Disusun oleh :
1. Annisa Nurul Safitri
2. Desi Kurniawati
3. Indah Nurlaela Sari
4. Titania Agustin P P
A. Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan hal yang sangat membuat tidak nyaman bagi bayi dan
anak-anak. Lingkungan rumah sakit yang kurang representative untuk perawatan anak
membawa trauma sendiri pada anak-anak. Tindakan keperawatan seperti menyuntik,
mengganti infus, melakukan pemeriksaan, mengantarkan obat dan sebaginya membuat
anak menjadi takut karena pengalaman rasa yang pernah dialami. Selama hospitalisasi
kegiatan atau aktivitas anak menjadi terbatas karena beberapa faktor seperti kondisi
badan yang tidak sehat, tangan terpasang infus dan teman atau lingkungan yang baru.
Keadaan seperti ini jika terus menerus dibiarkan lama-lama anak menjadi bosan dan
biasanya rewel. Oleh karena itu diperlukan suatu kegiatan yang mampu mengalihkan
rasa bosan tersebut pada anak yang sedang dirawat.
Permainan yang sederhana pada anak bisa menjadi pengalih perhatian anak,
yang sedang dihopitalisasipermainan yang sederhana, tidak terlalu menguras tenaga,
tidak bertentangan dengan keadaan anak dan mudah untuk dilakukan anak merupakan
hal yang perlu diperhatikan sebelum memberikan terapi bermain pada anak. Selain itu,
dukungan darinorang tua anak untuk membantu dalam pelaksanaan terapi bermain anak
juga menjadi salah satu kontribusi terbesar dalam kesuksesan pelaksanaan terapi
bermain.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan program bermain selama 1x30 menit peserta terapi bermain dapat
termotivasi dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan bermain selama 30 menit peserta terapi
bermain diharapkan
a. Aspek kognitif
1) Anak dapat mengingat-ingat cara melipat kertas origami
2) Anak dapat mengetahui bentuk benda atau binatang yang dapat dibuat
dengan kertas origami
b. Aspek afektif
Anak dapat mengikuti instruksi yang diajarkan penyaji
c. Aspek psikomotor
Anak dapat melipat kertas dengan benar sesuai dengan bentuk yang diinginkan
C. Metode
Demonstrasi cara melipat kertas origami menjadi berbagai macam bentuk
D. Media
Kertas origami
E. Karakteristik peserta
1. Anak yang dirawat di ruang Aster usia sekolah (6-8 tahun)
2. Anak berjenis kelamin laki-laki dan perempuan
F. Struktur Organisasi
1. Struktur organisasi
a. Leader : Indah Nurlaela Sari
1) Memimpin jalannya kegiatan
2) Memberikan penjelasan mengenai peraturan kegiatan
b. Penyaji : Titania Agustin Pratama Putri
1) Mengenalkan beberapa bentuk yang dapat dibuat dengan kertas origami
2) Mendemonstrasikan cara membuat bentuk dengan melipt kertas origami
3) Memandu peserta membuat bentuk dengan melipat kertas origami
c. Fasilitator : Annisa Nurul Safitri
1) Membantu leader dalam mengatur kegiatan
2) Mengkondisikan peserta untuk berpartisipasi dalm kegiatan
3) Membantu peserta yang sulit mengikuti proses kegiatan
d. Observer : Desi Kurniawati
1) Menilai jalannya proses kegiatan
2) Menilai peran leader, fasilitator dan observer dalam menjalakan proses
kegiatan
3) Menilai partisipasi peserta dalam mengikuti proses kegiatan
G. Setting
Keterangan :
1. Penyaji
2. Leader
3. Fasilitator
4. Peserta
5. Observer
I. Evaluasi
1. Aspek Kognitif
a. Anak dapat meingat – ingat cara melipat kertas origami
b. Anak dapat mengetahui bentuk benda atau biatang yang dapat dibuat dengan
kertas origami
2. Aspek Afektif
Anak dapat mengikuti instruksi yang diajarkan oleh penyaji
3. Aspek Psikomotor
Anak dapat melipat kertas dengan benar sesuai dengan bentuk yang diinginkan
J. Hasil observasi
1. Leader
Leader bertugas untuk memimpin jalannyaacara penyuluhan dari awal hingga
berakhirnya penyuluhan. Leader juga bertugas memimpin diskusi agar lebih
tenang dan kondusif.
2. Penyaji
Menyampaikan materi
3. Fasilitator
Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak agar dapat
kooperatif dalam penyuluhan yang dilakukan.
4. Observer
a. Observer menilai jalannya kegiatan bermai dari awal hingga akhir
b. Observer menilai masing – masing peran dalam struktur organisasi dari awal
hingga akhir kegiatan
c. Observer menilai respon peserta kegiatan bermain dari awal hingga akhir
kegiatan bermain
Lampiran materi
TERAPI BERMAIN DENGAN MELIPAT KERTAS ORIGAMI
a. Terapi Bermain
Bermain merupakan bagian penting dari masa balita dan punya nilai pendidikan
yang tinggi. Bermain (play) merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga
arti utamanya mungkin hilang. Arti yang paling tepat ialah setiap kegiatan yang
dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
Bermain dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau
kewajiban.
Piaget menjelaskan bahwa bermain terdiri atas tanggapan yang diulang
sekedaruntuk kesenangan fungsional. Menurut Bettelheim kegiatan bermain adalah
kegiatan yangtidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri
dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realita luar. Bermain secara garis
besar dapat dibagi ke dalam dua kategori, aktif dan pasif (hiburan). Pada semua usia
usia, anak melakukan permain aktif dan pasif. Proporsi waktu yang dicurahkan ke
masing – masing jenis bermain itu tidak bergantung pada usia, tetapi pada kesehatan
dan kesenangan yang diperoleh dari masing – masing kateori. Meskipun umumnya
permainan aktif lebih menonjol dari pada awal usia prasekolah da permainan hiburan
ketika anak mendekati masa puber namun hal itu tidak selalu benar.
b. Origami
Origami adalah sebuah seni lipat yang berasal dari Jepang. Bahan yang
digunakan adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi. Secara umum
untuk membuat origami kita bisa menggunakan kertas biasa namun kebanyakan
origami di Jepang menggunakan kertas khusus untuk origami. Perbedaan antara kertas
biasa dengan kertas origami hanyalah dari segi design dan warna saja yang sangat
beragam sehingga membuat origami menjadi semakin indah dan sama sekalitidak
berhubungan dengan teknik seperti lipatan kertas menjadi lebih mudah dan sebagainya.
Seorang pembuat origami biasa disebut sebagai paperfolder (pelipat kertas).
Para pelipat kertas ini bisa merupakan suatu kumpulan orang – orang dari berbagai latar
belakang yang sangat berbeda – beda seperti seniman, ilmuan atau para pencinta seperti
ibu – ibu/ orang dewasa, anak – anak dan remaja. Bahkan para pendidik hingga ahli
terapi, pada umumnya orang menganggap origami adalah oleh, dan untuk anak – anak
atau sebagai pelatihan keterampilan. Akan tetapi, akhir – akhir ini origami telah
menjadi popular sebagai sebuah bentuk hobi bagi orang dewasa. Maka dari itu,
kegunaan irigami tidak hanya sebagai seni keterampilan atau untuk membuat mainan
dari kertas saja.
Di Indonesia sendiri origami bisa dikatakan memiliki ruang khusus bagi
penggemarnya. Sejak di Play Group hingga taman kanak – kanak (TK) pelajaran
keterampilan melipat kertas sudah diajarkan, mulai dari melipat kertas menjadi kipas,
bunga sampai hewan. Tapi beranjak dewasa, seni keterampilan itu tidak lagi dipelajari
disekolah, lambat laun orang tua mulai melupakan seni lipat ini. Namun diluaran, seni
melipat kertas justru berkembang pesat, bahkan menjadi nilai tersendiri yang bernilai
seni. Seni melipat kertas yang sangat popular di negeri sakura ini, merujuk pada seni
melipat kertas menjadi suatu bentuk atau gambaran tertentu. Bentu yang dimaksud bisa
berupa hewan, tumbuhan ataupun benda tertentu.
Selain menyenangkan, kegiatan ini memiliki banyak manfaat lain, di antaranya
dapat meningkatkan kreativitas dan motoric halus anak. Pasalnya, membuat origami
membutuhkan ketelitian dan imajinasi sehingga saraf otak akan bekerja dengan baik.
Tentu saja, dampaknya akan positif bagi perkembangan otak. Manfaat yang akan
didapat saat belajar origami adalah :
1.) Anak akan semakin akrab dengan konsep – konsep dan istilah – istilah matematika
geometri, karena pada saat seseorang menerangkan origami akan sering
menggunakan istilah matematika geometri contohnya garis, titik, perpotongn dua
garis, titik pusat, segitiga dll.
2.) Bermain origami akan meningkatkan keterampilan motoric halus anak, menekan
kertas dengan ujung-ujung jari adalah latihan efektif untuk melatih halus anak
3.) Meningkatkan dan memahami pentingnya akurasi, saat membuat model origami
terkadang kita harus membagi 2,3 atau lebih kertas, hal ini membuat anak belajar
mengenai ukuran dan bentuk yang diinginkan serta keakuratannya.
4.) Meningkatkan citra diri dan bakat anak
5.) Saat bermain origami anak terbiasa. Belajar mengikuti instruksi yang runtut
6.) Mengembangkan pemikiran logis
7.) Bermain origami secara konsisten juga merupakan latihan berkonsentrasi membuat
sebuah model origami tentu saja membutuhkan konsentrasi dan hal ini dapat
dijadikan sebagai ajang latihan untuk memperpanjang rentang konsentrasi seorang
anak, dengan syarat origaminya dilakukan secara kontinyu dan model yang
diberikan bertahap dari yang paling mudah yang dapat dikerjakan oleh anak lalu
terus ditingkatkan sesuai kemampuannya
8.) Meningkatkan persepsi visual dan spasial
9.) Mendapatkan untuk tahu lebih banyak tentang hewan dan lingkungan mereka. Hal
ini karena bentuk origami yang dibuat dapat dipilih oleh kita dan dapat dijadikan
sebagai media pengenalan hewan dan lingkungan anak
10.) Memperkuat ikatan emosi antara orang tua dan anak, bermain origami disertai
komunikasi yang menyenangkan ini akan membangun ikatanyang sungguh baik
antara anak dan orang tua atau perawat dan pasien
Contoh cara melipat kertas origami
TERAPI BERMAIN ULAR TANGGA
A. Latar belakang
Bermain merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
anak-anak, sekalipun anak dalam keadaan sakit dan dirawat. Melalui media bermain
anak belajar berkata-kata dan belajar beradaptasi dengan lingkungan, obyek, waktu,
ruang dan orang.
Dalam keadaan sakit dan dirawat di rumah sakit, bermain tetap diperlukan untuk
melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan. Dengan bermain anak dapat
mengekspresikan pikiran, perasaan dan fantasi. Disamping itu anak dapat tetap
mengembangkan kreatifitasnya serta agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress.
Untuk memfasilitasi keadaan diatas diperlukan peran perawat dalam
memberikan aktifitas bermain yang tepat pada anak sesuai dengan tahap tumbuh
kembangnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan permainan, diharapkan pada anak dapat mengembangkan
kreativitas dan kesabaran melalui pengalaman, dapat beradaptasi efektif terhadap
stress karena penyakit dan dirawat di rumah sakit. Serta dapat meningkatkan
optimistis pada dirinya untuk sembuh agar pengobatan dapat berjalan dengan baik.
2. Tujuan Khusus
Setelah bermain anak diharapkan:
a. Mengetahui respon verbal, psikomotor dan emosional anak usia 6-8 tahun
b. Menghilangkan / mengurangi perasaan takut dan kecemasan
c. Distraksi dan relaksasi dari penyakit yang diderita
d. Memenuhi kebutuhan aktifitas bermain
C. Kriteria
1. Anak usia prasekolah 6-8 tahun
2. Anak dalam kondisi baik/cukup
3. Anak dapat/boleh berjalan
D. Metode
Metode/cara yang digunakan adalah dengan berkolompok untuk memainkannya,
tetapi untuk mencapai hasil permainan dilakukan secara individu. Sejumlah anak
dikumpulkan dalam satu permainan ular tangga yang terdiri minimal 3 orang. Dan di
dalam permainan ini seorang anak diharapkan bermain secara individu dalam bentuk
perlombaan.