Anda di halaman 1dari 33

Kertas Kebijakan

Upaya Peningkatan
Produktivitas Kakao
di Kabupaten Sikka
KERTAS KEBIJAKAN

Upaya Peningkatan
Produktivitas Kakao di Kabupaten Sikka

KERJASAMA ANTARA:

KPPOD dan Pemerintah Kabupaten Sikka


didukung oleh
FORD FOUNDATION

Jakarta 2013
Tim Peneliti KPPOD:

Ig. Sigit Murwito


Sri Mulyati

2013

Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah

Gd. Permata Kuningan Lt.10


Jl. Kuningan Mulia Kav. 9C
Guntur Setiabudi, Jakarta Selatan 12980
Telp: +62 21 8378 0642/53, Fax.: +62 21 8378 0643
DAFTAR ISI

Daftar Isi .................................................................................................................................................................. i


Daftar Gambar ........................................................................................................................................................ ii
Daftar Tabel ............................................................................................................................................................. ii

A. Latar Belakang ............................................................................................................................................. 1


B. Perumusan Masalah .................................................................................................................................... 1
C. Identifikasi Tujuan....................................................................................................................................... 4
D. Alternatif Tindakan .................................................................................................................................... 5
E. Analisis Manfaat - Biaya ............................................................................................................................ 6
F. Alternatif Terpilih ....................................................................................................................................... 10
G. Strategi Implementasi ................................................................................................................................. 10

i
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 1. Pohon Masalah Pengembangan Kakao di Sikka .................................................................... 2

Tabel 1. Perumusan Masalah Pengembangan Kakao Sikka .................................................................. 2


Tabel 2. Identifikasi Tujuan................. ........................................................................................................ 4
Tabel 3. Skor Indeks Manfaat dan Biaya ................................................................................................... 7
Tabel 4. Ringkasan Biaya dan Manfaat ...................................................................................................... 7
Tabel 5. Strategi Implementasi..................................................................................................................... 10
Tabel 6. Metodologi Konsultasi Publik....................................................................................................... 12

ii
Kertas Kebijakan Upaya Peningkatan Produktivitas Kakao di Kabupaten Sikka

A. LATAR BELAKANG

Kakao (Theobroma cacao) yang artinya Santapan produksi kakao di NTT adalah yang terbesar
Dewata merupakan komoditi strategis karena dibandingkan daerah lainnya, namun rata-rata
disamping merupakan komoditi perdagangan produktivitas tanaman kakao di Sikka hanya sebesar
internasional yang memiliki nilai yang tinggi, juga 321 kg/ha/tahun jauh dibawah rata-rata nasional
karena kegiatan usaha ini 95% melibatkan petani yang mencapai 900 kg/ha/tahun.
kecil. Di Kabupaten Sikka, masyarakat telah mengenal
Penurunan produksi kakao tersebut setara dengan
kakao sejak tahun 1960-an. Awal dekade 1970 pusat
kehilangan PDRB Rp.201,2 Milyar per tahun.
produksi kakao hanya di Kecamatan Kewapante
Kehilangan PDRB sebesar itu mengakibatkan
dan Kecamatan Bola, sekarang berkembang menjadi
penurunan aktivitas multiplier effect roda
tanaman perkebunan utama di 17 dari 21 kecamatan
perekonomian di Sikka berupa penurunan konsumsi
(kecuali Kec. Alok, Alok Barat, dan Magepanda).
barang dan jasa, produksi menurun, serapan tenga
Sikka kemudian menjadi penghasil kakao terbesar di
kerja dan bahan baku menurun, distribusi pendapatan
NTT.
masyarakat dan akhirnya masyarakat di sentra kakao
Kakao di Sikka merupakan komoditi penyumbang terpuruk. Pengaruh penurunan produktivitas kakao
pendapatan utama bagi petani. Jumlah petani di Sikka sangat besar karena kontribusi komoditi
Kakao di Sikka sebanyak 33.278 kepala keluarga ini terhadap PDRB Sikka mencapai 8,46%(bersama
(Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perikanan, dan dengan komoditi perkebunan lainnya).
Perkebunan - Distanbun: 2011). Namun demikian
Identifikasi awal beberapa penyebab terjadinya
usaha perkebunan Kakao di Sikka masih dalam skala
penurunan produktivitas tanaman kakao antara
usaha pertanian tradisional. Lahan untuk budidaya
lain adalah faktor umur kakao sudah tua, sebagian
kakao dimiliki oleh petani secara pribadi (keluarga),
besar sudah lebih dari 30 – 45 tahun. Selain itu juga
dengan rata-rata tingkat kepemilikan lahan kurang
terjadinya ledakan organisme pengganggu tanaman
dari 0,5 Ha. Hanya 7% petani yang memiliki lahan
(OPT), dan pola tanam yang tidak mengikuti
lebih dari 1, dan hanya 10% petani yang memiliki
cara bercocok tanam yang baik (Good Agricultural
lahan 1 ha atau lebih. Total lahan yang digunakan
Practicess-GAP).
untuk budidaya kakao hingga tahun 2012 mencapai
22.257 ha. Pemda selama ini mencanangkan bisnis pertanian
kakao sebagai salah satu motor penggerak
Luas kepemilikan lahan kakao petani semakin
ekonomi daerah, namun tidak banyak memiliki
hari semakin berkurang sebagai akibat desakan
program kongkrit dalam pengembangan pertanian
demografis. Peningkatan luas kebun kakao sudah
kakao. Koordinasi antar instansi terkait dalam
tidak memungkinkan lagi, kecuali mengganti
pengembangan kakao juga dirasakan belum optimal,
jenis tanaman lain yang sudah ada dengan
akibatnya pelaksanaan program yang minim tersebut
tanaman kakao. Pemda tidak memiliki kebijakan
juga kurang efektif. Usaha kakao dibiarkan tumbuh
untuk mempertahankan luas usaha kakao, atau
sendiri tanpa dukungan yang signifikan dari pemda.
menyediakan lahan untuk pengembangan usaha
Akibatnya perkembangan usaha kakao kurang
kakao di Sikka. Dengan demikian produksi kakao di
optimal dan cenderung terus mengalami penurunan.
Sikka cenderung stagnan bahkan menurun.
Untuk itu harus ada kebijakan dan program kegiatan
yang konkrit untuk mendorong pertumbuhan usaha
Sampai dengan tahun 2003 rata-rata produksi kakao
kakao di Sikka.
di Sikka mencapai 14.333,2 ton/tahun dengan nilai
nominal Rp.372.663.200.000,-. Namun mulai tahun
2004 produksi kakao terus menurun hingga 54% B. PERUMUSAN MASALAH
atau hanya sebesar 7.739,93 ton. Pada tahun 2012 Dari sekian banyak persoalan dalam pengembangan
dari total luas lahan sebesar 22.257 Ha total produksi usaha kakao di Sikka, secara umum permasalahan
hanya sebesar 7.151 ton. Meski demikian luas lahan utamanya adalah rendahnya produktivitas dan
dan produksi kakao Sikka masih tertinggi di NTT. cenderung mengalami penurunan. Dari konsultasi
Produksi kakao NTT tahun 2012 mencapai 12.978 dengan para stakeholders di Sikka, akar masalah
dari rendahnya produktivitas kakao di Sikka
ton (menduduki peringkat ke-5 secara Nasional),
dikelompokan menjadi dua faktor utama, yakni:
dengan luas areal 46.245 ha. Artinya sumbangan
(1)Tanaman kakao tua;dan (2)Serangan hama dan
Sikka terhadap produksi kakao di NTT mencapai
penyakit. Persoalan terkait dengan rendahnya
55,1%, sedangkan luas lahan sikka adalah 48,1% dari produktivitas tanaman kakao di Sikka dapat
luas lahan kakao di NTT. Meski sumbangan terhadap digambarkan dengan pohon masalah disamping.

1
PRODUKTIVITAS KAKAO RENDAH

Umur Tanaman Kakao Serangan Hama Penyakit

Pola Tanam yang Kurang Baik


(Jarak tanam; Pemangkasan; Peremajaan; Teknik sambung; Pemupukan, dll)

Keterbatasan
Kurangnya Tidak ada Keterbatasan
bibit yang sesuai
Pengetahuan insentif bagi petani Modal Produksi
kondisi daerah

Kurang Kurang Keterbatasan Kurang


Pendampingan Keterlibatan Program Pemerintah
Lembaga Keterlibatan Swasta

Kurangnya Kurangnya Kurangnya Kurangnya


Kapasitas Penyuluh Jumlah PPL Pemda Sosialisasi Bersama Keterlibatan Penyuluh
Program/Produk Jasa Swasta
Keuangan

Lemahnya Koordinasi & Sinergi Program Lintas Sektor

Kurang Optimalnya Peran & Fungsi DKED

Masing-masing faktor tersebut terjadi karena beberapa hal yang saling terkait, dan ada beberapa pihak yang
memiliki perilaku yang dapat memicu permasalahan terjadi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
perumusan masalah di bawah ini:

Tabel 1. PERUMUSAN MASALAH


1) Masalah Produktivitas tanaman kakao rendah.

2) Indentifikasi Akar Pihak/Perilaku/Motivasi yang Berpengaruh


Penyebab
Masalah:
Aktor yang Terlibat Perilaku Menyumbang Motivasi
1. Program 1. Petani beranggapan
pendampingan dari menebang pohon adalah
Distanbun masih tabu karena ikatan
terbatas. emosional yang kuat
1. Belum banyak Petani yang
dengan tanaman yang telah
melakukan perawatan kebun 2. Petugas PPL di BKP2
1. Petani memberikan penghidupan
secara baik (Good Agricultural minim dalam hal
Practicess-GAP).
2. Dinas Pertanian, kepadanya, selain itu ada
kapasitas dan jumlah kekawatiran bila menebang
2. Kurangnya pengetahuan Kehutanan dan
pendamping. pohon akan kehilangan
petani untuk melakukan Perkebunan
3. Jumlah PPL pendapatan selama
peremajaan dan perawatan (Distanbun)
Distanbun terbatas. pohon yang baru belum
kebun. 3. Badan Ketahanan
4. Kurangnya sinergi berproduksi.
3. Tidak adanya insentif/subsidi Pangan dan
program antara 2. Pendampingan yang
dari pemda bagi petani yang Penyuluhan (BKP2)
2.1 Tanaman kakao tua Distanbun dengan dilakukan oleh PPL
memangkas/menebang pohon, 4. Dewan Koordinasi
BKP2. disesuaikan dengan
sehingga khawatir sumber Ekonomi Daerah
5. Desain kelembagaan keterbatasan dari sisi jumlah
pendapatannya akan hilang (DKED)
yang menangani dan kapasitas PPL, serta
setelah pohonnya ditebang. 5. Dinas Koperasi dan
perkebunan hanya sifat PPL yang polivalen/
4. Kesulitan mendapatkan bibit UKM
merupakan satu umum dan ketersediaan
yang sesuai dengan kondisi 6. Lembaga keuangan anggaran.
Sikka. bagian di Distanbun
Perbankan. 3. Desain kelembagaan
5. Kekurangan sarana prasarana bersama dengan
Distanbun menyebabkan
produksi dan modal usaha. pertanian tanaman kurang leluasa untuk
pangan, perikanan, pengembangan kakao
kehutanan, dll secara khusunya untuk
umum dirasa kurang penyusunan program dan
mendukung. alokasi anggaran

