Miopia Dalam Kehamilan
Miopia Dalam Kehamilan
A. Pendahuluan
1
pada trimester ketiga, peningkatan estrogen dan progesteron sering
mengakibatkan penurunan visus dan perubahan refraksi.3
2
dapat timbul pada ibu hamil. Defek lapangan pandang ini dapat
berupa defek bitemporal, konsentrik, atau pembesaran bintik buta.
Apabila defek lapangan pandang menjadi berat, dibutuhkan
pemeriksaan yang lebih lanjut dan teliti.
2. Perubahan patologis :3,4
Pada pre-eklampsia : pada satu dari tiga kasus, terdapat kelainan
pada mata, dimana pasien dapat mengeluhkan pandangan buram,
silau, skotoma, dan penglihatan ganda. Kelainan ini dapat
bermanifestasi menjadi retinopati hipertensi, neuropati optik,
ablasio retina, perubahan kortikooksipital, dan kebutaan kortikal.
Retinopati sentral berat : kebanyakan timbul pada trimester ketiga,
dan sembuh pada beberapa bulan setelah melahirkan dan akan
kambuh kembali pada kehamilan berikutnya, pada mata yang
sama, dimana mekanisme penyebabnya masih tidak jelas.
Peningkatan tekanan intracranial : umumnya timbul pada ibu
hamil yang gemuk dan berumur 30-an tahun, tapi dapat pula
timbul pada wanita yang tidak hamil.
Kelainan vaskular oklusif : disebabkan oleh keadaan darah ibu
hamil yang hiperkoagulasi, yang mencakup berbagai perubahan
pada platelet, faktor pembekuan, dinamika aliran darah pada
arteriovena. Kelainan tersebut dapat menyebabkan sumbatan pada
arteri dan vena retina, disseminated intravascular coagulation,
purpura trombositopenik trombotik, emboli cairan ketuban, dan
trombosis vena cerebral.
Kelainan lain : pada beberapa kasus, dapat terjadi ptosis yang
unilateral setelah persalinan pervaginam.
Kehamilan dapat memperberat sejumlah kelainan yang sudah ada
sebelumnya, seperti : retinopati diabetik, adenoma pituitari,
meningioma, penyakit grave, retinitis pigmentosa; sedangkan pada
miopia berat dapat menetap; dan pada Vogt-Koyanagi-Harada
syndrome menjadi lebih ringan, bahkan dapat sembuh sempurna.
3
C. Definisi
Bila bayangan benda yang terletak jauh difokuskan di depan retina
oleh mata yang tidak berakomodasi, mata tersebut mengalami miopia atau
nearsighted. Miopia berasal dari bahasa Yunani “muopia” yang berarti
menutup mata. Miopia adalah anomali refraksi pada mata di mana bayangan
difokuskan di depan retina, ketika mata dalam kondisi tidak
berakomodasi.5,6
Hal ini juga dapat dijelaskan pada kondisi refraktif di mana cahaya
yang sejajar dari suatu obyek yang masuk pada mata akan jatuh di depan
retina namun tidak disertai akomodasi. Miopia merupakan manifestasi
kekaburan ketika melihat jauh, istilah lainnya adalah nearsightedness.5,6
Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar
yang memasuki mata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di
depan retina. Dalam keadaan ini objek yang jauh tidak dapat dilihat secara
teliti karena sinar yang datang saling bersilangan pada badan kaca, ketika
sinar tersebut sampai di retina sinar-sinar ini menjadi divergen,membentuk
lingkaran yang difus dengan akibat bayangan yang kabur. Miopia tinggi
adalah miopia dengan ukuran 6 dioptri atau lebih.6
Mata adalah salah satu organ yang paling kompleks pada tubuh
manusia. Pada mata manusia, terdiri atas tiga lapisan yaitu lapisan paling
luar terdiri atas kornea dan sklera. Kornea berfungsi mengumpulkan dan
meneruskan cahaya menuju lensa yang selanjutnya akan diteruskan ke retina
serta sebagai barier atau pelindung dari agen infeksi dan kerusakan
struktural akibat trauma.7
4
eksternal serta mempertahankan bentuk bola mata. Kornea dan sklera
dihubungkan di limbus.7
a. Kornea
5
Gambar 2. Lapisan-Lapisan dari Kornea 7
b. Retina
Neural dari retina terdiri atas enam kelas yaitu fotoreseptor, sel
bipolar, sel horizontal, sel amakrin, serta sel ganglion, yang akan menangkap
dan memproses signal cahaya. Sel fotoreseptor terdiri atas dua yaitu sel kerucut
dan sel batang. Pada manusia, jumlah sel batang lebih banyak dari sel kerucut.
