Wrap Up Skenario 1 KEDKEL A9
Wrap Up Skenario 1 KEDKEL A9
SKENARIO 1
BLOK KEDOKTERAN KELUARGA
KELOMPOK A9
Oleh:
Ketua : Farah Eryanda (1102011097)
Sekertaris : Fadhillah Syafitri S (1102011091)
Anggota :
Choirul Akbar (1102010056)
Dewi Nadila (1102010070)
Faisal Abdul Razak (1102011093)
Fakhri Wicaksono (1102011095)
Faradiba Febriani (1102011096)
M. Yudha (1102011149)
M. Agsar Andriawan (1102011150)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2014/2015
SKENARIO
Dokter Bagus
2
Kata Sulit
1. Dokter Keluarga : yaitu dokter praktik umum yang menjalankan pelayanan primer
yang komprehensif, kontinyu, mengutamakan pencegahan serta mempertimbangkan
keluarga, komunitas dan lingkungan.
Pertanyaan
Jawab
3
Terapi Penyuluhan dan Pencegahan
5. Mengunjungi rumah-rumah yang berisiko bisa menyebarkan penyakit menular.
Seperti salah anggota keluarga ada yang memiliki riwayat penyakit TB maka kita lihat
bagaimana ventilasi rumah, dll.
6. Memberikan penyuluhan, pembinaan dengan melihat empat aspek yaitu preventif,
promotif, kuratif, rehabilitatif.
7. Mengobati sesuai dengan kompetensi dan sesuai dengan five star doctor.
8. a. Penyuluhan : yaitu memberikan informasi yang sudah kita ketahui kepada
masyarakat yang membutuhkan.
b. pembinaan : yaitu suatu kegiatan yang dilakukan dengan mengawasi masyarakat
yang telah diberikan informasi.
9. Prinsip : memberikan pelayanan secara komprehensif dan holistik
Standar :
- Keterampilan komunikasi yang efektif
- Keterampilan klinik dasar
- Keterampilan untuk menerapkan ilmu biomedik klinik dan perilaku
- Keterampilan dalam memecahkan masalah
Hipotesis
Menjalani profesi dokter keluarga sesuai dengan prinsip dan standar dokter keluarga, yaitu:
4
Sasaran Belajar
5
1. Memahami dan Menjelaskan Dokter Keluarga
1.1 Definisi Dokter Keluarga
Definisi kedokteran keluarga (PB IDI 1983) adalah ilmu kedokteran yang
mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya untuk memberikan
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh
kepada kesatuan individu, keluarga, masyarakat dengan memperhatikan faktor-
faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya. Pelayanan kesehatan tingkat
pertama dikenal sebagai primary health care, yang mencangkup tujuh pelayanan
(Muhyidin, 1996) :
1. Promosi kesehatan
2. KIA
3. KB
4. Gizi
5. Kesehatan lingkungan
6. Pengendalian penyakit menular
7. Pengobatan dasar
Dokter keluarga adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan
komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran, dan mengatur
pelayanan oleh provider lain bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis
6
yang menerima semua orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa
adanya pembatasan usia, gender, ataupun jenis penyakit. Dikatakan pula bahwa
dokter keluarga adalah dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari
keluarga dan dalam lingkup komunitas dari individu tersebut. Tanpa membedakan
ras, budaya, dan tingkatan sosial. Secara klinis, dokter ini berkompeten untuk
menyediakan pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan memperhatikan
latar belakang budaya, sosioekonomi, dan psikologis pasien. Dokter ini
bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan
bersinambung bagi pasiennya (WONCA, 1991).
7
1.2 Sejarah dan Perkembangan Dokter Keluarga
Pada tahun 1923 Dr. Francis Peabody mulai merasakan bahwa kedokteran modern
telah terkotak-kotak sehingga membutuhkan adanya dokter generalis. Kemudian
pada tahun 1960 pemuka-pemuka generalis mulai mendengungkan pentingnya
generalis sebagai suatu spesialis hingga akhirnya pada tahun 1966
dipublikasikannya konsep bahwa generalis merupakan suatu spesialisasi baru
ditingkat primer. Pada tahun 1978, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memulai
programnya “Health for All in 2000”, pelayanan kesehatan primer menjadi salah
satu hal yang utama dalam pengembangan perencanaan pemerintah. Program
tersebut menitikberatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif.