2
Kertas Kebijakan Upaya Peningkatan Produktivitas Kakao di Kabupaten Sikka

2.2. Serangan hama dan 1. Mayoritas Tanaman Kakao 1. Petani 1. Petani tidak melakukan 1. Sebagian petani tidak
penyakit sudah tua. 2. Distanbun perawatan kebun den- melakukan perawatan
2. Pola tanam yang kurang 3. BKP2 gan baik, salah satunya karena tidak memiliki
baik 4. DKED seperti penggunaan pu- pengetahuan dan
3. Kesadaran petani untuk 5. Lembaga Swadaya puk yang tidak tepat. kemampuan untuk
merawat kebun & melaku- Masyarakat (LSM) 2. Ketiadaan pupuk khusus membeli saprodi.
kan pemupukan rendah.
6. Dinas Koperasi dan untuk kakao di Sikka, se- 2. Sebagian Petani
4. Kurangnya pengetahuan
UKM mentara pupuk formula melakukan pemupukan
petani akan budidaya tana-
man yang baik. 7. Lembaga Keuangan khusus untuk kakao tidak dengan cara yang
5. Minimnya pendampingan Perbankan tidak dijual bebas. tepat, baik dosis dan
kepada petani oleh petugas 8. Lembaga Keuangan 3. Pendampingan BKP2/ waktu pelaksanaannya,
PPL karena keterbatasan Koperasi PPL kepada petani un- sehingga hasilnya kurang
kapasitas (ketersediaan dan tuk membuat pupuk or- optimal.
kemampuan/pengetahuan ganik belum optimal. 3. Petani menanam kakao
karena PPL yang ada bersi- 4. Kurang koordinasi tanpa memperhatikan
fat umum). pelaksanaan program jarak antar tanaman,
6. Keterbatasan kapasitas antara Distanbun, BKP2, pemangkasan, dan
dan jumlah PPL sehingga LSM (dalam DKED), perawatan sanitasi kebun
program sambung samp- seperti dalam hal peng- secara teratur sehingga
ing dan sambung pucuk gunaan PPL misalnya. kakao rentan terkena
beberapa mengalami
5. Belum optimalnya hama.
kegagalan.
koordinasi Pemda den- 4. Program pendampingan
7. Keterbatasan modal
produksi. gan lembaga keuangan petani yang dilakukan
dalam menyediakan oleh Distanbun dan
modal produksi men- BKP2 dilakukan sebatas
gakibatkan belum efek- ketersediaan anggaran
tif dalam sosialisasi dan ketersediaan jumlah
program dan informasi dan kapasitas PPL yang
tidak sampai kepada ada.
petani. 5. Kurangnya koordinasi
6. Lemahnya kelembagaan antara Distanbun dan
ekonomi petani baik BKP2 salah satunya
yang berupa kelompok karena masih adanya ego
tani maupun yang beru- sektoral. Untuk suatu
pa koperasi baik dari urusan tertentu, di satu
sisi kapasitas maupun sisi masing-masing pihak
kekuatan hukum (legal merasa yang berwenang,
formal), untuk urusan yang lain
7. Minimnya pendamp- menganggap merupakan
ingan dan pelatihan kewenangan pihak yang
yang dilakukan oleh lain.
Distanbun dan BKP2 6. Pelaksanaan
pada program-program pendampingan dilakukan
bantuan yang dilakukan sebatas proyek sehingga
oleh pemerintah. Mis- tidak ada program yang
alnya: bantuan sarana keberlanjutan, misal
dan prasarana produksi pemberian bantuan
tanpa disertai pelatihan dengan pendampingan.
yang memadai. 7. Lembaga keungan kurang
percaya akan kemampuan
petani untuk mengelola
keuangan yang bersumber
dari pinjaman. Perilaku
juga terjadi karena
kurangnya koordinasi
lembaga keuangan dengan
Pemda dan ketiadaan
jaminan dan penjamin.

3) Pengaruh terhadap • Buah/biji kakao yang dihasilkan kurang baik dalam hal kualitas maupun kuantitas.
petani kakao • Petani tidak memiliki posisi tawar yang baik terkait dengan harga jual kakao.
• Pendapatan petani rendah dan kesejahteraan petani kurang.
• Berkurangnya minat generasi muda untuk menjadi petani kakao (regenerasi kurang berjalan).
4) Persepsi stakeholders • Petani belum memiliki pengetahuan yang baik untuk melakukan peremajaan dan perawatan tanaman kakao. Masih
terbatasnya kesadaran petani dan terbatasnya program pendampingan yang dilakukan. Masih ada nilai tabu untuk
melakukan pemangkasan terhadap tanaman yang sudah tua, selain itu keenganan juga terjadi karena tidak ada jaminan
(subsidi) selama tanaman belum menghasilkan.
• Distanbun dan BKP2 masih belum optimal dalam melakukan pendampingan kepada petani dikarenakan keterbatasan
jumlah PPL dan belum adanya sinergi program yang baik antar SKPD terkait. Selain itu koordinasi diantara kedua in-
stansi tersebut juga masih kurang karena adanya ego sektoral.
• Desain kelembagaan Distanbun dianggap kurang memberikan ruang dalam penyusunan program dan anggaran pelak-
sanaan program. Hal tersebut juga berdampak pada terhambatnya alur koordinasi antara Distanbun dengan BKP2.
• Lembaga keuangan masih belum banyak memberikan kepercayaan kepada petani untuk mengakses kredit dikarenakan
belum adanya jaminan dan penjamin yang dimiliki petani. Selain itu sosialisasi program atau produk layanan lembaga
keuangan untuk petani kurang tersosialisasikan dengan baik.
• DKED belum optimal dalam menjalankan perannya sebagai wadah koordinasi stakholder kakakao yang tergabung dalam
anggotanya. Hanya bagian-bagian tertentu dalam DKED yang sudah berjalan dengan baik.

3
C. IDENTIFIKASI TUJUAN 4. Mendorong terjalinnya kerjasama antara lembaga
keuangan dengan Pemda dalam menyediakan
Berdasarkan permasalahan yang sudah diuraikan modal produksi kepada petani sebagai insentif
pada bagian sebelumnya, maka tujuan umum bagi petani untuk melakukan perawatan tanaman
yang hendak dicapai adalah “Meningkatkan kakao secara baik,
Produktivitas Tanaman Kakao di Sikka”. Sementara 5. Meningkatkan peran BKP2 untuk lebih intensif
beberapa tujuan khusus untuk mewujudkan tujuan melakukan penyuluhan dan pendampingan
umum tersebut antara lain adalah melalui perubahan terhadap petani untuk mempraktikkan GAP (Good
perilaku dari stakeholder/aktor yang berperan dalam Agricultural Practises),
kegiatan usaha kakao. Tujuan-tujuan khusus yang 6. Meningkatkan peran Distanbun dalam
diharapkan dapat merubah perilaku stakeholder menjalankan fungsi perencanaan dan
yang mendorong peningkatan produktivitas kakao implementasi program pemberdayaan petani
di Sikka, adalah sebagai berikut: kakao dengan lebih baik melalui borkoordinasi
1. Meningkatkan kesadaran petani dalam melakukan yang baik dengan BKP2,
perawatan tanaman kakao secara baik, 7. Mendorong Dinas KUKM untuk membuat
2. Mendorong Petani agar aktif tergabung dan program atau menjadi avalis/penjamin bagi petani
terlibat dalam poktan dan organisasi ekonomi kakao,
petani (koperasi), 8. Mengoptimalkan peran DKED dalam menjalankan
3. Mendorong lembaga keuangan (Bank) fungsi koordinasi antar stakeholder khususnya
memberikan kemudahan (skema) kredit bagi dalam rangka peningkatan produktivitas kakao.
petani dan intensif dalam mensosialisasikan Berikut adalah identifikasi dari tujuan perumusan
program-program untuk petani kakao, kebijakan peningkatan produktivitas kakao:

Tabel 2 Identifikasi Tujuan


1) Bagian masalah yang ingin diselesaikan: RENDAHNYA PRODUKTIVITAS TANAMAN KAKAO
2) Sasaran yang ingin dicapai: MENINGKATNYA PRODUKTIVITAS TANAMAN KAKAO
3) Pelaku dan Perilaku:

a). Pelaku utama (key 1.Petani


players) 2.Lembaga Keuangan/Perbankan
3.Koperasi
4.Dinas Pertanian, Kehutanan, Perkebunan, Perikanan
5.Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian (BKP2)
6.Dinas KUKM
7.DKED
8.LSM
b). Perilaku yang 1.Petani melakukan perawatan tanaman kakao secara baik,
dinginkan 2.Petani aktif tergabung dan terlibat dalam poktan dan organisasi ekonomi petani (koperasi)
3.Lembaga keuangan (Bank) memberikan kemudahan (skema) kredit bagi petani dan intensif dalam mensosialisasikan
program-program untuk petani kakao.
4.Lembaga keuangan bekerjasama dengan Pemda menyediakan modal produksi kepada petani sebagai insentif bagi petani
untuk melakukan penebangan pohon dan peremajaan tanaman kakao.
5.BKP2 lebih intensif melakukan penyuluhan dan pendampingan terhadap petani untuk mempraktikkan GAP (Good
Agricultural Practises)
6.Distanbun menjalankan fungsi perencanaan dan implementasi program pemberdayaan petani kakao dengan lebih baik
melalui borkoordinasi yang baik dengan BKP2
7.Dinas KUKM menjadi avalis/penjamin bagi petani kakao.
8. DKED lebih optimal dalam menjalankan fungsi koordinasi antar stakholder khususnya dalam rangka peningkatan
produktivitas kakao
4) Faktor yang Mendorong dan Mengambat:
a) Pihak yang dapat 1. Program/Dana Pemerintah Pusat
membantu 2. Program/Dana Pemprov NTT
3. Komitmen dari Bupati
4. DKED: dapat lebih optimal memerankan fungsi koordinasi antar stakeholder kakao dalam upaya pemberdayaan petani
kakao.
5. NGO
6. Gereja: Memberikan pemahaman dan penyadaran akan pentingnya merawat kebun.
b) Pihak yang dapat 1. Perbankan, ketatnya persyaratan formal dalam penyaluran kredit bagi petani kakao (menyulitkan petani untuk
menghambat memenuhi ketentuan administratif/formal).
2. Pedagang pengumpul dan/atau tengkulak yang menawarkan persyaratan yang lebih ringan dari perbankan maupun
koperasi.
c) Faktor yang mendorong 1. Keinginan kuat dari sebagian petani untuk meningkatkan taraf hidup dan menjadikannya sebagai sumber pendapatan.
2. Komitmen dari Bupati dan Wakil Bupati: tercermin dalam Visi dan Misi: “Sika Satu yang Mandiri dan Sejahtera” , selain
itu juga bertepatan dengan penyusunan RPJMD sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu materi dalam RPJMD
3. Dukungan dari DPRD
4. Keberadaan DKED sebagai forum komunikasi dan koordinasi stakholder kakao.
5. Keberadaan program-program kegiatan NGO untuk pelatihan, penguatan kapasitas, dan pendampingan petani kakao.
d) Faktor yang 1. Keberatan petani untuk melakukan pemotongan, peremajaan tanaman kakao yang sudah tua karena ikatan emosional
menghambat dan nilai-nilai (budaya) petani terhadap tanaman kakao yang merupakan warisan dan kontribusi bagi kehidupan mereka.
2. Desakan kebutuhan petani akan cash money
3. Persyaratan formal untuk mengakses permodalan di lembaga keuangan (perbankan).
4. Ketiadaan jaminan dari petani untuk mengakses perbankan.
5. Kemampuan anggaran Pemda Kab. Sikka untuk dialokasikan bagi kegiatan pembinaan dan penyuluhan.