Sel fotoreseptor bertanggung jawab terhadap fototransduksi, yakni mengubah
cahaya menjadi signal listrik. 7
6
c. Lensa
7
Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi
Lensa orang dewasa dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar
dan berat
E. Epidemiologi
8
terapi miopia mencapai US$ 250 juta/tahun. Prevalensi miopia simpel
maupun patologis meningkat tiap tahun. Karena tidak ada terapi yang dapat
menormalkan perubahan struktural pada miopia patologis, pencegahan
miopia telah lama menjadi tujuan penelitian para ahli.8,9
9
Selama kehamilan peningkatan risiko miopia atau mengarah ke
keadaan miopia biasanya terjadi. Namun keadaan sebaliknya berkebalikan
saat melahirkan atau tahap menyusui. Adanya estrogen reseptor telah
diajukan sebagai penyebab perubahan fisiologi pada kornea dan lensa
selama kehamilan. Selain itu juga menjadi pemicu terjadinya keadaan
miopia yang memburuk dan penurunan akomodasi.11
Kornea menjadi menebal antara 1 dan 16 µm disertai edematosa
sekunder terhadap resistensi cairan dalam kehamilan. Terdapat bukti bahwa
selama kehamilan kornea menebal dan terjadi pengeluaran cairan pada
stroma yang dikaitkan dengan aktivasi dari reseptor estrogen dan juga
karena peningkatan hormonal yang menyebabkan elastisitas dan
biomekanikal dari jaringan kornea.11,12
Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa perubahan refraktif
selama kehamilan ditemukan pada 14% kasus wanita hamil yakni ketajaman
penglihatan, gangguan refraktif serta terjadinya miopia, perubahan yang
bersifat sementara dan akan kembali seperti sebelum hamil dalam beberapa
bulan setelah persalinan.11,12
Kesepakatan umum bahwa terjadinya miopia disebabkan oleh
pertambahan lengkungan lensa, di mana perubahan refraktif berkembang
seiring dengan perubahan lengkungan kornea ataupun ketebalannya11,12
Penelitian lain juga mengemukakan bahwa seseorang yang hamil dengan
riwayat gangguan refraktif sebelumnya maka akan memperburuk fungsi
refraktif pada pertengahan usia kehamilan.
Patologi okular telah dianggap sebagai hal yang penting dalam
menentukan metode persalinan. Miopia dan faktor risiko untuk pelepasan
retina (retinal detachment) jarang digunakan sebagai indikasi dilakukan
seksio sesarea sebelumnya. 11,12
Miopia merupakan gangguan refraksi dengan -6 D diklasifikasikan
sebagai miopia tinggi dan di sisi lain juga sebagai miopia patologis dengan
komplikasi seperti katarak, glaukoma, makula degeneratif, dan pelepasan
retina (retinal detachment) yang dapat memicu kebutaan. Pada kehamilan
10
terjadi perubahan hormonal, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa
hormon androgen, estrogen, dan atau reseptor progesteron yang terdapat di
jaringan okular seperti glandula lakrimal, glandula meibomian, konjungtiva,
kornea, iris atau badan siliaris, lensa, retina atau uvea. 11,12
Selama kehamilan, berbagai perubahan fisiologi terjadi pada tubuh
akibat dari perubahan hormonal yang berasal dari plasenta. Adanya plasenta
ini menyebabkan perubahan baik secara sistemik maupun lokal termasuk
pada mata. Ketajaman mata rata-rata berkurang dari trimester pertama
hingga trimester terakhir. Pada keadaan setelah persalinan, ketajaman
penglihatan akan kembali seperti sebelum kehamilan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Pizzarel, melaporkan bahwa seseorang yang
menderita miopia gejala yang timbul semakin memburuk selama kehamilan
dibanding dengan yang tidak menderita miopia.12
Meskipun terdapat gangguan refraksi yang berbeda sepanjang
kehamilan dan setelah persalinan, perubahan ini tidak begitu berarti.
