Anda di halaman 1dari 23

INVENTARISASI ZAT BIOAKTIF DARI KULTUR KALUS DARI AKAR

DAN TANGKAI BUNGA HANJELI (Coix lacryma-jobi)

PROPOSAL SKRIPSI
diajukan sebagai syarat untuk memenuhi seminar sidang proposal

Disusun oleh :
NOFIYA MASNA AINUN
NIM. 1500122

PROGRAM STUDI BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Negara Indonesia merupakan Negara agraris karena sebagian besar


penduduk Indonesia mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian.
Sebagai Negara agraris, Indonesia memiliki kekayaan yang sangat melimpah
dan letaknya yang sangat strategis. Indonesia merupakan Negara urutan ke 4
dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Menurut Fauzi (2009),
penduduk Negara Indonesia lebih dari 250 juta jiwa mengkonsumsi beras
sebagai makanan pokok. Pada tahun 2018 Pemerintah melalui Kementerian
Perdagangan (Kemendag) telah mengimpor beras sebanyak 500.000 ton yang
akan diimpor dari Vietnam dan Thailand. Kebijakan impor beras dilakukan
untuk menambah stok beras yang akhir-akhir ini mengalami penurunan. Oleh
karena itu, diperlukan mencari alternatif lain pengganti makanan pokok selain
beras karena Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam
mengembangkan sumber makanan pokok alternatif seperti hanjeli, ubi,
singkong, kentang, dsb yang juga mengandung karbohidrat dan belum banyak
diketahui oleh masyarakat Indonesia.

Hanjeli (Coix lacryma) merupakan tanaman yang berupa biji-bijian


termasuk ke dalam famili Poaceae yang dapat dijadikan sebagai sumber
karbohidrat dan obat. Hanjeli memiliki potensi yang sangat luar biasa dan
memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan di masyarakat karena
hanjeli mengandung protein dan kalsium yang lebih tinggi dibandingkan biji-
bijian tanaman pangan lainnya. Menurut Kurniawan (2014), dalam tradisi
pengobatan di Tiongkok hanjeli memiliki khasiat seperti peluruh air seni dan
antitumor. Sumber zat aktif obat diperoleh baik dari biji maupun dari ekstrak
akarnya. Zat bioaktif dalam hanjeli disebut coixenolide. Tanaman hanjeli juga
mengandung senyawa coixol, coicin, fenolik, asam amino, leusin, tirosin,
lysine, arginin, asam glutamat, dan histidin.
Tanaman hanjeli (Coix lacryma) saat ini masih dibudidayakan secara
konvensional oleh para petani sehingga masyarakat masih awam terhadap
tanaman tersebut. Tanaman hanjeli (Coix lacryma) termasuk tanaman langka
dikarenakan hanya dapat ditemukan di beberapa tempat saja seperti di Jawa
Barat hanya terdapat di daerah Punclut Kabupaten Bandung, Kiarapayung,
Tanjungsari Sumedang, Garut, Ciamis, dan Indramayu.

Dalam upaya memperbanyak tanaman hanjeli (Coix lacryma), maka kultur


in vitro digunakan sebagai teknologi pilihan yang tepat. Kultur in vitro
merupakan salah satu metode yang lebih efektif dan efisien karena perubahan
lebih terarah kepada sifat yang diinginkan. Regenerasi tanaman dengan
menggunakan teknik kultur in vitro ini dapat dilakukan melalui jalur
organogenesis (melalui pembentukan organ langsung dari eksplan) dan
embriogenesis somatik (melalui pembentukan embrio somatik). Perbanyakan
tanaman dengan menggunakan teknik kultur in vitro tanaman hanjeli melalui
jalur organogenesis merujuk pada proses yang menginduksi pembentukan
jaringan, sel, atau kalus menjadi tunas dan tanaman sempurna.

Pada teknik kultur in vitro tersebut, maka diperlukan suatu media kultur.
Menurut Yusnita (2003) media kultur merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan perbanyakan tanaman secara kultur jaringan. Berbagai
komposisi media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan.

