Anda di halaman 1dari 17

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
PEMINATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
TAHUN 2017-2018

LEMBAR JAWABAN SOAL UAS

PERPEKSTIF ISLAM

NAMA : Fathia Fakhri Inaati Said

NPM : 2017980053

DOSEN : Dr. Sopa, MA.

1. masalah euthanasia boleh dikatakan masalahnya sudah ada sejak kalangan kesehatan
menghadapi penyakit yang tak tersembuhkan, sementara pasien sudah dalam keadaan
merana dan sekarat. Dalam situasi demikian tidak jarang pasien memohon agar
dibebaskan dari penderitaan ini dan tidak ingin diperpanjang hidupnya lagi atau di lain
keadaan pada pasien yang sudah tidak sadar, keluarga orang sakit yang tidak tega
melihat pasien yang penuh penderitaan menjelang ajalnya dan minta kepada dokter untuk
tidak meneruskan pengobatan atau bila perlu memberikan obat yang mempercepat
kematian. Dari sinilah istilah euthanasia muncul, yaitu melepas kehidupan seseorang agar
terbebas dari penderitaan atau mati secara baik.
Hukum Euthanasia Dalam Pandangan Islami :
Ajaran Islam dalam memberi petunjuk yang pasti tentang kematian. Dalam islam
ditegaskan bahwa semua bentuk kehidupan ciptaan Allah akan mengalami kebinasaan,
kecuali allah sendiri sebagai pencipta.
Firman allah : “Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali allah. Bagi-nyalah segala
penentuan, dan hanya kepada-nyalah kamu dikembalikan”.
Islam mengajarkan bahwa kematian dating tidak seorang pun yang dapat memperlambat
atau mempercepatnya. Allah menyatakan bahwa kematian hanya terjadi dengan izin-nya
dan kapan saat kematian itu telah tiba ditentukan waktunya oleh Allah. Dalam islam
kematian adalah sebuah gerbang menuju kehidupan abadi (akhirat) diaman setiap
manusia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya selama hidup didunia dihadapan
Allah swt.
a. Hukum Euthanasia Aktif
Syariah Islam mengharamkan euthanasia aktif, karena termasuk dalam kategori
pembunuhan sengaja (al-qatlu al-‘amad), walaupun niatnya baik yaitu untuk
meringankan penderitaan pasien. Hukumnya tetap haram, walaupun atas permintaan
pasien sendiri atau keluarganya. Dalil-dalil dalam masalah ini sangatlah jelas, yaitu
dalil-dalil yang mengharamkan pembunuhan. Baik pembunuhan jiwa orang lain,
maupun membunuh diri sendiri. Misalnya firman Allah SWT :
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (untuk
membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” (QS Al-An’aam :
151).
b. Pandangan hukum euthanasia pasif
hukum euthanasia pasif, sebenarnya faktanya termasuk dalam praktik menghentikan
pengobatan. Tindakan tersebut dilakukan berdasarkan keyakinan dokter bahwa
pengobatan yang dilakukan tidak ada gunanya lagi dan tidak memberikan harapan
sembuh kepada pasien. Karena itu, dokter menghentikan pengobatan kepada pasien,
misalnya dengan cara menghentikan alat pernapasan buatan dari tubuh pasien.
Menurut Abdul Qadim Zallum (1998:68) hukum berobat adalah mandub. Tidak
