Anda di halaman 1dari 4

Motif pada tindakan manusia

Motif dalam kamus besar bahasa indonesia memiliki tiga pengertian salah satunya yaitu alasan
(sebab) seseorang melakukan sesuatu. Motif dasar umum dapat digunakan untuk menggambarkan
atau membandingkan motif dari orang yang berbeda-beda. Menurut Nasution dalam Alex Sobur
(2003:267) menyatakan bahwa “motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu”. Motif memberikan tujuan dan arah kepada tingkah laku seseorang. Sedangkan
Wordworth masih dalam sobur (2003:267) mengemukakan bahwa “motif merupakan sesuatu set
yang dapat atau menyebabkan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu (berbuat
sesuatu) untuk mencapai tujuan”. Berdasarkan penelitian itu, motif dapat diartikan sebagai kekuatan
yang mendorong individu untuk berbuat sesuatu untuk tujuan tertentu.

Dalam kontek fenomenoogi (Kuswarno, 2009:110-111), Schutz sebelumnya menyimpulkan bahwa


realitas berorientasi pada perilaku orang atau orang lain pada masa lalu, sekarang dan akan datang.
Oleh karena itu remaja korban perdagangan orang merupakan aktor dalam realitas ini melakukan
bersama aktor lainnya sehingga memiliki kesamaan dan kebersamaan dalam ikatan makna
antarsubjektif.

Namun tindakan subjektif para aktor tidak muncul begitu saja tetapi melalui suatu proses yang rumit
dan panjang karena dibalik setiap tindakan manusia disana ada motif yang perlu diungkapkan
terlebih dahulu. Karena seperti apa yang dipaparkan dalam karyanya ini bahwa, “Motive is a
configuration or context of meaning which appear to the actor as a meaningful ground or his
behaviour” (Schutz, 1972:86). Motif merupakan konfigurasi atau konteks makna yang tampak pada
aktor sebagai landasan makna perilakunya. Schutz kemudian mengkategorikan motif kedalam dua
kategori:

1. Motif karena (Because of Motives), merujuk kepada pengalaman masalalu aktor karena
berorientasi masa lalu. Melalui interpretasi terhadap tindakan orang lain, individu dapat
mengubah tindakan selanjutknya untuk mencapai kesesuaian dengan tindakan orang lain.
Untuk melakukan hal tersebut individu dituntut untuk mengetahui makna, motif atau
maksud dari tindakan orang lain.
2. Motif untuk (In Order To Motives), merupakan tujuan yang digambarkan sebagai maksud,
rencana, harapan minat dan sebagainya yang berorientasi masa depan.

Karena manusia makhluk sosial, dari proses sosial ia memperoleh beberapa karakteristik yang
memperoleh tindakannya. Untuk itu tindakan manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada yang
menekan faktor-faktor psikologis dan ada yang menekankan faktor-faktor sosial, atau dengan istilah
lain yang dituliskan Rakhmat, faktor yang timbul dari dalam diri individu (faktor personal), faktor
yang dipengaruhi datang dari luar diri individu (faktor situasional). (Rakhmat, 2001:104-107)

Menurut Jalaludin Rakhmat pun menekankan bahwa kajuan tentang faktor-faktor menentukan
dalam proses interaksi sosial dam masyarakat. Karena motif yang sifatnya berpusat pada personal
mempertanyakan faktor-faktor internal, apakah baik berupa sikap, insting, kepribadian, sistem
kognitif yang menjelaskan perilaku manusia. Untuk itu secara garis besar ada dua faktor yakni
personal dan interpersonal. Secara singkat, motif-motif personal dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Motif ingin tahu : mengerti, menata, dan menduga. Setiap orang berusaha memahami dan
memperoleh arti dari dunianya. Kita memerlukan kerangka rujukan (Frame of Reference)
untuk mengevaluasi situasi baru dan mengarhkan tindakan yang sesuai.
b. Motif Kompetisi : Setiap orang ingin membuktikan bahwa ia mampu mengatasi persoalan
kehidupan apapun. Perasaan mampu amat bergantung pada perkembangan intelektual,
sosial dan emosional. Motif kompetisi erat hubungannya dengan kebutuhan rasa aman.
c. Motif Cinta : Berbagai penelitian membuktikan bahwa kebutuhan akan kasih sayang yang
tidak terpenuhi akan menimbulkan perilaku manusia yang kurang baik : orang akan menjadi
agresi, kesepian, frustasi, bunuh diri.
d. Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas. Hilangnya identitas diri akan
menimbulkan perilaku yang patologis (penyakit) : impulsif, gelisah, mudah terpengaruh, dan
sebagainya.
e. Kebutuhan akan nilai, kedambaan dan makna kehidupan. Dalam menghadapi gejolak
kehidupan, manusia membutuhkan nilai-nilai untuk menuntunnya dalam mengambil
keputusan atau memberikan makna pada kehidupannya termasuk kedalam motif ini adalah
motif-motif keagamaan.
f. Kebutuhan akan pemenuhan diri. Kebutuhan akan pemenuhan diri dilakukan melalui
berbagai bentuk : (1) mengembangkan dan menggunakan potensi-potensi kita dengan cara
kreatif. (2) memperkaya kualitas kehidupan dengan memperluas rentangan dan kualitas
pengalaman serta pemuasan. (3) membentuk hubungan yang hangat dan berarti dengan
orang-orang lain di sekitar kita. (4) berusaha “manusia”, menjadi persona yang kita
dambakan.

