BRG 2016 Report - 29.05.17 PDF
BRG 2016 Report - 29.05.17 PDF
Tahunan
2016
Mengawali
Restorasi Gambut
Indonesia
Mengawali
Restorasi Gambut
Indonesia
Tahun 2015 menjadi tahun terburuk dalam sejarah kebakaran hutan dan
lahan di Indonesia dalam 18 tahun terakhir. Pemerintah mencatat, seluas 2,6 juta
hektar hutan dan lahan terbakar sepanjang Juni hingga November 2015, memicu
kabut asap pekat sehingga menimbulkan masalah nasional, di mana kerugian
ekonomi akibat kebakaran ini diperkirakan mencapai Rp 221 triliun. Sebagai
akibat, 19 orang meninggal dunia dan 500.000 penduduk menderita infeksi saluran
pernafasan akut. Kabut asap akibat kebakaran tersebut juga memaksa penutupan
24.773 sekolah selama 34 hari, sehingga 4.692.537 siswa diliburkan.
Sekitar 33 persen dari jumlah lahan yang terbakar merupakan lahan
gambut, yang merupakan penyimpan karbon dalam jumlah yang amat besar.
Dari hasil kebakaran lahan gambut selama kurang lebih tiga bulan, diperkirakan
mengeluarkan emisi 800 mega hingga 1,6 giga metrik ton setara karbon dioksida.
Dalam pidatonya di KTT Perubahan Iklim Paris, Presiden Joko Widodo
menegaskan komitmen Indonesia untuk berkontribusi dalam aksi global
menurunkan emis gas rumah kaca (GRK) yang mencakup penurunan emisi
sebesar 29% dengan scenario business as usual pada tahun 2030, atau 41%
dengan bantuan internasional. Pada 6 Januari 2016, Presiden RI menerbitkan
Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang pembentukan Badan Restorasi
Gambut (BRG). Sebagai lembaga non-struktural yang bertanggungjawab kepada
Presiden, di bawah koordinasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
BRG dimandatkan untuk mengkoordinasikan dan memfasilitasi restorasi 2 juta
hektar lahan gambut di tujuh provinsi prioritas, yakni Jambi, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Riau, Sumatera Selatan dan Papua
hingga tahun 2020.
Langkah BRG dalam perjalanannya sebagai lembaga yang baru didirikan
di Indonesia tentulah sarat dengan aneka tantangan. Pada tahun pertamanya
BRG mengembangkan struktur kelembagaan, menguatkan koordinasi antar
pemeirntah pusat dan pemerintah daerah, serta menyelesaikan perencanaan
program kerja.
Laporan Tahunan BRG 2016 ini memaparkan kilas balik perjalanan BRG
selama tahun pertamanya. Laporan ini disusun dengan maksud untuk memberikan
informasi terkait program kerja dan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh BRG,
pencapaian kinerja BRG selama tahun 2016 beserta tantangan dan kendala yang
dihadapi. Laporan ini mengisahkan bagaimana kelembagaan BRG dibangun
beserta proses penataan kebijakan yang perlu dilakukan untuk mewujudkannya.
Kemudian diikuti dengan penjelasan atas proses pemetaan lahan gambut,
i
persiapan masyarakat, dan kegiatan restorasi gambut selama tahun 2016.
Selanjutnya, laporan ini juga memaparkan kerja sama yang telah dijalin BRG dalam
bidang riset dan pendidikan dan bagaimana langkah BRG dalam membangung
kepercayaan dunia.
Kami berharap melalui publikasi laporan ini, kami juga dapat meningkatkan
keterbukaan informasi dan pemahaman atas kegiatan BRG kepada berbagai
pemangku kepentingan, serta meningkatkan kesadartahuan masyarakat tentang
pentingnya upaya restorasi gambut. Segala capaian yang telah dicapai selama tahun
2016 tentunya tak lepas dari dukungan dan kerjasama dari berbagai kementerian
dan lembaga Pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Republik Indonesia, Kantor Kepala Staf Kepresidenan, Bappenas,
mitra internasional, masyarakat setempat, berbagai lembaga swadaya masyarakat
dan dunia usaha.
Untuk itu, akhir kata kami ucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-
tingginya terhadap seluruh pihak yang telah mendukung aksi BRG hingga saat ini.
Semoga kerja sama yang telah terjalin dapat ditingkatkan dan menjadi lebih baik.
Mari bersama kita sukseskan restorasi gambut di Indonesia untuk mewujudkan
kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia dan dunia.
Kata Pengantar i
Daftar Isi iii
I. Pendahuluan 1
II. Membangun Lembaga dan Menata Kebijakan 7
III. Memetakan Lahan Gambut 9
IV. Menyiapkan Masyarakat 15
V. Merestorasi Gambut 19
VI. Kerja Sama Riset dan Pendidikan 23
VII. Membangun Kepercayaan Dunia 25
VIII. Penutup 29
Lampiran 30
Kegiatan Dalam Penyiapan Masyarakat
iii
I. PENDAHULUAN
Tahun 2015 menjadi tahun terburuk dalam sejarah
kebakaran hutan dan lahan di Indonesia dalam 18
tahun terakhir. Pemerintah mencatat, seluas 2,6
juta hektar hutan dan lahan terbakar sepanjang
Juni hingga November 2015, memicu kabut asap
pekat sehingga menimbulkan masalah nasional.
Tidak hanya menghancurkan kekayaan hayati,
kebakaran ini juga mengganggu perekonomian,
pendidikan, mengancam kesehatan puluhan ribu
jiwa, bahkan menelan korban jiwa. Setidaknya
19 orang meninggal dunia dan 500.000 penduduk
menderita infeksi saluran pernafasan akut.
