Anda di halaman 1dari 12

KOPERASI DAN UMKM (EKU 203/D4)

RMK SAP 2
( PEMBENTUKAN KOPERASI)

Oleh :
Ni Made Ayu Nirmalasari Putri Erawan
1415351193 / 15

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN AJARAN 2016/2017
SAP 2
(Pembentukan Koperasi)

1. Timbulnya Cita-Cita Kearah Pembentukan Koperasi


Sistem perekonomian liberal di Indonesia mulai dilaksanakan setelah pemerintah
Kolonial Belanda menghentikan pelaksanaan sistem tanam paksa. Pada saat zaman Belanda,
Kolonial melakukan praktik penindasan, pemerasan, pemerkosaan hak tanpa prikemanusiaan
makin berlangsung ganas. Sehingga kemudian sebagian besar rakyat di bawah batas kelayakan
hidup.
Penindasan yang terus-menerus terhadap rakyat Indonesia yang cukup lama menjadikan
kondisi rakyat umumnya parah. Namun demikian beruntung karena semangat bergotong-royong
masih tetap tumbuh dan bahkan berkembang makin pesat. Selain itu juga kesadaran beragam
juga semakin tinggi. Kemudian timbul keinginan untuk membebaskan kesengsaraan rakyat
dengan membentuk “koperasi”.
Selain itu, adanya politik Etis Belanda membuktikan adanya beberapa orang Belanda
yang turut memikirkan nasib penderitaan rakyat indonesia, seperti halnya koperasi di Indonesia
yaitu E. Sieburgh (kepala daerah Purwokerto) dan De Wolf van Westerrede (pengganti Sieburgh)
keduanya banyak kaitannya dengan perintisan koperasi yang perama di Tanah air Indonesia,
yaitu di Purwokerto.
Awalnya didahului oleh Raden Aria Wirjaatmadja yang sanagat tertarik untuk
memperbaiki nasib para pegawai negeri di daerahnya yang hidup dalam keadaan tertekan oleh
utang. Dengan mendapat bantuan moril atau dorongan dari E. Sieburgh pada tahun 1891
didirikan Bank Penolong dan Penyimpanan di Purwokerto, yang maksud utamanya
membebaskan para pegawai dari segala tekanan utang. Pada tahun 1898. Sieburgh diganti oleh
De Wolf van Westerrede, seorang pejabat tinggi Belanda yang mengharapkan terbentuknya
koperasi simpan pinjam untuk para petani.
Langkah pertamanya yaitu memperluas bidang kerja Bank penolong dan penyimpanan
sehingga meliputi pula pertolongan bagi para petani didaerahnya. Untuk menyerasikan nama dan
tugasnya, Bank tersebut mendapat perubahan nama menjadi: PURWOKERTO HULP, SPAAR
EN LANDBOUWCREDIET atau Bank Penolong, Penyimpanan dan Kredit Pertanian, yang
dapat dikatakan sebagai pelopor berdirinya Bank Rakyat.
Sebagai seorang yang mendambakan koperasi kredit, berdirinya bank tersebut belum
memuaskan cita-citanya, maka De Wolf mendalami lebih lanjut tentang koperasii kredit bentuk
Raiffeisen. Pada tahun 1900, De Wolf van Westerrede dibebaskan dari tugas
kepamongprajaannya dan selanjutnya dibebani tugas khusus membentuk model Koperasi Kredit
Desa seperti yang diinginkannya. Namun, belum terbentuk koperasi pada waktu itu sebab yang
utama karena pemerintah kolonial Belanda tidak sungguh-sungguh memperhatikannya, politik
pemerintah kolonial masih memikirkan akibat persatuan rakyat indonesia yang terbentuk melalui
koperasi.