wajib. Hal ini berdasarkan berbagai hadits, di mana pada satu sisi Nabi SAW
menuntut umatnya untuk berobat, sedangkan di sisi lain, ada qarinah (indikasi) bahwa
tuntutan itu bukanlah tuntutan yang tegas (wajib), tapi tuntutan yag tidak tegas
(sunnah).
Di antara hadits-hadits tersebut, adalah hadits bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia ciptakan
pula obatnya. Maka berobatlah kalian!” (HR Ahmad, dari Anas RA). Hadits di atas
menunjukkan Rasulullah SAW memerintahkan untuk berobat.
2. Ayat atau hadis tentang perilaku menyimpang
Perbuatan zina diharamkan dalam syari’at islam, termasuk dosa besar, berdasarkan dalil-
dalil berikut ini:
a. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
‫الزنَا تَ ْق َربُوا َو َل‬
ِّ ۖ ُ‫احشَة َكانَ ِّإنَّه‬
ِّ َ‫سا َء ف‬
َ ‫س ِّبيل َو‬
َ
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”. [al-Isrâ/17:32]
b. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
َ‫ّللاِّ َم َع يَدْعُونَ َل َوالَّذِّين‬َّ ‫س يَ ْقتُلُونَ َو َل آخ ََر ِّإ َٰلَها‬ َ ‫ّللاُ َح َّر َم الَّتِّي النَّ ْف‬
َّ ‫ق ِّإ َّل‬ َٰ
ِّ ‫أَثَاما يَ ْلقَ ذَلِّكَ يَ ْف َع ْل َو َم ْن ۚ يَ ْزنُونَ َو َل ِّب ْال َح‬
‫ف‬ْ ‫ضا َع‬ َ ُ‫ُم َهانا ِّفي ِّه َو َي ْخلُدْ ْال ِّق َيا َم ِّة َي ْو َم ْال َعذَابُ لَهُ ي‬
“Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan)
yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia
mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya
pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina”. [al-
Furqân/25: 68-69]
c. Dalam hadits, Nabi juga mengharamkan zina seperti yang diriwayatkan dari Abdullah
bin Mas’ûd Radhiyallahu ‘anhu, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
ُ‫سأ َ ْلت‬
َ ‫س ْو َل‬ َّ ‫صلَّى‬
ُ ‫ّللاِّ َر‬ َ ُ‫سلَّ َم َعلَ ْي ِّه للا‬
َ ‫ َو‬: ‫ب أَي‬ َ ‫؟ أَ ْع‬، ‫قَا َل‬: ‫ َخلَ َقكَ َوه َُو نِّدا ل ِّلََ ِّه تَجْ َع َل أ َ ْن‬، ُ‫قُ ْلت‬:‫قَا َل ؟ أَي ث ُ َّم‬:
ِّ ‫ظ ُم الذَّ ْن‬
ْ ‫ َم َعكَ َي‬، ُ‫قُ ْلت‬:‫قَا َل ؟ أَي ث ُ َّم‬: ‫ي أ َ ْن‬
‫ط َع َم أ َ ْن َخ ْش َيةَ َولَدَكَ ت َ ْقت ُ َل أ َ ْن‬ َ ‫اركَ َح ِّل ْيلَةَ تُزَ ا ِّن‬
ِّ ‫َج‬
“Aku telah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : Dosa apakah
yang paling besar ? Beliau menjawab : Engkau menjadikan tandingan atau sekutu
bagi Allah , padahal Allah Azza wa Jalla telah menciptakanmu. Aku bertanya lagi :
“Kemudian apa?” Beliau menjawab: Membunuh anakmu karena takut dia akan
makan bersamamu.” Aku bertanya lagi : Kemudian apa ? Beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab lagi: Kamu berzina dengan istri tetanggamu”.[4,5]. Sejak dahulu
hingga sekarang, kaum muslimin sepakat bahwa perbuatan zina itu haran. Imam
Ahmad bin Hambal rahimahullaht berkata : Saya tidak tahu ada dosa yang lebih besar
dari zina (selain) pembunuhan.[6]
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
PEMINATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
TAHUN 2017-2018