Kemudian dikarenakan respon manusia terhadap sesuatu sangat dipengaruhi oleh “setting” atau
suasana yang melingkupi organisme (Rakhmat, 2001:44) maka dari itu yang membawa kepada
pengaruh situasional terhadap perilaku manusia atau dapat dikatakan faktor situasional. Seluruh
faktor-faktor yang terdapat dalam faktor situasional tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor Ekologis
Kaum determinisme lingkungan sering menyatakan bahwa keadaan alam akan
mempengaruhi gaya hidup dan perilaku
b. Faktor Rancangan
Suatu rancangan arsitektural dapat mempengaruhi pola komunikasi diantara orang-orang
yang hidup dalam naungan arsitektural tertentu. Pengaturan ruangan juga terbukti
mempengaruhi pola-pola perilaku yang terjadi ditempat itu.
c. Faktor Temporal
Suatu pesan komunikasi yang disampaikan pada pagi hari akan memberikan makna yang lain
bila disampaikan pada tengah malam. Jadi, yang mempengaruhi manusia bukan saja
dimana mereka berada tetapi juga bilamana mereka berada. (????)
d. Suasana Perilaku
Lingkungan dibaginya kedalam beberapa satuan yang terpisah, yang disebut suasana
perilaku. Pada setiap suasana terdapat pola-pola hubungan yang mengatur perilaku
orangorang didalamnya
e. Teknologi
Lingkungan teknologi yang meliputi sistem energi, sistem produksi dan sistem distribusi,
membentu serangkaian perilaku sosial yang sesuai dengannya. Bersamaan dengan itu
tumbuhlah pola-pola penyebaran informasi yang mempengaruhi suasana kejiwaan setiap
anggota masyarakat.
f. Faktor-faktor sosial
Sistem peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok dan organisasi,
karakteristik populasi, adalah faktor-faktor sosial yang menata perilaku manusia. Kelompok
orang tua melahirkan pola perilaku yang pasti berbeda dengan kelompok anak muda.
g. Lingkungan psikososial
Lingkungan dalam persepsi kita lazim disebut iklim. Dalam organisasi, iklim psikososial
menunjukkan persepsi orang tentang kebebasan individual, ketetapan pengawasan,
kemungkinan kemajuan, dan tingkat keakraban. Pola-pola kebudayaan yang dominan atau
ethos, idiologi dan nilai dalam persepsi anggota masyarakat, mempengaruhi seluruh perilaku
sosial.
h. Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku
Situasi yang permisif memungkinkan orang melakukan banyak hal tanpa harus merasa malu.
Sebaliknya, situasi restriktif menghambat orang untuk berperilaku sekehendak hatinya
(Rakhmat, 2004:43-47).

Berdasarkan dari kategori-kategori dari kategori-kategori diatas dirasakan perlu sebagai


bahan kajuan guna mendekatkan hubungan dengan makna dari tindakannya. Maka penulis
akan memperdalam motif tindakan dari berbagai alasan para remaja korban perdagangan
orang. Menyadari juga bahwa motif para remaja korban perdagangan sifatnya beragam,
untuk itu langkah selanjutnya dalam mengungkap motif ini, penulis akan memilah motif
berdasarkan konsep Verstehen yang telah dipaparkan alfred chutz, seperti mencari apa
because of motives dan apa in order to moties agar memenuhi pemahaman yang ideal
dalam kerangka berfikir penulis.

Motif
Suatu tindakan yang dilakukan oleh individu pasti memiliki motif. Gray (Winardi, 2002 : 69)
menjelaskan bahwa motif berproses secara internal maupun eksternal bagi seseorang yang
menimbulkan sikap antusiasme dan prestitensi dalam melakukan sebuah kegiatan-kegiatan
tertentu.
Menurut schutz ada dua fase dalam membedakan tindakan seseorang, yakni in-order-to-
motive dan because-of-motive (Mulyana, 2008 : 81). In-order to-motive merujuk pada
maksud, rencana, harapan, minat yang diharapkan oleh individu untuk apa yang ingin ia cita-
citakan kedepannya. Sedangkan because-of-motive merujuk pada pengalaman masa lalu
sang individu dan tertanam dalam pengetahuannya tentang suatu hal, ini biasa disebut juga
alasan atau sebab.
Dari sini terlibat, bahwa motif adalah dasar dari tindak-tanduk tiap individu, motif inlah yang
menjajikan individu melakukan suatu hal tertentu. Ketika motif satu dengan motif lainnya
saling bertentangan, biasanya hal ini diatasi dengan sebuah pertimbangan pribadi dan suatu
pertimbangan yang teliti dari setiap aspek motif-motif tersebut, apakah ditolak atau dipilih
satu dari sekian motif tersebut.
Interaksi sosial

Anda mungkin juga menyukai