Anda di halaman 1dari 35

BAGIAN RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN Laporan Kasus


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Juni 2014

NEPHROLITH

Oleh:
Amalia Dwi Ananda K. Sanrang 1102100099
Dewi Kumalasari Pratiwi 1102100135
Sri Pratiwi Baharuddin 1102100086
Rini Angraeni 1102100042
Nurhikmah 1102100052
Nura Ulfa 1102100012

Pembimbing Residen:
dr. Herlina Tolanda

Supervisor:
dr. Shofiyah Latief, Sp.Rad, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2014
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Amalia Dwi Ananda K. Sanrang 1102100099

Dewi Kumalasari Pratiwi 1102100135

Sri Pratiwi Baharuddin 1102100086

Rini Angraeni 1102100042

Nurhikmah 1102100052

Nura Ulfa 1102100012

Judul Laporan Kasus : Nephrolith

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka Kepaniteraan Klinik pada bagian

Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, Juni 2014

Konsulen Pembimbing

dr. Shofiyah Latief, Sp.Rad, M.Kes dr. Herlina Tolandak

Penguji

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan

rahmat-Nya lah sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan penyusunan

tulisan ini dapat terlaksana. Tak lupa pula penulis haturkan salawat dan salam

yang tercurah pada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing

manusia dari alam kegelapan menuju ke alam yang terang benderang.

Tulisan ini berjudul “LAPORAN KASUS NEPHROLITH” yang dibuat

dan disusun sebagai tugas kepaniteraan klinik bagian radiologi.

Berbagai kesulitan dan hambatan penulis temui, namun atas bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya tulisan ini dapat terselesaikan.

Makassar, Juni 2014

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………...…………………………………………i

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………ii

KATA PENGANTAR……………………………………………………...iii

DAFTAR ISI……………………………………………………………….iv

I. KASUS…………………………………………………………………1

1.1. Anamnesis…………………………………………………………………………………1

1.2. Pemeriksaan Fisik………………………………………………..2

1.3. Pemeriksaan Penunjang………………………………………….4

1.4. Diagnosis…………………………………………………………7

1.5. Rencana dan Terapi………………………………………………7

II. DISKUSI

2.1. Pendahuluan………...……………………………………………8

2.2. Anatomi…………………………………………………………..9

2.3. Resume Klinis…………………………………………………..12

2.4. Pemeriksaan Radiologik………………………………………...13

2.5. Komplikasi……………………………………………………...22

2.6. Penatalaksanaan………………………………………………...23

2.7. Differential Diagnose……………….…………………………..24

2.7. Kesimpulan…………………………………………………......28

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...29

iv
NEPHROLITH

Amalia Dwi Ananda, Sri Pratiwi B, Rini Angraeni, Nura Ulfa, Nurhikmah,

Dewi Kumalasari P, dr.Herlina Tolandu, dr.Shofiyah Latief,Sp.Rad, M.Kes

I. KASUS

Nama Pasien : Tn. LP

No. RekamMedik : 666056

Umur : 46 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Kompleks IDI LR 1 Antang

Tempat/Tanggal lahir : Tator, 29 November 1967

Agama : Kristen

Kebangsaan : Indonesia

Tanggal Pemeriksaan : 05-06-2014

Perawatan Bagian : Poliklinik Interna RS. Wahidin Sudirohusodo

1.1. Anamnesis :

- Keluhan utama : Nyeri Pinggang kanan

- Anamnesis terpimpin : Nyeri pinggang kanan atas, dialami sejak bulan

Januari tahun 2014. Nyeri yang dirasakan hilang timbul dan menjalar

sampai ke perut bawah

- Anamnesis Sistematis : Sakit kepala (-), pusing (-), penglihatan kabur (-),

nyeri menelan (-), mual muntah (-), batuk (-), sesak (-), nyeri dada (-), BAK

tidak lancar sejak 8 bulan yang lalu tidak ada nyeri BAK. Riwayat operasi

tidak ada, riwayat alergi makanan (telur).

1
- Riwayat pengobatan : Riwayat konsumsi Lansoprazole 30 mg dan

Domperidon 10 mg 2 kali perhari sejak 2 hari yang lalu, riwayat konsumsi

obat Cina ± 2 minggu dan ramuan tradisional (daun kumis) 6 bulan tapi

tidak terus menerus.