LEMBAR JAWABAN SOAL UAS

PERPEKSTIF ISLAM

NAMA : Ahmad Fahri

NPM : 2017980057

DOSEN : Dr. Saiful Bahri, MA.

1. Penegertian Rental Rahim


Sewa rahim atau Surrogate Mother adalah proses penanaman ovum seorang wanita yang
subur beserta sperma suaminya yang sah ke dalam rahim wanita lain dengan
imbalan sejumlah uang atau tanpa balasan karena berbagai sebab. Di antara penyebab
terjadinya hal tersebut adalah rahim pemilik ovum tidak baik untuk hamil, atau ketiadaan
rahim bersamaan dengan adanya dua sel telur atau salah satunya yang subur, atau karena
pemilik ovum ingin menjaga kesehatan dan kecantikannya dan sebagainya dari beberapa
motif yang ada.
2. Pandangan Hukum Islam Dalil yang melarang.
a. Dari Al-Qur’an
ِّ ُ‫ إِّ َّل َعلَ َٰ ٰٓى أ َ ۡز َٰ َو ِّج ِّه ۡم أَ ۡو َما َملَك َۡت أ َ ۡي َٰ َمنُ ُه ۡم فَإِّنَّ ُه ۡم غ َۡي ُر َمل‬٥ َ‫ظون‬
٦‫ومين‬ ِّ ‫ٱلَّذِّينَ ه ُۡم ِّلفُ ُر‬
ُ ‫وج ِّه ۡم َٰ َح ِّف‬
Artinya: 5. dan orang-orang yang menjaga kemaluannya 6. kecuali terhadap isteri-
isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal
ini tiada tercela (Al-Mu’minun: 5-6)
Ayat di atas menunjukkan wajibnya menjaga kemaluan dari kemaluan yang lain atau
dari air mani yang lain. Oleh sebab itu, praktek sewa rahim hampir menyerupai zina.
b. Dari Hadits
‫ي‬
ْ ‫ار‬ ِّ ‫ص‬َ ‫ت ْاْل َ ْن‬
ِّ ِّ‫ َع ْن ُر َو ْي ِّف َع ب ِّْن ثَاب‬y ِّ ‫ ُك ْنتُ َم َع النَّبِّي‬:َ‫ قَال‬r ‫ئ‬ َ :َ‫ فَقَال‬،‫َط ْيبا‬
ٍ ‫))ل يَ ِّحل ِّل ْم ِّر‬ َ َ‫ فَق‬،‫ِّحيْنَ ا ْفتَت َ َح ُحنَيْنا‬
ِّ ‫ام فِّ ْينَا خ‬
ُ‫ع َغي َْره‬َ ‫ي َما ُءهُ زَ ْر‬ َ ‫))…يُؤْ ِّمنُ ِّباهللِّ َواليَ ْو ِّم ْاْل ِّخ ِّر أ َ ْن يَ ْس ِّق‬
Artinya: dari Ruwayfi’ bin Tsabit Al Anshari Radhiyallahu ‘Anhu berkata: “kami
bersama Rasulullah r saat Hunain ditaklukkan, kemudian beliau berdiri dan
bersabda: “tidak halal bagi yang beriman kepada Allah dan hari akhir air maninya
dicampuri dengan air mani orang lain.” (HR. Abu Dawud dalam kitabnya bab Fii
Wath’I Sibyaa, no. hadits: 2158)
Dalil ini adalah dalil yang paling jelas atas keharaman sewa rahim. Wanita yang
menyewakan rahimnya, jika ia memiliki suami kemudian suaminya menggaulinya
setelah bakal janin ditanamkan di rahimnya, maka janin yang ada dalam
kandungannya akan memakan air mani suaminya sebagaimana janin itu makan
melalui kulit arinya. Hal itulah yang dilarang Rasulullah r dalam hadits di atas.
c. Pendapat para ulama dalam masalah sewa Rahim
Perbedaan pendapat ini ada pada masalah sewa rahim bentuk pertama, dan kedua.
Dan pendapat-pendapat tersebut dibagi menjadi tiga pendapat (Dr. Hindun Al-
Hauli, Ta’jir Al-Arham Fii Al-Fiqh Al-Islamy, hlm: 282-285):
1. Pendapat pertama, adalah pendapat jumhur ulama hari ini yang menyatakan
keharaman praktek sewa rahim. Hukum ini ditetapkan pada pertemuan Komite
Fiqih Organisasi Kerjasama Islam yang diadakan di berbagai di Oman pada tahun
1986 masehi dan di Makkah pada tahun 1985 masehi.
2. Pendapat kedua, adalah pendapat yang membolehkan sewa rahim bentuk pertama
dan kedua. Pendapat ini dikemukakan oleh Doktor Abdullah Al Mu’thi Bayumy
(anggota Dewan Kajian Islam di Al-Azhar) dengan menetapkan persyaratan yang
ketat. Seperti,
 Ibu pengganti harus menjalani serangkaian pemeriksaan untuk
memastikan kesehatan sehingga dapat menjalani kehamilan dengan lancar.
