Anda di halaman 1dari 17

Lanjut ke konten

Menu

Abestiahaninil's Weblog
a little share from a curious Girl
My Archive
 November 2015 (4)
 Agustus 2013 (1)

 Juni 2013 (1)

 Mei 2012 (23)

Read and Enjoy it


 About Me ^^
 Kebidanan
Categories
Categories
My Facebook
Abestia Haninil Miril Sobesti

Create Your Badge


Hi… Welcome to My blog
This Is my Blog. Enjoy it !
or come to abestiahaninil.blogspot.com
Follow my IG

Like this

Abestia Haninil Miril


Sobestilikes

Ace Boutique
Create your Like Badge

Ikuti Blog saya


Masukkan alamat surat elektronik Anda untuk mengikuti blog
ini dan menerima pemberitahuan tentang tulisan baru melalui
surat elektronik.
Bergabunglah dengan 9 pengikut lainnya

Ikuti

REPORT THIS AD

abestiahaninil di Kebidanan 5 Mei 2012 1,984 Words

Makalah Etika Profesi


Kebidanan ” Adopsi
Anak Tanpa Identitas “
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses hidup manusia secara kodrati diawali
dengan kelahiran dan berakhir dengan suatu kematian.
Setiap proses atau tahapan itu bagi manusia merupakan
peristiwa biasa. Sedangkan sebagai salah satu manusia
walaupun merupakan peristiwa biasa justru menimbulkan
akibat hukum tertentu.
Salah satu tahapan dalam proses hidup adalah adanya suatu
perkawinan yang bahagia. Suatu perkawinan diharapkan
memperoleh keturunan yang baik sehingga dapat
meneruskan silsilah hidup dari orang tuanya. Akan tetapi
tidak jarang suatu pernikahan tidak dikaruniai keturunan
atau anak.
Tujuan utama dari perkawinan bukanlah untuk mendapatkan
anak, melainkan untuk hidup bersama dan membentuk
keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa, seperti yang tercantum dalam Undang-
Undang No.1 Tahun 1974 pasal 1 yang menyebutkan tentang
definisi perkawinan sebagai berikut:
“Perkawinan ialah ikatan lahir batin antar seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Keinginan untuk mempunyai anak adalah naluri manusiawi
dan alamiah, akan tetapi kadang-kadang naluri ini terbentur
pada takdir Ilahi, dimana kehendak untuk mempunyai anak
tidak tercapai.
Pada umumnya manusia tidak akan puas dengan apa yang
dialaminya sehingga berbagai usaha dilakukan untuk
memenuhi kepuasan itu. Dalam hal keinginan untuk memiliki
anak, salah satu usaha mereka adalah mengangkat anak atau
“adopsi”.

1.2 Tujuan
 Mencegah terjadinya Adopsi illegal dan Pemalsuan
Identitas bayi.
 Agar setiap Orang Tua Melakukan Pencatatan Akte
Kelahiran pada anak yang baru lahir.
 Agar status anak angkat menjadi Jelas dan bias
mendapatkan hak-haknya dengan semestinya sesuai
dengan Ketetapan Undang-undang.
 Agar Bidan lebih Teliti dalam melakukan pencatatan dan
Pemberian informasi kepada orang lain terkait dengan
identitas dan Adopsi Bayi
BAB II. ISI

2.1 Dasar Hukum

Undang-undang no.23 Tahun 2003 tentang perlindungan


anak ditegaskan bahwa orang tua angkat wajib
memberitahukan kepada anak angkatnya mengenai asal-usul
orang tua kandungnya. Sedangkan undang – undang no.4
tahun 1979 tentang kesejahteraan anak disebutkan bahwa
pengangkatan anak tidak memutuskan hubungan darah
antara anak dengan orang tuanya dan keluarga orang tuanya
berdasarkan hukum yang berlaku bagi anak yang
bersangkutan

PERMENKES RI 1464 MENKES PER/X/2010 TENTANG


IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTEK BIDAN
BAB IV PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pasal 20

1. dalam melakukan tugasnya bidan wajib melakukan


pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang
diberikan
2. Pelaporan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
ditujukan kepada puskesmas wilayah tempat praktik.
3. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat 2 untuk bidan yang bekerja difasilitas pelayanan
kesehatan
UNDANG-UNDANG NO.23 TAHUN 1992
BAB VI TENTANG SUMBER DAYA KESEHATAN
PASAL 50, 53, 54 & 55 TENTANG TENAGA KESEHATAN

