PERTAMEDIKA
PERTAMINA BINA
MEDIKA
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai dasar penataan sistem yang baik di rumah sakit, diperlukan dokumen yang
merupakan regulasi di rumah sakit. Untuk itu, dokumen di rumah sakit ditetapkan
menjadi dua jenis, yaitu dokumen yang merupakan produk hukum (regulasi), dan
dokumen yang bukan merupakan produk hukum. Penetapan jenis dokumen di rumah
sakit dan penggunaannya diatur dalam bentuk pedoman tata naskah rumah sakit,
yang dalam hal ini adalah Pedoman Tata Naskah Rumah Sakit Pertamedika Tarakan.
Pedoman Tata Naskah Rumah Sakit Pertamedika Tarakan ini untuk selanjutnya akan
membahas acuan untuk penyusunan regulasi. Hal ini penting, karena penyusunan
regulasi harus memperhatikan hierarki regulasi dari tingkat regulasi berskala luas di
tingkat rumah sakit sampai dengan regulasi berskala teknis dan sempit / khusus di
tingkat unit terkecil pelayanan atau individu, yang harus saling selaras dan tidak
bertentangan maupun tumpang tindih satu sama lain. Selain itu, dokumen yang
merupakan regulasi juga memiliki nilai penting di dalam aspek hukum, sebagaimana
Undang-Undang nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit mengatur bahwa regulasi
rumah sakit dapat menjadi sarana bagi rumah sakit dalam memberikan bantuan dan
perlindungan hukum bagi semua petugas rumah sakit dalam melaksanakan tugasnya
di rumah sakit.
PEDOMAN
PERTAMEDIKA
PERTAMINA BINA
MEDIKA
Tujuan penyusunan Pedoman Tata Naskah Rumah Sakit Pertamedika Tarakan ini
adalah:
1. Tersedianya pedoman bagi rumah sakit dalam penyusunan dokumen yang
berfungsi sebagai regulasi rumah sakit;
2. Adanya tatanan baku hierarki dokumen regulasi di rumah sakit dari tingkatan
pengelola dan luas sampai dengan tingkatan pelaksana dan sempit / khusus
3. Adanya tatanan pengembangan dan penyempurnaan regulasi yang tertib,
terekam jejak dengan baik, yang menjaga keseluruhan regulasi sebagai
kesatuan perangkat yang terpadu, komprehensif, dan tidak saling
bertentangan.
PEDOMAN
PERTAMEDIKA
PERTAMINA BINA
MEDIKA
BAB II
DOKUMEN RUMAH SAKIT
Dokumen rumah sakit adalah semua dokumen resmi kedinasan yang dibuat rumah
sakit dalam pelaksanaan pengelolaan institusi dan pelaksanaan pelayanan kesehatan
di rumah sakit. Dokumen rumah sakit dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
Sesuai dengan urutan hierarki kekuatan mengatur ini, dokumen regulasi yang
lebih rendah harus mengacu kepada dan tidak bertentangan dengan dokumen
regulasi yang lebih tinggi. Contoh, SPO harus disusun berdasarkan Panduan atau
Pedoman, dan Pedoman harus disusun berdasarkan Kebijakan di rumah sakit.
Program (rencana kerja tahunan) unit kerja rumah sakit dalam hierarki dokumen
regulasi di Rumah Sakit Pertamedika Tarakan ditetapkan setara dengan Panduan,
dan harus merupakan penjabaran dari Rencana Jangka Panjang Rumah Sakit.
Program kerja termasuk dalam dokumen regulasi karena memiliki sifat mengatur
berupa penjadwalan berbagai urutan aktivitas serta pengerahan berbagai sumber
daya beserta anggarannya. Oleh karena itu program kerja selalu dijadikan acuan
pada saat dilakukan evaluasi kinerja.