- Riwayat psikososial : Tidak olahraga teratur

- Riwayat keluarga : Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga

disangkal.

1.2. Pemeriksaan Fisis

- Keadaan umum : Keadaan sakit sedang

- Kesadaran : Compos mentis (GCS 15)

- Status Gizi : Gizi cukup (20 kg/m2)

Tanda Vital

- Tekanan darah : 110/80 mmHg

- Nadi : 80 kali/menit

- Pernafasan : 18 kali/menit

- Suhu : 36,5oC

Mata

- Kelopak mata : Edema (-)

- Konjungtiva : Anemia (-)

- Sclera : Ikterus (-)

- Kornea : Jernih

- Pupil : Bulat, isokor

2
Leher : Pembesaran tonsil (-), kaku kuduk (-), massa (-), nyeri tekan (-),

pembesaran KGB (-)

Thorax : Inspeksi : Simetris

Palpasi : NT (-) , MT(-) , VF(-)

Perkusi : Sonor, batas paru hepar ICS V dextraanterior (-)

Auskultasi : Bp: vesikuler

Bt: Ronchi - Wheezing: -

- - - -

- - - -

Jantung : Inspeksi : Apex kordis tidak tampak

Palpasi : Pulsasi apex kordis teraba

Perkusi : Pekak (+)

Batas jantung :

Batas jantung kiri linea medioclavicularis kiri

Batas jantung kanan linea parasternalis kanan

Batas jantung basal ICS II

Batas jantung apex ICS V

Auskultasi : S1 dan S2 murni, reguler, bising (-), kesan normal

Abdomen : Inspeksi : Datar ikut gerak nafas

Auskultasi : Bunyi peristaltik (+), kesan normal

Palpasi : NT (-), MT (-), Hepatomegali (-), Splenomegali (-)

Perkusi : Tympani (-) nyeri ketok costovertebra kanan (+)

3
Ekstremitas : Deformitas (-)

Udem (-)

Fraktur (-)

1.3. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan

Ureum 9 10-50 Mg/dl

Kreatinin 1,07 L(<1,3);P(<1,1) Mg/dl

Bilirubin Total 0,9 <1,1 Mg/dl

SGOT 14 <38 U/L

SGPT 9 <41 U/L

L(2,4-5,7)
Asam urat 3,7 Mg/dl
P(3,4-7)

Albumin 3.6 3,5-5,0 Gr/dl

CRP
1,7 <5 Mg/l
kuantitatif

L(14-18)
Hemoglobin 15,5 Mg/l
P(12-16)

RBC 4,05 3.80-5.80 10^6/mm3

HCT 37,2 37.0-47.0 %

4
MCV 80,1 80-100 µm3

MCH 27,3 27.0-32.0 Pg

MCHC 33,1 32.0-36.0 g/dl

PLT 196 150-500 10^3/mm3

Urinalisis

Blood +2 Negatif

Pemeriksaan Radiologi

Foto BNO :
- Udara usus terdistribusi sampai ke distal colon

- Tampak bayangan batu berbentuk staghorn pada paravertebra kanan

setinggi CV LII-LIII, dengan ukuran 5,2 x 3,0 cm

- Kedua psoas line dan preperitoneal fat line intak

5
- Tulang-tulang lain intak

Foto IVU:

- Kontras iodium (Iopamiro) konsentrasi 370 mg dalam 100 ml dimasukkan

melalui IV sebanya 40 ml.

- Fungsi sekresi dan ekskresi ginjal kiri baik

- Pelviocallyectasis ginjal kiri baik, tidak tampak dilatasi dengan ujung-ujung

calyx cupping

- Pelviocallyectasis ginjal kanan tampak dilatasi dengan ujung-ujung calyx

minor clubbing

- Ureter kiri: Drainase tampak normal, tidak tampak dilatasi dan penyempitan

kaliber lumen

- Ureter kanan: Tidak tampak terisi kontras sampai menit ke 60

- Buli-buli terisi kontras, mukosa licin, tidak tampak filling defect, maupun

additional shadow

6
Kesan:

- Fungsi ginjal kiri baik

- Delayed function ginjal kanan dengan hidronefrosis grade IV ec nephrolith

1.4. Diagnosis

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan

pemeriksaan radiologi, maka diagnosis dari kasus ini adalah Nephrolith

dextra (Batu staghorn dextra) dan Hidronefrosis grade IV.