Kabut asap akibat kebakaran ini juga memaksa
penutupan sekolah selama 34 hari. Pada Oktober
2015 itu, 24.773 sekolah ditutup dan 4.692.537
siswa diliburkan.
1
“Kebakaran hutan dan
lahan ini sebenarnya
warisan masalah dari
pengelolaan gambut
di masa lampau.
Setidaknya, selama 18
tahun kebakaran rutin
di negeri ini terjadi di
musim kemarau.”
2
Kebakaran di tahun 2015 lain akibat besarnya emisi gas rumah
dianggap nyaris menyamai bencana kaca yang tercipta dari kebakaran ini.
kebakaran hutan dan lahan di tahun Kondisi ini menyulitkan posisi Presiden
1997. Sebagaimana terjadi di tahun Joko Widodo yang waktu itu hendak
1997, kebakaran hutan dan lahan pada mengikuti Leader Event Konferensi
2015 menghebat karena pada tahun itu Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim
kemarau panjang terjadi akibat super di Paris, pada 30 November 2015.
El Nino. Kondisi lahan yang terbakar, Namun demikian, Presiden
yang sebagian besar berupa gambut Joko Widodo menunjukkan
menyebabkan kebakaran menjadi sulit kepemimpinannya dengan
ditanggulangi. Presiden Joko Widodo menyiapkan jalan keluar dan
dihadapkan pada tantangan berat di optimisme untuk mengatasi masalah
awal masa kepemimpinannya. laten yang dihadapi Indonesia ini.
Apalagi, kebakaran hutan dan Dalam pidatonya di KTT Perubahan
lahan ini telah memanaskan hubungan Iklim Paris, Presiden mengatakan,
diplomatik Indonesia dengan Indonesia sebagai salah satu negara
negara tetangga, khususnya dengan pemilik hutan terbesar yang menjadi
Singapura dan Malaysia. Kedua paru-paru dunia, memilih untuk
negara ini mendapat kiriman asap menjadi bagian dari solusi. Presiden
pekat sehingga mengganggu kondisi juga menegaskan, Indonesia akan
ekonomi dan kesehatan warga mereka. membangun dengan memperhatikan
Bahkan, secara global, Indonesia lingkungan. Presiden mengakui, 60%
juga menjadi sorotan negara-negara penduduk Indonesia yang tinggal di
3
pesisir dan 80% bencana nasional memenuhi janjinya di hadapan para
terkait dengan perubahan iklim. bangsa dunia untuk mencari jalan
Demikian halnya, kebakaran hutan keluar bagi penyelesaian persoalan
pada tahun 2015 itu, dipicu oleh masalah kebakaran hutan dan lahan dengan
El-Nino yang mempersulit upaya menerbitkan Peraturan Presiden
untuk memadamkan api di wilayah (Perpres) Nomor 1 Tahun 2016 tentang
gambut. Sekalipun demikian, unsur BRG. Sebagai lembaga non-struktural
kesengajaan dalam pembakaran juga yang bertanggungjawab kepada
ditemukan. Oleh karena itu, dipastikan Presiden RI, BRG dimandatkan untuk
adanya penegakan hukum kepada mengkoordinasikan dan memfasilitasi
pihak-pihak yang selama ini menjadi restorasi gambut yang tersebar di tujuh
penyebab kebakaran. Sedangkan provinsi, yakni Riau, Jambi, Sumatera
untuk pencegahan ke depan, Presiden Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan
menyatakan akan merestorasi gambut Tengah, Kalimantan Selatan dan Papua
dengan membentuk Badan Restorasi dalam periode lima tahun (2016-2020).
Gambut (BRG). Pada tanggal 14 September
Presiden menegaskan bahwa 2016, BRG telah menyelesaikan peta
Indonesia tidak akan menghentikan indikatif restorasi gambut dengan
komitmen untuk berkontribusi menetapkan 2.492.527 hektar areal
dalam aksi global menurunkan emisi. terdegradasi yang perlu direstorasi.
Termasuk menurunkan emisi sebesar Sebanyak 30% dari 2,4 juta hektar lahan
29% dengan scenario business as usual gambut ditargetkan mulai dilakukan
pada tahun 2030, atau 41% dengan pada tahun 2016, 20% prioritas
bantuan internasional. Terkait dengan restorasi lahan gambut masing-
bidang tata kelola hutan dan sektor masing akan menjadi capaian target
lahan juga akan menerapkan one map restorasi di tahun 2017, 2018, dan 2019,
policy dan menetapkan moratorium serta 10% di tahun 2020. Pada tahun
serta kajian perizinan pemanfaatan ini pula disiapkan exit strategy dan
lahan gambut, pengelolaan lahan dan kemudian dilanjutkan dengan program
hutan produksi lestari. Oleh karena itu Percepatan Pengelolaan Tata Kelola
Presiden berharap, Kesepakatan Paris Gambut Lestari di periode selanjutnya.
