Anda di halaman 1dari 20

0

LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN PAKAN IKAN

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING BIJI KARET


(Hevea brasiliensis) TERFERMENTASI DALAM FORMULASI
PAKAN IKAN TAMBAKAN (Helostoma temminckii)

THE USE OF RUBBER SEED (Hevea brasiliensis) FERMENTED


IN KISSING GOURAMI (Helostoma temminckii) FEED
FORMULATION

Kelompok 4

M. Nurfaizi 05051181821005
Lila Yurtiana 05051181621008
The Best Akbar Esa Putra 05051281621019
Nata Yusuf 05051181621022
Dwi Kurnia Wati 05051381621028
Indriani Agustini 05051381621032

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018

Universitas Sriwijaya
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah dan
berkembang. Sebagai suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang
berhubungan dengan penangkapan, pemeliharaan dan pembudidayaan ikan, Ikan
tambakan Helostomatemminckii (Cuvier, 1829) merupakan salah satu ikan air
tawar yang bernilai ekonomis tinggi yang berasal dari Asia, khususnya Thailand
hingga Indonesia dan banyak dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi, baik segar
maupun ikan olahan (ikan kering dan ikan asin), serta merupakan jenis ikan hias
yang populer di Jepang, Eropa, Amerika Utara dan Australia (Froese dan Pauly,
2016). Ikan tambakan memiliki potensi untuk dibudidayakan karena mampu
beradaptasi terhadap perairan dengan kadar oksigen terlarut rendah serta memiliki
fekunditas yang tinggi. Dalam budidaya ikan tembakan terdapat permasalan-
permasalan yang di hadai para pembudidaya salah satunya yaitu kurangnya
ketersedian benih, karena masih memanfaatkan dari alam, meskipun sudah di
kembangkan Pemijahan ikan tambakan menggunakan pemijahan semi alami
dengan rangsangan hormon sintetik akan tetapi keberhasilan penetasan hanya
70% (Frisca, 2015).
Pada saat pemeliharaan ikan tembakan salah satu faktor lain yang
menunjang keberhasilan dalam budidaya yaitu pakan yang diberikan pada ikan
tembakan, hal ini dikarenakan apa bila nutrisi yang diberikan pada ikan tidak
sesuai maka pertumbuhan ikan akan terhamabat dan dapat terjadi kematian pada
ikan karena kurangnya nutrisi. Salah satu bahan alternatif yang dapat ditambahkan
dalam pakan ikan tembakan yaitu tepung biji karet, Ditinjau dari kandungan
nutrisinya, biji karet berpotensi untuk dijadikan bahan baku pakan. Biji karet
memiliki kandungan protein yang tinggi yaitu 27,0%, karbohidrat 33,7%, lemak
32,3%, dan kadar abu 3,4% . Kemudian kandungan gizi biji karet yang telah
difermentasi terutama protein mengalami peningkatan dibandingkan biji karet
murni. Biji karet mengandung protein 27%, setelah difermentasi kandungan
proteinnya menjadi 30,15% (Rivai., 2014).

1 Universitas Sriwijaya
2

Biji karet memiliki kandungan gizi terutama protein yang berpotensi


dimanfaatkan sebagai bahan baku pangan (Eka, et al.,2010). Pemanfaatan biji
karet sebagai bahan pangan belum optimal digunakan. Melimpahnya biji karet di
Kabupaten Bengkulu Utara merupakan salah satu modal untuk meningkatkan
industri pangan kreatif di kabupaten tersebut. Salah satu kendala kurang
optimalnya pemanfaatan biji karet sebagai bahan pangan adalah adanya asam
sianida (HCN) yang terkandung dalam biji karet. Cara yang dapat di lakukan
untuk mengurangi kandungan asam sianida (HCN) yaitu: Teknik reduksi asam
sianida(HCN), yang dilakukan dengan Pemanasan, karena pemanasan merupakan
salah satu cara untuk menurunkan kadar HCN pada biji karet
Sebelum di jadikan pakan biji karet diolah terlebih dahulu dengan cara melakukan
fermentasi, fermentasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan daya cerna,
karena biji karet yang telah difermentasi memiliki tekstur yang lebih lembut dari
biji karet yang belum difermentasi sehingga memudahkan ikan untuk
mencernanya. Fermentasi juga bertujuan untuk meningkatkan kandungan protein
dalam biji karet (Daulay,et al., 2013).

