti akan terjadi bila
dosis radiasi yang diterima tinggi.
Misal : kemerahan pada kulit, katarak.
Keparahan efek ini sesuai / proporsional
dengan dosis yang diterima. Efek ini memiliki
ambang rangsang yang apabila belum
dilewati tidak akan menimbulkan efek pada
tubuh.
Efek Somatik Stochastic
– dapat terjadi, random/probabilitas all or
none,  dapat mengalami efek ini atau tdk sama
sekali misal: leukemia, neoplasma lain
– dapat terjadi bila tubuh terpapar radiasi oleh
dosis radiasi sekecil apapun, tanpa ambang
rangsang tertentu
– dapat terjadi setelah beberapa tahun kemudian 
efek tertunda.
– Semakin kecil dosisi radisasi, semakin rendah
probabilitas kerusakan sel yang terjadi.
Efek Genetik Stochastic
– Radiasi pada organ reproduksi dapat
merusak DNA sel dalam sperma dan sel telur.
– Kerusakan ini dapat teradi berupa
abnormalitas kongenital pada keturunan
individu yang teradiasi.
– Efek ini tidak memiliki dosis ambang
rangsang, jadi tidak ada kepastian bahwa
efek ini akan terjadi atau tidak, dan oleh
sebab itu efek genetik termasuk efek
stochastik.
MEKANISME EFEK RADIASI IONISASI

• Interaksi awal antara radiasi dengan suatu


benda terjadi pada 10 –16 detik setelah
penyinaran.
• Ada dua mekanisme bagaimana sinar-X
menyebabkan kerusakan pada tubuh
manusia
– Efek langsung
– Efek tidak langsung
• Efek langsung adalah kerusakan langsung
pada target spesifik di dalam sel.
– Apabila berkas sinar X berinteraksi awal
(initial interaction) dengan molekul biologis,
dan langsung menyebabkan ionisasi di dalam
molekul tersebut, maka prosesnya disebut
sebagai „direct effect of the radiation‟ (efek
langsung).
Contohnya adalah apabila molekul DNA atau
RNA dalam inti sel terkena foton sinar X,
maka ionisasi langsung dapat memutus
rantai DNA atau RNA
– Bila radiasi mengenai sel somatik, efek yang
terjadi pada DNA dapat berupa radiation –
induced malignancy.
– Bila kerusakannya pada stem sel organ
reproduksi, yang akan terjadi dapat berupa
radiation – induced abnormalitas kongenital.
• Efek tidak langsung yaitu efek ionisasi air
atau molekul lain di dalam sel yang
menyebabkan kerusakan pada sel secara tidak
langsung.
– Hal ini disebabkan sebagian besar dari sel
terdiri dari air, dan molekul air ini yang akan
terionisasi oleh radiasi ionisasi sinar-X.
– Proses perubahan pada molekul air ini adalah
radiolisis air.
– Jadi yang dimaksud efek tidak langsung
adalah bila ionisasi melalui molekul yang
berbeda
– Bagian terkecil dari tiap jaringan tubuh
manusia adalah sel, yang sebagian besar
(70%) terdiri dari air (H2O)
– Energi radiasi pada awalnya akan diserap oleh
sel  proses ini merupakan Interaksi inilah
yang terjadi dalam waktu sangat singkat (10-
16 detik).

– Selanjutnya terjadi  proses ionisasi molekul


air.
– Setelah proses ionisasi, dalam waktu 10-6
detik terjadi proses Kimia Fisika  yaitu
ion-ion hasil proses ionisasi molekul air tadi
bereaksi dengan molekul air lainnya.
– Proses ionisasi secara umum dapat dijelaskan
sebagai berikut :
• Air terdisosiasi:
H2O ----- H2O+ + e-

– Selanjutnya ion air akan mengalami reasosiasi


menjadi molekul air yang lengkap, atau
memicu terjadinya reaksi lain, misal:
– H2O+ + e- + H2O ----- H2O+ + H2O-