2. Perjuangan Pembentukan Koperasi pada Zaman Penjajahan


Penindasan yang terus-menerus terhadap rakyat Indonesia dan berlangsung cukup lama
menjadikan kondisi umum rakyat amat parah. Namun demikian masih beruntung semangat
bergotong royong masih tetap tumbuh dan bahkan berkembang makin kuat. Di samping itu
kesadaran beragama juga makin tinggi, sehingga perlahan tapi pasti mulai tumbuh keinginan
untuk melepaskan diri dari keadaan yang selama ini mengungkung mereka.
Pergerakan nasional untuk mengusir penjajah tumbuh dimana-mana. Kaum pergerakan
pun dalam memperjuangkan, mereka memanfaatkan sektor perkoperasian ini. Realisasi
pembentukan koperasi di tanah air kita dipelopori oleh Budi Utomo (sebuah pergerakan
kebangsaan yang lahir tahun 1908 di bawah pimpinan Sutomo dan Gunawan Mangunkusumo),
inilah yang menjadi pelopor dalam pembentukan koperasi industri kecil dan kerajinan. Dalam
kongres Budi Utomo di Yogyakarta telah diputuskan, bahwa Budi Utomo akan berdaya upaya
untuk:
1. Memperbaiki dan meningkatkan kecerdasan rakyat melalui bidang pendidikan,
2. Memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui koperasi-koperasi
yang dibentuk.
Sebagai wujud pelaksanaan keputusan kongres tersebut, maka koperasi yang dibentuk
adalah Koperasi Konsumsi dengan nama ”Toko Adil”. Sejak saat inilah arus gerakan koperasi
internasional mulai masuk mempengaruhi gerakan koperasi Indonesia, yaitu terutama melalui
penggunaan sendi-sendi dasar dan prinsip-prinsip Rochdale itu. Sendi-sendi dasar demokrasi
serta dimensi kesamaan hak mulai dikenal dan diterapkan.
Pada tahun 1915 lahirlah undang-undang koperasi yang pertama yang disebut
“Verordening op de Cooperative Vereenigingen” (Konimklijk Besluit 7 April 1912 stbl.431),
yakni undang-undang tentang perkumpulan koperasi yang berlaku untuk segala bangsa. Jadi
bukan khusus dan semata-mata untuk Bumi Putera saja.
Undang-undang Koperasi di atas sama dengan undang-undang koperasi di Nederland pada
tahun 1876 (kemudian diubah dalam tahun 1925). Dengan perubahan tahun 1925 ini, peraturan
koperasi di Indonesia juga diubah (Peraturan Koperasi tahun 1933 LN No.108).
Adanya peraturan yang baru ini membuat pergerakan perkoperasian nasional mengalami
kesulitan untuk berkembang. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Anggaran dasar koperasi harus ditulis dalam bahasa Belanda.
2. Pengesahan harus dilakukan oleh notaris.
3. Harus diumumkan melalui Berita Negara yang berbahasa Belanda.
Namun kenyataannya peraturan perundang-undangan tersebut tidak banyak menolong,
gerakan koperasi tetap kurang baik perkembangannya. Hal in disebabkan antara lain oleh:
1. Peran Bank Rakyat yang khusus dibentuk, secara koperatif masih merupakan tugas
sampingan.
2. Adanya pemahaman baru yang muncul dari kaum pergerakan yang justru