Pada Januari 1995 Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Dokter
Keluarga Dunia yaitu World Organization of National Colleges, Academies and
Academic Associatons of General Practitioner or Family Physician (WONCA)
telah merumuskan sebuah visi global dan rencana tindakan (action plan) untuk
meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat yang tertuang dalam tulisan
“Making Medical Practice and Education More Relevant to People’s Needs: The
Role of Family Doctor”.
8
Untuk Indonesia, manfaat pelayanan kedokteran keluarga tidak hanya untuk
mengendalikan biaya dan atau meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, akan
tetapi juga dalam rangka turut mengatasi paling tidak 3 (tiga) masalah pokok
pelayanan kesehatan lain yakni:
a. Pendayagunaan dokter pasca PTT
b. Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
c. Menghadapi era globalisasi
Dalam acara pembukaan Temu Ilmiah Akbar Kursus Penyegar dan
Penambah Ilmu Kedokteran (TIA-KPPIK) 2002 di Jakarta, Menteri Kesehatan,
Achmad Sujudi, menyatakan bahwa visi dan misi kurikulum pendidikan dokter di
Indonesia sepatutnya diarahkan untuk menghasilkan dokter keluarga, tidak lagi
dokter komunitas atau dokter Puskesmas seperti sekarang. Hal ini sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 916/Menkes/Per/VIII/1997 tentang Pelayanan
Dokter Umum yang diarahkan menjadi pelayanan dokter keluarga.
Ilmu Kedokteran Keluarga kemudian masuk dalam Kurikulum Inti
Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPDI II) pada tahun 1993, yang merupakan
bagian dari Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Dokter keluarga ini memiliki fungsi sebagai five stars doctor dan memiliki
organisasi yang telah dibentuk yaitu PDKI dan KIKKI yang telah diketahui oleh
IDI.
9
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, akan tetapi juga dalam rangka turut mengatasi
paling tidak 3 (tiga) masalah pokok pelayanan kesehatan lain yakni:
• Pendayagunaan dokter pasca PTT
• Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
• Menghadapi era globalisasi
Di Indonesia kebijaksanaan pengembangan pelayanan kedokteran keluarga dilakukan
melalui berbagai cara. Dalam beberapa tahun terakhir pada beberapa fakultas kedokteran
dari beberapa universitas terkemuka telah dilakukan upaya-upaya untuk
mengintegrasikan pelayanan kedokteran keluarga dalam kurikulum pendidikan dokter
yakni sesuai dengan anjuran WHO bahwa "family medicine" selayaknya diintegrasikan
dalam pendidikan "community medicine" karena kedekatannya. Akan masih diperlukan
waktu untuk mendapatkan tetapi produk dari sistem pendidikan kedokteran ini yakni
dokter umum lulusan fakultas kedokteran yang mempunya wawasan kedokteran
keluarga karena kebijakan ini baru dikembangkan.
Sementara itu bagi dokter umum lulusan fakultas kedokteran sebelumnya yang saat
ini ada di masyarakat, untuk mendapatkan kompetensi khusus selaku dokter
keluargaharus dilakukan dengan cara mengikuti pelatihan secara terprogram dan
bekesinambungan. Dalam beberapa tahun terakhir telah banyak dilakukan program dan
upaya konversi dari dokter umum menjadi dokter keluarga yang bersertifikat dan diakui
melalui pelatihan-pelatihan. Kurikulum yang telah disepakati dari hasil rumusan
kerjasama tripartid pengembangan dokter keluarga (IDI / KDKI-FK-Depkes) meliputi
empat paket, yaitu :
Paket A: pengenalan konsep kedokteran keluarga,
Paket B: manajemen pelayanan kedokteran keluarga,
Paket C: ketrampilan klinik praktis,
Paket D: pengetahuan klinik mutakhir yang disusun berdasarkan golongan usia.
Demikianlah, sesuai dengan latar belakang yang seperti ini dan juga berbagai
peristiwa khusus yang terjadi di masing - masing negara, akhirnya gerakan dokter
keluarga tersebut mulai bermunculan. Ringkasan sejarah perkembangan yang dimaksud
untuk beberapa negara, secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Inggris
Kehendak untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Inggris telah
dimulai sejak tahun 1844, tetapi pada waktu itu banyak mendapat tantangan.
10
Barulah kemudian pada tahun 1952, praktek dokter keluarga ini mendapat
pengakuan yakni dengan berhasil didirikannya Royal College of General Practise.
2. Australia
Kehendak untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Australia telah
dimulai sejak tahun 1958, yakni dengan didirikannya The College of General
Practice yang pada waktu itu aktif menyelenggarakan program pendidikan
kedokteran berkelanjutan berikut ujiannya yang telah dimulai sejak tahun 1960.
Kegiatan ini secara resmi diakui pada tahun 1973, yakni dengan mulai
diselenggarakannya Family Medicine Program oleh pemerintah federal.
3. Filipina
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Filipina telah
dimulai sejak tahun 1960 tetapi secara melembaga baru dikenal sejak tahun 1972,
yakni dengan didirikannya The Philipine Academy of Family Physicians.
Organisasi ini aktif menyelenggarakan pendidikan dokter keluarga, yang lulusan
angkatan pertamanya dilantik tahun 1975.
4. Singapura
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Singapura telah
dimulai sejak tahun 1971, dan sejak tahun 1972 aktif menyelenggarakan program
pendidikan. Sayang sekali sampai saat ini program tersebut belum mendapat
pengakuan resmi dari pemerintah.
11
diberikan di rumah untuk kasus tertentu misalnya pasien yang sulit
berjalan.
3. Bersifat holistik dan komprehensif Holistik artinya tidak dibatasi pada
masalah biomedis pasien saja, tetapi juga dengan melihat latar belakang
sosial-budaya pasien yang mungkin berkaitan dengan penyakitnya.
Misalnya, banyak penyakit didapat dari pekerjaannya seperti nyeri otot dan
tulang, radang saluran napas, radang kulit atau kelelahan. Jika penyakit
tersebut tidak ditangani secara holistik dan hanya terfokus pada gejala atau
penyakitnya saja, maka tidak akan benar- benar berhasil disembuhkan.
Komprehensif artinya tidak hanya terbatas pada pelayanan pengobatan atau
kuratif saja, tetapi meliputi aspek lainnya mulai dari promotif-preventif hingga
rehabilitatif. Misalnya, konseling, edukasi kesehatan, imunisasi, KB, medical
check-up, perawatan pasca RS dan rehabilitasi medik.
4. Pemeliharaan kesehatan yang berkesinambungan Artinya, pelayanan kesehatan
dilakukan terus menerus kepada pasien maupun keluarganya guna memelihara
dan meningkatkan kesehatan mereka. Dengan kata lain, hubungan dokter-pasien
yang lebih kontinu atau sebagai dokter langganan. Hubungan yang berke-
sinambungan itu menguntungkan karena menjadi lebih saling kenal dan lebih
akrab sehingga memudahkan dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan
pasien/keluarga tersebut.
5. Pendekatan Keluarga Artinya, lebih menekankan keluarga sebagai unit sasaran
pelayanan kesehatan daripada perorangan. Pasien umumnya merupakan anggota
sebuah keluarga yaitu sebagai suami, isteri atau anak. Pendekatan keluarga.
mempunyai berbagai keuntungan terutama untuk dukungan yang diperlukan guna
mengatasi masalah kesehatan. Misalnya seorang anak akan banyak memerlukan
pengertian dan dukungan orang tuanya. Suami yang menderita hipertensi perlu
dukungan isteri dan anaknya. Isteri yang sedang hamil, perlu dukungan suaminya
dan banyak lagi contoh lain.
12
keluarga tersebut tidak melakukan pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di
rumah atau pelayanan rawat inap di rumah sakit. Semua pasien yang
membutuhkan pertolongan diharuskan datang ke tempat praktek dokter keluarga.
Jika kebetulan pasien tersebut memerlukan pelayanan rawat inap, pasien tersebut
dirujuk ke rumah sakit.
