Anda di halaman 1dari 19

Power Monitoring

A. Tujuan Praktikum.
Mahasiswa setelah menyelesaikan praktikum ini diharapkan mampu
menyebutkan karakteristik, struktur dasar, terampil menginstalasi, memprogram,
dan mengoperasikan system instrumentasi monitoring daya listrik.
B. Dasar Teori.
Umumnya, di dalam pengukuran dibutuhkan instrument sebagai suatu cara fisis
untuk menentukan suatu besaran (kuantitas) atau variable. Instrumen tersebut
membantu keterampilan manusia, dan dalam banyak hal memungkinkan
seseorang untuk menentukan nilai dari suatu besaran yang tidak diketahui. Tanpa
bantuan instrument, manusia tidak dapat menentukannya.
Pengukuran kualitas daya pada suatu system kelistrikan sangat diperlukan,
dimana setiap perubahan beban akan diikuti oleh perubahan pembangkitan.
Variasi penggunaan beban yang fluktuatif berdasarkan perubahan waktu
sangatlah mempengaruhi kualitas daya yang dikandungnya. Dampaknya adalah
rugi-rugi panas dan menurunnya pemakaian peralatan yang bersangkutan.
Perkembangan teknologi pengukuran dalam beberapa dasa warsa ini, peralatan
instrument mampu melakukan pengukuran dan mengakuisi data pada skala real
time dan on line. Sistem instrumentasi ini di desain menggunakan teknologi
digital, dimana peralatan ini memiliki kemampuan multifungsi akuisi data yang
dapat menukar dari suatu variasi pengukuran ke variasi pengukuran besaran lain.
1. Power Meter.

Power meter adalah sebuah alat yang mampu untuk memonitor instalasi listrik.
Dalam sebuah modul atau system kelistrikan. Pada umumnya power meter dapat
mengukur dan memonitoring system kelistrikan 3 fasa. Ada banyak parameter yang
dapat diukur oleh power meter. Power meter dapat bekerja dengan adanya sensor
besaran listrik yang disebut Current Transformator (CT). Hasil pengukuran besaran
listrik oleh CT akan di terima oleh power meter untuk selanjutnya dikalkulasikan
dengan tegangan dasar yang di baca oleh power meter. Sehingga hasil-hasil pengukur
tertentu dapat ditampilkan pada layar bacaan atau indicator. Dasar Power meter
adalah KWh meter yang berbentuk digital hanya saja pada power meter terdapat
penambahan beberapa fitur pengukuran. Dan pada Gambar 2.1. meperlihatkan alat
ukur daya yang digunakan dalam model power monitoring.

Gambar 2.1. Unit pengukuran energy terpadu (Power Meter)

1.1. Jenis-jenis Power Meter

Ada beberapa jenis power meter yaitu :

1. Power Meter Pengukuran Dasar


Power meter pengukuran dasar adalah jenis power meter yang hanya
berfungsi untuk mengukur dan menampilkan hasil pengukuran energy saja.
Power Meter ini tidak memiliki output pulsa ataupun Modbus yang dapat
dikomunikasikan dengan peralatan lain. Biasanya jenis ini digunakan hanya
untuk mengukur energy tanpa menyimpan data atau digunakan sebagai
indicator saja.
2. Power Meter Pengukuran Dasar Output Pulsa
Jenis Power Meter dengan output pulsa adalah salah satu alat ukur yang dapat
dikomunikasikan dengan perangkat digital. Power meter ini banyak
digunakan untuk keperluan merekam data yang dibaca oleh power meter. Data
tersebut dapat diolah secara digital dengan menggunakan input pulsa.
3. Power Meter dengan Output Modbus RS-485
Power Meter jenis ini merupakan alat ukur maupun alat monitoring energy
yang dapat dikomunikasikan dengan perangkat control maupun monitor
mutakhir. Salah satu contoh komunikasi Modbus dapat dilakukan dengan PLC
menggunakan konektor RS-485. Data-data yang diukur atau dimonitor oleh
power meter dapat direkam dan ditampilkan secara real time dengan
pemograman perangkat lunak. Ada banyak kegunaan hasil data pembacaan
yang dilakukan power meter, salah satunya sebagai data untuk manajemen.
2. Perangkat W@de W320E.

Wade W320 adalah sebuah solusi PLC berbasis control yang menggabungkan
operasi dalam local atau mode jarak jauh (remote mode), pengarsipan data dan
pemberitahuan penggunaan alarm secara langsung. Pada setiap antar muka kendali
jarak jauh, selalu berkomunikasi dengan stasiun control menggunakan Modbus
protocol atau media komunikasi protocol lain seperti radio, PSTN, GSM, Ethernet
dan USB.

3. Perangkat Lunak Vijeo Citect

Perangkat lunak Vijeo Citect merupakan perangkat lunak SCADA yang memiliki
kemampuan dalam hal pengawasan data serta pengolahan data yang dapat diandalkan
serta berfungsi untuk mendesain alat yang ideal untuk aplikasi control sederhana
hingga instalasi yang paling komplek. Perangkat lunak Vijeo Citect menyediakan
solusi bagi pengguna untuk memonitoring secara real time keadaan suatu plant dari
jarak jauh.

Vijeo Citect menggabungkan sejumlah fitur baru yang dirancang untuk


mengurangi peraturan ganda yang dapat menghabiskan banyak alamat pada
pemrograman SCADA. Salah satu fitur tersebut adalah speedlink, yaitu fitur untuk
mengurangi duplikasi konfigurasi SCADA (tag, alarm, trend, dan accumulator)
dengan memanfaatkan definikasi system control yang sudah terdefini dalam PLC.
Ketepatan dan ketelitian dapat dengan mudah dicapai melalui konfigurasi fungsi
dalam dual signature Vijeo Citect untuk meningkatkan keamanan dengan
menyediakan otoritas dua tingkat dalam pengambilan keputusan. Dual signature
digunakan bukan hanya untuk industry saja, karena resiko terbesar terhadap
keamanan adalah suatu kondisi dimana terjadi kesalahan yang disebabkan oleh
manusia itu sendiri.

4. Power Monitoring

Power Monitoring adalah proses pengumpulan data daya dan pengukuran


kemajuan daya atas objektif program atau memantau perubahan, yang focus pada
proses daya dan keluaran daya.

Power Monitoring juga merupakan system pengukuran. Satu – satunya cara untuk
mengukur sesuatu adalah dengan beberapa jenis instrument. Power monitoring sudah
ada sejak lama. Prosesnya sangat teknis serta biasanya digunakan oleh industry atau
pabrikan besar untuk mengontrol atau memantau energy listrik mereka.

Sistem Power monitoring yang terpasang dengan benar merupakan asset berharga
bagi hampir semua jenis konsumen energy. Konsumen energy memiliki berbagai
pertimbangan dan kekhawatiran dimana penggunaan energy tersebut. Hal ini
terutama disebabkan oleh keseragaman jenis dan persyaratan beban, Masa
penggunaan energy, dan tingkat toleransi fasilitas untuk sumber energy yang kurang
ideal. Secara umum, ada 4 kategori dasar konsumen yaitu : Industri, Komersial,
Pemerintahan dan Perumahan. Sementara masing-masing memiliki tujuan yang
berbeda dalam menggunakan energy tersebut dan harapan yang berbeda pula bagi
penyedia energy.
D. Alat dan Bahan
Adapun komponen yang digunakan dalam praktikum Power Monitoring adalah
sebagai berikut :
 Komponen Utama Power Monitoring
Power Monitoring terdiri dari :
1. Perangkat Keras
 Personal Komputer
 Wade (W320E) terintegrasi PLC
 Power Monitoring Unit PM9C (PM I dan PM II)
 HUB Switch 24 VDC
 MCB 3 phasa
 Breaker QF05, QF06 dan QF07
 Kontaktor Magnent KM1, KM2, KM3, dan KM 4
 Motor Listrik 3 Fasa 4 PCS
2. Perangkat Lunak
 WADE PLC Software = CFGWADE_102
 SCADA Software = Vijeo Citect V7.1 atau lebih tinggi
 Protokol Software = Modbus Poll
E. Langkah Kerja.
Langkah-langkah operasi Modul Power Monitoring yaitu sebagai berikut :
a. Prinsip Modul Power Monitoring
Ada tiga prinsip dasar yang dilakukan yaitu :
1. Presentasi Wade PLC Program Konfigurasi untuk Power Monitoring
2. Presentasi VijeoCitect SCADA Software untuk kontrol dan monitoring
Motor 1 s/d 4
3. Presentasi SFT2841 V.11 untuk SEPAM sebagai rele proteksi Arus
b. Remote 1 dan Remote 2 Power Monitoring Konfigurasi Program
Pada remote 1 dihubungkan dengan 2 motor (Motor 1 dan Motor 2). Masing-
masing motor memiliki spesifikasi yang berbeda. Kedua motor dihubungkan
dengan Wade, PLC dan PM9C (Power Montoring).
Kedua monitoring dapat di kontrol dan di monitoring melalui Wade Software
(CFGWDE_102) dan SCADA Software VijeoCitect V.7.1 dengan
menggunakan protocol Modbus TCP/IP. Pengukuran Meter Motor dan
Instalasi Listrik dapat di monitorinng melalui PM9C (Power Monitoring).
Pembacaan PM9C dapat di monitoring melalui SCADA dengan
menggunakan konverter tambahan yang sesuai dengan Protocol Modbus
RTU (EGX100 atau EGX300).
c. Perangkat-perangkat Keras Power Monitoring
Operasi Perangkat keras dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikut :
a) Operasi Power Monitoring Tanpa Beban :
1. Memastikan MCB utama dalam keaadaan ON
2. Memastikan PM9C (Power Monitoring Unit) sudah di setting sesuai
dengan gambar plant designation Power Monitoring remote 1 dan 2.
3. Mengaktifkan (ON) Breaker QF05, QF06 dan QF07
4. Memposisikan Switch I/O pada posisi Manual
5. Memastikan Push Button I/O (Breaker Motor Listrik 1,2,3 dan 4) Pada
posisi Off.
6. Mengamati hasil pengukuran PM1 dan PM2.
7. Memasukkan hasil pengukuran PM1 dan PM2 kedalam Tabel Data
Pengamatan 1.
b) Operasi Power Monitoring (PM 1) Berbeban :
1. Memposisikan Switch I/O pada posisi Manual
2. Memastikan Switch Push Button I/O (Breaker Motor Listrik 1, 2, 3 dan
4) pada posisi Off.
3. Mengaktifkan (Start On) Switch Push Button I/O Motor Listrik 1.
4. Mengamati hasil pengukuran PM1
5. Memasukkan hasil pengukuran PM1 kedalam Tabel Data pengamatan 2.
6. Menonaktifkan (Start Off) Switch Push Button I/O Motor Listrik 1.
7. Mengaktifkan (Start On) Switch Push Button I/O Motor Listrik 2.
8. Mengamati hasil pengukuran PM1
9. Memasukkan hasil pengukuran PM1 kedalam Tabel Data pengamatan 2.
10. Menonaktifkan (Start Off) Switch Push Button I/O Motor Listrik 2.
11. Mengaktifkan (Start On) Switch Push Button I/O Motor Listrik 1 dan
Motor Listrik 2.
12. Mengamati hasil pengukuran PM1
13. Memasukkan hasil pengukuran PM1 kedalam Tabel Data pengamatan 2.
 Motor listrik 1

Daya nyata Daya Daya Tegangan Frekuensi Arus cos ∅


(Watt) Semu Reaktif (Volt) (Hz) (A)
(VA) (VAR)
5.5 K 7.5 K 5,099K 380 50 11.4 0.73

Tabel 3.1. Spesifikasi Motor Listrik 1

Berdasarkan Tabel 3.1 kita dapat menentukan daya semu dan cos ∅

Daya Semu :
𝑆 = √3 𝑉. 𝐼
𝑆 = √3 . 380 . 11,4
𝑆 = 7,5 𝐾𝑉𝐴

cos ∅ :

P
cos ∅ = V.I
5500
cos ∅ =
√3 x 380 x 11.4

cos ∅ = 0.73

Daya Reaktif

𝑄 = √𝑆 2 − 𝑃2

𝑄 = √70002 − 55002

𝑄 = 5,099 𝐾
 Motor listrik 2
Daya nyata Daya Daya Tegangan Frekuensi Arus cos ∅
(Watt) Semu Reaktif (Volt) (Hz) (A)
(VA) (VAR)
0,4 K 789,8 681 380 50 1,2 1,51

Tabel 3.2. Spesifikasi Motor Listrik 2

Daya Semu :
𝑆 = √3 𝑉. 𝐼
𝑆 = √3 . 380 . 1,2
𝑆 = 789,8 𝑉𝐴

cos ∅ :

P
cos ∅ = V.I
400
cos ∅ =
√3 x 380 x 0.4

cos ∅ = 1.51

Daya Reaktif

𝑄 = √𝑆 2 − 𝑃 2

𝑄 = √789,52 − 4002

𝑄 = 681 𝑉𝐴𝑅

 Motor Listrik 3
Daya nyata Daya Daya Tegangan Frekuensi Arus cos ∅
(Watt) Semu Reaktif (Volt) (Hz) (A)
(VA) (VAR)
1K 1,777 K 1,46 K 380 50 2,7 0,76

Tabel 3.3. Spesifikasi Motor Listrik 3

Daya Semu :
𝑆 = √3 𝑉. 𝐼
𝑆 = √3 . 380 . 2,7
𝑆 = 1,777 𝐾𝑉𝐴

Daya Reaktif

𝑄 = √𝑆 2 − 𝑃 2

𝑄 = √17772 − 10002

𝑄 = 1,46 𝐾𝑉𝐴𝑅

 Motor Listrik 4
Daya nyata Daya Daya Tegangan Frekuensi Arus cos ∅
(Watt) Semu Reaktif (Volt) (Hz) (A)
(VA) (VAR)
0,37 K 789,8 697,77 380 50 1,2 0,46

Tabel 3.4. Spesifikasi Motor Listrik 4

Daya Semu :
𝑆 = √3 𝑉. 𝐼
𝑆 = √3 . 380 . 1,2
𝑆 = 789,8 𝑉𝐴
cos ∅ :

P
cos ∅ = V.I
370
cos ∅ =
√3 x 380 x 1.2

cos ∅ = 0,46

Daya Reaktif

𝑄 = √𝑆 2 − 𝑃 2

𝑄 = √789,82 − 3702

𝑄 = 697,77 𝑉𝐴𝑅

3.4.Menentukan daya semu pada data hasil pengamatan

Adapun perhitungan yang didapatkan dari hasil praktikum pada table data
pengamatan II dan III yaitu sebagai berikut :

 Motor 1 pada PM I
Daya Semu :
𝑆 = √3 𝑉. 𝐼
𝑆 = √3 . 405,7 . 1,104
𝑆 = 775,7 𝑉𝐴
 Motor 2 pada PM I
Daya Semu :
𝑆 = √3 𝑉. 𝐼
𝑆 = √3 . 404,5 . 1,37
𝑆 = 959,84 𝑉𝐴
 Motor 1 dan Motor 2 pada PM I
Daya Semu :
𝑆 = √3 𝑉. 𝐼
𝑆 = √3 . 404,2 . 2,6
𝑆 = 1820 𝑉𝐴
 Motor 3 pada PM II
Daya Semu :
𝑆 = √3 𝑉. 𝐼
𝑆 = √3 . 403,6 . 0,89
𝑆 = 622,15 𝑉𝐴
 Motor 4 pada PM II
Daya Semu :
𝑆 = √3 𝑉. 𝐼
𝑆 = √3 . 399,1 . 1,76
𝑆 = 1216 𝑉𝐴
 Motor 3 dan Motor 4 pada PM II
Daya Semu :
𝑆 = √3 𝑉. 𝐼
𝑆 = √3 . 401,6 . 2,40
𝑆 = 1669 𝑉𝐴
G. Analisa
Analisa Daya Semu pada Spesifikasi Motor dan Hasil Pengukuran.
1200
1000
800
Axis Title

600
400
200
0
0 200 400 600 800 1000
Axis Title
Gambar 1.1. Hubungan Daya semu pada name plate dan hasil pengkuran (KVA)

Berdasarkan data antara name plate pada motor 2 dan juga hasil pengukuran, kita
dapat melihat bahwa terjadi perbedaan daya semu di antara keduanya. Pada name
plate daya semu yang diperoleh dari hasil perhitungan sebesar 789,8 VA. Sedangkan
pada hasil pengukuran sebesar 959,84 VA. Kita dapat menganalisa bahwa perbedaan
besar daya semu antara hasil pengukuran dengan hasil perhitungan pada spesifikasi
motor disebabkan oleh perbedaan arus. Arus yang tertera pada name plate sebesar 1,2
A. Sedangkan pada hasil pengukuran, besar arus pada setiap phasanya berkisar 1,37 –
1,55 A.

Analisa Daya Nyata pada Spesifikasi Motor dan Hasil Pengukuran.

0.7
0.6
0.5
Axis Title

0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8
Axis Title

Gambar 3.2. Hubungan Daya Nyata pada name plate dan hasil pengkuran (KWatt)

Berdasarkan data antara name plate pada motor 2 dan juga hasil pengukuran, kita
dapat melihat bahwa terjadi perbedaan daya Nyata di antara keduanya. Pada name
plate daya nyata yang tertera sebesar 0,4 KW. Sedangkan pada hasil pengukuran
sebesar 0,638 KW . Kita dapat menganalisa bahwa perbedaan besar daya semu antara
hasil pengukuran dengan hasil perhitungan pada spesifikasi motor disebabkan oleh
perbedaan arus. Arus yang tertera pada name plate sebesar 1,2 A. Sedangkan pada
hasil pengukuran, besar arus pada setiap phasanya berkisar 1,37 – 1,55 A. Kemudian
perbedaan besarnya daya tersebut juga disebabkan oleh faktor daya. Faktor daya
sangat mempengaruhi kualitas daya yang dihasilkan. Kualitas daya pada hasil
pengukuran sangat jelek dari pada yang tertera pada spesifikas name plate motor.
Perbaikan faktor daya dapat dilakukan dengan cara kompensasi kapasitif
menggunakan kapasitor.

Analisa Tegangan pada spesifikasi Motor & hasil pengukuran.

450
400
350
300
Axis Title

250
200
150
100
50
0
0 100 200 300 400
Axis Title

Gambar 3.1. Hubungan tegangan supply pada name plate dan hasil pengkuran (V)

Berdasarkan data antara name plate pada motor 2 dan juga hasil pengukuran, kita
dapat melihat bahwa terjadi perbedaan tegangan supply antara spesifikasi motor dan
hasil pengukuran. Pada spesifikasi motor tegangan supply 380 V, sedangkan
tegangan yang diberikan yaitu sebesar 404,5 V. Pada dasarnya tegangan 3 phasa
bergerak secara fluaktif. Sehingga menghasilkan tegangan sebesar 404,5 V.
Sedangkan tegangan supply yang tertera pada name plate merupakan perhitungan dari
√3. 220 𝑉.
Analisa Hasil pengukuran Daya Nyata pada Motor Listrik 3 dan Motor 4

0.3

0.25
Daya Nyata (KW)

0.2

0.15
Y-Values
0.1 Linear (Y-Values)

0.05

0
0 0.2 0.4 0.6
Cos Phi

Berdasarkan grafik kita dapat melihat bahwa perubahan pada cos phi menyebabkan
berubahnya daya nyata pada motor listrik. Grafik ini menggambarkan data hasil
pengukuran motor listrik 3 dan motor listrik 4. Ketika kondisi motor listrik
dihidupkan secara bergantian, pada motor listrik 3 menghasilkan Cos phi 0,48 dengan
daya nyata sebesar 0,12 KW. Kemudian pada motor listrik 4 menghasilkan Cos Phi
sebesar 0.33 dengan daya nyata sebesar 0.21 KW. Perbedaan ini disebabkan oleh
berbedanya spesifikasi antara motor listrik 3 dan motor listrik 4 dan perbedaan besar
tegangan dan arus yang masuk, karena sumber tegangan AC bersifat fluktuatif.
Kemudian kita dapat juga melihat ketika motor listrik 3 dan motor listrik 4
dihidupkan secara bersamaan, menghasilkan Cos phi sebesar 0,31 dengan daya nyata
sebesar 0.255 KW.

Jika kita membandingkan hasil pengukuran antara ketika motor dihidupkan secara
bergantian dan bersamaan. Daya nyata yang dihasilkan lebih besar ketika motor
listrik dihidupkan secara bersamaan dari pada secara bergantian. Hal ini dikarenakan
terdapat 2 beban yang aktif sehingga menyebabkan terjadinya daya yang lebih besar.
Akan tetapi pada nilai Cos Phi yang dihasilkan lebih besar ketika motor listrik
dihidupkan secara bergantian dari pada secara bersamaan. Secara teori semakin besar
nilai Cos phi ( mendekati 1 ) maka semakin besar atau semakin bagus daya nyata
yang dihasilkan.

Analisa Hasil pengukuran Daya Reaktif pada Motor Listrik 3 dan Motor 4

0.9
0.8
0.7
Daya Reaktif (KVAR)

0.6
0.5
0.4 Y-Values
0.3 Linear (Y-Values)

0.2
0.1
0
0 0.2 0.4 0.6
Cos Phi

Berdasarkan grafik kita dapat melihat bahwa perubahan pada cos phi menyebabkan
berubahnya daya nyata pada motor listrik. Grafik ini menggambarkan data hasil
pengukuran motor listrik 3 dan motor listrik 4. Ketika kondisi motor listrik
dihidupkan secara bergantian, pada motor listrik 3 menghasilkan Cos phi 0,48 dengan
daya reaktif sebesar 0,218 KVAR. Kemudian pada motor listrik 4 menghasilkan Cos
Phi sebesar 0.33 dengan daya reaktif sebesar 0.60 KVAR. Perbedaan ini disebabkan
oleh berbedanya spesifikasi antara motor listrik 3 dan motor listrik 4 dan perbedaan
besar tegangan dan arus yang masuk, karena sumber tegangan AC bersifat fluktuatif.
Kemudian kita dapat juga melihat ketika motor listrik 3 dan motor listrik 4
dihidupkan secara bersamaan, menghasilkan Cos phi sebesar 0,31 dengan daya nyata
sebesar 0,77 KVAR.

Jika kita membandingkan hasil pengukuran antara ketika motor dihidupkan secara
bergantian dan bersamaan. Daya nyata yang dihasilkan lebih besar ketika motor
listrik dihidupkan secara bersamaan dari pada secara bergantian. Hal ini dikarenakan
terdapat 2 beban yang aktif sehingga menyebabkan terjadinya daya yang lebih besar.
Akan tetapi pada nilai Cos Phi yang dihasilkan lebih besar ketika motor listrik
dihidupkan secara bergantian dari pada secara bersamaan. Secara teori semakin besar
nilai Cos phi ( mendekati 1 ) maka semakin kecil daya reaktif yang dihasilkan.
H. Kesimpulan

Perbedaan daya antara nameplate pada spesifikasi motor dan hasil pengukuran
disebabkan oleh faktor daya dan juga besar-kecilnya tegangan dan arus yang
mengalir. Kemudian perbedaan daya nyata pada spesifikasi motor dan hasil
pengukuran, berdampak juga terhadap daya semu dan juga daya reaktif, karena faktor
tersebut disebabkan oleh tegangan yang masuk, arus, dan juga faktor daya.

Kemudian perbedaan besarnya daya tersebut juga disebabkan oleh faktor daya. Faktor
daya sangat mempengaruhi kualitas daya yang dihasilkan. Kualitas daya pada hasil
pengukuran sangat jelek dari pada yang tertera pada spesifikas name plate motor.
Perbaikan faktor daya dapat dilakukan dengan cara kompensasi kapasitif
menggunakan kapasitor.

Semakin besar nilai Cos Phi (mendekati 1) maka semakin bagus daya nyata yang
dihasilkan. Sedangkan semakin besar nilai Cos Phi (mendekati 1) maka semakin kecil
daya reaktif yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan daya reaktif merupakan daya yang
tidak termanfaatkan. Oleh karena itu, dengan memperbaiki nilai cos phi tersebut
dapat meminimalisirkan daya reaktif yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA

Jon A. Bickel (2007) Jurnal Online. Dalam Jurnalnya berjudul “The Basics Of Power
Monitoring Systems

Jimmy Hovey (2011) Jurnal Online. Dalam jurnalnya berjudul “ What Is Power
Monitoring.

Anda mungkin juga menyukai