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pengetahuan bahan pakan ikan ini
mahasiswa diharapkan:
1. Memahami teknik pengolahan bahan baku pakan ikan
2. Mampu menyusun formulasi dan membuat pakan ikan
3. Mengetahui cara mengevaluasi pakan ikan yang telah dibuat baik secara fisik,
kimia, maupun biologis.

Universitas Sriwijaya
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tepung Biji Karet


Perkebunan karet hampir menyebar di seluruh wilayah Indonesia.
Sumatera dan Kalimantan merupakan wilayah dengan luas lahan dan produksi
karet tertinggi di Indonesia. Biji karet memiliki kandungan gizi terutama protein
yang berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan baku pangan (Eka,et al., 2010).
Pemanfaatan biji karet sebagai bahan pangan belum optimal digunakan. Salah
satu kendala kurang optimalnya pemanfaatan biji karet sebagai bahan pangan
adalah adanya asam sianida (HCN) yang terkandung dalam biji karet. Penelitian
terkait teknik reduksi HCN telah dilakukan sebelumnya (Ukpebor,et al., 2007).
Dilihat dari komposisi kimianya kandungan protein biji karet sangat
tinggi, selain kandungan protein yang sangat tinggi, pola asam amino biji karet
juga sangat baik. Asam amino yang banyak terkandung di dalam biji karet adalah
asam glutamik, asam aspartik,dan leucina sedangkan methioninedan cystine
merupakan kandungan asam amino terendah. Adapun analisis proksimat tepung
biji karet dan beberapa kandungan kimia (100 g berat kering) yaitu: air 3,6 %,
kadar abu 3,4 %, protein 27,0%, lemak 32,3% BETN 33,7%, tiamin 450,0%,
asam nikotinat 2,5%, akroten dan tokoferol 250,0%, sianida 330,0%
(Daulay,et al., 2013).
Penambahan tepung biji karet dalam pakan ikan telah di aplikasikan ke
beberapa ikan misalnya pada penelitian Riga Oganda, et al., (2015), dengan
menggunakan ikan patin(Pangasius pangasius).Dapat diperoleh bahwa fermentasi
biji karet dalam pakan mampu memacu pertumbuhan ikan patin (Panggasius
pangasius), deanga persentasi biji karet sebesar 40%. Menurut Rudy Agam,et al.
(2015), menyatakan bahwa biji karet yang difermentasi dalam pakan ikan nila
BEST mampu dimanfaatkan ikan dengan baik dan berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan efisiensi pakan benih ikan Nila BEST (Oreochromis niloticus)
dengan persentasi biji karet sebesar 45 % . Menurut Adelia, et al., (2014),
dmenyatakan bahwa tepung biji karet dalam pakan mampu memacu pertumbuhan
benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac) dengan persentasi biji karet

Universitas Sriwijaya
3
4

sebesar 80 %. Menurut Abdul, R. L., et al., (2013), menyatakan bahwa


penggunaan tepung biji karet pada benih ikan mas (Cyprinus carpio) dapat
meningkatkan pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio),dengan persentasi biji
karet sebesar 100%.

2.2. Klasifikasi Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)


Menurut Effendi (2008),susunan taksonomi ikan tembakan adalah sebagai
berikut:
kingdom : Animalia
filum : Chordata
kelas : Pisces
ordo : Labyrinthici
famili : Anabantidae
genus : Helostoma
spesies : Helostoma temminckii
Ciri-ciri ikan tambakan yaitu memiliki badan pipih dan berbentuk oval
lonjong, mulut monyong dan dapat disembulkan, celah mulut horisontal sangat
kecil,rahang atas dan bawah sama, bibir tebal, memiliki deretan gigi yang pada
ujungnya berwarna hitam, sisik tergolong stenoid, pada daerah punggung bewarna
kehijauan dan mempunyai garis sisik (linea lateralis). Kesukaannya
menempelkan bibir tebalnya pada benda apapun atau pada bibir pasangannya
menjadikan ikan tambakang disebut kissing gourami (Adawiyah, 2007).
Ikan tembakan merupakan satu-satunya ikan dari anggota famili
helostomatidae yang dapat ditemukan di Asia Tenggara. Selain sebagai ikan
konsumsi, ikan ini juga dipelihara sebagai ikan hias, karena warnanya yang unik
dan kebiasaannya menghisap dan mencium bibir ikan lain, tanaman air dan benda
lainnya (Mahyuddin, et al.,2011).

