FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
PLAGUE INFECTION (PES)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan student project yang
berjudul “Plague Infection (Pes)” tepat waktu. Penulisan student project ini
bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Plague Infection (Pes).
Dalam penyelesaian student project ini, penulis mengalami beberapa kesulitan
terutama dalam penentuan sub bahasan serta pemilihan kosa kata. Namun berkat
bimbingan dari berbagai pihak, tulisan ini akhirnya bisa terselesaikan. Oleh karena
itu sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Evaluator kami, dr. Anak Agung Ayu Yuli Gayatri, Sp.PD-KPTI atas
bimbingan dan arahan yang mencerahkan.
2. Fasilitator kami, dr. Ryan Saktika Mulyana, M.Biomed, Sp.OG atas bimbingan
dan motivasi yang selalu diberikan.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar bisa lebih
baik lagi di kemudian hari.
Denpasar, 1 Oktober 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3 Tujuan ............................................................................................. 2
1.4 Manfaat ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi ............................................................................................ 3
2.2 Epidemiologi ................................................................................... 3
2.3 Etiologi ............................................................................................ 4
2.4 Patofisiologi .................................................................................... 5
2.5 Tanda dan Gejala ............................................................................ 6
2.6 Faktor Risiko ................................................................................... 7
2.7 Diagnosis Banding .......................................................................... 8
2.8 Metode Diagnosis ......................................................................... 10
2.9 Penatalaksanaan ............................................................................ 10
2.10 Pencegahan .................................................................................. 11
2.11 Prognosis ...................................................................................... 12
BAB III PENUTUP .................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan student project ini adalah :
1. Mengetahui definisi dari plague infection?
2. Mengetahui etiologi, tanda dan gejala dari plague infection?
3. Mengetahui epidemiologi dari plague infection?
4. Mengetahui faktor risiko dari plague infection?
5. Mengetahui patofisiologi dari plague infection?
6. Mengetahui diagnosis dan diagnosis banding dari plague infection?
7. Mengetahui prognosis dari plague infection?
8. Mengetahui pencegahan dari plague infection?
9. Mengetahui penatalaksanaan dari plague infection?
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan student project ini adalah :
1. Bagi pembaca dapat memahami dan mengetahui definisi, etiologi, tanda dan
gejala, epidemiologi, faktor risiko, patofisiologi, diagnosis dan diagnosis
banding, prognosis, komplikasi, pencegahan serta penatalaksanaan dari plague
infection.
2. Bagi penulis dapat memenuhi tugas student project dan memacu kami agar
dapat menggali informasi lebih dalam tentang plague infection sehingga dapat
menggunakan informasi yang kami dapatkan sebagai bekal saat berpraktek di
fase klinik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Pes adalah penyakit berupa infeksi bakteri pada organ getah bening ataupun
paru-paru yang menjangkit manusia dan mamalia lainnya. Penyakit ini disebabkan
oleh bakteria bernama Yersinia pestis, bakteri zoonosis yang sering ditemukan pada
kutu mamalia dan pada mamalia itu sendiri. Pes merupakan penyakit yang sangat
parah pada manusia, dapat terjadi dalam bentuk bubonic, pneumonic, dan
septicaemic. Ditambah lagi, pes sangat menular dikarenakan dapat memicu wabah
melalui inhalasi droplets orang yang terjangkit pes pneumonic, ataupun bisa juga
menular melalui gigitan kutu yang terinfeksi, kontak langsung dengan jaringan
yang terinfeksi, maupun benda-benda yang terkontaminasi. Manusia yang
terjangkit biasanya menunjukkan tanda dan gejala setelah periode inkubasi satu
hingga tujuh hari.4
Kematian yang disebabkan oleh penyakit pes sangat terkenal pada abad
pertengahan di Eropa. Pes mempunyai peran yang besar dalam sejarah, di mana
menyebabkan tiga wabah besar, yakni Justinian Plague (541 SM) membunuh
setidaknya 250 juta orang, Great Plague atau Black Death (1334) yang menghabisi
50 juta jiwa, hampir 60% penduduk Eropa, dan Modern Plague (1860-an)
mengakibatkan kurang lebih 10 juta orang meninggal (CDC, 2015). Meskipun
bukan penyakit yang umum dan dapat ditangani dengan antibiotik, pes tetap harus
menjadi perhatian bagi kesehatan dunia. Pes yang tidak tertangani tepat waktu akan
menyebabkan konsekuensi yang parah berlanjut ke prognosis yang buruk pula.