4
Kertas Kebijakan Upaya Peningkatan Produktivitas Kakao di Kabupaten Sikka

D. ALTERNATIF TINDAKAN III. Penguatan kapasitas dan jumlah PPL:


Untuk mencapai tujuan kebijakan peningkatan Salah satu penyebab rendahnya kapasitas
produktivitas tanaman kakao di Sikka, maka petani adalah kurangnya pendampingan
dirumuskan berbagai alternatif tindakan non- dari tenaga penyuluh (PPL) baik yang berada
regulasi dan regulasi. Alternatif tindakan non- di BKP2 maupun yang ada di Distanbun.
regulasi yang relevan untuk dilakukan diantaranya Persoalan lainnya adalah adanya keterbatasan
adalah merancang program-program kegiatan untuk dari tenaga PPL yang ada, baik dari sisi jumlah
peningkatan kapasitas petani dan kelompok tani, maupun kemampuan. Hal ini juga disebabkan
peningkatan kapasitas dan jumlah petugas penyuluh PPL yang ada masih bersifat polivalen dan
lapangan, dan optimalisasi koordinasi berbagai keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh
instansi terkait melalui DKED. Sementara alternatif pemerintah daerah. Dengan demikian
regulasi yang dianggap relevan yakni memperkuat/ penguatan atas kapasitas dan jumlah PPL,
merumuskan payung hukum dari keberlanjutan diyakini oleh stakeholder sebagai salah satu
setiap program pengembangan kakao maupun solusi untuk mengatasi persoalan rendahnya
memperkuat kapasitas institusi DKED agar lebih produktivitas kakao di Sikka.
optimal dalam menjalankan peran dan fungsinya.
Beberapa kegiatan atau program yang dapat
Berdasarkan alternatif tindakan yang ada maka dilakukan dalam rangka penguatan kapasitas
masing-masing opsi dianalisis biaya dan manfaatnya, dan jumlah PPL, diantaranya seperti:
yakni sebagai berikut:
 Penguatan kapasitas optimalisasi PPL yang
I. Do Nothing/Membiarkan Kondisi yang ada: ada secara fungsional di semua tingkatan
pemerintahan;
Apabila opsi ini dipilih maka usaha
perkebunan kakao di Sikka tidak akan  Penguatan dan restrukturisasi kelembagaan
berkembang, produktivitas tanaman kakao Distanbun; dan sebagainya.
tetap rendah, banyak tenaga kerja di pedesaan
 Meningkatkan koordinasi Distanbun
yang menganggur tidak terserap, pendapatan
dengan BKP2;
petani dan pedagang tidak meningkat. Pada
akhirnya tidak terjadi percepatan perputaran  Training of Trainer (TOT) dan sekolah
perekonomian tidak optimal. lapang bagi PPL dan penambahan jumlah
PPL minimal 1 orang satu desa;
II. Penguatan kapasitas Petani dan Kelembagan
Petani:  Optimalisasi peran penyuluh swadaya di
masing-masing desa;
Penguatan kapasitas petani dan kelembagaan
petani menjadi suatu alternatif mengingat IV. Revitalisasi DKED melalui perubahan dasar
bahwa salah satu penyebab rendahnya hukum:
produktivitas tanaman kakao adalah pola Dari hasil konsultasi publik, salah satu akar
tanam dan tinggkat pengetahuan petani yang masalah rendahnya produktivitas tanaman
masih rendah. Petani juga kurang memiliki kakao di Sikka adalah kurangnya koordinasi
akses dan kemampuan finansial sebagai modal program-program pengembangan dan
usaha/produksi. Hal ini terjadi juga karena implementasi program diantara para stakeholder.
kelembagaan ekonomi petani masih lemah Peningkatan dan optimalisasi koordinasi
dan perlu untuk dikuatkan baik kemampuan antar pihak diperlukan untuk upaya-upaya
maupun legalitasnya. Untuk itu diperlukan peningkatan produktivitas kakao di Sikka.
suatu kebijakan dan program untuk penguatan Sesungguhnya di Sikka sudah ada satu institusi
kapasitas petani dan kelembagaan petani. yang berfungsi untuk mengkoordinasikan
Beberapa kegiatan atau program yang dapat stakeholder, baik dari unsur pemerintah, swasta,
dilakukan dalam rangka penguatan kapasitas petani, LSM dan sebagainya dalam rangka
petani dan kelembagaan petani, seperti: pembangunan ekonomi, yakni DKED. DKED
dibentuk berdasarkan SK Bupati No.245/
 Pelatihan petani untuk bertani kakao HK/2012 tentang Pembentukan Dewan
secara baik (GAP); antara lain melalui Kerjasama Ekonomi Daerah (DKED) Kab.
menyediakan anggaran untuk pelatihan Sikka. Dalam DKED ini dibentuk Forum
dan studi banding; Kakao Sikka, yang berfungsi untuk mencari
 Memperkuat kelembagaan petani dari solusi permasalahan dari usaha kakao.
sisi kemampuan maupun kekuatan Mengingat strategisnya peran DKED, maka
revitalisasi DKED melalui penguatan dasar
legalitasnya (badan hukum);
hukum menjadi relevan sebagai salah satu opsi
 Memperkuat dan mempertajam proram tindakan.
pemberdayaan petani dan kelompok tani;
Sebagai gambaran berikut ini adalah peran dari
dan sebagainya. DKED:

5
 Memberikan masukan, usul-saran E. ANALISIS MANFAAT-BIAYA
permasalahan ekonomi daerah serta
berperan dalam merumuskan kebijakan Dalam metode RIA, langkah penting untuk
pengembangan dan pemberdayaan menentukan alternatif tindakan yang akan dipilih
masyarakat di bidang perekonomian; dilakukan dengan menggunakan analisis manfaat
dan biaya. Analisis manfaat dilakukan untuk melihat
 Mengkoordinasikan, menyelenggarakan, berbagai kebaikan yang muncul dari diterapkannya
memfasilitasi kajian-kajian potensi dan suatu tindakan. Sementara analisis biaya dilakukan
peluang perekonomian lokal untuk untuk mengidentifikasi komponen biaya/kerugian
ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah apa saja yang dikeluarkan sebagai dampak dari
dalam rangka pemberdayaan ekonomi diterapkannya suatu tindakan/regulasi. Analisis
rakyat; manfaat dan biaya ini dilakukan pada setiap alternatif
 Menjadi mediator antara BUMN/BUMD, tindakan yang telah ditentukan sebelumnya. Analisis
swasta dan stakeholders dalam rangka manfaat dan biaya ini berfungsi sebagai alat untuk
pengembangan ekonomi daerah dan; mengklarifikasi ketepatan penyusunan masalah dan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
 Melakukan monitoring, evaluasi dan
pengendalian terhadap pelaksanaan Pola manfaat dan biaya yang terjadi pada tiga
program umum perekonomian daerah. opsi tindakan tersebut di atas relatif seragam dan
konsisten setiap tahun, maka analisis manfaat dan
biaya dilakukan dengan menghitung manfaat dan
Revitalisasi DKED dapat dilakukan dengan biaya tahunan (rata-rata). Dalam analisis seperti ini,
membuat Perda/Perbub yang didalamnya proses RIA tidak perlu dilakukan diskonto untuk
antara lain untuk: Memperjelas, Mempertegas, mendapatkan nilai sekarang (present value). Opsi
dan Memperluas cakupan/fungsi, Struktur, yang terbaik adalah yang menghasilkan manfaat/
Kewenangan DKED. biaya tahunan (rata-rata) yang positif.
Berdasarkan hasil identifikasi masalah dan tujuan
yang akan dicapai, berikut analisis manfaat dan
Dari alternatif tindakan yang dirumuskan diatas, ada biaya yang dilakukan pada masing-masing alternatif
dua kebijakan bukan pengaturan dan satu tindakan tindakan yang dipilih.
regulasi yang dapat dilakukan. Proses screening
terhadap tiga alternatif di atas tidak dilakukan karena Alternatif Pertama: Do Nothing
keduanya dapat dilakukan dari satu peraturan, yaitu: Alternatif Kedua: Penguatan Kapasitas dan
1. Meningkatkan anggaran belanja pemerintah Kelembagaan Petani
untuk pembiayaan aspek legal, pembinaan Alternatif Ketiga: Penguatan Kapasitas dan
petani, kelompok tani, petugas penyuluh Penambahan Jumlah PPL
(sosialiasi, penyuluhan, pelatihan, pendidikan,
dan sebagainya), dan pengembangan usaha Alternatif Keempat: Revitalisasi Peran dan
pembiayaan mikro di tingkat petani. Fungsi DKED

2. Pengalokasian anggaran oleh Pemda atau Untuk memilih alternatif tindakan yang terbaik
instansi terkait serta memfasilitasi agar petani dilakukan analisis manfaat dan biaya. Langkah
kakao lebih mudah memperoleh pinjaman dari pertama yang dalam analisis biaya dan manfaat
lembaga pembiayaan. adalah menentukan indikator manfaat atau biaya
yang diterima oleh masing-masing stakeholder apabila
3. Kebijakan lain, baik dalam bentuk Perda/Perbub, masing-masing alternatif tindakan dilakukan.
maupun berupa program disusun berdasarkan Besarnya manfaat atau biaya ditunjukkan/diukur
pada dua alternatif tindakan yang digabung dengan indeks skor dengan skala -3 sampai dengan
sebagai berikut: Pemerintah menetapkan 3. Dimana angka positif menunjukkan manfaat yang
mekanisme proses pembinaan kepada petani didapat oleh setiap stakeholder, dan angka negatif
kakao, kelompok tani melalui penyediaan menunjukkan biaya/kerugian yang ditanggung oleh
informasi, pengembangan usaha (manajemen, stakeholders. Sementara angka 0 (nol) menunjukkan
pemasaran dan teknologi), pelatihan dan tidak ada biaya maupun manfaat (netral), atau
subsidi. Selain itu program peningkatan kondisinya tidak berubah. Semakin besar angka
kapasitas dan jumlah PPL juga harus dilakukan. berarti semakin besar manfaat yang diperoleh, dan
Aturan main tersebut kemudian dijadikan dasar semakin kecil angka berarti biaya yang ditanggung
aturan main masing-masing stakeholder yang semakin besar, seperti terlihat pada tabel di bahwa
terlibat dan tergabung dalam DKED. ini.