 Menjalani pengontrolan ke dokter yang menangani penanaman zigot di
rahimnya secara berkala selama masa kehamilan.
 Umur ibu yang disewa untuk hamil masih dalam masa produktif untuk
bisa hamil. Selain itu ia salam keadaan tidak memiliki suami, atau
bersuami namun harus mencegah dirinya dari bergaul dengan suaminya
selama masa kehamilan.
Dari pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan, hukum haram yang
terdapat dalam sewa rahim dapat ditinjau dari beberapa segi,
diantaranya, dari segi sosial, dapat menarik ketaraf kehidupan seperti
hewan dan pencapuran nasab. Segi etika, bahwa memasukkan benih
kedalam rahim perempuan lain hukumnya haram berdasarkan hadis
Nabi serta bagi seorang wanita bisa menimbulkan hilangnya sifat
keibuan dan merusak tatanan kehidupan masyarakat.
Adanya perselisihan dan perdebatan yang besar seperti ini bertentangan
dengan tujuan dan maksud syariat Islam berupa menciptakan kestabilan,
ketentraman dan menghilangkan pertikaian atau membatasinya pada skala
sekecil mungkin
3. Pengertian dan Perbedaan Bayi Tabung dan Inseminasi
a. Bayi Tabung
bayi tabung adalah bayi yang didapatkan dengan melalui proses pembuahan
yang dilakukan di luar rahim, sehingga terjaidnya embrio tidak secara alamiah
melainkan dengan bantuan ilmu kedokteran. Pada umumnya, embrio itu hanya
bisa terjadi bila seseorang pria mengadakan hubungan kelamin dengan
seorang wanita. Dalam hubungan kelamin tersebut terjadi pertemuan antara
sperma (yang berawal dari pria) dengan sel telur (yang berasal dari wanita) di
dalam tubuh si wanita. Dengan demikian wanita bersangkutan dapat dikatakan
sebagai wanita hamil. Jadi kehamilan seorang wanita haruslah didahului oleh
hubungan kelamin dengan seorang pria yang sah.
b. Inseminasi
Inseminasi merupakan terjemahan dari artificial insemination. Artificial
artinya buatan atau tiruan, sedangkan insemination berasal dari kata
latin. Inseminatusartinya pemasukan atau penyampaian. artificial insemination
adalah penghamilan atau pembuahan buatan. Jadi, inseminasi buatan adalah
penghamilan buatan yang dilakukan terhadap wanita dengan cara memasukan
sperma laki-laki ke dalam rahim wanita tersebut dengan pertolongan dokter,
istilah lain yang semakna adalah kawin suntik, penghamilan buatan dan
permainan buatan (PB).
c. Perbedaan Bayi Tabung dan Inseminasi
Program bayi tabung pada dasarnya adalah prosedur pengambilan sel telur
matang dari wanita lalu dipertemukan dengan sperma pasangan agar terjadi
pembuahan di luar tubuh. Pertemuan keduanya terjadi di suatu cawan petri.
Setelah sel telur dibuahi dan menjadi embrio, embrio ini dimasukkan ke dalam
rahim ibu untuk berkembang menjadi bayi yang sempurna di sana. Program
bayi tabung lebih kompleks prosedurnya dibanding inseminasi buatan.
Sedangkan inseminasi buatan adalah prosedur pemilihan sperma terbaik hasil
ejakulasi dengan cara pencucian sperma. Sperma yang sudah terpilih dilepas
ke dalam mulut rahim melalui bantuan kateter. Setelah itu, terserah bagaimana
cara sperma mencapai sel telur di tuba falopi. Dua minggu setelah proses
inseminasi buatan dilakukan, pasien harus datang untuk diperiksa untuk
mengetahui keberhasilan prosedur ini
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
PEMINATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
TAHUN 2017-2018

