Anda di halaman 1dari 27

CSR Indonesia www.csrindonesia.

com
Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010

Dari Redaksi
Gairah di sekitar istilah CSR memang tiada habisnya. Ada pihak-
pihak yang memperlakukannya seolah-olah sebuah konsep yang
suci, tak sedikit yang menungganginya untuk kepentingan mereka
masing-masing. Pada akarnya CSR ditujukan untuk pengelolaan
bisnis secara berkelanjutan dalam dinamika konstruktif dengan
para pemangku kepentingan. Namun campur tangan pemerintah
www. corruptioninkenya.wordpress.com Indonesia dalam mengatur (dana) CSR—dengaan kerentanan dalam
Tentang A+ CSR Indonesia transparensi dan akuntabilitasnya—menguatkan dugaan
A+ CSR Indonesia hadir sebagai social enterprise penyelewengan tujuan dasar CSR. Kegelisahan atas penyimpangan
yang menghimpun berbagai keahlian profesional berlebih dari konsep CSR itulah yang dituangkan oleh Jalal dalam
dalam isu-isu seputar CSR. Dengan keahlian itu, esainya pada kalawarta kali ini, Rebutan Dana CSR.
berbagai permasalahan yang ada dalam
pelaksanaan CSR dapat diidentifikasikan dengan Kegelisahan para pemikir CSR kian berlanjut, ketika seorang
tepat dan peluang bagaimana melakukan perbaikan profesor strategi bisnis beranggapaan bahwa CSR adalah konsep
atasnya dapat direkomendasikan. Di sisi lain A+ yang tidak relevan dan tidak efektif. Padahal, melalui CSR. kini para
juga menghimpun keahlian yang sama untuk pemikir ekonomi berkolaborasi dengan pemerhati sosial dan
memajukan konsep CSR yang substansial, agar lingkungan berupaya untuk meningkatkan dampak positif
khalayak dapat membedakannya dengan upaya perusahaan. Maka karuan saja pemikiran Aneel Karnani, The Case
menggunakan konsep tersebut untuk kepentingan Against Corporate Social Responsibility, menimbulkan banyak
di luar pembangunan berkelanjutan. A+ bertekad tantangan dari para pemerhati keberlanjutan perusahaan.
menjaga keseimbangan antara kritisisme terhadap Tantangan dengan mengurai satu per satu argumentasi Karnani
kinerja sosial dan lingkungan perusahaan dengan tersebut juga dilakukan oleh Jalal dalam esai panjangnya, Aneel
optimisme rasional untuk perbaikannya. Karnani dan Ketidaktahuannya Soal CSR.

Konsep tanggung jawab dalam pandangan arus utama atas kinerja


CSR Indonesia Newsletter
Redaksi perusahaan maupun pemerintah juga menjadi sorotan editorial
Jalal (jalal.csri@yahoo.com) kalawarta kali ini. Ketika tuntutan tanggung jawab sosial juga
Taufik Rahman (rahman.taufik@gmail.com) melingkupi pengaruh positif pihak perusahaan dalam perumusan
Irpan Kadir (irpan.kadir@gmail.com) kebijakan publik, maka isu penghilangan ayat tentang pembatasan
Reza Ramayana (reza.ramayana@gmail.com) tembakau di UU Kesehatan kembali menurunkan kepercayaan para
Endro S. (muhammad.endro.sampurna@gmail.com) pemangku kepentingan atas kesungguhan perusahaan dalam
Fajar Kurniawan (fajar_k2001@yahoo.com) menegakkan prinsip tata kelola yang bersih.
Anita Setyorini (anita_setyorini@yahoo.com)
Adhisatia (adhisatia@gmail.com)
Selain berita-berita CSR pilihan yang kami tampilkan, kalawarta kali
Website & Publikasi (media@csrindonesia.com) ini juga menampilkan tulisan terpilih yang disajikan oleh Thomas P.
Alamat Jl. Danau Sentani No. 9 Duta Pakuan, Bogor Lyon, Why CSR is Essential in the Real Worlds of Business, di mana ia
Jawa Barat 16114; Telpon: +62 251 8336349 juga menyikapi esai koleganya, Aneel Karnani, yang telah
menghadirkan argumentasi terkini tentang CSR namun penuh
Daftar Isi dengan kontroversi. Esai kontroversial Karnani—walaupun terbit
2 Editorial akhir Agustus—kami tampilkan di sini agar sidang pembaca bisa
Merindukan Jeffrey Wigand Indonesia mempelajarinya sebagai teks yang lengkap.
Mudik: Potret Kegagalan Transportasi Publik
5 Berita CSR Salam lestari dan selamat membaca!
14 Publikasi A+
Rebutan Dana CSR
Aneel Karnani dan Ketidaktahuannya Soal CSR
24 Artikel Pilihan Green Ads Space
Why CSR is Essential in Real World of Business
The Case Against Corporate Social Responsibility Untuk mengiklankan produk yang ramah sosial dan
lingkungan, sponsorship, link ke laporan CSR perusahaan,
agenda kegiatan CSR (pelatihan, seminar, lokakarya, ekspo)
atau lainnya yang relevan silakan kontak ke
media@csrindonesia.com.
Editorial