2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien
dirumah.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga
mencakup pelayanan rawat jalan serta pelayanan kunjungan dan perawatan pasien
di rumah. Pelayanan bentuk ini lazimnya dilaksanakan oleh dokter keluarga yang
tidak mempunyai akses dengan rumah sakit.
3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di
rumah, serta pelayanan rawat inap di rumah sakit.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga
telah mencakup pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah,
serta perawatan rawat inap di rumah sakit. Pelayanan bentuk ini lazimnya
diselenggarakan oleh dokter keluarga yang telah berhasil menjalin kerja sama
dengan rumah sakit terdekat dan rumah sakit tersebut memberi kesempatan
kepada dokter keluarga untuk merawat sendiri pasiennya di rumah sakit.
13
Deteksi dini terhadap penyakit dan melakukan pentalaksanaan yang tepat
terhadap pasien dan keluarganya
Kuratif medik
Melaksanakan pemulihan kesehatan dan pencegahan kecacatan pada strata
pelayanan tingkat pertama, termasuk kegawatdaruratan medik, atau perujukan
Rehabilitasi medik dan sosial pada pasien dana atau keluarganya
Setelah mengalami masalah kesehatan baik dari segi fisik, jiwa maupun sosial
Kemampuan sosial keluarga
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memeprhatikan kondisi
sosial pasien dan keluarganya
14
Informasi riwayat kesehatan pasien sebelumnya pada saat datang sigunakan
untuk memaastikan bahwa penatalaksanaan yang diterapkan telah sesuai
Pelayanan efektif efisien
Pelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan rawat jalan efektif
efisien bagi pasien, menjaga kualitas, sadar mutu dan biaya
Pendampingan
Saat dilaksanakan konsultasi dana atau rujukan, dokter keluarga menawarkan
kemudian melakasanakan pendampingan pasien, demi kepentingan pasien
Pelayanan proaktif
Pelayanan dokter keluarga menjaga kesinambungan
15
Koordinator penatalaksanaan pasien kerja sama dengan dokter – pasien -
keluarga, maupun bersama antara dokter – pasien – dokter spesialis / rumah
sakit.
Mitra dokter pasien saat proses pentalaksanaan medis
Mitra lintas sektoral medik
Dokter keluarga bekerja sebahai mitra penyedia pelayanan kesehatan dengan
berbagai sektor pelayanan kesehatan formal di sekitarnya.
Mitra lintas sektoral alternatif dan komplimenter medik
Dokter keluarga memperdulikan dan memperhatikan kebutuhan dan perliaku
pasien dan kelaurganya sebagai masyarakat yang menggunakan berbagai
pelayanan kesehatan nonformal di sekitarnya.
16
7. Kolaborasi
Bila pasien membutuhkan pelayanan yang berada diluar kompetensinya, DK
bekerjasamadan mendelegasikan pengelolaan pasiennya pada pihak lain yang
berkompeten
8. Family oriented
Dalam mengatasi masalah DK mempertimbangkan konteks keluarga, dampak
kondisi pasien terhadap keluarga dan sebaliknya
9. Community oriented
Dokter keluarga dalam mengatasi masalah pasien haruslah tetap memperhatikan
dampak kondisi pasien terhadap komunitas dan sebaliknya (Persatuan Dokter
Keluarga Indonesia, 2009)
Dokter keluarga memiliki 5 fungsi yang dimiliki, yaitu (Azrul Azwar, dkk. 2004) :
a. Care Provider (Penyelenggara Pelayanan Kesehatan)
Yang mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang individu dan
sebagai bagian integral (tak terpisahkan) dari keluarga, komunitas, lingkungannya,
17
dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi,
komprehensif, kontinu, dan personal dalam jangka waktu panjang dalam wujud
hubungan profesional dokter-pasien yang saling menghargai dan mempercayai.
