Anda di halaman 1dari 19

NO MUATAN MATERI PENUANGAN SUBSTANSI KESESUAIAN KESESUAIAN TERHADAP PENUANGAN RAPERDA CATATAN & REKOMENDASI

TEKNIS RDTR ADA TIDAK TERHDAP RTRW


LENGKAP BELUM ADA KOTA
LENGKAP
I BAB I PENDAHULUAN
Dasar Hukum Kelompok Undang-undang : v Pada matek :
Penyusunan Rdtr 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran  Perlu diurutkan
Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725); berdasarkan tahun
2.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Ketentuan Pokok
terlama ke tahun terbaru
Pertambangan(Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2831);  Updating dengan
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran peraturan terbaru.
Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274);  Apabila ada PSN
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dimasukan Perpres PSN
Hayati Dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, terbaru
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419). Undang-Undang 15 Tahun 1985
tentang Ketenagalistrikan (Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 1985
Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3317);
5. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran
Negara Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3427).
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3469);
Tinjauan Terhadap Kelompok Peraturan Pemerintah V
Rtrw Kota 1. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta
Untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 20,
Tinjauan Terhadap Tambahan Lembaran Negara 3934); v
Kebijakan Dan Strategi
Rtrw Kota

Tujuan Rdtr v
II BAB II KETENTUAN V
UMUM
Istilah Dan Definisi v
Kedudukan Rdtr Dan V
Peraturan Zonasi
Fungsi Dan Manfaat V
Rdtr Dan Peraturan
Zonasi
Kriteria Dan Lingkup Wilayah yang akan dilakukan percepatan RDTR Kecamatan oleh Kabupaten v (1) Wilayah RDTRK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pada matek :
Wilayah Perencanaan Bandung terdiri dari : meliputi: Perlu ditambahkan desa/kelurahan
Rdtr Dan Peraturan  Kecamatan Soreang-Katapang a. BWP Soreang-Katapang, mencakup Kecamatan yang masuk dalam Soreang
 Kecamatan Kutawaringin Soreang dan Kecamatan Katapang
Zonasi Terpadu
 Kecamatan Margahayu-Margaasih b. BWP Kutowaringin, mencakup Kecamatan
Kutowaringin;
c. BWP Margaasih-Margahayu, mencakup Kecamatan
Margaasih dan Kecamatan Margahayu;

(1) Pembagian Blok pada


masing-masing BWP
sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), meliputi :
a. BWP Soreang-Katapang, mencakup seluruh kelurahan
yang ada di BWP Soreang dan Katapang
b. BWP Kutowaringin, mencakup seluruh kelurahan yang
ada di BWP Kutowaringin;
c. BWP Margaasih-Margahayu, mencakup seluruh
kelurahan yang ada di BWP Margaasih-Margahayu;

Masa Berlaku Rdtr v


III BAB III TUJUAN
PENATAAN BWP
Profil Singkat Wilayah V
Perencanaan *
Isu Strategis Wilayah v
NO MUATAN MATERI PENUANGAN SUBSTANSI KESESUAIAN KESESUAIAN TERHADAP PENUANGAN RAPERDA CATATAN & REKOMENDASI
TEKNIS RDTR ADA TIDAK TERHDAP RTRW
LENGKAP BELUM ADA KOTA
LENGKAP
Perencanaan *
Tujuan Penataan BWP Adapun tujuan penataan bagian wilayah perkotaan (BWP) Soreang yaitu: v Tujuan penataan ruang
“Mewujudkan Kawasan Perencanaan Soreang Sebagai Ibu Kota Kabupaten pada Bagian Wilayah
Bandung yang Bersih, Nyaman, Tertib, Aman, dan Berkembang melalui Perencanaan (BWP)
Penguatan Fungsi Kawasan serta Penataan Ruang yang Berkelanjutan” Margaasih-Margahayu
adalah “Mewujudkan
tujuan penataan ruang dirumuskan sebagai berikut BWP: Kawasan Perkotaan
“Terwujudnya Kawasan Pendukung Ibukota Kabupaten Bertumpu Pada Margaasih-Margahayu
Pengembangan Potensial Olahraga, Permukiman, Perdagangan Jasa dan Yang Layak Huni,
Wisata Yang Berkelanjutan Memperhatikan Lahan Pertanian Produktif” Produktif dan
Berkelanjutan yang
Maka dapat dirumuskan Tujuan BWP Kecamatan Margaasih-Margahayu adalah Berlandaskan Keserasian
“Mewujudkan Kawasan Margaasih-Margahayu yang Layak Huni, Produktif Lingkungan”
dan Berkelanjutan yang berlandaskan keserasian lingkungan”.
Kebijakan Dan Strategi v
Penataan BWP
IV BAB IV RENCANA
POLA RUANG
KONSEP Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Kawasan Soreang Terpadu,  Zona Soreang diganti dengan SBWP
PENGEMBANGAN terdiri dari 5 kecamatan inti yaitu : Soreang atau SBWP A 
SISTEM PUSAT-PUSAT  Kecamatan Soreang Desa/Kelurahan Sadu sebagai Blok
 Kecamatan Katapang
* A.1
 Kecamatan Kutawaringin
 Zona Katapang diganti menjadi
 Kecamatan Margaasih
SBWP Katapang atau SBWP B, dst…
 Kecamatan Margahayu
 Luasan Perkotaan Soreang
Dan pembagian blok merupakan batas administrasi dari kecamatan, maka dari itu
Berapa?perlu disebutkan
pembagian blok untuk Kawasan Soreang Terpadu dibagi menjadi 5 (lima) zona,
Pada raperda :
adalah sebagai berikut :
Perlu dijelaskan pembagian bloknya
1) Zona Soreang, disepakati sebagai Blok A, dengan pembagian sub blok sebagai
Terdapat 23 blok pada shp peta,
berikut :
pada matek 11 blok sedangkan
 Desa/Kelurahan Sadu sebagai Sub Blok A.1
raperda tdaik dapat pembagian
 Desa/Kelurahan Sukajadi sebagai Sub Blok A.2
blok
 Desa/Kelurahan Sukanagara sebagai Sub Blok A.3
 Desa/Kelurahan Panyirapan sebagai Sub Blok A.4
 Desa/Kelurahan Karamatmulya sebagai Sub Blok A.5
 Desa/Kelurahan Soreang sebagai Sub Blok A.6
 Desa/Kelurahan Pamekaran sebagai Sub Blok A.7
 Desa/Kelurahan Parungserab sebagai Sub Blok A.8
 Desa/Kelurahan Sekarwangi sebagai Sub Blok A.9
 Desa/Kelurahan Cingcin sebagai Sub Blok A.10
2) Zona Katapang, disepakati sebagai Blok B, dengan pembagian sub blok
sebagai berikut :
 Desa/Kelurahan Katapang sebagai Sub Blok B.1
 Desa/Kelurahan Cilampeni sebagai Sub Blok B.2
 Desa/Kelurahan Gandasari sebagai Sub Blok B.3
 Desa/Kelurahan Pangauban sebagai Sub Blok B.4
 Desa/Kelurahan Sangkanhurip sebagai Sub Blok B.5
 Desa/Kelurahan Banyusari sebagai Sub Blok B.6
 Desa/Kelurahan Sukamukti sebagai Sub Blok B.7
3) Zona Kutawaringin, disepakati sebagai Blok C, dengan pembagian sub blok
sebagai berikut :
 Desa/Kelurahan Kopo sebagai Sub Blok C.1
 Desa/Kelurahan Kutawaringin sebagai Sub Blok C.2
 Desa/Kelurahan Buninagara sebagai Sub Blok C.3
 Desa/Kelurahan Cibodas sebagai Sub Blok C.4
 Desa/Kelurahan Cilame sebagai Sub Blok C.5
 Desa/Kelurahan Gajahmekar sebagai Sub Blok C.6
 Desa/Kelurahan Jatisari sebagai Sub Blok C.7
 Desa/Kelurahan Jelegong sebagai Sub Blok C.8
 Desa/Kelurahan Padasuka sebagai Sub Blok C.9
 Desa/Kelurahan Pameuntasan sebagai Sub Blok C.10
 Desa/Kelurahan Sukamulya sebagai Sub Blok C.11
4) Zona Margaasih, disepakati sebagai Blok D, dengan pembagian sub blok
sebagai berikut :
NO MUATAN MATERI PENUANGAN SUBSTANSI KESESUAIAN KESESUAIAN TERHADAP PENUANGAN RAPERDA CATATAN & REKOMENDASI
TEKNIS RDTR ADA TIDAK TERHDAP RTRW
LENGKAP BELUM ADA KOTA
LENGKAP
 Desa/Kelurahan Cigondewah Hilir sebagai Sub Blok D.1
 Desa/Kelurahan Lagadar sebagai Sub Blok D.2
 Desa/Kelurahan Margaasih sebagai Sub Blok D.3
 Desa/Kelurahan Mekar Rahayu sebagai Sub Blok D.4
 Desa/Kelurahan Nanjung sebagai Sub Blok D.5
 Desa/Kelurahan Rahayu sebagai Sub Blok D.6
5) Zona Margahayu, disepakati sebagai Blok E, dengan pembagian sub blok
sebagai berikut :
 Desa/Kelurahan Margahayu Selatan sebagai Sub Blok E.1
 Desa/Kelurahan Margahayu Tengah sebagai Sub Blok E.2
 Desa/Kelurahan Sayati sebagai Sub Blok E.3
 Desa/Kelurahan Sukamenak sebagai Sub Blok E.4
 Desa/Kelurahan Sulaiman sebagai Sub Blok E.5

RENCANA POLA 1. Zona Lindung (1) Rencana Pola Ruang sebagaimana dimaksud pada pasal 5
RUANG A. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Di huruf b yaitu Klasifikasi Zona meliputi:
Bawahnya (PB) (2) rencana zona lindung meliputi : Perlu disesuaikan klasifikasi zona
B. Perlindungan Setempat (PS) a. Zona Perlindungan Kawasan Bawahannya (LB)
paa raperda dan matek
 Sempadan sungai b. zona perlindungan setempat; (PS)
 Sempadan sekitar embung 1. Sub Zona Sempadan Tol; (PS.1)
 Sempadan saluran irigasi 2. Sub Zona Sempadan Jaringan Jalan: (PS.2) Pada raperda : terdapat klasifikasi
C. Ruang Terbuka Hijau (RTH) 3. Sub Zona Sempadan Rel Kereta Api; (PS.2) zona yang perlu menyesuaikan
 Taman (RTH-1) 4. Sub Zona Sempadan Sungai; (PS.4) dengan Permen PU 20/2011
 Pemakaman (RTH-2) 5. Sub Zona Sempadan Jaringan SUTT/SUTET; (PS.5)
D. Suaka Alam dan Cagar Budaya (SC) 6. Sub Zona Sempadan Sekitar Danau Buatan; (PS.6) Klasifikasi Zona Lindung antara
E. Rawan Bencana Alam (RB) 7. Sub Zona Sempadan Bandara. (PS.7) SHP peta dan Raperda berbeda
2. Zona/Kawasan Budidaya c. zona Lindung Alami (RTH);
A. Perumahan (R) 1. Sub Zona RTH Publik RTH1
1.a Sub-sub Zona RTH Taman Unit Lingkungan; Mencantumkan Luasan pada
 Rumah Kepadatan Tinggi (R-2)
(RTH 1.1) Raperda
 Rumah Kepadatan Sedang (R-3)
 Rumah Kepadatan Rendah (R-4) 1.b Sub-sub Zona RTH Pemakaman; (RTH 1.2)
B. Perdagangan dan Jasa (K) 1.c Sub-sub Zona RTH Hutan Kota; (RTH 1.3) Kode klasifikasi zona lindung
 Perdagangan dan Jasa Tunggal (K-1) 1.d Sub-sub Zona RTH Pelestarian Alam; (RTH 1.4) berbeda dengan permen PU 20
1.e 1.d Sub-sub Zona RTH Perlindungan Plasma tahun 2011
 Perdagangan dan Jasa Deret (K-3)
Nutfah, Eks Situ; (RTH 1.5)
C. Perkantoran (KT)
2. Sub Zona RTH Privat; (RTH 2)
 Perkantoran Pemerintahan (KT-1)
d.zona rawan bencana.
D. Sarana Pelayanan Umum (SPU)
(3) rencana zona budidaya meliputi:
 Pendidikan (SPU-1)
a. zona perumahan; (R)
 Transportasi (SPU-2) 1. Sub Zona Perumahan Kepadatan Tinggi (R.1)
 Kesehatan (SPU-3) 2. Sub Zona Perumahan Kepadatan Sedang (R.2)
 Olahraga (SPU-4) 3. Sub Zona Perumahan Kepadatan Rendah (R3)
 Sosial Budaya (SPU-5) b. zona perdagangan dan jasa;(K)
E. Industri (I) 1. Sub Zona Perdagangan Pasar Tradisional; (K.1)
 Aneka Industri (I-4) 2. Sub Zona Pusat Perdagangan dan Jasa; (K.2)
F. Peruntukan Campuran (C) 3. Sub Zona Perdagangan dan Jasa linier (K.3)
 Perumahan dan Perdagangan/Jasa (C-1) c. Zona Campuran; (C)
G. Peruntukan Lainnya (PL) 1. Sub Zona Campuran Tinggi; (C.1)
 Pertanian (PL-1) 2. Sub Zona Campuran Sedang; (C.2)
 Pariwisata (PL-3) d.Zona Kantor Pemerintahan; (KT)
H. Peruntukan Khusus e. Zona Industri dan Pergudangan; (I)
I. f. Zona Wisata (W)
g. zona sarana pelayanan umum; (SPU)
1. Sub Zona SPU Pendidikan;(SPU.1)
2. Sub Zona SPU Kesehatan; (SPU.2)
3. Sub Zona SPU Peribadatan; (SPU.3)
4. Sub Zona SPU Olahraga; (SPU.4)
5. Sub Zona SPU Transportasi; (SPU.5)
6. Sub Zona SPU Sosial Budaya; (SPU.6)
h.Zona Pertahanan dan Keamanan; (HK)
i. Zona Pertanian; (PL)
j. Zona Khusus; (KH)
1. IPAL (KH.1)
2. Infrastruktur Perkotaan Pengolahan Sampah
dengan Teknologi Ramah Lingkungan (KH.2)
NO MUATAN MATERI PENUANGAN SUBSTANSI KESESUAIAN KESESUAIAN TERHADAP PENUANGAN RAPERDA CATATAN & REKOMENDASI
TEKNIS RDTR ADA TIDAK TERHDAP RTRW
LENGKAP BELUM ADA KOTA
LENGKAP

Rencana Zona Lindung A. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Di a. Zona Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Zona
Bawahnya (PB) Bawahannya;
B. Perlindungan Setempat (PS) b. Zona perlindungan setempat atau PS;
C. Ruang Terbuka Hijau (RTH) c. Zona Cagar Budaya atau SC
 Taman (RTH-1) d. Zona rawan bencana atau RB;
 Pemakaman (RTH-2) e. Zona ruang terbuka hijau atau RTH
D. Suaka Alam dan Cagar Budaya (SC)
E. Rawan Bencana Alam (RB)
Zona Hutan Lindung 1)
Zona Perlindungan Pada Kawasan Soreang Terpadu, zona yang memberikan perlindungan terhadap v Margaasih-Margahayu : KBU?fungsi eksisting kawasan
Terhadap Zona Di kawasan bawahannya adalah zona resapan air yang tersebar di kecamatan yang Zona Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Zona Bawahannya resapan?
Bawahannya ada di Kawasan Soreang Terpadu ini. Zona resapan air yang terdapat di Kawasan sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 huruf a, merupakan zona Tidak ada luasanya baikdi shp peta,
Soreang Terpadu sebesar 672,70 Ha adalah : resapan air seluas 53,70 Ha yang tersebar pada SBWP 1 Blok 1.1 yaitu
matek dan raperda
1) Sebelah Barat dan selatan Zona Kutawaringin, tepatnya berada pada sub Desa Lagadar
blok C.5, C.3, C.11, C.2, C.4, C.7 seluas 619,11 Ha.
2) Zona Margaasih, sub blok D.2 seluas 53,70 Ha
Zona Perlindungan 1) Sempadan Sungai Margaasih-Margahayu Pada matek :
Setempat Kawasan perlindungan setempat berupa kawasan sungai yang melewati (1) Kawasan Perlindungan Setempat, meliputi: Klasifikasi zona untuk
Kawasan Soreang Terpadu telah tertuang di dalam RTRW Kabupaten a. Kawasan Sempadan Sungai, seluas 64,87 Ha terletak di Sub perlindungan setempat ?misal
Bandung tahun 2011-2031 yang meliputi hal-hal sebagai berikut : BWP 1, Sub BWP III, Sub BWP VI, dan Sub BWP IX untuk :
a. Zona Kutawaringin b. Kawasan Sempadan Embung, terletak di Wilayah Perkotaan
sempadan Sungai  PS-1
 Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar yaitu Margaasih-Margahayu
Sungai Citarum dan 50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada Sempadan Embung  PS-2
di luar permukiman yaitu Sungai Ciwidey dan Cimareme Dst..
 Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai Raperda :
yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 – Perlu penyesuaian dengan matek
NO MUATAN MATERI PENUANGAN SUBSTANSI KESESUAIAN KESESUAIAN TERHADAP PENUANGAN RAPERDA CATATAN & REKOMENDASI
TEKNIS RDTR ADA TIDAK TERHDAP RTRW
LENGKAP BELUM ADA KOTA
LENGKAP
15 meter baik anak sungai Citarum, Cidano, Ciwidey maupun  matek mengikuti raperda
Cimareme
b. Zona Margaasih Pada peta JPEG (Peta Kawasan
 Rencana kawasan sempadan sungai terletak di sub blok D.2 seluas
Perlindungan Setempat) ditunjukan
9,26 Ha; sub blok D.5 seluas 20,92 Ha; sub blok D.4 seluas 17,22 Ha;
c. Zona Margahayu adaya klasifikasi zona RTH-1, RTH-
 Bagian Sungai Boyong yang tidak bertanggul sempadan sungainya 2, Hutan Lindung dan Sempadan.
paling sedikit 50 meter dari tepi sungai di kiri kanan sungai dan Sebaiknya apabila peta perlindugan
bagian yang bertanggul paling sedikit 5 meter dari kaki luar setempat yang dimuncunkan
tanggulnya. khusus untuk klasifikasi zona PS
 Bagian sungai lainnya yang tidak bertanggul sempadan sungainya saja)
paling sedikit 25 meter dari tepi sungai di kiri kanan sungai dan
bagian yang bertanggul paling sedikit 5 meter dari kaki tanggulnya.
2) Kawasan sekitar embung
Kawasan lindung sekitar embung lebarnya 100 meter dari titik pasang ke
arah darat, yang terletak di Zona Margaasih dan Zona Margahayu
3) Sempadan saluran irigasi
Kawasan sempadan saluran irigasi terletak di Zona Soreang dan Zona
Katapang.
4) Sempadan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi
Kawasan Soreang Terpadu dilalui oleh jaringan saluran udara tegangan
ekstra tingi (SUTET) transmisi 150-500 KV, terutama pada Zona
Kutawaringin. Jaringan tersebut memberikan radiasi terhadap kawasan
sekitarnya. Untuk meminimalisasi radiasi dari adanya tegangan tinggi
tersebut, maka diperlukan pengamanan daerah dikawasan sekitarnya,
minimal dapat mengurangi tingginya radiasi yang dihasilkan.

Zona Ruang Terbuka Jenis RTH yang ada dan potensial untuk dikembangkan di Kawasan Soreang v Pada matek :
Hijau Terpadu adalah:  Klasifikasi RTH yag ada di
1. RTH Perkarangan, lahan di luar bangunan, yang berfungsi untuk Kawasan Soreang Terpadu
berbagai aktivitas. Luas pekarangan disesuaikan dengan ketentuan
koefisien dasar bangunan (KDB) di kawasan perencanaan.
bagaimana?sebelumnya
2. RTH Taman Kota, Taman kota maupun kecamatan Dijelaskan terdapat RTH-1
difungsikan sebagai paru-paru, pengendali iklim mikro, konservasi (taman) dan RTH 2
air tanah dan habitat berbagai flora dan fauna serta media (Pemakaman). Pada peta JPEG
sosialisasi dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi hanya terdapat 1 klasifikasi
atau kegiatan lain pada tingkat kota/kawasan zona saja.
3. RTH Hutan Kota, merupakan salah satu komponen ruang terbuka
hijau. Keberadaan hutan kota sangat berfungsi sebagai sistem
 Distribusi RTH dimana
hidrorologi, menciptakan iklim mikro, menjaga keseimbangan
oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2), mengurangi polutan, dan
saja?SBWP dan blok?  perlu
meredam kebisingan. Selain itu, berfungsi juga untuk menambah ditambahkan
nilai estetika dan keasrian kota sehingga berdampak positif  Arahan luasan untuk RTH
terhadap kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat (Sibarani, apakah sudah mencapai 20%?
2003)
4. RTH Lingkungan, dapat disediakan dalam bentuk taman yang
ditujukan untuk melayani penduduk satu kelurahan. Luas taman Pada raperda :
ini minimal 0,30 m2 per penduduk kelurahan, dengan luas
Belum dijelaskan berapa luasan
minimal taman 9.000 m2. Lokasi taman berada pada wilayah
kelurahan yang bersangkutan. Luas area yang ditanami tanaman alokasi RTH dan distribusinya
(ruang hijau) minimal seluas 80% - 90% dari luas taman, sisanya
dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat
melakukan berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami Hanya terdapat luasanya subzone
dengan berbagai tanaman sesuai keperluan, juga terdapat minimal green belt pada shp peta,
25 (duapuluh lima) pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedangkan matek dan raperda
sedang untuk jenis taman aktif dan minimal 50 (limapuluh) pohon tidak ada luasan
pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang untuk jenis taman
pasif.
5. RTH Jalur Hijau Jalan, dapat disediakan dengan penempatan
tanaman antara 20–30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai
dengan klas jalan. Untuk menentukan pemilihan jenis tanaman,
perlu memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu fungsi tanaman dan
persyaratan penempatannya. Disarankan agar dipilih jenis
tanaman khas daerah setempat, yang disukai oleh burung-burung,
serta tingkat evapotranspirasi rendah.
NO MUATAN MATERI PENUANGAN SUBSTANSI KESESUAIAN KESESUAIAN TERHADAP PENUANGAN RAPERDA CATATAN & REKOMENDASI
TEKNIS RDTR ADA TIDAK TERHDAP RTRW
LENGKAP BELUM ADA KOTA
LENGKAP
6. RTH Fungsi Tertentu (RTH jaringan listrik tegangan tinggi,
sempadan sungai dan pemakaman), Pemakaman termasuk sebagai
RTH yang memiliki fungsi utama sebagai tempat penguburan
jenasah serta memiliki fungsi ekologis yaitu sebagai daerah
resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta
iklim
Zona Suaka Alam Dan Di Kawasan Soreang terpadu terdapat zona cagar budaya terutama di Zona v Pada matek :
Cagar Budaya Kutawaringin yang dapat ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya berupa  Cagar budaya sudah ada
kawasan bersejarah makam-makam leluhur yang telah banyak menarik wisatawan perdanya?
untuk berkunjung meliputi :
1. Makam Eyang Dalem Gajah  Luasan SC dan lokasinya
2. Makam Eyang Dalem Kabul dimana?
3. Makam Gunungjati Susunan Buana Panca tengah Cipedung
4. Situs peninggalan jaman kerajaan majapahit yaitu pada gunung Tidak ada subzone cagar budaya
Kutawaringin dan bukit Buninagara berupa gambar kaki binatang. pada shp peta

Zona Rawan Bencana Zona rawan bencana bagi Kawasan Soreang Terpadu merupakan daerah dengan v Zona rawan bencana menjadi
Alam tingkat kerawanan bencana gerakan tanah/longsor yang cenderung terjadi pada pertimbangan dalam peraturan
wilayah perbukitan. Namun dengan demikian sebagian titik-titik lokasi rawan zonasi (TPZ)
sudah dilengkapi dengan papan informasi dan arah jalur evakuasi. Lokasi rawan
gerakan tanah ini ditemui pada Zona Soreang dengan kemiringan dinding bukit
lebih dari 40%.

Zona Lindung Lainnya


(Contoh: Zona Lahan
Pertanian Pangan
Berkelanjutan / LP2B)
Rencana Zona
Zona Perumahan
Budidaya  Rumah Kepadatan Tinggi (R-2) v Margaasih_margahayu Pada matek
Pada perumahan dengan kepadatan tinggi diarahkan perencanaan dan (1) Rencana zona perumahan sebagaimana dimaksud pada Pasal 21  Arahan distribusi perumahan
pengembangannya pada kawasan pusat kota dari ke lima zona yang ada di huruf a seluas kurang lebih 903,44 (sembilan ratus tiga koma pada SBWP ditunjukan juga
Kawasan Soreang Terpadu. Rencana pengembangannya diantaranya : empat puluh empat) hektar, tersebar di seluruh wilayah
pada blok mana
a) Zona Soreang, seluas 454,86 Ha Margaasih-Margahayu
b) Zona Margaasih di seluruh sub blok seluas 483,22 Ha (2) Pengembangan zona perumahan dan kawasan permukiman Pada raperda :
c) Zona Margahayu di seluruh sub blok seluas 420,22 Ha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan : Distribusi zona perumahan di blok
 Rumah Kepadatan Sedang (R-3) a. Penataan Prasarana, Sarana dan Utilitas Lingkungan apa saja??
Rencana pengembangan kawasan perumahan berkepadatan sedang akan Permukiman;
diarahkan di lokasi : b. Pengembangan perumahan pada kawasan yang telah
a) Zona Soreang, seluas 1.306,32 Ha berkembang perlu memperhatikan mekanisme IMB yang Klasifikasi zona perumahan pada
b) Zona Kutawaringin di sub blok Sub Blok C.1, Sebagian Sub Blok C.2, ketat untuk menciptakan keteraturan lingkungan; shp peta sudah sama, num luasnya
Sebagian Sub blok C.4, Sub Blok C.6, C.7, C.8, C.9, C.10 c. Pengembangan kasiba dan lisiba yang diprakarsai oleh
bebeda dengan matek, sedangkan
 Rumah Kepadatan Rendah (R-4) masyarakat dan pemerintah desa setempat.
raperda tidak ada luasan
Zona perumahan di Kawasan Soreang Terpadu direncanakan berada di lokasi
sebagai berikut :
a) Zona Soreang, seluas 499,76 Ha
Zona Perdagangan Dan Pengembangan
b) Zonakegiatan perdagangan
Kutawaringin, dan jasa
direncanakan di Kawasan
berupa Soreangpedesaan
zona perumahan Terpadu v Margaasih Margahayu
Jasa skala kota akan diarahkan : Rencana zona perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud pada Pada raperda :
 Zona Soreang, seluas 19,94 Ha berupa perdagangan dan jasa deret dan 7,65 Pasal 21 huruf b seluas kurang lebih 9,58 (sembilan koma lima puluh Distribusi zona perdagangan di
Ha untuk kawasan perdagangan dan jasa tunggal delapan) hektar, meliputi :
blok apa saja??
 Zona Katapang, berupa kawasan perdagangan dan jasa deret a. zona perdagangan dan jasa skala kota, tersebar di SWP I dan
SWP II Perlu menyeseuaikan dengan
 Zona Kutawaringin di sub blok C.8 seluas 0,91 Ha yang merupakan Pasar
Patrol dilalui oleh jalur angkutan umum dan berada di dekat perbatasan b. zona perdagangan dan jasa skala kawasan, tersebar di SWP III matek  matek menyesuaikan
kecamatan dan kabupaten; Sub blok C.8 ini juga dapat dikembangkan bagi dengan raperda
area PKL; sub blok C.6 diarahkan untuk Area perdagangan kuliner dan Sport Tidak terdapat luasan zona
Center dengan jenis perdagangan/jasa deret; Sub Blok C 1 dan C.10 perdagangann dan jasa pada shp
diarahkan untuk perdagangan/jasa deret terutama di koridor Jalan Soreang- peta
Cipatik seluas 13,59 Ha.
 Zona Margaasih di sub blok D.1 seluas 1,52 Ha; sub blok D.2 seluas 0,65 Ha;
sub blok D.3 seluas 7,41 Ha
NO MUATAN MATERI PENUANGAN SUBSTANSI KESESUAIAN KESESUAIAN TERHADAP PENUANGAN RAPERDA CATATAN & REKOMENDASI
TEKNIS RDTR ADA TIDAK TERHDAP RTRW
LENGKAP BELUM ADA KOTA
LENGKAP
Zona Perkantoran Rencana pengembangan kawasan perkantoran di Kawasan Soreang Terpadu v
diantaranya : Margaasih-Margahayu
(1) Rencana zona perkantoran sebagaimana dimaksud pada Pasal Pada raperda :
a) Zona Soreang, berupa kawasan perkantoran pemerintahan di Sub Blok A.6 Distribusi zona perkantoran di blok
seluas 22,12 Ha 21 huruf c seluas kurang lebih 41,69 (empat puluh satu koma
enam sembilan) hektar, meliputi : apa saja??
b) Zona Kutawaringin di sub blok C.6 diarahkan sebagai kawasan perkantoran
pemerintahan yang terintegrasi dengan sarana pelayanan umum a. sub zona perkantoran pola linier; dan Perlu menyeseuaikan dengan
(kesehatan), kelembagaan masyarakat, RTH dan Rumah Susun b. sub zona perkantoran campuran. matek  matek menyesuaikan
(2) Zona perkantoran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf dengan raperda
a merupakan zona perkantoran pola linier yang terletak pada
koridor jalan utama
Tidak ada luasan zona perkantoran
(3) Sub zona perkantoran campuran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b merupakan kegiatan campuran antara
pada shp peta
perkantoran dan kegiatan permukiman, perdagangan dan jasa
serta sarana pelayanan umum.

Zona Sarana Pelayanan Sarana pelayanan umum sangat dibutuhkan sebagai salah satu faktor pendukung v Pada matek :
dan penunjang keberlangsungan suatu kawasan perencanaan. Rencana Margasih-Margahayu
Umum (1) Rencana zona sarana pelayanan umum sebagaimana dimaksud Untuk SPU pada SBWP Soreang
pengembangan sarana pelayanan umum di Kawasan Soreang Terpadu : perlu diperdetail pada blok mana
a) Zona Soreang, terdiri dari SPU pendidikan seluas 7,26 Ha; SPU pada Pasal 21 huruf d seluas kurang lebih 128.78 (seratus dua
puluh delapan koma tujuh puluh delapan) hektar, meliputi : saja
Transportasi seluas 1,67 Ha; SPU kesehatan seluas 5,63 Ha; SPU Olahraga
seluas 3,64 Ha; SPU Sosial Budaya seluas 2,18 Ha a. sub zona sarana pelayanan umum pendidikan;
b) Zona Kutawaringin di sub blok C.1 diarahkan untuk rencana b. sub zona sarana pelayanan umum transportasi; Pada raperda :
pengembangan sarana pelayanan umum olahraga berupa Gelanggang c. sub zona sarana pelayanan umum kesehatan; Perlu menyesuaiakan antara matek
Olahraga Si Jalak Harupat seluas 124 Ha dan C.7 diarahkan sarana d. sub zona sarana pelayanan umum olah raga; dan dan raperda-matek mengikuti
e. sub zona sarana pelayanan umum peribadatan;
pelayanan umum skala kecamatan; sub blok C.6 diarahkan untuk rencana raperda atau sebaliknya
pengembangan sarana pelayanan umum transportasi berupa terminal tipe (2) Sub zona sarana pelayanan umum pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas kurang lebih 53,7 lima
Distribusi masing-masing sub zona
C seluas 1,03 Ha; rencana pengembangan sarana pelayanan umum dimana saja berdasarkan blok yang
kesehatan berupa Puskesmas Kutawaringin di seluruh sub blok puluh tiga koma tujuh) hektar, Sub zona pelayanan umum
pendidikan direncanakan tersebar pada semua bagian BWP ditentukan sebelumnya
berdasarkan skala pelayanan
c) Zona Margaasih; rencana pengembangan sarana pendidikan di sub blok D.1 dengan kondisi eksisiting yang ada dan pemenuhan kebutuhan
seluas 1,04 Ha, sub blok D.2 seluas 0,41 Ha, sub blok D.3 seluas 0,14 Ha, penambahan jumlah sarana disesuaikan dengan peraturan
sub blok D.5 seluas 0,23 Ha dan sub blok D.6 seluas 0,43 Ha; terkait dan penyediaan lahan oleh pemerintah daerah Klasifikasi zona SPU antara shp
d) Zona Margahayu; rencana pengembangan sarana pendidikan di sub blok sepempat. peta dan raperda sudah sama
(3) Sub zona sarana pelayanan umum transportasi sebagaimana
E.1 seluas 0,87 Ha, sub blok E.2 seluas 3,67 ha, sub blok E.3 seluas 0,75 Ha, namun luasannya berbeda antara
sub blok E.4 seluas 5,94 Ha, sub blok E.5 seluas 40,22 Ha; rencana dimaksud pada ayat (1) huruf b seluas kurang lebih 65,88
(enam puluh lima koma delapan delapan) hektar, Sub zona raperda dan matek, pada shp peta
pengembangan sarana transportasi di sub blok E.5 seluas 65,9 Ha; rencana tidak ada luasan
pengembangan sarana olahraga di sub blok E.5 seluas 51,64 Ha pelayanan umum transportasi dititikberatkan
pengembangannya di Sub BWP IX
(4) Sub zona sarana pelayanan umum kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c, dialokasikan
pengembangannya di Sub BWP I, II, dan III.
(5) Sub zona sarana pelayanan umum olah raga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d seluas kurang lebih 51,64 (lima
puluh satu koma enam empat) hektar, Sub zona pelayanan
umum olahraga dialokasikan pengembangannya di Sub BWP IX
(6) Sub zona sarana pelayanan umum peribadatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e, dialokasikan
pengembangannya di Sub BWP I, II dan IV.
NO MUATAN MATERI PENUANGAN SUBSTANSI KESESUAIAN KESESUAIAN TERHADAP PENUANGAN RAPERDA CATATAN & REKOMENDASI
TEKNIS RDTR ADA TIDAK TERHDAP RTRW
LENGKAP BELUM ADA KOTA
LENGKAP
Zona Industri Rencana pengembangan kawasan industri di Kawasan Soreang Terpadu v Rencana Zona Peruntukan Industri sebagaimana dimaksud dalam Pada matek :
ini diantaranya : Pasal 21 huruf e seluas kurang lebih 146,91 (seratus empat puluh Rencana zona I-4 pada SBWP
a) Zona Katapang, berupa kawasan industry non polutif (RTRW Kab enam koma sembilan satu) yang tersebar di Sub BWP II, Sub BWP Katapang akan direncanakan pada
Bandung) III dan Sub BWP IV.
blok brp
b) Zona Kutawaringin; pengembangan kawasan industry berupa :
 sub blok C.8 terdapat Kawasan Industri Kutawaringin (KIP)
seluas 32,07 Ha beserta pergudangannya dan tersebar di Pada raperda :
sepanjang Jalan Soreang-Cipatik; Perlu menyesuaiakan antara matek
 Sub blok C.3 direncanakan akan dikembangkan industry kecil dan raperda-matek mengikuti
dan menengah berupa industry konveksi seluas 0,46 Ha; dan raperda atau sebaliknya
c) Zona Margaasih berupa kawasan industry non polutif (RTRW Kab Distribusi masing-masing sub zona
Bandung) tepatnya di sub blok D.2 seluas 31,71 Ha; sub blok D.3 dimana saja berdasarkan blok yang
seluas 4,6 Ha; Sub blok D.5 seluas 4,03 Ha; dan sub blok D.6 seluas
ditentukan sebelumnya
14,47 Ha
d) Zona Margahayu berupa kawasan industry non polutif (RTRW Kab
Bandung) terutama di sub blok E.2 seluas 8,33 Ha; sub blok E.4
seluas 0,49 Ha; dan sub blok E.3 seluas 14,31 Ha
Peta :
Hanya terdapat zona industri pada
shp peta dengan luasan yang
berbeda
Zona Khusus Zona peruntukan khusus merupakan zona yang pengembangannya khusus untuk v Pada matek:
menampung kegiatan pertahanan dan keamanan, Tempat Pembuangan Akhir Margaasih-Margahayu
 Belum ada klasifikasi zona
(TPA), Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan lain-lain yang memerlukan Zona khusus sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 huruf f untuk peruntukan khusus
penanganan, perencanaan prasarana sarana serta fasilitas tertentu, sesuai dengan
kebijakan pemerintah dalam hal penyediaan ruang khusus untuk kegiatan
seluas kurang lebih 398,02 (tiga ratus sembilan puluh delapan  Klasifikasi zona mnegikuti
tersebut. koma nol dua) hektar yang terletak di Sub BWP II, meliputi : Permen PU 20/2011.
a) Zona Kutawaringin, pengembangan kawasan khusus berupa : Pertahanan keamanan
a. Zona pertahanan dan keamanan (KH-1), TPA (KH-2),
 Kawasan Pusat Pelatihan POLRI yang berada di Sub blok C.7 seluas 8,51
b. Zona TPA
Ha
 Lahan atas kepemilikan KODIM yang berada di Sub blok C.7 seluas 1,75 Pada raperda :
Ha dekat dengan Kantor Kecamatan dan Puskesmas Kutawaringin Perlu menyesuaiakan antara matek
 Pengembangan TPA Leuwimunding di Sub blok C.3 seluas 5,80 Ha
dan raperda-matek mengikuti
raperda atau sebaliknya
Distribusi masing-masing sub zona
dimana saja berdasarkan blok yang
ditentukan sebelumnya
Pada matek tidak ada arahan zona
khusus untuk margasih margahayu

Klasifikasi zona peruntukan khusus


pada shp peta sudah sama dengan
raperda namuun tudak terdapat
luasan
NO MUATAN MATERI PENUANGAN SUBSTANSI KESESUAIAN KESESUAIAN TERHADAP PENUANGAN RAPERDA CATATAN & REKOMENDASI
TEKNIS RDTR ADA TIDAK TERHDAP RTRW
LENGKAP BELUM ADA KOTA
LENGKAP
Zona Lainnya Zona lainnya yang dikembangkan menurut rencana tata ruang adalah v Pada matek :
pertanian (hutan rakyat, perkebunan, peternakan, dsb), pertambangan Margaasih Margahayu
Apabila akan dipisahkan untuk
dan pariwisata. Zona Lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf pertanian lahan basah dan lahan
a) Zona Soreang, pengembangan kawasan lainnya berupa :
g seluas kurang lebih 821,64 (delapan ratus dua puluh satu kering dapat di buat sub sub zona.
 pengembangan pertanian lahan basah seluas 310,72 Ha;
 pengembangan pertanian lahan kering seluas 847,98 Ha; koma enam empat) hektar yang tersebar di sub BWP I, Sub Contoh
 pengembangan pariwisata seluas 4,90 Ha BWP II, Sub BWP III dan Sub BWP IV, meliputi : PL-1 Pertanian
b) Zona Kutawaringin, pengembangan kawasan lainnya yang ada PL-1.1 Pertanian lahan basah
berupa : a. zona Pertambangan; PL-1.2 Pertanian lahan kering
 Pengembangan kawasan pertanian berupa hutan rakyat yang b. zona Pertanian; dan Untuk pengembangan pertanian di
tersebar di sub blok C.2, Sub blok C.3, Sub blok C.4, Sub blok c. zona pariwisata
SBWP Soreang perlu ada arahan
C.5, Sub blok C.7, dan Sub Blok C.11 seluas 145,93 Ha alokasi pada blok
 Rencana pengembangan pertanian lahan basah berupa
pertanian tanaman pangan terintegrasi dengan tanaman
palawija dan tanaman hortikultura (pertanian lahan kering)
berada di Sub blok C.2, C.3, C.4, C.7 dan C.11
 Rencana pengembangan pertanian lahan kering berada di Pada raperda :
Sub blok C.2, C.3, C.4, C.5, C.7 dan C.11 Perlu menyesuaiakan antara matek
 Rencana pengembangan kawasan perkebunan yang dan raperda-matek mengikuti
terintegrasi dengang tanaman hortikultura berada di sub raperda atau sebaliknya
blok C.2, C.3, C.4, C.5, C.7 dan C.11 seluas 650,11 Ha Distribusi masing-masing sub zona
 Rencana pengembangan kawasan pariwisata berupa obyek
dimana saja berdasarkan blok yang
wisata budaya dan wisata alam, yang merupakan bagian dari
pengembangan desa, pegunungan, ruang terbuka hijau, ditentukan sebelumnya
daerah resapan air, cagar budaya, kegiatan adat Pada matek tidak ada arahan zona
istiadat/budaya setempat dan potensi pertanian. pertambangan untuk margasih
Pengembangan pariwisata di Zona Kutawaringin adalah : margahayu
i. Obyek wisata ziarah makam terletak di sub blok C.2, C.6,
dan C.7
ii. Obyek wisata alam pegunungan sebagai area Subzona pertanian pada shp peta
perkemahan (Bumi Perkemahan Andes) terletak di sub
berbeda dengan matek, sedang kan
blok C.5 seluas 7 Ha
iii. Obyek wisata alam sebagai ruang terbuka hijau yaitu pada raperda tidak ada luasan
taman dan hutan kota terletak di sub blok C.2
terintegrasi dengan GOR SI Jalak Harupat
c) Zona Margaasih; rencana pengembangan berupa :
 pertanian lahan basah di sub Blok D.1 sampai D.6 seluas
756,62 Ha
 perkebunan di seluruh sub blok seluas 227 Ha
d) Zona Margahayu; rencana pengembangan berupa :
 pertanian lahan basah di seluruh sub blok seluas 164,41 Ha
 perkebunan di seluruh sub blok seluas 41,71 Ha
Zona Campuran a) Zona Soreang, rencana pengembangan kawasan campuran berupa v Untuk pengembangan campuran di
kawasan perumahan dan perdagangan/jasa seluas 164,27 Ha SBWP Soreang perlu ada arahan
b) Zona Kutawaringin, rencana pengembangan zona campuran alokasi pada blok
berupa :
 Pengembangan perumahan dan perdagangan/jasa terletak di
sub blok C.1 seluas 13,51 Ha, Sub blok C.6 seluas 94,14 Ha;
dan Sub Blok C.9 seluas 32,13 Ha
BAB V RENCANA a.
c) Rencana Pengembangan
Zona Margahayu, rencanaJaringan Pergerakan kawasan campuran
pengembangan
JARINGAN b. Rencana
terletak diPengembangan Jaringan
sub blok E.3 seluas 3,85Air
HaMinum
PRASARANA c. Rencana Pengembangan Jaringan Drainase
d. Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah
e. Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi
f. Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan
Rencana 1. Jaringan Jalan v (1) Rencana sistem jaringan pergerakan sebagaimana dimaksud Sudah terdapat rencana jaringan
Pengembangan a) Peningkatan Jaringan Jalan Kolektor dan Lokal pada Pasal 29 ayat (2) huruf a, meliputi : pergerakan pada shp peta
Jaringan Pergerakan Zona Soreang, diantaranya : a. Penataan hierarki jalan yang menerus meliputi jalan arteri,
- Peningkatan Jalan Kolektor Primer 1 (Jalan Provinsi) Jalan kolektor dan jalan lokal sesuai dengan karakteristik hirarki
Soreang-Katapang, Jalan Soreang-Cihampelas, Jalan jalan yang berlaku
Soreang-Pasirjambu b. Memelihara fungsi jaringan jalan primer dengan membatasi
- Peningkatan Jalan Kolektor Primer 2 (jalan Kabupaten) jalan akses lokal, menghilangkan gangguan pada badan jalan
yaitu Jalan Soreang-Cangkuang dan pengendalian pemanfaatan ruang pada jalan tersebut.
Zona Katapang, diantaranya : c. Meningkatkan fungsi jaringan jalan yang ada dengan cara
- Peningkatan jalan kolektor primer 1 (jalan provinsi) yaitu pelebaran jalan, pembatasan parkir pada jalan tersebut,
Jalan Kopo-Katapang, Jalan Katapang-Soreang pembatasan penggunaan badan jalan untuk keperluan yang
NO MUATAN MATERI PENUANGAN SUBSTANSI KESESUAIAN KESESUAIAN TERHADAP PENUANGAN RAPERDA CATATAN & REKOMENDASI
TEKNIS RDTR ADA TIDAK TERHDAP RTRW
LENGKAP BELUM ADA KOTA
LENGKAP
- Peningkatan Jalan Kolektor Primer 2 (Jalan Kabupaten) lain, perbaikan perkerasan, dan pengaturan lalu lintas angkutan
yaitu Jalan Katapang-Rancamanyar umum
Zona Kutawaringin, diantaranya : d. Meningkatkan akses jalan pada kawasan perumahan padat
- Peningkatan Jalan kolektor Primer Jalan Raya Soreang- dengan struktur pergerakan yang lebih tertata.
Cipatik dan Jalan Leuwimunding-Sukamulya e. peningkatan dan penataan jalan Kabupaten berfungsi lokal
- Peningkatan jalan lokal primer : Jl. Cantilan-Ciharuman- primer 3, meliputi :
G.Pancir, Jl. Cantilan-Jati, Kutawaringin - Cibodas (2) Rencana jaringan pergerakan sebagaimana dimaksud dalam
(Bts.Kab.Bdg Barat), JL.Katapang-Gajahmekar, JL. Kopo- ayat (1) tercantum dalam peta Lampiran .... yang tidak
Kutawaringin, JL.Leuwikuray– Leuwimunding, terpisahkan dari Peraturan Daerah ini
JL.Kutawaringin-Bojonglaja (Cimareme), Cilame-Sodong-
Rancasampih
Zona Margahayu, diantaranya :
- Peningkatan jalan kolektor primer 2 (jalan kabupaten)
yaitu Jalan Sayati-Cangkuang
b) Pembangunan Jaringan jalan meliputi :
Zona Soreang, diantaranya :
- Pembangunan jalan baru kolektor primer 1 (jalan provinsi)
dengan kelengkapan fasilitsa jalannya di Jalan Soreang-TKI
- Pembangunan Jalan baru kolektor primer 2 (jalan
kabupaten) dengan kelengkapan fasilitas jalannya di Jalan
Soreang-Gor, jalan Lingkar Tengah Soreang, Jalan Cebek-
Gor Soreang, Jalan Soreang-Sekarwangi, Jalan Lingkar
Selatan Soreang, Jalan Lingkar Tengah Soreang-Panyirapan,
jalan lingkar utara Soreang, dan Jalan Lingkar tengah Utara
Soreang.
- Pembangunan jalan local primer 1 (jalan kabupaten)
dengan kelengkapan fasilitas jalannya di Jalan Sadu-Lingkar
Tengah Soreang
Zona Katapang, diantaranya pembangunan jalan baru kolektor
primer 2 (jalan Kabupaten) dengan kelengkapan fasilitas
jalannya yaitu Jalan Katapang-Stadion, Jalan Katapang-
Bojongmalaka
Zona Margaasih, diantaranya :
- pembangunan jaringan jalan tol SOROJA yang melewati sub
Blok D.1, D.3, D.4, D.5 dan D.6 sepanjang 4,1 km.
- Pembangunan Jalan kolektor primer 1 (jalan provinsi)
dengan kelengkapan fasilitas jalannya di Jalan Cigondewah-
TKI
Zona Margahayu
2. Parkir
pengembangan mengenai optimalisasi jaringan jalan di lokasi parker
diantaranya :
Pengembangan Off Street Parking, meliputi :
a) Zona Soreang, pengembangan di kawasan perdagangan, perkantoran
dan jasa
b) Zona Katapang, pengembangan di kawasan perdagangan, perkantoran
dan jasa
c) Zona Kutawaringin, pengembangan di kawasan fasilitas pelayanan
umum, perdagangan dan jasa
d) Zona Margaasih, pengembangan di kawasan perdagangan dan jasa
e) Zona Margahayu, pengembangan di kawasan perdagangan dan jasa
Pengembangan On Street Parking, meliputi :
a) Zona Soreang, diperkenankan di jalan kolektor sekunder dan jalan
lokal
b) Zona Katapang, diperkenankan di jalan kolektor sekunder dan jalan
lokal
c) Zona Kutawaringin, diperkenankan di jalan lingkungan khususnya di
kawasan perumahan

3. Jaringan Rel Kereta Api


Pengembangan jalur kereta api di Kawasan Soreang Terpadu berupa
pengaktifan kembali jalur yang ada yaitu Ciwidey-Soreang-Pameungpeuk-
Dayeuhkolot-Bandung. Pengembangan jalur kereta api ini terintegrasi dengan
stasiun KA di Zona Soreang. Program Pengembangan Sistem Angkutan Masal
menurut Rencana Kerja Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung pada tahun
NO MUATAN MATERI PENUANGAN SUBSTANSI KESESUAIAN KESESUAIAN TERHADAP PENUANGAN RAPERDA CATATAN & REKOMENDASI
TEKNIS RDTR ADA TIDAK TERHDAP RTRW
LENGKAP BELUM ADA KOTA
LENGKAP
2016, meliputi :
 Peningkatan double track Kereta Apipada Koridor Kiaracondong –
Rancaekek, Koridor Rancaekek –Cicalengka serta Koridor Cicalengka –
Nagreg.
 Peningkatan jalur kereta api dan stasiun pada Koridor Bandung –
Dayeuhkolot –Banjaran, Koridor Banjaran -Soreang –Ciwidey serta
Koridor Rancaekek –Tanjungsari.
 Perbaikan persinyalan kereta api pada Jalur Gedebage -Cicalengka.
 Perbaikan dan penambahan sarana KRD di Seluruh ruas KA.
 Perbaikan persilangan antara KA dan jalan di Seluruh ruas KA.
 Penggantian moda angkutan umum massal jalan raya pada ruas
Bandung -Soreang, Bandung -Banjaran, Bandung-Majalaya, Bandung
Cileunyi –Rancaekek
4. Jalur Pedestrian
5. Jaringan Trayek Angkutan Umum
Rencana Untuk kondisi prasarana listrik, pelayanan kebutuhan listrik dari PLN sudah v a. sistem jaringan listrik dikembangkan dengan memperhatikan Sudah terdapat rencana jaringan
Pengembangan masuk dan melayani seluruh penduduk di kawasan Soreang. Lampu-lampu aspek terpenuhinya kebutuhan dan terjaminnya ketersediaan listrik pada shp peta
Jaringan penerangan jalan juga sudah tergolong cukup memadai. Pemerintah Kabupaten energi listrik;
Bandung memberikan program LISDES atau Listrik Desa agar bisa melayani b. membangun jaringan pemancang listrik dengan mengikuti
Energi/Kelistrikan
prasarana listrik sehingga setiap desa yang berada di kawasan Soreang sudah koridor sistem jaringan jalan yang terhierarki sesuai dengan
terlayani semua. klasifikasi jalan serta mengarahkan pengembangan
infrastruktur kelistrikan sesuai dengan pola pengembangan
ruang aktifitas perkotaan, diantaranya :
i. pengembangan jaringan distribusi primer sepanjang
jaringan jalan arteri primer;
ii. pengembangan jaringan distribusi sekunder sepanjang
jalan arteri dan kolektor sekunder;
iii. pengembangan jaringan distribusi tersier sepanjang jalan
lokal hingga lingkungan dan menuju konsumen dalam
unit lingkungan terkecil;
iv. posisi tiang listrik harus ada pada Ruang Manfaat Jalan
(RUMAJA) dengan jarak antar tiang kurang lebih 50
meter.
c. pengembangan jaringan listrik diarahkan pada lokasi-lokasi
pengembangan kegiatan/zona peruntukan baru melalui
penyambungan jaringan yang ada dengan mengikuti jaringan
listrik yang sudah ada.
d. pola jaringan kabel listrik tegangan tinggi (SUTT) dan kabel
listrik tegangan ekstra tinggi (SUTET) dapat melintasi daerah
tertentu dan diatur pengamanannya terhadap lingkungan yaitu
20 (dua puluh) meter ke samping dan di sisi jaringan tersebut
harus bebas bangunan untuk dijadikan jalur hijau tanpa
bangunan; dan
e. pola jaringan kabel listrik tegangan menengah dan rendah
direncanakan di sisi kiri jalan.
(1) Rencana pengembangan jaringan listrik sebagaimana dimaksud ayat
(1), tercantum dalam Lampiran .... yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini

Rencana Rencana pengembangan telekomunikasi di Kawasan Soreang Terpadu ini v (1) Rencana sistem jaringan utilitas berupa rencana sistem 1. Pada matek Belum terdapat :
Pengembangan dilakukan berupa pengembangan system jaringan kabel dan system jaringan nir jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud Pasal 29 ayat  rencana pengembangan
Jaringan kabel. (3) huruf b, dilakukan melalui pemenuhan terhadap jaringan infrastruktur dasar
telepon, menara telekomunikasi, dan internet atau jaringan telekomunikasi yang berupa
Telekomunikasi
nirkabel. penetapan lokasi pusat
(2) Rencana pengembangan jaringan telepon meliputi : automatisasi sambungan
a. pengembangan Sentral Telepon Otomat (STO); telepon;
b. pengembangan jaringan telekomunikasi mengikuti  rencana penyediaan jaringan
mengikuti perkembangan jaringan jalan arteri dan telekomunikasi telepon kabel
kolektor dengan cakupan pelayanan ke seluruh pusat yang berupa penetapan
pelayanan dan wilayah pengembangan; lokasi stasiun telepon
c. pengembangan jaringan instalasi telekomunikasi otomat, rumah kabel, dan
dilakukan jika memungkinkan di bawah tanah dengan kotak pembagi;
mengikuti pola jaringan jalan sisi jalan dan tidak satu  rencana penyediaan jaringan
lajur dengan jaringan pipa air minum atau dengan telekomunikasi telepon
jaringan kabel listrik; dan
NO MUATAN MATERI PENUANGAN SUBSTANSI KESESUAIAN KESESUAIAN TERHADAP PENUANGAN RAPERDA CATATAN & REKOMENDASI
TEKNIS RDTR ADA TIDAK TERHDAP RTRW
LENGKAP BELUM ADA KOTA
LENGKAP
d. kabel primer ataupun kabel sekunder bawah tanah, jika nirkabel yang berupa
memungkinkan diterapkan, diwajibkan ditempatkan penetapan lokasi menara
dalam satu box utilitas telepon khusus. telekomunikasi termasuk
(3) Rencana pengaturan menara telekomunikasi meliputi : menara Base Transceiver
a. pembangunan menara harus ditata dan dipadukan Station (BTS);
dengan lingkungan disekitar lokasi yang akan dibangun,  rencana pengembangan
sehingga dapat meningkatkan kualitas pembangunan sistem televisi kabel
fisik dan pengelolaan lingkungan kota; termasuk penetapan lokasi
b. pola penyebaran titik lokasi menara telekomunikasi stasiun transmisi;
dibagi dalam kawasan berdasarkan pola sifat lingkungan,  rencana penyediaan jaringan
kepadatan bangunan dan bangun-bangunan serta serat optik; dan
kepadatan jasa telekomunikasi yang lokasi  rencana peningkatan
persebarannya ditetapkan dengan keputusan Gubernur. pelayanan jaringan
c. pelarangan terhadap pembangunan menara tower telekomunikasi.
seluler baru terutama di kawasan perumahan padat,
kawasan perdagangan, kawasan pendidikan dan fasilitas
umum serta fasilitas sosial, kecuali menara penyiaran
(broadcasting) dan bangunan menara telekomunikasi
khusus;
d. menara tower seluler yang telah berdiri di kawasan
permukiman padat, kawasan perdagangan, kawasan
pendidikan dan fasilitas umum serta fasilitas sosial
apabila masa sewa tanah dengan pemilik tanahnya telah
habis, tidak diperkenankan untuk diperpanjang
pemakaiannya, serta apabila secara teknis
memungkinkan dapat dikembangkan pemanfaatan
menara tower seluler secara bersama;
(4) Rencana penggunaan menara telekomunikasi sebagaimana
dimaksud ayat (3) diatur lebih lanjut dalam Rencana Induk
Menara Telekomunikasi oleh instansi teknis;
(5) Peningkatan prasarana internet dilakukan melalui
pemanfaatan titik-titik akses internet di pusat-pusat kegiatan
seperti perkantoran, pendidikan, perdagangan, dan fasilitas
umum serta fasilitas sosial;
(6) Rencana jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud ayat
(1) tercantum dalam peta Lampiran .... yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini

Rencana Sistem penyediaan air minum Kabupaten Bandung khususnya di Kawasan Soreang v (1) jaringan air minum sebagaimana dimaksud Pasal 29 ayat (3) Sudah terdapat rencana jaringan
Pengembangan Terpadu sampai saat ini dilayani oleh PDAM Tirta Raharja (Kabupaten Bandung). huruf c, yaitu : arir minum pada shp peta
Jaringan Air Minum Berdasarkan uraian di atas, maka rencana pengembangan sistem jaringan air a. rencana penyediaan air minum sistem perpipaan;
minum Kawasan Soreang Terpadu adalah sebagai berikut: b. rencana penyediaan air minum sistem non perpipaan;
 Jaringan pipa distribusi primer dikembangkan sepanjang jaringan kolektor; dan
 Jaringan pipa distribusi sekunder merupakan cabang dari pipa distribusi c. rencana pemenuhan kebutuhan air bersih bagi kegiatan
primer sepanjang jalan lokal. industri.
 Jaringan pipa distribusi tersier merupakan cabang dari pipa sekunder (2) Rencana penyediaan air minum sistem perpipaan sebagaimana
sepanjang jalan lingkungan untuk disalurkan ke rumah-rumah atau kegiatan dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi :
lainnya. a. membangun jaringan transmisi dan jaringan pipa
 Pemanfaatan dan peningkatan kapasitas terpasang dari unit produksi yang distribusi melalui jaringan pipa primer dan jaringan pipa
ada. sekunder dan jaringan pipa tersier yang merupakan
 Membangun instalasi pengolahan air bersih kawasan dengan penyediaan jaringan perpipaan/saluran yang langsung ke konsumen
WTP (water treatment plan) dengan swadaya masyarakat dan bantuan atau ke rumah dalam rangka peningkatan cakupan
pemerintah daerah. pelayanan PDAM hingga ke desa-desa utamanya
 Peningkatan jangkauan distribusi air bersih melalui pengembangan jaringan permukiman;
perpipaan/SPAM perkotaan hingga ke desa-desa utama lainnya. b. pola pengembangan jaringan distribusi air bersih
 Pemenuhan kebutuhan air bersih lainnya dilakukan pengembangan sistem diarahkan sesuai dengan pola kemiringan lahan,
Instalasi Pengolahan Air Sederhana (IPAS) dengan menggunakan sehingga untuk memperkuat aliran air bersih diperlukan
Penampungan Air Hujan (PAH). instalasi penguat aliran air bersih transmisi dan
 Pengembangan daerah resapan/catchman area skala besar di daerah sekitar distribusi masing-masing.
Mata Air sebagai sumber air baku c. jalur pipa jaringan distribusi air bersih mengikuti koridor
 Memberikan pelayanan air bersih perpipaan melalui penyediaan menara air, jalan sesuai sesuai dengan klasifikasi jalan dan
hidran umum atau terminal air untuk masyarakat kurang mampu dan daerah mengarahkan pengembangan jaringan distribusi pipa air
rawan air bersih. bersih di sisi kiri jalan serta diarahkan di bawah tanah
dalam box utilitas;
 Penyediaan air bersih secara individual melalui pembangunan sumur-sumur
d. pengembangan jaringan distribusi air bersih
dangkal yang memenuhi persyaratan teknis dan hygienis.
NO MUATAN MATERI PENUANGAN SUBSTANSI KESESUAIAN KESESUAIAN TERHADAP PENUANGAN RAPERDA CATATAN & REKOMENDASI
TEKNIS RDTR ADA TIDAK TERHDAP RTRW
LENGKAP BELUM ADA KOTA
LENGKAP
 Perlindungan terhadap sumber baku air melalui perlindungan terhadap diprioritaskan pada penyediaan jaringan distribusi air
tanah dengan penanaman hijau dan terhindar dari bangunan permanen serta bersih bagi kawasan komersil, fasilitas umum dan daerah
perlindungan air itu sendiri dengan tidak mencemarinya. pengembangan yang belum terlayani serta pada zona
 Melakukan peningkatan kelembagaan dalam meningkatkan kualitas dan kegiatan baru yang akan dikembangkan di seluruh
pelayanan pada masyarakat. kawasan perkotaan.
e. pembangunan Hidran Umum (HU) direncanakan pada
daerah yang memiliki kepadatan penduduk yang cukup
tinggi dan terjangkau oleh pemadam kebakaran.
(3) Rencana penyediaan air minum sistem non perpipaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi :
a. penyediaan air bersih secara komunal melalui
pembangunan Instalasi Pengolahan Air Sederhana (IPAS)
dengan sumber air baku berasal dari air permukaan dan
air tanah;
b. penyediaan air bersih secara individual melalui
pembangunan sumur-sumur dangkal yang memenuhi
persyaratan teknis maupun hygienis; dan
c. penyediaan penampungan air hujan (PAH) yang
memenuhi persyaratan teknis maupun hygienis; dan
d. penyediaan sumur resapan atau lubang bipori sebagai
cadangan air tanah.
(4) Rencana pemenuhan kebutuhan air bersih bagi kegiatan
industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
disediakan secara sendiri dengan pembatasan dan pengawasan
pengambilan air tanah, khususnya artesis (tanah dalam)
dengan memperhatikan debit maksimal yang akan digunakan.
(5) Penyuluhan kepada masyarakat pemakai tentang penggunaan
air tanah yang baik serta usaha melestarikan sumber air
permukaan dan air tanah dengan peningkatan fungsi lindung
terhadap tanah.
Rencana Adapun jenis saluran drainase yang akan dikembangkan di Kawasan Soreang v (1) Rencana sistem jaringan utilitas berupa rencana sistem Belum terdapat :
Pengembangan Terpadu merupakan sistem kombinasi antara jaringan drainase sistem tertutup drainase sebagaimana dimaksud Pasal 29 ayat (3)  sistem jaringan drainase
Jaringan Drainase serta jaringan drainase sistem terbuka yang dibuat di sebelah kiri dan atau kanan huruf d, yaitu : yang berfungsi untuk
jalan, dengan arah pengaliran disesuaikan dengan kondisi topografi setempat. a. Pengembangan sistem drainase yang mencegah genangan; dan
Jaringan drainase sistem tertutup sebagian besar dikembangkan di pusat berwawasan lingkungan (SDBL), dimana  rencana kebutuhan sistem
pemerintahan dan perkantoran, pusat kegiatan komersial, industri serta jalan- penataan drainase dilakukan dengan adanya jaringan drainase yang
jalan utama tertentu, sedangkan jaringan drainase sistem terbuka sebagian besar unsur konservasi air. meliputi rencana jaringan
dikembangkan di lingkungan permukiman dan disepanjang jaringan jalan b. Jaringan drainase dengan sistem terpisah dari primer, sekunder, tersier,
buangan/limbah rumah tangga sehingga dan lingkungan di BWP;
limpasan air tidak mencemari sungai dan badan Dalam hal kondisi topografi di BWP
penerima buangan (sungai) yang multifungsi berpotensi terjadi genangan, maka
sebagai sumber air baku. perlu dibuat kolam retensi, sistem
c. Memperbaiki dan meningkatkan saluran pemompaan, dan pintu air.
drainase jalan yang telah ada.
d. Membuat saluran drainase baru pada jalan yang Sudah terdapat rencana jaringan
belum ada salurannya serta memanfaatkan
drainase pada shp peta
lembah curam sebagai pengaliran air. Dengan
pembangunan saluran drainase baru ini
diharapkan aliran drainase yang ada di kawasan
perencanaan menjadi tidak terputus satu sama
lain, dimana sebelum ada saluran drainase
alirannya banyak terputus.
e. Pada daerah yang relatif datar harus dibuat
dengan kemiringan yang minimal, sehingga air
dapat mengalir dengan baik.
f. Sistem drainase dibuat dengan sistem drainase
tertutup dengan sistem bak kontrol setiap jarak
50 meter.
g. Penertiban bangunan-bangunan disekitar badan
air atau sungai.
(2) Sistem drainase sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf meliputi saluran drainase, terdiri atas:
a. saluran drainase primer ditetapkan di sepanjang
sungai/saluran alami;
b. saluran drainase sekunder ditetapkan di di
NO MUATAN MATERI PENUANGAN SUBSTANSI KESESUAIAN KESESUAIAN TERHADAP PENUANGAN RAPERDA CATATAN & REKOMENDASI
TEKNIS RDTR ADA TIDAK TERHDAP RTRW
LENGKAP BELUM ADA KOTA
LENGKAP
sepanjang jaringan jalan kolektor sekunder; dan
c. saluran drainase tersier ditetapkan di sepanjang
jalan lokal.
(3) Pembangunan saluran drainase dilakukan secara
terpadu dengan pembangunan jalan dengan
memperhatikan kondisi kemiringan lahan dan daerah
tangkapan air (catchment area) serta saling terhubung
berdasarkan hierarki masing-masing jaringam
drainase hingga akhirnya menuju badan penerima
berupa sungai.
(4) Rencana jaringan drainase sebagaimana dimaksud ayat
(1) tercantum dalam peta Lampiran ..... yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini

Rencana normatif v (1) Jaringan air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat Pada matek belum ada rencana :
Pengembangan (3) huruf e ditetapkan dalam rangka pengurangan, Jaringan air limbah meliputi sistem
Jaringan Air Limbah pemanfaatan kembali, dan pengolahan air limbah sesuai pembuangan air limbah setempat
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (onsite) dan/atau terpusat (offsite).
(2) Rencana sistem jaringan utilitas berupa rencana sistem Sistem pembuangan air limbah
pengelolaan air limbah sebagaimana dimaksud Pasal 29 ayat setempat, terdiri atas:
(3) huruf e, yaitu : 1) bak septik (septic tank); dan
a. rencana penanganan dan pengolahan limbah domestik; 2) instalasi pengolahan lumpur tinja
b. rencana penanganan dan pengolahan limbah non (IPLT).
domestik. Sistem pembuangan air limbah
(3) Rencana penanganan dan pengolahan limbah domestik terpusat, terdiri atas:
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi : i. seluruh saluran pembuangan; dan
a. sistem pembuangan air limbah individual ditetapkan di bangunan pengolahan air limbah.
kawasan permukiman kepadatan rendah dan sedang;
dan Sudah terdapat rencana jaringan
b. sistem pembuangan air limbah komunal ditetapkan di air limbah pada shp peta
kawasan permukiman kepadatan tinggi, kawasan
komersial dan industri.
(4) Rencana penanganan dan pengolahan limbah non domestik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, merupakan
pengolahan limbah untuk kegiatan kesehatan, sarana umum,
perdagangan atau komersial, wisata buatan, industri dan
perkantoran pemerintahan maupun swasta yang di arahkan
untuk memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
tersendiri sesuai dengan jenis dan karakteristik limbah yang
dihasilkan.
(5) Rencana jaringan air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), tercantum dalam peta Lampiran XII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Rencana v (1) Rencana Sistem Penelolaan Persampahan sebagaimana 1. Rencana persampahan


Pengembangan dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) huruf f ditetapkan dalam penentuan TPS dan
Prasarana Lainnya rangka mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang penentuan jalur
sampah guna meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas
pengangkutan (belum
lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya
(2) Rencana sistem jaringan utilitas berupa rencana sistem ada)
pengelolaan persampahan sebagaimana dimaksud Pasal 29 2. Rencana evakuasi bencana
ayat (3) huruf f, yaitu : yang meliputi jalur
a. Penggunaan Teknologi Pengolahan Sampah Terpadu evakuasi dan tempat
menuju “Zero Waste”. evakuasi sementara yang
b. Meningkatkan metode, teknik prasarana dan sarana dan terintegrasi baik untuk
frekuensi penerangan dan penyuluhan mengenai skala kabupaten/kota,
berbagai aspek pengelolaan sampah sampah guna kawasan, maupun
membentuk sikap hidup warga yang higienis dan bersih. lingkungan. (belum ada
c. Meningkatkan kualitas dan dedikasi para petugas
pengelola sampah termasuk petugas-petugas lainnya
lokasinya)
yang karena fungsinya terkait dalam manajemen Tidak terdapat system penglolaan
persampahan. sampah pada shp peta
d. Peningkatan peran serta swasta dalam manajemen
persampahan secara profesional dengan menyediakan
kemudahan-kemudahan sesuai ketentuan perundangan
NO MUATAN MATERI PENUANGAN SUBSTANSI KESESUAIAN KESESUAIAN TERHADAP PENUANGAN RAPERDA CATATAN & REKOMENDASI
TEKNIS RDTR ADA TIDAK TERHDAP RTRW
LENGKAP BELUM ADA KOTA
LENGKAP
yang berlaku.
e. Penyediaan sarana dan prasarana persampahan
berdasarkan kebutuhan dan pelayanan penduduk
pendukungnya.
f. Pengembangan dan penyediaan TPS melalui container
pada pusat-pusat lingkungan maupun pusat kegiatan.
g. Pengembangan dan peningkatan Bank-Bank Sampah
pada lingkungan RT/RW;
h. Penyediaan transfer depo dengan sistem pengolahan 3 R
dan bahkan 4 R untuk mengurangi beban angkutan
sampah menuju pengolahan akhir/TPA.
i. Pengolahan pada sumber sampah rumah tangga secara
dini, sehingga dapat mereduksi sampah menuju TPA.
j. Tersedianya lembaga pengolahan sampah yang
berbasiskan pemberdayaan masyarakat.
k. Mengembangkan jangkauan pelayanan persampahan ke
seluruh kawasan melalui penyediaan armada dan jadwal
pengangkutan sampah serta sarana dan prasarana
persampahan di setiap desa.
(3) Rencana pengelolaan persampahan sebagaimana dimaksud
ayat (1) tercantum dalam peta Lampiran .... yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB IV PENETAPAN a) Zona Soreang, kawasan perkotaan yang terletak di Sub blok A.1, v (1) Penetapan sub kawasan yang akan diprioritaskan Pada raperda :
SUB BWP YANG Sub Blok A.6, Sub Blok A.8 dan Sub Blok A.10 dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut : Perlu disebutkan lokasi BWP
DIPRIORITASKAN b) Zona Kutawaringin, berupa : a. Dukungan program pemerintah daerah priroritas serta temanya
1. Kawasan Sarana Olah Raga (SOR) Si Jalak Harupat terdapat di Kabupaten Bandung terkait pengembangan
PENANGANANNYA
Sub blok C.1 seluas kurang lebih 212,91 Hektar; dan pusat-pusat pertumbuhan baru;
2. Kawasan Perumahan (Kasiba) Jatisari terdapat di Sub blok b. Batas fisik, seperti jalan, guna lahan dan sungai; Tidak terdapat sub kawasan
C.7 seluas kurang lebih 192,14 Hektar. c. Fungsi kawasan, seperti zona dan sub zona yang prioritas pada shp peta
c) Zona Margaasih, kawasan pengembangan perumahan kepadatan mempengaruhi tumbuhnya aktivitas dan
sedang yang terletak di Sub Blok D.3 perkembangan kawasan; dan
d) Zona Margahayu, kawasan koridor jalan Sayati sebagai kawasan d. Pengembangan aktivitas perekonomian yang
perdagangan dan jasa yang terkendali yang terletak di Sub Blok E.3 dapat memberikan nilai tambah terhadap
pertumbuhan ekonomi bagi pusat kawasan dan
Tema penanganan yang juga sebagai prioritas program pembangunan sekitarnya.
sebagaimana lokasi prioritas yang dimaksud adalah sebagai berikut : (2) Bagian wilayah prioritas sebagaimana dimaksud pada
a) Zona Soreang, berupa : ayat (1) dan (2) meliputi Sub BWP ... dan Sub BWP ....
1. Pengembangan kembali prasarana dan sarana dan
blok/kawasan
2. Perbaikan prasarana, sarana dan blok/kawasan
3. Pembangunan baru prasarana, sarana dan blok/kawasan, dan
/atau
4. Pelestarian/perlindungan blok/kawasan
b) Zona Katapang, berupa :
1. Pengembangan kembali prasarana dan sarana dan
blok/kawasan
2. Perbaikan prasarana, sarana dan blok/kawasan
3. Pembangunan baru prasarana, sarana dan blok/kawasan, dan
/atau
4. Pelestarian/perlindungan blok/kawasan
c) Zona Kutawaringin
1. Pengembangan Kawasan Sarana Olah Raga (SOR) Si Jalak
Harupat
a. Penyusunan Revisi Masterplan Si Jalak Harupat;
b. Percepatan Pembangunan;
c. Pengembangan Wisata dan RTH; dan
d. Peningkatan jalan Soreang – Cipatik melalui pelebaran
jalan.
2. Pengembangan Kawasan Perumahan (Kasiba) Jatisari
a. Pembebasan dan Pematangan Lahan;
b. Restrukturisasi Jaringan Jalan;
c. Pembangunan Infrastruktur (Jalan, Drainase, Listrik dan
Limbah);
d. Pembangunan Kawasan Permukiman;
NO MUATAN MATERI PENUANGAN SUBSTANSI KESESUAIAN KESESUAIAN TERHADAP PENUANGAN RAPERDA CATATAN & REKOMENDASI
TEKNIS RDTR ADA TIDAK TERHDAP RTRW
LENGKAP BELUM ADA KOTA
LENGKAP
e. Penertiban dan Penataan Kegiatan Komersial Jalur
Regional;
f. Penataan Kantor Kecamatan dan RTH Kota; dan
g. Pembangunan komersial dan saranan pelayanan umum.
d) Zona Margaasih,
1. Kawasan Margaasih di Kecamatan Margaasih.
Kawasan ini merupakan kawasan yang prioritas untuk
dilakukan penanganan, karena kawasan ini direncanakan
akan menjadi kawasan perumahan yang memiliki nilai
ekonomis tinggi.
2. Kawasan Pengembangan Perumahan Margaasih.
Sebagai antisipasi terhadap pertumbuhan penduduk dan
pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Margaasih, maka di
Desa Margaasih akan dilakukan pengembangan perumahan
dengan kepadatan sedang di Desa Margaasih
e) Zona Margahayu,
1. Kawasan Sayati di Kecamatan Margahayu.
Kawasan ini menjadi sangat prioritas untuk ditangani karena
beberapa hal, diantaranya Kawasan Sayati merupakan
koridor perdagangan dan jasan dengan tingkat kepadatan
yang sangat tinggi dan bedekatan dengan Kota Bandung.
Kawasan ini Memiliki nilai penting dari sudut kepentingan
ekonomi mengingat kawasan ini juga merupakan kawasan
yang memiliki nilai ekonomi.
2. Kawasan Koridor Jalan Sayati Sebagai Kawasan Kepadatan
Tinggi.
Untuk mendukung kawasan ini menjadi kawasan yang kebih
terkendalkan dan lebih nyaman dalam penggunaannya, maka
diperlukan perbaikan prasarana dan sarana eksisting, dan
diperlukan penambahan prasarana dan sarana yang baru

BAB VII KETENTUAN


PEMANFAATAN
RUANG
Program Perwujudan v Pada matek :
Rencana Pola Ruang Yang ada dalam indikasi program
hanya program perwujudan untuk
perlindungan setempat (sempadan
sungai)  untk SBWP Soreang

Program Perwujudan  v Pada matek :


Rencana Jaringan Untuk perwujudan peningkatan
Prasarana jlan atau pembangunan jalan dapet
dimasukan dalam indikasi program
dengan detail nama jalan
berdasarkan fungsinya

Program Perwujudan  v Perlu disesuaikan programnya


Penetapan Sub Bwp dengan SBWP prioritas yang telah
Yang Diprioritaskan didtepkan sebelumnya
Penanganannya
Program Perwujudan
Lainnya (Contoh:
Program Perwujudan
Ketahanan Terhadap
Perubahan Iklim) *
BAB VIII PERATURAN
ZONASI
Ketentuan Kegiatan (1) Ketentuan kegiatan penggunaan lahan dimaksudkan Klasifikasi zona pada peraturan
Dan Penggunaan untuk mengatur suatu kegiatan yang diizinkan atau I, zonasi berbeda dengan pada
NO MUATAN MATERI PENUANGAN SUBSTANSI KESESUAIAN KESESUAIAN TERHADAP PENUANGAN RAPERDA CATATAN & REKOMENDASI
TEKNIS RDTR ADA TIDAK TERHDAP RTRW
LENGKAP BELUM ADA KOTA
LENGKAP
Lahan (Termasuk diizinkan terbatas atau T, diizinkan bersyarat atau B, rencana pola ruang  perlu
Matrik ITBX) dan tidak diizinkan atau X; disesuaiakan
(2) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan
sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi :
a. zonal lindung;
b. zona budidaya.
(3) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan
sebagaimana dimaksud ayat (1) tercantum dalam
Tabel ITBX pada Lampiran

Ketentuan Intensitas (1) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang merupakan ketentuan Intensitas per zona sesuaikan dgn
Pemanfaatan Ruang mengenai besaran pembangunan yang diperbolehkan dalam zona yang ada pada rencana pola
suatu zona berdasarkan : ruang
a. koefisien dasar bangunan (KDB) maksimum, meliputi :
i. KDB maksimum berdasarkan luas lahan yang
dilestarikan maksimal adalah 70% pada daerah Pada raperda ditunjukan di
padat perkotaan sedangkan permukiman perkotaan lampiran?
maksimal adalah 40% dan perdesaan adalah 20%;
ii. pada area perdagangan/komersial seperti pasar,
mini market, pertokoan, biasanya dibangun dengan
pertimbangan KDB besar agar dapat memenuhi
sebanyak mungkin aktivitas, karena dengan
demikian maka jumlah space parkir yang dibuat akan
lebih sedikit, sehingga memerlukan pengaturan KDB
agar memenuhi kapasitas parkir bagi pengunjung
dalam kavling.
b. koefisien lantai bangunan (KLB) maksimum, meliputi :
i. KLB dengan peruntukan Kawasan Perkotaan yaitu
dengan KLB 5,60 (KDB x 8 lantai);
ii. KLB dengan peruntukan Kawasan Perdesaaan yaitu
dengan KLB 5,60 (KDB x 4 lantai);
iii. KLB lebih dari 8 lantai diperbolehkan dengan
persyaratan bangunan tahan gempa, dapat terhindar
dari genangan maupun banjir serta memiliki pondasi
serta struktur bangunan dapat meminimalisasi
gerakah tanah/longsor dan dengan batasan
ketinggian bangunan yang telah ditetapkan.
c. koefisien daerah hijau (KDH) minimum adalah 30%
dengan luas lahan yang tidak boleh diolah pada lahan
datar minimal 20% sebagai ruang publik dan 10%
sebagai ruang private dan pada lahan yang
bergelombang minimal 60%.
(2) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang sebagaimana ayat (1)
mencakup :
a. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang zona lindung;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang zona budidaya

Ketentuan Tata Sebaiknya dibuat per zona sesuai


Bangunan klasifikasi zona pada rencana pola
ruang
Ketentuan Prasarana v
Dan Sarana Minimal
Ketentuan Pelaksanaan
Ketentuan Tambahan
(Opsional)
Ketentuan Khusus
(Opsional)
Standar Teknis
(Opsional)
Ketentuan Pengaturan   Apabila ada LP2B maka
Zonasi (Opsional) diperlukan TPZ overlay zoning
(apabila sudah terdapat perda
LP2B), diberi kode untuk
NO MUATAN MATERI PENUANGAN SUBSTANSI KESESUAIAN KESESUAIAN TERHADAP PENUANGAN RAPERDA CATATAN & REKOMENDASI
TEKNIS RDTR ADA TIDAK TERHDAP RTRW
LENGKAP BELUM ADA KOTA
LENGKAP
overlay zoning LP2B pada
zona pertanian dengan kode a,
dan dijelaskan aturan
tambahannya seperti apa
mengacu pada perda brp.
 BWP Soreang Terpadu apakah
ada yang termasuk
KBU?overlay zoning dengan
Perda 2/2016
 Apabila terdapat kawasan
rawan bencana, maka zona-
zona yang berada dalam
kawasan rawan bencana perl
dikenalan TPZ overlay zoning
dengan aturan tambahan
untuk kawasan rawan
bencana, diberi kode b utnuk
overlay zoning rawan bencana
 Untu adanya TPZ overlay
zoning dan lainnya perlu
ditunjukan pada zoning map
berada di blok mana.
 TPZ belum masuk dalam
raperda

Anda mungkin juga menyukai