Merindukan Jeffrey Wigand Indonesia


27 September 2010

Sepanjang minggu lalu ada berita-berita yang menarik Bahkan, Fraksi PDIP yang mengambil jalan berpikir
dan membuat kita kembali mengingat apa yang sebagai “partai wong cilik” harus membela
seharusnya memang tak boleh kita lupakan. Beberapa kepentingan para petani tembakau telah berada di sisi
surat kabar kembali mencoba “melawan lupa”— mereka. Namun realitas politik menunjukkan bahwa
meminjam istilah Milan Kundera—dengan dalam kali ini akal sehat lebih unggul. Dampak negatif
menurunkan kabar terbaru soal upaya penghilangan rokok atas kesehatan dan ekonomi dipandang jauh
ayat soal pembatasan tembakau dari UU Kesehatan. lebih besar daripada keuntungan cukai dan dampak
Ya, hal itu memang pernah terjadi, dan positif ekonomi lainnya semisal lapangan kerja.
penyelesaiannya tidak puguh hingga sekarang. Sudah Dengan mengandaikan proses tersebut adalah proses
jelas bahwa ayat tersebut telah disepakati di dalam yang terbuka dan adil, maka kesepakatan adanya
pembahasan, namun “entah bagaimana” kemudian pembatasan tembakau adalah suatu hasil yang harus
menghilang begitu saja di antara Senayan dan gedung dihormati seluruh pihak.
Sekretariat Negara, tempat UU dicatatkan.
Karenanya, upaya penelikungan itu mencederai
Bagaimana mungkin sebuah kesepakatan yang telah seluruh logika proses keterlibatan perusahaan dalam
diambil para wakil rakyat kemudian dicederai oleh pembentukan kebijakan publik. Masyarakat luas—
upaya penghapusan macam ini? Siapa yang telah yang selama ini kepercayaan relatif rendah kepada
berani menelikung secara administratif ketika proses perusahaan—bisa semakin skeptis. Bukan saja kepada
legislasi telah selesai dengan keputusan yang perusahaan rokok, namun kepada seluruh perusahaan
gamblang? Ada berapa gelintir tangan kotor yang yang mencoba memberikan masukan bagi kebijakan.
mencoba untuk melawan keputusan yang telah Urgensi pengungkapan kasus ini, terutama patgulipat
diambil oleh sekian banyak wakil rakyat dan yang terjadi di dalamnya, sangatlah tinggi. Ini agar
kepentingan sehat yang mendukungnya? Semua itu masyarakat tahu bahwa hanya perusahaan tertentu
belum terjawab, dan harus segera terjawab, karena saja yang memang segila itu permainannya, dan
misteri seperti ini bukan tidak mungkin terulang untuk perusahaan itu wajib menerima hukuman yang
proses legislasi yang lain. Kalau kebenaran tidak setimpal, sehingga yang lain tidak akan mencoba-coba
diungkap dengan jelas, maka boleh jadi akan ada melakukannya.
pihak-pihak yang mencoba lagi, menjadikan
penghilangan ayat dari UU secara diam-diam sebagai Diam-diam, kita semua merindukan dan
modus operandi baru seandainya gagal membendung membutuhkan sosok Jeffrey Wigand. Dia adalah sosok
proses legislasi secara terbuka. Jelas, satu atau lebih yang menjadi peniup peluit dari kalangan industri
perusahaan rokok terlibat dalam upaya penghilangan rokok, yang kisah hidupnya difilmkan oleh Michael
itu. Upaya tersebut mustahil gratisan. Nalar yang Mann dalam The Insider. Ketika perusahaan-
sehat pasti bisa menyimpulkan bahwa biaya untuk perusahaan rokok raksasa berani bersumpah bahwa
operasi klendestin itu pasti sangat mahal. Biaya itu nikotin bukanlah racun dan tidak membuat
pasti masuk ke berbagai pihak yang terkait dengan kecanduan, pakar kimia yang bekerja di industri ini
segala proses administratif yang harus dilalui, dan itu muak, lalu bersaksi melawan industri yang telah
melibatkan banyak orang, dan setiap orang pasti tak membuatnya hidup dengan nyaman itu. Ia tak ragu
mau dibayar murah untuk mengambil risiko apabila meninggalkan gemerlap korporasi—kemudian
ketahuan. Kasus ini mungkin setara dengan menjadi salah satu guru SMA paling berprestasi di
ditebarnya cek pelawat untuk pemilihan Deputi AS—demi mengungkapkan apa yang sebenarnya. Ia
Gubernur BI! juga tak gentar menghadapi ancaman pembunuhan
ketika ia bertekad tampil di acara 60 Minutes—
Perusahaan yang membiayai operasi hantu semacam diproduksi oleh Lowell Bergman, murid sang pemuka
ini pastilah bukan perusahaan yang bisa dianggap Mazhab Frankfurt, Herbert Marcuse—yang terkenal
bertanggung jawab sosial. Keterlibatan perusahaan karena keberhasilan menyingkap banyak hal yang
dalam politik—dalam hal ini berarti perumusan disembunyikan dari mata masyarakat luas. Andai saja
kebijakan publik—bukanlah haram. Sebagai salah satu ada sosok dari industri rokok di Indonesia yang sadar
pemangku kepentingan, perusahaan memiliki hak akan kelicikan itu, dan berani mengungkap apa yang
untuk didengarkan sudut pandangnya atas suatu sebetulnya terjadi dalam penghilangan ayat
masalah yang mengenai dirinya. Perusahaan rokok pembatasan tembakau, maka kita semua akan
dan rantai pasokannya telah mendapatkan ruang mendapatkan manfaat yang sungguh besar. Andai saja
untuk mengungkapkan pandangannya atas ide ada Jeffrey Wigand Indonesia.
pembatasan tembakau dalam pembahasan RUU.