2.3. Habitat dan Penyebaran Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)


Ikan tambakan biasa hidup di perairan rawa (black fish) yang banyak
ditumbuhi tanaman air. Ikan ini dapat hidup pada kondisi perairan asam (pH 5,5-
6,5) dan kadar oksigen yang relatif rendah (3-5 mg/L-1). Pada saat musim
kemarau, ikan ini cenderung tinggal di cekungan tanah pada perairan rawa

Universitas Sriwijaya
5

(lebung) atau danau yang masih berisi air. Sedangkan pada saat musim penghujan,
air tinggi dan menyebar di rawa yang lebih luas. Saat memijah ikan ini akan
menuju tepi sungai yang landai sehingga ikan ini mudah ditangkap. Penyebaran
ikan tambakang meliputi Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Thailand. Ikan
tambakan (Helostoma temminckii) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang
berasal dari wilayah tropis, tepatnya Asia Tenggara. Ikan tambakan dibudidaya
untuk diambil dagingnya di wilayah Asia Tenggara (Utomo, 2010 ).
Ikan tambakan dewasa dapat mencapai ukuran panjang total ± 30 cm. Ikan
ini bersifat benthos pelagis, yaitu mendiami air tepat di atas bagian bawah dengan
memakan benthos dan plankton. Ikan bentopelagis memiliki daya apung netral,
sehingga mereka dapat mengapung di kedalaman air dengan mudah. Ikan
tembakang dapat hidup pada kisaran pH 6,0 - 8,0. Ikan tembakang hidup pada
iklim tropis dengan kisaran suhu 220C – 280C pada kisaran lintang160N – 60S
(Bambang, 2001).

2.4. Kebiasaan Makan


Ikan tambakan baik benih maupun ikan dewasa menyukai plankton yang
melayang–layang dipermukaan air. Oleh karena itu, ikan ini menyukai daerah
permukaan dan daerah pertengahan perairan.Ikan tambakan adalah ikan omnivore
yang memakan segala makanan. Makan ikan tembakan (Helostoma temminckii)
bervariasi, mulai dari tanaman air, zooplankton, hingga sarangga air. Bibir ikan
tembakan dilengkapi gigi kecil membantunya mengambil makanan dari
permukaaan benda padat semisal batu. Ikan tambakan juga memiliki tapis insang
(gillraker) yang membantunya menyaring partikel plankton dari air. Saat sedang
mencabut makanan yang menempel dipermukaan benda padat memakai
mulutnya(Murni, 2007).

2.5. Kualitas Air Ikan Tembakan (Helostoma temminckii)


Kondisi lingkungan terutama kondisi perairan sangat mempengaruhi
keberhasilan Budidaya. Faktor pembatas berupa parameter kualitas air dapat
menyebabkan penyakit dan kematian. Paparan berulang yang melebihi
batastoleransi akan berpengaruh negatif terhadap kesehatandan sintasan ikan,

Universitas Sriwijaya
6

sehingga ikan menjadi maladaptive.Parameter kualitas air yang nilainya melebihi


batastoleransi bagi ikan tertentu dapat menyebabkan stress yang memengaruhi
kesehatan dan produksi budidaya.Beberapa penelitian telah dilakukan untuk
mengetahuirespons ikan terhadap paparan beberapa parameterlingkungan (Utomo,
2010).
Ikan tambakan dapat menoleransi salinitas 10 pptsampai lebih dari 24 jam.
Akan tetapi, paparan salinitasdi atas 10 ppt berpengaruh negatif pada aktivitas
dansintasannya, karena menyebabkan kematian.Ikan tambakan senang hidup di
perairan rawa yang banyak tumbuhan air. Ikan tambakan dapat hidup pada
perairan asam (pH 5,5-6,5) dan kadar oksigen yang relatif rendah (3-5 mg/L).
Pada saat musim kemarau ikan tambakan cenderung tinggal di cekungan tanah
pada perairan rawa (lebung) atau danau yang masih berisi air, sedangkan pada saat
musim penghujan air tinggi menyebar di rawa yang lebih luas. Suhu air optimum
yang memberikan hasil yang baik bagi pemeliharaan ikan tambakan antara 25-
300C. Ikan tambakan lebih menyukai tempat yang hangat berada pada ketinggian
150-750 m di atas permukaan laut (dpl) (Mahyuddin, et al. 2011).