6
Kertas Kebijakan Upaya Peningkatan Produktivitas Kakao di Kabupaten Sikka

Tabel 3. Skor Indeks Manfaat dan Biaya


Manfaat Netral Biaya
3 = Manfaat Besar -3 = Biaya besar
0 = Netral/Tidak Ada Pengaruh/
2 = Manfaat Sedang -2 = Biaya Sedang
Tidak Ada Perubahan
1 = Manfaat Kecil -1 = Biaya Kecil

Perhitungan dan perbandingan analisis manfaat dan biaya keempat alternatif tindakan diuraikan pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4. Ringkasan Analisis Manfaat & Biaya

KELOMPOK/ Alternatif Tindakan


MANFAAT/BIAYA
STAKEHOLDERS I II III IV
Pemerintah Daerah 1. Optimalisasi tugas dan fungsi organisasi Distanbun. -1 3 3 2
(Distanbun)
2. Kemudahan koordinasi antar SKPD dan stakeholders. -1 1 2 3
3. Efisiensi kinerja program Distanbun. -1 1 3 2
4. Pelaksanaan pendampingan petani. -1 3 3 2
5. Kapasitas dan jumlah PPL di Distanbun. -1 3 3 1
6. Efisiensi pelaksanaan program bantuan ke petani oleh Distanbun. -1 3 1 2
7. Alokasi Anggaran (APBD) untuk penyusunan regulasi dan/atau program. 0 -2 -2 -1
8. Biaya operasional (staf, sarana & prasarana, sosialisasi). 0 -1 -1 -1
Sub Total Manfaat/Biaya Pemda (Distanbun) -6 11 12 10
BKP2 1. Optimalisasi tugas dan fungsi organisasi. -1 2 3 3
2. Kemudahan koordinasi antar SKPD. -1 1 2 3
3. Optimalisasi pelaksanaan pendampingan. -1 3 3 2
4. Efisiensi pelaksanaan pendampingan. -1 1 2 3
5. Pengetahuan & keterampilan PPL. -1 3 3 2
6. Ketersediaan/Kecukupan PPL tiap desa. -1 1 3 2
7. Ketepatan sasaran program. -1 1 3 3
8. Biaya operasional kegiatan (pemenuhan sarana & prasarana). 0 -2 -2 -1
9. Biaya pendampingan (kebutuhan pendamping). 0 -3 -3 -1
Sub Total Manfaat/Biaya BKP2 -7 7 14 16
Dinas KUKM 1. Koordinasi dan sinergi program. -1 1 0 3
2. Ketepatan sasaran program. -1 1 0 1
3. Optimalisasi tugas dan fungsi dalam rangka pembinaan poktan dan gapoktan. -1 3 0 2
4. Sosialisasi dan deseminasi program bantuan. -1 1 1 2
5. Penambahan alokasi anggaran. 0 -2 0 -1
Sub Total Manfaat/Biaya Dinas KUKM -4 4 1 7
DPPKAD 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari kegiatan usaha perdagangan kakao. -1 2 2 2
2. Biaya Operasional. 0 -1 -1 -1
Sub Total Manfaat/Biaya DPPKAD -1 1 1 1
DKED/Bappeda 1. Keberlangsungan pelaksanaan program. -1 1 1 2
2. Optimalisasi koordinasi dan sinergi program dengan SKPD dan stakeholders lain. -1 1 1 3
3. Ketepatan sasaran program. -1 1 1 2
4. Biaya operasional koordinasi dan kegiatan. 0 0 0 -1
5. Kebutuhan tim teknis. 0 0 0 -1
Sub Total Manfaat/Biaya Bappeda/DKED -3 3 3 5
DPRD 1. Penyaluran Aspirasi Konstituen 0 1 1 3
Petani 1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani. -1 3 3 2
2. Penguatan kapasitas petani kunci. -1 3 2 2
3. Keberlangsungan program pelatihan dan pendampingan kepada petani. -1 3 3 2
4. Ter-advokasinya permasalahan petani. -1 3 3 3
5. Tingkat kualitas dan kuantitas kakao. -1 3 3 2
6. Akses terhadap permodalan/keuangan. -1 3 2 2
8. Stabilitas dan standarisasi harga kakao. -1 2 2 2
9. Tingkat pendapatan dan kesejahteraan. -1 3 2 2
10. Biaya modal produksi. 0 -3 0 0
11. Akses informasi harga dan informasi lainnya. -1 3 0 2
Sub Total Manfaat/Biaya Petani -9 23 20 19

7
Pedagang pengumpul 1. Kemudahan mendapatkan biji kakao. -1 1 1 1
2. Kualitas dan kuantitas kakao. -1 3 2 1
3. Standar harga kakao. 1 -1 -1 -2
4. Keuntungan/laba. 1 -1 -1 -2
5. Biaya operasional. -1 -1 -1 -2
Sub Total Manfaat/Biaya Pedagang Pengumpul -1 1 0 -4

Pengusaha dari luar 1. Kemudahan (akses informasi) & kepastian mendapatkan bahan baku. -1 3 2 3
Sikka
2. Kualitas dan kuantitas kakao. -1 3 3 3
3. Informasi standar harga kakao. 0 0 0 0
4. Keuntungan/laba. -1 3 2 2
5. Biaya operasional. -1 1 1 1
6. Akses informasi lainnya. -1 0 0 2
Sub Total Manfaat/Biaya Pengusaha dari Luar Sikka -5 10 8 11
Lembaga keuangan 1. Kepercayaan koperasi kepada petani. -1 3 1 3
Koperasi
2. Modal/Aset koperasi. 0 2 1 2
3. Jumlah anggota koperasi. 0 3 1 3
4. Sosialisasi/Promosi program/produk layanan. -1 0 0 3
5. Biaya operasional. 0 -1 -1 1
6. Resiko kredit macet. -1 3 1 2
Sub Total Manfaat/Biaya Lembaga Keuangan Koperasi -3 10 3 14
Lembaga Keuangan 1. Kepercayaan lembaga keuangan terhadap petani. -1 2 1 2
Perbankan
2. Sosialisasi/Promosi program/produk layanan. -1 0 0 3
3. Kesuksesan program/produk layanan (jumlah nasabah/kreditur). -1 1 1 2
4. Kepastian penjamin jika terjadi masalah. -1 2 1 2
5. Biaya operasional. 0 -1 -1 1
6. Resiko kredit macet. -1 2 1 2
Sub Total Manfaat/Biaya Lembaga Keuangan Perbankan -5 6 3 12
LSM Lokal dan Inter- 1. Komitmen dan dukungan dari Pemda. -1 3 0 3
nasional
2. Keberlangsungan pelaksanaan program. 0 2 2 3
3. Koordinasi dan sinergi program dengan Pemda. -1 1 2 3
4. Optimalisasi pelaksanaan program pendampingan. -1 3 1 3
5. Ketepatan sasaran program. 0 2 1 3
6. Biaya operasional kegiatan. 0 -2 1 0
Sub Total Manfaat/Biaya LSM Lokal dan Internasional -3 9 7 15
-47 86 73 109
TOTAL MANFAAT/BIAYA

Berikut adalah ringkasan biaya dan manfaat untuk Biaya:


masing-masing alternatif berdasarkan analisis diatas:
- Bagi pemerintah, dengan tidak melakukan
tindakan apa-apa berarti optimalisasi tugas
dan fungsi organisasi masih belum optimal.
ALTERNATIF PERTAMA: DO NOTHING
Koordinasi antar SKPD juga tidak optimal.
Manfaat: Pengetahuan PPL dari pihak pemerintah juga
tidak berkembang baik dari sisi kapasitas
- Bagi pemerintah, tidak ada penambahan
maupun ketersediaan. Akibatnya juga sasaran
alokasi anggaran, artinya pemerintah tidak
program menjadi tidak tepat.
akan melakukan penambahan maupun
- Daya tawar petani rendah sehingga pendapatan
pengurangan anggaran yang terkait dengan
petani semakin menurun sehingga tingkat
pengembangan sektor usaha kakao.
kesejahteraan petani pun semakin mengalami
- Bagi pedagang pengumpul dengan tidak penurunan.
adanya tindakan upaya pengembangan - Bagi lembaga keuangan, resiko terjadinya kredit
program dan pengaturan sektor usaha kakao, macet meningkat dikarenakan pendapatan
dapat memperoleh marjin keuntungan yang petani yang berkurang.
besar karena posisi tawar mereka dalam - Ketersediaan bahan baku bagi pedagang
pembentukan harga (standar harga) kakao jauh pengumpul dan pedagang besar berkurang,
lebih kuat dibandingkan petani. akibat semakin berkurangnya produktivitas
kakao.