Zat pengatur tumbuh tanaman berperan penting dalam mengontrol proses


biologi dalam jaringan tanaman (Davies, 1995; Gaba, 2005). Penambahan
auksin atau sitokinin ke dalam media kultur dapat meningkatkan konsentrasi
zat pengatur tumbuh yang berasal dari dalam sel, sehingga menjadi faktor
pemicu dalam proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan (Poonsapaya
et al., 1989).

Eksplan yang ditanaman juga mempengaruhi hasil kultur in vitro suatu


tanaman. Menurut Gunawan (1992), eksplan yang ditanam dalam media yang
sesuai dapat beregenerasi melalui proses organogenesis. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan eksplan yang tepat adalah pemilihan
bagian tanaman sebagai sumber eksplan sebelum dikulturkan. Umur fisiologis
eksplan yang lebih muda umumnya akan lebih responsif terhadap rangsangan
pembentukan kalus (Smith, 2013). Dalam penelitian ini bertujuan untuk
menginventarisasi senyawa bioaktif dari kultur kalus akar dan tangkai bunga
hanjeli (Coix lacryma-jobi).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana kandungan zat bioaktif pada kultur kalus dari akar dan tangkai
bunga Hanjeli (Coix lacryma-jobi)?

1.3 Pertanyaan Penelitian


1. Pada konsentrasi zpt 2,4 dan kinetin berapa yang optimal bagi induksi
kalus dari eksplan akar dan tangkai bunga tanaman hanjeli (Coix
lacryma-jobi)
2. Bagaimana perbedaan kandungan zat bioaktif dari kultur akar dan
tangkai tanaman Hanjeli (Coix lacryma-jobi)?
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis kandungan zat bioaktif pada kultur kalus dari akar
dan tangkai bunga Hanjeli (Coix lacryma-jobi).
2. Untuk mengetahui konsentrasi zpt 2,4-D dan kinetin yang optimal bagi
induksi kalus dari eksplan akar dan tangkai bunga tanaman hanjeli
(Coix lacryma-jobi).
3. Untuk menganalisis perbedaan zat bioaktif dari kultur kalus akar dan
tangkai tanaman hanjeli (Coix lacryma).
1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis
a. Untuk menambah referensi dalam penelitian tentang kultur in vitro
tanaman Hanjeli (Coix lacryma).
b. Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam penelitian
tentang kandungan zat bioaktif yang ada dalam tanaman Hanjeli
(Coix lacryma).
2. Manfaat Praktis

Zat bioaktif yang didapat diharapkan dapat dikembangkan dalam


bidang kesehatan dalam berbagai penyakit seperti untuk menghambat
tumor, mencegah kanker, dan melindungi dari infeksi virus.

1.6 Asumsi
1. Teknik kultur in vitro merupakan teknik yang sangat menjanjikan untuk
perbanyakan tanaman. Dengan teknik ini dapat diperoleh bibit tanaman
yang banyak dalam waktu singkat (Pramanik dan Rachmawati, 2010).
Kultur in vitro biasanya dilakukan pada jaringan tumbuhan, hal tersebut
dikarenakan tumbuhan memiliki sifat totipotensi yang lebih tinggi
daripada hewan. Menurut Hartman, et al (1990) totipotensi merupakan
suatu konsep yang menyatakan bahwa setiap sel hidup memiliki potensi
genetik untuk menghasilkan organisme lengkap.