2.6. Teknik Budidaya Ikan Tambakan


Ikan tambakan memijah sepanjang tahun tanpa adanya waktu yang khusus
untuk memijah. Frekuensi pembiakan dapat terjadi setiap 3 bulan sekali jika
tersedia pakan alami yang mencukupi. Ikan tambakan mempunyai nilai fekunditas
berkisarantara 10.400-18.173 butir. Telur-telur akan menetas dalam jangka waktu
24 jam setelah pembuahan dan larva atau benihnya melekat di bawah tumbuh
tumbuhan atau benda-benda yang mengapung, berlangsung selama 3-4 hari.
Untuk mendapatkan hasil induk yang baik, induk tembakan harus dipilih yang
matang kelamin . Kolam pemberokan induk 4 m2 atau waring berukuran 50 cm x
50 cm yang dapat menampung sebanyak 40 ekor. Hal yang harus di perhatikan
adalah induk jantan dan betina harus terpisah. Untuk mendapatkan ikan tembakan
yang dapat di konsumsi dengan ukuran 50 g/ekor ikan-ikan yang berbobot 5g/ekor
dipelihara selama 60 hari. Untuk pemberian makanan ikan tembakan baik ukuran
kecil atau ukuran besar dapat berupa plankton yang melayang-layang dalam air,
kemudian dilanjutkan dengan pemberian pakan buatan secara berkala pemberian

Universitas Sriwijaya
7

pakan dilakukan pagi siang dan sore


(Utomo, 2013).
Dalam pemberian pakan harus di kontrol karena pakan yang berlebih dapat
menyebabkan kualiats air menjadi buruk. Hal ini dapat berpengaruh pada
kesehatan ikan misalnya ikan akan terserang peyankit Trichodina sp yang
disebabkan oleh protozoa yang bisanya meyerang bagian luar tubuh ikan seperti
sisik, insang dan masih banyak lagi. Untuk mengobati ikan yang terserang
Trichodina sp dapat di lakukan dengan perendaman ikan dengan larutan formalin
40 ppm selama 24 jamadapun cara lain yang dapat di lakukan yaitu menjaga
kualitas air terutama stabilitas suhu, mengurangi kadar bahan organik atau
meningkatkan frekuensi pergantian air (Irianto, 2005).

Universitas Sriwijaya
8

BAB 3
PELAKSAANAN PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu


Praktikum Pengetahuan Bahan Pakan Ikan ini dilaksanakan di
laboratorium Dasar Perikanan, Program Studi Budidaya Perairan Jurusan
Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya. Praktikum ini
dilaksanakan padahari Selasa, dari bulan Oktober-Desember 2018.

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum pengetahuan bahan pakan ikan
disajikan dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1. Alat yang digunakan pada praktikum pengetahuan bahan pakan ikan:
No Alat Jumlah Fungsi
1 Ayakan 1 buah Untuk mengayak bahan
2 Baskom 1 buah Meletakkan bahan- bahan pakan ikan
3 Tampah 1 buah Menjemur pakan sudah di giling
4 Alat pengiling 1 buah Mengiling semua campuran bahan
5 Aquarium 0,5× 0,5 m 1 buah Sebagai wadah pemeliharaan
6. Termos 1 buah Sebagai tempat penyimpanan air
panas

3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum pengetahuan bahan pakan ikan
disajikan dalam tabel 3.2.