harus mencerminkan keseimbangan, Sebanyak 87% dari areal prioritas
keadilan serta sesuai prioritas dan restorasi gambut terdapat di kawasan
kemampuan nasional. Sekalipun budidaya, selebihnya 13% di kawasan
bersifat mengikat, jangka panjang lindung. Pemanfaatan gambut di areal
dan ambisius, namun hal itu tidak budidaya terbanyak dilakukan oleh
menghambat pembangunan negara pemegang izin/konsesi kehutanan dan
berkembang. Dia juga meminta perkebunan kelapa sawit. Tercatat
semua pihak juga berkontribusi lebih 531 perusahaan kehutanan dan
dalam aksi mitigasi dan adaptasi, perkebunan sawit beroperasi di lahan
terutama negara maju, yakni dengan gambut, yang meliputi 174 perusahaan
cara memobilisasi pendanaan 100 pemegang Izin Usaha Pemanfaatan
miliar dollar AS hingga 2020 yang Hasil Hutan Kayu – Hutan Tanaman
ditingkatkan untuk tahun-tahun Industri, 30 Perusahaan pemegang Izin
berikutnya serta diikuti dengan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
transfer teknologi ramah lingkungan – Hutan Alam dan 327 perusahaan
dan peningkatan kapasitas. kelapa sawit. Konsesi yang berada
Komitmen Pemerintah untuk di kubah gambut sekitra 590 ribuan
merestorasi lahan gambut yang selama hektar. Di areal restorasi juga terdapat
ini menjadi akar masalah kebakaran areal masyarakat baik yang dikuasai
hutan dan lahan di Indonesia, telah dengan klaim adat maupun bukan.
menjadi pertaruhan wibawa bangsa Selain itu ada pula areal yang belum
ini di dunia internasional. Pada jelas status penguasaannya. Total
6 Januari 2016, Presiden RI telah luas areal ini mencapai 1,1 juta hektar
4
Grafik 1. Proyeksi Rencana Aksi
Restorasi Gambut 2016-2020
5
II. MEMBANGUN
LEMBAGA DAN MENATA
KEBIJAKAN
Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan
Presiden (Perpres) Nomor 1 Tahun 2016,
BRG mendapat mandat untuk menjalankan
fungsi-fungsi pelaksanaan koordinasi dan
penguatan kebijakan pelaksanaan restorasi
gambut, perencanaan pengendalian dan
kerjasama penyelenggaraan restorasi gambut,
pemetaan dan penetapan zonasi lindung dan
fungsi budi daya, pelaksanaan konstruksi
infrastruktur pembatasan gambut dan segala
perlengkapannya, penataan ulang pengelolaan
area gambut yang terbakar. Cakupan luas
kawasan yang harus direstorasi kurang lebih
2.000.000 hektar. Dengan mengkaji kondisi
yang berlaku, BRG kemudian menemukan
adanya 2.492.527 hektar areal bergambut
terdegradasi yang perlu direstorasi dalam
kurun lima tahun.
7
BRG 2016-2020 di bulan Mei 2016 Pemerintah no. 71/2014 tentang
yang kemudian direvisi pada bulan Perlindungan dan Pengelolaan
November 2016. Gambut, dengan dikeluarkannya PP
Berikutnya, BRG kemudian no. 57/2016. BRG juga menyusun
memperkuat kelembagaan ke daerah sejumlah Peraturan tentang Tata Cara
sasaran dengan membentuk Tim Restorasi, Peraturan Verifikasi Peta
Restorasi Gambut Daerah (TRGD) di Restorasi, dan Perencanaan Restorasi
enam provinsi, yakni Jambi, Sumatera pada Badan Usaha.
Selatan, Kalimantan Barat, Riau, Sepanjang tahun 2016, BRG
Kalimantan Selatan dan Kalimantan melakukan koordinasi dan kerjasama
Tengah. Tim yang di dalamnya secara dengan beberapa kementerian dan/
lengkap melibatkan unsur pemerintah atau lembaga terkait, pemegang izin,
daerah (pemda), akademisi, lembaga dan lembaga nonpemerintah untuk
swadaya masyarakat (LSM) lokal, pihak merancang dan melaksanakan tahap
swasta, masyarakat hingga wartawan awal dari upaya restorasi gambut di
ini menjadi perkuatan kinerja restorasi tingkat nasional hingga tapak.
gambut di daerah. Sedangkan terkait dengan
Setelah memantapkan konstruksi restorasi itu, BRG
kelembagaan, BRG mulai menata telah membuat panduan dan
langkah-langkah yang bisa dilakukan prosedur operasional standar
dalam merestorasi lahan gambut. (POS) pembangunan infrastruktur
Perlu ditegaskan di sini, fungsi pembasahan gambut (sekat
BRG tak semata-mata melakukan kanal/ canal blocking), pembuatan
kegiatan restorasi fisik lahan gambut. persemaian (seedling nursery),
Bersama dengan kementerian dan penanaman di lahan gambut, dan
lembaga terkait, BRG juga berupaya pemasangan sumur pipa bor (deep
menyingkronkan sejumlah kebijakan/ wells). Dengan panduan ini, para pihak
regulasi untuk memperkuat agenda yang akan melakukan konstruksi
restorasi ekosistem gambut. infrastruktur restorasi hidrologi
Di antaranya, BRG membantu gambut bisa memiliki standar operasi
Kementerian Lingkungan Hidup dan kerja yang sama.
Kehutanan dalam revisi Peraturan
8
III. MEMETAKAN LAHAN
GAMBUT
Setelah memantapkan kelembagaan
dan menata kebijakan, berikutnya BRG
melakukan pemetaan areal restorasi
gambut. Pemetaan ini menjadi kunci
penting untuk menentukan target
restorasi gambut.
Hutan sekunder 6,10 juta 10,05 juta Kawasan kubah gambut 2,8 juta
atau tanaman hektar hektar* berkanal hektar
9
Pemanfaatan Gambut di 7 Provinsi Prioritas
t
12,9
JUTA HEKTAR
ambu
anG
h Total Luas Lahan Gambut di 7 Provinsi
La
Hutan 5,32
an
tup
Primer Juta Ha
i Tu
Terbakar
3.
Sekunder Juta Ha di tahun 2015
Kr
Ribu Ha
ite
Terbuka 1,54
Kawasan kubah 2,8
ria R
gambut berkanal Juta Ha
Juta Ha
estorasi G
Kawasan kubah
gambut masih 6,2
belum terbuka Juta Ha
Lahan gambut 3,1
am
budidaya dengan Juta Ha
bu
2,87 kanal
t
Kawasan
Lindung Juta Ha
Kawasan 0,05
Budidaya Juta Ha*
*Sebanyak 3.261.909 hektar
berada dalam konsesi
2. g
S ta
tus Tat a Ruan
10
Kondisi Pemanfaatan Gambut
11
PEMERINTAH 1 JUTA HA
12
ini, pada tahun 2016 ditemukan 25 berprinsip tidak akan menyusahkan
pemegang konsesi yang diwajibkan masyarakat tradisional dan adat
untuk melakukan restorasi gambut di yang menggunakan gambut sebagai
36 lokasi dengan total luas 650.389 ha kehidupan.
atau 26 % total target restorasi. Oleh karena itu, BRG terus
Masalahnya, Peta Indikatif mengkonsultasikan peta indikatif ini
Restorasi Gambut ini memiliki skala kepada 32 institusi, termasuk juga
relatif kecil (1:250.000) sehingga dengan masyarakat dan perusahaan.
dibutuhkan verifikasi untuk pemetaan Masukan-masukan kemudian dianalisis
yang lebih detail. Ditemui juga lebih detail dengan dibantu tim teknis
sejumlah kasus tumpang tindih di dalam rangka menghasilkan peta yang
lapangan, terutama tumpang tindih lebih rinci dan operasional. Peta dengan
klaim perusahaan dan ruang kelola skala 1:50.000 hingga 1:2.500 di areal
masyarakat. Misalnya, di Pulang seluas 606.000 ha di empat kabupaten
Pisau, Kalimantan Tengah terdapat prioritas itu dibuat dengan teknologi
11.000 ha lahan pangan berkelanjutan LiDAR dan diperkirakan dapat selesai
yang tumpang tindih dengan prioritas bertahap di Januari, Maret dan April
restorasi.1 Terkait persoalan ini, BRG 2017. Pemetaan ini dilakukan secara
1
Tumpang tindih ini seperti dilaporkan Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP). Lihat Kompas, SABTU, 02-
07-2016. HAL. 14
13
menyeluruh, bukan strapping atau dengan luasan sekitar 90.000 ha.
sampling. Validasi dan verifikasi areal konsesi ini
Hasil pemetaan rinci akan dilakukan secara bertahap hingga
menggunakan LiDAR ini selain menjadi 20 Juni 2017.
dasar penyusunan teknik pembasahan Sambil menunggu verifikasi ini,
gambut juga akan membantu membuat BRG juga memberikan kesempatan
zonasi ekosistem gambut menjadi zona luas kepada masyarakat untuk
lindung atau budidaya. Bila kawasan menyampaikan pengaduan jika ada
konsesi atau aktivitas perkebunan pengeringan atau pun pembakaran
berada di zona lindung, pemerintah terhadap area gambut. Salah satu kasus
akan menyiapkan instrumen transisi yang kemudian ditindaklanjuti adalah
agar secara berangsur pengelola kasus pengeringan lahan gambut di
konsesi mengembalikan fungsinya Pulau Padang, Kepulauan Meranti,
seperti semula. Pada tahun 2016, Riau. BRG kemudian melakukan sidak
sebanyak tiga pemegang konsesi di lapangan dan menemukan indikasi
sudah melakukan validasi dan verifikasi pelanggaran yang dilakukan oleh salah
hasil pemetaan yang dilakukan BRG satu perusahaan (buat trivia).
14
IV. MENYIAPKAN
MASYARAKAT
Badan Restorasi Gambut (BRG) berprinsip bahwa
merestorasi gambut berarti juga memulihkan
harkat kemanusiaan masyarakat. Pemulihan
gambut juga harus meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, BRG
berupaya sedini mungkin menghindari dampak
sosial yang tidak diinginkan, serta menyesuaikan
dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.
Untuk mencapai hal tersebut, disusun kebijakan
kerangka pengaman sosial (social safeguard). Di
dalamnya terdapat prosedur konsultasi untuk
mendapatkan persetujuan masyarakat terhadap
pembangunan konstruksi dan program aksi
restorasi lain. Persetujuan tersebut diperoleh
setelah memberikan informasi di awal yang jelas
kepada masyarakat.
15
Status Perkembangan Desa-desa di Areal Indikatif
Restorasi Gambut, 2016
desa yang berada di 2,49 juta hektar yang menjadi target restorasi
area restorasi. Dalam satu tahun gambut. Perlu dipahami, DPG bukan
pertama kerja, BRG mulai melakukan program yang berdiri sendiri, tetapi
penyiapan masyarakat pada 105 desa mengkoordinasi dan memfasilitasi
yang meliputi luasan desa 806.312 program-program pembangunan di
ha. Kegiatan pemetaan sosial telah lokasi prioritas restorasi gambut. DPG
dilakukan di 60 desa di Kabupaten adalah kerangka penyelaras program
Pulang Pisau, Kalimantan Tengah dan kegiatan yang sudah ada di desa-
dan 30 desa di Ogan Komering Ilir desa gambut dan alat ukur bersama
dan 14 desa di Kabupaten Musi untuk menetapkan kontribusi program
Banyuasi, Sumatera Selatan. Selain pada capaian kemajuan status desa-
itu dilakukan pula pelatihan-pelatihan desa gambut. Pendekatan DPG adalah
untuk pertanian bijak adaptif di pembangunan desa berbasis lanskap
Pulang Pisau dan OKI, konsultasi ekosistem gambut. DPG bekerja pada
pembangunan sumur bor dan sekat kawasan-kawasan perdesaan di dalam
kanal, pelatihan pembentukan Badan KHG. Desa-desa yang berdekatan akan
Usaha Milik Desa di Pulang Pisau, dirajut kerja samanya dalam sebuah
serta pelatihan kerajinan purun untuk kawasan perdesaan gambut.
kelompok perempuan di Kalimantan Menteri Lingkungan Hidup dan
Selatan (lihat Lampiran....) Kehutanan juga telah mengeluarkan
Program DPG adalah Peraturan Menteri Nomor 81/2016
kerangka program untuk intervensi tentang Perhutanan Sosial yang
pembangunan pada desa-desa/ juga akan mendukung pengelolaan
kelurahan di dalam dan sekitar wilayah gambut oleh masyarakat.
Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG), Kementerian Desa, Pembangunan
16
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi atau lembaga swadaya masyarakat.
menyatakan bahwa dana desa Sebanyak 500 desa lain kerja sama
dapat digunakan untuk mendukung dengan swasta pemegang izin. Luas
restorasi gambut. Dana desa yang bisa areal gambut yang dikelola desa
digunakan untuk kegiatan restorasi berkisar antara 1.000 hingga 1.500
gambut, misalnya untuk membangun hektar per desa, sehingga total akan
sekat kanal, embung, sumur bor, atau ada 500.000 hingga 750.000 hektar
juga membeli bibit tanaman. Sejumlah areal prioritas restorasi gambut yang
tanaman diketahui bisa dikembangkan dikelola desa atau 30% dari total areal
di wilayah gambut, mulai dari nanas, restorasi gambut.
kopi, buah naga, bahkan padi. Tahun Pembentukan DPG ini
2016, alokasi anggaran yang disiapkan diharapkan bisa meningkatkan Indeks
mencapai Rp 46 triliun. Alokasi itu Desa Membangun. Saat ini rata-
meningkat pada 2017 menjadi Rp 60 rata desa-desa yang diintervensi
triliun dan pada 2018 sebesar Rp 120 berada pada kelas sangat tertinggal
triliun. Masing-masing desa di area dan tertinggal. Diharapkan setelah
gambut diproyeksikan bisa mendapat intervensi terdapat peningkatan
dana Rp 1,8 triliun.2 status menjadi desa berkembang,
Dengan dukungan sejumlah sehingga dapat berkontribusi pada
pihak, pembentukan DPG pada tahun- target Pemerintah mengurangi
tahun mendatang diharapkan bisa jumlah desa tertinggal sampai 5000
lebih cepat. Ditargetkan 1000-an DPG desa hingga tahun 2019. Dalam hal
akan terbentuk selama 2016-2020, ini, kontribusi BRG diharapkan bisa
dimana 300 desa dengan dana APBN mencapai 500 desa atau 10 persen.
dan 200 desa dengan dukungan donor Beberapa fasilitas pemberdayaan
Kompas, 7 November 2016. Hal. 23.
2
17
ekonomi dan ketangguhan desa yang sekat kanal di tahun 2020. Selain itu
disiapkan untuk mencapai target itu di upaya revegetasi akan dilakukan pada
antaranya dengan pembentukan 500 tahun 2017 seluas 10.000 hektar, 2018
BUMDES/BUMA DESA, pembentukan seluas 106.000 hektar, dan luasan
100 kelompok pembudidaya ikan rawa yang sama dengan tahun sebelumnya
gambut, 10 pilot proyek pembangunan masing-masing di tahun 2019 dan
pengolahan palet biomassa, hingga 2020. Metode penelitian bersama
penyiapan ekowisata desa gambut dan untuk menemukan best practice
100 wirausaha sosial gambut. restorasi gambut juga akan dilakukan
Dengan merevitalisasi sosial- bersama masyarakat, pemerintah, dan
ekonomi masyarakat desa di areal perguruan tinggi dengan membuat
gambut ini, diharapkan masyarakat 50 demplot restorasi masing-masing
dapat terlibat bersama pemerintah dengan jumlah yang sama di tahun
membuat sekat kanal dengan 2017-2018, 30 demplot restorasi di
pembasahan kembali lahan gambut tahun 2019, dan 22 demplot restorasi
sepanjang 2.163 km di tahun 2017, 3.244 di tahun 2020.
km di tahun 2018, panjang yang sama
akan dilakukan pada tahun 2019, dan
sepanjang 2.163 km akan dibuatkan
18
V. MERESTORASI
GAMBUT
19
“Pada tingkat tapak, BRG
bersama Tim Restorasi Gambut
Daerah (TRGD), sejumlah
lembaga nonpemerintah,
dan masyarakat telah
melakukan pengelolaan dan
perlindungan ekosistem
gambut dengan membuat 433
sumur bor, 50 sekat kanal, dan
mengembangkan alternatif
ekonomi ramah gambut basah.“
20
Panjang, Kampar, Riau, menunjukkan, Kegiatan penunjang lainnya
titik panas gambut yang belum lama yang didukung oleh lembaga
terbakar bisa dipadamkan selama 1,5 nonpemerintah selama rencana aksi
jam pengguyuran. Areal terbakar pun BRG di tahun 2016 adalah peningkatan
tak membesar karena api ”hanya” kapasitas sejumlah agen-agen penting
merusak 20 x 20 meter persegi. masyarakat sebanyak 40 orang dalam
Langkah itu jauh lebih efektif dibanding pelatihan pembuatan sekat kanal, dan
mengandalkan truk pemadam 70 orang dalam introduksi pembuatan
berkapasitas 5.000 liter. Apalagi, saat sumur bor di lahan gambut. Beberapa
musim kemarau, truk membutuhkan capaian BRG di tahun 2016 dalam butir
sumber air seperti sungai atau 1-12 dapat dilihat pada tabel.
kanal yang umumnya telah kering. Sebagaimana dimandatkan
Kebutuhan waktu mengisi tangki dan dalam Perpres, BRG wajib menyusun
transportasi membuat kebakaran di rencana dan pelaksanaan restorasi
lokasi tak bisa dikendalikan. Pompa ekosistem gambut sebesar 30% dari
sumur bor itu dilengkapi selang 150 total sekitar 2 juta hektar pada tahun
meter agar fleksibel menjangkau titik 2016, yang kemudian diverifikasi oleh
panas yang muncul. Pompa ini selain lembaga ini menjadi 2,4 juta ha lahan
bisa untuk memadamkan, juga bisa gambut terdegradasi yang harus
untuk membasahi gambut kalau kira- direstorasi.5 Perlu dipahami bahwa
kira cuaca terlalu kering dan rawan target capaian sebesar 30% di tahun
dibakar.4 2016 itu bukan berarti selesainya
Sekalipun terbukti efektif, restorasi, tetapi jangkauan intervensi
namun pembangunan sumur bor yang dilakukan dalam rangka restorasi.
maupun sekat kanal ini sebenarnya Hingga akhir 2016, dari target
masih sangat kurang dibandingkan 600.000 ha restorasi lahan gambut
target 1.000 sumur bor dan setidaknya untuk tahun tersebut, tercapai
600 sekat kanal mengingat pada sekitar 260.000 ha yang dikerjakan
tahun pertama ini BRG lebih banyak pemerintah, UNDP, donor, dan
melakukan perencanaan dan swasta. Kondisi ini terjadi karena sejak
pemetaan, selain juga persoalan dibentuk, BRG lebih banyak melakukan
teknis tentang keterlambatan realisasi perencanaan dan pemetaan, selain
anggaran. Bagaimanapun, target ini juga lebih banyak mendengar
harus dipenuhi karena syarat dasar masukan dan aspirasi warga, selain
untuk memulihkan gambut adalah penganggarannya yang belum besar
dengan membasahinya kembali. Untuk untuk restorasi lahan. Namun, dengan
itu, pada tahun 2017 pembuatan sumur telah selesainya perencanaan dan
bor dan sekat kanal ini akan kembali peta indikatif, untuk tahun 2017, BRG
dilanjutkan. optimis bisa memenuhi target untuk
Sementara itu, desa-desa merestorasi 400.000 ha ditambah sisa
yang telah mendapat pelatihan target 2016 sekitar 340.000 ha lahan
pembibitan adalah di Pulang Pisau dan atau total 740.000 ha lahan restorasi
Kepulauan Meranti. Sedangkan untuk di tujuh provinsi. Selain ketersediaan
persemaian dan pembuatan bank anggaran APBN 2017 sekitar 60
benih telah dilakukan di Pulang Pisau. persen, perencanaan dan sistem
Untuk demo penanaman seluas 60 ha penganggarannya saat ini juga sudah
telah dilakukan di Pulang Pisau dan jauh lebih baik.
Kepulauan Meranti.
3
Pembangunan sumur bor oleh perusahaan ini bisa dilihat dalam artikel di http://www.antaranews.com/
berita/604700/langkah-awal-perjalanan-panjang-restorasi-gambut-indonesia. Diunduh pada 15 Januari 2016..
4
Efektivitas pemadaman kebakaran lahan gambut menggunakan sumur bor ini diberitakan harian Kompas, 3
September 2016. Hal. 14. Laporan senada juga disampaikan Riau Pos pada 22 Juli 2016.
5
Sebagaimana tertera dalam Pasal 4, ayat 1, butir a Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016
tentang Badan Restorasi Gambut.
21
Perjuangan Panjang Mengatasi Kebakaran Lahan Gambut di Rimbo Panjang
Jumat, 9 Oktober 2015, Presiden Joko Widodo datang ke Desa Rimbo Panjang, Kecamatan
Tambang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Presiden didampingi Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, Menteri Kesehatan Nila F. Moeleok, dan sejumlah pejabat daerah.
Saat itu, asap sisa kebakaran lahan gambut masih meyelimuti.
Dalam kunjungan itu, Presiden memantau pembangunan sekat kanal dan embung kecil
di desa itu yang diharapkan bisa mengatasi kebakaran lahan gambut yang telah menghentikan
aktivitas ekonomi dan mengancam kesehatan warga. Kedatangan Presiden bersama rombongan
ke desa di pinggir Kota Pekanbaru yang langganan terbakar ini menjadi salah satu titik penting yang
menandai keseriusan pemerintah dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan.
Desa Rimbo Panjang memiliki luas area 10.000 hektar dan sebagian besar merupakan
lahan gambut yang telah berulangkali terbakar. Jarak Rimbo Panjang dengan Bandara Internasional
Pekanabaru, Sultan Syarif Kasim II yang hanya 20 kilometer menyebabkan asap dari kebakaran lahan
di desa ini berkontribusi dalam menghentikan aktivitas penerbangan di Riau. Melihat posisinya ini,
upaya pencegahan kebakaran di Desa Rimbo Panjang menjadi sangat strategis.
Masalahnya, upaya untuk mengatasi kebakaran di desa ini tidaklah sederhana. Kebakaran
terparah di Rimbo Panjang terjadi pada tahun 2008 seiring pembukaan hutan lebat menjadi
tanah kaveling dan kemudian dibeli oleh orang dari luar desa, bahkan dari provinsi lain. Sebagian
pembeli itu kemudian menjadikan lahannya sebagai kebun dengan cara membakar, sebagian
lagi mengubahnya menjadi perumahan, dan sisanya dibiarkan telantar. Sejak saat itu, kebakaran
menjadi rutin di Rimbo Panjang.
Sekretaris Desa Rimbo Panjang Heri mengatakan, lahan kaveling banyak yang tidak diurus
dan dibiarkan mengering. Ini rawan kebakaran. Sebaiknya pengelolaannya diserahkan kepada
warga desa agar bisa diolah menjadi kebun nanas atau palawija. Namun demikian, hingga kini
masih belum ada kejelasan dalam mengatur tumpang tindih ruang dan lahan Rimbo Panjang ini.
“Kalau lahan dijadikan kebun nanas atau palawija berarti kan, dirawat dan dikelola dengan baik.
Sehingga bisa terhindar kebakaran jika musim kemarau tiba. Bukan itu saja lahan si pemilik kan,
dijaga,” jelasnya.
Desa Rimbo Panjang menjadi salah satu sasaran restorasi gambut di Riau. Begitu
terbentuk kelembagaannya, BRG bergerak cepat guna memastikan Rimbo Panjang tidak kembali
terbakar. Sosialiasi kerja BRG di Rimbo Panjang tidak saja menyertakan pengambil kebijakan, dalam
hal ini Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Kabupaten Kampar, tetapi juga masyarakat secara
langsung.
BRG melatih MPA (Masyarakat Peduli Api) Rimbo Panjang yang telah terbentuk sejak
2008 untuk membangun sumur bor. Selain membuat sumur bor, MPA juga dilatih membuat sekat
kanal. Kepala Pusat Pengendalian Kebakaran dan Rehabilitasi Hutan di Universitas Palangkaraya
Aswin Yusuf diminta BRG melatih pembuatan sumur bor di Rimbo Panjang. Ia mengatakan, peran
MPA sebelumnya tidak pernah dimaksimalkan. Padahal, mereka adalah garda terdepan dalam
pencegahan kebakaran hutan dan lahan. “Sepanjang saya melakukan dampingan di Rimbo Panjang
dan Pulang Pisau (Kalimantan Tengah), masyarakat justru sangat antusias dan merasa dihargai
karena mereka ditempatkan sebagai aktor penting yang berjasa untuk wilayahnya,” jelas Aswin.
Syahrial (43 tahun) dan Heri (38 tahun), motor penggerak MPA Rimbo Panjang,
menjelaskan, keberadaan sumur bor sebenarnya sangat efektif untuk memadamkan kebakaran.
Begitu ada titik api, saat itu juga bisa dilakukan tindakan membuat sumur bor. Begitu sumur bor
terpasang yang dibuat dalam waktu satu jam, segera dilakukan pemadaman. Api pun bisa tercegah
meluas, mengingat gambut sangat cepat daya sambarnya. Apalagi jika gambutnya memang sudah
rusak dan mengering di dalam.
Syahrial mencontohkan, ketika ada titik api di dekat Jalan Madura, di Rimbo Panjang,
mereka langsung bergerak dan bisa memadamkannya hanya dalam waktu empat jam dengan
menggunakan sumur bor. “Kebetulan sudah ada sumur bor yang kami pasang di sana. Posisinya
sekitar 150 meter dari lokasi kejadian di Jalan Madura,” ujarnya. Begitu ada laporan titik api mereka
bisa bergegas memadamkan api dengan menggunakan sumur bor. “Kami siram terus hingga
terjadi proses pendinginan. Semuanya bisa dilakukan hanya memakan waktu empat jam saja, dan
api langsung tuntas padam. Area yang terbakar hanya seluas 600 meter saja.”
Jika waktu itu tidak ada sumur bor, tambah Syahrial, kemungkinan api sudah memakan
lahan hingga 6 hektar dalam waktu semalam. Karena jika mengandalkan Damkar yang jaraknya
jauh, api dipastikan akan meluas. Syahrial juga menuturkan kapasitas sumur bor di lokasi tersebut
bisa keluar 4 liter/detik, yang artinya dalam waktu satu jam sumur bor mampu mengeluarkan air
16.000 liter /detik. Hal ini setara dengan kemampuan empat mobil Damkar yang berisi 4000-5000
liter.
Pada Agustus 2016, sumur bor baru terpasang di 60 titik. Sebanyak 50 sumur bor yang
terpasang merupakan bantuan dari BRG dan 10 lainnya merupakan swadaya masyarakat Desa
Rimbo Panjang. Ke-60 sumur bor ini tidak menjangkau enam titik api yang baru muncul tersebut.
Masih dibutuhkan banyak sumur bor lagi untuk mengatasi kebakaran di Rimbo Panjang.
22
VI. KERJA SAMA
RISET DAN PENDIDIKAN
23
Solusi untuk Pertanian Tanpa Membakar dan Alternatif Mata Pencaharian
24
VII. MEMBANGUN
KEPERCAYAAN DUNIA
25
perubahan iklim. Apalagi, lahan aktivitas riset untuk penguatan
gambut tropis di Indonesia juga rencana restorasi gambut di sejumlah
menjadi ruang hidup berbagai jenis wilayah prioritas restorasi di Indonesia.
satwa langka, seperti Orang Utan, Selain itu, melalui sejumlah dukungan
Harimau Sumatera, Badak Sumatera, lembaga nonpemerintah, BRG telah
hingga Buaya Senyulong. Habitat melakukan pemetaan dan inventarisasi
air hitam atau gambut tropis juga kondisi lahan restorasi gambut di 4
memiliki keanekaragaman hayati ikan Kawasan Hidrologis Gambut seluas
dan satwa akuatik lain. 606.000 hektar, penetapan zonasi di 9
Kebijakan politik sebelumnya KHG.
menempatkan gambut sebagai Total terhimpun kontribusi
lahan marjinal. Namun demikan, potensial sebesar EUR 6 juta dan
pemerintahan Joko Widodo memiliki USD 100 juta dari sejumlah lembaga
komitmen untuk merestorasi gambut nonpemerintah, Uni-Eropa dan Asean,
dan menunjukkannya kepada dunia. GEF-IFAD, sejumlah negara sahabat
Maka, sejak awal terbentuk, BRG seperti Norwegia, Jerman, Inggris,
berupaya membangun relasi dengan Kanada, Jepang, Korea, dan Australia.
lembaga-lembaga lain, baik swasta Kontribusi potensial tersebut akan
maupun pemerintah dalam skala mendukung realisasi 200 Desa
nasional maupun global. Setahun Peduli Gambut selama tahun 2017-
setelah terbentuk, BRG telah berhasil 2020, memetakan 820.000 hektar
menjalin Nota Kesepahaman dengan lahan gambut di 80 KHG pada tahun
sejumlah lembaga nonpemerintah 2017, memetakan 118 KHG di tahun
dalam mendukung restorasi gambut 2018, dan melakukan perencanaan
sepanjang tahun 2016, dan beberapa restorasi hingga akhir periode. Namun
komitmen di antaranya telah terbangun demikian, dengan masih terdapatnya
secara periodikal hingga tahun 2020. kendala finansial untuk penyelesaian
Pada tahun 2016, sejumlah lembaga restorasi pada target restorasi seluas
telah melakukan kontribusi restorasi hampir 2,5 juta hektar tersebut, maka
gambut seperti Lestari (dukungan pengembangan kerjasama pendanaan
pemerintah AS) di Provinsi Kalimantan dan teknis akan terus dilaksanakan.
Tengah pada lingkup 440.000 hektar Tak hanya dalam rangka
lahan gambut, MCAI dengan dukungan mendapatkan tambahan dana untuk
restorasi untuk lingkup 90.000 hektar merestorasi gambut, namun hal ini
lahan gambut di Provinsi Jambi, dilakukan dalam rangka membangun
UKCCU – Kedutaan Besar Norwegia kepercayaan dunia. Kerja sama dari
– ZSL – dan Pemda Sumatera Selatan mitra pembangunan ini diharapkan
dalam Konsorsium Kelola Sendang juga bisa digalang dalam kaitannya
telah melakukan upaya restorasi dengan upaya mitigasi dampak
di 445.000 hektar lahan gambut di gas rumah kaca sebagaimana telah
Sumatera Selatan, dan terakhir Japan menjadi komitmen Pemerintah dalam
International Cooperation Agency Pengesahan Paris Agreement.
(JICA) telah melakukan sejumlah
26
Tabel 1. Dukungan Pendanaan
melalui Kerjasama Internasional
27
VIII. PENUTUP
6
Seruan Presiden Joko Widodo agar semua pihak terlibat dalam restorasi lahan gambut ini disampaikan dalam
rapat terbatas tentang restorasi lahan gambut di Kantor Presiden pada Rabu, 11 Januari 2017. Lihat artikel di
Kompas, Kamis, 12 Januari 2017, hal. 12.
29
Lampiran
KEGIATAN DALAM PENYIAPAN MASYARAKAT
1. PADURAN SEBANGAU
SEBANGAU KUALA
2. SEBANGAU PERMAI
3. MEKAR JAYA
4. PADURAN MULIA
5. SEBANGAU JAYA
6. SEBANGAU MULIA
7. SEI BAKAU
8. SEI HAMBAWANG
30
KEGIATAN DESA/KELURAHAN KECAMATAN KABUPATEN PROVINSI
31
KEGIATAN DESA/KELURAHAN KECAMATAN KABUPATEN PROVINSI
1. PADURAN SEBANGAU
SEBANGAU KUALA
1. RIDING PANGKALAN
2. SUNGAI BUNGIN LAMPAM
3. SUNGUTAN
4. RAMBAI
5. PERIGI
6. AIR RUMBAI
32
KEGIATAN DESA/KELURAHAN KECAMATAN KABUPATEN PROVINSI
1. NGULAK I LAIS
PULANG KALIMANTA
D. PELATIHAN 1. PILANG, JABIREN N TENGAH
PERTANIAN 2. JABIREN RAYA PISAU
BIJAK ADAPTIF 3. SAKAKAJANG
4. HENDA
5. GARUNG
6. TANJUNG TARUNA
7. TUMBANG NUSA
1. BUNTOI KAHAYAN
2. KELURAHAN HILIR
KALAWA
3. MENTAREN 1
4. MENTAREN 2
5. GOHONG
6. MINTIN
1. GARANTUNG MALIKU
2. MALIKU BARU
3. SEI TEWU BARU
4. KANAMIT
OGAN SUMATERA
1. ULAK JERMUN SIRAH PULAU
KOMERING SELATAN
2. MANGUN JAYA PADANG
3. TERUSAN MENANG ILIR
4. BELANTI
5. RENGAS PITU
6. TERATE
7. SP PADANG
8. SERDANG
MENANG
9. PANTAI
10. BUNGIN TINGGI
11. PENYANDINGAN
12. BERKAT
13. SUKARAJA
14. TERUSAN LAUT
1. PANGKALAN PANGKALAN
LAMPAM LAMPAM
2. RIDING
33
KEGIATAN DESA/KELURAHAN KECAMATAN KABUPATEN PROVINSI
E. PELATIHAN 1. PERIGI PANGKALAN OGAN SUMATERA
KERAJINAN 2. PANGKALAN LAMPAM KOMERING SELATAN
PURUN LAMPAM ILIR
1. PILANG JABIBEN
2. HENDA RAYA
3. TANJUNG TARUNA
4. GARUNG
TUMBANG NUSA
34