2. Ada beberapa metode yang dapat ditempuh dalam regenerasi in vitro


yaitu melalui induksi organogenesis dan induksi embrio somatik.
Organogenesis adalah regenerasi yang berasal dari organ atau jaringan
tanpa terlebih dahulu membentuk embrio somatik, cara ini dapat
dikerjakan melalui multiplikasi tunas dari mata tunasaksilar dan melalui
pembentukan tunas adventif baik secara langsung ataupun tidak
langsung (Gunawan, 1987).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Hanjeli (Coix lacryma-jobi)


1. Hanjeli (Coix lacryma-jobi)

Hanjeli (Coix lacyma–jobi L.) merupakan sejenis tumbuhan


biji-bijian tropis dari suku padi-padian atau Poaceae yang dapat
dimakan (edible grains). Tanaman ini berasal dari Asia Timur dan
Malaya, namun sekarang telah tersebar ke berbagai penjuru dunia
(Kurniawan, 2014). Genus Coix L. (rumpun Maydeae of Poceae)
terdiri dari 9 spesies yang dibedakan dengan kriteria morfologi dan
kromosom. Salah satu spesies yang telah dikenal adalah Coix
lacryma-jobi atau hanjeli.

Secara botanis, Hanjeli diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Coix

Spesies : Coix lacryma-jobi


Gambar 1. Tanaman Hanjeli

(Lampinen, 2015)

Hanjeli memiliki nama yang bermacam-macam seperti Job’s tear,


Adlay, Mayuen, Gandum mutiara china (Chinese pearl barley), dan
Hatomugi (Chaisiricharoenkul et al., 2011). Di Indonesia, Coix
lacryma-jobi dikenal dengan berbagai sebutan antara lain Hanjeli,
Hajeli, Jelai, Jali, Japen, Jaten (Heyne, 1987).

Ada dua varietas yang ditanam orang, yaitu Coix lacryma-jobi var.
Coix lacryma-jobi yang memiliki cangkang keras berwarna putih,
bentuk oval dan dipakai untuk manik-manik. Varietas yang lainnya
adalah Coix lacryma-jobi var. mayuen yang dimakan orang dan juga
menjadi bagian dari tradisi pengobatan di Tiongkok (Kurniawan,
2014).

2. Morfologi Hanjeli (Coix lacryma-jobi)

Hanjeli merupakan rumpun setahun, rumpunnya banyak,


batangnya tegak dan besar, tinggi 1-3 m, akarnya kasar dan sulit
dicabut. batang besar padat terisi empulur dan bercabang. Daun
tunggal besar, letak daunnya berseling, helaian daun berbentuk pita,
ukuran daun 8-100 x 1,5 cm, ujung daun runcing, pangkalnya
memeluk batang, tepinya rata, permukaan kasar, ibu tulang daun
menonjol di punggung daun. Memiliki bunga majemuk, bunga keluar
dari ketiak dan ujung percabangan (Hidayat, 2013).

3. Penyebaran Hanjeli (Coix lacryma-jobi)

Habitat tanaman hanjeli yaitu daerah tropis kering dengan suhu


sekitar 25-35 °C, tetapi hanjeli memiliki kemampuan adaptasi yang
baik sehingga toleran terhadap suhu dingin, tanah asam maupun basa
(Rahmawati, 2013). Tanaman hanjeli dapat tumbuh di daerah dengan
ketinggian 2000 m dpl dan tersebar hampir diseluruh wilayah
Indonesia. Penyebaran di pulau Jawa, Hanjeli sering ditemukan
tumbuh liar di daerah lahan basah, rawa, daerah payau atau ditepi
sungai.

2.2 Zat Bioaktif Hanjeli (Coix lacryma-jobi)

Beberapa komponen bioaktif pada hanjeli terutama coixenolide


dapat menghambat tumor, mencegah kanker, dan melindungi dari
infeksi virus serta mengandung fenolik untuk antioksidan,
antimikroba, dan (Huang dan Chiang, 2005). Hanjeli telah banyak
digunakan pada pengobatan tradisional China karena mengandung
anodin, anti-inflamasi, antipiretik, antiseptik, antispasmodik,
hipoglikemik, hipotensif, sedatif, dan vermifuge (Plants For A Future,
2000).