Bahkan karena penularannya yang cepat, pes juga dikhawatirkan menjadi agen
yang berpotensi dalam perilaku bioterorisme.5
2.2 Epidemiologi
Pes ditemukan di seluruh kontinen, kecuali Oceania. Tentunya risiko terjadinya
wabah pes di mana terdapat bakteri, baik dalam hewan reservoir maupun vector
lainnya dan terdapat pula populasi manusia. Pes telah banyak terjadi di Afrika, Asia,
dan Amerika Selatan, tetapi sejak tahun 1990-an kebanyakan terjadi di Afrika
dengan tiga negara paling endemis yakni, Republik Demokrasi Kongo,
Madagaskar, dan Peru. Di Madagaskar sendiri, kasus pes dengan bentuk bubonic
3
4
telah dilaporkan hampir setiap tahun, selama musim epidemi, antara bulan
September dan April.4 Pes banyak ditularkan oleh tikus-tikus yang mendiami kapal.
Karena itu, banyak kota-kota pelabuhan yang menjadi tempat pertama terjadinya
wabah. Di Amerika, lebih dari 80% kasus merupakan bentuk bubonic di mana rata-
rata tujuh kasus telah dilaporkan tiap tahunnya (berkisar 1-17 kasus per tahun). Pes
dilaporkan terjadi pada manusia dengan berbagai rentang usia, walaupun 50% kasus
terjadi pada rentang usia 12-45 tahun.6
Data Weekly Epidemiological Record untuk tahun 2010 sampai 2015
menunjukkan bahwa pada tahun 2015 di Afrika terjadi 301 kasus dan 71 kematian.
Sementara total untuk seluruh dunia sendiri menunjukkan angka 320 kasus dan 77
kematian. Ini menandakan bahwa Afrika masih menjadi tempat terbanyak
terjadinya pes.7
Sama halnya dengan yang dikatakan WHO, di mana kasus terbanyak pes di
luar Amerika Serikat masih diduduki oleh Afrika dan Asia. Kebanyakan kasus
berasal dari negara berkembang. Negara yang melaporkan lebih dari 100 kasus pes
antara lain, Cina, Kongo, India, Madagaskar, Mozambik, Myanmar, Peru,
Tanzania, Uganda, Vietnam, dan Zimbabwe. Risiko kematian dari pes dipengaruhi
oleh tipe dan penanganannya. Pes pneumonic sendiri 100% penderita yang tidak
ditangani akan meninggal, sementara hanya 50% penderita yang ditangani sembuh.
Penderita pes Bubonic yang tidak mendapatkan penanganan 50-90% akan
meninggal, sementara yang ditangani hanya 10-20% sembuh. Di Amerika Serikat,
kebanyakan kasus terjadi pada orang kulit putih yang bertempat tinggal di kawasan
endemis seperti Arizona, New Mexico, dan Utah. Manusia yang terekspos dengan
lingkungan domestik atau di luar rumah seperti pemburu, penambang, dan turis
dilaporkan sering terkena infeksi. Hingga saat ini, pes tidak mempunyai
kecenderungan seksual, tetapi diketahui lebih sering pada laki-laki daripada
perempuan dikarenakan laki-laki lebih banyak beraktivitas di luar ruangan.8
2.3 Etiologi
Penyakit pes (plague) adalah salah satu zoonosis yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Yersinia pestis. Yersinia pestis merupakan bakteri gram negatif bersifat
nonmotil, berbentuk batang (bacillus) terkadang
berbentuk coccobacillus, memiliki dua kutub (bipolar) yang dapat diamati dengan
5
pewarnaan Wright, Giemsa dan Wayson. Bakteri penyebab penyakit pes tersebut
termasuk dalam famili Enterobacteriaceae yang tidak mampu memfermentasi
laktosa dan hasil uji indol dan ureasenya negatif. Bakteri Yersinia dapat tumbuh
optimal pada suhu 28°C pada agar darah atau Mac Conkey Agar selama 48 jam
observasi. Ukuran koloni bakteri lebih kecil dibanding famili Enterobacteriaceae
lainnya serta memiliki sejumlah faktor virulen yang mampu bertahan di dalam
tubuh manusia.9
Yersinia pestis mampu bertahan kurang dari sejam di udara. Akibat gen-gen
(faktor virulen) yang dimiliki Y. pestis maka bakteri tersebut mampu bertahan di
dalam tubuh pinjal dan sewaktu-waktu dapat berubah karakteristiknya apabila
masuk ke tubuh manusia sehingga menimbulkan penyakit yang fatal pada manusia.