1.5. Rencana Dan Terapi

PCNL (Percutaneus Nephrolithomy)

7
II. DISKUSI

2.1. Pendahuluan

Batu ginjal (Nephrolith) merupakan benda padat yang dibentuk

oleh presipitasi berbagai zat terlarut dalam urin pada saluran kemih. Batu

dapat berasal dari kalsium oksalat (60%), fosfat sebagai campuran

kalsium, ammonium, dan magnesium fosfat (batu tripel fosfat ini terjadi

akibat infeksi) (30 %), asam urat (5%), dan sistin (1%).1

Batu ginjal dapat disebabkan oleh peningkatan pH urine dan

penurunan pH urin. Konsentrasi bahan-bahan pembentuk batu yang tinggi

dalam darah dan urin serta kebiasaan makan atau obat tertentu, juga

dapat merangsang proses pembentukan batu. Segala sesuatu yang dapat

menghambat aliran urin dan menyebabkan stasis urin dibagian mana saja

di saluran kemih, meningkatkan proses pembentukan batu.2

Faktor predisposisi terbentuknya batu yaitu dehidrasi, pH urin,

infeksi saluran kemih, dan kondisi metabolic termasuk hiperparatiroid

dan gout 3

Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudin berada di kaliks,

infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh

kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal

memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut

staghorn. Kelainan atau obstruksi pada sistem pelviokalises ginjal

(penyempitan infundibulum dan stenosis ureteropelvik) mempermudah

timbulnya batu saluran kemih.4

8
Faktor utama predisosisi kejadian batu ginjal menggambarkan

kadar normal dalam air kemih dimana lebih dari 85 % batu pada laki-laki

dan 70 % pada perempuan mengandung kalsium, terutama kalsium

oksalat.5

Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih

secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan komplikasi yang

lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan/terapi pada batu saluran

kemih adalah jika telah menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus

diambil karena sesuatu indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan dengan

cara medikamentosa, ESWL (Extracorporeal Shockhwave lithotripsy),

endurologi, bedah laparoskopi, dan bedah terbuka.4

2.2. Anatomi

Anatomi dan fisiologi traktus urinarius:

Gambar 1. Anatomi traktus urinarius 3

9
1. Ginjal

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula

fibrosa, terdapat kortex renalis dibagian luar yang berwarna cokelat

gelap, dan medulla renalis dibagian dalam yang berwarna cokelat

terang dibandingkan korteks. Bagian medulla berbentuk kerucut disebut

pyramid renalis, puncak kerucut menghadap calyx yang terdiri dari

lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.3

Gambar 2. Anatomi ginjal kanan.3

Hilum berada dipinggir medial berbentuk konkaf sebagai pintu

masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nerfus. Pelvis

renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal.3

2. Ureter

Terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari

ginjal ke vesica urinaria. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen

di belakang dari rongga peritoneum, di depan dari muskulus psoas dan

sebagian lagi terletak pada rongga pelvis menembus dinding belakang

dari vesika urinaria.3

10
Gambar 3. Anatomi ureter. 3

3. Vesica urinaria

Vesica urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini

berbentuk seperti buah pir. Letaknya dibelakang simfisis pubis

didalam rongga panggul.3

Gambar 4. Anatomi vesica urinaria. 3

4. Uretra

Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria

yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar tubuh.3

11
Gambar 5. Anatomi uretra genitalia (A) feminina dan (B) masculine. 3

2.3.Resume Klinis

Pria 46 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan utama nyeri

pinggang kanan atas yang dialami sejak bulan Januari tahun 2014. Nyeri

yang dirasakan hilang timbul dan menjalar sampai perut bawah. Ada

riwayat buang air kecil (BAK) yang tidak lancar sejak 8 bulan yang lalu

dan tidak ada nyeri saat buang air kecil (BAK) tersebut. Riwayat alergi

makanan (telur). Tidak ada riwayat operasi sebelumnya. Riwayat

pengobatan telah mengkonsumsi obat Cina ± 2 minggu, riwayat

konsumsi ramuan tradisional (daun kumis) 6 bulan tapi tidak terus

menerus. Pada pemeriksaan fisis terdapat nyeri ketok pada costovertebra

12
dextra. Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal. Pada hasil

pemeriksaan foto polos abdomen pada posisi prone dan foto IVU

ditemukan delayed function ginjal kanan dengan hidronefrosis grade IV

ec nephrolith.