Juga sebagai pelayanan komprehensif yang manusiawi namun tetap dapat dapat
diaudit dan dipertangungjawabkan.
b. Communicator (Penghubung atau Penyampai Pesan)
Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang efektif
sehingga memberdayakan pasien dan keluarganya untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatannya sendiri serta memicu perubahan cara berpikir menuju
sehat dan mandiri kepada pasien dan komunitasnya
c. Decision Maker (Pembuat Keputusan)
Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan teknologi
kedokteran berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan mempertimbangkan
harapan pasien, nilai etika, “cost effectiveness” untuk kepentingan pasien
sepenuhnya dan membuat keputusan klinis yang ilmiah dan empatik
d. Manager
Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam
maupun di luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan
komunitasnya berdasarkan data kesehatan yang ada. Menjadi dokter yang cakap
memimpin klinik, sehat, sejahtera, dan bijaksana
e. Community Leader (Pemimpin Masyarakat)
Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya,
menyearahkan kebutuhan kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan
nasihat kepada kelompok penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama
masyarakat dan menjadi panutan masyarakat
18
Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf
kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi,
Menangani penyakit akut dan kronik,
Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah sakit,
Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau
dirawat di RS,
Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan,
Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya,
Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien,
Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar,
Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu
kedokteran keluarga secara khusus.
19
Dokter Keluarga yang meningkatkan profesionalismenya lebih tinggi dengan
mengikuti pendidikan spesialisasi kedokteran keluarga, dan memperoleh gelar
akademik sebagai Spesialis Family Medicine (SpFM). Para SpFM ini dalam system
pelayanan kedokteran terpadu atau terstruktur tetap menjalankan praktiknya di strata
pertama.
2. Syarat-syarat Dokter Keluarga
Program konversi adalah program sertifikasi I (awal) dokter layanan primer yang
berminat menjadi dokter keluarga. Program konversi dimaksudkan agar dokter yang
memiliki komitmen menjadi dokter layanan primer mengimplementasikan komitmen
tersebut dengan meningkatkan dan menjaga kompetensi dan kinerja profesionalnya
sehingga benar-benar mampu dan mau menjadi dokter layanan primer yang mumpuni
dan berkedudukan di lini terdepan pelayanan kesehatan di Indonesia. Program
konversi adalah salah satu bentuk uji kompetensi melalui alat tilik diri (self
assesment) yang berisi kuesioner tentang rekam jejak praktik dan kegiatan profesional
dokter tersebut. Jadi program konversi tidak dapat diikuti oleh dokter yang tidak
praktik atau praktik kurang dari 5 tahun.
20
suatu masalah kesehatan akan dapat dilakukan secara sempurna dan karena itu
penyelesaian suatu masalah kesehatan akan dapat pula diharapkan lebih
memuaskan.
b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih
efisien. Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan dokter
keluarga juga lebih mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit serta
diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Dengan
diutamakannya pelayanan pencegahan penyakit, maka berarti angka jatuh sakit
akan menurun, yang apabila dapat dipertahankan, pada gilirannya akan
berperan besar dalam menurunkan biaya kesehatan. Hal yang sama juga
ditemukan pada pelayanan yang menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Karena salah satu keuntungan dari pelayanan yang seperti ini ialah dapat
dihindarkannya tindakan dan atau pemeriksaan kedokteran yang berulang-
ulang, yang besar peranannya dalam mencegah penghamburan dana kesehatan
yang jumlahnya telah diketahui selalu bersifat terbatas
21
c. IDI (1982)
Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan masyarakat
Pelayanan menyeluruh dan maksimal
Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan
Menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memenuhinya
Menyelenggarakan pelayanan primer dan bertanggung jawab atas kelanjutannya
22
4. Dilengkapi dengan saraba komunikasi,
5. Mempunyai sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK,
6. Mempunyai sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedis telah lulus
perlatihan khusus pembantu KDK,
7. Dapat berbentuk praktek mandiri (solo) atau berkelompok.
8. Mempunyai izin yang berorientasi wilayah,
9. Menyelenggarakan pelayanan yang sifatnya paripurna, holistik, terpadu, dan
berkesinambungan,
10. Melayani semua jenis penyakit dan golongan umur,
11. Mempunyai sarana medis yang memadai sesuai dengan peringkat klinik ybs.
23
pasien di rumah atau pelayanan rawat inap di rumah sakit. Semua pasien yang
membutuhkan pertolongan diharuskan datang ke tempat praktek dokter
keluarga. Jika kebetulan pasien tersebut memerlukan pelayanan rawat inap,
pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit.
2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien
dirumah.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga
mencakup pelayanan rawat jalan serta pelayanan kunjungan dan perawatan
pasien di rumah. Pelayanan bentuk ini lazimnya dilaksanakan oleh dokter
keluarga yang tidak mempunyai akses dengan rumah sakit.
3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di
rumah, serta pelayanan rawat inap di rumah sakit.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga
telah mencakup pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di
rumah, serta perawatan rawat inap di rumah sakit. Pelayanan bentuk ini
lazimnya diselenggarakan oleh dokter keluarga yang telah berhasil menjalin
kerja sama dengan rumah sakit terdekat dan rumah sakit tersebut memberi
kesempatan kepada dokter keluarga untuk merawat sendiri pasiennya di rumah
sakit.
Di daerah pedesaan, karena dokter keluarga tidak mempunyai akses dengan
rumah sakit, maka dokter keluarga tersebut hanya menyelenggarakan pelayanan
rawat jalan saja. Pelayanan rawat inap dirujuk sertakan sepenuhnya kepada dokter
yang bekerja dirumah sakit. Tetapi pengaturan rujukan untuk pelayanan rawat inap
tersebut, tetap dilakukan oleh dokter keluarga. Dokter keluarga memberikan
bantuan sepenuhnya, dan bahkan turut mencarikan tempat perawatan dan jika perlu
turut mengantarkannya ke rumah sakit
Pelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga pada
umumnya :
1. Lebih aktif dan bertanggung jawab
Karena pelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktek dokter
keluarga mengenal pelayanan kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah,
bertanggung jawab mengatur pelayanan rujukan dan konsultasi, dan bahkan,
apabila memungkinkan, turut menangani pasien yang memerlukan pelayanan
rawat inap di rumah sakit, maka pelayanan kedokteran yang diselenggarakan
24
pada praktek dokter keluarga umunya lebih aktif dan bertanggung jawab dari
pada dokter umum.
2. Lebih lengkap dan bervariasi
Karena praktek dokter keluarga menangani semua masalah kesehatan yang
ditemukan pada semua anggota keluarga, maka pelayanan dokter keluarga pada
umumnya lebih lengkap dan bervariasi dari pada dokter umum. Tidak
mengherankan jika dengan pelayanan yang seperti ini, seperti yang ditemukan
di Amerika Serikat misalnya, praktek dokter keluarga dapat menyelesaikan
tidak kurang dari 95 % masalah kesehatan yang ditemukan pada pasien yang
datang berobat.
3. Menangani penyakit pada stadium awal
Sekalipun praktek dokter keluarga dapat menangani pasien yang telah
membutuhkan pelayanan rawat inap, bukan selalu berarti praktek dokter
keluarga sarna dengan dokter spesialis. Praktek dokter keluarga hanya sesuai
untuk penyakit -penyakit pada stadium awal saja. Sedangkan untuk kasus yang
telah lanjut atau yang telah terlalu spesialistik, karena memang telah berada
diluar wewenang dan tanggung jawab dokter keluarga, tetap dan harus
dikonsultasikan dan atau dirujuk kedokter spesialis. Seperti yang dikatakan
oleh Malerich (1970), praktek dokter keluarga memang sesuai untuk penyakit-
penyakit yang masih dalam stadium dini atau yang bersifat umum saja.
Pelayanan Dokter Keluarga melibatkan Dokter Keluarga (DK) sebagai
penyaring di tingkat primer, dokter Spesialis (DSp) di tingkat pelayanan
sekunder, rumah sakit rujukan, dan pihak pendana yang kesemuanya bekerja
sama dibawah naungan peraturan dan perundangan. Pelayanan diselenggarakan
secara komprehensif, kontinu, integratif, holistik, koordinatif, dengan
mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungan serta
pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang
jenis kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya.
25
5. Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal,
6. Melakukan tindak prabedah, beda minor, rawat pascabedah di unit pelayanan
primer,
7. Melakukan perawatan sementara,
8. Menerbitkan surat keterangan medis,
9. Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap,
10. Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus
26
kesejahteraan yang dapat mempengaruhi kemampuan profesinya; belajar
sepanjang hayat; merencanakan, menerapkan, dan memantau perkembangan
profesi secara sinambung.
7. Area Etika, Moral, Medikolegal, dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien
Berprilaku profesional dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan
kesehatan; bermoral dan beretika serta memahami isu etik maupun aspek
medikolegal dalam praktik kedokteran; menerapkan program keselamatan
pasien (IDI, 2007).
27
2. Mengintegrasikan komponen asuhan komprehensif
a. Memahami epidemiologi penyakit
b. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan jasmani secara memadai
c. Memeahami ragam perbedaan faal dan metabolism obat
d. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi
e. Menyelenggarakan penilaian risiko khusus usia tertentu
f. Menyelenggarakan upaya pencegahan, penapisan, dan panduan serta
penyuluhan gizi
g. Memahami pokok masalah perkembangan normal
h. Menyelenggarakan konseling, psikologi, dan prilaku
i. Mengkonsultasikan atau merujuk pasien tepat pada waktunya bila
diperlukan
j. Menyelenggarakan layanan paliatif
k. Menjunjung tinggi aspek pelayanan kedokteran
3. Mengkoordinasikan layanan kesehatan
a. Dengan keluarga pasien (penilaian keluarga, pertemuan keluarga atau
pasien, pembinaan dan konseling keluarga)
b. Dengan masyarakat (penilaian kesehatan masyarakat dan epidemiologi,
pemeriksaan atau penilaian masyarakat, mengenali dan memanfaatkan
sumber daya masyarakat, program pencegahan dan pendidikan bagi
masyarakat, advokasi atau pembelaan kepentingan kesehatan masyarakat )
4. Melayani kesehatan masyarakat yang menonjol (kelainan alergik, anastesia dan
penanganan nyeri, kelainan yang mengancam jiwa, kelainan kardiovaskular,
kelainan kulit, kelainan mata dan telinga, kelainan saluran cerna, kelainan
perkemihan dan kelamin, kelainan obstetric dan ginekologi, penyakit infeksi,
kelainan musculoskeletal, kelainan neoplastik, kelainan neurologi, dan
psikiatri)
5. Melaksanakan profesi dalam tim penyedia kesehatan (menyusun dan
menggerakan tim, kepemimpinan, ketrampilan manajemen praktek, pemecahan
masalah konflik, peningkatan kualitas).
28
Kompetensi dokter keluarga seperti yang tercantum dalam Standar
Kompetensi Dokter Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga
Indonesia tahun 2006 adalah :
1. Kompetensi Dasar
a. Ketrampilan Komunikasi Efektif
b. Ketrampilan Klinik Dasar
c. Ketrampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu
perilaku, dan epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga
d. Ketrampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga
ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik,
berkesinambungan, terkoordinir, dan bekerja sama dalam konteks
Pelayanan Kesehatan Primer
e. Memanfaaatkan, menilai secara kritis, dan mengelola informasi
f. Mawas diri dan pengembangan diri / belajar sepanjang hayat
g. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik
2. Ilmu dan Ketrampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Utama
a. Bedah
b. Penyakit Dalam
c. Kebidanan dan Penyakit Kandungan
d. Kesehatan Anak
e. THT
f. Mata
g. Kulit dan Kelamin
h. Psikiatri
i. Saraf
j. Kedokteran Komunitas
3. Ketrampilan Klinis Layanan Primer Lanjut
a. Ketrampilan melakukan “health screening”
b. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut
c. Membaca hasil EKG
d. Membaca hasil USG
e. BTLS, BCLS, dan BPLS
4. Ketrampilan Pendukung
a. Riset
29
b. Mengajar kedokteran keluarga
5. Ilmu dan Ketrampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Pelengkap
a. Semua cabang ilmu kedokteran lainnya
b. Memahami dan menjembatani pengobatan alternatif
6. Ilmu dan Ketrampilan Manajemen Klinik
Manajemen klinik dokter keluarga
30
DAFTAR PUSTAKA
31