– HOH+ dan HOH- ini bersifat tidak stabil dan


berdisosiasi lagi :
H2O+  H+ + OH*
H2O-  OH- + H*
• OH* dan H* adalah radikal bebas
molekul netral/tidak bermuatan, dengan elektron
tunggal/tidak berpasangan, pada kulit orbital terluarnya.
Radikal bebas ini sangat reaktif dan tidak stabil serta
bertahan hanya 10-5 sec.
• Radikal bebas cenderung menstabilkan diri dengan cara
memasangkan elektron tunggalnya, dengan elektron
orbital molekul-molekul lain, melalui proses transfer
ekstra elektron, atau „mencuri' elektron dari molekul
organik yang berdekatan, sehingga selanjutnya molekul
organik ini menjadi radikal bebas . Demikian seterusnya,
„free radicals‟ ini akan menstabilkan diri lagi dengan
molekul lainnya.
• Radikal bebas OH* dengan radikal bebas OH*
lainnya akan membentuk peroksida, yang
bersifat oksidator kuat .
OH* + OH* ------- H2O2(peroksida)
• Dalam beberapa detik kemudian terjadi proses
Kimia-Biokimia.
• Radikal bebas H*akan bereaksi dg O2 dan
membentuk HO2* (Radical Hydroperoxyl)
H* + O2 ------- HO2*
HO2* + HO2* ------- H2O2 + O2
• H2O2 (Hydrogen Peroxyde) dan HO2* (Radical
Hydroperoxyl) adalah zat toxik untuk jaringan biologis,
yang potensial menyebabkan kerusakan
• Dalam proses ini molekul-molekul penting akan diserang
oleh radikal bebas dan peroksida antara lain : protein,
enzim, lemak, karbohidrat, DNA dan kromosom.
• Kerusakan DNA (yang terdapat di dalam inti sel) akibat
radiasi, menyebabkan gangguan sekuens basal,
sehingga terjadi cacat pada proses sintesis protein, atau
terjadi penyimpangan proliferasi sel seperti halnya pada
Cancer
• Setelah itu, proses selanjutnya adalah :
Kerusakan Biologis :Tingkat Sel,
Jaringan maupun Organ
• Terjadinya proses ini bervariasi dari
beberapa puluh menit sampai beberapa
puluh tahun, tergantung tingkat kerusakan
sel yang telah terjadi.
• Kerusakan sel dapat berakibat
– Sel langsung mati
– Pembelahan sel terhambat / tertunda
– Perubahan permanen pada sel anak setelah terjadi
pembelahan sel induk
• Respon terhadap radiasi pada sel-sel yang berbeda dari
berbagai jenis organ pada individu yg sama dpt berbeda
satu sama lain.
• Variasi ini dipengaruhi oleh radiosensitifitas (relatif) sel
jaringan tubuh manusia. Radiosensitifitas relatif suatu sel
bergantung kepada aktifitas dan fungsinya.
• Pada 1906 Bergonie – Tribondeau
mengemukakan hukum untuk
memprediksi radiosensitifitas selular.
Dasarnya adl : sel muda, tingkat
kepekaannya terhadap radiasi adalah
tingi. Teorinya adalah sel-sel yang paling
radiosensitif adalah sel yang :
– Memiliki tingkat mitosis yang tinggi
– Memiliki mitotic future yang panjang ( akan
mengalami banyak pembelahan sel selama
masa hidup sel tersebut).
– Paling primitif dalam diferensiasi
• Namun demikian ada perkecualiannya : pada sel
limfosit dan oosit  sel-sel ini termasuk radiosensitif
walaupun termasuk sel yg b‟diferensiasi tinggi & tdk
membelah
• Respon sel terhadap radiasi juga dipengaruhi oleh
beberapa keadaan (Hubungan dosis radiasi dengan
kerusakan sel bervariasi pada beberapa keadaan).
1. Jenis sinar (LET)
2. Kadar Oksigen
3. Dosis radiasi
4. Usia
5. Volume jaringan
6. Bahan Kimia / Obat
7. Temperatur
• Jenis Sinar
 “Linear Energy Transfer” (LET) adalah rata-
rata besarnya energi yang dipindahkan dari
sumber energi radiasi ke jaringan. LET yang
tinggi akan memberikan efek kerusakan sistem
biologis lebih besar dibandingkan dengan sinar
dengan “Linear Energy Transfer” yang rendah.
Contoh radiasi dengan LET yang tinggi adalah
partikel alfa. Radiasi partikel alfa jauh lebih
besar tingkat LET nya dibandingkan sinar-X
diagnostik.
• Kadar Oksigen
Jaringan dengan kadar oksigen tinggi lebih
peka terhadap radiasi, dibandingkan
dengan jaringan/ sel-sel dengan kondisi
hipoksia .

• Dosis radiasi
Tingkatan dosis(dose rate) radiasi tertentu
yang diberikan, mempengaruhi keparahan
kerusakan jaringan yang terjadi.
Dosis radiasi yang lebih tinggi :(5Gy/min)
menyebabkan kerusakan yang lebih besar
dibandingkan dengan bila radiasi diberikan
pada tingkatan dosis radiasi yang lebih
rendah (5mGy/min) pada total dosis
radiasi yang sama.
Karena bila organisme mendapat radiasi
dengan tingkatan dosis radiasi rendah
akan memiliki kesempatan yang lebih
besar untuk memperbaiki kerusakan yang
terjadi.
• Usia
– Usia organisme mempunyai pengaruh
dalam hal radiosensitifitas. Usia yang
sangat muda adalah masa yang paling
sensitif terhadap radiasi.
– akan tetapi sensitifitas ini akan menurun
sesuai dengan bertambahnya usia.
• Volume Jaringan
Volume jaringan juga berpengaruh
terhadap respon radiasi, makin besar
volume jaringan yang teradiasi makin
besar respon yang yang terjadi, dan
semakin besar pula kerusakan yang
timbul.
Radiasi seluruh tubuh akan
menyebabkan kerusakan yang lebih besar
dibandingkan dengan radiasi lokal.
• Bahan Kimia
Bahan kimia dapat merupakan Radiosensitizer
atau Radioprotektor.
Contoh yang bersifat radiosensitizer adalah
methotrexate, actinomycin D dan vitamin K.
Contoh radioprotektor adalah molekul yang
mengandung gol. sulfhydryl seperti cystein.
• Temperatur sel
Semakin tinggi temperatur sel, sel akan lebih
sensitif dan semakin besar efek radiasi, karena
pada suhu di atas 40o celcius, akan
menghambat pemulihan sel
Beberapa efek somatik yang terjadi
pada dosis tinggi (terapi radiasi) :
• Kerusakan SSP (“CNS death”) pada beberapa puluh
Gy, terjadi dalam beberapa minggu, terutama bila
mengenai kepala.
• Sum-sum tulang / sel darah : terjadi pada dosis 3 –
5 Gy, dalam beberapa hari sampai beberapa
minggu (“Bone Marrow Death”), yang akhirnya
menyebabkan kematian.
• Organ Reproduksi.Kemandulan pria terjadi pd 1,5
Gy. Bila radiasi mengenai sel reproduksi, akan
tetapi sel dapat bertahan, pada pembelahan
berikutnya akan terjadi perubahan sifat gen
(menjadi efek heriditer).
• Efek radiasi pada janin / fetoes:
– Sel-sel embryonik masih belum mengalami
diferensiasi dan bermitosis dengan cepat.
– Radiasi pada janin dapat berakibat pada
kematian atau abnormalitas pertumbuhan
sesuai dengan tingkat pertumbuhan janin pada
saat radiasi.
– Kemungkinan abnormalitas tersebut terjadi
pada dosis yang jauh lebih tinggi (dosis terapi
radiasi) daripada dosis yang diterima pada
dental radiografi
– Fetus menerima kurang dari 0.25Gy, pada
pemeriksaan full-mouth dg menggunakan
apron
– Perbandingan : dosis radiasi 1 Gy janin umur 8-
15 mg  frekuensi retardasi mental sebesar
45%
• Gejala umum efek radiasi ionisasi :
Pada dosis terapi radiasi di daerah
manapun, tetap akan memberikan gejala
umum berupa mual / muntah, lemah dsb.
Gejala lokal akibat radiasi biasanya berupa
peradangan setempat, baik bersifat akut,
ataupun kronis.

Anda mungkin juga menyukai