LEMBAR JAWABAN SOAL UAS

PERPEKSTIF ISLAM

NAMA : Ahmad Fahri

NPM : 2017980057

DOSEN : Dr. Lukman Hakim, Lc.

1. Pandangan Islami tentang Bayi Tabung


A. Hukum dan Dalil Mengenai Bayi Tabung
Landasan Diharamkannya Bayi Tabung
a. Q.S Al-Isra ayat 70
ْ‫ت‬ َّ ‫ َو َل َقدْ ْك ََّرمنَا ْ َب ِني ْآدَ َْم ْ َو َح َملنَاهُمْ ْ ِفي ال َب ِرْ ْ َوال َبح ِرْ ْ َو َرزَ قنَاهُمْ ْ ِمنَْ ْال‬.1
ِْ ‫ط ِي َبا‬
‫ضيل‬ ِ ‫َوفَضَّلنَاهُمعَلَىْ َكثِيرْْ ِم َّمنْْ َخلَقنَاْتَف‬
Artinya : “Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah
kami ciptakan.”(QS. Al-Isra: 70)

b. Q.S At-Tin ayat 4


ْ‫نْت َق ِويم‬ َ ‫سانَْْفِيْأَح‬
ِْ ‫س‬ ِ ‫ لَْقَدْْ َخلَقنَا‬.2
َ ‫اْلن‬
Artinya: “Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya .”(QS. At-Tin: 4)
Hadits Nabi:
َْ ‫للِْ َواليَو ِْم اْل َ ِخ ِْرْأَنْْيَس ِق‬
َْ ‫يْ َما َء ْهُْزَ ر‬
ْ‫عْغَي ِر ِه‬ ْ َ .3
ْ ‫لْيَ ِحلْْ ِل ِمْرئْْيُؤ ِمنُْْبِا‬
Artinya: “Tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allash dan hari akhir
menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina istri orang lain). (Hadits
Riwayat Abu Daud, Al-Tirmidzi, dan hadits ini dipandang shahih oleh Ibnu Hibban)”
Menurut Kedua ayat dan Hadits di atas menerangkan bahwa bayi tabung dengan sperma
donor itu haram. Karena pada hakikatnya dapat merendahkan harkat dan martabat
manusia. Dalam hal itu manusia sejajar dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Selain itu,
diharamkannya bayi tabung dengan sperma donor karena akan menimbulkan
percampuradukkan dan penghilangan nasab, yang telah diharamkan oleh ajaran Islam.
Oleh karena itu, proses bayi tabung hendaknya dilakukan dengan memperhatikan nilai
moral Islami dan tetap harus menjunjung tinggi etika dan kaidah-kaidah syari’ah.
B. Landasan Diperbolehkannya Bayi Tabung
Firman Allah SWT: ‫ ا َِّنْْ َم َعْْالعُش ِرْْيُش َرا‬Artinya: “Setiap ada kesulitan, ada kemudahan” (QS.
Al-Insyirah: 5). Hadits Nabi yang diriwayatkan dari Anas Ra bahwa Nabi SAW telah
bersabda: “Menikahlah kalian dengan wanita-wanita yang subur (peranak), sebab
sesungguhnya aku akan berbangga di hadapan para Nabi dengan banyaknya jumlah
kalian pada hari kiamat nanti.” (HR. Ahmad)
Dari ayat tersebut, dapat diketahui bahwa syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak
berputus asa dan menganjurkan untuk senantiasa berusaha dalam menggapai karunia
Allah. Termasuk dalam kesulitan reproduksi manusia. Dengan adanya kemajuan
teknologi kedokteran dan ilmu biologi modern yang Allah karuniakan kepada umat
manusia agar mereka bersyukur dan menggunakannya sesuai dengan kaidah-kaidah
ajaran-Nya. Kesulitan reproduksi tersebut dapat di atasi dengan upaya medis agar
pembuahan antara sel sperma suami dengan sel telur istri dapat terjadi di luar tempatnya
yang alami. Hal ini diperbolehkan dengan syarat jika upaya pengobatan untuk
mengusahakan pembuahan dan kelahiran alami telah dilakukan dan tidak berhasil.
Dalam proses pembuahan di luar tempat yang alami tersebut, setelah sel sperma suami
dapat sampai dan membuahi sel telur istri dalam suatu wadah yang mempunyai kondisi
mirip dengan kondisi alami rahim, maka sel telur yang telah terbuahi diletakkan pada
tempatnya yang alami (rahim istri). Dengan demikian, kehamilan alami diharapkan dapat
terjadi dan selanjutnya akan dapat dilahirkan bayi secara normal. Proses seperti itu
merupakan upaya manusia melalui medis untuk mengatasi kesulitannya dalam reproduksi
dan hukumnya boleh menurut syara’.
Sebab upaya tersebut merupakan upaya untuk mewujudkan apa yang disunnahkan oleh
Islam yaitu kelahiran dan perbanyak anak, yang merupakan salah satu tujuan dasar dari
suatu pernikahan sebagaimana hadits di atas. Dengan demikian, hukum bagi tabung itu
mubah (boleh) dengan syarat sperma dan sel telur suami-istri itu sendiri bukan dari donor
2. Pandangan Aborsi dalam perpekstif Islam
Dr. Abdurrahman al-Baghdadi dalam bukunya menyebutkan bahwa aborsi dapat
dilakukan sebelum atau sesudah ruh (nyawa) ditiupkan. Jika dilakukan setelah
ditiupkannya ruh yaitu masa 4 bulan masa kehamilan, maka semua ulama fiqh (fuqaha)
sepakat akan keharamannya Tetapi para ulama fiqh berbeda pendapat jika aborsi
dilakukan sebelum ditiupkannya roh. Sebagian membolehkan dan sebagian lainnya
mengharamkan.
A. Ulama’ yang membolehkan aborsi sebelum peniupan roh
1. Muhammad Ramli (w 1596) dalam kitabnya an-Nihayah dengan alasan
karena belum ada makhluk yang bernyawa.
2. Ada pula yang memandangnya makruh dengan alasan karena janin sedang
mengalami pertumbuhan. Namun demikian, dibolehkan melakukan aborsi
baik pada tahap penciptaan janin atau pun setelah peniupan ruh kepadanya,
jika dokter menetapkan bahwa keberadaan janin dalam perut ibu akan
mengakibatkan kematian ibu dan janinnya sekaligus.
3. Dalam kondisi seperti ini dibolehkan melakukan aborsi dan mengupayakan
penyelamatan kehidupan jiwa ibu. Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu
yang diserukan oleh ajaran islam sesuai dengan firman Allah QS. Al-Maidah :
32. Artinya : “Oleh Karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,
bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan Karena orang
itu (membunuh) orang lain, atau bukan Karena membuat kerusakan dimuka
bumi, Maka seakan-akan dia Telah membunuh manusia seluruhnya. dan
barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah
dia Telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya
Telah datang kepada mereka rasul-rasul kami dengan (membawa) keterangan-
keterangan yang jelas, Kemudian banyak diantara mereka sesudah itu
sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.
Tetapi apabila pengguguran itu dilakukan karena benar-benar terpaksa demi
melindungi/ menyelamatkan si ibu maka islam membolehkan, bahkan
mengharuskan, karena islam mempunyai prinsip : “menempuh salah satu
tindakan yang lebih ringan dari hal yang berbahaya itu adalah wajib”. Kaidah
fiqh dalam masalah ini menyebutkan : ”Jika berkumpul dua mudharat
(bahaya) dalam satu hukum maka dipilih yang lebih ringan mudharatnya”.
B. Ulama yang mengharamkan abortus dan menstrual regulation.
1. Mahmud Syaltut (eks rektor Universitas al-Azhar Mesir) Bahwa sejak
bertemunya sel sperma (mani laki-laki) dengan ovum (sel telur wanita) maka
pengguguran adalah suatu kejahatan dan haram hukumnya, sekalipun si janin
belum bernyawa sebab sudah ada kehidupan pada kandungan yang sedang
mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi makhluk baru yang
bernyawa bernama manusia yang harus dihormati dan dijaga eksistensinya.
Dan makin besar dosanya apabila pengguguran dilakukan setelah janin
bernyawa, apalagi sangat besarnya dosanya kalau sampai dibunuh/ dibuang
bayi yang baru lahir dari kandungan.
2. Pendapat yang disepakati fuqaha, yaitu bahawa haram hukumnya melakukan
aborsi setelah ditiupkannya roh (4 bulan) didasarkan pada kenyataan bahwa
peniupan ruh terjadi setelah 4 bulan masa kehamilan. Abdullah ibn Mas’ud
berkata bahwa rasulullah bersabda : Sesungguhnya setiap kamu terkumpul
kejadiannya dalam perut ibumu selama 40 hari dalam bentuk ’nuthfah’,
kemudian dalam bentuk ’alaqah’. Selama itu pula, kemudian dalam bentuk
’mudghah’ selama itu pula kemudian ditiupkan ruh kepadanya (H.R. Bukhari,
Muslim,Abu Daud, Ahmad dan Tirmidzi). Dalam QS al-Isra’ ayat 31 :
Artinya : “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu Karena takut
kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga
kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar”.
QS al Isra’ ayat 33yang berbunyi : Artinya : “Dan janganlah kamu membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu
(alasan) yang benar. dan barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka
Sesungguhnya kami Telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi
janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia
adalah orang yang mendapat pertolongan.” Berdasarkan dalil-dalil diatas
maka aborsi adalah haram pada kandungan yang bernyawa/ telah berumur 4
bulan, sebab dalam keadaan demikian berarti aborsi itu adalah suatu tindak
kejahatan pembunuhan yang diharamkan islam.
3. Perbedaan Pengaturan dan Pembatasan Kelahiran.
a. Membatasi (jumlah) keturunan: adalah menghentikan kelahiran (secara permanen)
setelah keturunan mencapai jumlah tertentu, dengan menggunakan berbagai sarana
yang diperkirakan bisa mencegah kehamilan. Tujuannya untuk memperkecil
(membatasi) jumlah keturunan dengan menghentikannya setelah (mencapai) jumlah
yang ditentukan. (Fatwa Haiati Kibarul ‘Ulama’ (5/114, Majallatul Buhuutsil
Islaamiyyah). Lihat juga keterangan syaikh al-‘Utsaimin dalam Silsilatu Liqa-aatil
Baabil Maftuuh (31/133)). Membatasi keturunan dengan tujuan seperti ini dalam agama
Islam diharamkan secara mutlak, sebagaimana keterangan Lajnah daaimah yang
dipimpin oleh Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz (Fatawal Lajnatid Daaimah, (9/62) no
(1584)), demikian juga Syaikh Muhammad bin Shaleh al-‘Utsaimin (Silsilatu Liqa-aatil
Baabil Maftuuh, (31/133)), syaikh Shaleh al-Fauzan (Al-Muntaqa Min Fatawa al-
Fauzan (69/20)) dan Keputusan majelis al Majma’ al Fiqhil Islami (Majallatul
Buhuutsil Islaamiyyah (30/286)). Karena ini bertentangan dengan tujuan-tujuan agung
syariat Islam, seperti yang diterangkan di atas.
b. Pengaturan Kelahiran
Pengaturan kelahiran, yang dikenal pula sebagai kontrasepsi dan pengaturan fertilitas,
merupakan metode atau alat yang digunakan untuk mencegah kehamilan.Perencanaan,
pembekalan, dan penggunaan kontrasepsi disebut keluarga berencana. Seks aman, seperti
penggunaan kondom wanita atau pria, juga dapat membantu mencegah infeksimenular
seksual. Metode pengaturan kelahiran telah digunakan sejak zaman dahulu, tetapi metode
yang efektif dan aman baru tersedia pada abad ke 20.. Pada beberapa kebudayaan akses
pada kontrasepsi dibatasi karena dianggap tidak seesuai baik secara moral maupun
politik.
Kesimpulan:
1. Membatasi keturunan hukumya haram, kecuali darurat, seperti istri mengidap
penyakit yang membahayakan jiwanya bila hamil dan melahirkan
2. Mengatur kelahiran dibolehkan bila ada udzur syar’i, seperti fisik istri yang tidak kuat
bila menjalani kehamilan dengan jarak yang dekat, atau memiliki penyakit tertentu.