CSR Indonesia Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010 2


Editorial

Mudik: Potret Kegagalan Transportasi Publik


20 September 2010

Setiap Lebaran tiba, mudik massal adalah kejadian seperti lebaran yang besaran jumlah penumpang yang
yang terus berulang. Terus berulang pula pemerintah harus dilayani jauh meningkat, di kondisi normal saja
dan sektor bisnis transportasi umum gagal melayani manajemen transportasi publik di negeri masihlah
para pemudik. Tidak hanya itu, sarana umum, banyak menyimpan persoalan substansial. Mulai dari
khususnya kualitas jalan raya juga masih jadi masalah soal penyediaan dan perbaikan infrastruktur jalan,
klasik dan terus berulang setiap saat. Pun dengan soal ketersediaan transportasi publik yang bisa diandalkan
lonjakan arus balik. Tidak hanya di sektor transportasi dari segi daya tampung dan ketepatan waktu, hingga
darat. Transportasi laut dan udara pun demikian. Soal soal keamanan kendaraan dan perjalanan. Negara
jadual yang tak bisa diandalkan, kapasitas yang selalu dipastikan kewalahan dalam mencoba menangani soal
gagal menampung jumlah penumpang, dan juga seperti ini.
masalah lonjakan harga tiket selalu dan selalu
terdengar dalam ritual mudik tahunan ini. Dalam kasus angkutan kereta misalnya, ada sebuah
kebijakan yang membingungkan: fasilitas kereta
Secara politik, harunya momentum ini menjadi salah dinyatakan sebagai fasilitas angkutan yang setengah
satu kesempatan strategis untuk menunjukkan sosial dan setengah bisnis. Namun demikian, sisi bisnis
bagaimana komitmen negara mengurus rakyatnya. selalu menonjol ketika membicarakan kondisi
Kalau sepanjang tahun ada banyak urusan rakyat yang pengelola yang “terus merugi”. Tidakkah seharusnya
telantar, mungkin negara akan dimaafkan sebagian sebagai salah satu essential services transportasi
kesalahannya kalau bisa membuat masyarakat dapat massal memang tidak berorientasi bisnis? Pun dengan
mudik dengan tenteram. Namun ternyata, dari tahun soal pembangunan jalan tol. Dari segi pembebasan
ke tahun masalahnya sama saja! lahan rata-rata terjadi praktik menggunakan harga
patokan yang murah atas nama “kepentingan
Berbagai inisiatif yang dilakukan oleh kalangan masyarakat luas”, sementara dari segi tarif
pengusaha, mulai dari program mudik gratis hingga penggunaan jalan tol terus menanjak dengan
layanan medis dan hiburan di berbagai tempat argumentasi laba-rugi secara bisnis. Sebuah praktik
peristirahatan, masih tidak banyak membantu, karena yang amat sangat tidak seimbang.
secara keseluruhan layanan itu hanya bisa diakses oleh
sebagian sangat kecil pemudik. Sebagian besar Isu lain yang tak kalah menariknya adalah soal