8
Kertas Kebijakan Upaya Peningkatan Produktivitas Kakao di Kabupaten Sikka

ALTERNATIF KEDUA: PENGUATAN KAPASITAS tersebut dapat diupayakan secara bersama-


DAN KELEMBAGAAN PETANI sama sehingga beban petani tidak terlalu
besar.
Manfaat:
- Bagi Pemda/Dinas terkait, adanya program
penguatan kapasitas dan kelembagaan ALTERNATIF KETIGA: PENGUATAN
petani berarti terjadi optimalisasi fungsi, KAPASITAS DAN PENAMBAHAN JUMLAH PPL
peran dan kinerja Dinas terkait (Distanbun
Manfaat:
& BKP2). Optimalisasi kinerja tersebut
secara tidak langsung akan meningkatkan - Bagi Pemda, melalui penguatan kapasitas
kemampuan teknis pendamping lapangan. dan jumlah PPL, sangat bermanfaat untuk
Ikutan dari program ini tentunya memerlukan meningkatkan kinerja dinas terkait (Distanbun
peningkatan kapasitas dan jumlah petugas & BKP2). Melalui penguatan kapasitas dan
pendamping petani (PPL). penambahan jumlah PPL, maka program-
program pembinaan dinas terkait akan lebih
- Adanya penguatan kapasitas dan kelembagaan
mempermudah pencapaian target kinerja
petani berarti meningkatkan pengetahuan dan
masing-masing instansi.
keterampilan petani baik dalam hal budidaya
maupun dalam hal pengolahan pasca panen - Penambahan jumlah PPL akan membantu
hingga pemasaran. Dengan meningkatnya pelaksanaan kegiatan pembinaan kepada
pengetahuan dan keterampilan petani, akan petani lebih mudah, jangakauan kerja akan
merubah pola pikir petani untuk merawat semakin luas, dan beban kerja dari PPL sendiri
kebun dan menerapkan praktik budidaya akan lebih terbagi secara merata sehingga
kebun yang baik (Good Agricultural Practices) target capaian program dapat terlaksana
sehingga dapat meminimalisir datangnya dengan baik.
serangan hama dan penyakit tanaman.
- Dengan meningkatnya kapasitas penyuluh,
- Bagi pengusaha besar dan pedagang maka penyuluh dapat melakukan pembinaan
pengumpul, adanya peningkatan kapasitas dan pendampingan secara maksimal kepada
dan kelembagaan petani akan memberikan petani.
manfaat tersendiri yakni adanya kemudahan
- Penyuluh akan mampu memberikan transfer
untuk mendapatkan biji kakao dan jaminan
pengetahuan dan keterampilan mengenai
tersedianya pasokan bahan baku biji kakao
praktik berkebun yang baik (GAP) sehingga
dengan kualitas yang sesuai dengan yang
secara tidak langsung akan dapat membantu
dikehendaki perusahaan (sesuai standar
petani dalam meningkatkan keterampilan
kualitas yang diinginkan).
petani tentang budidaya tanaman yang baik
- Bagi lembaga keuangan, meskipun secara sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan
tidak langsung mendapatkan manfaat nyata kualitas dan kuantitas biji kakao yang baik.
dari adanya peningkatan kapasitas dan
- Bagi pengusaha dan pedagang pengumpul,
kelembagaan petani, namun bagi lembaga
manfaat secara tidak langsung dari adanya
keuangan sendiri, adanya peningkatan
peningkatan kapasitas dan jumlah PPL
kelembagaan petani akan mampu
didapatkan melalui adanya ketersediaan
meningkatkan kepercayaan pihak bank pada
pasokan biji kakao yang mencukupi dengan
petani, mengurangi resiko kredit macet,
kualitas yang lebih baik.
sehingga petani mendapat kemudahan dalam
mengakses permodalan. Biaya:
Biaya: - Bagi pemda akan berdampak pada adanya
penambahan biaya operasional dinas
- Bagi Pemda, pelaksanaan alternatif tindakan
terkait. Khususnya penambahan alokasi
kedua ini membutuhkan dukungan alokasi
untuk mengadakan pelatihan kepada PPL,
Anggaran (APBD) untuk penyusunan
biaya untuk penambahan jumlah PPL, dan
regulasi dan/atau program, serta untuk
biaya operasional pelaksanakan program
biaya operasional (staf, sarana & prasarana,
pendampingan kepada petani.
sosialisasi) dari Distanbun maupun BKP2
yang diperuntukkan untuk pelaksanaan
kegiatan ini.
ALTERNATIF KE EMPAT: REVITALISASI PERAN
- Bagi petani sendiri, dengan adanya program DAN FUNGSI DKED
ini, otomatis modal produksi yang diperlukan
Manfaat:
oleh petani juga akan meningkat. Namun
dengan adanya kerjasama dengan berbagai - Keberadaan DKED yang dibentuk dengan
stakeholder, penyediaan modal produksi dasar hukum yang kuat akan dapat mengikat

9
semua stakeholder pemda untuk bekerja manfaat bersih yang paling besar dibandingkan
bersama-sama dan meningkatkan intensitas dengan tiga alternatif yang lain. Pihak yang paling
koordinasi lintas stakeholder menjadi lebih mendapat kerugian dari pilihan alternatif keempat
mudah. adalah pedagang pengumpul/tengkulak. Sementara
stakholder yang lain lebih besar menerima manfaat
- Dengan peningkatan koordinasi yang lebih
dari pada biaya yang harus ditanggung. Untuk pihak
baik, akan tercipta sinergi program yang baik
pemerintah biaya yang harus ditanggung adalah
antar dinas terkait, Perbankan, Koperasi, LSM,
dalam pembuatan regulasi maupun untuk penerapan
dan stakeholders lainnya, sehingga program
kebijakan dan programnya. Namun demikian, bila
pembinaan yang dilaksanakan dapat berjalan
dilihat dari eksternalitas positif yang dihasilkan
secara terpadu.
dapat berupa:
- Bagi petani, adanya penguatan DKED,
1) Peningkatan produktivitas kakao akan
dimana didalamnya terdapat multi stakeholder
meningkatkan nilai dan volume perdagangan
baik dari pemda maupun non pemda akan
sehingga akan terjadi peningkatan PDRB
memberikan manfaat yang secara langsung
Kabupaten Sikka;
dapat dirasakan oleh petani. Manfaat tersebut
dapat melalui program pembinaan kepada 2) Akivitas ekonomi yang meningkat sehingga
petani secara lebih komprehensif dimulai menciptakan multiplier effect tehadap aktivitas
dari hilir maupun hulu. Program pembinaan sosial ekonomi;
kepada petani dapat dilaksanakan secara
3) Pendapatan masyarakat meningkat, sehingga
lebih terpadu, tidak tumpang tindih dan
daya beli masyarakat yang meningkat;
berkelanjutan.
4) PDRB meningkat;
Biaya:
5) Peningkatan pendapatan masyarakat
- Bagi pemda, alternatif tindakan yang
meningkat, berdampak pada pembayaran pajak
keempat ini akan membutuhkan dukungan
yang merupakan penerimaan pemerintah.
dana, artinya akan ada penambahan alokasi
anggaran khusus yang akan diberikan Kombinasi dari tindakan alternatif 2, 3, dan 4
guna kelancaran kegiatan program DKED. tentunya akan semakin memaksimalkan manfaat
Meskipun pemda mengeluarkan anggaran dan tercapainya tujuan untuk meningkatkan
tambahan, namun manfaat yang dihasilkan produktivitas tanaman kakao di Sikka. Dalam proses
lebih besar dibandingkan penambahan implementasi kegiatan perlu dipikirkan untuk
anggaran yang dikeluarkan. mengkombinasi atau melaksanakan program secara
simultan dari tiga opsi yang telah dirumuskan.

F. ALTERNATIF TERPILIH
G. STRATEGI IMPLEMENTASI
Berdasarkan hasil perhitungan biaya manfaat, biaya
yang dikeluarkan dan manfaat yang diperoleh Untuk mengefektifkan pengembangan usaha
pemerintah dan petani, dan masing-masing stakholder komoditi kakao melalui revitalisasi peran dan
dapat disimpulkan bahwa alternatif keempat fungsi DKED, strategi implementasi yang harus
(Revitalisasi Peran dan Fungsi DKED) memberikan dipertimbangkan adalah seperti tabel 4 dibawah ini:

Tabel 5. Strategi Implementasi

STRATEGI IMPLEMENTASI
1) Apakah mekanisme yang digunakan untuk alternatif tindakan terpilih
a) Regulasi atau non regulasi • Gabungan Regulasi dan Non Regulasi
• Merekomendasikan hasil RIA ini (RIA Statement – RIAS) menjadi salah satu materi dalam RPJMD
yang sedang disusun oleh Pemerintah Daerah.
b) Bagaimana analisis persepsi tingkat • Kepatuhan para pihak (stakeholders) terhadap kebijakan yang dibuat bisa terjadi karena kebijakan
kepatuhan ini berasal dari aspirasi para stakeholder (Bottom Up).
• Adanya kesadaran bersama untuk menyelesaikan permasalahan pada usaha kakao yang merupakan
komoditi yang memberi sumbangan besar bagi perekonomian daerah dan melibatkan banyak
pihak.
c) Bagaimana analisis biaya manfaat Kebijakan yang diambil berdasarkan analisa biaya dan manfaat secara kualitatif yang rasional, dan
diambil berdasarkan manfaat yang lebih besar daripada biaya.
2) Bagaimana analisis kemungkinan alasan-alasan ketidakpatuhan
a) Identifikasi kelompok-kelompok Kemungkinan stakeholder yang kurang mendukung antara lain: Pedagang pengumpul/tengkulak,
pendukung dan kelompok yang kurang dan Lembaga Keuangan Perbankan (karena ketentuan formal), sementara stakeholder yang lain
mendukung mendukung.

10
Kertas Kebijakan Upaya Peningkatan Produktivitas Kakao di Kabupaten Sikka

b) Identifikasi pengetahuan stakeholder Beberapa kemungkinan ketidakpatuhan terhadap regulasi/kebijakan yang dibuat antara lain:
akan alternatif tindakan yang akan • Derajat pengetahuan dan pemahaman kelompok yang dijadikan target regulasi terhadap regulasi
dijalankan yang akan dijalankan;
• Derajat kemauan kelompok target untuk mematuhi baik karena insentif ekonomi, kesadaran
sebagai warga negara yang baik, penerimaan terhadap tujuan regulasi, atau tekanan dari pihak
regulator; dan
• Derajat kemampuan kelompok target dalam memenuhi tuntutan regulasi.
3) Apakah jenis sanksi atau tindakan •Merekomendasikan hasil RIA ini menjadi salah satu materi dalam RPJMD yang sedang
yang digunakan untuk mendorong disusun oleh Pemerintah Daerah.
kepatuhan •Merekomendasikan Tim RIA untuk ditetapkan dengan SK Bupati sebagai pihak
yang melaksanakan proses dan mengawal kertas kebijakan agar opsi terpilih dapat
ditindaklanjuti.
•Pendekatan persuasif;
•Peringatan secara verbal ataupun tertulis;
•MOU antara pihak yang berkepentingan;
•Sanksi administrasi;
•Peningkatan beban seperti tuntutan pembuatan laporan yang lebih ketat, inspeksi yang
lebih intensif, dsb
4) Bagaimana bentuk sosialisasi •Konsultasi Publik (FGD, Pertemuan Informal) kepada stakholder
yang dilakukan untuk mendorong •Pemaparan hasil/hearing dengan Bupati dan DPRD
kepatuhan •Publikasi dilakukan melalui media cetak dan diskusi publik di media elektronik di
daerah.
a) Bagaimana efektifitas sosialisasi yang Efektif
dilakukan
b) Bagaimana intensitas sosialisasi yang 9 kali
dilakukan

H. KONSULTASI PUBLIK
Konsultasi publik dilakukan terhadap setiap cetak (leaflet) dan dialog interaktif di radio. Konsultasi
tahapan dalam proses RIA. Konsultasi dilakukan publik dilengkapi dengan notulen pertemuan atau
kepada berbagai pihak terkait, antara lain: petani, hasil wawancara.
kelompok tani, pedagang, lembaga keuangan (Bank
Tabel di bawah ini memaparkan kerangka metodologi
dan Koperasi), pihak pemerintah daerah (Bupati dan
rencana yang digunakan untuk konsultasi publik
SKPD terkait), DPRD, akademisi, media masa, dan
yang sudah dan akan dilakukan dalam berbagai
tokoh masyarakat.
tahapan proses pembuatan kebijakan. Yang perlu
Konsultasi publik dilakukan dalam beberapa format, dicatat bahwa perencanaan konsultasi publik ini
seperti diskusi kelompok terfokus (FGD), wawancara harus dianggap sebagai dokumen yang fleksibel
dengan dengan stakeholders terkait untuk verifikasi yang dapat dirubah sesuai dengan perkembangan
asumsi yang digunakan, publikasi melalui media informasi yang diperoleh dari partisipan.
Tabel 6. Metodologi Konsultasi Publik

Metodologi Konsultasi Publik


1) Identifikasi pihak mana sajakah yang relevan untuk dilakukan konsultasi
a)Pihak mana saja yang memiliki pengaruh lebih besar atas kebijakan 1.Bupati dan Wakil Bupati
yang disusun 2.DPRD
3.Bappeda (DKED)
4.BKP2
5.Distanbun
b)Pihak mana saja yang memiliki pengetahuan yang luas atas permasala- 1.Petani/Kelompok Tani
han yang sedang dibahas 2.Pedagang (Buyers)
3.LSM Pendamping Petani Kakao
4.Akademisi; Peneliti/pemerhati kakao
2) Bagaimana mekanisme yang tepat dalam menyelenggarakan konsul- •Pertemuan dengan stakeholders, pengamat ahli, pihak yang akan
tasi publik terkena akibat regulasi, dan masyarakat umum. Pertemuan tersebut
dilakukan dalam berbagai bentuk seperti: pertemuan kecil informal,
formal (FGD) dan pertemuan besar seperti seminar dan simposium.
•Penunjukan badan konsultasi yang terus menerus dikonsultasi selama
proses RIA.
•Publikasi draft RIAS dengan meminta pembaca untuk memberikan
masukan.
•Publikasi draft regulasi dengan meminta pembaca untuk memberikan
masukan terhadap draf tersebut.
•Publikasi draft RIA yang relevan di internet dengan meminta pembaca
untuk memberikan komentar melalui email.