Tabel 3.2. Bahan yang digunakan pada praktikum pengetahuan bahan pakan ikan:
No Bahan Jumlah Fungsi
1. Tepung daging biji karet 50 gram Sebagai nutrisi pada ikan
2. Tepung ikan 200 gram Sebagai bahan campuran
3. Tepung kedelai 160 gram Sebagai bahan campuran
4. Tepung tapioka 40 gram Sebagai bahan campuran
5. Dedak 30 gram Sebagai bahan campuran
6. Minyak ikan 20 ml Sebagai bahan dasar pembuat pakan
7. Vitamin Mix 20 ml Sebagai tambahan asupan pada pakan
8. Air panas Secukupnya Sebagai peghomogen bahan pakan

8 Universitas Sriwijaya
9

3.3. Cara Kerja


3.3.1. Tepung Ikan
Teknik pembuatan tepung ikan dapatadalah sebagai berikut: Ikan di
siapkan secukupnya dan dibersihkan dari jerowan serta kotoran yang menempel
pada tubuh ikan. Ikan dikukus selama 30 menit yang bertujuan untuk
menghilangkan air dan lemak. Setelah itu dilakukan pengepresan, yang bertujuan
untuk mengeluarkan air dan lemak. Hasil presan dikeringkan dibawah sinar
matahari hingga ikan kering, bahan yang sudah kering selanjutnya diblender dan
diayak untuk mendapatkan tepung

3.3.2. Tepung Daging Biji Karet


Cangkang biji karet dipecah dan diambil daging bijinya, dibersihkan dan
dicuci menggunakan air mengalir. Daging biji karet direndam dalam air selama 36
jam yang dilakukan pergantian air tiga kali sehari untuk mengurangi asam sianida
(HCN). Daging biji karet direbus selama 30 menit dan dijemur sampai kering.
Daging biji karet yang sudah kering, diblender dan diayak untuk mendapatkan
tepung. Tepung biji karet dikukus selama 30 menit, didinginkan dan dilakukan
pengepresan untuk mengurangi kandungan minyak dan air tepung daging biji
karet sebanyak 1 kg ditambahkan air panas sebanyak 100 ml, diaduk rata,
dibiarkan dingin. Setelah dingin ditambahkan rage tempe sebanyak 20 g
(Handajani, 2007 dalam Septiana, 2018). Campuran bahan tersebut dimasukkan
ke dalam kantong plastik dan ditutup rapat didiamkan sampai terjadi fermentasi
(kurang lebih 36 jam) (Wizna,et al, 2000 dalam Septiana, 2018)

3.3.3. Pembuatan Pakan Ikan


Proses pembuatan pakan ikan adalah sebagai berikut: masing-masing
bahan ditimbang sesuai formulasai yang telah ditentukan. Bahan-bahan kering dan
bahan-bahan cair dipisahkan. Bahan kering dicampur satu per satu (kecuali tepung
tapioka dipisah sebagai bahan perekat/binder) bahan dicampur mulai dari jumlah
yang paling sedikit hingga bahan yang paling banyak, campur hingga merata
(homogen). Setelah semua bahan kering tercampur merata, tambahkan minyak
ikan dan diaduk hingga homogen. Tepung tapioka dibuat adonan dengan air panas
sampai terbentuk seperti lem, lalu tambahkan pada campuran bahan dan aduk

Universitas Sriwijaya
10

sampai merata. Campuran bahan tersebut lalu ditambahkan air kurang dari 30%
dari total pakan sambil diaduk hingga merata. Adonan yang sudah tercampur rata
dicetak menggunakan pencetak pelet atau gilingan daging (mincer). Pakan yang
dihasilkan dipotong sesuai ukuran yang dikehendaki, dan keringkan di bawah
sinar matahari. Pakan yang sudah kering dapat diberikan ke ikan atau disimpan
dalam toples atau di dalam plastik, dan diletakkan di tempat yang kering agar
menghindari kerusakan pada pakan.

3.4. Evaluasi Pakan


Pakan yang telah dibuat akan dilakukan evaluasi secara fisik, kimia dan
biologis. Evaliasi secara fisik berupa daya apung dan stabiltas pakan (daya
gumpal pakan) dalam air. sedangkan evaluasi secara kimia berupa proksimat
(kandungan protein, lemak dan karbohidrat). Sementara evaluasi biologis dengan
cara pakan dibeikan ke ikan yang dipelihara selama kurang lebih 1 (satu) bulan
kemudian di hitung pertumbuhan bobot tumbuh ikan tersebut dan nilai konversi
pakan.