PASAL 50 AYAT 1 & 2


 Tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau
melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang
keahlian dan atau kewenangan tenaga kesehatan yang
bersangkutan.
 Ketentuan mengenai kategori, jenis dan kualifikasi tenaga
kesehatan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
PASAL 53 AYAT 1, 2, 3 DAN 4
1. Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan
hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya
2. Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya
berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan
menghormati hak pasien
3. Tenaga kesehatan untuk kepentingan pembuktian dapat
melakukan tindakan medis terhadap seseorang dengan
memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang
bersangkutan
4. Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah

PASAL 54 AYAT 1, 2 DAN 3


1. Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan
atau kelalaian dalam melaksanakan profesinya dapat
dikenakan tindakan disiplin
2. Penentuan ada atau tidaknya kesalahan atau kelalaian
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditentukan oleh
Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan
3. Ketentuan mengenai pembentukan tugas, fungsi dan tata
kerja Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan ditetapkan
dengan Keputusan Presiden

PASAL 55 AYAT 1 & 2


1. Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau
kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan
2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
1. 1. Pihak yang dapat mengajukan adopsi
a. Pasangan Suami Istri
Ketentuan mengenai adopsi anak bagi pasangan suami istri
diatur dalam SEMA No.6 tahun 1983 tentang penyempurnaan
Surat Edaran Nomor 2 tahun 1979 tentang pemeriksaan
permohonan pengesahan/pengangkatan anak. Selain itu
Keputusan Menteri Sosial RI No. 41/HUK/KEP/VII/1984
tentang Petunjuk Pelaksanaan Perizinan Pengangkatan Anak
juga menegaskan bahwa syarat untuk mendapatkan izin
adalah calon orang tua angkat berstatus kawin dan pada saat
mengajukan permohonan pengangkatan anak, sekurang-
kurangnya sudah kawin lima tahun. Keputusan Menteri ini
berlaku bagi calon anak angkat yang berada dalam asuhan
organisasi sosial.

b. Orang tua tunggal

1. Staatblaad 1917 No. 129


Staatblaad ini mengatur tentang pengangkatan anak bagi
orang-orang Tionghoa yang selain memungkinkan
pengangkatan anak oleh Anda yang terikat perkawinan, juga
bagi yang pernah terikat perkawinan (duda atau janda).
Namun bagi janda yang suaminya telah meninggal dan sang
suami meninggalkan wasiat yang isinya tidak menghendaki
pengangkatan anak, maka janda tersebut tidak dapat
melakukannya.
Pengangkatan anak menurut Staatblaad ini hanya
dimungkinkan untuk anak laki-laki dan hanya dapat
dilakukan dengan Akte Notaris. Namun Yurisprudensi
( Putusan Pengadilan Negeri Istimewa Jakarta) tertanggal 29
Mei 1963, telah membolehkan mengangkat anak perempuan.

2. Surat Edaran Mahkamah Agung No.6 Tahun 1983


Surat Edaran Mahkamah Agung No. 6 tahun 1983 ini
mengatur tentang pengangkatan anak antar Warga Negara
Indonesia (WNI). Isinya selain menetapkan pengangkatan
yang langsung dilakukan antara orang tua kandung dan orang
tua angkat (private adoption), juga tentang pengangkatan
anak yang dapat dilakukan oleh seorang warga negara
Indonesia yang tidak terikat dalam perkawinan yang
sah/belum menikah (single parent adoption). Jadi, jika Anda
belum menikah atau Anda memutuskan untuk tidak menikah
dan Anda ingin mengadopsi anak, ketentuan ini sangat
memungkinkan Anda untuk melakukannya.

2. Tata cara mengadopsi


Surat Edaran Mahkamah Agung RI No.6/83 yang mengatur
tentang cara mengadopsi anak menyatakan bahwa untuk
mengadopsi anak harus terlebih dahulu mengajukan
permohonan pengesahan/pengangkatan kepada Pengadilan
Negeri di tempat anak yang akan diangkat itu berada.
Bentuk permohonan itu bisa secara lisan atau tertulis, dan
diajukan ke panitera. Permohonan diajukan dan
ditandatangani oleh pemohon sendiri atau kuasanya, dengan
dibubuhi materai secukupnya dan dialamatkan kepada Ketua
Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat
tinggal/domisili anak yang akan diangkat .
3. Isi permohonan
Adapun isi Permohonan yang dapat diajukan adalah:
 motivasi mengangkat anak, yang semata-mata berkaitan
atau demi masa depan anak tersebut.
 penggambaran kemungkinan kehidupan anak tersebut di
masa yang akan datang.
Untuk itu dalam setiap proses pemeriksaan, Anda juga harus
membawa dua orang saksi yang mengetahui seluk beluk
pengangkatan anak tersebut. Dua orang saksi itu harus pula
orang yang mengetahui betul tentang kondisi anda (baik
moril maupun materil) dan memastikan bahwa Anda akan
betul- betul memelihara anak tersebut dengan baik.

2.2 Tinjauan Hukum

 Perwalian
Dalam hal perwalian, sejak putusan diucapkan oleh
pengadilan, maka orang tua angkat menjadi wali dari anak
angkat tersebut. Sejak saat itu pula, segala hak dan kewajiban
orang tua kandung beralih pada orang tua angkat. Kecuali
bagi anak angkat perempuan beragama Islam, bila dia akan
menikah maka yang bisa menjadi wali nikahnya hanyalah
orangtua kandungnya atau saudara sedarahnya.
 Waris
Khazanah hukum kita, baik hukum adat, hukum Islam
maupun hukum nasional, memiliki ketentuan mengenai hak
waris. Ketiganya memiliki kekuatan yang sama, artinya
seseorang bisa memilih hukum mana yang akan dipakai
untuk menentukan pewarisan bagi anak angkat.

 Hukum Adat
Bila menggunakan lembaga adat, penentuan waris bagi anak
angkat tergantung kepada hukum adat yang berlaku. Bagi
keluarga yang parental, Jawa misalnya, pengangkatan anak
tidak otomatis memutuskan tali keluarga antara anak itu
dengan orangtua kandungnya. Oleh karenanya, selain
mendapatkan hak waris dari orangtua angkatnya, dia juga
tetap berhak atas waris dari orang tua kandungnya. Berbeda
dengan di Bali, pengangkatan anak merupakan kewajiban
hukum yang melepaskan anak tersebut dari keluarga asalnya
ke dalam keluarga angkatnya. Anak tersebut menjadi anak
kandung dari yang mengangkatnya dan meneruskan
kedudukan dari bapak angkatnya (M. Buddiarto, S.H,
Pengangkatan Anak Ditinjau Dari Segi Hukum, AKAPRESS,
1991).
 Hukum Islam
Dalam hukum Islam, pengangkatan anak tidak membawa
akibat hukum dalam hal hubungan darah, hubungan wali-
mewali dan hubungan waris mewaris dengan orang tua
angkat. Ia tetap menjadi ahli waris dari orang tua kandungnya
dan anak tersebut tetap memakai nama dari ayah kandungnya
(M. Budiarto, S.H, Pengangkatan Anak Ditinjau Dari Segi
hukum, AKAPRESS, 1991)
 Peraturan Per-Undang-undangan
Dalam Staatblaad 1917 No. 129, akibat hukum dari
pengangkatan anak adalah anak tersebut secara hukum
memperoleh nama dari bapak angkat, dijadikan sebagai anak
yang dilahirkan dari perkawinan orang tua angkat dan
menjadi ahli waris orang tua angkat. Artinya, akibat
pengangkatan tersebut maka terputus segala hubungan
perdata, yang berpangkal pada keturunan karena kelahiran,
yaitu antara orang tua kandung dan anak tersebut.

2.3 Kejadian yang sering terjadi di masyarakat

1. Masyarakat seringkali melakukan pengangkatan anak yang


secara langsung atau tidak melalui proses penetapan
pengadilan. Pengangkatan anak secara langsung dapat
dilakukan oleh banyak masyarakat karena calon anak
angkat tersebut masih mempunyai hubungan keluarga
dengan calon orang tua angkat.
2. Tidak jarang terjadi kasus dimana dalam mengangkat anak
orang tua angkat
berusaha menyembunyikan/merahasiakan identitas orang
tua kandungnya. Sehingga dikemudian hari menimbulkan
problema tersendiri terutama bagi kepentingan anak
angkat, persoalan yang akan timbul adalah bagaimana jika
anak angkat tersebut berjenis kelamin perempuan dan
beragama islam. Dalam hal ini orang tua angkat tidak
diperbolehkan menjadi wali nikah karena prosedur
pengangkatan anak secara hukum belum ditempuh yaitu
dilakukan dengan penetapan pengadilan.
3. Karena begitu banyaknya ketentuan yang harus dipenuhi
dalam pengadopsian anak, sering kali calon orang tua
angkat yang mempermudah untuk mendapatkan status
anak angkatnya, membuatkan akta kelahiran anak
angkatnya dengan memalsukan surat keterangan anak
tersebut menjadi anak kandung, sehingga dalam akta
kelahiran anak angkat tersebut tercatat sebagai anak
kandung orang tua angkat.
4. Penculikan bayi diambil di Rumah Sakit atau Puskesmas
terkait ddengan adopsi illegal baik didalam maupun diluar
negeri, seringkali masalah tersebut besentuhan dengan
tenaga kesehatan khususnya berhubungan langsung
dengan proses kelahiran seperti bayi yang ditinggalkan
begitu saja di rumah bersalin atau rumah sakit, bahkan
hanya diserahkan begitu saja tanpa proses hokum yang
lebih lanjut.
5. Pada umumnya pengangkatan secara illegal banyak
dilakukan oleh pasangan asing. Pasangan campuran dan
pasangan dari warga Negara Indonesia keturunan
Indonesia

2.4 Peran Bidan dalam mengatasi masalah

 Dengan banyaknya kasus pengilegalan identitas bayi,


seorang bidan hendaknya mensiasati dengan cara
meminta surat nikah dan kartu keluarga supaya tidak
terjadi pemalsuan Identitas Orang Tua dan bayinya.
 Memberikan KIE kepada masyarakat umum tentang
masalah maraknya Pemalsuan Identitas bayi, beserta
sanksi yang didapat sesuai dengan hokum yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.
 Mengikutsertakan masyarakat untuk Pro-aktif dalam
pencegahan Terjadinya Pemalsuan Identitas bayi Adopsi
 Bidan dalam Melakukan Tugas sesuai dengan
kewenangannya.
 Bidan Taat Hukum serta bekerja sesuai dengan etika dan
kode etik kebidanan

Role Play

Sabtu pagi di Puskesmas X seorang Ibu (sebut saja Ibu


Mawar) sedang mengamati bayinya yang sedang tertidur. Bayi
tersebut ia beri nama Putra Pratama yang baru saja ia
lahirkan 14 jam yang lalu.
Tiba-tiba masuk seorang bidan dan meminta ijin kepada Ibu
Mawar untuk melakukan imunisasi kepada bayinya. Tanpa
merasa curiga Ibu Mawar pun mengijinkan bidan tersebut
membawa bayinya untuk diimunisasi, dan sejak saat itu pula
bayi Putra Pratama tidak kembali.
Setelah menyadari bahwa bayinya telah diculik Ibu Mawar
pun melaporkan kejadian tersebut kepada petugas yang ada
di Puskesmas dan memberitahukan hal tersebut kepada
suaminya.
Petugas Puskesmas pun segera melaporkan kejadian tersebut
kepada Polisi, dan tidak lama kemudian polisi pun dating ke
tempat kejadian untuk melakukan identifikasi.
Seminggu setelah kejadian tersebut pelaku penculikan yakni
Bidan X tertangkap. Dari hasil penyelidikan polisi diketahui
bahwa motif Bidan X melakukan penculikan adalah karena
dia sangat menginginkan seorang anak tapi setiap kali ia
hamil, ia selalu mengalami abortus (keguguran) dan upayanya
untuk mengadopsi anak pun selalu gagal.

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Masalah Adopsi anak sudah diatur dengan jelas dalam


undang-undang.
2. Terdapat perbedaan antara Peraturan Perundang –
undangan, Hukum Islam dan hukum Adat yang ada di
Masyarakat.
3. Kejadian yang ada dimasyarakat berhubungan dengan
adopsi anak masih banyak terjadi penyimpangan dari
Hukum yang berlaku.
4. Peran Bidan dan segenap Anggota masyarakat yang
berpartisipasi aktif sangat diperlukan dalam menangani
masalah Adopsi Ilegal dan pemalsuan identitas anak.
3.2 Saran
1. Menumbuhkan tekad dan Konsisten yang kuat dalam diri
setiap tenaga kesehatan dan Masyarakat untuk mematuhi
setiap peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
terutama dalam kasus Adopsi Anak
2. Bidan dalam setiap melakukan penyuluhan atau KIE tidak
hanya menyinggung masalah KB dan Kespro tetapi juga
masalah yang berkaitan tentang adopsi illegal atau kasus
penjualan anak agar masyarakat memiliki tanggung jawab
bersama untuk melindungi warganya.
3. Lebih berupaya maksimal dalam meningkatkan
kesejahteraan Ibu dan Anak dengan pelayanan yang Prima.

DAFTAR PUSTAKA

Guwandi, S.H. 2002. Hospital Law. FKUI : Jakarta


Lavendina.2011.http://lavendina.wordpress.com/2010/09/2
6/aspek-hukum-aborsi-bayi-tabung-dan-adopsi/. Diakses
tanggal 13-06-2011, jam 09.00 WIB
Anonymous.20011.http://artikelterbaru.com/kesehatan/kebi
danan/konsep-dokumentasi-kebidanan-2011134.html. Di
akses tanggal 13-06-2011, jam 10.00 WIB.

REPORT THIS AD

REPORT THIS AD

Memuat...

 Dengan kaitkata
 Adopsi
 Etika
 Etika Profesi Kebidanan
 Kebidanan

Navigasi pos
Makalah Psikologi Remaja
Makalah Obstetri ” Kehamilan Postterm “
Tinggalkan Balasan

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com. Tema:


Independent Publisher oleh Raam Dev.
Menu
 Kebidanan
Tutup dan terima
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan
situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka.
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie

Anda mungkin juga menyukai