menentang untuk berkoperasi (non-cooperation). Ini disebabkan adanya peraturan
baru yang menempatkan pemerintah kolonial sebagai pengawas.
Selain itu sangat disayangkan karena pembentukan koperasi kurang ditunjang dengan
persiapan-persiapan yang matang antara lain:
1. Penelitian tentang bentuk koperasi yang paling cocok pada waktu itu yang dapat
diterapkan di Indonesia.
2. Persiapan mental dan pengetahuan tentang pengelolaan koperasi, sehingga
loyalitas para anggota terasa kurang.
3. Pengalaman berusaha sehingga menimbulkan kecurangan-kecurangan.
Sehingga pada akhirnya koperasi konsmsi yang menyandang sebutan “Toko Adil”
mengalami kegagalan. Kegagalan dalam pembentukan koperasi seperti yang dialami oleh Budi
Utomo ternyata diderita pula oleh Sarikat Dagang Islam (SDI).
SDI dilahirakn pada tahun 1911 dan pada tahun 1912 dengan kepemimpinan H.
Samanhudi dan H.O.S Tjokroaminoto telah berubah namanya menjadi Serikat Islam (SI)
bertujuan untuk mengimbangi atau menentang politik pemerintah kolonial yang telah memberi
fasilitas-fasilitas yang longgar dan menguntungkan para pedagang asing, sedang para pedagang
pribumi mendapat tekanan sehingga sangat sulit untuk berkembang.
Partai Nasional Indonesia (PNI) dibawah pimpinan Ir. Soekarno ternyata lebih berhasil
dalam pembentukan dan pengembangan perkoperasian di Indonesia. Pada tahun 1932, Persatuan
Bangsa Indonesia (PBI) di Jawa Timur telah berusaha untuk mngembangkan koperasi Pertanian
(Rukun Tani). Dengan dibentuknya Kopersai ini, para petani diharapkan dapat meningkatkan
produksi dan pendapatannya, terhindar dari sistem ijon dan para rentenir.
Untuk memperkuat kedudukan dan usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan
penduduk, koperasi yang telah ada mulai memikirkan perlu adanya suatu gabungan
perkoperasian. Pada tahun 1936bgabungan tersebut dapat dibentuk dengan nama “Moeder
Central”, yang kemudian diubah namanya menjadi Gabungan Pusat Koperasi Indonesia GAPKI.
Dari dana sebesar f. 120.000,- yang disediakan pemerintah bagi koperasi-koperasi yang
membutuhkan pinjaman, f.40.000,-dikhususkan untuk melayani GAPKI.
Sedangkan, Pada tahun 1942, Jepang menduduki Indonesia. Pada masa Jepang menguasai
Indonesia, koperasi tidak mengalami perkembangan justru mengalami kehancuran. Kemudian
Jepang mendirikan “kumiai”, yaitu kopersi model Jepang. Tugasnya kumiai mulanya
menyalurkan barang-barang yang di butuhkan rakyat pada waktu itu. Ide tersebut sangat menarik
perhatian rakyat sehingga di Indonesia didirikan kumiai sampai ke desa-desa.
Awalnya kumiai berjalan mulus, namun fungsi berubah drastis dan menjadi alat Jepang
untuk mengeruk keuntungan dan menyengsarakan rakyat. Jelaslah bahwa kumiai sangat
merugikan perekonomian rakyat, sehingga kepercayaan rakyat kepada koperasi hilang. Hal ini
merupakan kerugian moral untuk pertumbuhan kopersi selanjutnya.

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Koperasi Pada Kurun Waktu Mempertahankan


Kemerdekaan (1945-1949)
Dalam suasana perang mempertahankan kemerdekaan, Pemerintah Republik
Indonesia dapat membenahi diri sehingga seluruh tugas-tugas pemerintahan dapat berjalan
sebagaimana mestinya, termasuk juga tugas-tugas yang diemban Jawatan Koperasi. Tentang
perkoperasian ini telah jelas dicantumkan pada pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 yang mulai
resmi berlaku sejak tanggal 18 Agustus 1945. Pasal tersebut terutama ayat (1) menjamin
berlangsungnya perkoperasian di negara kita dengan memainkan peranan yang penting dalam
mengembangkan perekonomian rakyat Indonesia. (Kartasapoetra, 1987: 85).
Agar supaya pengembangan koperasi dapat berjalan dengan lancer dan memenuhi
jiwa pasal 33 UUD 1945, pada bulan Desember 1946 oleh Pemerintah RI telah diadakan
reorganisasi Jawatan Koperasi dan Perdagangan Dalam Negeri, yang sejak saat itu instansi
Koperasi dan Perdagangan dipisah menjadi instansi yang berdiri sendiri-sendiri, yaitu Jawatan
Koperasi dengan tugas-tugas mengurus dan menangani pembinaan koperasi dan Jawatan
Perdagangan dengan tugas mengurus dan menangani bimbingan perdagangan.
Semangat kekeluargaan, kegotongroyongan untuk mencapai masyarakat yang dapa
meningkatkan taraf hidupnya telah mendorong lahirnya berbagai jenis koperasi dengan pesat,
koperasi pada waktu itu merupakan alat perjuangan di bidang ekonomi dan alat untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada awal tahun 1947 di Jawa yang merupakan daerah
perjuangan utama, telah tercatat ± 2500 koperasi yang diawasi oleh Pemerintah RI, namun
pengawasan tersebut dapat dikatakan kurang seksama karena situasi dan kondisi daerah-daerah
tidak memungkinkan. Walaupun situasi dan kondisi dalam serba darurat akibat kelicikan
Belanda baik di medan pertempuran maupun di medan diplomasi, sehinggag tidak jarang suatu
daerah yang keadaannya tenang, roda pemerintahan dan roda kehidupan masyarakat berlangsung
dengan lancar, secara mendadak menjadi medan pertempuran yang dahsyat. Pergerakan koperasi
di daerah Republik Indonesia telah berhasil mewujudkan 3 (tiga) kegiatannya yang penting yang
selalu akan tercatat dalam sejarah pergerakan koperasi di Indonesia, yaitu:
a. Koperasi desa
Di dalam koperasi ini para petani hendaknya bergabung agar tercapai peningkatan
pendapatan, dengan ini maka petani dapat memenuhi kebutuhannya, baik itu untuk
memproduksi maupun keperluan hidup sehingga tercapailah peningkatan
kesejahteraan hidupnya. Tugas koperasi desa tidak hanya pada satu bidang tetapi juga
meliputi meningkatkan produksi, membimbing pengelolaan hasil produksi,
pemasaran hasil produksi secara terpadu, mengusahakan kredit untuk memperlancar
usaha tani dan lain sebagainya. Pemula gagasan ini adalah Sir Horace Plunkett
(Inggris) yang berhasil dikembangkan di India. Beliau berpendapat “Dengan koperasi
desa akan tercapai pertanian yang lebih baik, usaha perdagangan yang lebih baik dan
kehidupan yang lebih baik” (better farming, better business and better living).
b. Koperasi adalah Alat Pembangunan Ekonomi
Pada tanggal 11 Juli sampai dengan 14 Juli 1947, gerakan Koperasi Indonesia
dalam alam kemerdekaan telah menyelenggarakan kongresnya yang pertama dengan
bertempat di Tasikmalaya. Pelaksanaan kongres ini dan keputusan-keputusan yang
dihasilakan telah memberi warna, bahwa gerakan Koperasi Indonesia merupakan alat
perjuangan di bidang ekonomi dan pembangunan untuk mencapai cita-cita
kemerdekaan yaitu, terbangunnya Masyarakat Adil dan Makmur yang menyeluruh.
