Anda di halaman 1dari 31

REFLEKSI KASUS

LOW BACK PAIN

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Penyakit Saraf
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Loekmono Hadi Kudus

Disusun Oleh :
Peni Illiyas
30101800139

Pembimbing :
dr. Fathul Yazid Izza, Sp.N

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. LOEKMONO HADI KUDUS
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2023

LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN


ILMU PENYAKIT SARAF

Presentasi refleksi kasus dengan judul :


“LOW BACK PAIN”

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Penyakit Saraf
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Loekmono Hadi Kudus

Disusun Oleh:
Peni Illiyas
30101800139

Telah disetujui oleh Pembimbing:

Nama pembimbing Tanda Tangan

dr. Fathul Yazid Izza, Sp. N .............................

BAB I

2
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Usia : 48 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kauman, Kudus
Pekerjaan : Bordir Baju
Agama : Islam
Status : Menikah
No RM : 882.xxx
Tanggal Masuk : 15/04/2023

I. ANAMNESA
Riwayat Penyakit Sekarang
1. Keluhan Utama: Nyeri pinggang kanan menjalar sampai ke tungkai
kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
2. Lokasi : Pinggang kanan menjalar sampai ke tungkai kanan
3. Onset : Kurang lebih 15 tahun yang lalu, memberat 2
minggu lalu
4. Kronologi : Pasien datang ke poli saraf RS dr.Loekmono Hadi pada
tanggal 15 April 2023 pukul 08.00 WIB dengan keluhan nyeri pada
pinggang bawah kanan yang menjalar sampai ke tungkai kanan yang
memberat sejak 2 minggu yang lalu. Pasien mengatakan bahwa nyeri
muncul kurang lebih 15 tahun yang lalu semenjak melahirkan anak ter-
akhirnya. Pasien memberikan skala nyeri 5-6 untuk skala nyeri 1 hingga
10. Pasien merasakan nyeri memberat saat duduk lama dan ketika mau
tiduran sehingga susah tidur. Keluhan membaik apabila dibuat aktivitas.
Terdapat kelemahan pada anggota gerak atas dan bawah sebelah kanan.

3
Keluhan lain, pasien merasakan tangan kanan dan kirinya sakit serta baal
ditelapak kaki kanan. BAK(+) dan BAB (+).
5. Kualitas : nyeri cekot-cekot dirasakan pada pinggang kanan sampai
tungkai kanan bawah disertai kesemutan
6. Kuantitas : Skala nyeri 5-6/10
7. Faktor memperberat : Saat duduk lama dan ketika mau tiduran
8. Faktor memperingan : Sedang beraktivitas
9. Gejala penyerta : Lengan bawah kanan kiri nyeri (+/+), baal di tela-
pak kaki kanan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa : (-)
Riwayat hipertensi : (-)
Riwayat kolesterol tinggi : (-)
Riwayat diabetes mellitus : (+) tidak rutin minum obat
Riwayat merokok : Disangkal
Riwayat alergi : Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat sakit serupa : (-)
Riwayat kolesterol tinggi : Disangkal
Riwayat hipertensi : Disangkal
Riwayat diabetes melitus : (+)

Riwayat Sosial Ekonomi


Sosial Ekonomi cukup
Biaya pengobatan ditanggung BPJS
Pasien tinggal bersama suami dan 3 anaknya

PEMERIKSAAN FISIK

4
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Komposmentis (GCS E4M5V6)

A. VITAL SIGN
Tekanan darah : 146/93 mmHg
Nadi : 91x / menit, regular, isi dan tegangan cukup.
Suhu : 360 C
RR : 22 x/menit
SpO2 : 98%
B. ROM
Cara jalan:
1. Jongkok-berdiri: Terbatas
2. Jalan-jinjit: Terbatas
3. Jalan-tumit: Terbatas
Pemeriksaan punggung dan pinggang
a. Nyeri ketok CVA: -/-
b. Nyeri tekan: -/-
c. Sikap tubuh:
-Inspeksi : lurus dan simetris (lordosis, kifosis, scoliosis (-))
-Palpasi : tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan

C. STATUS GENERALIS
Kepala : Mesocephal, nyeri tekan (-)
Wajah : Simetris, edema (-)
Mata : Nistagmus (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-), Refleks cahaya (+/+), pupil bulat isokor 3mm/3mm
Hidung : Nafas cuping (-), deformitas (-), sekret (-)
Telinga : Bentuk normal, serumen (-)
Mulut : Simetris, ulkus (-).
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)

5
Ekstremitas : Akral dingin (-), nyeri tekan (+)

D. STATUS INTERNUS
Thorax dan Pulmo
Tidak dilakukan
Abdomen
Tidak dilakukan
E. STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : Komposmentis
Kuantitatif (GCS) : E4M5V6
Mata : Pupil bulat isokor 3/3 mm, reflek cahaya
(+/+).
F. PEMERIKSAAN NERVI CRANIALIS
N I. (OLFAKTORIUS) Kanan Kiri
Daya penghidu Tidak diperiksa Tidak diperiksa

N II. (OPTIKUS) Kanan Kiri


Daya penglihatan Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Pengenalan Warna Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Lapang Pandang Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Fundus Okuli Tidak diperiksa Tidak diperiksa

N III.(OKULOMOTORIUS) Kanan Kiri


Ptosis (-) (-)
Gerak mata ke atas Gerak bebas Gerak bebas
Gerak mata ke bawah Gerak bebas Gerak bebas
Gerak mata media Gerak bebas Gerak bebas
Ukuran pupil 3mm 3mm
Bentuk pupil Isokor Isokor
Reflek cahaya Langsung (+) (+)
Reflek cahaya tidak langsung (+) (+)
Diplopia (-) (-)

N IV. (TROKHLEARIS) Kanan Kiri


Gerak mata lateral bawah Gerak bebas Gerak bebas
Strabismus konvergen Tidak diperiksa Tidak diperiksa

6
Diplopia (-) (-)

N V. (TRIGEMINUS) Kanan Kiri


Menggigit (+) (+)
Membuka mulut (+) (+)
reflek masseter Tidak diperiksa Tidak diperiksa
sensibilitas Tidak diperiksa Tidak diperiksa
reflek kornea Tidak diperiksa Tidak diperiksa

N VI. (ABDUSEN) Kanan Kiri


Gerak mata ke lateral Gerak bebas Gerak bebas
Strabismus konvergen Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Diplopia (-) (-)

N VII. (FASIALIS) Kanan Kiri


Kerutan kulit dahi (+) (+)
Kedipan mata (+) (+)
Lipatan nasolabial dbn dbn
Sudut mulut dbn dbn
Mengerutkan dahi (+) (+)
Mengerutkan alis (+) (+)
Menutup mata (+) (+)
Daya kecap 2/3 anterior Tidak diperiksa Tidak diperiksa

N VIII. (VESTIBULARIS) Kanan Kiri


Tes pendengaran Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Pemeriksaan fungsi vestibuler Tidak diperiksa Tidak diperiksa

N IX. (GLOSOFARINGEUS) Kanan Kiri


Arkus faring Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Sengau Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Tersedak Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Reflek muntah Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Daya kecap lidah 1/3 posterior Tidak diperiksa Tidak diperiksa

7
N X. (VAGUS) Kanan Kiri
Arcus faring Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Bersuara dbn dbn
Menelan dbn dbn

N XI. (AKSESORIUS) Kanan Kiri


Memalingkan kepala Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Mengangkat bahu Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Sikap bahu Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Trofi otot bahu Tidak diperiksa Tidak diperiksa

N XII. (HIPOGLOSUS) Kanan Kiri


Sikap lidah dbn
Artikulasi dbn
Tremor lidah dbn
Menjulurkan lidah dbn
Trofi otot lidah Tidak diperiksa
Fasikulasi lidah Tidak diperiksa

G. PEMERIKSAAN MOTORIK

8
ANGGOTA GERAK
ATAS Kanan Kiri
Inspeksi:
Drop hand (-) (-)
Claw hand (-) (-)
Pitcher’s hand Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Kontraktur Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Warna kulit Normal Normal
Palpasi (nyeri tekan,
edema, konsistensi):
Lengan atas Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Lengan bawah tangan Nyeri Nyeri
Tangan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Sistem motorik:
Gerakan Terbatas Bebas
Kekuatan 444 555
Tonus Normal Meningkat
Trofi Eutrofi Eutrofi
Klonus (-) (-)

Reflek fisiologik :
Bisep + +
Triseps ++ ++

Reflek Patologi :
Hoffman (-) (-)
Tromer (-) (-)

ANGGOTA GERAK
BAWAH Kanan Kiri
Inspeksi:
Drop foot Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Claw foot Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Kontraktur Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Warna kulit Normal Normal
Palpasi (nyeri tekan,
edema, konsistensi):
Tungkai atas Nyeri Tidak ada kelainan
Tungkai bawah Nyeri Tidak ada kelainan
Kaki Nyeri Tidak ada kelainan
Sistem motorik:
Gerakan Terbatas Bebas
Kekuatan 444 555

9
Tonus Meningkat dbn
Trofi Eutrofi Eutrofi
Klonus (-) (-)

Reflek fisiologik :
Patella + ++
Achilles ++ ++

Reflek Patologi :
B Babinski (-) (-)
C Chaddock (-) (-)
Sensibilitas dbn dbn
S

H. PEMERIKSAAN SENSORIK

PEMERIKSAAN ANGGOTA KANAN KIRI


GERAK ATAS
Sensibilitas Protopatik (nyeri, Tidak diperiksa Tidak diperiksa
suhu, raba)

Sensibiltas Propriseptif (gerak Tidak diperiksa Tidak diperiksa


dan posisi, getar, diskriminasi)

PEMERIKSAAN ANGGOTA KANAN KIRI


GERAK BAWAH
Sensibilitas Protopatik (nyeri, Tidak diperiksa Tidak diperiksa
suhu, raba)

Sensibiltas Propriseptif (gerak Tidak diperiksa Tidak diperiksa


dan posisi, getar, diskriminasi)

I. Pemeriksaan khusus

Tes Patrick                       : -/-

Tes Contrapatrick            : +/-

10
Tes Laseque                     : +50/-

Tes Valsava                     : Tidak diperiksa

Tes Naffziger                  : Tidak diperiksa

J. FUNGSI VEGETATIF
 Miksi : Dalam batas normal
 Defekasi : Dalam batas normal

K. DIAGNOSIS AWAL
Diagnosis Klinik : Low Back Pain, Ischalgia Dextra
Diagnosis Topik : Radix Nervus Vertebralis L1-L5
Diagnosis Etiologik : Suspek HNP Lumbal

Diagnosis sekunder : Diabetes Mellitus

L. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemerksaan Laboratorium : Belum dilakukan
b. Foto Thorax: Belum dilakukan
c. CT scan Kepala: Belum dilakukan

M. TERAPI
- Medikamentosa:
o Eperison 50 mg 2 x 1
o Mecobalamin 500 mg 1 x 1
o Ca diclofenac 50 mg 2 x 1
o Amitriptylin 25 mg 1 x 1
- Non medikamentosa:
Modifikasi aktifitas:

11
1. Mengangkat beban berat harus dengan cara yang benar
2. Program rehab medik (fisioterapi):

 Positioning
 Alih baring
 TENS
 Mobilisasi bertahap
 Pemasangan korset
 Edukasi pasien dan keluarga

3. program olahraga

N. EDUKASI
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang diderita
- Minum obat dan kontrol teratur 
- Beri dukungan kepada pasien agar pasien menghindari stress
- Menghindari pasien untuk mengangkat barang atau beban berat

O. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Tulang Belakang

Vertebrae disusun oleh 33 ruas tulang, beberapa di antaranya dipisahkan


oleh diskus intervertebralis, dan disokong oleh ligamen-ligamen sehingga
manusia dapat berdiri tegak dan bebas melakukan pergerakan.

12
Medula spinalis berjalan dari batang otak sampai vertebra lumbal 1&2 (V
L1-L2). Setelah vertebra L1-L2 medula spinalis berlanjut sebagai Cauda Equina.
Medula spinalis terdiri atas 31 pasang saraf spinal, yaitu servikal 8, toraks 12,
lumbal 5, sakrum 5 dan koksigeus 1 pasang.

Anatomi Discus Intervertrebralis

13
Di antara dua corpus vertebra terdapat discus intervertebral, yaitu bantalan
fibrocartilaginous.
Fungsi
Shock absorbent/meredam kejutan dari perubahan beban berat pada spinal
yang berlebihan maupun pada aktifitas normal seperti berjalan, berlari, naik
tangga, dan sebagainya. Discus memungkinkan beberapa pergerakan vertebra:
ekstensi (bending backward), fleksi (bending forward) dan memutar.

14
Dermatom

B. Definisi
Kelainan diskus intervertebral lumbal atau lumbal intervertebral disc
disorder adalah suatu bulging, protrusi, ekstrusi atau sekuestrasi dari diskus
lumbal yang sering menyebabkan nyeri pinggang. Material dari diskus tersebut
dapat berupa elemen dari nukleus pulposus, annulus fibrosis atau keduanya. HNP

15
sendiri masuk ke dalam klasifikasi nyeri pinggang (LBP).
Sakit pinggang atau biasa dikenal dengan sebutan “low back pain” (LBP)
merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan gejala utama berupa rasa nyeri
atau perasaan lain yang tidak enak yang terjadi di daerah punggung bagian bawah
dan dapat menjalar ke kaki terutama bagian belakang dan samping luar, umumnya
merupakan masalah yang terjadi karena gangguan pada otot bagian belakang.
Keluhan ini dapat demikian hebatnya sehingga seringkali pasien
mengalami kesulitan dalam setiap pergerakan dan pasien harus beristirahat. LBP
termasuk salah satu gangguan muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat
dari mobilisasi yang salah. LBP menyebabkan timbulnya rasa pegal, linu, ngilu,
atau tidak enak pada daerah lumboskaral dan sakroiliaka yang dapat ditimbulkan
oleh berbagai sebab, kadang-kadang disertai dengan penjalaran nyeri kearah
tungkai dan kaki. Nyeri punggung bawah lebih sering terjadi pada pekerja yang
sehari-harinya melakukan kegiatan mengangkat, memindahkan, mendorong atau
menarik benda berat.(1)
C. Etiologi
Etiologi HNP dapat dihubungkan dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Usia
Usia merupakan faktor utama terjadinya HNP karena annulus
fibrosus lama kelamaan akan hilang elastisitasnya sehingga menjadi kering
dan keras, menyebabkan annulus fibrosus mudah berubah bentuk dan
ruptur.
2. Trauma
Terutama trauma yang memberikan stress terhadap columna
vertebralis, seperti jatuh.
3. Pekerjaan
Pekerjaan terutama yang sering mengangkat barang berat dan cara
mengangkat barang yang salah, meningkatkan risiko terjadinya HNP
4. Gender
Pria lebih sering terkena HNP dibandingkan wanita (2:1), hal ini
terkait pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan pada pria cenderung ke

16
aktifitas fisik yang melibatkan columna vertebralis.
D. Patomekanaisme
1. Proses Degenaratif
Diskus intervertebralis tersusun atas jaringan fibrokartilago yang berfungsi
sebagai shock absorber, menyebarkan gaya pada kolumna vertebralis dan juga
memungkinkan gerakan antar vertebra. Kandungan air diskus berkurang dengan
bertambahnya usia (dari 90% pada bayi sampai menjadi 70% pada orang usia
lanjut). Selain itu serabut-serabut menjadi kasar dan mengalami hialinisasi yang
ikut membantu terjadinya perubahan ke arah herniasi nukleus pulposus melalui
anulus dan menekan radiks saraf spinal. Pada umumnya hernia paling mungkin
terjadi pada bagian kolumna vertebralis dimana terjadi peralihan dari segmen
yang lebih mobil ke yang kurang mobil (perbatasan lumbosakral dan
servikotolarak).
2. Proses Traumatik
Dimulainya degenerasi diskus mempengaruhi mekanika sendi
intervertebral, yang dapat menyebabkan degenerasi lebih jauh. Selain degenerasi,
gerakan repetitive, seperti fleksi, ekstensi, lateral fleksi, rotasi, dan mengangkat
beban dapat memberi tekanan abnormal pada nukleus. Jika tekanan ini cukup
besar sampai bisa melukai annulus, nucleus pulposus ini berujung pada herniasi.
Trauma akut dapat pula menyebabkan herniasi, seperti mengangkat benda dengan
cara yang salah dan jatuh.
E. Derajat HNP
Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan
herniasinya, dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang
sesungguhnya, yaitu:
● Protrusi diskus intervertebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu arah
tanpa kerusakan annulus fibrosus.
● Prolaps diskus intervertebral : nukleus berpindah, tetapi masih dalam
lingkaran anulus fibrosus.
● Extrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dan anulus fibrosus dan
berada di bawah ligamentum, longitudinalis posterior.

17
● Sequestrasi diskus intervertebral : nukleus telah menembus ligamentum
longitudinalis posterior

HNP sendiri dibagi menjadi mielopati dan nyeri radikuler berdasarkan


pembagian nyerinya. Mielopati merupakan suatu kondisi patologis yang
menyebabkan disfungsi atau gangguan pada medulla spinalis. Penyebab mielopati
bermacam-macam, yaitu trauma, penyakit vaskular, infeksi, peradangan, atau
proses autoimun dapat mempengaruhi medulla spinalis, penyebab paling sering
adalah karena adanya stenosis kongenital atau degenerative. Karena memiliki
ruangan yang kecil, kerusakan pada medulla spinalis biasanya memiliki efek yang

18
luas sehingga bisa menimbulkan quadriplegia, paraplegia, dan beberapa deficit
sensoris.
Radikulopati adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan gangguan
fungsi dan struktur radiks akibat proses patologis yang dapat mengenai satu atau
lebih radiks saraf dengan pola gangguan yang bersifat dermatomal. Salah satu
penyebab radikulopati adalah hernia nukleus pulposus (HNP).

19
Dalam menegakkan diagnosa perlu diperhatikan hal–hal seperti derajat
nyeri, stadium penyakit, lokasi nyeri dan faktor mekanik, derajat disfungsi, faktor
resiko dan pekerjaan, ada tidaknya trauma dan hasil pemeriksaan penunjang.
Kapan mulai sakit, sebelumnya pernah tidak? Apakah nyeri diawali oleh
suatu kegiatan fisik tertentu? Apa pekerjaan sehari-hari? Adakah suatu trauma?
Dimana letak nyeri? (sebaiknya penderita sendiri yang disuruh menunjukkan
dimana letak nyerinya). Ada tidak penjalaran? Bagaimana sifat nyeri? Apakah
nyeri bertambah pada sikap tubuh tertentu? Apakah bertambah pada kegiatan
tertentu? Apakah nyeri berkurang pada waktu istirahat? Adakah keluarga dengan
riwayat penyakit serupa? Ada tidak perubahan siklus haid, atau perdarahan
pervaginam? Ada tidak gangguan miksi dan defekasi atau penurunan libido?
F. Gambaran klinis
Gejala klinik bervariasi tergantung pada derajatnya dan radiks yang
terkena. Pada stadium awal, gejala asimtomatik. Gejala klinis muncul ketika
nucleus pulposus menekan saraf. Gejala klinis yang paling sering adalah iskialgia
(nyeri radikuler). Nyeri biasanya bersifat tajam, seperti terbakar dan berdenyut

20
menjalar sampai bawah lutut. Bila saraf sensoris kena maka akan memberikan
gejala kesemutan atau rasa baal sesuai dermatomnya. Bila mengenai conus atau
cauda ekuina dapat terjadi gangguan miksi, defekasi dan disfungsi seksual. Nyeri
yang timbul sesuai dengan distribusi dermatom (nyeri radikuler) dan kelemahan
otot sesuai dengan miotom yang terkena
G. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Pada penderita dengan low back pain biasanya ditemukan antalgic gait
(cara berjalan seperti orang yang kesakitan), berdiri tidak tegak, tidak bisa duduk
lama. Inspeksi daerah punggung. Perhatikan jika ada lurus tidaknya, lordosis, ada
tidak jalur spasme otot para vertebral, deformitas, kifosis, gibus.
2. Palpasi
Palpasi sepanjang kolumna vertebralis (ada tidaknya nyeri tekan pada
salah satu procesus spinosus, atau gibus/deformitas kecil dapat teraba pada palpasi
atau adanya spasme otot para vertebra).
Pemeriksaan Neurologik
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri
pinggang bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena sebab
yang lain.
a. Pemeriksaan sensorik
Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah
satu saraf tertentu maka biasanya dapat ditentukan adanya gangguan
sensorik dengan menentukan batas-batasnya, dengan demikian segmen
yang terganggu dapat diketahui.
b. Pemeriksaan motorik
Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen
mana yang terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai
segmen L4 maka musculus tibialis anterior akan menurun kekuatannya.
c. Pemeriksaan refleks
Refleks tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi
motor neuron bawah dan meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri

21
punggung bawah yang disebabkan oleh HNP maka reflex tendon dari
segmen yang terkena akan menurun atau menghilang.
Test-test:
● Tes lasegue (straight leg raising). Tungkai difleksikan pada sendi
coxae sedangkan sendi lutut tetap lurus. Saraf ischiadicus akan
tertarik. Bila nyeri pinggang dikarenakan iritasi pasa saraf ini maka
nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai
dari pantat sampai ujung kaki.
● Crossed lasegue. Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit
menyebabkan rasa nyeri pada tungkai yang sakit maka dikatakan
crossed lasegue positif.
● Tes kernig. Sama dengan lasegue hanya dilakukan dengan lutut
fleksi, setelah sendi coxae 90o dicoba untuk meluruskan sendi
lutut.
● Patrick sign (FABERE sign). FABERE merupakan singkatan dari
fleksi, abduksi, external, rotasi, extensi. Pada tes ini penderita
berbaring, tumit dari kaki yang satu diletakkan pada sendi lutut
pada tungkai yang lain. Setelah ini dilakukan penekanan pada sendi
lutut hingga terjadi rotasi keluar. Bila timbul rasa nyeri maka hal
ini berarti ada suatu sebab yang non neurologik misalnya coxitis.
● Kontra Patrick sign. Cara melakukan tes ini yaitu tungkai dalam
posisi fleksi sendi lutut dan sendi panggul, kemudian lutut
didorong ke medial, bila di sendi sakroiliaka ada kelainan, maka di
situ akan terasa nyeri.
● Bragard’s sign. Bragard’s sign merupakan tes lanjutan dari tes
Lasegue (LSR). Jika LSR positif (nyeri), turunkan kaki sedikit di
bawah titik ketika LSR + (nyeri) dan secara cepat dorsofleksikan
pada pergelangan kaki. Jika nyeri (+) atau bertambah maka
Bragard’s sign (+).
● Sicard’s sign. Sicard’s sign merupakan tes lanjutan dari tes Lasegue
(LSR). Jika LSR positif (nyeri), turunkan kaki sedikit di bawah

22
titik ketika LSR + (nyeri) dan secara cepat dorsofleksikan ibu jari
kaki tersebut. Jika nyeri (+) atau bertambah maka sicard’s sign (+).
● Tes Naffziger. Dengan menekan kedua vena jugularis, maka
tekanan LCS akan meningkat, hal ini menyebabkan tekanan pada
radiks bertambah, sehingga timbul nyeri radikuler.
● Tes Valsava. Penderita disuruh menutup mulut dan hidung
kemudian meniup sekuatnya.
Dengan melakukan tes-tes ini, maka kita dapat menyingkirkan diagnosis
banding yang lain.(1,4,5)
Postur pasien biasanya normal, bilamana subluksasio yang terjadi bersifat
ringan.Dengan subluksasi berat, terdapat gangguan bentuk postur.Pergerakan
tulang belakang berkurang karena nyeri dan terdapatnya spasme otot. Penyangga
badan kadang-kadang memberikan rasa nyeri pada pasien, dan nyeri umumnya
terletak pada bagian dimana terdapatnya pergeseran/keretakan, kadang nyeri
tampak pada beberapa segmen distal dari level/tingkat dimana lesi mulai timbul.
(1,2)

Ketika pasien diletakkan pada posisi telungkup (prone) di atas meja


pemeriksaan, perasaan tidak nyaman atau nyeri dapat diidentifikasi ketika palpasi
dilakukan secara langsung diatas defek pada tulang belakang. Nyeri dan kekakuan
otot adalah hal yang sering dijumpai. Pada banyak pasien, lokalisasi nyeri
disekitar defek dapat sangat mudah diketahui bila pasien diletakkan pada posisi
lateral dan meletakkan kaki mereka keatas seperti posisi fetus (fetal position).
Defek dapat diketahui pada posisi tersebut. Fleksi tulang belakang seperti itu
membuat massa otot paraspinal lebih tipis pada posisi tersebut. Pada beberapa
pasien, palpasi pada defek tersebut kadang-kadang sulit atau tidak mungkin
dilakukan. Pemeriksaan neurologis terhadap pasien dengan spondilolistesis
biasanya negatif. Fungsi berkemih dan defekasi biasanya normal, terkecuali pada
pasien dengan sindrom cauda equina yang berhubungan dengan lesi derajat tinggi.
(1,2)

23
Tabel Dermatom
Level HNP/ Lokasi Lokasi Kelemahan Perubahan
Akar Saraf Nyeri Kebas Otot Refleks
yang
Terlibat
C4- C5 Leher C5 Deltoid Penurunan
C5 Bahu Dermatom Supraspinatus refleks
biceps
C5-C6 Leher C6 Biceps Penurunan
C6 Lengan Dermatom refleks
bawah biceps
brachii
C6- C7 Leher C7 Triceps Penurunan
C7 Jari Dermatom refleks
Tengah triceps
L3-L4 Punggung L4 Quadriceps Penurunan
L4 bawah,pi Dermatom refleks
nggul patella
Paha
posterolat
eral
Kaki
anterior
L4-L5 Sendi L5 Ekstensor dari Penurunan
L5 sacroiliac Dermatom jempol kaki refleks
Paha Sulit berjalan biceps
lateral dengan tumit femoris
hingga
tumit
L5-S1 Sendi S1 Plantar fleksi Penurunan
sacroiliac dari jari-jari refleks

24
S1 Paha Dermatom kaki Achilles
posterior Sulit berjalan
Kaki pada kaki
lateral
sampai
jari kaki

H. Pemeriksaan Penunjang
● Darah rutin : tidak spesifik
● Urine rutin : tidak spesifik
● Liquor cerebrospinalis : biasanya normal. Jika terjadi blok akan
didapatkan peningkatan kadar protein ringan dengan adanya
penyakit diskus. Kecil manfaatnya untuk diagnosis.
● Myelogram mungkin disarankan untuk menjelaskan ukuran dan
lokasi darihernia. Bila operasi dipertimbangkan maka myelogram
dilakukan untukmenentukan tingkat protrusi diskus.
● MRI tulang belakang: bermanfaat untuk diagnosis kompresi
medula spinalisatau kauda ekuina. Alat ini sedikit kurang teliti
daripada CT scan dalam halmengevaluasi gangguan radiks saraf.
● Foto : foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini
normal atau memperlihatkan perubahan degeneratif dengan
penyempitan sela invertebra dan pembentukan osteofit.
● EMG : untuk membedakan kompresi radiks dari neuropati perifer
● Myelo-CT untuk melihat lokasi HNP
I. Penatalaksanaan
Langkah pertama adalah pemberian obat-obatan untuk mengurangi nyeri
tanpa menghiraukan penyebab dasar LBP.Sering dokter menggunakan satu
pengobatan atau kombinasi beberapa jenis pengobatan dalam rencana terapi pada
pasien, dengan pemberian analgetik untuk mengontrol nyeri. Hal tersebut
bervariasi dari pemberian ibuprofen hingga acetaminofen, akan tetapi pada
beberapa kasus berat, NSAIDs digunakan untuk mengurangi pembengkakan dan

25
inflamasi yang dapat terjadi.Penanganan dapat dilakukan dalam beberapa langkah
penatalaksanaan diantaranya adalah:
1. Perawatan non-farmakologis.
Bed Rest mutlak di tempat tidur yang padat dengan posisi yang relaks,
lutut agak ditekuk dan di bawah pinggang untuk selama 2-3 minggu
tergantung keparahannya.
2. Perawatan farmakologi
Perawatan Konservatif: Radiculopathies serviks dan lumbal akut
akibat hernia diskus terutama dikelola dengan perawatan non-bedah.
Pengobatan lini pertama: NSAID dan terapi fisik adalah modalitas
pengobatan. Modalitas lini kedua Suntikan epidural translaminar dan blok
akar saraf selektif. Ini adalah modalitas yang baik untuk mengelola nyeri yang
melumpuhkan.
Pasien yang gagal dalam pengobatan konservatif atau pasien dengan
defisit neurologis memerlukan konsultasi bedah tepat waktu.Prosedur operatif
merupakan pilihan terakhir jika pengobatan konservatif tidak mendapatkan
hasil yang diinginkan. Prosedur operatif: Laminektomi.

● Pemberian obat analgesik


● Obat-obatan NSAID
● Obat-obatan pelemas otot (muscle relaxant)
● Penenang minor atau major bila diperlukan

26
3. Pembedahan
● Discectomy : Membuang sebagian ataupun keseluruhan intervertebral
dics.
● Laminotomy : Beberapa bagian lamina dibuang untuk mengurangi
tekanan pada saraf.
● Laminectomy : Membuang keseluruhan lamina.
4. Perubahan gaya hidup
● Melakukan pekerjaan sehari-hari secara ergonomic.
● Menurunkan berat badan
Program Rehabilitasi Medik
a. Medikamentosa
- Analgetik
- Transquilizer
- Neuroroborantia
b. Program Rehabilitasi Medik
Fisioterapi
- Terapi panas seperti : Infra red/hot packs
- Diatermi : MWD, SWD, USD
- Terapi listrik : TENS
- Traksi
Okupasi Terapi
- Latihan AKS
- Proper Body Mechanism
- Latihan dengan aktivitas
Ostetis Prostetis
- Pemakaian korset LSO (Lumbal Sacral Orthose). Fungsinya untuk
mengontrol postur spinal, mengurangi nyeri, mencegah cedera lebih
lanjut, menghindarkan gerakan yang berbahaya bagi spinal.
Psikolog
Mengadakan evaluasi dan mengobati gangguan mental akibat penyakit,
untuk meningkatkan motivasi serta berusaha mengatasi penyakitnya.

27
Evaluasi : - Gaya hidup penderita sebelum sakit
- Respons penderita terhadap stress sehari-hari
- Respons penderita terhadap penyakit
Petugas Sosial Medik
Petugas yang memberikan bantuan kepada penderita demi menghadapi
masalah sosial yang mempengaruhi penderita dalam hubungan dengan
penyakit dan penyembuhan.(2,3,6)
J. Prognosis
Kebanyakan pasien penderita 80-90% akan membaik keadaannya kepada
aktivitas normal tanpa terapi yang agresif, dan dapat sembuh sempurna dalam
hitungan kira-kira 1-2 bulan. Tetapi sebagian kecil akan berlanjut menjadi kronik
nyeri punggung bawah walaupun telah menjalani terapi. Dan bila berlanjut dengan
adanya keluhan pada kontrol bowel dan bladder maka perlu dipikirkan kembali
untuk dilakukan tindakan bedah.
K. Pencegahan
1. Latihan Punggung Setiap Hari
● Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan
satu lutut dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik.
Kemudian lakukan lagi pada kaki yang lain. Lakukanlah beberapa kali.
● Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke
lantai. Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke
lantai, tahanlah beberapa detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.
● Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di
lantai. Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan tangan di tangan dan
mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai. Lakukan beberapa kali.
2. Berhati-Hatilah Saat Mengangkat
● Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum
mengangkatnya.
● Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih
rendah
● Peganglah benda dekat perut dan dada

28
● Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda
● Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda
3. Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri
● Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama
● Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan
bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu (seperti
ganjalan/bantalan kaki) jika memang diperlukan.
● Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkanlah salah satu kaki pada
bantalan kaki secara bergantian. Berjalanlah sejenak dan mengubah
posisi secara periodic.
● Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk dengan baik
tidak teregang.
● Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat
duduk dikursi
4. Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat
● Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan
sepatu berhak rendah
● Makanlah makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak
mengkonsumi sayur dan buah untuk mencegah konstipasi.
● Tidurlah di kasur yang nyaman.
● Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi trauma.
L. Pedoman Penatalaksanaan Nyeri Pinggang Bawah
Guideline Development Group (GDG) tidak menemukan pengarahan yang
khusus untuk penanganan nyeri punggung bawah pada 12 minggu pertama
episode nyeri dikarenakan banyaknya penelitian pada nyeri punggung bawah
dengan durasi yang lebih lama. GDG merasa bahwa pengarahan American
College of Physicians/ American Pain Society (ACP/APS) diperuntukan pada
nyeri punggung bawah juga bisa untuk penanganan pada pasien yang mengalami
kekambuhan ataupun tidak ada perbaikan. Maka dengan alasan ini GDG
mengubah fokus penanganan dan evaluasi nyeri pinggang bawah dibandingkan
berdasarkan waktunya. Gambar 1 dan 2 merupakan algoritma penanganan nyeri

29
punggung bawah secara medikamentosan dan non medikamentosa.(7)

DAFTAR PUSTAKA

1. Angliadi LS, Sengkey L., Mogi TI., Gessal J. Low Back Pain. Dalam : Bahan
Kuliah Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Bagian Ilmu Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi FK UNSRAT. Manado. 2006. Hal: 79-90.
2. Nuatha A.A. Bgs. Ngr. Beberapa Segi Klinik Dalam Penatalaksanaan Nyeri
Pinggang Bawah. Downloaded from:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/54_10_beberapa_segi
klinikdanpenatalaksanaannya. pdf.html. Mei 2014
3. Adelia, Rizma., 2007. Nyeri Pinggang/Low Back Pain.
Downloaded from : http://www.fkunsri.wordpress.com /2007/09/01/nyeri-
pinggang-low-back-pain/ Mei 2014.
4. Mansjoer, Arif, Et All. Ilmu Penyakit Saraf. Dalam: Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III. Jakarta. Media Aesculapius. 2007. Hal: 5-59.
5. Mahar Marjono. Iskialgia Dalam: Neurologi Klinik Dasar. PT.Dian Rakyat.
Jakarta 2004;94-1001

30
6. Roger Chou, MD, and Laurie Hoyt Huffman, MS. (2007) Medications for
Acute and Chronic Low Back Pain: A Review of the Evidence for an
American Pain Society/American College of Physicians Clinical Practice
Guideline. Annals of Internal Medicine 147, 507-510
7. Guideline on the Evaluation and Management of Low Back Pain.
Downloaded from:
http://www.oregon.gov/oha/herc/EvidenceBasedGuidline/Guideline_on_the_
Evaluation_and_Management_of_Low_Back_Pain.pdfMei 2014.

31

Anda mungkin juga menyukai