Perubahan pada ketajaman mata dan gangguan refraksi ini dianggap
berkaitan dengan peningkatan kadar estrogen. Estrogen merupakan hormon
yang bersifat menahan cairan. Selain itu, selama hamil terjadi peningkatan
sekresi aldosteron dan mencapai puncaknya pada akhir kehamilan.12
Oleh karena pengaruh dari estrogen menyebabkan reabsorbsi
natrium berlebih dari tubulus renalis dan terjadi tahanan cairan maka
volume darah ibu meningkat hingga 30% di atas normal. Selain itu, sum-
sum tulang meningkat aktif dan memproduksi sel darah merah seiring
dengan peningkatan volume cairan.11,12
Kornea juga mengalami edema yang dikaitkan dengan retensi
cairan dari jaringan okular. Hal ini akan memicu penurunan sensitivitas
kornea ibu hamil, yang dapat menyebabkan masalah misalnya trauma pada
pengguna lensa kontak hingga terjadi iritasi pada mata. Kecenderungan
retensi cairan juga mengakibatkan pengaruh bias yang berarti yaitu dengan
penggunaan kaca mata atau lensa kontak sesering mungkin. Perubahan ini
akan berakibat pada ketajaman penglihatan. 11,12
11
Peningkatan cairan pada mata dapat berakibat terjadinya miopia
yang bersifat sementara, akibatnya lengkungan kornea menjadi tajam,
sehingga sinar yang datang jatuh di depan retina yang disebut dengan
keadaan “Miopia” yang mengakibatkan perubahan ketajaman penglihatan.12
Hormon steroid seperti estrogen dan dehidroepiandrosteron
(DHEA, termasuk kelompok hormon androgen) berfungsi dalam mengatur
MMPs ( Matriks Metalloproteinase). Pada percobaan tikus dan sel manusia,
estrogen mampu meningkatkan pengaturan MMP-2 dan/atau MMP-9.
Peningkatan aktivitas dari MMP-2 mempengaruhi perkembangan terjadinya
miopia.12
G. Klasifikasi Miopia
terlalu besar atau kekuatan pembiasan pada media refraksi terlalu kuat.5,10
12
2. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa karena
pertambahan panjang bola mata.
3. Miopia maligna/progresif/degeneratif/patologik, miopia yang berjalan
secara progresif, dapat mengakibatkan ablasio retina dan kebutaan.
H. Gejala Klinis
Gejala klinis terdiri atas :5,10
Gejala subjektif miopia antara lain:
a. Kabur bila melihat jauh
b. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat
c. Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan
akomodasi )
13
d. Astenovergens yakni titik mata tidak berakomodasi tetapi berkonvergensi
sangat kuat, gejalanya seperti lekas lelah, silau, dan pusing.
14
Gambar 4. Miopia cresent
I. Diagnosis
15
a. Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan berdasarkan riwayat sebelumnya, keluhan
utama pasien, serta perjalanan penyakitnya, riwayat keluarga, penggunaan
obat-obatan, pekerjaan dan lingkungan tempat tinggal.5,6
- Miopia simpleks, keluhan dan gejala yang paling sering hanya pandangan
kabur. Hal yang penting ditanyakan adalah apakah keluhan kabur itu
bersifat menetap atau hanya sementara. Pada miopia simpleks, pandangan
kabur bersifat sementara.
