Anda di halaman 1dari 20

PRESENTASI KASUS

Ischialgia

Pembimbing :
dr. Hernawan, Sp.S

Disusun Oleh:
Risma Orchita Agwisa F G1A014031
Mia Octavia Medisa P G1A014032
Mochamad Rizki Firmansyah G1A014033
Ahmad Mustafid Alwi G1A014034

SMF ILMU SARAF


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disetujui presentasi kasus dengan judul :


“Ischialgia”

Diajukan untuk memenuhi syarat ujian blok 7.4 “Foundation for Clinical
Rotation” Bagian Saraf di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Disusun Oleh :

Risma Orchita Agwisa F G1A014031


Mia Octavia Medisa P G1A014032
Mochamad Rizki Firmansyah G1A014033
Ahmad Mustafid Alwi G1A014034

Purwokerto, November 2017

Mengetahui,
Dokter Pembimbing,

Dr. Hernawan, Sp.S

1
I. LAPORAN KASUS

1. Identitas pasien
a. Nama : Tn. Rochmat
b. Umur : 35 tahun
c. Alamat : Sokaraja kulon
d. Pekerjaan : Tukang las
e. Agama : Islam
f. Jenis kelamin : Laki-laki
2. Keluhan utama: nyeri pinggang sampai ke kaki
3. Riwayat penyakit sekarang
a. Onset : 1 bulan yang lalu
b. Kronologi: awalnya saat sedang bekerja pasien jatuh dalam posisi duduk. 2
hari setelah kejadian tersebut pasien mulai merasakan nyeri pada pinggang
akan tetapi tidak berobat
c. Kuantitas:
d. Kualitas: keluhan hilang timbul dan mengganggu aktivitas
e. Faktor memperberat: saat bangun tidur, duduk, membungkuk, dan membawa
beban berat
f. Faktor memperingan: istirahat
4. Riwayat penyakit dahulu
a. Keluhan nyeri pinggang sebelumnya disangkal
b. Hipertensi disangkal
c. Diabetes melitus disangkal
d. Trauma disangkal
5. Riwayat penyakit kelaurga
a. Keluarga tidak ada yang mengeluhkan nyeri pinggang
b. Kelurga tidak ada yang memiliki penyakit hipertensi maupun darah tinggi
6. Riwayat gizi
a. Ketika pasien makan santan pinggangnya sakit
b. Pasien dilarang memakan sayur bayam
c. Pasien jarang mengkonsumsi kopi

2
7. Riwayat sosial ekonomi
a. Pekerjaan pasien sebagai tukang las
b. Pasien sering mengangkat beban berat saat bekerja
8. Status internus pasien
a. Keadaan umum: Kompos mentis
b. Tekanan darah: 110/70 mmHg
c. Denyut nadi: 86x/menit
d. Suhu: 36 oC
e. Pernafasan: 24x/menit
f. Bb: 50,5 kg
g. Tb: 155 cm
h. Paru-paru : SD vesikuler +/+, wheezing -/-, rbh -/-, rbk -/-
i. Jantung: S1>S2, ictus kordis tak tampak, kuat angkat -, murmur negatif,
gallop negatif
j. Abdomen: datar, bising usus posititf normal, timpani, lien tidak teraba
membesar
k. Hati: hepar tidak teraba membesar
l. Kel. Limfe: tidak teraba pembesaran
m. Status gizi: -
9. Status neurologik
a. Kesadaran : komposmentis
b. Kuantitatif: GCS 15
c. Kualitatif: tingkah laku normal perasaan stabil
d. Orientasi : tempat baik, orang baik, sekitar baik
e. Jalan pikiran : baik, kecerdasan baik
f. Daya ingat kejadian baru baik, lama baik
g. Kemampuan bicara baik, sikap tubuh normal
h. Cara berjalan baik gerakan abnormal tidak ada
i. Kepala
Bentuk mesochepal, simetris, ukuran normal
Palpasi positif normal, nyeri tekan negatif
j. Leher