Keputusan-keputusan lainnya ialah:
 Terwujudnya kesepakatan untuk mendirikan SOKRI (Sentral Organisasi
Koperasi Rakyat Indonesia);
 Ditetapkannya azas Koperasi Indonesia “berdasar atas kekeluargaan dan
gotongroyong;
 Ditetapkannya tanggal 12 Juli sebagai “Hari Koperasi Indonesia”;
 Diperluasnya pengertian dan pendidikan tentang perkoperasian, agar para
anggotanya dapat lebih royal terhadap koperasinya.
c. Peraturan Koperasi Tahun 1949 Nomor 179
Pemerintah Republik Indonesia meninjau kembali peraturan perkoperasian
peninggalan kaum colonial yang tidak cocok lagi dengan bangsa Indonesia. Termasuk
diantaranya Undang-Undang/Peraturan Koperasi tahun 1927 No.91 dan
menggantinya dengan Peraturan Koperasi tahun 1949 No.179. Dalam peraturan
koperasi ini jelas dinyatakan bahwa “ koperasi merupakan perkumpulan orang-orang
atau badan-badan hukum Indonesia yang memberi kebebasan kepada setiap orang
atas dasar persamaan untuk menjadi anggota dan atau menyatakan berhenti, maksud
utama mereka dalam wadah koperasi ini yaitu memajukan tingkat kesejahteraan
lahiriah para anggotanya dengan melakukan usaha-usaha bersama di bidang
perdagangan, usaha kerajinan, pembelian/pengadaan barang-barang keperluaan
anggota, tanggung menanggung kerugian yang dideritanya, pemberian pinjaman,
pembenukan koperasi harus diperkuat dengan akta dan harus didaftarkan serta
diumumkan menurut cara-cara yang telah ditentukan pemerintah.
4. Pertumbuhan dan Perkembangan Koperasi pada Kurun Waktu ( 1950 - 1965)
Pada tanggal 17 Agustus 1950 Negara Republik Indonesia Serikat resmi dibubarkan
dan diganti dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seiring dengan disatukannya kembali
Negara-negara bagian ke dalam wadah kesatuan RI, jawatan-jawatan koperasi di Negara-negara
bagian tersebut dibubarkan pula dan selanjutnya digabungkan dalam satu bentuk organisasi
jawatan koperasi yang bernaung dalam Negara RI.
Pada kurun waktu tesebut, sementara koperasi tengah mengadakan penyempurnaan di
dalam, situasi dalam negeri berubah di mana persatuan dan kekeluargaan antara sesama rakyat
Indonesia secara lambat tengah dibawa kearah keretakan yang dikarenakan sistem liberalisme.
Sistem ini sangat mengabaikan cara-cara musyawarah dan mufakat, merusak terjalinnya
persatuan antara sesama warga Negara, liberalisme menimbulkan pengkotak-kotakan dalam
masyarakat yang masing-masing menggunakan cara mutlak-mutlakan dalam mewujudkan segala
sesuatu yang menjadi cita-citanya. Jadi liberalisme sangat bertentangan dengan gotong royong
dan kekeluargaan yang menjadi kepribadian bangsa kita.
Akibat liberalisme yang akarnya makin hari makin kuat, sehingga Presiden Soekarno
mengeluarkan dekrit (5 Juli 1959) untuk kembali ke Undang-Undang Dasar 1945. Ini
mendapatkan sambutan yang hangat dari rakyat Indonesia karena sejalan dengan kepribadian
bangsa, yang mana Pancasila merupakan dasar dari segala ketentuan yang terdapat dalam UUD
1945. Musyawarah dan mufakat akan diutamakan kembali sehingga persatuan dan kesatuan
bangsa terjamin degan baik. Tetapi sangat disayangkan demokrasi terpimpin dan ekonomi
terpimpin yang seharusnya terpimpin oleh Pancasila, pengertiannya berubah menjadi terpimpin
oleh garis-garis pemikiran pribadi Bung Karno, yang mengakibatkan diktatorisme ataupun
otokrasi. Khusus bagi gerakan koperasi hal ini berarti penyelewengan yang jauh dari jiwa
koperasi, urusan intern perkumpulan koperasi semakin banyak dicampuri pemerintah, kebebasan
koperasi untuk mengambil keputusan menjadi sangat terbatas.
Kongres Koperasi II
Terdapat beberapa sebab yang mendorong diadakannya Kongres Koperasi II, antara lain:
 SOKRI yang merupakan hasil Kongres Koperasi I tidak mampu melaksanakan
fungsinya dengan baik. Sehingga tidak terwujud kesatuan pandangan tentang
bentuk organisasi, dasar atau tujuan koperasi.
 Adanya anggapan oleh sementara kalangan gerakan koperasi bahwa peraturan
perkoperasian yang ada sudah tidak relevan lagi. Peraturan perkoperasian
dimaksud adalah Undang-undang No. 179/1949 yang dianggap tidak sesuai lagi
dengan alam kemerdekaan.
Oleh karena itu gerakan koperasi sepakat mengadakan Kongres Koperasi. Pada
tanggal 15-17 Juli 1953 terwujudlah pelaksanaan Kongres Besar Koperasi Seluruh Indonesia II
di Bandung. Kongres dihadiri sekitar 2000-an orang utusan yang datang mewakili 83 pusat-pusat
koperasi dari seluruh Indonesia. Akan tetapi di antara utusan-utusan itu ada pula yang hanya
mewakili organisasi koperasi yang masih berbentuk panitia.
a. Peraturan Pemerintah (PP) no. 60 tahun1959
Merupakan peraturan peralihan sebelum dicabutnya UU Koperasi tahun 1958 no 79
untuk merumuskan pola perkoperasian sehubungan dengan PP no. 60 tahun 1959, yang
menetapkan antara lain:
• Koperasi berfungsi sebagai alat untuk melaksanakan ekonomi terpimpin.
• Menjadikan Manipol sebagai landasan Idiil koperasi.
b. Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 1960
Sehubungan dengan instruksi Presiden ini, untuk mempercepat perkembangan koperasi,
telah dibentuk BAPENGKOP (Badan Penggerak Koperasi) beranggotakan petugas
pemerintahan. Pemerintah menjadikannnya sebagai penyalur bahan-bahan pokok dengan
harga yang jauh lebih rendah dari harga pasar, akan tetapi hal ini dapat mematikan
inisiatif koperasi, juga tidak membawa perbaikan terhadap mentalitas koperasi, dan dapat
menimbulkan penyelewengan penyelewengan dalam tubuh koperasi.
c. Instruksi presiden Nomor 3 tahun 1960
Satu-satunya yang benar-benarnya bermanfaat bagi perkembangan koperasi pada masa
itu ialah tentang peningkatan pendidikan koperasi. Kegiatan ini dapat menciptakan insan-
insan koperasi yang bermental tinggi, jujur, terampil, giat dan bergairah kerja untuk
meningkatkan usaha koperasi.
d. Musyawarah nasional koperasi ke-1 (MUNASKOP I)
Dilaksanakan di Surabaya pada tanggal 21 april 1961 dengan tujuan untuk lebih
menyempurnakan dan atau mensejalankan perkoperasian nasional dengan garis-garis
ekonomi terpimpinnya Bung Karno.
e. Musyawarah Nasional Koperasi ke-2 (MUNASKOP II)
Bertempat di Jakarta pada bulan Agustus 1965, ternyata MUNASKOP II lebih
menghancurkan ideologi koperasi Indonesia yang murni. Bung Karno juga mensahkan
UU koperasi nomor 14 tahun 1965 dengan pengertian koperasi “merupakan organisasi
ekonomi dan alat revolusi yang berfungsi sebagai tempat pesemaian insan masyarakat
serta wahana menuju sosialisasi Indonesia berdasarkan Pancasila”. Hal ini sangat
membatasi gerak serta pelaksanaan strategi dasar perekonomian. Munaskop II ini dalam
sidangnya mengesahkan sebuah keputusan yang cukup kontroversial, seperti adanya
sebuah pernyataan tentang Bung Karno yang ditetapkan sebagai Bapak Koperasi,
Pimpinan Tertinggi Gerakan Koperasi Indonesia, dan di samping itu beberapa keputusan
lainnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Haluan Gerakan Koperasi Indonesia
- Bidang produksi
- Bidang distribusi
- Organisasi, antara lain memuat: Penjenisan Koperasi Produksi, Koperasi Konsumsi
dan Koperasi Jasa.
- Rencana kerja 4 tahun: dalam rencana kerja 4 tahun ini mencakup realisasi Undang-
undang Nomor.14/1965, pasal 24 ayat 1 mengenai Gerakan Koperasi Indonesia dan
Pembubaran KOKSI.

5. Perkembangan Koperasi pada Masa Pemerintahan Orde Baru dan Reformasi


Runtuhnya pemerintahan rezim Soekarno berawal dari timbulnya pemberontakan yang
dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Pemberontakan yang kita kenal dengan sebutan
G 30 S/PKI merupakan pemicu atas runtuhnya rezim Orde Lama yang dipimpin oleh Ir.
Soekarno. Memang amatlah tragis sejarah hitam politik termasuk sejarah hitam kehidupan
perkoperasian nasional mencoreng muka kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar 1945 yang
telah diyakini kebenarannya.
Seiring dengan keruntuhan pemerintahan orde lama, maka terbentuklah pemerintahan
orde baru di bawah pimpinan Soeharto yang melakukan pembersihan-pembersihan di seluruh
tubuh pemerintahan dan badan-badan kemasyarakatan. Tampilnya Orde Baru dalam memimpin
negeri ini membuka peluang dan cakrawala baru bagi pertumbuhan dan perkembangan
kehidupan perkoperasian nasional.
Sejak saat Jenderal Soeharto efektif memegang kendali kekuasaan pemerintahan
sesuai dengan SUPERSEMAR (Surat Perintah 11 Maret 1966), perbaikan demi perbaikan mulai
dilakukan. Tanpa terkecuali bidang perkoperasian untuk dikembalikan sesuai denga fungsinya
yang sesungguhnya.
Pada tahun 1966 ini pula pemerintah telah mengatur bidang perkoperasian nasional,
dimana urusan pengembangan/pembinaan dialihkan kepada Kementerian Perdagangan melalui
Departemen Koperasi, yang langsung meluruskan kekeliruan yang terjadi di zaman Orde Lama,
yaitu meletakkan asas-asas Sendi Dasar Koperasi sesuai dengan keberadaannya. Oleh karena itu
dikeluarkan Surat Edaran No.1 dan No.2 tahun 1966 oleh Deputi Mentri Perdagangan yang
membawahi Departemen Koperasi di lingkungan Kementerian Perdagangan, yang mengatur
bahwa: koperasi harus bekerja berdasarkan asas dan sendi dasar yang sebenarnya, koperasi
sebagai alat demokrasi ekonomi harus menegakkan asas demokrasi dengan kekuasaan tertinggi
pada Rapat Anggota, dan seterusnya.
Landasan-landasan Koperasi, yaitu antara lain:
 Landasan Idiil Pancasila
 Landasan Struktural / Konstitusional
 Landasan Mental
 Landasan operasional
Fungsi koperasi, antara lain:
• Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat.
• Alat pendemokrasian nasional.
• Sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia.
• Alat pembinaan insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi
bangsa Indonesia serta bersatu dalam mengatur tatalaksana perekonomian rakyat.
Asas koperasi adalah kekeluargaan dan kegotongroyongan. Sendi-sendi Dasar
Koperasi, yaitu:
• Sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka untuk setiap warga negara Indonesia.
• Rapat anggota merupakan kekuasaan yang tertinggi sebagai pencerminan
demokrasi dalam koperasi.
• Pembagian sisa hasil usaha diatur menurut jasa masing-masing anggota.
• Adanya pembatasan bunga atas modal.
• Mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
• Usaha dan ketatalaksanaannya bersifat terbuka.
• Swadaya,swakerta, dan swasembada sebagai pencerminan dari prinsip dasar,
yaitu percaya pada diri sendiri.
Masalah-masalah yang dihadapi koperasi pada masa ini, antara lain:
• Masalah manajemen
• Masalah modal dan pemupukan modal
• Masalah pemasaran dan peningkatan produk
Pada jaman kemerdekaan sampai sekarang telah dikeluarkan UU koperasi, yaitu
sebagai berikut:
• Peraturan koperasi No.179 tahun 1949
• UU koperasi No.79 tahun 1958 tentang perkumpulan koperasi
• PP No.60 tahun 1959 tentang perkembangan gerakan koperasi
• UU koperasi No.14 tahun 1965
• UU koperasi No.12 tahun 1967 tentang pokok-pokok perkoperasian
• UU koperasi No.25 tahun 1992 tentang perkoperasian

Referensi :
1. Panji Anoraga, Ninik Widayanti, 1993, Dinamika Koperasi, Jakarta:PT. Rineka Cipta
2. http://riezkyhistory07.blogspot.co.id/2011/04/sejarah-pertumbuhan-dan-
perkembangan.html
3. http://zetzu.blogspot.co.id/2010/10/sejarah-pertumbuhan-perkembangan.html
4. http://ekonomisajalah.blogspot.co.id/2015/02/sejarah-pertumbuhan-dan-
perkembangan.html

Anda mungkin juga menyukai