Anda di halaman 1dari 37

ANALISA PEMAHAMAN AUDITOR BARU DALAM MEMAHAMI

LANGKAH-LANGKAH AUDIT PROSES BISNIS


IMPLEMENTASI K2K3 PADA PROYEK PEMBANGKIT

LAPORAN TELAAHAN STAFF

DISUSUN OLEH:

NAMA : MUCHLAS ALBARIDIN

NO.TEST : 1610/PLM/UM/S1-ELE/74468

PROGRAM PRAJABATAN S1/D3 ANGKATAN 57

PT PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

TAHUN 2017
PT. PLN (PERSERO)
SATUAN PENGAWASAN INTERN
REGIONAL 6 SUMATERA

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN OJT BERBASIS PENEMPATAN


DISUSUN OLEH:

NAMA : MUCHLAS ALBARIDIN


NO TEST : 1610/PLM/UM/S1-ELE/74468
JUDUL : ANALISA PEMAHAMAN AUDITOR BARU DALAM
MEMAHAMI LANGKAH-LANGKAH AUDIT PROSES
BISNIS IMPLEMENTASI K2K3 PADA PROYEK
PEMBANGKIT
BIDANG : SATUAN PENGAWASAN INTERN
Laporan ini disusun guna memenuhi tugas program On The Job Training
Berbasis Unit Penempatan Jabatan Tahun 2017
PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Menyetujui Medan, Juli 2017


Mentor II Siswa OJT
Deputi Group Head Regional 6

Hevlind Van Marbos Muchlas Albaridin


NIP: 7293073-R 1610/PLM/UM/S1-ELE/64468

Mengetahui,

Mentor I
Group Head Regional 6

Hamzah Kadir
NIP: 6287001-E

ii
PT. PLN (PERSERO)
SATUAN PENGAWASAN INTERN
REGIONAL 6 SUMATERA

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penulisan
Telahan Staff yang berjudul ” ANALISA PEMAHAMAN AUDITOR BARU
DALAM MEMAHAMI LANGKAH-LANGKAH AUDIT PROSES BISNIS
IMPLEMENTASI K2K3 PADA PROYEK PEMBANGKIT”. Penyusunan ini
disusun sebagai persyaratan untuk mengikuti evaluasi diklat Prajabatan
PLN angkatan 57.

Selama pelaksanaan dan penyusunan Telahan Staff ini, penyusunan


ini telah menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
kepada:

1. Bapak Flodesa selaku Inspektur Audit Wilayah Sumatera Utara PT.


PLN (Persero) yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan OJT di SPI Regional 6 Kantor Wilayah 2 Sumatera
Utara.
2. Bapak Hamzah Kadir, selaku Group Head SPI Regional 6 di Kantor
Wilayah 2 Sumatera Utara PT. PLN (Persero) dan sebagai Mentor I
yang selalu memberi bimbingan, arahan, dan nasihat kepada penulis
selama penulisan dan penyelesaian Telahan Staff.
3. Bapak Hevlind Vanmarbos, selaku Deputy Group Head SPI Regional
6 di Kantor Wilayah 2 Sumatera Utara PT. PLN (Persero) dan
sebagai Mentor II yang selalu memberi bimbingan, arahan dan
nasihat kepada penulis selama penulisan dan penyelesaian Telahan
Staff.
4. Bapak-Bapak Auditor SPI Kantor Wilayah 2 Sumatera Utara PT. PLN
(Persero) Regional 6, Pak Zeka Fidya P., Pak Suriyanto P., Pak
Misnan, Pak Fransiskus Simamora, Pak Satria Huspa atas
kerjasama dan dukungannya.

iii
PT. PLN (PERSERO)
SATUAN PENGAWASAN INTERN
REGIONAL 6 SUMATERA

5. Auditor SPI Kantor Wilayah 2 Sumatera Utara PT. PLN (Persero)


Regional 6 yang telah memberikan banyak masukan dan wawasan
yang membantu dalam pengerjaan Telahan Staff ini.
6. PT PLN (Persero) yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk mengabdikan diri kepada Indonesia melalui kerja nyata
di PLN.
7. Keluarga yang telah memberikan dukungan, doa restu, semangat
dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan Telahan Staff ini.
8. Teman-teman OJT SPI yang senantiasa memberikan bantuan dan
dorongan moral selama pelatihan, kegiatan OJT, serta penyusunan
Telahan Staff.
9. Seluruh pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan
Telahan Staff ini. Semoga Tuhan membalas segala kemurahan hati
anda.

Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan Telahan Staff ini masih


banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas segala
kekurangan yang ada. semoga Telahan Staff ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Medan, Juli 2017

Penulis

iv
PT. PLN (PERSERO)
SATUAN PENGAWASAN INTERN
REGIONAL 6 SUMATERA

ABSTRAK

SPI PLN menjadikan metodologi Risk Base Internal Audit (RBIA)