PEDOMAN
PERTAMEDIKA
PERTAMINA BINA
MEDIKA
Memorandum
Nota
Edaran
Pengumuman
c. Dokumen pendukung lainnya antara lain:
Ijazah
Sertifikat pelatihan
Sertifikat perijinan
Sertifikat kalibrasi
PEDOMAN
PERTAMEDIKA
PERTAMINA BINA
MEDIKA
BAB III
KEBIJAKAN, PEDOMAN DAN PANDUAN
A. Kebijakan
Kebijakan rumah sakit adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar
dalam pelaksanaan misi dan upaya pencapaian visi rumah sakit. Kebijakan rumah
sakit ditetapkan oleh direktur rumah sakit pada tatanan strategis atau bersifat garis
besar yang mengikat. Tatanan strategis ini meliputi rencana dan langkah strategis
guna mencapai sasaran strategis dalam kerangka visi dan misi rumah sakit. Karena
kebijakan bersifat garis besar maka untuk penerapan kebijakan tersebut perlu disusun
pedoman, panduan dan prosedur sehingga ada uraian, rincian maupun kejelasan
langkah – langkah untuk melaksanakan kebijakan tersebut.
1. Kepala Surat
Kepala surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Pertamedika Tarakan
menggunakan formulir dengan kepala /kop surat rumah sakit sebagai berikut.
PEDOMAN
PERTAMEDIKA
PERTAMINA BINA
MEDIKA
PERTAMEDIKA
PERTAMINA BINA MEDIKA
2. Konsideran
Konsideran memuat latar belakang dan tujuan diterbitkannya surat keputusan,
dimuat sebagai bagian dari surat yang ditandai dengan kata Menimbang:.
PEDOMAN
PERTAMEDIKA
PERTAMINA BINA
MEDIKA
a. Kata Menimbang diketik dengan huruf besar kecil dan dicetak tebal dari
batas kertas sebelah kiri, kemudian dibubuhi titik dua (:).
b. Baris pertama isi konsideran diketik satu baris dengan kata Menimbang,
dengan huruf besar kecil dicetak biasa.
c. Penomoran setiap butir konsideran dimulai dengan huruf abjad diikuti
tanda titik (a., b., c., dan seterusnya).
d. Spasi antar baris di dalam butir dan antar butir adalah spasi tunggal.
3. Dasar Hukum
Bagian dasar hukum dari surat keputusan memuat peraturan perundang-
undangan dan peraturan yang berlaku yang menjadi landasan berkekuatan
hukum untuk diterbitkannya surat keputusan. Bagian ini hanya memuat
peraturan perundang-undangan yang mempunyai kaitan langsung dengan
materi dari surat keputusan. Bagian ini ditandai dengan kata Mengingat:.
a. Kata Mengingat diketik dengan huruf besar kecil dan dicetak tebal dari
batas kertas sebelah kiri, kemudian dibubuhi tanda titik dua (:) tepat lurus
di bawah kata Menimbang.
b. Baris pertama isi dasar hukum diketik satu baris dengan kata Mengingat,
dengan huruf besar kecil dicetak biasa.
c. Penomoran setiap butir dasar hukum dimulai dengan angka diikuti tanda
titik (1., 2., 3., dan seterusnya) diikuti dasar hukum yang menjadi acuan,
dengan urutan penulisan nama peraturan, nomor peraturan, tanggal
penetapan peraturan, dan perihal (tentang) peraturan.
d. Spasi antar baris di dalam butir dan antar butir adalah spasi tunggal.
4. Diktum
Bagian diktum dari surat keputusan memuat pernyataan kebijakan yang
memiliki kekuatan mengikat untuk dilaksanakan atau ditaati, yang dituangkan
dengan pernyataan MEMUTUSKAN dan Menetapkan.
PEDOMAN
PERTAMEDIKA
PERTAMINA BINA
MEDIKA
5. Penutup
a. Kalimat Penutup
Surat keputusan ditutup dengan kalimat sebagai berikut.
“Surat keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan.”
Kalimat di atas dapat diubah / disesuaikan dengan maksud dan isi surat
keputusan yang diterbitkan, seperti “Surat keputusan ini berlaku surut
terhitung mulai tanggal …”
Khusus untuk surat keputusan yang isinya untuk menetapkan dan
mengubah status seseorang terkait personalia / SDM, bentuknya sedikit
berbeda yaitu di akhir diktum mencantumkan kalimat sebagai berikut.
“Surat keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan, dengan
ketentuan bahwa jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapan ini, segala sesuatunya akan ditinjau kembali.”
b. Tempat dan Tanggal Penetapan
PEDOMAN
PERTAMEDIKA
PERTAMINA BINA
MEDIKA
ttd.
Nama Pejabat
d. Nama Pejabat
Nama pejabat penanda tangan ditulis di tengah kertas, lurus di bawah
sebutan jabatan. Penulisan nama menggunakan huruf besar kecil dan
dicetak tebal tanpa garis bawah.
e. Paraf
i. Paraf penanggung jawab materi surat keputusan (pejabat satu
tingkat di bawah pejabat penanda tangan) dibubuhkan di samping
kiri satu baris dengan sebutan jabatan penanda tangan.
ii. Apabila diperlukan paraf kedua (penyerta) dapat dibubuhkan di
samping kiri satu baris dengan nama pejabat.
iii. Untuk surat keputusan yang memerlukan lebih dari satu halaman,
paraf penanggung jawab materi termasuk apabila ada paraf kedua
PEDOMAN
PERTAMEDIKA
PERTAMINA BINA
MEDIKA
6. Tembusan
i. Penulisan kata Tembusan (apabila ada dan dianggap perlu) diawali
dengan huruf besar dan titik dua (:), tanpa garis bawah, dimulai
dari sisi kiri kertas di bawah nama pejabat penanda tangan, lurus
di bawah kata Menimbang, Mengingat, dan Menetapkan.
ii. Tembusan hanya ditujukan kepada sebutan jabatan yang terkait
langsung dengan memperhatikan urutan hierarki (menggunakan
angka) dan tidak boleh ditujukan kepada fungsi. Hierarki terakhir
dalam tembusan adalah “Pekerja ybs.”.
iii. Tembusan ditulis dengan frasa “Tembusan disampaikan kepada”.
iv. Dalam surat keputusan yang bersifat kolektif, maka dalam penutup
surat keputusan dituliskan “Kutipan surat keputusan ini diberikan
kepada yang bersangkutan untuk diketahui dan dipergunakan
seperlunya.”
v. Bentuk kutipan surat keputusan tidak sama (tidak selengkap)
seperti bentuk surat keputusan yang asli.
PEDOMAN
PERTAMEDIKA
PERTAMINA BINA
MEDIKA
c. Dalam hal isi materi lampiran surat keputusan lebih dari satu pokok
bahasan, maka sesudah kata Lampiran diberi angka romawi sesuai urutan
pokok masalah yang menjadi lampiran seperti contoh berikut.
ttd.
Nama Pejabat
f. Pada lampiran surat keputusan dibubuhkan cap jabatan pada:
Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu
harus dilakukan. Dengan demikian pedoman merupakan hal pokok yang menjadi
dasar untuk menentukan atau melaksanakan kegiatan. Sedangkan panduan adalah
petunjuk dalam melakukan kegiatan. Dengan demikian, diartikan bahwa pedoman
mengatur beberapa hal, sedangkan panduan hanya meliputi satu kegiatan. Agar isi
dokumen pedoman dan panduan dapat dimplementasikan dengan baik dan benar,
pengaturan langkah lebih rinci dan teknis dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk
dokumen standar prosedur operasional (SPO).
Mengingat sangat bervariasinya bentuk dan isi pedoman maupun panduan, Rumah
Sakit Pertamedika Tarakan menetapkan ketentuan penyusunan buku pedoman atau
panduan sebagai berikut.
membuat pedoman / panduan dengan topik yang sama, wajib mengacu pada
pedoman / panduan yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan tersebut.
4. Bentuk dokumen elektronik (e-file) pedoman / panduan tetap harus didukung
dengan bentuk dokumen fisik (hard copy) pedoman / panduan yang dikelola
oleh sekretaris rumah sakit. Bentuk e-file dimanfaatkan untuk dapat dilihat
dengan mudah oleh unit kerja terkait melalui jaringan intranet rumah sakit.
5. Pejabat yang memiliki wewenang untuk menandatangani pedoman di tingkat
Rumah Sakit Pertamedika Tarakan adalah:
a. Pejabat yang menyiapkan pedoman setingkat kepala bagian atau ketua
komite.
b. Pejabat yang bertindak sebagai penanggung jawab materi pedoman,
setingkat wakil direktur.
c. Pejabat yang menyetujui pedoman yaitu Direktur.
PEDOMAN
PERTAMEDIKA
PERTAMINA BINA
MEDIKA
Isi pedoman / panduan dapat terdiri dari beberapa Bab yang disesuaikan
dengan kebutuhan, dengan judul setiap Bab ditulis dengan huruf kapital
dan dicetak tebal. Pada umumnya, Bab I (pertama) adalah bab yang
mencakup tentang latar belakang, dasar pemikiran, maksud dan tujuan
serta ruang lingkup dan dasar pembuatan pedoman / panduan. Sedangkan
bab-bab selanjutnya merupakan isi materi dari pedoman / panduan.
BAB IV
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
Terdapat banyak istilah untuk dokumen dengan pengertian yang sama, seperti antara
lain Standard Operating Procedure (SOP) (yang merupakan istilah yang lazim
digunakan namun bukan merupakan istilah baku di Indonesia), prosedur tetap
(protap), prosedur kerja, prosedur tindakan, petunjuk penatalaksanaan (juklak) dan
petunjuk teknis (juknis). Walaupun banyak istilah, namun istilah yang digunakan di
Rumah Sakit Pertamedika Tarakan adalah Standar Prosedur Operasional (SPO),
karena Istilah ini sesuai dengan yang tercantum di dalam undang-undang.
Tujuan Penyusunan SPO adalah agar berbagai proses kerja rutin terlaksana dengan
efisien, efektif, konsisten / seragam dan aman, dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan melalui pemenuhan standar yang berlaku.
Pejabat yang memiliki wewenang untuk menandatangani SPO di tingkat Rumah Sakit
Pertamedika Tarakan adalah Direktur. Dalam proses penyusunan dan pemberlakuan
SPO, Direktur dibantu pejabat-pejabat berikut ini:
1. Pejabat yang menyiapkan pedoman adalah setingkat pengawas sampai
dengan kepala bagian atau ketua komite. Pejabat ini membubuhkan paraf di
samping kiri nama jabatan direktur pada lembar SPO.
2. Pejabat yang bertindak sebagai penanggung jawab materi pedoman, setingkat
wakil direktur. Pejabat ini membubuhkan paraf di samping kiri nama pejabat
direktur pada lembar SPO.
A. Format SPO
1. Format SPO sesuai dengan lampiran Surat Edaran Direktur Pelayanan Medik
Spesialistik, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia nomer
YM.00.02.2.2.837 tertanggal 1 Juni 2001, perihal bentuk SPO.
2. Format mulai diberlakukan 1 Januari 2002.
3. Format merupakan format minimal, format ini dapat diberi tambahan materi
misalnya nama penyusun SPO, unit yang memeriksa SPO, namun tidak boleh
mengurangi item-item yang ada di SPO.
1. Kepala
PEDOMAN
PERTAMEDIKA
PERTAMINA BINA
MEDIKA
2. Materi
Batang tubuh SPO terdiri dari pengertian, tujuan, kebijakan, petugas, peralatan,
prosedur, dan unit kerja terkait.
JUDUL SPO
Penjelasan :
Penulisan SPO harus tetap di dalam tabel/kotak dan jenis huruf yang dipakai adalah
jenis Arial ukuran 10 sampai 12 (diutamakan ukuran 10,5 pts).
1. Kotak-kotak di bagian kepala SPO, yaitu kotak logo dan nama rumah sakit,
kotal judul SPO, kotak nomor dokumen, kotak nomor revisi, kotak nomor
halaman, kotak Standar Prosedur Operasional, kotak tanggal terbit, dan kotak
penetapan diisi sebagai berikut :
a. Kepala SPO dan kotaknya dicetak pada setiap halaman (masuk pada
bagian header pada dokumen elektronik). Pada halaman pertama kotak
kepala SPO harus lengkap, sedangkan untuk halaman-halaman berikutnya
kotak kepala SPO dapat hanya memuat : kotak logo Pertamedika dan
nama rumah sakit, kotak judul SPO, kotak nomor dokumen, kotak nomor
revisi dan kotak nomor halaman.
b. Kotak logo Pertamedika diisi logo Pertamedika dan diberi nama “RS
PERTAMEDIKA TARAKAN” dengan jenis huruf Futura MdBT ukuran 5,5
pts atau menyesuaikan lurus dengan awal dan akhir tulisan “PERTAMINA
BINA MEDIKA” di atasnya dengan warna huruf hitam.
PEDOMAN
PERTAMEDIKA
PERTAMINA BINA
MEDIKA
c. Judul SPO diberi nama sesuai topik yang dimuat dalam SPO, ditulis
dengan huruf besat dan dicetak tebal, posisi simetris di tengah kotak.
d. Nomor dokumen diisi sesuai dengan ketentuan penomoran yang berlaku di
Rumah Sakit Pertamedika Tarakan, yaitu nomor urut SPO diikuti garis
miring, diikuti kode bagian organisasi pembuat SPO setingkat bagian.
Contoh: 001 / J11000, yang berarti SPO nomor urut satu di Bagian Medis.
e. Nomor revisi diisi dengan nomor urut revisi SPO saat ini menggunakan
angka. Untuk dokumen SPO yang topiknya baru dapat diberi nomor revisi
00, sedangkan dokumen SPO yang topiknya sudah pernah dibuat
sebelumnya, diberi nomor revisi 01, dan seterusnya dengan menggunakan
nomor dokumen yang sama.
f. Kotak “Halaman:” diisi nomor halaman dengan mencantumkan juga jumlah
keseluruhan halaman untuk SPO tersebut, dipisahkan dengan garis miring
(/). Contoh: untuk halaman pertama dituliskan Halaman: 1 / 5, untuk
halaman kedua dituliskan Halaman: 2 / 5, dan untuk halaman terakhir
dituliskan Halaman: 5 / 5.
g. Kotak Standar Prosedur Operasional diberi tulisan SPO (menggunakan
huruf Arial ukuran 26).
h. Tanggal terbit diberi tanggal sesuai tanggal terbitnya atau tanggal
diberlakukannya SPO tersebut.
i. Kotak Penetapan SPO memuat nama jabatan, tanda tangan dan nama
jelas Direktur.
2. Isi SPO:
a. PENGERTIAN : berisi penjelasan dan atau definisi tentang istilah yang
mungkin sulit dipahami atau menyebabkan rumah sakit agar menetapkan
siapa yang mengelola SPO
PEDOMAN
PERTAMEDIKA
PERTAMINA BINA
MEDIKA
2. Penyusunan SPO dapat dilakukan oleh setiap bagian, tim dan komite di rumah
sakit sesuai ketentuan kewenangan pembuatan SPO dalam pedoman ini.
c. Untuk digunakan sebagai referensi dokumen SPO secara fisik oleh unit
kerja yang terkait, Sekretaris menerbitkan salinan terkendali dari setiap
SPO asli yang dikelolanya untuk didistribusikan ke satu atau lebih unit
kerja yang terlibat dalam SPO. Setiap salinan fisik ini diberi stempel
bertuliskan “Salinan Terkendali, Tidak Boleh Digandakan”, dan
pendistribusiannya tercatat di Sekretaris. Semua unit kerja hanya bisa
mendapatkan salinan dokumen SPO melalui Sekretaris dengan prosedur
di atas dan dilarang menggandakan dokumen sendiri.
d. Setiap kali suatu SPO diperbaiki isinya dan diterbitkan edisi revisi yang
lebih baru, Sekretaris berwenang menarik semua salinan terkendali yang
bersangkutan dari semua unit kerja dan membubuhkan stempel
bertuliskan “Dokumen Sudah Tidak Berlaku”, termasuk pada dokumen
SPO yang asli. Salinan SPO kemudian dimusnahkan sesuai ketentuan
sedangkan SPO asli tetap disimpan sesuai ketentuan jangka waktu
penyimpanan.
4. Evaluasi terhadap isi SPO dan perbaikan isi SPO (revisi SPO) dilakukan oleh
bagian, tim dan komite yang terkait langsung, atau manajemen rumah sakit
dengan berkoordinasi dengan Sekretaris.
3. Pengembangan lebih lanjut isi SPO termasuk evaluasi SPO dan pembuatan
revisi SPO dilakukan oleh bagian pembuat SPO berdasarkan masukan dari
unit kerja terkait, pasien, regulasi baru dan instruksi manajemen rumah sakit.
PEDOMAN
PERTAMEDIKA
PERTAMINA BINA
MEDIKA
4. SPO dikenali dari judul SPO berupa topik atau nama kegiatan yang dijabarkan
di dalamnya, kode bagian organisasi dari bagian pembuat SPO yang tercantum
dalam nomor SPO, unit kerja terkait yang dicantumkan dalam baris terakhir
SPO, serta nomor revisi SPO.
5. SPO diperkenalkan kepada pekerja dan unit kerja yang terkait langsung
melalui mekanisme komunikasi internal rumah sakit, yaitu rapat antar unit
kerja, pertemuan sosialisasi dan pelatihan yang diadakan sesuai kebutuhan.
2. SPO harus ditulis oleh pekerja yang melakukan pekerjaan yang bersangkutan
atau oleh unit kerja yang bersangkutan. Tim atau panitia yang ditunjuk oleh
direktur hanya berperan menanggapi dan mengkoreksi SPO tersebut.
Pertimbangannya adalah komitmen terhadap pelaksanaan SPO hanya
diperoleh dengan adanya keterlibatan pekerja / unit kerja yang bersangkutan
dalam penyusunan SPO.
4. Di dalam SPO harus dapat dikenali dengan jelas siapa melakukan apa,
dimana, kapan dan mengapa.
6. SPO harus menggunakan kalimat dan istilah dengan bahasa yang dikenal
pemakai.
9. Untuk SPO profesi harus mengacu kepada standar profesi, standar pelayanan,
mengikuti perkembangan IPTEK dan memperhatikan aspek keselamatan
pasien.
2. Penyusunan SPO dapat dikelola oleh suatu tim / panitia dengan mekanisme
sebagai berikut :
a. Pelaksana atau unit kerja yang bersangkutan langsung dengan kegiatan
menyusun SPO dengan melibatkan unit kerja lain yang terkait.
b. SPO yang telah disusun oleh pelaksana atau unit kerja disampaikan ke tim
/ panitia SPO.
c. Fungsi tim / panitia SPO:
i. Memberikan tanggapan, mengkoreksi dan memperbaiki SPO yang
telah disusun oleh pelaksana / unit kerja, baik dari segi bahasa maupun
penulisan.
ii. Berfungsi sebagai koordinator dari berbagai SPO yang sudah dibuat
oleh masing-masing unit kerja sehingga tidak terjadi duplikasi SPO /
tumpang tindih SPO antar unit kerja.
iii. Melakukan cek ulang terhadap SPO yang akan ditandatangani oleh
direktur.
tersebut atau alur kegiatan dari kerja yang dilakukan di unit tersebut.
Sedangkan untuk SPO profesi, identifikasi kebutuhan dilakukan dengan
mengetahui pola penyakit yang sering ditangani di unit kerja tersebut. Dari
identifikasi kebutuhan SPO maka di suatu unit kerja dapat diketahui berapa
banyak dan macam SPO yang harus dibuat/disusun. Untuk melakukan
identifikasi kebutuhan SPO dapat pula dilakukan dengan memperhatikan
elemen penilaian pada standar akreditasi rumah sakit, minimal SPO apa saja
yang harus ada. SPO yang dipersyaratkan di elemen penilaian adalah SPO
minimal yang harus ada di rumah sakit. Sedangkan identifikasi SPO dengan
menggambarkan terlebih dahulu proses bisnis di unit kerja adalah seluruh SPO
secara lengkap yang harus ada di unit kerja tersebut.
4. Mengingat SPO merupakan flow charting dari proses kegiatan maka untuk
memberikan pengertian yang jelas bagi subjek pelaksana SPO, penulisan SPO
adalah dimulai dengan membuat flow chart dari kegiatan yang dilaksanakan.
Caranya adalah membuat diagram kotak sederhana yang menggambarkan
langkah penting dari seluruh proses.
Contoh : diagram kotak untuk pembelian bahan yang digunakan di rumah sakit.
Setelah dibuatkan diagram kotak maka kegiatan di masing-masing kotak
diuraikan dan dibuat alurnya.
6. Untuk SPO pelayanan dan SPO administrasi, sebagian SPO akan memerlukan
uji coba.
7. Agar SPO dapat dikenali oleh pelaksana maka perlu dilakukan sosialisasi SPO
dan apabila SPO tersebut rumit, maka diperlukan pelatihan untuk
melaksanakan SPO tersebut.
1. Ada komitmen dari direktur yang terlihat dari adanya dukungan fasilitas dan
sumber daya lainnya.
PEDOMAN
PERTAMEDIKA
PERTAMINA BINA
MEDIKA
3. Ada target waktu yaitu ada target dan jadwal yang disusun dan disepakati
1. SPO asli disimpan di Sekretaris rumah sakit, sesuai tata cara pengarsipan
dokumen. Penyimpanan SPO yang asli harus rapi, sesuai metode pengarsipan
dokumen sehingga mudah dicari kembali bila diperlukan.
2. Salinan dari SPO asli (foto copy atau hasil scan) hanya dibuat oleh Sekretaris
rumah sakit dengan dibubuhi stempel “Salinan Terkendali, Tidak Boleh
Digandakan”, dan setiap salinan ini tercatat oleh Sekretaris berikut nama unit
kerja penerima salinan dalam daftar distribusi salinan SPO. Salinan SPO ini
disimpan di masing-masing unit kerja di tempat SPO tersebut dipergunakan.
3. Salinan SPO yang sudah tidak berlaku lagi atau tidak dipergunakan lagi karena
sudah direvisi wajib dikembalikan ke Sekretaris rumah sakit sehingga di unit
kerja hanya ada SPO yang masih berlaku saja. Sekretaris rumah sakit dapat
memusnahkan salinan SPO yang tidak berlaku tersebut, namun untuk SPO
yang asli agar tetap disimpan dengan dibubuhi stempel “Dokumen Sudah
Tidak Berlaku”, dengan lama penyimpanan sesuai ketentuan dalam
pengarsipan dokumen di rumah sakit.
4. Salinan SPO di unit kerja harus harus diletakkan di tempat yang mudah dilihat,
mudah diambil dan mudah dibaca oleh pelaksana.
Yang dimaksud dengan distribusi adalah kegiatan atau usaha menyampaikan SPO
kepada unit kerja dan atau pelaksana yang memerlukan SPO tersebut agar dapat
digunakan sebagai panduan dalam melaksanakan kegiatannya. Kegiatan ini
dilakukan oleh Sekretaris rumah sakit sesuai kebijakan rumah sakit dalam
pengendalian dokumen.
1. Distribusi SPO harus memakai buku ekspedisi dan atau formulir tanda terima.
2. Distribusi SPO bisa hanya untuk unit kerja tertentu tetapi bisa juga untuk
seluruh unit kerja. Hal ini tergantung jenis SPO tersebut, bila SPO tersebut
merupakan acuan untuk melakukan kegiatan di semua unit kerja maka SPO
ddistribusikan ke semua unit kerja. Namun bila SPO tersebut hanya untuk unit
kerja tertentu maka distribusi SPO hanya untuk unit kerja tertentu tersebut dan
unit terkait yang tertulis di SPO tersebut.
3. Dengan penggunaan e-file maka distribusi SPO bisa melalui intranet dengan
kewenangan otorisasi di setiap unit kerja diatur sehingga unit kerja dapat
mengetahui batas kewenangan dalam membuka SPO.
2. Evaluasi SPO dilakukan oleh masing-masing unit kerja yang dipimpin oleh
kepala unit kerja.
3. Hasil evaluasi adalah SPO masih tetap bisa dipergunakan atau SPO perlu
diperbaiki / direvisi. Perbaikan / revisi bisa isi SPO sebagian atau seluruhnya.
5. Pergantian direktur tidak perlu mengubah SPO apabila SPO memang masih
sesuai / dipergunakan.
Formulir adalah lembaran kertas/ dokumen yang berupa isian atau checklist yang
dikeluarkan oleh rumah sakit, unit atau bagian tertentu untuk memudahkan suatu
proses kerja yang sudah distandarisasikan oleh rumah sakit.
Keterangan :
FRM: ditulis dengan huruf kapital/ besar menunjukkan bentuk dokumen adalah
formulir.
nomor: ditulis dengan angka mulai dari 2 digit (00, 01, 02, dst.)
kode bagian organisasi: ditulis kode bagian yang mengeluarkan formulir
tersebut sesuai kode baku di rumah sakit
r00: huruf “r” merupakan kode untuk “revisi”, dua digit angka merupakan nomor
urut revisi formulir terkait ( r00, r01, r02 dst.)
tahun: ditulis tahun terbit, jika formulir direvisi maka diisi dengan tahun revisi.
Posisi / penempatan nomor formulir adalah di kiri bawah kertas formulir.
Semua ditulis dengan jenis huruf Arial ukuran 7 pts dicetak miring.
Alur Kerja adalah gambaran proses/ alur proses yang menggambarkan suatu
layanan di rumah sakit atau unit kerja dari dimulainya proses sampai berakhir
proses tersebut yang disahkan oleh Direktur rumah sakit.
Keterangan :
AK: ditulis dengan huruf kapital/ besar menunjukkan bentuk dokumen adalah
alur kerja.
nomor: ditulis dengan angka mulai dari 2 digit (00, 01, 02, dst.)
kode bagian organisasi: ditulis kode bagian yang mengeluarkan formulir
tersebut sesuai kode baku di rumah sakit
r00: huruf “r” merupakan kode untuk “revisi”, dua digit angka merupakan nomor
urut revisi formulir terkait ( r00, r01, r02 dst.)
tahun: ditulis tahun terbit, jika alur kerja direvisi maka diisi dengan tahun revisi.
Semua ditulis dengan jenis huruf Arial ukuran 7 pts dicetak miring.
Posisi / penempatan nomor alur kerja adalah di kanan atas kertas alur kerja.
PEDOMAN
PERTAMEDIKA
PERTAMINA BINA
MEDIKA
BAB V
PROGRAM
A. Pengertian Program
4. Petunjuk Penulisan
a. Pendahuluan
Yang ditulis dalam pendahuluan adalah hal-hal yang bersifat umum
yang masih terkait dengan program.
b. Latar belakang
Latar belakang adalah merupakan justifikasi atau alasan mengapa
program tersebut disusun. Sebaiknya dilengkapi dengan data-data
sehingga alasan diperlukannya program tersebut dapat lebih kuat.
c. Tujuan umum dan tujuan khusus
Tujuan di sini adalah merupakan tujuan program. Tujuan umum adalah
tujuan secara garis besarnya, sedangkan tujuan khusus adalah tujuan
secara rinci.
d. Kegiatan pokok dan rincian kegiatan
Kegiatan pokok dan rincian kegiatan adalah langkah-langkah kegiatan
yang harus dilakukan sehingga tercapainya tujuan program tersebut.
Karena itu antara tujuan dan kegiatan harus berkaitan dan sejalan.
e. Cara melaksanakan kegiatan
Cara melaksanakan kegiatan adalah metode untuk melakukan kegiatan
pokok beserta rincian kegiatannya. Metode tersebut bisa dengan
membentuk tim, melakukan rapat, melakukan audit, dan lain-lain.
f. Sasaran
Sasaran program adalah target per tahun yang spesifik dan terukur
untuk mencapai tujuan program
Sasaran program menunjukkan hasil antara yang diperlukan untuk
merealisir tujuan tertentu.
PEDOMAN
PERTAMEDIKA
PERTAMINA BINA
MEDIKA
BAB VI
PENUTUP
Pedoman Tata Naskah ini telah menguraikan ketentuan dan standar pengelolaan
dokumen regulasi di Rumah Sakit Pertamedika Tarakan, dengan maksud menciptakan
sinergi upaya pengelolaan regulasi rumah sakit sehingga efektif membawa rumah sakit
untuk memberikan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keselamatan pasien
dan senantiasa meningkatkan mutu pelayanannya secara berkesinambungan.
Namun pedoman ini tidak akan banyak berguna dan tidak mungkin mencapai tujuan
penyusunannya apabila tidak digunakan sebagai acuan pengelolaan dan penggunaan
dokumen regulasi di Rumah Sakit Pertamedika Tarakan secara terus-menerus dan
konsisten. Sehingga yang perlu ditindak lanjuti dari pedoman ini adalah
penggunaannya secara operasional dalam kegiatan rumah sakit sehari-hari.
Rincian ketentuan dan standar dalam pedoman ini merupakan hal yang bersifat
dinamis, terbuka untuk perubahan yang lebih baik, yang perlu terus dievaluasi dan
disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan rumah sakit seiring berjalan dan
berkembangnya praktik manajemen rumah sakit yang semakin maju. Sistem dan
budaya mutu yang berkembang di rumah sakit dengan adanya pedoman ini
diharapkan dapat terus memberikan perbaikan dan pengembangan pengelolaan
rumah sakit sehingga sukses menjalankan amanat Undang-Undang tentang Rumah
Sakit yaitu menjadi institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna.
PEDOMAN
PERTAMEDIKA
PERTAMINA BINA
MEDIKA