Laporan Kasus Hipertiroid
Laporan Kasus Hipertiroid
Oleh :
Dina Tursina
Pembimbing :
dr. Rusdi Andid, Sp.A
Sebagian besar kasus hipertiroid pada anak kurang dari 18 tahun adalah penyakit
Graves.
Penyakit Graves (PG) merupakan penyakit dengan insidens 0,1-3 per 100.000 anak.
Perempuan lebih sering dibandingkan lelaki dan riwayat keluarga dengan penyakit
autoimun meningkatkan risiko PG sebesar 60%.
• Belum ada angka yang pasti mengenai insiden dan prevalensi
hipertiroid pada anak-anak di Indonesia.
• Beberapa kepustakaan luar negeri menyebutkan insidensinya
masa anak diperkirakan 1/100.000 anak per tahun. Mulai
0,1/100.000 anak per tahun untuk anak usia 0-4 tahun meningkat
sampai dengan 3/100.000 anak per tahun pada usia remaja.
• Kejadian hipertiroid pada anak hanya 5-6% dari keseluruhan
kasus penyakit Graves pada segala umur.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
RA
Umur
7 tahun 9 bulan (tanggal lahir : 7 April 2010)
Jenis kelamin
Laki-laki
Alamat
Lhokseumawe
Agama
Islam
Suku
Aceh
Nomor CM
1-12-96-55
Tanggal masuk
25 Januari 2018
Tanggal
Pemeriksaan 25 Januari 2018
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
• Bengkak di leher dirasakan baru muncul sejak 1 bulan ini. Sulit menelan tidak ada,
nyeri menelan tidak ada. Pasien juga mengeluh mudah lelah, tangannya sering gemetar,
jantung berdebar-debar, sering merasa kepanasan dan berkeringat banyak. Pasien
menjadi mudah lapar, nafsu makan terasa meningkat, banyak makan namun berat badan
tidak meningkat bahkan cenderung turun. Selama sakit, berat badan turun dari 30 kg ke
22 kg. Frekuensi buang air besar pasien meningkat (3-4x/hari). Pasien tidak merasakan
adanya perubahan pada fungsi berkemih. Pasien juga mengeluh gelisah dan sulit
berkonsentrasi sehingga mengganggu proses belajar di sekolah.
• Selama ini pasien berobat jalan di Rumah Sakit Cut Meutia Lhokseumawe dengan
hipertiroid, dirujuk ke RSUZA untuk pemeriksaan laboratorium dan penanganan lebih
lanjut untuk hipertiroid.
• Pasien berobat sejak bulan April 2017 dan tidak pernah putus obat.
• Ayah pasien mempunyai riwayat bengkak di leher dan mempunyai keluhan yang sama
seperti pasien dan sudah selesai berobat selama satu tahun.
ANAMNESIS
Riwayat Pemakaian Obat
• Pasien mendapatkan Thyrozol 1x10mg dan Propanolol 2x10mg. Selama pengobatan sejak bulan April
2017 pasien tidak pernah putus obat.
• Ibu pasien ANC teratur ke bidan, tidak ada riwayat keputihan atau perdarahan selama kehamilan.
Riwayat Persalinan
• Pasien adalah anak pertama dari dua bersaudara, lahir pervaginam di klinik bidan dengan BBL = 3500
gram, cukup bulan dan segera menangis.