3.4.1. Uji Fisik


a. Daya Apung
Pakan dijatuhkan ke dalam akuarium atau wadah lain yang berisi air
dengan kedalaman kurang lebih 20 cm. Waktu yang diperlukan mulai saat pakan
menyentuh permukaan air sampai tenggelam di dasar merupakan ukuran daya
apung.
b. daya tahan pakan (stabilitas pakan) dalam air
Pakan direndam dalam air, waktu yang dibutuhkan samapai pakan mulai
hancur (ambyar) merupakan ukuran daya tahan pakan dalam air.

3.4.2. Uji Kimia


Uji kimia pakan dilakukan untuk mengetahui kandungan gizi pakan
meliputi protein, lemak, karbohidrat, serat kasar, abu dan air.

Universitas Sriwijaya
11

3.4.3. Uji Biologis


Uji biologis di lakukan dengan cara pakan yang telah dibuat diberikan
pada ikan uji yang di pelihara selama 1 (satu) bulan. Parameter dalam uji biologis
adalah:
a. Pertumbuhan bobot (Huisman, 1976)
W=Wt-Wo
Keterangan:
W : Pertumbuhan biomasa mutlak (g)
Wt : Bobot ikan akhir (g)
Wo : Bobot ikan awal (g)

b. Konversi pakan (Steffens, 1989)


FCR= F
[(W+D)-Wo)]

Keterangan :
FCR : Konversi pakan
Wt : Bobot akhir tubuh ikan (g)
Wo : Bobot awal tubuh ikan (g)
D : Bobot ikan yang mati selama penelitian (g)
F : Bobot pakan yang diberikan (g)

c. Sintasan (Survival Rate / SR)


SR= NI x 100%
No

Keterangan :
SR : Sintasan (%)
NI : Jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)
No : Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

Universitas Sriwijaya
12

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pertumbuhan Bobot Dan FCR


Adapun hasil pertumbuhan bobot dan FCR yang di dapat selama
praktikum Pengetahuan Bahan Pakan Ikan tersaji pada tabel 4.1. sebagai berikut:
Tabel 4.1. pertumbuhan bobot dan FCR
No W FCR
1 16, 78 gram 1,20 gram

4.2. Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan, ikan yang dipelihara mengalami
pertumbuhan dari bobot ikan rata-rata 2,76 gram menjadi 16,76 gram. Sedangkan
untuk FCR didapat 1,20 gram, ini sangat baik untuk pembudidaya dikarenakan
pakan yang dibutuhkan tidak terlalu banyak. Sehingga dengan adanya
penambahan tepung biji karet dapat mempercepat pertumbuhan ikan tambakan.
Hal ini dapat di pengarui oleh jenis ikan yang digunakan karena ikan yang
digunakan merupakan ikan herbivora dimana ikan ini memiliki usus yang panjang
sehingga pada saat proses metabolisme penyerapan pakan ikan lebih bisa
memanfaatkan karena adanya bantuan dari enzim-enzim yang lain. Ini berarti
pakan pada pemberian tepung biji karet lebih mudah diserap oleh usus ikan,
dimana lemak dan karbohidrat yang dikonsumsi ikan mampu menyediakan energi
yang cukup untuk pemeliharaan tubuh ikan sehingga protein pakan dapat
dimanfaatkan dengan efisien untuk membentuk jaringan tubuh untuk
pertumbuhan (Adellia, 2013).

4.3. Survival Rate (SR)


Adapun hasil perhitungan SR pada praktikum Pengetahuan Bahan Pakan
Ikan tersaji adalh sebagai berikut:
No SR
1 73,33 %