2.3 Kultur In vitro

Teknik kultur in vitro adalah metode penanaman bagian tanaman


(protoplas, sel, jaringan, atau organ) secara aseptis dan ditumbuhkan
dalam botol sehingga membentuk tanaman yang sempurna atau
menghasilkan produk metabolit tertentu (BB Biogen, 2014). Konsep
yang mendasari kultur jaringan adalah Totipotensi (Wetherell, 1982)
dan plastisitas tanaman. Totipotensi merupakan kemampuan sel secara
genetic untuk membentuk tanaman lengkap bila berada dalam
lingkungan yang sesuai, karena berada dalam masing-masing sel
tumbuhan mengandung informasi genetik yang lengkap (Wetherell,
1982. Sedangkan, plastisitas tanaman adalah kemampuan tanaman
untuk mengadaptasikan sistem metabolisme, pertumbuhan dan
perkembangannya agar sesuai dengan lingkungan tempat tumbuhnya.

Menurut Wattimena et al. (1992), faktor-faktor yang


mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis tanaman dibagi ke
dalam empat golongan utama : (1) Genotipe dari sumber bahan
tanaman yang digunakan, (2) Media, yang mencakup komponen
penyusun media dan penggunaan zat pengatur tumbuh, (3)
Lingkungan tumbuh tanaman yaitu lingkungan fisik lingkungan
tempat kultur ditumbuhkan, (4) Fisiologi jaringan eksplan.

2.4 Zat Pengatur Tumbuh

Zat pengatur tumbuh berperan untuk mengatur kecepatan


pertumbuhan dari masing-masing jaringan dan mengintegrasikan
bagian-bagian tersebut guna menghasilkan bentuk yang kita kenal
sebagai tanaman (Pardal, 2012). Dalam proses pembentukan organ
seperti tunas atau akar ada interaksi antara zat pengatur tumbuh
eksogen yang ditambahkan ke dalam media dengan zat pengatur
tumbuh endogen yang diproduksi oleh jaringan tanaman
(Gunawan, 1987). Dalam kultur jaringan, zat pengatur tumbuh
golongan auksin dan sitokinin pada umumnya digunakan secara
kombinasi. Skoog dan beberapa kawannya menemukan bahwa bila
konsentrasi sitokinin lebih tinggi daripada auksin akan tumbuh sel
meristem pada kalus, kemudian berkembang menjadi kuncup, batang
dan daun. Tetapi bila konsentrasi sitokinin diperkecil akan memacu
pembentukan akar. Dengan memilih konsentrasi yang tepat akan
diperoleh tumbuhan baru yang utuh (Salisbury, 1995).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan yaitu penelitian deskriptif dengan


menggunakan metode observasi yaitu untuk mengetahui zat bioaktif pada
kultur kalus akar dan tangkai bunga hanjeli (Coix lacryma-jobi).

3.2 Populasi Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah akar dan tangkai bunga hanjeli
(Coix lacryma-jobi) yang berasal dari kebun Botani FPMIPA Universitas
Pendidikan Indonesia. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah
kalus akar dan tangkai bunga hanjeli (Coix lacryma-jobi) yang ditanam
pada medium MS.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Botani


FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian mulai dilaksanakan
pada bulan Oktober 2018.

3.4 Alat dan Bahan

Berdasarkan metodologi penelitian diatas, maka dalam melakukan


penelitian ini dibutuhkan alat dan bahan sebagai berikut:

1. Alat

Tabel 1. Alat

No Nama Alat Jumlah

1 Kaki tiga 3 buah


2 Gelas piala 12 buah

3 Batang pengaduk 2 buah

4 Spatula 5 buah

5 Pipet tetes 2 buah

6 Makropipet 2 buah

7 Mikropipet 1 buah

8 Tips Secukupnya

9 Timbangan digital 1 buah

10 Label 1 pack

11 Pensil 1 buah

12 Keranjang 3 buah

13 Aluminium foil 15 pack

14 Cawan Petri 10 pasang

15 Autoklaf 1 unit

16 pH meter portable 1 unit

17 Statif 1 buah

18 Steril blade 50 buah

19 Pinset 10 buah

20 Scalpel 10 buah

21 Botol kultur 100 buah

22 Bunsen 4 buah

23 Korek api 4 pack

24 Laminar air flow 1 unit

25 Botol larutan stok 20 buah


26 Erlenmeyer 3 buah

27 Plastik tahan panas 5 pack

28 Kertas HVS bekas Secukupnya

29 Gelas ukur 11 buah

30 Corong 2 buah

31 Wrapping 5 pack

32 Tissue gulung 2 pack

33 Botol semprot 3 buah

34 Gloves 20 pasang

35 Masker 10 buah

36 Hot plate with magnetic 1 unit


stirrer

37 Oven 1 unit

38 Kertas saring 40 lembar

39 Ultrasonic cleaner 1 unit

40 Botol akuades 4 buah

41 Respicorating water bath 1 unit

42 Shaker 1 unit

43 Penggaris 1 buah

44 Kamera 1 unit

45 Kulkas 1 unit

2. Bahan

Tabel 2. Bahan

No Nama Bahan Jumlah


1 Akar Coix lacryma-jobi Secukupnya

2 Tangkai Coix lacryma- Secukupnya


jobi

3 ZPT 2,4-D 0,02 g

4 ZPT kinetin 0,02 g

5 Agar 120 g

6 Sukrosa 450 g

7 Akuades 100 L

8 ddH20 3L

9 Alkohol 95% 10 L

10 Alkohol 70% 1L

11 HCl 1 N 100 ml

12 NaOH 1 N 100 ml

13 Desinfektan 5L

14 Detergen 250 g

15 Spirtus 10 L

16 Fungisida 10 g

17 Bakterisida 10 g

18 Betadine 25 ml

19 Formalin 5% 25 ml

20 Na2SO4 0,4 gr

3.5 Prosedur Penelitian


1. Penanaman Biji Hanjeli di Kebun Botani Universitas Pendidikan
Indonesia
Biji hanjeli (Coix lacryma-jobi) didapatkan dari Fakultas Pertanian
Universitas Padjajaran Jatinangor. Sebelum ditanam, biji hanjeli
disemai terlebih dahulu dengan cara direndam di air selama semalam
agar terjadi proses imbibisi pada biji. Biji hanjeli diangkat dari air, lalu
diletakkan di atas kapas basah. Setelah biji tumbuh menjadi kecambah,
lalu ditanam di lahan kebun Botani FPMIPA Universitas Pendidikan
Indonesia.

2. Persiapan dan Pembuatan Medium MS (Murashige & Skoog)

Bahan-bahan disiapkan terlebih dahulu, lalu dilakukan pembuatan


medium. Pertama dibuat larutan stok, larutan stok tersebut terdiri dari
makronutrien, mikronutrien, vitamin serta zat pengatur tumbuh. Larutan
stok dibuat bertujuan untuk mempermudah dalam penimbangan karena
biasanya larutan yang digunakan dalam setiap komposisi medium
sangat sedikit. Larutan tersebut selanjutnya di simpan dalam wadah
botol gelap, lalu ditutup rapat menggunakan plastik, karet dan
aluminium foil. Larutan stok disimpan dalam kulkas.

Medium yang digunakan dalam penelitian ini adalah Murashige &


Skoog (MS) dengan penambahan zat pengatur tumbuh 2,4 – D dan
kinetin. Pembuatan medium MS sebanyak 1 L, hal pertama yang
dilakukan yaitu alat-alat yang akan digunakan disiapkan terlebih
dahulu. Larutan stok dimasukkan ke dalam 800 ml akuades, Sukrosa
sebanyak 160 g dicampurkan ke dalam larutan tersebut, lalu
ditambahkan sehingga volume larutan mencapai 1 L. Kemudian diukur
pH medium hingga mencapai 5,7-5,8 menggunakan pH meter, apabila
terlalu asam dapat ditambahkan NaOH 1 N atau apabila terlalu basa
dapat ditambahkan HCl 1 N. Larutan lalu dibagi ke dalam beberapa
gelas piala yang volumenya 100 ml untuk ditambahkan zat pengatur
tumbuh dan agar-agar sebanyak 8 g. Larutan dipanaskan diatas di atas
labu spirtus dengan sesekali diaduk sampai bahan-bahan semuanya
terlarut yang ditandai dengan larutan berubah warna menjadi bening.
Larutan medium dituang ke dalam botol kultur sebanyak 10 ml untuk
tiap botolnya. Botol kultur di tutup dengan aluminium foil, lalu botol
kultur diberi label. Selanjutnya aluminium foil ditutup rapat
menggunakan plastik dan diikat menggunakan karet.