- Miopia nokturnal, gejala dan keluhan berupa pandangan kabur pada saat di
tempat yang gelap atau kurang cahaya misalnya di malam hari. Pasien
biasanya mengeluhkan sulit melihat jalanan ketika sedang mengemudi.
- Pseudomiopia, pandangan kabur hanya bersifat sementara, tidak permanen
- Miopia degeneratif, pada jenis ini pandangan kabur oleh karena derajat dari
miopia yang khas dan berarti. Pada pasien ini dilakukan pengoreksian alat
bantu berupa kacamata dengan koreksi yang tinggi.
- Miopia terinduksi, miopia yang timbul akibat suatu induksi atau ada
penyebabnya. Pupil akan berkonstriksi ketika terpapar oleh suatu agen
induksi misalnya obat-obat agonis kolinergik.5,6
b. Pemeriksaan fisis dan penunjang
Pengujian atau test yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan mata secara
umum atau standar pemeriksaan mata, terdiri dari : 5,6,10
1. Uji ketajaman penglihatan pada kedua mata dari jarak jauh (Snellen) dan
jarak dekat (Jaeger).
2. Uji pembiasan, untuk menentukan benarnya resep dokter dalam
pemakaian kaca mata.
3. Uji penglihatan terhadap warna, uji ini untuk meembuktikan
kemungkinan ada atau tidaknya kebutaan.
4. Uji gerakan otot-otot mata
5. Pemeriksaan celah dan bentuk tepat di retina
6. Mengukur tekanan cairan di dalam mata
7. Pemeriksaan retina
16
J. Penanganan dan Pencegahan:5,6,10
Penanganan :5,6,10
17
a. Laki-laki dewasa 40 kg
b. Wanita dewasa 15-20 kg
c. Laki-laki (16-18 thn) 15-20 kg
d. Wanita (16-18 thn) 12-15 kg
K. Komplikasi5,6,10
18
Apabila pasien telah datang dengan ablasio retina, pasien ini dapat
ditangani dengan laser atau cryopexy disekeliling ablasio retinanya untuk
menginduksi adhesi retina disekeliling robekan. Selain itu, ablasio retina
juga dapat ditangani secara bedah dengan vitrectomy dan scleral
buckling.
19
koroid/degenerasi makular miopia juga merupakan konsekuensi dari
degenerasi makular normal, dan ini disebabkan oleh pembuluh darah yang
abnormal yang tumbuh di bawah sentral retina.5,6,10
4. Glaukoma
Risiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada
miopia sedang 4,2%, dan pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia
terjadi dikarenakan stress akomodasi dan konvergensi serta kelainan struktur
jaringan ikat penyambung pada trabekula.5,6,10
5. Katarak
Lensa pada miopiaa kehilangan transparansi. Dilaporkan bahwa pada
orang dengan miopia onset katarak muncul lebih cepat. 5,6,10
20
L. Metode Persalinan pada Miopia dalam Kehamilan
Dahulu, miopia dan faktor risiko lainnya untuk pelepasan retinal (retinal
detachment) sering digunakan sebagai indikasi dilakukan seksio sesarea. Namun
seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan, maka anggapan ini berubah.
Beberapa penelitian dilakukan pada ibu hamil dengan miopiaa, setelah melahirkan
dilakukan pemeriksaan termasuk cek fundus okuli, namun tidak ada perubahan
yang berarti. Pada tahun 1996, Prost dan rekannya melakukan penelitian pada 46
pasien yang hamil dengan menderita miopia tinggi, setelah dilakukan persalinan
pervaginam, tak ada perubahan atau perburukan keadaan setelah melahirkan.3,13
21
Pemeriksaan proyeksi cahaya bertujuan menilai fungsi retina. Contoh:
bila arah atas tidak dapat membedakan terang gelap. Misal 1/300 atau
1/~ proyeksi atas (-)
Tidak dapat membedakan terang gelap : nol.
Menentukan kemampuan membaca dengan kartu baca
3. Pemeriksaan funduskopi14,15
Sebaiknya dilakukan di ruangan yang gelap.