11
3) Bagaimana penggunaan atas hasil konsultasi publik
a) Apakah ada publikasi atas hasil konsultasi publik Publikasi dibuat dalam bentuk laporan “RIA Statement” dan laporan
penelitian draf kebijakan baik berupa hardcopy yang dipublikasikan
melalui media cetak, disebarkan dalam diskusi publik baik secara
langsung, maupun dalam bentuk softcopy yang disebarkan pada media
elektronik di daerah (internet/website Pemda).
b) Apakah hasil konsultasi publik dapat merubah isi regulasi atau per- Ditempatkan sebagai dokumen yang fleksibel yang selalu dapat dirubah
masalahan yang sedang dibahas sesuai dengan perkembangan informasi yang diperoleh dari partisipan.



12
 
 
LAMPIRAN 
LAMPIRAN 1: PETA RANTAI NILAI KAKAO DI KABUPATEN SIKKA 
 
 

   
LAMPIRAN 2:  Matriks Permasalahan dan Rencana Tindak Lanjut Pengembangan Rantai Nilai Kakao Di Kabupaten Sikka 
 
PIHAK YANG 
FAKTA – KONDISI 
SUMBER MASALAH  AKAR MASALAH  RENCANA TINDAK LANJUT  BERTANGGUNG 
OBJEKTIF 
JAWAB 
SARANA PRODUKSI: 

 Hanya ada dua toko   Supply saprodi kebanyakan   Dalam penyediaan   Pengadaan sumber‐sumber lain   Pemprov 


komersial yang  diambil dari Jawa.  sarana produksi, pupuk,  dalam penyediaan saprodi sehingga   Pemda 
menyediakan pupuk dan   Pupuk dirasa oleh petani masih  bibit, dan lainnya, petani  harga lebih kompetitif.   Kabupaten 
saprodi.  mahal.   masih mengandalkan   Perlunya kerjasama Pemda  (Distanbun, 
 Keterbatasan pupuk bagi   Pupuk belum tersedia secara  subsidi dari pemerintah,  Prov/Kota dan Litbang dan Puslit  BKP2). 
petani   tepat; Pupuk umumnya dipakai  program LSM dan gereja.  Koka ((Pusat penelitian kopi dan   UPH 
 Keterbatasan pestisida  untuk tanaman pangan.   Rendahnya kemampuan  kakao) untuk pengembangan  bibit   Perbankan 
organik bagi petani.   Entries unggul tidak tersedia di  finansial  petani untuk  lokal.   DKED 
 Keterbatasan  tempat yang dekat.   membeli pupuk.   Perlunya kerjasama dengan lembaga     
saprodi/alat‐alat seperti   Akses petani terhadap   Petani bisa mendapatkan  keuangan dalam hal permodalan, 
sprayer (alat penyempot  permodalan/kredit komersial  pupuk dengan harga  misal kredit kolektif melalui poktan. 
pestisida), gunting bagi  untuk modal usaha masih sangat  subsidi di Toko   Pembuatan dan penggunaan pupuk 
petani.  kurang.  Dirgahayu dengan  organik. 
 Kelangkaan/tidak ada    melampirkan surat   Koordinasi antar stakeholder baik di 
bibit kakao yang cocok  rekomendasi dari  pemerintahan maupun di luar 
dengan iklim di Sikka.  Distanbun tetapi dengan  pemerintah untuk penyediaan sarana 
prosedur yang sulit.     produksi melalui DKED. 
 Kurangnya koordinasi 
antar instansi 
pemerintah dan 
stakeholder dalam 
penyediaan sarana 
produksi. 
   
PIHAK YANG 
FAKTA – KONDISI 
SUMBER MASALAH  AKAR MASALAH  RENCANA TINDAK LANJUT  BERTANGGUNG 
OBJEKTIF 
JAWAB 
BUDIDAYA / USAHA PERKEBUNAN: 
Produksi:    
 Produktivitas Kakao   Sebagian besar tanaman kakao   Teknik pengendalian HPT,   Melakukan pembinaan secara   Pemda 
Rendah: kuantitas dan  sudah tua (>20th).  sanitasi, dan penanganan  intensif kepada petani untuk  (Distanbun) 
kualitas produksi kakao   Hama dan penyakit yang  limbah belum sepenuhnya  mengimplementasikan GAP.   Penyuluh (BKP2) 
mengalami penurunan  menyerang buah kakao: HPT  dipahami dan diterapkan   Perlunya peningkatan   DKED 
sekitar 30‐40% yakni  (busuk buah, PBK, dan kanker  petani.  pengetahuan petani untuk   Petani/kelompok 
produktivitas 1.500‐1.700  batang).   Petani tidak ada/belum tahu  menggunakan pupuk.  tani. 
kg/ha 300‐400 kg/ha);   Belum banyak Petani yang  sistem penggantian   Peremajaan kebun mandiri   LSM 
 Produksi kakao di Sikka  melakukan perawatan kebun  (rehabilitasi) yang tepat.  melalui sambung 
sampai dengan tahun  secara baik (Good Agricultural   Belum memakai teknik  samping/sambung pucuk oleh 
2003 = 14.333,2 ton  Practicess­GAP).  pemupukan yang tepat.  petani. 
dengan nilai nominal   Kurangnya kesadaran petani   Kurangnya pengetahuan petani   Penguatan kelembagaan & 
Rp.372.663.200.000,‐   untuk pengelolaan, merawat  untuk melakukan peremajaan  kapabilitas penyuluh bidang 
Mulai tahun 2004  kebun dan pemupukan secara  dan perawatan kebun.  kakao secara berkelanjutan. 
produksi kakao terus  optimal.   Tidak adanya insentif/subsidi   Mengoptimalkan koordinasi 
menurun hingga 54% atau   Peremajaan masih sedikit dan  dari pemda bagi petani yang  antar stakeholder yang 
7.739,93 ton atau setara  saat ini dilakukan dengan teknik  merehabilitasi pohon, sehingga  diwadahi dalam DKED. 
kehilangan PDRB Rp.201,2  sambung samping dan sambung  khawatir kehilangan sumber   
Milyar per tahun.  pucuk. Tingkat keberhasilan  pendapatannya selama pohon 
 Mutu kakao rendah (kadar  teknik sambung samping dan  belum menghasilkan kembali. 
air sekitar 30‐35%)  sambung pucuk ini diakui lebih   Kesulitan mendapatkan bibit 
berhasil dibandingkan  yang sesuai dengan kondisi 
pembibitan.   Sikka. 
 Keengganan petani untuk   Kekurangan sarana prasarana 
melakukan penebangan dan  produksi dan modal usaha. 
peremajaan tanaman kakaonya.   Kurangnya koordinasi antar 
  pihak yang berwenang. 
PIHAK YANG 
FAKTA – KONDISI 
SUMBER MASALAH  AKAR MASALAH  RENCANA TINDAK LANJUT  BERTANGGUNG 
OBJEKTIF 
JAWAB 
Kelembagaan:   
 Kelompok tani modern   Petani umumnya anggota   Kelompok tani belum berfungsi   Pembentukan kelompok tani   Pemda (DKED) 
masih sedikit.  koperasi, tapi kegiatannya hanya  optimal.  modern, sebagai upaya   LSM 
 Sudah ada Sekolah Lapang  simpan pinjam.    Keterbatasan lembaga  pemberdayaan petani menjadi   Kelompok Tani 
(SL) yang tenaga   Belum ada koperasi jasa usaha  penyedia modal.  lebih terarah dan pembinaan   UPH 
pendidiknya merupakan  dan koperasi produksi, yang   Kurangnya koordinasi dan  dari Pemda secara kontinyu. 
petani lokal yang telah  dapat digunakan untuk menjadi  kerjasama antar pihak   Penguatan UPH sebagai wadah 
diseleksi oleh Pemda dan  lembaga untuk pemasaran  (pemerintah, kelompok tani,  petani untuk melakukan 
Buyer, tetapi perannya  kakao oleh petani.  swasta, NGO).  pemasaran bersama. 
belum dioptimalkan.   Penguatan kelompok tani 
melalui fasilitas dan 
permodalan sehingga 
kelompok tani dapat membeli 
putus kakao basah untuk 
dikeringkan dan fermentasi 
bersama secara lebih baik dan 
efisien. 
 Optimalisasi peran dan fungsi 
DKED dalam 
mengkoordinasikan 
stakeholder yang berkompeten. 
   