4.4. Pembahasan

12 Universitas Sriwijaya
13

Ikan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ikan Tambakan
(Helostoma temminckii), Ikan tambakan dapat menoleransi salinitas 10 ppt sampai
lebih dari 24 jam. Akan tetapi, paparan salinitasdi atas 10 ppt berpengaruh negatif
pada aktivitas dansintasannya, karena menyebabkan kematian.Ikan tambakan
senang hidup di perairan rawa yang banyak tumbuhan air. Ikan tambakan dapat
hidup pada perairan asam (pH 5,5-6,5) dan kadar oksigen yang relatif rendah (3-5
mg/L) (Mahyuddin, et al. 2011). Sedangkan pada saat akhir pemeliharan kualitas
air yang diadapat yaitu pH 6 dan suhu 28 0C.
Pemeliharan di lakukan di dalam akuarium dengan ukuran 30 x 30 cm
dengan padat tebar awal 15 ekor ikan tambakan dengan panjang rata-rata 5,03 cm
dan bobot rata-rata 2,76. Pakan yang di berikan selama pemeliharan merupakan
pakan buatan yang diberi tepung biki karet untuk mempercepat laju pertumbuhan
ikan tembakan. Frekuensi pemberian pakan ikan dilakukan 3 kali sehari dengan
skala pukul 07.30 WIB, 12.00 WIB, dan 16.00 WIB. Dalam formulasi pakan yang
di gunakan tepung biji karet yang diberikan sebanyak 100 gram. Dari praktikum
yang telah dilakukan dapat di lihat bahwa pertumbuhan ikan tembakan pada
pemeluharan mengalami peningkatan dengan bobot akhir yaitu rata-rata 19,54
gram dan panjang ikan rata-rata yaitu 5,64 cm. Dari praktikum yang di lakukan di
dapat kan nilai pertumbuhan bobot yaitu 16,76 dengan nilai FCR yaitu 1.20 gram
dan SR yang didapat pada saat pemeliharan yaitu 73,33%.
Hal ini dapat di pengarui oleh jenis ikan yang digunakan karena ikan yang
digunakan merupakan ikan herbivora dimana ikan ini memiliki usus yang panjang
sehingga pada saat proses metabolisme penyerapan pakan ikan lebih bisa
memanfaatkan karena adanya bantuan dari enzim-enzim yang lain. Ini berarti
pakan pada pemberian tepung biji karet lebih mudah diserap oleh usus ikan,
dimana lemak dan karbohidrat yang dikonsumsi ikan mampu menyediakan energi
yang cukup untuk pemeliharaan tubuh ikan sehingga protein pakan dapat
dimanfaatkan dengan efisien untuk membentuk jaringan tubuh untuk
pertumbuhan (Adellia, 2013).

Universitas Sriwijaya
14

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah di lakukan dapat di tarik kesimpulan bahwa
penambahan tepung biji karet pada pakan ikan dapat memacu pertumbuhan ikan
tambakan lebih cepat hal ini di karenakan ikan tambakan merupakn ikan herbivora
yang memiliki usus panjang sehingga memudahkan penyerapan pakan untuk
menghasilkan energisehingga protein pakan dapat dimanfaatkan dengan efisien
untuk membentuk jaringan tubuh dan memacu pertumbuhan ikan tambakan.

5.2. Saran
Disarankan untuk melakukan pemberian pakan dengan menggunakan
tepung biji karet terhadap ikan padaskala budi daya untuk mempercepat
pertumbuhan ikan dan diperlukan ketelitian serta kesabaran dalam proses
pengolahan tepung biji karet agar datasehingga didapatkan hasil yang tepat,sesuai
dengan perlakuan yang diberikan

14 Universitas Sriwijaya
15

DAFTAR PUSTAKA

Adawyah.,2007.Pembenihan Ikan Pada Wadah Budidaya. Surabaya: Pustaka


Indah.

Adelina, Abdul, R. L., 2013. Utilization Of Rubber Seed (Havea bransiliesis)


Fermentation As Fish meal of Cyprinus carpio L Fingerling. fisheries and
Marine Science faculty, Riau University.

Adelina, Indra, S., 2014. Utilization Of Rubber Seed FlourFor Growth of Gurami
(Osphronemus gouramy) Lac. : Riau University: Fisheries and Marine
Science Faculty.
Bambang., 2001. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.

Daulay, S.Said. 2013. Penghilangan Asam Sianida (HCN) pada Biji Karet Sebagai
Ransum Pakan Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Riau. Pekanbaru. 1-9 hlm.
Effendi., 2008. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.