2.4. Pemeriksaan radiologik traktus urinarius

1. Foto polos abdomen (BNO)

Setiap pemeriksaan traktus urinarius sebaiknya dibuat terlebih

dahulu foto polos abdomen. Yang harus diperhatikan pada foto ini

adalah bayangan, besar (ukuran), posisi kedua ginjal dan muskuli psoas

kanan serta kiri.6 Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk

melihat kemungkinan adanya batu radioopak di saluran kemih. Batu-

batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak dan

paling sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam

urat bersifat non opak (radiolusen).4

Keterbatasan pemeriksaan foto polos abdomen adalah tidak

dapat menentukan batu radiolusen, batu kecil dan batu yang tertutup

bayangan struktur tulang. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan

batu dalam ginjal dan batu luar ginjal.5

13
Gambar 6. Foto polos abdomen posisi AP tampak normal.7

Gambar 7. Foto polos abdomen posisi AP tampak bayangan radio-opak


yang memberikan gambaran “staghorn” setinggi CV L2-L4 pada
hipokondrium kanan.7

Gambar 8. Foto polos abdomen tampak bayangan batu radioopak


yang memberikan gambaran “staghorn” setinggi CV L1-L2 pada
hipokondrium kiri dan bayangan multiple batu radioopak setinggi CV
L1-L2 pada hipokondrium kanan.8

14
2. Ultrasonography (USG)

USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani

pemeriksaan IVU misalnya pada wanita hamil dan orang dengan alergi

terhadap kontras. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu diginjal

dan buli-buli (yang ditujukan sebagai echoicshadow), hidronefrosis,

pionefrosis, atau pengerutan ginjal.4

Batu ginjal umumnya ditemukan pada pemeriksaan ultrasound,

penemuan batu tersebut kadang ditemukan secara tidak sengaja pada

pasien yang asimptomatik dimana hanya mengeluhkan nyeri kolik pada

pinggang atau obstruksi total dan atau sebagian traktus urinarius

ipsilateral.9

Banyak dari batu ginjal sering mengalami kalsifikasi pada

bagian fokal khususnya pada PCS dari ginjal, banyak dari batu tersebut

memiliki daya pantul yang tinggi sehingga struktur batu dapat

tercitrakan jelas pada bagian distal dengan densitas hyperechoic, namun

untuk batu yang berukuran kecil agak susah untuk di identifikasi,

karena dapat bersifiat similar dengan densitas echogenic sehingga

operator harus mengubah sudut pengambilan untuk dapat

membedakannya.9

15
Gambar 9. Foto USG abdomen tampak ginjal normal.7

Gambar 10. Foto USG abdomen tampak batu


berukuran kecil soliter memberikan bayangan
echogenic pada ginjal.7

3. Intra Vena Urografi (IVU)

Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi

ginjal, selain itu IVU dapat mendeteksi adanya batu semiopak ataupun

batu nonopak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen. Jika

IVU belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat

adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pielografi

retrograd.4

16
Pemeriksaan IVU memerlukan persiapan, yaitu malam sebelum

pemeriksaan diberikan laksans (pencahar) untuk membersihkan kolon

dari feses yang menutupi ginjal. Pasien tidak diberikan cairan (minum)