PIHAK YANG 
FAKTA – KONDISI 
SUMBER MASALAH  AKAR MASALAH  RENCANA TINDAK LANJUT  BERTANGGUNG 
OBJEKTIF 
JAWAB 
Sumber Daya Manusia      
 Pengetahauan dan   Kesadaran petani untuk   Organisasi dan manfaat   Meningkatkan pengetahuan petani atas   Pemda (DKED) 
keterampilan petani  menggunakan pupuk   kelompok belum dipahami.  standar biji kakao yang dibutuhkan   Penyuluh/BKP2 
masih terbatas.  kurang.   Organisasi kelompok belum  pabrikan dan harga biji kakao di   UPH 
 Keterbatasan kapasitas   Budidaya kakao masih  sempurna.  pasaran.    Gereja/Tokoh 
(kemampuan) dan  dilakukan secara tradisional,   Koperasi belum berfungsi   Meningkatkan motivasi petani kakao  Masyarakat 
jumlah tenaga penyuluh  pengetahuan petani masih  optimal.  untuk mengimplementasikan GAP.   Petani 
(PPL)  rendah dalam hal budi daya,   Lembaga pemasaran belum   Motivasi untuk meningkatkan luas   LSM 
 Penguatan kapasitas  sanitasi, fermentasi,  terorganisir.  areal perkebunan usaha mereka.   Lembaga 
petani lebih banyak  pemasaran, dan kualitas biji   Program pendampingan   Perlu dukungan modal bagi petani dan  keuangan dan 
dilakukan melalui  kakao yang diminati pasar.  petani yang dilakukan oleh  mendorong petani untuk beli putus  perbankan. 
program‐program NGO   Kurangnya kesadaran petani  Distanbun dan BKP2  kakao basah petani untuk di produksi   
yang ada di Sikka  untuk merawat kebunnya.   dilakukan sebatas  bersama.  
dengan cakupan yang   Ketergantungan petani  ketersediaan anggaran dan   Optimalisasi peran master training dan 
terbatas dan tingkat  untuk mendapatkan bantuan  ketersediaan jumlah dan  petani andalan untuk difungsikan 
keberlanjutan sesuai  dari pemerintah/Pemda.  kapasitas PPL yang ada.  dalam melakukan diklat kepada petani 
dengan durasi program.   Budaya kelompok untuk   PPL yang tersedia bersifat  lainnya dalam satu kelompok. 
menanam bersama  polivalen/umum dan   Penguatan kelembagaan, dan 
“sakoseng” mulai berkurang.  ketersediaan anggaran.  peningkatan  kapabilitas dan jumlah 
 Keengganan petani untuk   Dengan desain kelembagaan  tenaga penyuluh bidang kakao secara 
melakukan pemasaran  Distanbun menyebabkan  berkelanjutan. 
bersama sehingga harga  kurang leluasa untuk   Strategi penyuluh dapat diubah dengan 
tawar petani rendah.  pengembangan kakao  mendatangi petani secara berkala, 
 Keengganan petani untuk  khusunya untuk penyusunan  sebagai upaya memberikan motivasi 
datang ke pelatihan, hanya  program dan alokasi anggaran.   kepada petani dan sebagai sarana 
pada saat rapat dengan   Kurangnya koordinasi antara  transfer teknologi yang lebih efektif.  
pemda untuk mendapat  SKPD dalam melaksanakan   Peningkatan dan optimalisasi 
uang duduk.   program dan optimalisasi  koordinasi antar instansi dalam 
sumber daya yang ada.  pemberdayaan petani dan kelompok 
tani (Distanbun, BKP2, DKED)   
PIHAK YANG 
FAKTA – KONDISI 
SUMBER MASALAH  AKAR MASALAH  RENCANA TINDAK LANJUT  BERTANGGUNG 
OBJEKTIF 
JAWAB 
PENGELOLAAN PASCA PANEN 

 Pengolahan pasca   Mesin pengering dari   Teknologi pengeringan masih   Pelatihan kualitas kakao sesuai minat   Pemda 


panen, seperti  Pemerintah tidak digunakan  sederhana.  pasar dan bantuan alat.     LSM 
pengeringan dilakukan  oleh UPH, karena waktu   Petani memerlukan uang tunai   Pemda bekerja sama dengan LSM,   Lembaga 
secara tradisional  lebih lama, mesin dengan  (cash money) segera untuk  buyer besar atau lembaga keuangan  keuangan 
didepan rumah/aspal  kapasitas besar justru tidak  memenuhi kebutuhan hidup.  untuk penyediaan alat pengering   Buyer 
tanpa memperhatikan  efektif karena harus   Tidak melakukan fermentasi  sehingga tiap poktan memilikinya   DKED 
faktor sanitasi. Idealnya  menampung kakao dari  karena makan waktu dan tidak  sehingga pemanfaatan dan penggunaan 
diperlukan adanya  banyak petani dengan  ada insentif harga  alat pengering lebih luas dan yang lebih 
lantai jemur atau para‐ kualitas yang berbeda‐beda   Organisasi dan manfaat  baik.  
para.   dan biaya produksi lebih  kelompok belum difahami.  Pembinaan kelompok yang 
 Kebanyakan petani  mahal.    Kurangnya pendampingan dan  berkelanjutan: 
hanya mengeringkan 1   Kendala pembuatan tedeng  penyuluhan dari Pemda. 1. Pola kemitraan  
hari kemudian langsung  koko, adalah mahalnya  2. Penguatan lembaga pemasaran 
jual ke pedagang desa.   plastik UV yang digunakan  petani 
 Baru sebagian kecil  sebagai penutup. 
kelompok tani yang   Buyer besar seperti PT Mars 
menggunakan   & Comextra memberikan 
teknologi sederhana  cairan khusus yang 
untuk pengeringan,  digunakan pada saat 
“tedeng koko”   pengeringan untuk 
  memberikan aroma lebih 
kuat pada kakao. 
   
PIHAK YANG 
FAKTA – KONDISI 
SUMBER MASALAH  AKAR MASALAH  RENCANA TINDAK LANJUT  BERTANGGUNG 
OBJEKTIF 
JAWAB 
PEMASARAN DAN HARGA JUAL 

 Harga kakao fluktuatif   Posisi tawar petani dalam   Organisasi dan manfaat   Peningkatan peran Pemda dalam   Pemda  


mengikuti harga bursa  menentukan harga jual  kelompok belum dipahami  memfasilitasi dan mendorong petani   DKED 
komoditi New York:  kakao sangat rendah. Ada   Belum tersedianya koperasi  untuk melakukan pemasaran bersama   Petani 
Harga di tingkat petani  kecenderungan pedagang  yang berfungsi untuk  sebagai upaya peningkatan daya tawar   Local trader’s 
adalah Rp 13 ribu untuk  pengumpul biasanya  melakukan pemasaran  petani.    Pedagang besar 
kakao setengah basah  mempermainkan harga.  anggota koperasi.   Peningkatan peran pemda dalam   Lembaga 
(pengeringan 1hari); Rp   Akses petani untuk   Kurangnya insentif bagi  mendorong dan membimbing petani  keuangan 
17‐18 ribu untuk tester  mendapatkan informasi  petani untuk melakukan  untuk meningkatkan mutu kakao dengan  Perbankan 
7 (pengeringan 3‐4  harga sangat terbatas.  pengelolaan biji kakao lebih  GAP dan pengolahan pasca panen yang   Koperasi 
hari), sementara harga  Meskipun ada fasilitas sms,  baik.  lebih baik, dan untuk menjual dengan   Petani 
jual di tinggkat buyer  namun belum semua petani   Tidak ada mekanisme  kualitas biji kakao pengeringan   LSM 
besar Rp 21ribu.   memanfaatkan media sms  pengaman ekonomi untuk  sempurna dan sesuai standar pasar 
 Petani lebih suka  untuk menanyakan harga  menjamin kebutuhan hidup  internasional sehingga harga lebih tinggi. 
menjual langsung  internasional dan lokal yang  petani.  Melakukan pemasaran bersama baik 
kepada pedagang desa,  berlaku.     Kurangnya dukungan/  dalam kelompok tani maupun melalui 
meskipun harga rendah   Volume yang dihasilkan  keterbatasan anggaran  koperasi. 
karena dorongan  individu petani masih  pemerintah untuk   Penguatan UPH sebagai penampung hasil 
kebutuhan.   sedikit, sehingga tidak  melakukan perbaikan dan  petani. 
 Tingkat pengetahuan  mungkin bisa langsung akses  pembangunan jalan.  Peningkatan peran Pemda melalui 
petani akan kualitas biji  kepada pedagang besar.  strategi alternatif dengan 
kakao yang sesuai   Kualitas biji kakao yang  mengembangkan regulasi yang ada 
dengan standar /  dihasilkan (pasca panen)  seperti: 
kebutuhan pasar masih  masih rendah sehingga  1. Sistem Resi gudang: untuk 
rendah.  harga jual juga rendah.  menampung hasil petani sebagai 
 Masih ada sistem ijon   Pedagang pengepul datang  upaya lindung harga jika harga turun 
dari pedagang  tiap pagi dan sore, sehingga  (mengadopsi praktik yang dilakukan 
pengepul.   banyak petani yang tertarik  di Ghana dan Pantai Pading) 
untuk jual langsung di  2. Mengembangkan sistem pemasaran 
PIHAK YANG 
FAKTA – KONDISI 
SUMBER MASALAH  AKAR MASALAH  RENCANA TINDAK LANJUT  BERTANGGUNG 
OBJEKTIF 
JAWAB 
 Infrastruktur yang  tempat.  bersama yang dikelola oleh BUMD
masih kurang memadai   UPH belum dioptimalkan  3. Melaksanakan lelang forward kakao, 
untuk sebagian wilayah  dalam rantai pemasaran.  4. Penetapan harga jual kakao 
Seharusnya dalam  minimum, penguatan peran pemda 
sentra produksi kakao.  
dengan membentuk lembaga seperti 
fermentasi dan pengeringan 
Bulog atau kebijakan yang 
bersama pedagang/  mengharuskan peran swasta 
kelompok tani, peran UPH  membeli kakao dengan harga 
perlu ditingkatkan lagi  minimum, dll     
dalam membeli putus kakao   Peningkatan kapasitas petani dalam 
dalam kondisi basah.  penggunaan media komunikasi dan akses 
terhadap informasi terkait kakao yang 
 Sebaran daerah tanaman  sedang berkembang.    
kakao yang sangat luas   Intervensi stakeholder industri konsumsi 
sehingga secara teknis sulit  di luar Sikka. 
 Peningkatan efisiensi di tingkat 
untuk diupayakan 
pedagang. 
pemasaran bersama, dan   Pembangunan infrastuktur jalan yang 
luasan kepemilikan lahan  menghubungkan pusat‐pusat produksi 
yang sempit sehingga  ke pasar. 
produksinya kecil. 

   
LAMPIRAN 3: Peta Stakeholders Usaha Kakao di Kabupaten Sikka 
 
 

 
   
LAMPIRAN 4: Matriks Analisis Stakeholders Pengembangan Kakao di Kabupaten Sikka 

PIHAK YANG TERLIBAT SAAT INI  PERAN SAAT INI  PERAN YANG DIHARAPKAN 


 Program lebih berkelanjutan dan tidak hanya program 
Kemeterian Pertanian RI    Membantu dalam peningkatan produktivitas kakao melalui 
yang bersifat fisik melainkan juga lebih fokus pada 
Program Gernas Kakao (Gernas Kakao). 
peningkatan kapasitas petani. 
 Mendorong pemda dalam pembuatan program‐
PEMPROV NTT   Mendukung program Gernas Pro Kakao, seperti pengadaan 
program pengembangan kakao, misal pemberian 
dan penyaluran kegiatan peremajaan (bibit SE, pupuk, 
(Dinas Perkebunan Provinsi NTT)  insentif bagi petani kakao yang mau mengembangkan 
insektisida, fungisida), rehabilitasi (pupuk, insektisida, 
sektor kakao. 
fungisida) dan intensifikasi (pupuk, insektisida dan 
 Memberikan program pendampingan dan pembinaan 
feromon) 
kepada Pemda Kab/Kota dalam mengembangkan 
 Mengadakan program “Anggur Merah” yang salah satu 
sektor kakao. Program tersebut dapat berupa 
programnya adalah peningkatan kualitas hidup petani 
program bantuan fisik maupun program kebijakan.  
kakao. Dilaksanakan oleh Bappeda. 
 Memberikan arah alur koordinasi yang jelas antar 
 Membantu Pemda dalam mendapatkan/mengajukan project 
SKPD yang terkait dengan sektor pengembangan 
dari Pemerintah. 
kakao, dalam hal ini Distanbun dan BKP2 sehingga 
dapat memberikan pembinaan secara terpadu kepada 
petani kakao di daerah.  
 Mengurangi ketergantungan pada bantuan program 
pusat. 
 