Konsep Penyusunan Asi dan Khitan Menurut Pandangan Islam

1. Konsep Asi
a. Menyusui adalah hadiah sempurna yang memberikan kasih sayang, rasa aman, dan
kesehatan hanya dalam suatu tindakan sederhana (Mongan, 2007).
b. Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu
ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan reflex menghisap untuk
mendapatkan dan menelan susu. Seorang bayi dapat disusui oleh ibunya sendiri atau
oleh wanita lain (Azzam, 2012).
c. Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi ideal untuk menunjang kesehatan,
pertumbuhan, perkembangan bayi secara optimal. Bayi dianjurkan untuk disusui
secara eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan dan pemberian ASI dilanjutkan
dengan didampingi makanan pendamping ASI, idealnya selama dua tahun pertama
kehidupan (Yenrina, 2008).
2. Menyusui Menurut Pandangan Islam
Setiap ibu (meskipun ia janda) berkewajiban menyusui anaknya sampai anak itu
mencapai usia dua tahun. Tidak mengapa kalau dikurangi dari masa tersebut apabila
kedua ibu bapak memandang ada maslahatnya. Demikian pula setiap bapak berkewajiban
untuk memenuhi kebutuhan para ibu baik dengan sandang maupun pangan menurut yang
semestinya. Ibu laksana sebagai wadah bagi anak sedang bapak sebagai pemilik si wadah
itu. Maka sudah sewajarnya bapak berkewajiban memberi nafkah kepada orang yang di
bawah tanggung jawabnya dan memelihara serta merawat miliknya.
Alasan utama diwajibkannya seorang ibu menyusui anaknya karena ASI
merupakan minuman dan makanan terbaik secara alamiah maupun medis. Ketika bayi
masih di dalam kandungan ia ditumbuhkan dengan darah ibunya, setelah ia lahir, darah
tersebut berubah menjadi susu yang merupakan makanan utama dan terbaik bagi bayi.
Ketika ia lahir dari kandungan ibunya, hanya ASI yang paling cocok dan paling sesuai
dengan perkembangannya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan oleh seorang ibu bahwa
anaknya akan terserang penyakit ataupun cedera karena ASI (Azzam, 2014).
Al-Qur’an telah menegaskan keharusan seorang ibu untuk menyusui anaknya.
Dalam beberapa ayat Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
a. QS Al-Baqoroh : 233
ْ ‫علَى ا ْل َم ْولُو ِد لَهُ ِر ْزقُ ُهنَّ َو ِك‬
َّ‫س َوت ُ ُهن‬ َ ‫الرضَاعَةَ ۚ َو‬ َّ ‫َاملَي ِْن ۖ ِل َم ْن أ َ َرا َد أَ ْن يُتِ َّم‬
ِ ‫َوا ْل َوا ِلدَاتُ يُ ْر ِض ْعنَ أ َ ْو ََل َدهُنَّ ح َْولَي ِْن ك‬
‫ث ِمثْ ُل َٰذَ ِلكَ ۗ َف ِإ ْن‬ِ ‫علَى ا ْل َو ِار‬ َ ‫َار َوا ِل َدةٌ بِ َولَ ِد َها َو ََل َم ْولُو ٌد لَهُ بِ َولَ ِد ِه ۚ َو‬ َّ ‫سعَهَا ۚ ََل تُض‬ ْ ‫س إِ ََّل ُو‬ٌ ‫ف نَ ْف‬ ِ ‫بِا ْل َم ْع ُر‬
ُ َّ‫وف ۚ ََل ت ُ َكل‬
َ ‫ست َ ْر ِضعُوا أ َ ْو ََل َد ُك ْم فَ َل ُج َنا َح‬
‫ع َل ْي ُك ْم‬ ْ َ ‫علَي ِْه َما ۗ َوإِ ْن أ َ َر ْدت ُ ْم أ َ ْن ت‬
َ ‫َاو ٍر فَ َل ُج َنا َح‬ ُ ‫اض ِم ْن ُه َما َوتَش‬ ٍ ‫َاَل ع َْن ت َ َر‬ ‫أ َ َرادَا فِص ا‬
َّ َّ‫َّللاَ َوا ْعلَ ُموا أَن‬
ٌ ‫َّللاَ ِب َما تَ ْع َملُونَ بَ ِص‬
‫ير‬ َّ ‫وف ۗ َواتَّقُوا‬ َ ‫ِإذَا‬
ِ ‫سلَّ ْمت ُ ْم َما آت َ ْيت ُ ْم ِبا ْل َم ْع ُر‬
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan
pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan
menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena
anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.
Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu
disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Baqarah : 233).
3. PENGERTIAN KHITAN
Kata khitan berasal dari akar kata Arab khatana-yakhtanu-khatnan, artinya memotong.
Makna asli kata khitan dalam bahasa Arab adalah bahagian yang dipotong dari kemaluan
laki-laki atau perempuan.
Khitan laki-laki disebut juga dengan I’zar. Sedangkan khitan perempuan disebut juga
dengan Khafdh (merendahkan). Secara istilah khitan adalah memotong kulit yang
menutupi penis laki-laki atau memotong kulit yang terdapat di atas farji wanita yang
seperti jengger kepala ayam jantan.
DALIL TENTANG KHITAN
Dari Abu Hurairah Ra : Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda : “ Fitrah itu ada
lima : khitan, mencukur bulu disekitar kemaluan, memotong kumis, memotong kuku, dan
mencabut bulu ketiak. ” (HR.Bukhari dan Muslim). Dari Anas bin Malik bahwa
Rasulullah Saw bersabda kepada Ummi Athiyyah, salah seorang yang biasa mengkhitan
anak-anak perempuan di Madinah, “ Apabila kamu mengkhifadh, janganlah berlebihan
karena yang tidak berlebihan itu akan menambah cantiknya wajah dan lebih menambah
kenikmatan dalam berhubungan dengan suami. ”(HR.Thabrani, Hadits Hasan)
Dari Hajjaj dari Abi Mali h bin Usamah dari ayahnya, bahwa Nabi Saw bersabda : “
Khitan itu sunnah untuk laki-laki dan kehormatan/dianggap baik untuk wanita.
” (HR.Ahmad dan Baihaqi) Apabila bertemu dua khitan maka wajib mandi.
” (HR.Muslim)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
PEMINATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
TAHUN 2017-2018

LEMBAR JAWABAN SOAL UAS

PERPEKSTIF ISLAM

NAMA : Fathia Fakhri Inayati Said

NPM : 2017980057

DOSEN : Dr. Farihen, MA

1. Konsep hipnotis dalam perspektif Islam


Jika mencermati berbagai riwayat yang ada, ternyata kegiatan yang mirip seperti hipnotis
ini sebenarnya sudah ada pada masa Rasulullah saw. Rasulullah SAW menyampaikan
bahwa al’ainu haq, sihir mata itu benar ada, karena syetan bisa menginfiltrasi seseorang
melalui pandangan mata itu. Ilmu “ketajaman mata” ini pada zaman Nabi Muhammad
SAW banyak dikuasai oleh Bani Asad. Dengan puasa 3 hari, mereka dapat langsung
menidurkan dan membuat kaku hewan dan manusia. Istilah hipnotis Sihrul
‘ain disinggung dalam Alquran Surat Al-Qalam : 51