Riwayat Imunisasi
• Pasien diimunisasi lengkap saat bayi dan saat di sekolah dasar, yaitu BCG, Hepatitis B, polio, DTP, dan
campak
Riwayat Alergi
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Berat badan : 26 kg
TB : 133 cm
LK : 51 cm
Mata :
• Eksoftalmus (+/-), konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
reflek cahaya langsung (+/+), reflek cahaya tidak langsung (+/+)
Telinga :
Hidung :
Mulut :
• Teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid dan dapat digerakan, nyeri saat
menelan (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thoraks
Jantung
Ekstremitas
• Akral hangat (+), sianosis (-), edema (-), kesan basah (+)
Genitalia
• Tidak diperiksa
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium (Tanggal 14 Juni 2017)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 12,1 12,5-15 g/dL
Hematokrit 35 37-47 %
Eritrosit 5,0 4,2-5,4 106/mm3
Leukosit 6,3 4,5-10,5 103/mm3
Trombosit 280 150-450 103/mm3
MCV 70 80-100 fL
MCH 24 27-31 Pg
MCHC 35 32-36 %
RDW 13,1 11,5-14,5 %
Eosinofil 5 0-6 %
Basofil 0 0-2 %
Neutrofil Batang 0 2-6 %
Limfosit 81 20-40 %
Monosit 5 2-8 %
SGOT 17 <31 U/L
SGPT 11 <34 U/L
GDS 158 <200 mg/dl
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium (Tanggal 14 Juni 2017)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Diagnosis Banding
• Hipertiroid e.c dd/
• 1. Grave Disease
• 2. Tirotoksikosiis
Diagnosa kerja
• Hipertiroid e.c Grave Disease
TERAPI
Imunoserologi Tanggal Pemeriksaan
TRAb - - 5,98
Prognosis
• Quo ad vitam
• dubia ad bonam
• Quo ad functionam
• dubia ad bonam
• Quo ad sanactionam
• dubia ad bonam
FOTO KLINIS PASIEN
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
KELENJAR
TIROID
FISIOLOGI
KELENJAR
TIROID
DEFINISI Hipertiroid adalah kondisi
dimana peningkatan kadar
hormon tiroid yang disintesis
dan disekresikan oleh kelenjar
tiroid melebihi normal.
Hipertiroid ditandai dengan
peningkatan kadar T4 dan T3
bebas dan TSH serum yang
rendah ataupun normal.
EPIDEMIOLOGI
Sampai saat ini belum
didapatkan angka yang
pasti insiden dan
prevalensi hipertiroid
pada anak-anak di
Indonesia.
Aktivasi
reseptor TSH
Thyroid oleh TSAb
stimulating memicu
antibodies perkembangan
TSAb
(TSAb) yang dan
dihasilkan
berikatan dan peningkakan
melalui proses
mengaktivasi aktivitas sel-
Selanjutnya T respon imun
reseptor TSH sel tiroid
helper akan karena adanya
(TSHr)
merangsang paparan antigen
sel B untuk
Pada Graves’ Disease memproduksi
sel-sel APC (antigen antibodi
presenting cell) berupa TSAb
menganggap sel
kelenjar tiroid sebagai
antigen yang
dipresentasikan pada sel
T helper melalui
bantuan HLA (human
leucocyte antigen).
ETIOLOGI
• Pada pasien toxic adenoma ditemukan adanya nodul yang dapat
memproduksi hormon tiroid. Nodul didefinisikan sebagai masa berupa
folikel tiroid yang memiliki fungsi otonom dan fungsinya tidak
Toxic Adenoma terpengaruhi oleh kerja TSH.
Efek Kalorigenik
Efek Kardiovaskular
• Obat antitiroid diberikan sebagai terapi pilihan utama pada anak dengan PG.
• »» Methimazole (MMI): dosis 0,2 – 0,5 mg/kg hari dalam jangka waktu 1-
2 tahun
• »» Titrasi dosis dengan pedoman fungsi tiroid.
• »» Sebelum pemberian obat anti-tiroid, periksa darah tepi lengkap, fungsi
hepar (bilirubin, transaminase dan alkali fosfatase).
• »» Hentikan obat jika anak mengalami demam, atralgia, luka-luka di mulut,
faringitis atau malaise, dan dilakukan pengukuran hitung lekosit.
• Apabila tidak mengalami remisi dalam 2 tahun lakukan dievaluasi terhadap
kepatuhan pengobatan, efek samping obat, dan dievaluasi kembali
pengobatan yang diberikan. Dapat dipertimbangkan untuk dilakukan
tiroidektomi.
• Jika dalam keadaan tidak tersedia MMI, maka bisa diberikan PTU dengan
dosis awal 5-7mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis dengan pengawasan ketat
terutama terkait dengan fungsi hati.
• PTU harus dihentikan jika kadar transaminase meningkat 2-3 kali lipat di
atas kadar normal dan gagal membaik dalam 1 minggu setelah diulang tes
tersebut.
Tatalaksana Hipertiroid pada Anak (Grave Disease)
TSH seringkali masih tersupresi sampai waktu yang cukup lama sehingga
penyesuaian dosis berdasarkan (fT4 atau fT3).
Sesudah terapi obat antitiroid selama 2 tahun dan anak masih melanjutkan
terapi, maka pemantauan laboratorium dilakukan tiap 6-12 bulan.
Prognosis 30% anak yang diobati obat antitiroid mencapai remisi dalam 2 tahun.
75% pasien relaps dalam 6 bulan setelah henti obat, sedangkan hanya 10%
relaps setelah 18 bulan.