3
Sikap normal, gerakan normal, kaku kuduk negatif
k. Bentuk vertebrae normal, nyeri tekan vertebrae negatif
l. Pulsasi negatif, bising karotis kanan negatif kiri negatif
m. Bising subklavia kanan negatif, kiri negatif
n. Tes nafsiger negatif
o. Tes brudzinski negatif
p. Tes valsava positif nyeri pada pinggang kiri
10. Saraf otak
a. N.I olfaktorius daya penghidu (kanan) tidak dilakukan, kiri tidak dilakukan
b. N. II optikus
Daya penglihata kanan normal, kiri normal
Pengenalan kanan baik, kiri baik
Warna kanan baik, kiri baik
Medan kanan baik, kiri baik
Penglihatan kanan baik, kiri baik
Fundus tidak dilakukan
c. N. III okulomotorius
Ptosis kana (-), kiri (-)
Gerak bola mata ke medial kanan (+), kiri (+). Atas kanan (+), kiri (+). Bawah
kanan (+), kiri (+)
Ukuran pupil kanan 3mm, kiri 3mm
Bentuk pupil kanan bulat, kiri bulat
Reflek cahaya langsung kanan +N, kiri +N
Reflek cahaya konsensual kanan +N, kiri +N
Reflek akomodatif kanan +N, kiri +N
Strabismus divergen kanan (-), kiri (-)
Diplopia kana (-), kiri (-)
d. N. IV. Trokhelearis
Gerak bola mata ke lateral- bawah kanan +N, kiri +N
Strabismus convergen kanan (-), kiri (-)
Diplobia kanan (-), kiri (-)
e. N.V. trigeminus

4
menggigit kanan (+), kiri (+)
membuka mulut kanan (+), kiri (+)
sensibilitas muka kanan (+), kiri (+)
relek kornea kana (tdl), kiri (tdl)
reflek bersin kana (tdl), kiri (tdl)
reflek masseter kana (tdl), kiri (tdl)
reflek zygimatikus kana (tdl), kiri (tdl)
f. N.VI. abdusen
Gerakan mata lateral kanan (+), kiri (+)
Strabismus convergen kanan (-), kiri (-)
Diplobia kanan (-), kiri (-)
g. N. VII. Fasialis
Kerutan kulit dahi kanan (+), kiri (+)
Kedipan mata kanan (+), kiri (+)
Lipatan nasolabial kanan (+), kiri (+)
Sudut mulut kana simetris, kiri simetris
Mengerutkan dahi kanan (+), kiri (+)
Mengerutkan alis kanan (+), kiri (+)
Menutup mata kanan (+), kiri (+)
Meringis kanan (+), kiri (+)
Mengembungkan pipi kanan (+), kiri (+)
Tic fasialis kanan (-), kiri (-)
Lakrimasi kanan (-), kiri (-)
Daya kecap lidah 2/3 depan kana (tdl), kiri (tdl)
Reflek visuopalpebral kana (tdl), kiri (tdl)
Reflek glabella kana (tdl), kiri (tdl)
Reflek aurikulopalpebrae kana (tdl), kiri (tdl)
Tanda myerson kana (tdl), kiri (tdl)
Tanda chovstek kana (tdl), kiri (tdl)
Bersiul kana (tdl), kiri (tdl)
h. N.VII. vestibulokoklearis
Mendengar suara berbisik kanan +N, kiri +N

5
Mendengar detak arloji kanan +N, kiri +N
Tes rinne kana (tdl), kiri (tdl)
Tes weber kana (tdl), kiri (tdl)
Tes schwabach kana (tdl), kiri (tdl)
Tes bing kanan (tdl), kiri (tdl)
i. N. IX. Glosofaringeus
Arkus laring kana (tdl), kiri (tdl)
Daya kecap lidah 1/3 belakang kana (tdl), kiri (tdl)
Reflek muntah kanan (tdl), kiri (tdl)
Sengau kanan (+), kiri (+)
Tersedak kanan (-), kiri (-)
j. N. X. Vagus
Denyut nadi permenit kanan normal, kiri normal
Arkus laring kanan (tdl), kiri (tdl)
Bersuara kanan (+), kiri (+)
menelan kanan (+), kiri (+)
k. N. XI Asesorius
Memalingkan kepala kanan +N, kiri +N
Sikap bahu kanan +N, kiri +N
Mengangkat bahu kanan +N, kiri +N
Trofi otot bahu kanan (-), kiri (-)
l. N. XII. Hipoglosus
Sikap lidah simetris
Artikulasi jelas
Tremor lidah negatif
Menjulurkan lidah + simetris
Kekuatan lidah +/+
Trofi otot lidah eutrofi/eutrofi
Fasikulasi lidah -/-
11. Badan
a. Trofi otot punggung eutrofi, trofi otot badan eutrofi

6
b. Nyeri membungkuk badan normal, palpasi dinding perut supel, timpani
normal
c. Kolumna vertebralis: bentuk normal, gerakan bebas, nyeri tekan –
d. Sensibilitas tidak dilakukan
12. Anggota gerak atas:
a. Drop hand -, claw hand -, pritcher hand -, kontraktur -, palpasi -, tidak ada
kelainan
b. Gerakan lengan atas B/B, lengan bawah B/B, tangan B/B
c. Kekuatan lengan atas 5/5, lengan bawah 5/5, tangan 5/5
d. Tonus lengan atas N/N, lengan bawah N/N, tangan N/N
e. Trofi lengan atas eutrofi/ eutrofi, lengan bawah eutrofi/ eutrofi, tangan
eutrofi/ eutrofi
f. Sensibilitas lengan atas +/+, lengan bawah +/+, tangan +/+
g. Termis lengan atas tdl/tdl, lengan bawah tdl/tdl, tangan tdl/tdl
h. Taktil lengan atas +/+, lengan bawah +/+, tangan +/+
i. Diskriminasi lengan atas tdl/tdl, lengan bawah tdl/tdl, tangan tdl/tdl
j. Posisi lengan atas tdl/tdl, lengan bawah tdl/tdl, tangan tdl/tdl
k. Vibrasi lengan atas tdl/tdl, lengan bawah tdl/tdl, tangan tdl/tdl
Biseps trisep Radius ulna
Kana kiri Kana Kiri Kana Kiri Kana kiri
n n n n
Reflek +N +N +N +N +N +N +N +N
fisiologi
s
Perluas Negat Negat Negat Negat Negat Negat Negat negat
an if if if if if if if if
Reflek
Reflek - - - - - - - -
silang

Reflek patologis kanan -, kiri –

7
13. Anggota gerak bawah:
Inspeksi : drop foot (-) kontraktur (-) warna (-)
Palpasi : edema (-)
Tungkai atas Tungkai bawah kaki
Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan kiri
Gerakan Baik Baik Baik Baik Baik baik
Kekuatan 5 5 5 5 5 5
Tonus Normal Normal Normal Normal Normal normal
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi eutrofi
Sensibilitas
Nyeri + + + + + +
Termis Tdl Tdl Tdl Tdl Tdl tdl
Taktil + + + +
diskriminasi TDL TDL TDL TDL
Posisi TDL TDL TDL TDL
vibrasi TDL TDL TDL TDL

patella achiles
Kanan Kiri Kanan Kiri
Reflek fisioligis +N +N +N +N
Perluasan reflek - - - -
Reflek silang - - - -

Reflek patologis Kanan kiri


Babinski - -
Chaddoek - -
Oppenheim - -
gordon - -
schaffer - -
Gonda tdl Tdl
Bing Tdl tdl
Rosolimo tdl Tdl

8
Mendel bactewer tdl tdl
Test brudzinski II - -
Test laseque + +
Test guillain Tdl tdl
Test O’connel tdl Tdl
Test patrick - +
Test gsenslen tdl Tdl
Test homan Tdl tdl
Kontra patrick + +
Test edelmen Tdl tdl
Test kernig - +
Klonus paha - -
Klonus kaki - -

14. Koordinasi langkah dan keseimbangan:


Cara berjalan : - tes romberg: tdl
Ataksia : tdl disdiadokhokinesis: tdl
Rebound fenomen: tdl nisstagmus : -
Dismetri : test telunjuk- hidung: normal
Test hidung-telunjuk-hidung: normal
Test telunjuk-telunjuk: normal
Gerakan abnorml:
Tremor: - khorea: - atetosis: -
Mioklonik: - balisnus: -
15. Fungsi vegetatif
Miksi: inkontinensia urine: - retensio urine: - anuria: -
poliuria: -
Defekasi: inkontenensia alvi: - retensio alvi: -
Ereksi: -
Kelenjar keringat: -

9
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Ischialgia adalah gejala nyeri yang timbul akibat perangsangan nervus

ischiadicus (Markam,1982). Ada pula yang menyebut ischialgia sebagai nyeri

yang berpangkal pada daerah lumbosakralis yang menjalar ke pantat dan

selanjutnya ke bagian posterolateral tungkai atas, bagian lateral tungkai bawah,

serta bagian lateral kaki (Mardjono & Sidharta, 2014).

B. Etiologi

Menurut Sidharta (2014) ischialgia dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Iskhialgia sebagai perwujudan neuritis iskhiadikus primer

Iskhialgia akibat neuritis iskhiadikus primer adalah ketika nervus

iskhiadikus terkena proses radang.

2. Iskhialgia sebagai perwujudan entrapment radikulitis atau radikulopati

Pada iskhialgia radikulopati merupakan akibat dari jebakan oleh tumor,

nukleus pulposus yang menjebol ke dalam kanalis vertebralis maupun osteofit

atau peradangan (rematois spondilitis angkilopoetika, herpes zoster,

tuberkulosa) yang bersifat menindihi, menjerat dan sebagainya sehingga

terjadi radikulopati.

3. Iskhialgia sebagai perwujudan entrapment neuritis

Unsur-unsur nervus iskhiadikus yang dibawakan oleh nervi L4, L5, S1,

S2 dan S3 menyusun pleksus lumbosakralis yang berada di fasies pelvina os

sakri. Di situ pleksus melintasi garis sendi sakroiliaka dan sedikit lebih distal

10
membentuk nervus iskhiadikus, yang merupakan saraf perifer terbesar.

Pleksus lumbosakral dapat diinfiltrasi oleh sel-sel karsinoma ovarii,

karsinoma uteri atau sarkoma retroperineal. Di garis persendian sakroiliaka

komponen-komponen pleksus lumbosakralis membentuk nervus iskhiadikus

dapat terlibat dalam proses radang (sakroilitis). Di foramen infra piriformis

nervus iskhiadikus dapat terjebak oleh bursitis otot piriformis. Dalam trayek

selanjutnya nervus iskhiadikus dapat terlibat dalam bursitis di sekitar

trochantor major femoris. Dan pada trayek itu juga, nervus iskhiadikus dapat

terganggu oleh adanya penjalaran atau metastase karsinoma prostat yang

sudah bersarang pada tuber iskhii.

C. Faktor Risiko

Faktor-faktor risiko untuk ischialgia adalah sebagai berikut (Koes dkk,

2007):

1. Faktor-faktor pribadi: umur (puncak 45-64 tahun),peningkatan risiko tinggi,

rokok, stres mental,

2. Faktor-faktor kerja: aktivitas fisik berat misalnya, sering mengangkat,

terutama saat menekuk.

D. Patofisiologi

Vertebrae manusia terdiri dari cervikal, thorakal, lumbal, sakral, dan

koksigis. Bagian vertebrae yang membentuk punggung bagian bawah adalah

lumbal 1-5 denagn discus intervertebralis dan pleksus lumbalis serta pleksus

sakralis. Pleksus lumbalis keluar dari lumbal 1-4 yang terdiri dari nervus

11
iliohipogastrika, nervus ilioinguinalis, nervus femoralis, nervus genitofemoralis,

dan nervus obturatorius. Selanjutnya pleksus sakralis keluar dari lumbal 4-sakral

4 yang terdiri dari nervus gluteus superior, nervus gluteus inferior, nervus

ischiadicus, nervus kutaneus femoris superior, nervus pudendus, dan ramus

muskularis. Nervus ischiadicus adalah berkas saraf yang meninggalkan pleksus

lumbosakralis dan menuju foramen infrapiriformis dan keluar pada permukaan

tungkai di pertengahan lipatan pantat. Pada apeks spasium poplitea nervus

ischiadicus bercabang menjadi dua yaitu nervus perineus komunis dan nervus

tibialis. Permukaan anteroeksternal dari tungkai bawah dan dorsum pedis

merupakan kawasan nervus peroneus, sedangkan telapak kaki, tumit, dan

permukaan tepi luar kaki termasuk kawasan sensorik nervus tibialis (Ted, 2006).

Ischialgia merupakan rasa sakit yang disebabkan oleh kompresi umum

dan atau iritasi dari salah satu lima akar saraf yang cabang pada saraf

skiatis (ischiadicus). Nyeri dirasakan di punggung, pantat, dan berbagai

bagian kaki dan kaki. Selain rasa sakit, yang kadang-kadang berat, mungkin

ada mati rasa, kelemahan otot, dan kesulitan bergerak atau mengendalikan

kaki. Biasanya, gejala hanya merasa pada satu sisi tubuh. Linu panggul

umumnya disebabkan oleh kompresi akar saraf tulang belakang lumbal (L4,

L5) atau tulang sakral saraf akar (S1, S2, S3) atau oleh kompresi dari

saraf itu sendiri (Ted, 2006).

Nyeri radikuler HNP disebabkan oleh menonjolnya nucleus pulposus ke

dalam kanalis vetebralis akibat proses degeneratif dari anulus fibrosus atau

ligamentum flavum. Penonjolan ini mengakibatkan penekanan pada medulla

spinalis. Jika keadaan seperti ini tidak segera diobati maka lama – kelamaan akan

12
mengakibatkan adanya nyeri menjalar pada sepanjang tungkai oleh karena

adanya penekanan pada nervus ischiadicus (Ischialgia). Menonjolnya nukleus

pulposus disebabkan oleh adanya gaya yang menekan pada discus

intervertebralis yang dapat terjadi sewaktu mengangkat barang berat, jatuh

terpelanting, atau ayunan kepal (whip lash). HNP lebih sering terjadi pada daerah

lumbal bawah daripada cervical. Pada lumbal bawah antara L4-L5 dan S1, serta

korpus lumbalis terbawah. Tempat penonjolan nucleus pulposus bervariasi.

Karena itu radiks dorsalis dapat tertekan dari samping, dari medial atau posterior.

Manifestasi dari gangguan radiks bervariasi pula antara nyeri radikuler,

paraesthesia, atau hipesthesia radikuler. Penekanan terhadap radiks dorsalis yang

masih utuh dan berfungsi baik mengakibatkan timbulnya nyeri radikuler. Jika

penekanan sudah menimbulkan pembengkakan radiks dorsalis, bahkan

kerusakan struktural yang lebih berat, maka gejala yang timbul adalah

hipesthesia atau anaesthesia radikuler (Mardjono & Sidharta, 2014)

Pada individu yang aktif berjalan, sendi yang banyak mendapatkan

pembebanan adalah sendi panggul,sehingga aliran darah banyak terkonsentrasi

pada daerah tersebut. Aliran darah diperbanyak dengan maksud menyediakan

oksigen agar produksi energi dapat berjalan lancar, namun aliran tersebut justru

menyebabkan bengkak. Pembengkakan juga disebabkan oleh menumpuknya

hasil sisa metabolisme (myogelosis). Karena musculus piriformis dan musculus

obturatorius internus membengkak maka nervus ischiadicus akan terjepit (Koes

dkk, 2007).

Nervus peroneus sering terganggu karena letaknya dekat tepi dan tulang

fibula. Pada lesi di pangkal nervus ischiadicus pun otot dan kulit yang dipersarafi

13
nervus peroneus akan terganggu. Karena nervus tibialis merupakan cabang tepi

nervus ischiadicus, maka pada lesi di nervus ischiadicus gangguan somestesia

ditemukan juga di kawasan nervus tibialis. Dalam perjalanannya ke tepi ia

bercabang dua yang masing-masing dinamakan nervus tibialis anterior dan

posterior (Koes dkk, 2007).

Nervus ischiadicus merupakan saraf motoris perifer yang apabila

terganggu akan terjadi gejala kelumpuhan atau kelemahan pada otot yang

dipersarafinya. Kelemahan tersebut bersifat lemas (flaksid) atau menurunnya

tonus otot (hipotoni atau bahkan atoni), refleks otot juga akan menghilang.

Kondisi ischialgia menyebabkan pasien kesulitan untuk melakukan gerakan

jongkok, membungkuk, maupun timpuh (duduk diatas kedua kaki) akibat

gangguan tonus otot. Tonus otot diatur oleh sel-sel khusus yang disebut spindle

otot yang berada di jaringan otot. Dari spindle ini keluar saraf-saraf sensori

aferen yang menuju medulla spinalis dan berakhir di kornu motoris. Dari kornu

motoris berjalan saraf eferen kembali ke spindle otot. Rusaknya arkus refleks

akan menyebabkan otot menjadi lemas atau flaksid (Borenstein & Wiesel, 1989).

Aktivitas refleks tonus ini dihambat oleh saraf yang berjalan di dalam

traktus piramidalis. Bila traktus piramidalis mengalami kerusakan, hambatan ini

berkurang sehingga tonus meninggi dan terjadilah kekakuan otot. Pada otot

tungkai, otot-otot ekstensor lebih kuat daripada otot fleksor. Pada kelumpuhan

sentral maka otot terfiksasi dalam sikap ekstensi pada sendi lutut. Pada tungkai

bawah, otot fleksor lebih kuat daripada otot ekstensor, sehingga pada gangguan

traktus piramidalis , kaki tertekuk kearah telapak kaki. Dengan adanya semua

14
gejala ini akan menyebabkan cara berdiri dan cara jalan yang khas pada

penderita ischialgia (Borenstein & Wiesel, 1989).

E. Diagnosis

Ischialgia biasanya ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Keluhan utama pasien ischialgia adalah adanya nyeri yang menjalar dari pinggul

hingga ke kaki. Penjalaran nyeri ischialgia mengikuti dermatom. ischialgia

menyebabkan pasien kesulitan untuk melakukan gerakan jongkok,

membungkuk, maupun timpuh (duduk diatas kedua kaki) akibat gangguan tonus

otot. Pasien juga dapat mengeluhkan gangguan sensoris seperti kesemutan dan

rasa baal. Keluhan ischialgia biasanya terjadi unilateral (Vroomen et al, 2009).

Pemeriksaan fisik neurologi perlu dilakukan untuk mendukung diagnosis

ischialgia. Tanda yang biasa ditemukan pada ischialgia adalah adanya Laseque

sign. Pasien akan merasa lebih nyeri saat kaki diangkat dan diluruskan. Belum

ada kriteria diagnosis yang jelas untuk ischialgia jika hanya didasarkan pada

anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis biasanya ditegakkan jika ada nyeri

menjalar dari pinggul hingga ke kaki dan disertai satu tanda neurologis yang

positif (Deville et al, 2000).

Pemeriksaan penunjang radiologis dilakukan biasanya dalam rangka

kepentingan terapi dan monitoring bukan untuk penegakkan diagnosis.

Pemeriksaan radiologis dilakukan pada kasus ischialgia yang dicurigai karena

infeksi atau keganasan. Selain itu radiologis juga dilakukan pada kasus yang

berat dan tidak mendapat perbaikan setelah 6-8 minggu terapi (Jensen et al,

2004).

15
F. Tatalaksana

Tatalaksana konservatif ischialgia dilakukan untuk mengurangi nyeri dan

mengurangi tekanan sepanjang saraf ischiadicus. Golongan obat analgesic,

NSAIDs dan muscle relaxan digunakan sebagai terapi farmakologis ischialgia.

Injeksi intramuscular steroid terbukti efektif dalam menangani ischialgia. Pada

kasus yang berat, diperkenankan memberikan kodein atau morpin pada pasien

ischialgia. Pada beberapa penelitian, istirahat total pada kasus ischialgia tidak

memberikan perbaikan bermakna dibanding dengan pasien yang tidak istirahat

total (Koes et al, 2001).

Pembedahan menjadi salah satu alternative terapi pada kasus yang tidak

respon hingga pemberian kodein atau morpin, atau pada kasus dengan

progresifitas yang cepat. Pembedahan dilakukan untuk menyingkirkan dan

penghilangkan penyebab ischialgia. Selain itu, program rehabilitasi medik

dengan terapi pemanasan menjadi alternatif terapi (Weinstein et al, 2006)

Terapi panas pada penanganan ischialgia maupun low back pain

dimaksudkan untuk melemaskan otot yang membengkak. Setelah otot lemas

maka akan mudah untuk dimanipulasi. Dengan adanya pemanasan ini serabut

otot akan bersuhu tinggi sehingga menghancurkan tumpukan sisa metabolisme.

Tumpukan yang telah hancur akan lebih mudah untuk diangkut kembali ke aliran

darah dan dibuang melalui alat ekskresi (Hagen et al, 2005).

G. Prognosis

16
Pada umumnya prognosis ischialgia baik jika diberikan terapi yang tepat.

Sekitar 30% kasus dapat berlanjut menjadi nyeri kronik hingga 1 tahun atau

lebih. Pemberikan terapi farmakologis yang tepat, pasien akan mengalami

perbaikan dalam 10 hari. Pasien dengan fisioterapi memiliki prognosis yang baik

(Hagen et al, 2005).

17
III. KESIMPULAN

1. Ischialgia adalah nyeri yang berpangkal pada daerah lumbosakralis yang


menjalar ke pantat dan selanjutnya ke bagian posterolateral tungkai atas, bagian
lateral tungkai bawah, serta bagian lateral kaki.
2. Etiologi ischialgia adalah iskhialgia sebagai perwujudan neuritis iskhiadikus
primer, iskhialgia sebagai perwujudan entrapment radikulitis atau radikulopati
dan iskhialgia sebagai perwujudan entrapment neuritis.
3. Faktor risiko ischialgia terdiri dari faktor-faktor pribadi yaitu umur (puncak 45-
64 tahun),peningkatan risiko tinggi, rokok, stres mental, dan faktor-faktor kerja
yaitu aktivitas fisik berat misalnya, sering mengangkat, terutama saat menekuk.
4. Diagnosis ischialgia biasanya ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Keluhan utama pasien ischialgia adalah adanya nyeri yang menjalar dari
pinggul hingga ke kaki. Tanda yang biasa ditemukan pada ischialgia adalah
adanya Laseque sign. Pasien akan merasa lebih nyeri saat kaki diangkat dan
diluruskan.
5. Tatalaksana konservatif ischialgia dilakukan untuk mengurangi nyeri dan
mengurangi tekanan sepanjang saraf ischiadicus. Golongan obat analgesic,
NSAIDs dan muscle relaxan digunakan sebagai terapi farmakologis ischialgia.

18
DAFTAR PUSTAKA

Borenstein, D.G and Wiesel, S.W. 1989. Low Back Pain Medical Diagnosis and
Comprehensive Management. W.B Sounders Company, Philadelpia, hal.
78-79 dan 468-471.
Deville WLJM, Windt DAWM, van der Dzaferagic A, Bezemer PD, Bouter LM.
2000. The test of Lasegue: systematic review of the accuracy in diagnosing
herniated discs. Spine 2000;25:1140-7.
Hagen KB, Jamtvedt G, Hilde G, Winnem MF. 2005. The updated Cochrane review
of bedrest for low back pain and sciatica. Spine;30:542-6.
Jensen MC, Brant-Zawadzki MN, Obuchowski N, Modic MT, Malkasian D, Ross
JS. 2004 Magnetic resonance imaging of the lumbar spine in people without
back pain. N Engl J Med 331:69-73.
Koes B W et.al. 2007. Diagnosis and Treatment of Sciatica. University Medical
Center Netherlands. BMJ 2007;334:1313-7.
Koes BW, Tulder MW van, Ostelo R, Burton AK, Waddell G. 2001. Clinical
guidelines for the management of low back pain in primary care: an
international comparison. Spine 2001;26:2504-13.
Mardjono, M dan Sidharta, Priguna .1989. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian
Rakyat
Markam S. 1982.Neurologi. Jakarta : EGC
Vroomen PCAJ, Krom MCTFM de, Knottnerus JA. 2009. Diagnostic value of
history and physical examination in patients suspected of sciatica due to disc
herniation: a systematic review. J Neurol ;246:899-906.
Weinstein JN, Lurie JD, Tosteson TD, Skinner JS,HanscomB, Tosteson ANA, et
al. 2006 Surgical vs nonoperative treatment for lumbar disk herniation: the
spine patient outcomes research trial (SPORT) observational cohort. JAMA
2006;296:2451-9.

19

Anda mungkin juga menyukai