mulai dari jam 10 malam sebelum pemeriksaan. Keesokan harinya

penderita harus puasa. Untuk bayi dan anak diberikan minum yang

mengandung karbonat, tujuannya untuk menggembungkan lambung

dengan gas. Usus akan berpindah, sehingga bayangan kedua ginjal

dapat dilihat melalui lambung yang terisi gas.6

Sebelum pasien disuntik urografin 60 mg% harus dilakukan

terlebih dahulu uji kepekaan. Dapat berupa pengujian subkutan atau

intravena. Jika penderita alergi terhadap bahan kontras, pemeriksaan

urografy intravena dibatalkan. Dosis urografin 60 mg% untuk orang

dewasa adalah 20 ml. Kalau perlu dapat diberikan dosis rangkap yaitu

40 ml.6

Pengambilan foto dilakukan setelah injeksi kontras diberikan,

kemudian bendungan dilakukan 5 menit kemudian dan dilakukan foto

kembali, untuk menahan aliran kontras ke ureter serta melihat distensi

dari PCS. Kemudian bendungan dilepaskan, dan dilakukan foto pada

menit ke 15 dan 30 untuk melihat turunnya kontras ke ureter dan buli-

buli.7

Pada berbagai centre, IVU merupakan pemeriksaan utama yang

menjadi modalitas pada pasien dengan suspek obstruksi akut pada

saluran kemih. Gambaran radiologinya dapat menentukan dimana letak

17
obstruksinya, dimana sesaat setelah pemberian kontras maka akan

terjadi perlambatan pengisisan kontras.10

Pada pemeriksaan IVU, obstruksi dari ureter yang disebabkan

oleh batu dapat menyebabkan kontras terlambat tervisualisasi dari

ginjal dan ureter. Saat tervisualisasi, ureter biasanya berdilatasi dan

kaliks-kaliks ginjal mengalami blunting. Normalnya pada ginjal kontras

terisi seluruhnya sesaat setelah pengisian, terlambatnya kontras terisi

menandakan adanya suatu obstruksi.11

Gambar 11. Foto IVU dengan urogram normal.7

18
Gambar 12. Foto IVU tampak bayangan batu radioopak dengan disertai
hydronefrosis.12

Gambar 13. Foto IVU tampak hydronefrosis kiri dan dilatasi ureter kiri
akibat obstruksi calculi.8

A B

19
Gambar 14. Foto IVU 13-30 menit postmicturi tampak gambaran batu
staghorn pada hipokondrium kanan setinggi CV T12-L3.8

Gambar 15. A. foto IVU tampak dilatasi PCS ginjal kanan dengan
penyebab yang tidak tampak. B. Foto polos abdomen tampak
bayangan batu radioopak pada hipokondrium kanan membuktikan
foto IVU (A).13

4. CT Scan

Computed tomography dapat dengan lebih mudah mengevaluasi

obstruksi saluran kemih pada obstruksi akut. CT scan tanpa kontras

secara sensitive dapat menggambarkan batu opak maupun non opak,

20
kemudian dilatasi system PCS yang sering menyebabkan obstruksi. CT

scan tanpa kontras juga dapat digunakan pada keluhan kolik ureter akut,

dan juga sebagai salah satu alternatif dari IVU pada pasien yang alergi

dengan kontras intravena.10

CT scan juga memiliki keuntungan untuk menentukan penyebab

nyeri abdomen akut, misalnya appendisitis, obstruksi kronik karena

tumor dan penyakit pada ginjal non tumor, penyakit karena penyebab

kompresi, dan dapat pula menentukan grade-grade tumor selama masa

pengobatan.10

CT scan tanpa kontras lebih sensitif untuk mendeteksi adanya

kalsifikasi. Memiliki fungsi seperti IVU yang dapat mendeteksi secara

anatomis lokasi dari batu dan mengetahui pusat terkumpulnya batu. Jika

terdapat sumbatan maka akan terjadi dilatasi ureter yang biasanya di

ikuti turunnya batu ke bawah.9

B
A A
Gambar 16. A. Foto IVU tampak gambaran filling defect pada
hipokondrium kiri; B. Foto CT Scan, tampak filling defect pada ginjal
kiri yang menunjukkan batu urat..7

21
Gambar 17. A. Foto IVU tampak filling defect pada PCS ginjal kiri. B.
Foto CT Scan abdomen tampak hiperdens pada ginjal kiri yang
memperlihatkan gambaran filling defect akibat adanya batu.14

2.5. Komplikasi

Komplikasi batu saluaran kemih akibat obstruksi, khususnya di

ginjal atau ureter, dapat terjadi hidronefrosis yang berakhir dengan

kegagalan fungsi ginjal yang terkena. Bila terjadi pada kedua ginjal, akan

timbul uremia karena gagal ginjal total. Hal yang sama dapat juga terjadi

akibat batu kandung kemih, lebih-lebih bila batu tersebut membesar

sehingga juga mengganggu aliran kemih dari kedua orifisium ureter. 15

Klasifikasi hidronefrosis grade I-IV.16

- Hidronefrosis grade I: Dilatasi pelvis ginjal tanpa dilatasi kaliks.