PEMBAHASAN
Stimulasi berlebihan saraf simpatis
terhadap otot levator palpebra
Dari anamnesis pasien
menyebabkan tatapan lebar dan
mengeluhkan mata kanan
melotot (eksoftalmus).11,12
menonjol yang dirasakan
Eksoftalmus disebabkan karena
sejak April 2017. Pasien
limfosit sitotoksik dan antibodi
merasa mata seperti akan
sitotoksik yang bersintesis dengan
keluar dan terasa tertekan,
antigen serupa seperti TSH reseptor
namun tidak terasa nyeri
yang ditemukan di orbital fibroblast,
pada mata dan juga tidak
otot orbital, dan jaringan tyroid.
ada nyeri kepala. Pasien
Sitokin yang berasal dari limfosit
juga merasakan silau pada
yang disintesis menyebabkan
mata dan membuat pasien
inflamasi di orbital fibroblast dan
sering berkedip.
otot ekstraokular, dan hasilnya adalah
pembengkakan pada otot orbital.
Hipertiroidisme disebabkan oleh
antibody reseptor TSH yang
merangsang aktifitas tiroid,
sehingga produksi tiroksin (T4)
Pasien juga mengeluhkan bengkak meningkat. Akibat peningkatan ini
di leher dirasakan baru muncul ditandai dengan adanya tremor,
sejak 1 bulan ini, mudah lelah, ketidakstabilan emosi, palpitasi,
tangannya sering gemetar, jantung meningkatnya nafsu makan,
berdebar-debar, sering merasa kehilangan berat badan. Kulit lebih
kepanasan dan berkeringat banyak. hangat dan berkeringat, rambut
Pasien menjadi mudah lapar, halus, detak jantung cepat, tekanan
nafsu makan terasa meningkat, nadi yang kecil, pembesaran hati,
banyak makan namun berat badan kadang kadang terjadi gagal
tidak meningkat bahkan cenderung jantung. Peningkatan cardiac
turun. Frekuensi buang air besar output dan kerja jantung selama
pasien meningkat (3-4x/hari). ketidakstabilan atrial menyebabkan
Pasien juga mengeluh gelisah dan ketidakteraturan irama jantung,
sulit berkonsentrasi sehingga terutama pada pasien dengan
mengganggu proses belajar di penyakit jantung. Ancaman bagi
sekolah. kehidupan di kombinasi dengan
delirium atau koma, temperatur
tubuh naik sampai 41o C, detak
jantung meningkat, hipotensi,
muntah dan diare.
Kebanyakan anak-anak
yang menderita penyakit
Pada kasus ini, keluarga Graves mempunyai
pasien yaitu ayah pasien riwayat keluarga dengan
mempunyai riwayat penyakit tiroid atau
bengkak di leher dan penyakit autoimun yang
mempunyai keluhan yang lain, misalnya diabetes
sama seperti pasien dan melitus tipe I, penyakit
sudah selesai berobat Addison, lupus sistemik,
selama satu tahun. ITP, myasthenia gravis,
arthritis rheumatoid, dan
vitiligo.
KESIMPULAN
• Hipertiroid adalah hipersekresi produksi hormon tiroid oleh
kelenjar tiroid.
• Sebagian besar kasus hipertiroid pada anak kurang dari 18
tahun adalah penyakit Graves.
• Perempuan lebih sering dibandingkan lelaki dan riwayat
keluarga dengan penyakit autoimun meningkatkan risiko PG
sebesar 60%.
• Penyakit ini dapat bersamaan dengan penyakit autoimun
lainnya, misal dengan diabetes melitus tipe-1.
• Remisi dan kekambuhan yang tinggi merupakan masalah PG
bergantung dari usia pasien, derajat tirotoksikosis saat
diagnosis, respons terapi awal, dan kadar TRAb (Thyrotropin
receptor antibodies).
TERIMA KASIH
•
REFERENSI
Fumarola, A., A. Di Fiore, M. Dainelli, G. Grani., dan A. Calvanese, 2010, Medical Treatment of Hyperthyroidism: State of the Art, Exp Clin Endocrinol Diabetes
• Faizi M, P. E. Netty. (2006). Penatalaksanaan Hipertiroid Pada Anak. Naskah Lengkap Continuing Education XXXVI. Divisi Endokrinologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR
RSU Dr. Soetomo. Surabaya.
