Secara umum spektroskopi massa terdiri dari tiga bagian penting, yaitu
tempat pengionan sampel, pemisahan ion, dan deteksi ion yang terbentuk. Sampel
dimasukan kedalam chamber, diuapkan dengan menaikkan temperatur chamber,
ditembak dengan elektron berenergi tinggi, ion fragmen yang terbentuk dipercepat
dan dipisahkan dalam medan magnet, kemudian dideteksi dengan detektor.
Saat ini, spektroskopi massa biasanya digunakan secara mandiri dalam analisa
sampel atau digunakan bersama-sama dengan alat lain, seperti dengan
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC), Kromatografi Gas (GC),
Electroforesis Kapiler (CE) sehingga dikenal istilah HPLC-MS, GC-MS, dan CE-
MS. HPLC, GC, atau CE berperan untuk memisahkan campuran sampel, yang
selanjutkan setiap komponen yang sudah terpisah akan dianalisa satu persatu
dalam MS.
Bila ion molekuler diketahui, maka rumus molekul dari sampel dapat
ditentukan pula dengan cara mencocokkan harga m/z dari ion molekuler dengan
tabel Rumus Molekul dengan variasi jumlah karbon, hidrogen, nitrogen, dan
oksigen yang tersedia. Selanjutnya dari rumus molekul yang ada, dapat dihitung
indeks kekurangan hidrogen (sering disebut BDE) yang bermanfaat untuk
diprediksi jumlah ikatan rangkap atau adanya cincin/siklik dalam molekul
tersebut. Harga DBE dihitung dengan rumus :
N + 1 Halogen + ½ H - ½ DBE = C - ½
Di tahun 1924, Pauli menduga bahwa inti atom mempunyai sifat spin dan
momen magnetik. Bila inti diletakan dalam medan magnet, tingkat-tingkat
energinya akan terurai. Bloch dan Purcell menunjukkan bahwa inti mengabsorpsi
radiasi elektromagnetik pada medan magnet yang lebih kuat karena tingkat energi
menginduksi gaya magnet.
Setiap inti dikelilingi oleh awan elektron yang selalu bergerak pada
pengaruh medan magnet, elektron ini dipaksa bersirkulasi sedemikian rupa dalam
usaha melawan medan magnet ini. Akibatnya, ini seakan-akan mendapat efek
perlindungan ( shielding ) terhadap medan magnet luar. Dengan kata lain kuat
medan atau frekwensi medan magnet harus ditambah agar inti dapat mengalami
resonansi. Caranya yaitu dengan mengatur medan magnet melalui aliran arus
searah yang akan menghasilkan sapuan ( sweeping ) pada periode yang sempit.
Banyaknya medan tiang ditambahkan dapat dikonversikan menjadi frekwensinya
yang ekuivalen.
Spektrum H-NMR
Kegunaan yang besar dari resonansi magnet inti adalah karena tidak setiap
proton dalam molekul beresonansi pada frekwensi yang identik sama. Ini
disebabkan oleh kenyataan bahwa berbagai proton dalam molekul
dikelilingielektron dan menunjukan sedikit perbedaan lingkungan elektronik dari
satu proton ke proton lainnya. Proton-proton dilindungi oleh elektron-elektron
disekelilingnya.
o intensitas sinyal, yang menerangkan tentang berapa banyak proton dari setiap
macam proton yang ada.
Spektum C-NMR
Sinyal dari atom C13 dalam alat NMR dapat dideteksi karena adanya
sejumlah kecil atom karbon C-13 bersama-sama C-12. momen magnet yang
dihasilkan oleh 13C lebih kecil, bila dibandingkan dengan momen magnet proton,
berarti sinyalnya jauh lebih lemah.
Pelarut yang biasanya digunakan serupa dengan NMR proton, tetapi
jangka resonansi C jauh lebih besar. Sehingga spektum NMR-13C jauh lebih
teresolusi, umumnya setiap karbon dalam molekul dapat ditetapkan sinyalnya.
Spectrum NMR 13C pada hakikatnya merupakan pelengkap NMR proton.
SPEKTROSKOPI RAMAN.
Jika partikel materi dikenai sejumlah foton energi ,sejumlah energi dapat
dihamburkan secara elastiske segala arah.Cahaya hamburan mempunyai frekuensi
yang sama dengan cahaya datang.Namun adasebagian kecil dari cahaya terhambur
ini mempunyai frekuensi yang berbeda dengan sinar datang.Bagian dari sinar
yang mengalami hamburan tidak elastis inilah yang disebut
hamburanRaman.Gejala hamburan Raman terjadi jika energi foton yang datang
berinteraksi dengan dipol listrik darimolekul . Dengan demikian terjadilah
polarisasi dan depolarisasi dari molekul.
D. Spektrometer
4 komponen utama ;
1. Sumber eksitasi
2. Sistem iluminasi sampel dan pengumpul cahaya
3. Filter panjang gelombang
4. Detektor
SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM
Spektrometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada
metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang
pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog et. al., 2000). Metode AAS
berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut
pada panjang gelaombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya dan tingkat
eksitasi yang bermacam-macam. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi
diturunkan dari:
Dimana:
€= absortivitas molar
b= panjang medium
A= absorbans
Sumber radiasi
Sistem pengukur fotometri
Sistem Atomisasi dengan Nyala
Setiap alat spektrometri atom akan mencakup dua komponen utama sistem
introduksi sampel dan sumber (source) atomisasi. Ada banyak variasi nyala yang
telah dipakai bertahun-tahun untuk spektrometri atom. Namun demikian yang saat
ini menonjol dan dipakai secara luas untuk pengukuran analitik adalah udara
asetilen dan nitrous oksida-asetilen. Dengan kedua jenis nyala ini, kondisi analisis
yang sesuai untuk kebanyakan analit (unsure yang dianalisis) dapat sitentikan
dengan menggunakan metode-metode emisi, absorbsi, dan juga fluoresensi.
Sistem Atomisasi tanpa nyala (dengan elektrotermal/tungku) sistem nyala api ini
lebih dikenal dengan nama GFAAS. GFAAS dapat mengatasi kelemahan dari
system nyala seperti sensitivitas, jumlah sampel dan penyiapan sampel. Ada tiga
tahap atomisasi dngan tungku yaitu: Tahap pengeringan atau penguapan larutan
Tahap pengabutan atau penghilangan senyawa-senyawa organic Tahap atomisasi
Kompresor
Merupakan alat yang terpisah dengan main unit karena alat ini berfungsi untuk
mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS pada waktu
pembakaran atom.
Burner Merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner
berfungsi sebagai tempat pencampuran gas asetilen dan aquabides agar tercampur
merata dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata.
Ducting Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa
pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian
luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS tidak berbahaya
bagi lingkungan sekitar.
Detector
Dikenal dua macam detector, yaitu detector foton dan detector panas. Detector
panas biasa dipakai untuk mengukur radiasi infra merah termasuk thermocouple
dan bolometer. Detektor berfungsi untuk mengukur intensitas radiasi yang
diteruskan dan telah diubah menjadi energi listrik oleh fotomultiplier.Hasil
pengukuran detektor
dilakukan penguatan dan dicatat oleh alat pencatat yang berupa printer dan
pengamat angka.
2.4 Metode Analisis Ada tiga teknik yang biasa dipakai dalam analisis secara
spektrometri. Ketiga teknik tersebut adalah:
Metode Standar Tunggal Metode sangat praktis karena hanya
menggunakan satu larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya
(Cstd).
Metode Kurva Kalibrasi Dalam metode ini dibuat suatu seri larutan
standar dengan berbagai konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut
diukur dengan AAS.
Metode Adisi Standar Metode ini dipakai secara luas karena mampu
meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi
lingkungan (matriks) sampel dan standar. Dalam metode ini dua atau lebih
sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam labu takar.
Satu larutan diencerkan sampai volume tertentu kemudian diukur
absorbansinya tanpa ditambah dengan zat standar, sedangkan larutan yang
lain sebelum diukur absorbansinya ditambah terlebih dahulu dengan
sejumlah tertentu larutan standard an diencerkan seperti pada larutan ang
pertama.
Gangguan kimia Gangguan kimia terjadi apabila unsur yang dianalisis mengalami
reaksi kimia dengan anion atau ketion tertentu dengan senyawa yang refraktori,
sehingga tidak semua analit dapat teratomisasi. Untuk mengatasi gangguan ini
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1) penggunaan suhu nyala yang lebih
tinggi, 2) penambahan zat kimia lain yang dapat melepaskan kation atau anion
pengganggu dari ikatannya dengan analit. Zat kimia lain yang ditambahkan
disebut zat pembebas (Releasing Agent) atau zat pelindung (Protective Agent).
Gangguan Matrik Gangguan ini terjadi bila sampel mengandung banyak garam
atau asam, atau bila pelarut yang digunakan tidak menggunakan pelarut zat
standar, atau bila suhu nyala untuk larutan sampel dan standar berbeda. Untuk
mengatasi gangguan ini dalam analisis kuantitatif dapat digunakan cara analisis
penambahan satandar (Standar Adisi).
Gangguan Ionisasi Gangguan ionisasi terjadi bila suhu nyala api cukup tinggi
sehingga mampu melepaskan elektron dari atom netral dan membentuk ion
positif. Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan penambahan larutan
unsur yang mudah diionkan atau atom yang lebih elektropositif dari atom yang
dianalisis, misalnya Cs, Rb, K dan Na. Penambahan ini dapat mencapai 100-2000
ppm.
PRINSIP KERJA
CARA KERJA
Cahaya dari sumber eksitasi melewati filter atau monokromator, dan pemogokan
sampel. Sebagian cahaya insiden diserap oleh sampel, dan beberapa molekul
dalam sampel berpendar. Lampu neon yang dipancarkan ke segala arah. Beberapa
lampu neon ini melewati filter kedua atau monokromator dan mencapai detektor,
yang biasanya diletakkan pada suhu 90°. Untuk insiden sinar untuk
meminimalkan risiko memantulkan cahaya yang ditransmisikan atau kejadian
mencapai detektor.
METODE ELEKTROMETRI
A. Pendahuluan
B. Dasar-dasar Elektrometri
Sel Elektrolisis
Elektrolisis merupakan proses kimia yang mengubah energi listrik menjadi energi
kimia. Komponen yang terpenting dari proses elektrolisis ini adalah elektrode dan
larutan elektrolit. Dalam sel volta/galvani, reaksi oksidasi reduksi berlangsung
dengan spontan, dan energi kimia yang menyertai reaksi kimia diubah menjadi
energi listrik. Sedangkan elektrolisis merupakan reaksi kebalikan dari sel
volta/galvani yang potensial selnya negatif atau dengan kata lain, dalam keadaan
normal tidak akan terjadi reaksi dan reaksi dapat terjadi bila diinduksi dengan
energi listrik dari luar (http://esdikimia.wordpress.com, diakses 1 April 2014). Sel
elektrolisis adalah sel elektrokimia yang menimbulkan terjadinya reaksi redoks
yang tidak spontan dengan adanya energi listrik dari luar. Sel elektrolisis
memanfaatkan energi listrik untuk menjalankan reaksi non spontan (ΔG > 0)
lingkungan melakukan kerja terhadap sistem.
- Sifat logam bahan elektroda Penggunaan medan listrik pada logam dapat
menyebabkan seluruh electron bebas bergerak dalam metal, sejajar, dan
berlawanan arah dengan arah medan listrik.
7
Ukuran dari kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik. Jika suatu
beda potensial listrik ditempatkan pada ujung-ujung sebuah konduktor,
muatanmuatan bergeraknya akan berpindah, menghasilkan arus listrik.
Konduktivitas listrik didefinisikan sebagai ratio rapat arus terhadap kuat medan
listrik. Konduktifitas listrik dapat dilihat pada deret volta seperti, Li K Ba Sr Ca
Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Cd Co Ni Sn Pb H Sb Bi Cu Hg Ag Pt Au. Semakin ke
kanan maka semakin besar massa jenisnya.