Eka, H. D, Aris T, Nadiah, W. A., 2010. Potential Use Of Malaysian Rubber


(Hevea brasiliensis) Seed As Food, Feed And Biofuel. Int Food Res J.
17 (1): 527-534.
Frisca, D. Marlia, H. Reza, R.R., 2015. Pengembangan potensi biji karet (Hevea
brasiliensis) sebagai bahan pangan alternatif di Bengkulu Utara.Jurnal
Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1(2): 343-346.
Fujaya., 2007. The Ecology Of Fishes. London:Academic Press.
Irianto, A., (2005). Patologi Ikan Telestoi. Yongyakarta: Gajah Mada University
Press.
Mahyuddin, Kholish., 2011. Panduan Lengkap Budidaya. Jakarta. Penebar
Swadaya.
Mashudi., 2009. Ictiology. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 110 Halaman.
Murni, S., 2007. Budidaya Ikan Air Tawar. Yogyakarta: Kanisius.
Riga, O. Indra, S. Adelina., 2015. Use Of Fermented Rubber seed (Havea
bransiliesis) In The Diets Feeds On Growth Of Catfish (Pangasius
pangasius) Fingerlings. fisheries and Marine Science faculty, Riau
University.
Rivai, R.R, Herwitarahman, A. 2014. Reduction Technique Of Hydrogen Cyanide
(HCN) Within Rubber (Hevea brasiliensis) Seed To Increase
Diversivication Of Plant-Based Protein Sources. J Halal Sci.
Rudy, A. Indra S. Nur A., 2015. Use of fermented rubber seed (Havea
bransiliesis) in diets on growth and survival rate of Nile tilapia BEST
(Oreochromis niloticus) fingerlings. fisheries and Marine Science
faculty, Riau University.

Universitas Sriwijaya
16

Salimon J, Abdullah B.M, Salih N., 2012. Rubber (Hevea brasiliensis) Seed Oil
Toxicity Effect And Linamarin Compound Analysis. Lipids Health Dis 11
(1): 74-82.
Ukpebor J.E. Ekpaja E.O. Ukpebor E.E. Egharevba O. Evedue E., 2007. Effect Of
The Edible Mushroom, Pleurotus Tubberegium On The Cyanide Level
And Nutritional Contents Of Rubber Seed Cake. Pakistan J Nutri 6 (6):
534-537.
Utomo, A. D., 2009. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Jakarta.PT.
Penebar Swadaya.

Utomo, A.D. Asyari., 2013. Peranan ekosistem hutan rawa air tawar bagi
kelestarian sumber daya perikanan di Sungai Kapuas Kalimantan Barat.
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perikanan 5(3): 1-14.

Universitas Sriwijaya
17

LAMPIRAN
Lampiran Gambar proses pembuatan pakan dan pemeliharaan

Penjemuran Biji Karet Tepung Biji Karet Pengukusan Tepung Biji


Karet

Penambahn Ragi Pada Proses Permentasi Tepung Biji Karet


Tepung Biji Karet

Tepung Tapioka Tepung Ikan Tepung Kedelai

Vitamin MIX Minyak Ikan Adonan Bahan Pakan

Universitas Sriwijaya
18

Lampiran Perhitungan Uji Biologis


Data Pertumbuhan Ikan Awal Dan Ikan Akhir Pemeliharan
No Bobot Panjang No Bobot Akhir Panjang Akhir
Awal Awal 1. 22,65 6,5
1. 5,03 6 2. 21,14 5,5
2. 3,24 4,5 3. 20,91 6
3. 2,26 4,5 4. 2,55 5
4. 4,35 6,5 5. 22,17 5,5
5. 3,30 5 6. 24,19 6,5
6. 2,50 4,5 7. 20,76 5,5
7. 1,43 4,5 8. 20,16 5
8. 1,65 4,5 9. 19,99 5,5
9. 1,62 4,5 10. 19,96 5,5
10. 2,12 4,5 11. 20,47 5,5
11. 2,30 5 Total 214,95 62
12. 2,01 4,5 Rata- 1954 5,64
13. 2,36 5 Rata
14. 3,87 6
15. 3,31 6
Total 41,35 75,5
Rata- 2,76 5,03
rata

Ikan mati 4 ekor:


Bobot ikan = 12,81
Rata-rata ikan = 3,20

1. Pertumbuhan Bobot
W= Wt-Wo
= 19,54 – 2,76
= 16, 78
2. Konversi Pakan (FCR)
FCR = F
[(Wt + D) – Wo]
= 225 g
[(214,95 + 12,81) – 41,35

Universitas Sriwijaya
19

= 225 g
227,76 – 41,35
= 225 g
186,41
= 1,20 g
3. Survival Rate (SR)
SR = Ni x 100 %
No
= 11 x 100 %
15
= 73, 33

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai