Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

ANGKA ANGKUT
Dosen Pengampu :
Dr. Fauziatul Fajaroh, M.S
Dra. Nazriati, M.Si

Disusun oleh :
Kelompok 5 Offering G/2015
Miftahul Hasanah (150332601433)**
Novia Nina Safitri (150332602177)
Nurhayati Rahayu (150332601690)

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
September 2017
ANGKA ANGKUT

A. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan angka angkut kation dan anion dengan cara Hittorf

B. DASAR TEORI
Bagian arus yang diangkut oleh kation yang bergerak ke katoda dan oleh
anion yang bergerak ke anoda disebut angka ngkut. Banyaknya bagian arus yang
diangkut oleh kation dan anion tidak sama bergantung pada kecepatan gerak ion
itu dalam larutan. Ion yang bergerak lebih cepat akan mengangkut jumlah listrik
yang lebih banyak melalui larutan dalam satuan waktu tertentu atau ion tersebut
mengangkut bagian arus yang lebih banyak.
Untuk suatu elektrolit, jika ua dan uc masing-masing adalah mobilitas anion
dan kation, maka angkat kation dan anion dirumuskan :
nc = uc / ( uc + ua ) dan na = ua / ( uc + ua )
dimana, nc = angka angkut kation
na = angka angkut anion
uc = mobilitas kation
ua = mobilitas anion
Dengan demikian, diperoleh persamaan :
nc + na = 1
Ada beberapa cara untuk menentukan angka angkut anion dan angka angkut
kation, antara lain dengan cara batas gerak dan cara Hittorf. Pada percobaan
berikut akan dilakukan penentuan angka angkut Hittorf. Pada sel Hittorf
digunakan sel elektrolisis yang dibagi menjadi tiga bagian dengan menggunakan
penyekat berpori. Tiga bagian tersebut dalah, ruang anoda, ruang katoda, dan
ruang penghubung. Metode Hittorf didasarkan pada perubahan konsentrasi
elektrolit di sekitar elektroda-elektroda yang disebabkan oleh aliran listrik melalui
elektrolit. Pada proses elektrolisis jumlah ekuivalen kation yang terbentuk di
anoda sama dengan jumlah ekuivalen atom yang terbentuk di katoda, tetapi
konsentrasi kation di elektroda tidaklah tepat sama.
Sebagai contoh, elektrolisis CuSO4, jika x ekuivalen ion Cu2+ dilepaskan di
anoda, akan terjadi peningkatan jumlah ion Cu2+ x ekuivalen di sekitar anoda, bila
tidak terjadi migrasi ion Cu2+ ke katoda. Karena migrasi Cu2+ dalam ruang anoda,
maka hanya terjadi peningkatan jumlah ion Cu2+ sebesar z ekuivalen yang lebih
kecil dari x. Besarnya x dapat diketahui dengan cara menimbang berat anoda
sebelum dan sesudah elektrolisis atau menentukan jumlah muatan listrik yang
digunakan dalam elektrolisis, sedangkan besarnya z dapat diketahui dengan cara
titrasi larutan di sekitar anoda sebelum dan sesudah elektrolisis. Sehingga,
besarnya angka angkut ion Cu2+ dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
nc = ( x - z ) / x
na = 1 – nc
dimana, nc = angka angkut kation
na = angka angkut anion
x = ekuivalen Cu yang berasal dari oksidasi anoda
z = peningkatan jumlah ekuivalen ion Cu2+ di ruang anoda

Penghantaran arus listrik dalam larutan elektrolit dilakukan oleh ion-ion, baik
ion positif maupun ion negatif. Bagian arus total yang dibawa oleh kation disebut
bilangan angkut kation t+ atau nc, sedangkan yang dibawa oleh anion disebut
bilangan angkut anion t- atau na.
Banyaknya bagian arus yang diangkut oleh kation dan anion tidak sama
bergantung pada kecepatan gerak ion itu dalam larutan. Ion yang bergerak lebih
cepat akan mengangkut jumlah listrik yang lebih banyak melalui larutan dalam
satuan waktu tertentu atau ion tersebut mengangkut bagian arus yang lebih
banyak.
Jika penentuan bilangan angkut dengan cara Hittorf dengan didasarkan pada
penambahan kosentrasi larutan disekitar elektrodenya, maka cara gerak batas
(moving boundary method) didasarkan pada pergerakan ion-ion ketika beda
potensial diterapkan. Pergerakkan ion ini pada perbatasan dua larutan elektrolit
dapat langsung diamati.
Bilangan tanspor dari setiap ion didefinisikan sebagai bagian dari arus total
yang dibawa oleh ion utama. Bilangan ini disebut juga “Bilangan Penghantaran”
atau angka angkut. Bilangan penghantaran dapat dihitung dengan:
a) Metode Hittorf
b) Metode pembatasan yang bergerak. Dalam metode pembatas yang
𝐹 1000 𝐶𝑖 𝑑𝑣
bergerak, bilangan transport dihitung oleh, 𝑡𝑖 = 𝐼 𝑑𝑡
-3
Dimana Ci adalah konsentasi ion i dalam equivalen dm , I adalah arus listrik
dalam amper, V adalah volume melalui mana pembatas yang bergerak lewat,
dinyatakan dalam m3 dan t adalah waktu dalam detik.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan :
1. Sumber arus DC
2. Stopwatch
3. Buret
4. Corong
5. Pipet takar 5 mL
6. Erlenmeyer 100 mL
7. Wadah elektrolisis

Bahan yang digunakan :


1. Elektroda Cu
2. Larutan CuSO4 0,1 M
3. Larutan Na2S2O3 0,1 M
4. Larutan KI 0.1 M (baru)
5. Indikatoramilum (baru)

D. PROSEDUR KERJA
Sepasang Elektroda Tembaga
 Dibersihkan dengan kertas gosok
 Dicuci dengan air kemudian dan alcohol.
 Ditimbang anoda dengan ketelitian 0,001 gram.
 Diisikan larutan CuSO4 0,1 M kedalam wadah untuk elektrolisis.
 Ditentukan volume larutan dalam ruang anoda, dengan mengukur
tinggi, panjang dan lebar larutan.
 Dirangkai alat.
 Dialirkan listrik selama 30 menit, dicatat kuat arus tiap 1 menit. Kuat
arus dalam perhitungan adalah harga rata-rata kuat arus ini.
 Diambilah 5 mL larutan disekitar anoda sebanyak tiga kali dan
tempatkan masing-masing dalam erlenmeyer.
 Ditambahkan dalam masing-masing erlenmeyer, 15 mL larutan KI 0,1
M
 Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 M sampai warna coklat hampir
hilang.
 Ditambahkan indikator amilum, dan titrasi lagi sampai warna biru
hilang.
 Ditentukan juga konsentrasi larutan CuSO4 yang belum dielektrolisis
dengan cara titrasi seperti diatas.
 Dibersihkan anoda dengan air (jangan digosok) kemudian dengan
alkohol.
 Ditimbanglah anoda tersebut bila sudah kering benar.
Hasil

E. DATA HASIL PENGAMATAN

Yang diamati Data pengamatan

Berat anoda awal 9,9913 gram

Berat anoda akhir 9,9777 gram

Volume CuSO4 sebelum dielektrolisis 5 mL

Volume titrasi Na2S2O3 0,1 M sebelum


27,67 mL
dielektrolisis

Volume CuSO4 setelah dielektrolisis 5 mL

Volume titrasi Na2S2O3 0,1 M setelah


28,067 mL
dielektrolisis

Tinggi ruang larutan anoda 3,4 cm

Panjang ruang larutan anoda 4,6 cm


Lebar ruang larutan anoda 2,8 cm

Kuat arus rata rata 0,0895 A

Lama elektrolisis 1800 detik

F. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


Pada percobaan yang berjudul “Penentuan Angka Angkut dengan Cara
Hittorf” ini, didasarkan pada perubahan konsentrasi elektrolit di sekitar elektroda-
elektroda yang disebabkan oleh aliran listrik melalui elektrolit. Pada proses
elektrolisis jumlah ekuivalen kation yang terbentuk di anoda sama dengan jumlah
ekuivalen atom yang terbentuk di katoda, tetapi konsentrasi kation di elektroda
tidaklah tepat sama.
Dalam percobaan ini larutan CuSO4 akan dielektrolisis dengan elektroda Cu
yang harus diamplas dan dibersihkan terlebih dahulu agar tidak ada sisa-sisa zat
lain yang menempel. Selanjutnya berat elektroda yang digunakan sebagai anoda
harus diketahui sebelum melakukan elektrolisis karena reaksi redoks yang
mengakibatkan adanya penambahan dan pengurangan massa dari masing-masing
elektroda.
Konsentrasi ion Cu2+ dalam larutan CuSO4 sebelum elektrolisis harus
diketahui dengan pasti agar perhitungan angka angkut akurat, untuk itu perlu
dilakukan standarisasi larutan CuSO4 dengan cara titrasi iodometri dengan larutan
Na2S2O3 0,1 M menggunakan indikator amilum sehingga diperoleh konsentrasi
awal ion Cu2+ sebelum elektrolisis.
Larutan CuSO4 sebelumnya ditambahkan dengan larutan KI 0,1 M, sehingga
warna larutan menjadi coklat. Setelah dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 M
warnanya berubah menjadi putih. Begitu pula keadaan larutan ini saat dititrasi
setelah dielektrolisis. Hanya saja warna kecoklatannya lebih gelap.
Elektrolisis dilakukan selama 30 menit (1800 detik) dengan mencatat kuat
arus tiap menitnya dan kuat arus yang digunakan merupakan kuat arus rata-rata
selama 30 menit tersebut. Setelah proses elektrolisis selesai dilakukan, anoda
dibilas dengan aquades dan alkohol lalu dikeringkan dan ditimbang. Kemudian
larutan di ruang anoda di ambil untuk dititrasi dengan larutan Na2S2O3 sehingga
diperoleh konsentrasi ion Cu2+ setelah elektrolisis.
Seperti elektrolisis pada umunya, terjadi reaksi redoks. Pada anoda sebagai
kutub positif (+) terjadi reaksi oksidasi,
Cu(s) → Cu2+(aq) + 2e
Elektroda Cu teroksidasi menjadi ion Cu2+ sehingga, terjadi penurunan berat
pada elektroda Cu serta penambahan jumlah ion Cu2+ dalam larutan di ruang
anoda. Penambahan jumlah ion Cu2+ dalam anoda mengakibatkan konsentrasi
larutan dalam anoda akan mengalami kenaikan.
Sedangkan sebaliknya, pada katoda sebagai kutub negatif (-) terjadi reaksi
reduksi,
Cu2+(aq) + 2e → Cu(s)
Larutan yang mengandung ion Cu2+ tereduksi ke katoda sehingga terjadi
penambahan berat elektroda.
Dengan penambahan ion Cu2+ pada larutan di daerah anoda, maka ion Cu2+
pada larutan di daerah katoda akan berkurang karena membentuk endapan Cu.
Panambahan ion Cu2+ akibat reaksi oksidasi dan pengurangan ion Cu2+ akibat
reaksi reduksi. Migrasi ion-ion terjadi sedemikian rupa menuju kearah elektroda
yag saling berlawanan tanda dengan ion-ion tersebut.
Besarnya angka angkut kation ditentukan dengan cara menghitung jumlah
ekuivalen atau mol dari ion Cu2+ yang diangkut dari ruang anoda ke katoda
dengan rumus,
nc = ( x - z ) / x
dimana, nc = angka angkut kation
x = ekuivalen Cu yang berasal dari oksidasi anoda
z = peningkatan jumlah ekuivalen ion Cu2+ di ruang anoda
Sedangkan angka angkut anion dihitung dengan cara mengurangkan angka
angkut kation terhadap angka satu,
na = 1 – nc , dimana na = angka angkut anion
Besarnya x dapat diketahui dengan cara menimbang berat anoda sebelum dan
sesudah elektrolisis atau menentukan jumlah muatan listrik yang digunakan dalam
elektrolisis, sedangkan besarnya z dapat diketahui dengan cara titrasi larutan di
sekitar anoda sebelum dan sesudah elektrolisis. Volume larutan dalam ruang
anoda dapat dihitung dengan cara mengukur panjang, lebar dan tinggi ruang
anoda tersebut. Berdasarkan data hasil percobaan yang diperoleh maka dapat
dilakukan analisis sebagai berikut.
1. Menghitung x
Cara 1:
Selisih berat anoda = berat anoda awal - berat anoda akhir
= 9,9913 g – 9,9777 g
= 0,0136 g
Mol Cu teroksidasi = 0,0136 gram / (63,54 gram/mol)
= 0,000214 mol
Mol ekuivalen = 0,000214 mol × 2 ekivalen
= 0,000428 mol ekuivalen
Cara 2:
Q =I×t
= 0,0895 A × 1800 detik
= 161,1 C
F = 161,1 C / (96500 C/F)
= 0,0017 mol
Ekivalen = 0,0017 × ½ = 0,00085 ekv

Jadi, x cara 1 = 0,000428 mol ekv atau 0,000428 ekv


Dan x cara 2 = 0,00085 ekv

2. Menghitung z
Perhitungan sebelum menghitung z.
a. perhitungan konsentrasi CuSO4 sebelum elektrolisis
b. perhitungan konsentrasi CuSO4 sesudah elektrolisis
c. perhitungan volume ruang di anoda
d. perhitungan peningkatan jumlah ekivalen ion Cu2+ di ruang anoda (z)

Perhitungannya dijabarkan sebagai berikut.


a. Perhitungan konsentrasi CuSO4 sebelum elektrolisis
PersamaanReaksi :
2CuSO4(aq)+ 2KI(aq) → 2Cu(s) + I2(g) + 2K+(aq) + 2SO42-(aq)
Reduksi : 2e + Cu2+(aq) → Cu(s)
Oksidasi : 2I-(aq) → I2(g) + 2e

I2 (aq)+ 2Na2S2O3(aq) → 2I-(aq)+ S4O62-(aq) + 4Na+ (aq)


Reduksi : 2e + I2(g) → 2I-(aq)
Oksidasi : 2S2O32- (aq)→ S4O62-(aq) + 2e

Diketahui :
Volume CuSO4 = 5 mL
Volume Na2S2O3 0,1 M = 27,67 mL
Volume KI 0,1 M = 15 mL
Normalitas KI = 0,1 N
mmol
Mol KI = 15 mL × 0,1 = 1,5 mmol = 1,5 mmol
mL

Normalitas I2 = 2 ekv × 0,1 N = 0,2 N


Ekivalen Na2S2O3 = Normalitas I2 × 27,67 mL
= 0,2 N × 27,67 mL = 5,534 mekv

Ditanya : konsentrasi CuSO4 sebelum dielektrolisis?


Jawab :
Ekivalen CuSO4 = ekivalen Na2S2O3
Normalitas CuSO4 = 5,534 mkev / 5 mL = 1,1068 N

b. Perhitungan konsentrasi CuSO4 setelah elektrolisis


PersamaanReaksi :
2CuSO4(aq)+ 2KI(aq) → 2Cu(s) + I2(g) + 2K+(aq) + 2SO42-(aq)
Reduksi : 2e + Cu2+(aq) → Cu(s)
Oksidasi : 2I-(aq) → I2(g) + 2e

I2 (aq)+ 2Na2S2O3(aq) → 2I-(aq)+ S4O62-(aq) + 4Na+ (aq)


Reduksi : 2e + I2(g) → 2I-(aq)
Oksidasi : 2S2O32- (aq)→ S4O62-(aq) + 2e

Diketahui :
Volume CuSO4 = 5 mL
Volume Na2S2O3 0,1 M = 28,067 mL
Volume KI 0,1 M = 15 mL
Normalitas KI = 0,1 N
mmol
Mol KI = 15 mL × 0,1 = 1,5 mmol = 1,5 mmol
mL

Normalitas I2 = 2 ekv × 0,1 N = 0,2 N


Ekivalen Na2S2O3 = Normalitas I2 × 28,067 mL
= 0,2 N × 28,067 mL = 5,6134 mekv
Ditanya : konsentrasi CuSO4 sebelum dielektrolisis?
Jawab :
Ekivalen CuSO4 = ekivalen Na2S2O3
Normalitas CuSO4 = 5,6134 mkev / 5 mL = 1,1227 N

c. Perhitungan volume di ruang anoda


Tinggi Larutan di Ruang Anoda = 3,4 cm
Panjang Larutan di Ruang Anoda = 4,6 cm
Lebar Larutan di Ruang Anoda = 2,8 cm
Volume ruang anoda = panjang × lebar × tinggi
= 4,6 cm × 2,8 cm × 3,4 cm
= 43,792 cm3
= 0,043792 L
0,1227 N 1,1068 N
d. Peningkatan jumlah ekuivalen ion Cu2+ di ruang anoda (z)
Selisih konsentrasi CuSO4 = (1,1227 N – 1,1068 N)
= 0,0159 ekv/L

z = selisih konsentrasi CuSO4 × Volume ruang anoda


= 0,0159 ekv/L × 0,043792 L
= 0,0007 ekv

3. Perhitungan angka angkut kation dan angka angkut anion


Dengan x dari cara 1:
0,000428 𝑒𝑘𝑣−0,0007 𝑒𝑘𝑣
Angka angkut kation (nc) = = -0,63
0,000428 𝑒𝑘𝑣
Angka angkut anion (na) = 1− nc
= 1− (- 0,63)
= 1,63

Pada perhitungan data yang diperoleh dari percobaan dengan x = ekivalen


selisih berat, angka angkut anion sebesar 0,17065 sedangkan angka angkut kation
sebesar 0,82935. Berdasarkan data yang tersebut dapat diketahui bahwa kation
mengangkut jumlah listrik yang lebih banyak atau arus yang lebih besar melalui
larutan CuSO4 dalam waktu 30 menit karena angka angkut yang diperoleh kation
lebih besar daripada anion.
Dengan x dari cara 2:
0,00085 𝑒𝑘𝑣−0,0007 𝑒𝑘𝑣
Angka angkut kation (nc) = = 0,18
0,000466 𝑒𝑘𝑣
Angka angkut anion (na) = 1− nc
= 1−0,18
= 0,82
Pada perhitungan data yang diperoleh dari percobaan dengan x = ekivalen
dari muatan, angka angkut anion sebesar 0,82 sedangkan angka angkut kation
sebesar 0,18. Berdasarkan data yang tersebut dapat diketahui bahwa kation
mengangkut jumlah listrik yang lebih banyak atau arus yang lebih besar melalui
larutan CuSO4 dalam waktu 30 menit karena angka angkut yang diperoleh kation
lebih besar daripada anion.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektroda
tembaga menggunakan cara Hittorf, harga angka angkut kation lebih besar
daripada angka angkut anion baik menggunakan perhitungan x sebagai muatan
maupun sebagai berat perubahan anion. Harga angka angkut yang diperoleh
yakni:
a. untuk x cara 1:
angka angkut kation = -0,63
angka angkut anion = 1,63
b. untuk x cara 2:
angka angkut kation = 0,18
angka angkut anion = 0,82

H. DAFTAR PUSTAKA
Anugroho. 2010, Materi Larutan Elektrolit, (online), (http://jawigo.blogsp
ot.co.id), diakses 30 Oktober 2017
Khoerunnisa, Dita. 2014, Penetapan Bilangan Angkut dalam Larutan Elektrolit,
(online), (https://kusumaningrumwidya.files.wordpress.com), diakses 30
Oktober 2017
Nazriati, dan Sumari. 2017. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II. Jurusan Kimia:
FMIPA UM
JAWABAN PERTANYAAN
1. Tuliskan reaksi elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektrode Cu.
Jawab :

Anoda : Cu(s) Cu2+(aq) + 2e


Katoda : 2e + Cu2+(aq)  Cu(s)

2. Tuliskan reaksi yang terjadi pada titrasi larutan CuSO4 pada percobaan ini.
Jawab :

2 CuSO4(aq) + 2 KI(aq)  2 Cu2+(aq) + I2(aq) + 2 K+(aq) +SO42-(aq)


Reduksi : 2 e + Cu2+  Cu
Oksidasi : 2 I-  I2 + 2 e

I2(aq) + 2 Na2S2O3(aq)  2 I-(aq) + S4O62-(aq) + 4 Na+(aq)


Reduksi : 2 e + I2  2 I-
Oksidasi : 2 S2O32- S4O62- + 2 e
LAMPIRAN

Di timbang elektroda Cu setelah Di isi larutan CuSO4 0,1 M,


dibersihkan dengan kertas kedalam wadah untuk
gosok elektrolisis, setelah di
elektrolisis elektroda Cu
ditimbang

Larutan CuSO4 0,1 M Di titrasi dengan larutan


dimasukkan ke dalam Na2S2O3 0,1 M
erlenmeyer

Di titrasi lagi dengan larutan


Di tambah indikator amilum
Na2S2O3 0,1 M sampai warna
biru hilang

Anda mungkin juga menyukai