Protease merupakan salah satu faktor virulen yang dimiliki oleh Y. pestis, yang
mampu menghancurkan bekuan darah sehingga bakteri dapat menyebar dari bagian
yang tergigit pinjal menuju limfonodus. Organisme tersebut di dalam tubuh
manusia menghasilkan kapsul yang sangat toksik dan mampu bertahan di dalam
makrofag. Ketika makrofag yang memfagosit bakteri Y. pestis lisis maka toksin
akan menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah.9
Yersinia pestis dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama (24 hari) pada
kondisi alami di tanah. Y.pestis rentan terhadap sejumlah desinfektan seperti 1%
sodium hipoklorit, 70% etanol, 2% glutaraldehid, formaldehid, iodine dan
desinfektan fenol. Bakteri ini inaktif pada suhu 121 °C selama 15 menit atau 160-
170 °C selama 1 jam.9
2.4 Patofisiologi
Yersinia pestis merupakan bakteri cocobacillus gram-negatif yang tidak
berporulasi, nonmotil, dan pleomorfik. Bakteri tersebut menguraikan endotoksin
lipopolisakarida, koagulase, dan fibrinolisin, yang merupakan faktor utama dalam
patogenesis. Patofisiologi pada dasarnya melibatkan dua fase utama yakni siklus di
dalam kutu dan siklus di dalam tubuh manusia.10
Transmisi bakteri Yersinia pestis terjadi karena adanya suatu fenomena
blockage yang berada pada proventrikulus kutu (katub antara esophagus dan
midgut) yang menghalangi makanan. Setelah menelan darah yang terinfeksi,
fosfolipase D yang dikodekan oleh plasmid membantu bakteri survive dalam
6
digestive juice dan menahan faktor antibakteri yang aktif di lokus midgut kutu dan
lokus penyimpanan haemin (hms) yang berfungsi untuk kolonisasi dan
pembentukan biofilm pada kutu. Yersinia pestis menyebar dari tempat infeksi
dalam makrofag melalui aktivator plasminogen, yang dikodekan oleh plasmid pPst.
Setelah fagositisasi, penyakit ini berkembang melalui gigitan, proses menelan
maupun inhalasi. Neutrofil membunuh bakteri tersebut, namun makrofag yang
mengkhagositorinya tidak berhasil membunuh sehingga tumbuh secara intraselular
di dalam vakuola.11
Pada hospes yang rentan, makrofag terinfeksi tadi dibawa ke kelenjar getah
bening, hati, dan limpa dimana bakteri menyebabkan makrofag untuk dicerna.
Kemudian bakteri tumbuh secara ekstraselular. Pertumbuhan ekstraselular
memerlukan plasmid PSS/Pyv yang dikodekan TTTP dan translokasi YOP. Yops
mengganggu fungsi sel kekebalan tubuh dan dapat menyebabkan kematian sel imun
oleh apoptosis. LcrV (antigen V) memiliki aktivitas antiinfamasi melalui CD14 dan
TLR-2 untuk meningkatkan kadar IL-10. Kapsul pFra yang bersifat anti-fagositosis,
mencegah bakteri ekstraselular terfagositosis. Setelah terjadi lisis fagosit,
bacteremia dapat terjadi dan menyebabkan invasi organ jauh.11
Jalur penularan Yersinia pestis pada manusia:
1. Gigitan oleh kutu
2. Paparan manusia dengan penyakit pneumonia
3. Penanganan bangkai yang terinfeksi
4. Goresan atau gigitan dari kucing yang terinfeksi
5. Paparan aerosol yang mengandung bakteri.12
diri di nodus limfe sekitar tempat gigitan serangga yang terinfeksi. Jika pasien tidak
diberika antibiotik yang tepat, maka bakteri ini dapat menyebar ke seluruh tubuh.13
Pasien septicemic plague menunjukan gejala demam, menggigil, kelelahan
berat, nyeri perut, syok dan terkadang terjadi perdarahan di kulit dan organ lainnya.
Kulit dan organ lain yang mengalami perdarahan akan menghitam dan mati,
terutama di jari tangan jari kaki, dan hidung. Septicemic plague dapat menjadi
gelaja pertama dari penyakit plague, namun dapat juga menjadi gejala lanjutan dari
bubonic plague. Septicemic plague dapat terjadi karena gigitan serangga yang
teinfeksi atau dari hewan yang terinfeksi.13
Pneumonic plague memiliki gejala demam, sakit kepala, kelelahan, dan
berkembang menjadi pneumonia dengan cepat disertai napas yang pendek, nyeri
dada, batuk, dan terkadang terdapat mukus yang berair atau berdarah. Pasien yang
mengalami pneumonic plague akibat menghirup droplet yang terinfeksi atau
perkembangan dari bubonic atau septicemic plague yang tidak diobati. Bakteri ini
menyebar ke paru-paru dan berakibat pada gangguan bernapas dan syok.
Pneumonic plague adalah penyakit yang paling serius dari infeksi bakteri ini dan
dapat ditularkan satu orang ke orang lainnya melalui droplet yang terinfeksi.13
2.9 Penatalaksanaan
Pengobatan terbaru yang telah disetujui oleh badan Administrasi Makanan dan
Obat-obatan AS (FDA) diantaranya yaitu dengan menggunakan Levofloxacin dan
Fluoroquinolones seperti Ciprofloxaxin. Namun untuk obat ini penelitiannya baru
dilakukan secara in vitro dan hewan uji, dan terbukti bahwa Antibiotik tambahan
ini dianggap efektif untuk pengobatan pasien dengan wabah.21
11
2.10 Pencegahan
Dalam menghindari adanya perkembangan penyakit Pes (Plague infection),
perlu adanya suatu pencegahan dalam memutus rantai penyebaran bakteri ini. Pes
merupakan penyakit yang dapat terjadi pada manusia maupun mamalia lainnya
setelah digigit oleh kutu hewan pengerat (rodentia) yang membawa bakteri plague
atau setelah kontak dengan hewan yang terinfeksi bakteri plague.23 Untuk
mewujudkan hal tersebut, penyebaran bakteri dapat dicegah dengan beberapa cara,
yaitu:
1. Mengurangi habitat hewan pengerat di lingkungan rumah, tempat kerja, serta
tempat yang sering dikunjungi. Bersihkan tumpukan batu, sampah serta persedian
makanan hewan pengerat yang ada, seperti makanan hewan peliharaan dan hewan
liar. Serta pastikan konstruksi rumah dan bangunan sekitar tahan terhadap hewan
pengerat.
12
2. Pakailah sarung tangan jika berkontak langsung seperti saat menangani atau
menguliti hewan yang berpotensi terinfeksi bakteri untuk mencegah kontak antara
kulit dengan bakteri secara langsung.
3. Gunakan bahan untuk melindungi diri dari kutu hewan pengerat seperti produk
obat yang mengandung diethyltoluamide (DEET) berupa minyak yang dapat
dioleskan pada kulit serta pakaian.
4. Menghindari menyebaran kutu pada hewan peliharaan dengan menggunakan
produk control kutu dan rajin merawat hewan peliharaan dengan baik agar tetap
bersih. Hewan yang berkeliaraan dengan bebas cenderung bersentuhan dengan
hewan atau kutu yang terinfeksi bakteri plague dan dapat membawa bakteri tersebut
ke rumah. Apabila hewan peliharaan menjadi sakit, perawatan dari dokter hewan
sesegera mungkin sangat diperlukan.
5. Jangan biarkan hewan liar berkeliaraan di daerah rumah anda.
Vaksin Pes memang telah ditemukan, namun sudah tidak lagi tersedia di
Amerika Serikat, karena vaksin ini sedang dalam pengembangan dan belum
diperkirakan akan tersedia secara komersil dalam waktu dekat.24
2.11 Prognosis
Penyakit Plague apabila tidak ditangani akan menyebabkan penderita
mengalami gejala yang parah dan menyebabkan penderita merasa sangat kesakitan.
Penyakit plague ini jarang, namun harus tetap ditangani dengan tepat. Adanya
antibiotik yang adekuat menjadikan prognosis penyakit ini banyak berubah dari
semula.25,26
Pada penyakit plague tipe bubonic, penderita yang mendapatkan penanganan
berupa antibiotic yang adekuat memiliki tingkat kematian yang rendah, yaitu sekitar
1-15%. Namun, apabila penderita dibiarkan tanpa mendapatkan penanganan yang
tepat, bakteri akan berkembang hingga ketingkat yang sangat berbahaya, yang
mana tingkat kematian penderita akan semakin tinggi, dan tipe plague dapat
berkembang menjadi tipe Septitemic maupun Pneumonic. Tingkat kematian pada
tipe septitemic lebih tinggi, yang berkisar antara 20-40%. Sementara pada tipe
pneumonic, tingkat kematian akan mencapai 100% apabila tidak diobati dalam
kurun waktu 18 hingga 24 jam.25,26,27,28
BAB III
PENUTUP
Pes atau Plague adalah penyakit berupa infeksi bakteri pada organ getah bening
ataupun paru-paru yang menjangkit manusia dan mamalia lainnya. Penyakit ini
disebabkan oleh bakteria bernama Yersinia pestis yang mampu bertahan di dalam
tubuh pinjal yang sewaktu-waktu dapat berubah karakteristiknya apabila masuk ke tubuh
manusia sehingga menimbulkan penyakit yang fatal pada manusia.. Kasus terbanyak pes
di luar Amerika Serikat masih diduduki oleh Afrika dan Asia. Kebanyakan kasus
berasal dari negara berkembang.
Transmisi bakteri Yersinia pestis terjadi karena adanya suatu fenomena
blockage yang berada pada proventrikulus kutu (katub antara esophagus dan
midgut) yang menghalangi makanan. Tanda dan gejala plague muncul tergantung
dari bagaimana bakteri masuk dan menginfeksi tubuh. Penyebarannya dapat terjadi
pada pes paru-paru melalui droplet saat penderita pes batuk, yang terhirup oleh
orang lain. Diagnosis definitive dari pes dapat ditegakkan dengan melakukan uji
kultur di laboratorium. Pengobatan terbaru yang telah disetujui oleh badan
Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) diantaranya yaitu dengan
menggunakan Levofloxacin dan Fluoroquinolones seperti Ciprofloxaxin.
Penyebaran bakteri dapat dicegah dengan beberapa cara yaitu mengurangi
habitat hewan pengerat di lingkungan rumah, pakail sarung tangan jika berkontak
langsung dengan hewan yang berpotensi terinfeksi bakteri, gunakan bahan untuk
melindungi diri dari kutu hewan pengerat, menghindari menyebaran kutu pada
hewan peliharaan, jangan biarkan hewan liar berkeliaraan di daerah rumah anda.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
15
23. Santana LA, Santos SS, Gazineo JLD, Gomes AP, Miguel PSB, et al. Review
Article: Plague: A New Old Disease. J Epidemiol Public Health Rev. 2016 June
15;1(4):1-5.
24. Suwarto S. Pemyakit tropik dan infeksi pada aba 21: Apakah masih relevan.
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. 2017 Jan 26;1(2).