PEMDA KAB. SIKKA   Dukungan pendanaan kegiatan pemberdayaan usaha kakao  Meningkatkan komitmen dalam pengembangan usaha 


dalam porsi yang masih terbatas.  Kakao, melalui: 
 Merespon kegiatan pemberdayaan kakao yang dibuat oleh 
 Peningkatan alokasi anggaran yang berasal dari APBD 
Pemerintah Pusat atau NGO, meski sebatas menyesuaikan 
dalam rangka pengembangan usaha kakao. 
program. Saat ini belum ada program yang 
 Dukungan regulasi untuk pengembangan usaha kakao, 
berkesinambungan sehingga program pengembangan kakao 
sesuai kebutuhan masing‐masing aspek rantai nilai 
belum berjalan optimal.  
(Aspek Ketersediaan Input; Produksi; Tata 
Niaga/Pemasaran, dll) 
 Mengoptimalkan fungsi masing‐masing anggota forum 
DEWAN KERJASAMA EKONOMI DAERAH   Mendirikan Forum Stakeholders Kakao. 
stakeholder kakao dalam mendorong perkembangan 
 Peningkatan kapasitas petani dalam hal budidaya tanaman 
usaha kakao, sesuai rantai nilai dimana mereka 
PIHAK YANG TERLIBAT SAAT INI  PERAN SAAT INI  PERAN YANG DIHARAPKAN 
(DKED)  maupun pengolahan hasil termasuk pemasaran.  berperan. 
 Koordinasi stakeholder, membahas dan mengadvokasi 
permasalahan kakao. 
 Mengembalikan fungsi Bappeda sebagai bidang 
BAPPEDA KAB. SIKKA   Melaksanakan program “Anggur Merah” sebagai 
perencana bukan implementor program. 
pelimpahan tugas dari program Provinsi. 
 Mengkoordinasikan tugas dan wewenang SKPD sesuai 
 Menjadi sekretariat (Dengan SwissContact‐SC) 
tupoksinya. 
mengkoordinasikan Dewan Kerjasama Ekonomi (DKED). 
 Memperkuat koordinasi lintas SKPD (Distanbun & 
 Melaui forum stakeholders, Memobilisasi PPL dan 
BKP2).  
menyediakan budget untuk operasional BPK dan PPL 
 Memperkuat peran Distanbun dalam setiap kegiatan 
(Transport dan Fee). 
terkait tupoksinya. 
 Seleksi Master trainers‐MT, Key farmers – KF, dan 
memobilisasi kelompok tani.  
 Memberikan dukungan langsung baik moril maupun 
material kepada kelompok SL serta menyediakan alokasi 
anggaran untuk SL 
 Monitoring implementasi SL 
 Membuat program pengembangan sektor kakao 
Dinas Pertanian, Perkebunan dan   Melaksanakan program Gernas dengan memberikan dana 
secara intensif dan kontinu. 
Kehutanan (DISTANBUN) Kab. Sikka   sharing untuk membiayai pelaksanaan operasional 
 Berperan aktif dalam forum stakeholder. 
lapangan.  
 Berkoordinasi dengan BKP2 dan SKPD lainnya dalam 
 Memberikan pupuk dengan harga subsidi kepada kelompok 
melakukan pengembangan program. 
tani. 
 Pemda berperan dalam pemasaran dan penentuan 
 melalui program gernas menyeleksi calon petani dan lahan 
harga pasar sehingga harga jual petani lebih baik.  
sebagai area lokasi kegiatan. 
 Menyediakan informasi harga pasar kakao. 
 melalui program Gernas memberikan bantuan peralatan 
dan melaksanakan pemberdayaan kapasitas petani.    Menyediakan kerangka regulasi pengembangan sektor 
kakao secara terpadutermasuk kerangka koordinasi 
dengan BKP2 atau lintas SKPD lainnya. 
 BKP2 berkoordinasi dengan Distanbun dalam 
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh   Mendukung Gernas kakao melalui penyediaan tenaga 
melakukan pendampingan dan diklat kepada petani. 
Kabupaten Sikka (BKP2)  pelaksana penyuluh pertanian (PPL). PPL ini belum optimal 
 Memperkuat koordinasi antara BKP2 & Distanbun  
tidak optimal, sebagian besar PPL adalah tenaga kontrak 
  Memfungsikan kembali BKP2 sebagai Badan 
 Melakukan pendidikan, pelatihan dan pembinaan kepada 
penyuluh yang bertugas membantu tugas Dinas teknis.  
para petani. 
 Dengan SC melakukan pendampingan & diklat melalui SL 
PIHAK YANG TERLIBAT SAAT INI  PERAN SAAT INI  PERAN YANG DIHARAPKAN 
(Sekolah Lapang)

 Pelibatan SKPD terkait dalam hal pelaksanaan 
NGO/LSM :   Berperan dalam peningkatan produktivitas kakao, on 
programnya. 
farmoff farm 
 Swisscontact   Koordinasi Program antar NGO dan Pemerintah 
 Peningkatan kapasitas petani melalui Sekolah Lapang (SL). 
 WVI  Daerah. 
 Peningkatan kualitas hidup petani, pendidikan dan 
 Caritas 
kesehatan. 
 YPMF 
 Mengupayakan pemasaran komoditi kakao. 
 Plan 
 Pembentukan petani modern. 
 
 Petani tidak terus berharap pada program bantuan 
Petani / Kelompok Tani   Melakukan kegiatan budi daya dan pasca panen  
dari pemerintah/Pemda. 
 Petani belum terlalu termotivasi untuk mengikuti kegiatan 
 Kapasitas dan pengetahuan petai meningkat sehingga 
Diklat (belum maksimal) 
termotivasi untuk merawat kebunnya sendiri. 
 Petani termotivasi untuk melakukan pemasaran 
bersama. 
 Menambah jumlah master training guna 
Master training   Melakukan pelatihan, pembinaan dan pendampingan 
mengoptimalkan kegiatan pemberdayaan kepada 
kepada petani terkait budidaya, produksi, pasca panen, dan 
petani. 
pemasaran. 
 Kegiatan pelatihan dan pembinaan terhadap petani 
diupayakan untuk lebih intensif dan berkelanjutan.  
 Pemda perlu mengupayakan pelatihan yang lebih 
Petani andalan (Key farmers)   Melakukan pembinaan dan pendampingan kepada petani 
banyak lagi kepada petani andalan sehingga dapat 
terkait budidaya, produksi, pasca panen, dan pemasaran. 
membantu Pemda dalam peningkatan kapasitas 
petani dan pendampingan kepada petani. 
 Pembinaan dan pendampingan secara intensif oleh 
petani andalan guna peningkatan mutu kakao dan 
selalu memberikan motivasi kepada petani untuk 
selalu merawat kebunnya.  
 Local trader memberikan harga yang sesuai dengan 
Local trader (Pedagang Desa, Kecamatan)   Saat ini pedagang pengumpul langsung ke rumah‐rumah 
harga pasar dan kualitas. 
petani untuk membeli biji kakao basah atau setengah kering 
 Local trader memberikan informasi harga pasar yang 
PIHAK YANG TERLIBAT SAAT INI  PERAN SAAT INI  PERAN YANG DIHARAPKAN 
dari para petani. benar kepada petani.
 Pedagang pengumpul melakukan pengeringan biji kakao   Peningkatan kapasitas pengetahuan local trader akan 
kembali, dan umumnya pengeringan biji kakao dilakukan  kualitas kakao yang baik. 
selama selama sekitar 3‐4 hari. 
 Pedagang pengumpul menjual kakao ke pengepul 
kecamatan atau ke pedagang Kabupaten. 
 Memberikan harga yang baik sesuai kualitas. 
Pedagang Kabupaten (­/+ 20 pelaku)   Menerima hasil kakao dari local trader,  
 Peningkatan kapasitas pengetahuan local trader dan 
 Pedagang Kabupaten kadang memberikan bantuan modal 
petani akan kualitas kakao yang baik. 
kepada local trader untuk membeli kakao langsung dari 
 Melakukan pembinaan kepada petani akan budidaya 
petani. 
tanaman dan pemasaran.   
 Pedagang Kabupaten menjual kembali kakaonya ke 
pedagang besar di Makassar atau Surabaya (PT. Mars & 
Comextra Majora). 
 Melakukan pelatihan secara intensif kepada para local 
PT. Mars,  Comextra Majora, PT. Bumi   Melatih MT dan melakukan pendampingan kepada MT dan 
trader terkait kualitas kakao yang sesui standar 
Tangerang  KF pada saat implementasi SL, termasuk mentransfer 
kualitas yang dipesyaratkan oleh pasar. 
pengetahuan tentang kualitas 
 Informasi harga dan Pembelian 
 Bekerjasama dengan lembaga sertifikasi melakukan 
sosialisasi “ Cocoa Sustainability Cerification“ kepada semua 
stakeholder. 
 Mengadakan program pemasaran bersama 
Unit Pengolahan Hasil (UPH) Kelompok   Menampung hasil kakao dari petani/anggota poktan dengan 
Tani   Mendorong petani untuk menjual kakaonya di UPH, 
harga sesuai kualitas dan volumepetani memiliki harga 
misal dengan mengusahakan kembali dana buliran 
tawar yang lebih baik (tester 7 Rp 17‐18rb). 
(kerjasama dengan lembaga keuangan/pemda). 
 Memberikan pendidikan kepada petani tentang kualitas 
kakao yang baik untuk dijual.  
 Melakukan fermentasi maupun pengeringan biji kakao 
kembali. 
 Menjual biji kakao kering kepada Comextra (minimal 1 ton). 
 Pemda diharapkan dapat mengupayakan beberapa 
Toko Dirgahayu   Supply alat‐alat pertanian dan pupukLebih banyak untuk 
toko lain sehingga dari sisi jarak dapat memudahkan 
tanaman pangan. 
petani dan dari sisi harga lebih bersaing. 
 Toko dirgahayu dapat berperan lebih jauh dalam 
menampung hasil‐hasil pertanian dari petani sehingga 
PIHAK YANG TERLIBAT SAAT INI  PERAN SAAT INI  PERAN YANG DIHARAPKAN 
dapat membantu petani dalam segi pemasaran. 

 berjalan sesuai mekanisme pasar. 
Perusahaan Ekspedisi    Melakukan pengiriman barang komoditi antar pulau 
  
(Makassar dan Surabaya). 
 
 
Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah
Regional Autonomy Watch

Gd. Permata Kuningan Lt.10


Jl. Kuningan Mulia Kav. 9C
Guntur Setiabudi, Jakarta Selatan 12980
Phone: +62 21 8378 0642/53, Fax.: +62 21 8378 0643

Anda mungkin juga menyukai