3. Sterilisasi Medium dan Alat dengan Autoklaf

Alat-alat dan medium yang akan digunakan dalam proses


penanaman disterilkan menggunakan autoklaf dengan tekanan 1,5 atm
dalam suhu 121oC selama 15 menit. Setelah proses sterilisasi selesai,
alat-alat dan medium dimasukkan ke dalam Laminar Air Flow dan
disterilisasi menggunakan sinar UV selama 45-60 menit.

4. Sterilisasi Laminar Air Flow

Sebelum dilakukan penanaman di Laminar Air Flow, maka


Laminar Air Flow disterilisasi terlebih dahulu dengan cara dibersihkan
menggunakan alkohol 70% dan dialiri udara selama 30 menit.

5. Persiapan Eksplan

Eksplan yang digunakan berasal akar dan pucuk bunga hanjeli


(Coix lacryma-jobi). Sumber eksplan berasal dari kebun Botani
FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Potongan eksplan akar dan
tangkai hanjeli (Coix lacryma-jobi) pada medium MS dengan
penambahan zat pengatur tumbuh. Proses penanaman dilakukan di
Laminar Air Flow steril.

6. Sterilisasi Eksplan
Sebelum dilakukan penanaman di atas medium, eksplan terlebih
dahulu di sterilisasi. Sterilisasi eksplan dibagi menjadi 2 tahap. Tahap
pertama, sterilisasi dilakukan di luar Laminar Air Flow. Tahap pertama
yaitu melakukan proses sterilisasi di luar laminar. Akar atau tangkai
bunga hanjeli (Coix lacryma-jobi) dipotong menjadi 2 cm
menggunakan steril blade dan dimasukan ke dalam cawan petri. Tahap
selanjutnya akar atau tangkai dibersihkan menggunakan sikat gigi yang
berukuran kecil pada air mengalir sampai bersih. Eksplan akar atau
tangkai yang sudah dipotong lalu dicuci menggunakan air mengalir
selama 15 menit. Setelah itu eksplan akar atau tangkai direndam
didalam larutan detergen 2,5% selama 15 menit. Kemudian dibilas
menggunakan air mengalir sampai busa-busa dari detergen tersebut
menghilang. Selanjutnya, eksplan batang direndam didalam Fungisida
Benstar dan Bakterisida Agrep 2% masing-masing direndam selama
selama 30 menit. Selanjutnya, akar atau tangkai dibilas menggunakan
air mengalir untuk menghilangkan senyawa fungisida dan bakterisida
yang masih menempel pada eksplan.
Tahap kedua, dilakukan sterilisasi di dalam Laminar Air Flow.
Eksplan akar atau tangkai yang telah di sterilisasi di luar laminar
disemprot menggunakan alkohol 70%, lalu dimasukkan kedalam
Laminar Air Flow yang telah di sinari oleh UV (Ultra Violet) selama
satu jam. Selanjutnya, eksplan akar atau tangkai dimasukkan ke dalam
tabung erlenmeyer berukuran 250 ml yang sudah di sterilisasi.
Kemudian eksplan akar atau tangkai diberi alkohol 70 % dan direndam
selama 5 menit. Lalu diberi bayclin dengan konsentrasi 50%, 25%, 10%
masing – masing selama 10 menit. Selanjutnya, eksplan akar atau
tangkai dibilas menggunakan aquades sebanyak 3x masing-masing
selama 10 menit.
7. Penanaman Eksplan

Penanaman dilakukan di dalam Lamianar Air Flow. Akar atau


tangkai bunga hanjeli (Coix lacryma-jobi) dipotong dengan ukuran 1
cm, lalu ditanam ke dalam botol kultur yang berisi medium steril.
Sebelum dimasukkan ke dalam botol kultur, eksplan dilukai terlebih
dahulu di bagian yang akan diletakkan di atas medium MS. Eksplan
yang akan ditanam berjumlah 2-3 eksplan. Botol kultur ditutup rapat
dengan Aluminium foil, lalu disimpan di atas rak kultur. Eksplan yang
ditan am setiap hari diamati pertumbuhan kalusnya.

8. Ekstraksi Kalus

Pada penelitian ini ekstraksi kalus menggunakan satu jenis pelarut


dan menggunakan metode maserasi. Kalus pada medium MS yang
sudah berumur 6 minggu ditimbang berat basahnya, lalu dikeringkan
menggunakan oven dengan suhu 40-45oC selama 3x24 jam.

Tahapan berikutnya yakni penggerusan pada kalus yang telah


dikeringkan untuk menghaluskan kalus tersebut menjadi partikel-
partikel, lalu dilanjutkan ke tahap maserasi. Pelarut yang digunakan
adalah etanol. Sampel yang telah dihaluskan diambil 100 g sampel
kering yang dilarutkan pada 100 ml etanol 95%, kemudian ekstrak yang
dikumpulkan lalu diuapkan. Proses ini dilakukan pengulangan selama 3
kali dan hasil ekstrak digabungkan. Setelah ekstrak terkonsentrasi dan
berat ekstrak telah diukur, maka tahapan selanjutnya yakni dilakukan
analisis senyawa.

9. Analisis Senyawa Bioaktif Coix lacryma-jobi

Pengujian senyawa fenolik menggunakan pereaksi 3% FeCl3 dalam


aquades (Sangi et al., 2008). Uji fenolik dilakukan menggunakan
tabung reaksi, sampel yang telah dilarutkan dalam 100 ml etanol 95%,
lalu pereaksi FeCl3 dimasukkan sebanyak 3 tetes hingga terjadi
perubahan warna. Apabila terdapat perubahan yang ditandai dengan
warna biru kehitaman atau hijau kehitaman, maka dikatakan Coix
lacryma-jobi terdapat senyawa fenolik.
Jadwal Kegiatan

Tabel 3. Jadwal Kegiatan Penelitian

No Uraian Kegiatan Waktu


. Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6
(September) (Oktober) (November) (Desember) (Januari) (Februari)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Studi literatur
2. Pembuatan
proposal
3. Penanaman
tanaman hanjeli
4. Persiapan alat dan
bahan dan
pembuatan
medium
5. Persiapan eksplan
dan penanaman
eksplan
6. Induksi kalus dan
pengamatan
pertumbuhan
kalus
8. Ekstraksi kalus
9. Analisis senyawa
bioaktif Coix
lacrya-jobi
Alur Penelitian

Pembuatan Proposal Penelitian

Penanaman Tanaman Hanjeli

Tahap Persiapan

Alat dan Bahan Medium

Sterilisasi Alat, Bahan dan


Medium

Persiapan Eksplan

Sterilisasi Eksplan

Penanaman Eksplan

Ekstraksi Kalus

Analisis Senyawa Bioaktif


Coix lacryma-jobi

Bagan 1. Alur Penelitian


Rancangan Anggaran

Tabel 4. Rancangan Anggaran Alat

No Nama Alat Jumlah Harga


1 Label 1 pack 8.000,-
2 Kertas saring 40 lembar 60.000,-
3 Gloves 1 pack 50.000,-
4 Tissue gulung 2 pack 20.000,-
5 Masker 1 pack 25.000
6 Wrapping 5 pack 80.000,-
7 Corong 2 buah 10.000,-
8 Aluminium foil 15 pack 225.000,-
9 Plastik tahan panas 5 pack 45.000,-
10 Gelas ukur 11 buah 1.640.000,-
11 Erlenmeyer 3 buah 270.000,-
12 Korek api 4 buah 2.000,-
13 Steril blade 1 pack 80.000,-
14 Scalpel 10 buah 28.000
15 Pinset 10 buah 270.000,-
16 Pipet tetes 10 buah 20.000
17 Tips 1 pack 100.000,-
18 Keranjang 3 buah 21.000,-
Tabel 5. Rancangan Anggaran Bahan

No Nama Bahan Jumlah Harga


1 ZPT 2,4 – D 2g 100.000,-
2 ZPT Kinetin 2g 400.000,-
3 Agar 500 g 465.000,;
4 Sukrosa 500 g 8.000,-
5 Akuades 1L 20.000,-
6 ddH2O 3L 72.000,-
7 Alkohol 95% 10 L 500.000
8 Alkohol 70% 1L 100.000
9 NaOH 1 N 100 ml 28.000,-
10 HCl 1 N 100 ml 30.000,-
11 Desinfektan 5L 75.000,-
12 Detergen 1 Kg 17.000,-
13 Fungisida 100 g 20.000
14 Bakterisida 100 g 150.000,-
15 Spirtus 10 L 100.000,-
16 Betadine 60 ml 70.000,-
17 Formalin 37% 50 ml 250.000,-
18 Na2SO4 1 Kg 8.000,-
DAFTAR PUSTAKA

Chaisiricharoenkul, Worapaka Manosroi, Aranya Manosroi. 2011. In vitro


anti-cancer activities of Job’s tears (Coix lachryma-jobi Linn.) extracts
on human colon adenocarcinoma. Saudi Journal of Biological Sciences.
Pages 248-256

BB Biogen. 2014. Dasar-dasar Teknik Kultur Jaringan. [Online]. Tersedia:


http://biogen.litbang.pertanian.go.id/2014/07/ringkasan-kuliah-prof-r-dr-
ika-mariska-s-1-dasar-dasar-teknik-kultur-jaringan-tanaman/ (diakses
pada 26 September 2018)

Fauzi, Achmad. 2018. Begini Perjalanan Impor Beras Indonesia Sejak Tahun
2000 hingga 2018. [Online]. Tersedia:
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/01/16/161052826/begini-
perjalanan-impor-beras-indonesia-sejak-tahun-2000-hingga-2018
(diakses pada 9 September 2018)

Gunawan, L. W. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Bogor: Pusat Antar


Universitas IPB.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan berguna Indonesia II. Jakarta: Badan Litbang


Kehutanan.

Huang BW, Chiang MT, Yao HT. 2005. The Effect Of Adlay Oil On Plasma
Lipids, Insulin And Leptin In Rat. Phytomedicine 12 (6-7): 433- 439

Kurniawan, Hakim. 2014. Hanjeli dan Potensinya sebagai Bahan Pangan.


[Online]. Tersedia: http://biogen.litbang.pertanian.go.id/2014/10/hanjeli-
dan-potensinya-sebagai-bahan-pangan/ (diakses pada 9 September 2018)

Pardal, S.J. 2012. Regenerasi Tanaman secara In vitro Faktor-faktor yang


Mempengaruhi. Bogor: BB Biogen Kementan.

Plant for a Future. 2000. Coix lacryma-jobi L. Plant for a Future: Data Base
Search Result.
Rahmawati, A. 2013. Skripsi. Respons Beberapa Genotipe Sorgum (Sorghum
bicolor (L.) Moench) Terhadap Sistem Tumpang Sari Ubi Kayu
(Manihot esculenta Crantz). Fakultas Pertanian. Lampung: Universitas
Lampung.

Salisbury, J.W. dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.

Wattimena, Armini, A.N. M dan L.W. Gunawan,. 1992. Perbanyakan


Tanaman Bioteknologi Tanaman Laboratorium Kultur Jaringan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Antar Universitas
Bioteknologi: Institut Pertanian Bogor.

Wetherel. D. F. 1982. Pengantar Propagasi Tanaman secara In vitro.


Semarang: IKIP Semarang.

Yusnita. 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara


Efisien. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai