Kohesi Dan Koherensi
Kohesi Dan Koherensi
OLEH
NURUL AINI
NIM. 16706251033
Berikut ini adalah contoh wacana yang mempunyai koherensi baik, tetapi tidak tampak
hubungan kohesifnya.
A: “ada telepon.”
B: “saya sedang mandi.”
C: “baiklah.”
Apa yang dikemukakan oleh A memang hanya alasan mengapa ia tidak dapat menerima
telepon. Meskipun tidak ada piranti kohesi tetapi rangkaian makna tidak akan
membingungkan
atau sudah dapat diketahui. Hal ini tentu saja dikarenakan adanya kemampuan
“membaca” halhal yang tersirat dalam percakapan tersebut. Koherensi teks
berhubungan dengan ekspektasi
dan pengalaman pendengar atau penerima pesan terhadap dunia ini. Pra-anggapan
terkait
dengan pemahaman linguistik dan ekstra linguistik pengirim pesan yang berasumsi
bahwa
penerima telah mengetahui maksud pesan yang disampaikan oleh si pengirim pesan.
Dengan
kata lain, presuposisi atau pra-anggapan merupakan asumsi awal yang penutur
sampaikan
terhadap pendengar bahwa apa yang akan dituturkan dimengerti dan dipahami oleh
mitra tutur.
4. Kesimpulan
Beberapa ahli mendefinisikan penerjemahan sebagai proses tidak hanya alih bentuk
bahasa akan
tetapi juga alih makna dari bahasa sumber (BSu) kedalam bahasa sasaran (BSa). Hal
ini
mengindikasikan bahwa makna yang terkandung dalam sebuah teks juga merupakan hal
yang penting
dalam sebuah teks.
Koherensi dan kohesi merupakan unsur yang digunakan untuk membengun teks yang baik.
Wacana yang baik ditandai dengan penggunaan kohesi yang sesuai dan diwujudkan oleh
struktur
semantik yang logis. Hubungan kohesi dapat dilihat dari penggunaan kohesi. Kohesi
dapat dibentuk
melalui berbagai macam cara sebagaimana telah dijelaskan di atas.
Selanjutnya penggunaan kohesi semata bukanlah suatu jaminan bahwa wacana tersebut
koheren.
Di samping kohesi, masih banyak faktor lain yang memungkinkan terciptanya koherensi
wacana antara
lain latar belakang pemakai bahasa atas bidang permasalahan (subject matter),
pengetahuan
atas latar belakang budaya dan sosial, kemampuan “membaca” tentang hal-hal yang
tersirat
dan lain sebagainya. Dari sini dapat kita katakan bahwa kohesi adalah keterpaduan
bentuk sedangkan koherensi adalah kepaduan makna.
DAFTAR PUSTAKA
Aflahah. (2012). Kohesi dan koherensi dalam wacana. OKARA, Vol. I, Tahun 7, Mei
2012
Beaugrande, R. De dan W. Dessler. 1981. Introductian top Text Linguistic.
Bell, Roger T. (1991). Translation and translating. London: Longman
Catford, C.J. (1978). A Linguistic Theory of Translation. Fifth Impression. Oxford:
Oxford
University Press.
Halliday, M. A. K & Ruqaiya Hasan. (1992). Bahasa, konteks dan teks: Aspek-aspek
bahasa
dalam pandangan semiotic sosial. (Terjemahan Asrudin Barori Tou). Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. (Buku asli diterbitkan tahun 1985 )
Harimurti Kridalaksana. (2011). Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
London: Longman
Moeliono, Anton dkk. (1997). Tata bahasa baku bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Munday, Jeremy. (2008). Introducing translation studies theories and application.
(4th ed).
London & New York: Routledge Taylor & Francis Group
Newmark, Peter. (1988). A textbook of translation. London: Prentice Hall
Internasional
Rani dkk (2004). Analisis wacana. Malang: Bayumedia Publishing
Sarwiji Suwandi. (2002). Kohesi dalam bahasa Indonesia. Diambil pada tanggal 10 Mei
2017, dari
http://linguistikindonesia.org/images/files/KohesidalamBahasaIndonesia.pdf.
Simatupang, Maurits D.S. (2000). Pengantar Teori Terjemahan. Jakarta: Direktorat
Jenderal
Pendidikan Tinggi Departement Pendidikan Nasional.