sebagai pedoman pelaksanaan dan pelaporan audit berbasis risiko.
Perubahan paradigma tehadap audit internal yang awalnya berperan
sebagai pengawas pada setiap kegiataan operasional perusahaan
menjadi konsultan dan mitra bisnis strategi bagi manajemen. Audit
berbasis risiko difokuskan dan diprioritaskan pada penanganan risiko
bisnis dan pengendalian secara signifikan yang akan berpengaruh positip
terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Rencana strategi pengawasan
memuat visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan dan program serta kegiatan
yang akan dilaksanakan dengan mempertimbangkan potensi, peluang
dan kendala yang ada atau yang mungkin timbul. Metodologi RBIA yang
digunakan SPI sebagai dasar acuan dalam melakukan kegiatan audit.
Dari risiko yang mungkin terjadi dapat diberikan rekomendasi sebagai
mitigasi risiko. SPI bertindak untuk meminimalisasi atau bahkan
menghilangkan sebab dari suatu risiko. Sebelumnya, auditor merupakan
pegawai operasional yang telah memiliki pengalaman di unit operasi dan
memahami proses bisnis PT PLN (Persero). Namun, dengan
dilakukannya pemenuhan Program 1000 Auditor melalui proses rekrutmen
pegawai baru, maka akan melahirkan auditor-auditor baru yang belum
memiliki pengalaman terkait dengan proses audit dan proses bisnis PT
PLN. untuk itu penyusunan Program Audit atau langkah-langkah audit
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ini diharapakan dapat membantu
auditor baru dalam memahami semua proses bisnis yang ada di PT PLN
(persero).
Kata Kunci : SPI PLN, Risk Base Internal Audit, Program Audit,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

v
PT. PLN (PERSERO)
SATUAN PENGAWASAN INTERN
REGIONAL 6 SUMATERA

DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
DAFTAR GRAFIK ....................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang OJT ............................................................................. 1
1.2 Latar Belakang ..................................................................................... 5
1.2 Permasalahan ...................................................................................... 6
1.3 Batasan Masalah .................................................................................. 6
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 8
2.1 Identifikasi Masalah.............................................................................. 8
2.2 TOOLS ANALYSIS (RCPS) .................................................................. 9
2.3 PRA-ANGGAPAN ............................................................................... 10
2.4 SKALA PRIORITAS ............................................................................ 11
2.5 FAKTA YANG MEMPENGARUHI ....................................................... 11
2.6 PEMBAHASAN ................................................................................... 15
2.6.1Tujuan ................................................................................................ 15
2.6.2 Ruang Lingkup ................................................................................ 15
2.6.3 Resiko/Dampak .............................................................................. 16
2.6.4Kriteria ............................................................................................... 16
2.6.5 Langkah Audit ................................................................................. 17
2.6.6 Benefit .............................................................................................. 20
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 20
3.1 KESIMPULAN ...................................................................................... 21
3.2 SARAN DAN TINDAK LANJUT ........................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
PT. PLN (PERSERO)
SATUAN PENGAWASAN INTERN
REGIONAL 6 SUMATERA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Struktur Organisasi SPI ........................................................ 2


Gambar 1.2 Struktur Organisasi SPI Regional 6 ..................................... 3
Gambar 2.1 Root Cause Problem Solving (RCPS) .................................. 9
Gambar 2.2 Skala Proritas ........................................................................ 11

vii
PT. PLN (PERSERO)
SATUAN PENGAWASAN INTERN
REGIONAL 6 SUMATERA

DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.3 Koresponden 1 ......................................................................... 12


Grafik 2.4 Koresponden 2 ......................................................................... 13
Grafik 2.5 Koresponden 3 ......................................................................... 13
Grafik 2.6 Koresponden 4 ......................................................................... 14

viii
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
SPI REGIONAL 6 SUMATERA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG OJT


Satuan Pengawasan Intern (SPI) merupakan unit kerja secara
struktural yang berada di bawah pengawasan langsung Direktur Utama dan
memiliki garis komunikasi dengan Komite Audit. SPI melakukan kegiatan
pemberian keyakinan (assurance) dan konsultasi yang bersifat independen
dan objektif dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan
memperbaiki operasional Perseroan. Hal ini dilakukan melalui pendekatan
yang sistematis dengan cara mengevaluasi dan meningkatkan kecukupan
dan efektifitas manajemen risiko, pengendalian intern dan proses tata
kelola perusahaan.
SPI dibentuk untuk menekan dan mencegah terjadinya hal-hal yang
berpotensi mengancam sumberdaya dan kelangsungan perusahaan
seiring dengan semakin meningkatnya dinamika global, regional maupun
lokal. Di sisi lainnya SPI juga memberikan jasa konsultasi bagi manajemen
auditee mengenai keefektifan control dalam menjalankan proses bisnis.
Dalam melakukan pengawasan di lingkungan perusahaan, Satuan
Pengawasan Intern (SPI) berpedoman pada Risk Based Internal Audit
(RBIA), yaitu pengawasan yang berpusat pada identifikasi, penilaian,
mitigasi dan pemantauan risiko pada seluruh proses bisnis PLN.
Secara umum organisasi SPI dapat dilihat pada gambar 1.1 di bawah
ini :

1
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
SPI REGIONAL 6 SUMATERA

KEPALA
SATUAN PENGAWASAN
INTERN

Inspektur Inspektur
Kepala Inspektur Inspektur Inspektur Inspektur Inspektur Inspektur
Auditor Auditor
Pengembangan Auditor Auditor Auditor Auditor Auditor Auditor
Regional Regional
Sistem Kualitas Regional Regional Jawa Regional Jawa Regional Jawa Regional Regional
Sulawesi dan Maluku dan
Audit Sumatera Bagian Barat Bagian Tengah Bagian Timur Kalimantan Kantor Pusat
Nusa Tenggara Papua

Group Head
Pengembangan Group Head Group Head Group Head Group Head Group Head Group Head Group Head
Group Head
Standar, Audit Audit Audit Audit Audit Audit Audit
Audit Kantor
Kualitas dan Regional 1 Regional 7 Regional 9 Regional 11 Regional 13 Regional 15 Regional 18
Pusat
Sistem Audit s/d 6 s/d 8 s/d 10 s/d 12 s/d 14 s/d 17 s/d 19
dan Laporan
Audit
Group Head
Audit
Khusus

Kepala Bidang
Penunjang
Resident Audit
Operasional
Audit

Gambar 1.1 Struktur Organisasi SPI

Pada gambar 1.1 di atas terlihat bahwa Kepala Satuan Pengawasan


Intern (KSPI) membawahi semua auditor. Kepala Pengembangan Sistem
Kualitas Audit (KPSKA) bertanggung jawab langsung terhadap KSPI dalam
pengembangan kualitas audit. KPSKA memiliki Group Head PSKA dan
Kepala Bidang Penunjang Operasional Audit. Khusus Auditor Regional 1
sampai 19 dan Kantor Pusat dibawahi oleh Inspektur Auditor Regional dan
memiliki Group Head masing-masing Regionalnya. Audit Khusus memiliki
garis tanggung jawab langsung kepada KSPI. Pada Regional 1 sampai 19
memiliki Resident Audit yang artinya memiliki auditor regional tersendiri
yang membantu sebagai konsultan SPI di unit-unit perusahaan.

SPI Regional Sumatera yang membawahi Group Head Regional 1 s/d


6. Unit kerja OJT yang menjadi fokus Telaah Staft ini berada pada SPI
Regional 6. SPI Regional 6 mempunyai tanggung jawab untuk melakukan
audit pada :1. Unit Induk Pembangunan Pembangkit Sumatera, 2. Unit
Induk Pembangunan Sumatera Bagian Utara, 3. Unit Induk Pembangunan
Sumatera Bagian Tengah, 4. Unit Induk Pembangunan Sumatera Bagian
Selatan.

SPI Regional 6 pelaksanaan OJT berkedudukan di PLN Kantor


Wilayah Sumatera Utara yang terletak di Jl. Yos Sudarso No.284, Glugur

2
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
SPI REGIONAL 6 SUMATERA

Kota, Medan Barat, Kota Medan, Sumatera Utara 20115. Selain SPI
Regional 6, terdapat juga SPI Regional 1 dan 4 yang berkedudukan di
kantor yang sama. Adapun Struktur Organisasi SPI Regional 6 PT.PLN
(Persero) Kantor Wilayah Sumatera Bagian Utara dapat dilihat pada
gambar 1.3 di bawah ini :

Group Head Regional 6

Hamzah Kadir

Deputry Group Deputry Group Deputry Group


Head 6A Head 6B Head 6C

Suriyanto P Zeka Fidya P. Hevlin Van M.

Auditor Auditor Auditor

Satria Huspa Misnan Putra Kelana


Dielita Anggitria Malau Fransiskus Simamora Akhmad Syaifullah F.
Andry Triyono Doddy Shando Dina Megumi
Ardian Pramudita E.P. Dui CakraWinata Chintya Lidya A.
Sopian Al Rasyid Aviyudi Ibnea Sisapater G.
Ariningtiyas Widya K. Dewi Mentari F. Mario Nahum Anggi M.
Mayyudi Abdul H. Riko Derwin
Joni Alex Candra

Gambar 1.3 Struktur Organisasi SPI Regional 6 PT PLN (Persero)

SPI menjalankan tugas pada 4 aspek kegiatan yaitu perencanaan,


pelaksanaan, pelaporan, dan pemantauan hasil audit. Namun sebelum
dilakukan proses audit, telah dilakukan penyusunan PKPT yang berisi risk
assessment, laporan pemetaan risiko, prioritas objek audit, serta laporan
mandays auditor dan anggaran yang dikeluarkan selama setahun. Auditor
menyusun Risk Assessment dan laporan Heatmap yang mencakup
risiko-risiko yang relevan termasuk penilaian risiko untuk penyusunan audit
scope dari modul Team Risk. Selanjutnya dilakukan penyusunan rencana
audit dimulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pelaporan audit dan
akan di review oleh tim PKPT. Setelah itu dilakukan Penyusunan PKPT
oleh tim PKPT dan memfasilitasi KSPI untuk mempresentasikan usulan
PKPT kepada direktur utama dan Komite Audit. Setelah disetujui oleh
Direktur Utama dan Komite Audit selanjutnya ketuan tim PKPT

3
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
SPI REGIONAL 6 SUMATERA

menyampaikan laporan Final PKPT dan surat pengantar kepada Inspektur


Auditor Regional untuk melaksanakan kegiatan audit.
1. Perencanaan Audit
Perencanaan kegiatan audit dimulai dari penyusunan Surat tugas
selanjutnya akan dibuat dan diberikan kepada tim audit yang telah ditunjuk.
Setelah itu dilakukan penyusunan PKA (Program Kerja Audit) yang meliputi
tim audit, landasan audit, tujuan audit, ruang lingkup audit, periode audit,
temuan tahun sebelumnya, data yang diperlukan, serta milestone audit.
Tahapan selanjutnya adalah expose PKA dan permintaan dokumen
kepada auditee. Tahapan terakhir pada perencanaan audit adalah entry
meeting yang dihadiri oleh tim audit dan pihak auditee.
2. Pelaksanaan Audit
Pada tahapan pelaksanaan audit, aktivitas utama adalah dokumentasi
walkthrough. Dokumentasi walkthrough tersebut terdiri atas Business
Process Model (BPM), Narrative Walkthrough Documentation (NWD), dan
Segregation of Duties (SOD). Test of Design (ToD) juga dilakukan dengan
tujuan untuk menguji desain suatu aktivitas pengendalian. Selain Test of
Design (ToD) terdapat pula Test of Effectiveness (ToE) yang merupakan
pengujian terhadap suatu aktivitas pengendalian untuk menilai konsistensi
implementasinya. Penetuan Area of Improvement (AOI) juga dilakukan
pada tahapan pelaksanaan audit. Terdapat lima atribut yang ada pada Area
of Improvement (AOI) yaitu kondisi, kriteria, sebab, dampak, dan
rekomendasi.
3. Pelaporan Audit
Pelaporan audit dimulai dari penyusunan draft Laporan Hasil Audit
(LHA), adapun unsur-unsur pelaporan adalah Area of Improvement (AOI)
beserta rekomendasi audit. Draft LHA di-review dan selanjutnya akan
dimintakan tanggapan dari auditee mengenai kondisi yang telah dibuat
tersebut, tahapan terakhir adalah exit meeting yang juga dihadiri oleh
auditee
4. Pemantauan Hasil Audit

4
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
SPI REGIONAL 6 SUMATERA

SPI juga berperan dalam melakukan pemantauan atas hasil audit. SPI
melakukan Evaluasi Tindak Lanjut (ETL) yang kemudian melakukan review
atas ETL tersebut. Tahapan terakhir adalah menentukan status dari ETL
yang dilakukan. ETL akan dihentikan jika statusnya sudah close. Terdapat
empat status close, yaitu :
a. Closed – verified
Dimana auditor telah menutup rekomendasi dan telah diverifikasi
dengan bukti.
b. Closed – not verified
Dimana auditor telah menutup rekomendasi namun belum
diverifikasi dengan bukti.
c. Closed – management accept risk
Dimana auditor telah menutup rekomendasi berdasarkan
penerimaan risiko oleh manajemen auditee.
d. Closed – no longer applicable
Dimana auditor telah menutup rekomendasi karena sudah “not
applicable”.

1.2 LATAR BELAKANG


Pertambahan jumlah auditor baru di Satuan Pengawasan Intern (SPI)
ini juga harus diimbangi dengan pembekalan kompetensi yang memadai.
Ruang lingkup audit sangat luas dan dapat saling berkaitan antara satu dan
lainnya. Sehingga auditor harus terus belajar proses bisnis yang ada di unit.
Hal ini juga menyebabkan auditor senior di bebani tugas yang sangat padat
karena proses permintaan audit untuk kasus tertentu diperlukan kecepatan
dan ketepatan rekomendasi dan berdampak pada program manajemen
kedepan.
Sebelumnya, auditor merupakan pegawai operasional yang telah
memiliki pengalaman di unit operasi dan memahami proses bisnis PT PLN
(Persero). Namun, dengan dilakukannya pemenuhan Program 1000
Auditor melalui proses rekrutmen pegawai baru, maka akan melahirkan
auditor-auditor baru yang belum memiliki pengalaman terkait dengan
proses audit dan proses bisnis PT PLN. Salah satu proses bisnis adalah

5
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
SPI REGIONAL 6 SUMATERA

Peningkatan Implementasi K2K3. Dalam pelaksanaan proyek pembangkit


perlu diperhatikan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
Merupakan salah satu upaya dalam pencegahan kecelakan kerja di dalam
lingkungan kerja. Tujuan dari K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan
keselamatan lingkungan kerja dan juga melindungi rekan kerja, keluaraga
pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengruh kondisi
lingkungan kerja.
Dalam UU No. 18 Tahun 1999 Pasal 22 dan Pasal 23, telah disebutkan,
bahwa kesehatan dan keselamatan kerja serta perlindungan tenaga kerja
merupakan kewajiban dan tanggung jawab pihak Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa yang harus menjadi persyaratan pengikatan antara kedua
pihak dalam penyelenggaraan jasa konstruksi. Sedangkan berdasarkan UU
No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, bahwa Ahli K3 telah memiliki
eksistensi untuk mengawasi penerapan kegiatan K3 di tempat kerja,
sedangkan menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga-kerjaan
mengatakan, bahwa Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan bagian
dari hak asasi manusia yang harus disediakan oleh pengusaha kepada
pekerjanya.
1.3 PERMASALAHAN
Auditor dituntut harus mengerti dan memahami semua proses bisnis
yang ada di PT PLN agar dapat melakukan proses audit secara optimal.
Penyusunan Program Audit Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ini
bertujuan untuk membantu Auditor baru dalam memahami proses atau
langkah-langkah mengaudit K3, Baik berdasarkan hasil pendidikan maupun
pengalaman auditor senior. Kesadaran bahwa untuk menyiapkan auditor
yang professional memerlukan waktu yang panjang, sedang kan disisi lain
aspek yang menjadi sasaran audit lebih luas dan kompleks.
1.4 BATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah
dipaparkan diatas, maka diperlukannya batasan masalah agar tujuan yang
diinginkan dapat sesuai dengan penelitian ini. Adapun batasan-batasan
masalah sebagai berikut :

6
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
SPI REGIONAL 6 SUMATERA

1. Penulisan dilakukan pada PT. PLN (Persero) dengan mengambil


permasalahan proses bisnis Implementasi K3 pada Proyek
Pembangkit.
2. Pemahaman Auditor baru dalam memahami langkah-langkah audit
proses bisnis Implementasi K3 pada Proyek Pembangkit di PT. PLN
(Persero).

7
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
SPI REGIONAL 6 SUMATERA

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 IDENTIFIKASI MASALAH


Berdasarkan latar belakang tersebut identifikasi masalah Auditor baru
terkendala dalam memahami langkah-langkah audit K3. Adalah
bagaimana menemukan solusi dari permasalahan maka perlu diketahui
akar permasalahan dahulu dengan menggunakan identifikasi masalah.
Identifikasi masalah berfungsi sebagai menentukan penyebab utama dan
menghilangkannya dengan tujuan solusi yang digunakan dapat
meminimalisir atau menghilangkan dampak yang terjadi dan mencegah
potensi terjadi masalah yang sama. Masalah yang terjadi dan dianalisa
adalah masalah pemahaman auditor dalam audit peningkatan
implementasi K3 pada proyek pembangkit.
1. Sasaran Audit K3 pada Proyek Pembangkit Luas dan Kompleks
Auditor baru kurang siap karena belum memahami seluruh proses
bisnis K3 pada proyek pembangkit yang luas dan kompleks, Proses
audit merupakan hal yang baru bagi auditor dan juga auditor belum
berpengalaman dalam mengaduit. di lain hal auditor dituntut agar
cepat memahami proses bisnis yang ada, Maka dibutuhkan program
atau langkah-langkah audit terkait K3 agar mempermudah proses
pelaksanaan audit.
2. Auditor belum berpengalaman di Unit Operasional
Dalam proses audit, auditor terkendala dalam memahami proses
bisnis yang ada, untuk itu diperlukan program magang agar auditor
sepenuhnya memahami proses bisnis di unit operasional PT PLN.
3. Auditor Belum Memiliki Pengetahuan Untuk Mengaudit K3
Melihat latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, Auditor baru
kurang memahami ruang lingkup audit proses bisnis K3, ini
mempengaruhi pengetahuan dasar yang diketahui oleh auditor baru
mengenai K3 secara umum. Kurang berjalanya sharing knowledge
dikarenakan padatnya jadawal auditor senior, ini yang menyebabkan
kurangnya waktu pertemuan auditor baru dengan auditor senior.

8
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
SPI REGIONAL 6 SUMATERA

4. Auditor Belum Mendapatkan Pelatihan K3


Tidak adanya materi khusus tentang K3 selama diklat, sebagian
besar materi yang di sampaikan pada saat pembidangan hanya
menjelaskan tentang kesehatan dan keselamatan kerja K3 secara
umum.
2.2 TOOLS ANALYSIS (RCPS)
Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dijelaskan, penulis dapat
menganalisa masalah menggunakan metode root cause problem analysis.
Dengan menggunakan metode root cause problem solving dapat mudah
dimengerti dan menemukan akar permasalahan dengan mendapatkan
sumber masalah yang mendasar dan bisa mencari solusi dari hasil analisis
tersebut. Permasalahan yang ditemukan adalah “ Auditor baru terkendala
dalam memahami langkah-langkah audit K3 Kendala tersebut dapat
dianalisa dengan menggunakan metode RCPS (Root Cause Problem
Solving) seperti di bawah ini :

PROBLEM ROOT CAUSE SOLVING

WHY WHY WHY WHY WHY

Auditor belum Mengadakan Program


berpengalaman di Magang di Unit
Unit Operasional Operasional

Sasaran audit Auditor kurang Auditor dituntut Di butuhkan waktu


Belum adanya
K3 pada proyek memahami untuk memahami yang cepat dalam Membuat program
program audit
pembangkit luas proses bisnis proses bisnis memahami proses audit proses bisnis K3
Kurangnya proses bisnis K3
dan kompleks Auditee Auditee bisnis Auditee
Pemahaman
Auditor baru dalam
memahami
langkah-langkah
audit proses bisnis
K3 Latar belakang auditor Belum optimalnya
Auditor belum memiliki Padatnya program Sharing knowledge
kurang memahami kegiatan sharing
pengetahuan untuk audit yang sedang dengan auditor senior
ruang lingkup audit knowledge untuk
mengaudit K3 berlangsung secara berkala
proses bisnis K3 proses bisnis K3

Auditor belum Belum adanya Ikut serta dalam


mendapatkan usulan pelatihan pelatihan-pelatihan
pelatihan K3 K3 dan diklat

Gambar 2.1 Tools Analysis (RCPS)

9
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
SPI REGIONAL 6 SUMATERA

2.3 PRA-ANGGAPAN
Dari RCPS yang telah dianalisa auditor baru menghasilkan solusi yang
dapat menyelesaikan suatu masalah. Berikut ini pra-anggapan yang
dapat diberikan oleh auditor muda :
1. Auditor baru merupakan pegawai baru di PLN. Pada proses
perekrutan, Pegawai ini langsung ditempatkan di Satuan Pengawas
Intern, Hal ini menjadi kendala auditor baru dalam mempelajari dan
memahami proses bisnis di Unit PLN. Untuk itu disarankan
mengikuti program Magang di Unit Operasional.
2. Pembuatan program audit proses bisnis K3 ini bertujuan untuk
merangkum dan mendokumentasikan seluruh pengetahuan dan
pengalaman kerja sebagai auditor, dengan harapan dapat dibaca,
dipelajari, dan dijadikan acuan dalam melakukan audit. Menjadi
media mempercepat seseorang pegawai yang tidak memiliki latar
belakang pendidikan atau pengetahuan dan dibidang auditing
melakukan tugas audit dan bagi pihak manajemen berfungsi untuk
melakukan pengendalian proses bisnis dan meningkatan keyakinan
tercapainya pelaksanaan tugas serta tanggung jawab PT PLN
(PERSERO).
3. Melakukan kegiatan sharing knowledge secara berkala kepada
auditor senior bagaimana tata cara audit, apa yang harus di
persiapkan, dan berbagi pengalaman pada saat audit. ini sangat
membantu auditor baru dalam memahami dan menggambarkan
bagaimana proses audit.
4. Dikarenakan latar belakang auditor baru kurang memahami ruang
lingkup proses bisnis K3 dan pada tahap diklat pembidangan kelas
auditor untuk auditor baru tidak ada materi khusus mengenai audit
proses bisnis K3, Sehingga auditor muda tidak memiliki gambaran
dan mengalami kendala untuk melakukan proses audit pada proses
bisnis K3. Maka untuk itu auditor baru harus mengikuti
pelatihan-pelatihan serta diklat agar pengetahuan dan pemahaman
auditor baru terkait K3 terus bertambah.

10
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
SPI REGIONAL 6 SUMATERA

2.4 SKALA PRIORITAS


Kemuadian dari RCPS dan Pra-anggapan tersebut dibuat skala
prioritas dengan berdasarkan kepada kemudahan implementasi dan
dampak yang akan diperoleh.
IDEA GENERATION
1
TINGGI

1. Membuat program audit proses


2 bisnis K3
IMPLEMENTASI DAMPAK

4
3 2. Ikut serta dalam pelatihan-pelatihan
dan diklat
SEDANG

3. Mengadakan Program Magang di


Unit Operasional
RENDAH

4. Sharing knowledge dengan auditor


SULIT SEDANG MUDAH senior secara berkala

KEMUDAHAN IMPLEMENTASI

Gambar 2.2 Skala Proritas


Berdasarkan gambar 2.2 skala proritas di atas, menunjukan bahwa
solusi nomor 1 merupakan solusi terbaik yaitu pembuatan program audit
proses bisnis K3 pada proyek pembangkit. Menurut skala proritas solusi ini
mempunyai tingkat dampak yang paling tinggi dan implementasi yang
mudah diterapkan.
2.5 FAKTA YANG MEMPENGARUHI
Fakta yang mempengaruhi untuk pemahaman audit pada proses
bisnis peningkatan implementasi K3 proyek pembangkit berdasarkan
ketentuan sebagai berikut:

11
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
SPI REGIONAL 6 SUMATERA

 UU No. 1/1970 Pasal. 3 ayat 1 huruf (a) Dengan peraturan


perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk
mencegah dan mengurangi kecelakaan
 Berdasarkan peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor: PER.08/MEN/VII/2010 tentang alat
pelindung diri pasal 4 ayat 1 APD wajib digunakan di tempat kerja.
 Berdasarkan Peraturan Direksi PT PLN (persero) Nomor:
0250.P/DIR/2016 tentang Pedoman Keselamatan Kerja di
Lingkungan PT PLN (Persero) pasal 11 ayat 3 menyebutkan
bahwa “sebagai pengawas K3, pengawas pekerjaan wajib memiliki
kompetensi dibidang K3 yang dibuktikan dengan sertifikat K3.
 Berdasarkan Peraturan Direksi PT PLN (persero) Nomor:
0250.P/DIR/2016 tentang Pedoman Keselamatan Kerja di
Lingkungan PT PLN (Persero) pasal 10 ayat 2 menyebutkan
bahwa “manajemen unit perseroan wajib melakukan kegiatan
pencegahan terjadinya kecelakan kerja dan PAK/PAHK dengan
melakukan pengendalian teknis terhadap adanya kondisi
berbahaya (unsafe condition) pada tempat-tempat kerja.

Berdasarkan hasil kuisioner dari 20 responden yang terdiri dari auditor


baru dan auditor SPI Regional 6 yang di tampilkan dalam bentuk diagram
pie .

Berapa lama menjadi Auditor

40%
<6 bulan
60%
6 bulan s/d 5 tahun

Gambar 2.3 Grafik Koresponden 1

12
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
SPI REGIONAL 6 SUMATERA

Pada grafik diatas menunjukan 60% di bawah 6 bulan menjadi seorang


auditor di SPI, Sedangkan 40% ke atas 6 bulan menjadi auditor. Ini
mengambarkan auditor tergolong muda, oleh sebab itu dibutuhkan suatu
panduan tata cara mengaudit suatu proses bisnis.

Pemahaman Auditor terhadap


proses bisnis K3

40%

Ya
60%
Tidak

Gambar 2.4 Grafik Koresponden 2


Dari koresponden pemahaman auditor terhadap proses bisnis K3
terlihat auditor yang setujuh belum memahami proses bisnis K3 60% dan
yang memahami sebanyak 40%.

Pengalaman Auditor dalam


audit probis K3

30%

Sudah
70% Belum

Gambar 2.5 Grafik Koresponden 3


Ketika pertanyaan tentang pengalaman audit proses bisnis
keselamatan dan kesehatan kerja, maka didapatkan 70% mengatakan

13
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
SPI REGIONAL 6 SUMATERA

bahwa koresponden tidak memiliki pengalaman audit proses bisnis


tersebut, dan 30% koresponden mengatakan bahwa memiliki pengalaman
audit proses bisnis Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Apakah Auditor membutuhkan


Program Audit K3
5%

Ya
Tidak
95%

Gambar 2.6 Grafik Koresponden 4


Jawaban responden sebanyak 95% mengatakan auditor baru dan
auditor membutuhkan Program Audit / langkah-langkah audit dan sisanya
5% menjawab tidak membutuhkan.
Atas dasar itu penulis menyusun program audit Keselamatan dan
kesehatan Kerja, ini didasari atas keinginan auditor baru agar cepat
memahami proses atau langkah-langkah audit dalam mengaudit proses
bisnis K3.
2.6 PEMBAHASAN
2.6.1 Tujuan
Tujuan dari penulisan Telahaan staf ini ialah membuat program
audit keselamatan dan kesehatan kerja (K3) atau langkah-langkah
audit, Untuk membantu auditor-auditor baru dalam memahami
tahapan audit serta memahami proses bisnis yang ada di PT PLN
(persero).
1. Mempermudah auditor baru dalam melakukan audit proses bisnis
K3 yang tidak memiliki latar belakang pendidikan atau pengalaman
K3.

14
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
SPI REGIONAL 6 SUMATERA

2. Merangkum dan mendokumentasikan seluruh pengetahuan dan


pengalaman auditor, dengan harapan dapat dibaca, dipelajari dan
dijadikan acuan dalam melakukan audit.
3. Menjadi media mempercepat pemahaman seorang auditor baru
dan menyamakan persepsi auditor dalam memahami proses audit
pada proses bisnis K3.
2.6.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari pembuatan audit program kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) pada proses Peningkatan Implementasi K3
Pelaksanaan Proyek Pembangkit adalah:
1. Materi mengenai proses bisnis dan program kerja K3
pelaksanaan proyek pembangkiit.
2. Tahapan audit proses bisnis K3.
3. Peraturan-peraturan perusahaan dan pemerintah yang terkait.
4. Pertanyaan saat melaksanakan wawancara pada audit proses
bisnis K3
5. Dokumen-dokumen yang dibutuhkan saat melaksanakan audit
proses bisnis K3.
2.6.3 Risiko/ Dampak
 Berpotensi terjadinya kecelakaan sehingga menghambat
pekerjaan di lokasi proyek.
 SOP K2/K3 belum berjalan optimal sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
 Berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja sehingga dapat
menurunkan reputasi dan kinerja perusahaan.
 Berpotensi terjadinya kecelakaan kerja (K3) yang berdampak
ancaman pidana atas pelanggaran peraturan.

2.6.4 Kriteria
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja.

15
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
SPI REGIONAL 6 SUMATERA

2. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2015 tentang Penerapan


SMK3.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor:
PER.04/MEN/1987 tentang Penitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjuan Ahli Keselamatan
Kerja
4. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor : 0250.P/DIR/2016
tentang Pedoman Keselamatan Kerja di Lingkungan PT PLN
(Persero).
5. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor : 0251.P/DIR/2016
tentang Pedoman Keselamatan Instalasi di Lingkungan PT PLN
(Persero).
6. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor : 0252.P/DIR/2016
tentang Pedoman Keselamatan Umum di Lingkungan PT PLN
(Persero).
7. SPLN U1.005: 2010 Standar Implementasi Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
8. SK No. 739.K.GM.2016 tentang Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja P2K3 PT PLN Unit Induk Pembangunan
Pembangkit Sumatera
9. Peraturan Menteri Tenaga kerja dan transmigrasi No.
Per.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga
Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
10. Peraturan Menteri Tenaga kerja dan transmigrasi No.
Per.04/MEN/1980 tentang syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan.
11. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor :
PER.04/MEN/1987 tentang Penitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjuan Ahli Keselamatan
Kerja.

16
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
SPI REGIONAL 6 SUMATERA

12. Peraturan Menteri Tenaga kerja dan transmigrasi Nomor :


Per.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga
Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
2.6.5 Langkah Audit :
A. Melakukan Control Terhadap Pelaksanaan dan
Pengawasan Sistem Manajemen Kesalamatan dan
Kesehatan Kerja
1. Dapatkan Surat Penugasan dan dokumen kontrak, review
kontrak-kontrak yang terkait dalam Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Dapatkan Dokumen terkait SMK3
 Periksa Unit Induk Pembangunan UIP dalam menerapkan
sistem manajeman K3
 Dapatkan dokumen Rencana Program Kerja K2K3
 Periksa Maturity Level K3 di unit tersebut sejauh mana Level
yang mereka terapkan dan target yang di tepatkan.
 Dapatkan surat pengesahan Tim P2K3 dari
DISNAKERTRANS
 Dapatkan dokumen Sertifikasi Kompetensi K3 Tim P2K3
 Dapatkan dokumen Struktur Organisasi untuk mengetahui
tugas dan tanggung jawab panitia
 Dapatkan dokumen Tim Safety Committee, tim yang di bentuk
panitia dalam pengawasan yang berada di Unit Pelaksana
Proyek (UPP).
 Dapatkan dokumentasi kegiatan sosialisali Safety tim P2K3
ini di buktikan dengan dokumen berupa foto kegiatan dan
notulen.
 Dapatkan Laporan TRIWULAN, berdasarkan peraturan
menteri Tim P2K3 wajib menyampaikan laporan kegiatan
P2K3, periksa kelengkapan dokumen.

17
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
SPI REGIONAL 6 SUMATERA

b. Melakukan Control Pengendalian Teknis Terhadap Adanya


Kondisi Berbahaya.
1. Dokumen prosedur pelaksanaan pekerjaan / Standard Operating
Procedure (SOP)
 Penanganan Kebakaran
 Penggunaan APAR
 Penggunaan APAT
 Penggunaan Hydrant
 Penggunaan Fire Extinguish
 Penanganan Bencana Alam
 Pelaksanaan Evakuasi
 Pelatihan Pemadam Kebakaran
 Jika ada Ancaman Bom, Terjadi Ledakan dan Huru-hara
 Penanganan Tumpahan B3
 Prosedur Kesiagaan Dan Tanggap Darurat
2. Dapatkan dokumen Job Safety Analysis And Risk Assessment
periksa kelengkapan dokumen apakah sesuai prosedur dan di
review oleh yang bertanggung jawab.
3. Dapatkan dokumen terkait Alat Pelindung Diri (APD) periksa di
lapangan dan lakukan review pada Form Daftar Inventaris &
Checklist APD
4. Dapatkan dokumen Inspeksi tempat kerja, ini dibuktikan dengan
Formulir Check List Inspeksi Tempat kerja.
5. Dapatkan dokumen sosialisasi K2/K3 di tempat pekerjaan (Safety
Induction) tempat pekerjaan sudah memuat rambu-rambu
Keselamatan Kerja (Safety Sign), Peringatan Kecelakaan, dan
poster larangan.
6. Dapatakan Dokumen Safety Patrol Review hasil inspeksi tim di
lapangan.
7. Dapatkan dokumen Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko dan
Pengendalian Risiko (IBPPR) Review dokumen tersebut apakah
sesuai dengan SOP

18
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
SPI REGIONAL 6 SUMATERA

8. Dapatkan data hasil pemeriksaan kesehatan kerja bagi tenaga


kerja yang bekerja pada pekerjaan yang berpotensi bahaya.
9. Dapatkan Surat Ijin Operator (SIO) periksa masa berlaku dan
pastikan pekerja di lapangan. Dapatkan Sertifikat Laik Operasi
(SLO) bagi peralatan yang berpotensi bahaya ( Carmix, Crane,
ketel, dan alat angkat lainya.
10. Dapatkan dokumen Work Permit lakukan Review kelengkapan
dokumen tersebut.
2.6.6 Benefit
Benefit yang diberikan dari penyusunan Program Audit
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sebagai berikut :
1. Mempermudah auditor baru dalam melakukan audit proses bisnis
K3 yang tidak memiliki latar belakang pendidikan atau
pengalaman K3.
2. Merangkum dan mendokumentasikan seluruh pengetahuan dan
pengalaman auditor, dengan harapan dapat dibaca, dipelajari dan
dijadikan acuan dalam melakukan audit.
3. Menjadi media mempercepat pemahaman seorang auditor baru
dan menyamakan persepsi auditor dalam memahami proses audit
pada proses bisnis K3.

19
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
SPI REGIONAL 6 SUMATERA

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penulisan telaahan staf yang dilakukan melalui
pelaksanaan OJT di Satuan Pengawas Intern Regional 6 Sumatera
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembuatan Program Audit proses bisnis K3 erupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan pemahaman auditor baru terhadap
proses bisnis K3 dalam melaksanakan audit.
2. Proses bisnis K3 merupakan salah satu proses bisnis yang
dilakukan auditor untuk memastikan pengendalian resiko pada
proses bisnis K3 telah dilaksanakan.
3. Mendokumentasikan seluruh pengetahuan dan pengalaman auditor
dengan harapan dapat dipelajari dan menjadi acuan dalam
melakukan audit.
3.2 SARAN DAN TINDAK LANJUT
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, dapat diberikan saran untuk
perbaikan kedepanya, yaitu :
1. Untuk mencapai kesempurnan Program Audit Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) ini perlu direview dan revisi secara berkala
terhadap isi, regulasi dengan kondisi terkini
2. Mengembangkan Program Audit ini agar dapat diterapkan di seluruh
proses bisnis yang ada di PT PLN (Persero).

20
PT. PLN (PERSERO)
KANTOR PUSAT
SPI REGIONAL 6 SUMATERA

DAFTAR PUSTAKA

1. Standar Prosedur Audit (SPA) PLN nomor 02 tentang


Perencanaan, Pelaksanaan, Pelaporan, dan Tindak lanjut.
2. UU No. 1/1970 Pasal. 3 ayat 1 huruf (a) Dengan peraturan
perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk
mencegah dan mengurangi kecelakaan
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor:
PER.04/MEN/1987 tentang Penitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjuan Ahli Keselamatan
Kerja
4. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) nomor : 0250.P/DIR/2016
tentang Pedoman Keselamatan Kerja di Lingkungan
5. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) nomor : 0252.P/DIR/2016
tentang Pedoman Keselamatan Umum di Lingkungan
6. SPLN U1.005: 2010 Standar Implementasi Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

21
LAMPIRAN
FORMULIR CHECK LIST PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

PENGUJIAN KETERANGA
NO URAIAN
VALID DIVERIFIKASI LENGKAP RELEVAN N

1 Surat tugas dan Dokumen Kontrak


2 Dokumen SMK3

a. Dokumen Kebijakan SMK3

b. Rencana Program Kerja K2K3

c. Maturity Level K3

d. Surat Pengesahan Tim P2K3

e. Sertifikasi Kompetensi K3

f. Struktur Organisasi

g. Tim Safety Committee

h. Dokumen Sosialisai Safety P2K3

i. Laporan TRIWULAN P2K3


FORMULIR CHECK LIST PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

PENGUJIAN
NO URAIAN DIVERIFIKAS KETERANGAN
VALID LENGKAP RELEVAN
I
Standard Operating Procedure
1
(SOP)
Job Safety Analysis And Risk
2
Assessment
3 Daftar Inventaris & Checklist APD
4 Check List Inspeksi Tempat Kerja
5 Safety Induction
6 Safety Patrol
Identifikasi Bahaya Penilaian Resiko
7
dan Pengendalian Resiko (IBPPR
Dokumen Pemeriksaan Kesehatan
8
Pekerja
9 Surat Izin Operator (SIO)
10 Sertifikat Laik Operasi (SLO)
FORMULIR RENCANA KERJA
FORMULIR KUESIONER MATURITY LEVEL K2K3
FORMULIR DAFTAR INVENTARIS & CHECK LIST APD
FORMULIR CHECK LIST INSPEKSI TEMPAT KERJ

Anda mungkin juga menyukai