)51ْ:‫س ِمعُواْالذِك َْرْ َو َيقُولُونَْْ ِإنَّ ْهُْلَ َمجنُونْْ(القلم‬


َ ْ‫ارهِمْْلَ َّما‬
ِ ‫ص‬َ ‫َو ِإنْْ َيكَا ْد ُْالَّذِينَْْ َكفَ ُرواْلَيُز ِلقُونَكَْْ ِبأَب‬
”Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu hampir-hampir menggelincirkan
kamu (Muhammad) dengan pandangan mata mereka ketika mereka mendengar
Al-Quran dan mereka berkata; Dia (Muhammad) benar-benar orang gila “
(al-Qolam;51)
Dalam kitab Tafsir Jalalain oleh Imam Jalaluddin Abdurrahman As-
Suyuthi,dijelaskan: “Dengan pandangan yang kuat, hingga hampir memingsankan dan
menjatuhkan dari tempatmu, tetapi Allah menolong. Yang dimaksud “memandang”
bukanlah pandangan kagum, melainkan pandangan tajam memancarkan
kebencian.(Yanzhurûna ilaika nazhran syadîdan yakâdu an yashra’uka wa yasquthuka
min makânika)
Oleh sebab itu, Rasulullah saw. pun mengajarkan ummatnya untuk berdo’a agar
terhindar dari sihir ‘ain (hipnotis) tersebut.
ُْ ‫سينَْ ْ َويَقُو‬
َّْ ِ‫ل ْإ‬
ْ‫ن‬ َ ‫سلَّ َْم ْيُعَ ِو ْذ ُ ْال َح‬
َ ‫سنَْ ْ َوال ُح‬ َّْ ْ ‫صلَّى‬
َ ‫ّللاُ ْ َعلَي ِْه ْ َو‬ َْ ‫ّللاُ ْ َعن ُه َما ْقَا‬
َ ْ ْ‫ل ْكَانَْ ْالنَّبِي‬ َّْ ْ ‫ي‬
َْ ‫ض‬
ِ ‫ن ْ َعبَّاسْ ْ َر‬
ِْ ‫َعنْ ْاب‬
َ ‫ل ْشَي‬
ِْ ‫طانْ ْ َوهَا َّمةْ ْ َو ِمنْ ْ ُْك‬
ْ.‫ل ْ َعينْْ َل َّمة‬ ِْ ‫ّللاِْالتَّا َّم ِْة ْ ِمنْ ْ ُك‬ ِْ ‫ل ْ َو ِإس َحاقَْ ْأَعُو ْذ ُْ ِب َك ِل َما‬
َّْ ْ‫ت‬ َْ ‫أَبَا ُك َماْكَانَْْيُ َع ِو ْذ ُْ ِب َها ْ ِإس َما ِعي‬
)‫(رواهْالبخاري‬
“Dari Ibnu 'Abbas ra. berkata; "Nabi saw. biasa memohonkan perlindungan
untuk Al Hasan dan Al Husein (dua cucu Beliau) dan berkata; "Sesungguhnya
nenek moyang kamu pernah memohonkan perlindungan untuk Isma'il dan
Ishaq dengan kalimat ini: “A'uudzu bi kalimaatillaahit taammati min kulli
syaitaani wa haammatin wa min kuli 'ainin laammah" ("Aku berlindung
dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari setiap setan dan segala
makhluq berbisa dan begitupun dari setiap mata jahat yang mendatangkan
petaka").” (HR. al-Bukhari)
2. Akupresur dalam pandangan Islam
Pengobatan alternatif yang sering menjebak umat islam adalah pengobatan
dengan menggunakan ayat-ayat Al -Quran dan dengan doa-doa berbahasa arab.
Dokternya pun tak jarang yang menamakan diri sebagai kiai atau ustadz, Dari Abu
Hurairah ra,dari Nabi SAW beliau bersabda : Barang siapa datang ke kahin ( dukun ),dan
percaya apa yang ia katakan,maka sesungguhnya ia telah kafir terhadap apa yang telah
diturunkan kepada Muhammad Shallallahu allahi wasallam. ( HR.Abu Daud ). “ (Dia
adalah Rabb) yang mengetahui yang ghaib,maka dia tidak memperlihatkan kepada
seorang pun tentang yang ghaib itu.” ( Al -Jin:26). “ Sesungguhnya allah menurunkan
penyakit dan obat serta menjadikan setiap penyakit itu obatnya. Darimitu berobatlah
kamu tetapi jangan berobat denga cara yang haram “. ( HR.Abu Daud ). Terapi akupresur
menurut pandangan islam dibolehkan selama tata caranya sesuai dengan kaidah-kaidah
islam.

Anda mungkin juga menyukai