- Hidronefrosis grade II: Dilatasi pelvis ginjal dan kaliks.

- Hidronefrosis grade III: Papilla datar dan forniks tumpul.

- Hidronefrosis grade IV: Dilatasi besar pelvis renalis dan kaliks

22
Gambar 18. Klasifikasi hidronefrosis.16

Gambar 19. Foto IVU dengan gambaran hidronefrosis bilateral.7

2.6. Penatalaksanaan

Saat ini, extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL) telah

menggantikan nephrolithomy perkutan (PCNL) sebagai pengobatan

utama dari batu saluran kemih bagian atas. Namun, tidak semua batu

merespon dengan baik untuk ESWL.17

1. Extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL)

2. Percutaneous nephrolithomy (PNCL)

3. Ureteric stent placement

4. Open surgical

23
2.7. Differential Diagnosis

1. Nefrokalsinosis

Diagnosis dan manajemen awal suatu batu saluran kemih

(nephrolith) telah mengalami evolusi yang cukup besar dalam beberapa

tahun terakhir. Penerapan Computed Tomography non contras terbukti

mampu mendeteksi suatu kelainan pada pasien dengan nyeri kolik pada

ginjal. Hal ini dapat menjadi pertimbangan dalam salah satu diagnosis

diferensial dari suatu batu ginjal yaitu nefrokalsinosis dan merupakan

cara terbaik untuk mencegah efek invasif dari kontras media.18

Kalsifikasi dalam ginjal bisa terbentuk di parenkim ginjal disebut

nephrocalcinosis, dan terjadi di collecting system disebut nephrolithiasis.