Bila mata kanan yang akan diperiksa, pemeriksa berdiri di sebelah
kanan pasien, oftalmoskopi dipegang dengan tangan kanan,
pemeriksaan dengan mata kanan. Bila mata kiri akan diperiksa,
pemeriksaan dari sebelah kiri dengan mata kiri.
22
Pertama kali perhatikan reflek fundus melalui oftalmoskopi dilihat
lewat pupil pada jarak pemeriksaan : 30 cm. Bila media refraksi jernih :
reflek fundus berwarna merah kekuningan pada seluruh lingkaran pupil.
Bila media refraksi keruh (kornea, lensa, badan kaca) terlihat adanya
bercak hitam di depan latar belakang yang merah kekuningan.
Penilaian reflek fundus penting untuk membedakan katarak matur
dan immatur. Katarak matur reflek fundus negatif. Selanjutnya untuk
melihat retina dan pupil nervus II, oftalmoskopi didekatkan sedekat
mungkin ke mata pasien.14,15
23
duduk. Agar posisi kornea horizontal, usahakan dagu dan dahi pasien terletak
pada satu bidang horizontal.14,15
Kedua mata ditetes anestesi topikal. Tonometer ditera pada tes blok
yang bila baik, jarum menunjukkan angka nol pada skala dan “plunger” dapat
bergerak bebas dalam silindernya. Pada pemeriksaan pertama dipilih beban
terkecil 5,5 gram.
Kemudian “foot plate”di desinfeksi dengan mengusapnya dengan
kapas alkohol 70%. Kedua mata difiksasi dengan melihat lurus ke atas. Bila
mata kanan yang akan diukur, pemeriksa berdiri disebelah kiri atau
dibelakang pasien. Begitu pula untuk mata kanan.14,15
Tonometer dipegang vertikal beberapa saat lurus di atas kornea
penderita setelah sebelumnya kelopak mata pasien dibuka secukupnya dengan
jari tangan pemeriksa lainnya tanpa menekan bola mata. Setelah mata
penderita menyesuaikan diri, tonometer diturunkan perlahan-lahan sampai
“foot plate” diturunkan sampai di tengah-tengah silinder.
Angka skala yang ditunjuk jarum pada saat itu, diingat dan dicatat
dan tonometer diangkat dari kornea. Bila angka yang ditunjuk kurang dari
angka 3, tonometer diulangi dengan beban 7,5 gram. Mungkin pula perlu
memakai beban 10 gram.
Nilai tekanan intra okuler selanjutnya pada tabel kalibrasi.14,15
24
1. Miopia yang tinggi (>6 disertai gambaran retina yang berlipat-lipat dan
koroid yang tidak normal pada pemeriksaan oftalmoskopi)
2. Pembuluh darah yang agak gelap, refleks cahaya (-)
3. Penurunan tekanan intraokular dengan pemeriksaan tonomoter schiotz
25
DAFTAR PUSTAKA
26
10. Shafa, Myopia. [serial online] 2010 Feb-Mar; 1;1 [25 screens] Avalaible
from URL: http://drshafa.wordpress.com/2010/03/09/miopiaa Maret 9,
2010
11. Chen Zoe, I Jong Wang. Polymorphisms in steroidogenesis genes, sex
steroid levels, and high myopia in the Taiwanese population. Taiwan :
Molecular Vision 2011; 17:2297-310
12. Ebeigbe JA, ADA Ighoroje. Ocular Changes in Pregnant Nigerian Women.
Nigeria : Nigerian Journal of Clinical Practice. 2012. Vol 15 hal. 298-301
13. Papamichael Esther, George William. Obstetric opinions regarding the
method of delivery have had surgery for retinal detachment. London : UK.
2011. 2;24;1-4
14. Elvioza. Pemeriksaan Mata Dasar. Jakarta : Departemen Ilmu Kesehatan
Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2013
15. Amin, Ramzi. Ablasio Retina Non Rhegmatogen. Palembang : Bagian Ilmu
Kesehatan Mata Universitas Sriwijaya. 2013
27