PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rekam medis berdasarkan sejarahnya selalu berkembang mengikuti kemajuan ilmu kesehatan
dan kedokteran. Sejak masa pra kermedekaan rumah sakit di indonesia sudah melakukan pencatatan
kegiatan medis, namun belum dilaksanakan dengan baik atau belum mengikuti penataan sistem
informasi yang benar. Dengan adanya Peraturan Pemerintah no. 10 tahun 1966 tentang wajib simpan
rahasia kedokteran maka kepada semua petugas kesehatan diwajibkan untuk menyimpan rahasia
kedokteran, maka kepada semua petugas kesehatan diwajibkan untuk menyimpan rahasi kedokteran
termasuk berkas rekam medis kemudian pada tahun 1972 melui SK MenKes
RI.No.034/BIRHUP/1972 ada kejelasan bagi rumah sakit mengenai kewajiban rumah sakit untuk
menyelenggarkan rekam medis. Disebutkan maksud dan tujuan dari peraturan – peraturan tersebut
dibuat agar institusi pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit, dapat menyelenggarkan rekam medis
dengan sebaik – baiknya. Demikian juga dengan diberlakukannya Permenkes No. 749A/
MenKes/Per/XII/1989 tentang rekam medis yang merupakan landasan hukum bagi semua tenaga
medis dan para medis. Rekam medis merupakan salah satu sumber data yang sangat vital dalam
penyelenggaraan sistem informasi manajemen rumah sakit dan sangat penting dalam proses
pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen. Agar penyelenggaraan rekam medis dapat dilaksanakan
dengan baik maka harus dilengkapi dengan pedoman organisasi maupun pedoman pelayanan rekam
medis tentang tata cara penyelenggaraan rekam medis yang harus dilaksanakan di patuhi oleh seluruh
tenaga kesehatan baik medis, para medis maupun non medis yang bertugas di RSUD Dayaku Raja
Kota Bangun.
Membahas pengertian tentang rekam medis dijelaskan dalam pasal 1 angka 1 PerMenkes
269/MenKes/Per/III/2008 tentang rekam medis yaitu “Rekam Medis adalah Berkas yang berisikan
catatan dan dokumen tentang identitas pasien pemeriksaan pengobatan tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada pasien.” Jika diartikan secara dangkal, rekam medis seakan – akan hanya
merupakan catatan dan dokumen tentang keadaan pasien, namun jika dikaji lebih dalam rekam medis
mempunyai arti yang lebih luas dari pada hanya sekedar catatan biasa, karena didalam catatan tersebut
sudah tercermin segala informasi menyangkut seorang pasien yang akan dijadikan dasar di dalam
menentukan tindakan lebih lanjut dalam upaya pelayanan maupun tindakan medis lainnya yang
diberikan kepada seorang pasien yang dalam hal ini datang ke rumah sakit.
Rekam medis mempunyai arti yang sangat luas tidak hanya sekedar kegiatan pencatatan,
akan tetapi mempunyai arti sebagai satu sistem penyelenggaraan rekam medis sedangkan kegiatan
pencatatannya sendiri hanya merupakan salah satu kegiatan dari pada penyelenggaraan rekam medis.
Penyelenggaraan rekam medis adalah merupakan proses kegiatan yang dimulai pada saat diterima
pasien di rumah sakit, diteruskan kegiatan pencatatan data medik selama pasien itu mendapatkan
pelayanan medik di rumah sakit dan dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam medis yang
meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan untuk
melayani permintaan/peminjaman oleh pasien atau untuk keperluan lainnya.
1. Tujuan Rekam Medis
Tujuan Rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya
peningkatan pelayanan kesehatan di RSUD Dayaku Raja Kota Bangun. Tanpa didukung suatu
sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, tidak akan tercipta tertib administrasi di
RSUD Dayaku Raja Kota Bangun sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi
merupakan salah satu yang menentukan di dalam upaya pelayanan kesehatan di RSUD Dayaku
Raja Kota Bangun.
2. Kegunaan Rekam Medis
Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari bebearapa aspek, antara lain :
a. Aspek Administrasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya menyangkut
tingdakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan paramedis
dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
b. Aspek Medis
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis, karena catatan tersebut dipergunakan
sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang diberikan kepada seorang
pasien dan dalam rangka mempertahankan serta meningkatkan mutu pelayanan melalui
kegiatan audit medis, manajemen resiko klinis serta keamanan/kesehatan pasien dan kendali
biaya.
c. Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya menyangkut masalah
jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hukum serta
penyediaan bahan sebagai tanda bukti untuk menegakkan keadilan rekam medis sebagai
bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit, dan pengobatan
selama pasien berkunjung atau dirawat di RS.
d. Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya dapat dijadikan sebagai
bahan untuk biaya pembayaran pelayanan di rumah sakit. Tanpa adanya bukti catatan
tindakan/pelayanan, maka pembayaran pelayanan rumah sakit tidak dapat dipertanggung
jawabkan.
e. Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian karena isinya menyangkut data dan
informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek pendukung penelitan dan pengembangan
ilmu pengetahuan dibidang kesehatan.
f. Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyakut
data/informasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medis yang
diberikan kepada pasien,informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan/referensi
dibidang profesi bagi pemakai.
g. Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menyangkut
sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggung
jawaban dan laporan rumah sakit.
Rekam medis juga sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga ahli lainnya yang ikut ambil
bagian di dalam memberikan pelayanan, pengobtan, perawatan kepada pasien
Dengan melihat dari beberapa aspek tersebut di atas, rekam medis mempunyai kegunaan
yang sangat luas, karena tidak hanya menyangkut antara pasien dengan pemberi pelayanan saja.
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan rekam medis di RSUD Dayaku Raja Kota Bangun meliputi
manajemen rekam medis dan admission.
1. Pelayanan Pendaftaran Rawat Jalan
a. Pasien Baru
Setiap pasien baru diterima di Tempat Pendaftaran Penerimaan Pasien (TPP) akan
diwawancari oleh petugas guna mendapatkan informasi mengenai data indentitas pasien yang akan
dicatat di berkas rekam medis dan di entry pada sistem informasi rumah sakit.
Setiap pasien baru akan memperoleh nomor yang akan dicatat diberkas rekam medis
yang disebut NOMOR REKAM MEDIS (No RM) dan juga ditulis pada kartu berobat pasien.
Kartu berobat ini sebagai kartu pengenal saat pasien berobat ke RS dan harus dibawa setiap
kunjungan berikutnya ke RSUD Dayaku Raja Kota Bangun, baik saat berobat jalan maupun rawat
inap.
Pada pelayanan rawat jalan, pasien baru dengan berkas rekam medis dikirim ke klinik
yang sesuai dengan tujuan pasien. Setelah mendapatkan pelayanan yang cukup dari poliklinik, ada
bebearapa kemungkinan dari setiap pasin :
Pasien boleh langsung pulang
Pasien dirujuk/dikirim ke rumah sakit lain
Pasien harus dirawat
Untuk pasien yang harus dirawat inap, dokter DPJP membuat surat pengantar yang berisi
alasan pasien harus dirawat inap beserta diagnosa, tindakan medis ataupun tindakan penunjang
lainnya. Pada pasien rawat inap berkas rekam medis harus dikirim ke ruang rawat inap.
Untuk pasien yang boleh pulang atau pasien yang dirujuk ke rumah sakit lainnya berkas
rekam medis harus dikembalikan pada hari yang sama di tempat penyimpanan berkas rekam medis.
b. Pasien lama
Pasien lama yang datang ke Tempat Pendaftaran Penerimaan Pasien (TPP) akan
diwawancari oleh petugas, guna mendapatkan informasi nomor rekam medis dari kartu berobat
pasien dan poliklinik tujuan berobat.
Setelah mendapatkan nomor rekam medis pasien dan diketahui poliklinik tujuannya,
pasien dipersilahkan menunggu untuk registrasi terlebih dahulu oleh registrasi. Pada saat yang
sama petugas penyimpanan/filling mengambilkan berkas rekam medisnya lalu dikirim ke poliklinik
tujuan oleh petugas mobilisasi berkas rekam medis. Selanjutnya pasien akan dipanggil di poliklinik
yang dituju.
c. Pasien Gawat Darurat
Berbeda dengan prosedur pelayanan pasien baru dan pasien lama yang biasa, di Unit
Gawat Darurat pasien ditolong terlebih dahulu baru penyelesaian administrasinya termasuk
pendaftaran pasien baik baru maupun lama. Di RSUD Dayaku Raja Kota Bangun pendaftaran
pasien gawat darurat dilakukan di loket pendaftaran UGD untuk pasien baru maupun pasien lama.
Proses registrasi sama dengan di rawat jalan namun berbeda dalam pengambilan dan pengantaran
berkas rekam medis pasien. Setelah mendapat pelayanan yang cukup, ada beberapa kemungkinan
dari stiap pasien :
1. Pasien bisa langsung pulang
2. Pasien dirujuk/dikirim ke rumah sakit lain
3. Pasien harus dirawat inap
Untuk pasien yang harus dirawat inap, dokter jaga membuat Surat Perintah Rawat Inap.
Pada pasien yang harus dirawat inap, rekam medisnya akan dikirim keruang perawatan. Sebelum
pasein dikirim ke ruang perawatan, perawat UGD memasang gelang identitas pasien dan memberi
penjelasan tengtang kegunaan gelang.
Untuk pasien yang boleh pulang atau dirujuk ke rumah sakit lain maka berkas rekam
medis harus dikembalikan pada 1X24 jam.
BAB III
TATA LAKSANA
MR 4b2 PARTOGRAF
1. Bagan atas grafik adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan
penyusupan kepala janin
a. Denyut jantung janin : nilai dan catatan denyut jantung janin setiap 30 menit (lebih sering
jika ada tanda – tanda gawat janin). Setiap kotak dibagian atas patograf menunjukkan
waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ
dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ.
Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas dan tersambung
b. Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air ketuban jika
selaput ketuban pecah. Catat temuan – temuan dalam kotak yang sesuai dibaeah lajur DJJ.
Gunakan lambang – lambang berikut :
U : selaput ketuban masih utuh ( belum pecah )
J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi “kering”
c. Penyusupan (molase) tulang kepala janin
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala
janin. Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai dibawah lajur air ketuban. Gunakan
lambang – lambang berikut ini :
0 : tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1 : tulang – tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
3 : tulang – tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
d. Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah pencatatan kemajuan persalinan. Angka 1 –
10 yang tertera dikolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Nilai setiap angka
sesuai dengan besarnya dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan menepati lajur dan
kotak tersendiri. Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu kelajur yang lain
menunjukkan penambahan dilatasi serviks.
1) Pembukaan serviks : nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering
dilakukan jika ada tanda – tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan
catat pada patograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan.
Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan
besarnya pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan.
Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, pembukaan serviks dari
hasil pemeriksaan dalam harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih angka
yang sesuai dengan bukaan serviks (hasil periksa dalam ) dan cantumkan tanda “
X” pada ordinat atau titik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada
Hubungkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus)
2) Penurunan bagian terbawah janin tulisan “turunnya kepala” dan garis tidak terputus
dari 0-5, tertera diisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda “O”
pada garis waktu yang sesuai, sebagai contoh : jika hasil pemeriksaan palpasi kepala
di atas simfisis pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda “ O” digaris 4. Hubungkan tanda
“O” dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus
3) Garis waspada dan garis bertindak. Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks
dan terakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju
pembukaan 1 perjam. Pencatatan selama fase aktif harus dimulai pada garis waspada.
Garis bertindak tertera sejajar dan disebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada.
Jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak
maka hal ini menunjukkan perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan.
4) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
Dibawah lajur kotak untuk waktu mulai fase aktif, tertera kotak – kotak untuk
mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam
penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu 30 menit yang berhubungan dengan
lajur untuk pencatatan pembukaan serviks, DJJ dibagian atas dan lajur kontraksi dan
nadi ibu dibagian bawah. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, cantumkan
pembukaan serviks digaris waspada kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini
dikotak waktu yang sesuai.
5) Dibawah lajur waktu patograf, terdapat lima kotak dengan tulisan “kontraksi per 10
menit” disebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan kontraksi. Setiap 30
menit, raba dan catat jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dan
lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam
10 menit dengan angka yang mencerminkan temuan dari hasil pemeriksaan.
Beri titik – titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya
kurang dari 20 detik
Beri garis – garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya
20 – 40 detik
Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari
40 detik
6) Obat – obatan dan cairan yang diberikan
Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat
oksitosin, obat – obatan lainya dan cairan IV
Oksitosin : jika tetesan drip oksigen sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30
menit jumlah unit tetesan yang diberikan pervolume cairan IV dan dalam satuan
tetesan permenit
Obat – obatan lain dan cairan IV : catat semua pemberian obat – obatan tambahan
dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya
7) Kondisi ibu : bagianterbawah lajur dan kolom pada halaman patograf terdapat kotak
untuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan. Angka
disebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering
jika diduga ada penyuli). Beri tanda “ ᵒ” pada kolom waktu yang sesuai
Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih
sering jika diduga ada penyulit). Beri tanda “ ” pada patograf pada kolom waktu
yang sesuai
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika terjadi peningkatan
mendadak atau diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh
pada kotak yang sesuai
Volume urin, protein, dan aseton : ukur dan catat jumlah produksi urin ibu
sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan, setiap
kali ibu berkemih, dilakukan pemeriksaan aseton dan protein urin.
MR 5 GRAFIK
1. Menulis identitas pasien didalam kotak identitas oleh admin ruangan rawat inap.
2. Kolom 1 berisi angka – angka yang menunjukkanhasil pengukuran nadi (dibagian kiri) dan
suhu (dibagian kanan)
3. Baris 1 adalah tanggal pemeriksaan dilakukan TTV
4. Baris 2 adalah hitungan hari pasien dirawat saat pemeriksaan
5. Baris 3 adalah jam pemeriksaan
6. Tandai grafik dengan “titik” sesuai hasil pengukuran pada pasien, penandaan dilakuakan pada
pukul 6,12,18,24
7. Hubungkan titik – titik dengan mengunakan pensil warna, suhu menggunakan warna biru dan
nadi menggunakan warna merah.
MR 6A CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
1. Menulis identitas pasien didalam kotak identitas oleh admin ruang rawat inap.
2. lembar ini disis oleh semua profesional pemberi asuhan langsung kepada pasien seperti :
dokter, perawat, bidan, gizi dan apoteker.
3. CPPT ditulis mengunkana SOAP, dilakukan saat melakukan visite kepasien langsung atau bila
ada perubahan kondisi pasien.
4. Perawat / ketua tim menulis saat terima pasien baru bersamaan dengan melakukan assesmen.
5. DPJP melakukan visite dan mendokumentasikannya dalam berkas rekam medis dengan
metode SOAP
6. Setelah melakukan pelayanan kepada pasien, PPA melakukan pencatatan pada lembar CPPT
sesuai urutan pelayanan
7. Setiap pengisian lembar CPPT, PPA menuliskan tanggal, jam, profesi, dan pada kolom sebelah
kanan menuliskan nama / stempel nama dan paraf.
8. DPJP harus membubuhi nama terang / stempel dan paraf verifikasi pada catatan yang ditulis
oleh PPA lain.
MR 7 KONSULTASI
1. Menulis identitas pasien didalam kotak identitas oleh admin ruang rawat inap.
2. Setiap pasien yang akan dikonsultasikan ke dokter spesialis lain, maka pasien di informasikan
terlebih dahulu. Dengan cara menyebutkan identitas pasien.
3. Pada lembar ini dokter yang akan mengkonsulkan. Menulis permintaan konsultasi lalu menulis
nama terang dan jelas dan tanda tangan.
4. Selanjutnya DPJP atau perawat menghubungi dokter yang dimaksud/ konsulen.
5. Setelah dokter yang diminta konsul datang visit, dokter konsulen menjawab konsul pada
lembar ini, lalu dokter menulis nama terang dan jelas dan tanda tangan.
MR 8a SKRINING LANJUTAN
1. Form ini diiisi merujuk pada form 4a bagian C. Status Fungsional (Nutrisi dan Hidrasi. Jika
hasil dari Asesmen Keperawatan terdapat skor “Ya” maka dilanjutkan ke bagian Asesmen
Gizi bagian Skrining Lanjutan
2. Pada bagian form Skrining Lanjutan, ahli gizi melakukan skrining ulang. Dimana ketika
total skor “0” (beresiko rendah), maka diperlukan skrining ulang pada hari ke-7 rawat inap
3. Jika skor 1 (Resiko Menengah), maka diperlukan monitoring asupan selama 3 hari. Jika
tidak ada peningkatan, lanjutan pengkajian dan ulangi skrining pada hari ke -7 rawat inap.
4. Jika skor ≥ 2 (Beresiko Tinggi), maka dilakukan Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
yang merupakan form 8b. PAGT ini bekerja sama dengan Tim Dukungan Gizi / Panitia
Asuhan Nutrisi. Upayakan peningkatan asupan gizi dan memberikan makanan sesuai daya
terima. Monitoring asupan makanan setiap hari. Ulangi skrining pada hari ke-7 pada rawat
inap
Mr 8b ASUHAN GIZI (PAGT)
1. Form ini merupakan lanjutan dari form 8a (Skirining Awal / Skrining Lanjutan) dan diisi
ketika hasil skor dari skrining lanjutan ≥ 2 (Beresiko Tinggi)
2. Setiap pasien dilakukan pengukuran antropometri, kemudian tentukan status gizi, cek hasil
laboratorium dan TTV (tanda-tanda vital), tanyakan riwayat penyakit dahulu, riwayat gizi
serta keluhan dari pasien
3. Kemudian tanyakan kepada pasien tentang asupan selama 24 jam terakhir (Recall – 24
hour) untuk melihat seberapa banyak intake kalori pasien tersebut
4. Tentukan diagnosa pasien tersebut setelah melakukan asesmen
5. Selanjutnya lakukan intervensi gizi untuk menentukan tujuan, prinsip, syarat dan kebutuhan
gizi pasien tersebut
6. Berikan edukasi terkait penyakit yang diderita pasien dan tuliskan hasil edukasi tersebut di
terapi edukasi.
MR 8C MONITORING DAN EVALUASI
1. Menulis hasil monitoring dan evaluasi 1 hari setelah dilakukan PAGT
2. Monitoring antropometri dilakukan 3-7 hari sekali
3. Monitoring hasil biokimia dilakukan 2 hari sekali (tergantung seberapa sering dokter
melakukan pengecekan data biokimia
4. Monitoring asupan dilakukan setiap hari disesuaikan dengan kondisi pasien
5. Berikan juga edukasi ketika melakukan monitoring ke pasien
MR 9 CATATAN PEMBERIAN OBAT
1. Menulis identitas pasien didalam kotak identitas oleh admin ruangan rawat inap.
2. Diisi nama obat, dosis/frekuensi semua cairan infus maupun pelarut injeksi (pegy bag) ditulis
dilembar ini
3. Penulisan cairan, setiap ganti infus tuliskan jam, tanggal, bulan, tahun, ditulis setiap ganti shift
atau pindah kelembar berikutnya
4. Perhitungan jumlah cairan setiap akan aplusan/ganti shift, hitung jumlah cairan masuk/ keluar/
insensibel water los (iwl)/ jika diperlukan, dan tuliskan cairan infus yang terpasang
MR 11 i STATUS ANASTESI
1. Menulis identitas pasien didalam kotak identitas oleh admin ruangan rawat inap.
2. Petugas yang memberikan edukasi adalah Dokter Spesialis Anestesi.
3. Berikan edukasi tentang anestesi umum pengertian, kelebihan, kekurangan, dan
komplikasi atau efek samping.
4. Berikan edukasi tentang anestesi spinal atau epidural, kelebihan, kekurangan, dan
komplikasi,atau efek samping.
5. Berikan edukasi tentang block perifer pengertian dan komplikasi atau efek
samping.
6. Berikan edukasi tentang sedasi pengertian, kelebihan, kekurangan, dan
komplikasi atau efek samping.
7. Dokter yang telah memberi tindakan memberi tanda tangan dan tulis nama jelas
dan tanggal.
BAB IV
DOKUMENTASI
GAWAT UGD
NOMOR
NO NAMA REKAM MEDIS REKAM
MEDIS
1 ASESMEN TRIAGE MR a
2 ASESMEN AWAL PASIEN GAWAD DARURAT MR b
3 CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI MR c
(SOAP)
4 PENGKAJIAN DAN INTERVENSI PASIEN RESIKO MR d
JATUH (GET UP AND GO TEST)
5 RESUME PASIEN GAWAT DARURAT MR e
RAWAT INAP
NOMOR
NO NAMA DOKUMEN REKAM MEDIS REKAM
MEDIS
1 LEMBAR MASUK DAN KELUAR MR 1
2 ASESMEN AWAL MEDIS MR 2
3 RE- ASESMEN MEDIS MR 3
4 ASESMEN AWAL KEPERAWATAN MR 4a
5 ASESMEN KHUSUS MATERNITAS MR 4b 1
6 PATOGRAF MR 4b 2
7 LAPORAN PERINATOLOGI (KEBIDANAN) MR 4c 1
8 PENGKAJIAN FISIK BAYI BARU LAHIR MR 4c 2
9 PENGKAJIAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR MR 4c 2
10 GRAFIK MR 5
11 CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI MR 6a
12 FORMAT KOMUNIKASI SBAR MR 6b
13 KONSULTASI MR 7
14 SKRINING LANJUTAN MR 8a
15 ASUHAN GIZI (PAGT) MR 8b
16 MONOTORING DAN EVALUASI MR 8c
17 CATATAN PEMBERIAN OBAT MR 9
18 CATATAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM MR 10a
19 PENEMPELAN HASIL PEMBACAAN RADIOLOGI MR 10b
20 PENEMPELAN PEMBACAAN ULTRASONOGRAM MR 10c
21 PENEMPELAN HASIL EKG MR 10d
22 PENEMPELAN HASIL SURAT KORESPONDENSI MR 10e
23 ASESMEN PRA ANASTESI DAN SEDASI MR 11a
24 ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERASI MR 11b
25 MONITORING PENGGUNAAN INSTRUMEN MR 11c
26 SERAH TERIMA PRE-OPERASI DAN POST OPERASI MR 11d
27 LEMBAR VERIFIKASI DAN PENANDAAN LOKASI MR 11e
PROSEDUR PASIEN OPERASI
28 TIME OUT PASIEN OPERASI MR 11f
29 LAPORAN OPERASI MR 11g
30 LAPORAN ANESTESIA MR 11h
31 STATUS ANESTESI MR 11i
32 INFORMEN CONSENT SETUJU (TINDAKAN MR 12a
KEDOKTERAN)
33 INFORMEN CONSENT MENOLAK (TINDAKAN MR 12b
KEDOKTERAN)
34 INFORMEN CONSENT TINDAKAN ANESTESI MR 12c
35 INFORMEN CONSENT MENOLAK TINDAKAN MR 12d
ANESTESI
36 INFORMEN CONSENT PEMBERIAN DARAH MR12e
37 MONITORING PEMBERIAN PRODUK TRANFUSI MR 12f
DARAH (TRANSFUSI)
38 INFORMENT CONSENT PENOLAKAN PENBERIAN MR 12g
DARAH
39 FORMULIR RENCANA PEMULANGAN PASIEN/ MR 13
DISCHANGE PLANING
40 RESUM MEDIS MR 14a
41 RESUM KEPERAWATAN MR 15
42 SURAT PERINTAH RAWAT INAP MR 16a 1
43 PERSETUJUAN PASIEN RAWAT INAP MR 16b
44 PERSETUJUAN UMUM GENERAL CONSENT MR 16c
45 PEMBERIAN EDUKASI MR 16d
46 PERSTUJUAN KELUAR RUMAH SAKIT MR 16e