Kebanyakan batu nephrolith terbentuk di pelviocalyces sistem dan bisa

berpindah ke bagian distal. Inilah yang menjadi alasan jika kalsifikasi

dari parenkim terbentuk di ruangan yang menghubungkan dengan

parenkim collecting system, seperti pada diverticulum calyceal, pada

buli-buli, atau di urethral sehingga nefrokalsinosis sering dikatakan

sebagai nephrolithiasis.14

Nefrokalsinosis adalah peningkatan kadar kalsium dalam korteks

atau medula ginjal yang dapat bersifat fokal atau difus. Kondisi ini

biasanya merupakan akibat kelainan metabolik seperti hiperkalsemia,

hiperkalsiuria, hiperparatiroid dan hiperoksaluria.10

Nefrokalsinosis merujuk pada kalsifikasi ginjal khususnya pada

parenkim, kelainan yang ditimbulkan juga berasal dari kelainan anatomi

24
ginjal yakni pada bagian medula renalis dan terjadi tidak hanya pada satu

ginjal. Terdapat jenis dari nefrokalsinosis yaitu tipe cortical

nephrocalsinosis dan medullary nephrocalsinosis.19

Gambar 20. Foto polos abdomen tampak agregat kalsifikasi di regio


papilla bilateral.14

Ultrasonography dan CT scan sangat senisitif mendiagnosis

nephrocalsinosis, baik tipe cortical maupun medular nephrocalsinosis,

pada gambaran radiologik akan tampak gambaran echogenik rings pada

bagian perifer dari piramid ginjal. Gambaran ini menjadi tanda khas dan

berkorelasi dengan gambaran USG dan CT scan.19

Gambar 21. Foto USG abdomen tampak focal shadowing echogenic


pada ginjal.14

25
Gambar 22. Foto CT scan abdomen tampak kalsifikasi pada kedua
lapisan parenkim (medulla) ginjal.20

2. Batu Empedu

Batu empedu merupakan penyebab tersering terjadinya kalsifikasi

pada sistem biliar. Meskipun menurut data statistik, dari seluruh kejadian

batu empedu, hanya 20% kejadian batu kalsium dan akan menimbulkan

bayangan radioopak. Terdapat banyak jenis-jenis gambaran radiologi dan

ukuran dari gallstone. Batu akan tampak homogen atau ringlike density,

dan gambaran ini hampir menyerupai gambaran radiologi dari kejadian

kalsifikasi pada organ kuadran atas kanan. Pada foto polos abdomen

posisi AP, kalsifikasi yang terjadi pada ginjal kanan, retroperitoneum,

dan pada kartilago costa kemungkinan akan tervisualisasi pada daerah

gallbladder.21

Komposisi gallstone terdiri dari kolesterol, pigmen, dan garam-

garam kalsium. Kebanyakan batu terdiri dari kalsium karbonat murni dan

sering digambarkan sebagai “mulberry” stone. Tetapi sebagian besar batu

juga merupakan batu campuran. Karakteristik dari batu ini, jika

26
densitasnya radioopak, tampak stellate faceted appearance disertai gas-

containing fissures (Mercedes Benz Sign).7

Gambar 23. Foto polos abdomen tambak gambaran mulberry stones.7

Gambar 24. Foto polos abdomen tampak “mixed stone” yang


memperlihatkan sisi-sisi yang pipih.7

Gambar 25. Foto polos abdomen tampak gambaran khas batu “Mercedes
benz” (panah), dan setelah pengangkatan batu (kotak).7

27
2.8.Kesimpulan

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, hasil pemeriksaan

laboratorium dan hasil pemeriksaan radiologi foto BNO serta foto IVU

didapatkan diagnosis Tn. LP yaitu hydronephrosis grade IV ec

nephrolith.

28
DAFTAR PUSTAKA
1. Grace PA, Borley NR, eds. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga Medical Series; 2007. p.172
2. Corwin J Elizabeth, Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi Ketiga, Jakarta :
EGC, 2009. p 715-716
3. Waugh, Anne et all. Anatomy And Physilogy In Health And Illness 9thSpain:
Churchill Livingstone. 2004 p.339-358
4. Purnomo Basuki B, Dasar-dasar Urologi Edisi Ketiga. Malang : Sagung
Seto, 2011. p 84-98.
5. Sudoyo Aru et all, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisis V, Jakarta,
2009. p 1025-1031
6. Ekayuda Iwan, Radiologi Diagnostik Edisi Kedua, Jakarta, Balai Penerbit FK
UI, 2009. p 283-289
7. Sutton, David. Textbook Of Radiology And Imaging 7th Edition. London:
Churchill Livingstone. 2003. p 886-888, p 965-975
8. Begg, James D. Abdominal X-Rays Made Easy. Scotland: Churchill
Livingstone. p.132-1398
9. Bates Jane, Abdominal Ultrasound How, Why and When, Second Edition, St.
James Univercity Hospital. UK. 2009. p 186-191
10. Rockall Andrea et all, Diagnostic Imaging, Seventh Edition Wiley-BlackWell,
London, 2013. p 237-245
11. Mettler Fred, Essentials of Radiology, Second Editon, Elsevier Saubders.
New Mexico. 2005. p 219-227
12. Staff Healthwiss Kidney Stone on Intravenous Urografy (IVU), overview
http://www.webmd.com/kidney-stones/kidney-stone-seen-on-intravenous-
pyelogram-ivp at 10/06/2014
13. Howlett, David C et all. The Hands On Guide To Imaging. Blackwell
Publishing. UK. 2004. p. 181
14. Dinnick, Reed et all, Textbook Of Uroradiology 3rdedition. Lippincott
Williams & Wilkins: 2001. USA. P.178-194

29
15. Sjamsulhidarajat R. Saluran Kemih Alat Kelamin Lelaki. In Sjamsulhidajat R.
Jong Wd, editors. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: ECG.2007. hal 875
16. Dr.med.DirkManski.2014.file:///F:/Hydronephrosis%20and%20Upper%20Ur
inary%20Tract%20Obstruction%20–%20www.urology-textbook.com.htm. at
11/06/2014
17. Grainger and Allisons. Diagnostic Radiology. China. Elsevier. 2008. Hal
825-828
18. Portis Andrew J et all, Diagnosis and Initial Management of Kidney Stone,
Over view http://www.aafp.org/afp//0401/p1329.html at 5/11/2013 at
11/06/2014
19. Johnson Richard et all, Comprehensive Clinical Nephrology, Second Edition,
Mosby, USA. 2006. p 731-757
20. Silverman, Stuart G et all. CT Urography: An Atlas, 1st Edition. USA. 2007
p.76-77
21. Burgener, Francis A et all. Differential Diagnosis in Conventional Radiology
3rd Edition. Thieme. Germany. 2008. P.768

30
31

Anda mungkin juga menyukai