• UKK Endokrinologi IDAI. 2017. Panduan Praktik Klinis Ikatan Dokter Anak Indonesia: Diagnosis dan Tata Laksana Hipertiroid. Tersedia online: http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-
content/uploads/2017/03/Panduan-Praktik-Klinis-Diagnosis-dan-Tatalaksana-Hipertiroid.pdf
• Bahn, R.S., Burch, H.B., Cooper, D.S., Garber, J.R., Greenlee, M.C., Klein, I., Laurberg, P., McDougall, I.R., Montori, V.M., Rivkees, S.A., Ross, D.S., Sosa, J.A., dan Stan, M.N., 2011,
Hyperthyroidism and Other Causes of Thyrotoxicosis: Management Guidelines of The American Thyroid Association and American Association of Clinical Endocrinologists, Endocr Pract.
17 (No.3)
• Lee, S.L. 2017. Hyperthyroidism and Thyrotoxicosis. http://emedicine.medscape.com (Diakses tanggal 19 Februari 2018)
• Price SA, Wilson ML. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Vol (2). Alih Bahasa. Brahm, Huriawati Hartono, Pita Wulansari, Dewi Asih. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2006 : 1225-35.
• Ganong WF. Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Alih Bahasa. Djauhari Widjajakusumah, Dewi Irawati, Minarma Siagian, Dangsina Moeloek, Brahm. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2003 : 305-80.
• Djokomoeljanto R. Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme, dan Hipertiroidisme In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K MS, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. 4 ed.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 2007:1933-43
• Anderson D. (2014). Insidens Relaps pada Anak dengan Hipertiroid Graves dan Hubungannya Terhadap Kadar Awal Tiroksin Bebas. Tesis Program Pendidikan Dokter Spesialis IKA
FKUI Jakarta : tidak diterbitkan
• Balai Penelitian dan Pengembangan GAKI Kementerian Kesehatan RI. 2010. “Nilai Diagnostik Indeks Wayne dan Indeks Newcastle untuk Penapisan Kasus Hipertiroid”.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/bpk/article/download/2110/1176. (Diakses 23 Desember 2014).
• Sunil Sinha, Jonathan G. Gold. 2013. “Pediatric Hypertiroidism”. http://www.emedicine.com/article/921707-overview. (Diakses 20 Desember, 2014).
• Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 2003. Basic Pathology. 7th ed., Vol.2. USA : Elsevier Inc
• Jacobson, E.M., Huber, A., dan Tomer, Y., 2008, The HLA Gene Complex in Thyroid Autoimmunity: From Epidemiology to Etiology, Journal of Autoimmunity 30, 58 -62.
• Baskin, H.J., Cobin, R.H., Duick, D.S., Gharib, H., Guttler, R.B., Kaplan, M.M., dan Segal, R.L., 2002, American Association of Clinical Endocrinologists Medical Guidelines for Clinical
Practice for the Evaluation and Treatment of Hyperthyroidism and Hypothyroidism, Endocr Pract 8(No.6), 457–469.
• Okamoto, Y., Tanigawa, S., Ishikawa, K., dan Hamada, N., 2006, TSH Receptor Antibody Measurements and Prediction of Remission in Graves’ Disease Patients Treated with Minimum
Maintenance Doses of Antithyroid Drugs, Endocrine Journal 53(4), 467–472.
• Sherman, S.I. dan Talbert, R.L., 2008, Thyroid Disorders dalam DiPiro et al, Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach 7th Edition, McGraw Hill.
• Gharib, H., Papini, E., Paschake, R., Duick, D.S., Valcavi, R., Hegedus, L., dan Vitti, P., 2007, American Associations of Clinical Endocrinologists, Associazone Medici Endocrinologi, and
European Thyroid Association Medical Guidelines for Clinical Practice for the Diagnosis and Management of Thyroid Nodules, Endocr Pract 16(suppl 1), 63–102.
• Ghandour, A., dan Reust, C., 2011, Hyperthyroidisme: A Stepwise Approach Management, The Journal of Family Practice 60(no.7), 388–394.
• Sherwood L. 2012. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi ke 6. Jakarta: EGC
• Junqueira LC. 2003. Basic Histology : Text & Atlas. 10th ed. USA : The McGraw-Hill Companies, Inc.
• Gardner, David G, Dolores Shoback. 2007. Basic and Clinical Endocrinology. Jakarta: Sagung Seto.
• Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC
• Silbernagl, Stefan, Florian Lang. 2006. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta:EGC