1. Pengkajian
a. Identitas
Penyakit SLE ( sistemik lupus eritematosus ) kebanyakan menyerang
wanita, bila dibandingkan dengan pria perbandingannya adalah 8 : 1.
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang berkulit hitam dari pada
orang yang berkulit putih.
b. Keluhan utama
Pada SLE ( sistemik lupus eritematosus ) kelainan kulit meliputi
eritema malar ( pipi ) ras seperti kupu-kupu, yang dapat mengenai
seluruh tubuh, sebelumnya pasien mengeluh demam dan kelelahan.
Data subyektif :
Pasien mengeluh terdapat ruam-ruam merah pada wajah yang
menyerupai bentuk kupu-kupu.
Pasien mengeluh rambut rontok.
Pasien mengeluh lemas
Pasien mengeluh bengkak dan nyeri pada sendi.
Pasien mengeluh sendi merasa kaku pada pagi hari.
Pasien mengeluh nyeri
f. Pemeriksaan fisik
Sistem integument
Pada penderita SLE cenderung mengalami kelainan kulit
eritema molar yang bersifat irreversibel.
Kepala
Pada penderita SLE mengalami lesi pada kulit kepala dan
kerontokan yang sifatnya reversibel dan rambut yang hilang
akan tumbuh kembali.
Muka
Pada penderita SLE lesi tidak selalu terdapat pada muka/wajah
Telinga
Pada penderita SLE tidak selalu ditemukan lesi di telinga.
Mulut
Pada penderita SLE sekitar 20% terdapat lesi mukosa mulut.
Ekstremitas
Pada penderita SLE sering dijumpai lesi vaskulitik pada jari-
jari tangan dan jari jari-jari kaki, juga sering merasakan nyeri
sendi.
Paru – paru
Penderita SLE mengalami pleurisy, pleural effusion,
pneumonitis, interstilsiel fibrosis.
Leher
Penderita SLE tiroidnya mengalami abnormal,
hyperparathyroidisme, intolerance glukosa.
Jantung
Penderita SLE dapat mengalami perikarditis, myokarditis,
endokarditis, vaskulitis.
Gastro intestinal
Penderita SLE mengalami hepatomegaly / pembesaran hepar,
nyeri pada perut.
Muskuluskletal
Penderita mengalami arthralgias, symmetric polyarthritis, efusi
dan joint swelling.
Sensori
Penderita mengalami konjungtivitis, photophobia.
Neurologis
Penderita mengalami depresi, psychosis, neuropathies.
g. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis dapat ditemukan dengan melakukan biopsi kulit. Pada
pemeriksaan histologi terlihat adanya infiltrat limfositik periadneksal,
proses degenerasi berupa mencairnya lapisan basal epidermis
penyumbatan folikel, dan hyperkeratosis. Imunofluoresensi langsung
pada kulit yang mempunyai lesi memberikan gambaran pola deposisi
immunoglobulin seperti yang terlihat pada SLE. Pemeriksaan
laboratorium yang penting adalah pemeriksaan serologis terhadap
autoantibodi / antinuklear antibodi / ana yang diproduksi pada
penderita le. Skrining tes ana ini dilakukan dengan teknik
imunofluoresen indirek, dikenal dengan fluorescent antinuclear
antibody test ( fana ).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
SLE adalah:
Nyeri akut
Fatigue
Risiko infeksi
Risiko injuri
3. Intervensi Keperawatan
Kebanyakan kasus anak dengan SLE memiliki keluhan seperti nyeri pada
lutut, punggung hingga pangkal paha belakang, siku, dan pergelangan tangan
maupun kaki serta terasa tegang pada betis apabila dipaksa untuk melakukan
aktivitas yang berat seperti berjalan jauh. Dan dengan pengkajian yang di dapat
terkait keluhan pasien di dapat diagnosa utama nyeri dan keletihan yang
berhubungan dengan inflamasi dan peningkatan aktivitas penyakit, kerusakan
jaringan, keterbatasan mobolitas atau tingkat toleransi yang rendah.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, ML., Swansosn, E. (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Fourth edition. St. Louis: Mosby Elseiver.