pemudik masih berkutat di masalah yang sama. sponsorship industri otomotif. Kebanyakan industri ini
Jangankan untuk beristirahat atau mendapatkan lebih banyak membelanjakan dananya untuk sponsor
pelayanan kesehatan, para pemudik dengan kereta liputan arus mudik dan arus balik di berbagai media
misalnya, di antaranya bahkan harus rela berdiri massa, seakan-akan laporan itu bisa membuat banyak
sepanjang perjalanan ratusan kilometer tanpa perbedaan dalam mengatasi berbagai masalah mudik
mendapatkan kesempatan buang air sekalipun! itu. Masih belum ada inisiasi untuk mencoba
menghitung lonjakan karbon yang keluar, dan
Lebih ngeri lagi jika menengok panjangnya kemacetan bagaimana industri dan pengemudi bisa berbagi
di berbagai lini dan angka kecelakaan lalu lintas. tanggung jawab dalam soal ini. Demikian pula dengan
Masalahnya menjadi sedemikian kompleks. Sektor upaya mengiklankan berbagai tips mengenai
transportasi publik yang seharusnya menerapkan keamanan dan kenyamanan berkendara masih
tanggung jawab jaminan keamanan dan kenyamanan, terlampau sedikit dibandingkan liputan kemacetan.
pastilah sudah angkat tangan setiap ritual mudik ini
terjadi. Mengapa, misalnya, perbaikan jalan selalu Tampaknya setiap tahun kita akan berhadapan dengan
menunggu saat-saat terakhir menjelang Lebaran? persoalan seperti ini. Terus… terus… dan terus-
Mengapa jalan yang telah diperbaiki di tahun lalu menerus. Kecuali, kalau kita menyadari sepenuhnya
kemudian harus diperbaiki lagi di tahun sekarang? bahwa transportasi itu ibarat jalan darah dalam tubuh
Tidak adakah keinginan untuk membuat perbaikan manusia. Apabila transportasi tak diurai masalahnya
jalan yang permanen? Kalau banyak kemacetan terjadi hingga menjadi lancar, maka yang akan terjadi adalah
karena penyempitan jalan dan pasar tumpah, tidakkah stroke terhadap perekonomian, lingkungan dan
ada penyelesaian yang lebih cerdas dan permanen atas kehidupan sosial masyarakat. Sudah wajar kalau
masalah ini? Apakah angkat tangan bisa dibenarkan? pemerintah digedor dengan keras, diminta
Catatan mengenai soal ini memang akan lebih besar pertangggungjawabannya sebagai penyedia essential
kepada soal pelaksanaan tanggung jawab sosial services yang teramat penting ini.
penyelenggara negara. Jangankan di momentum

CSR Indonesia Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010 3


Berita CSR

Climate Change Crisis 'Can be Solved by Oil Companies'


27 September 2010
Sumber: http://www.independent.co.uk/environment/climate-change/climate-change-crisis-can-be-solved-by-oil-

Climate change can be solved in a organic food and farming air into a sponge and trying to slow
snap by making oil, gas and coal campaigner Lord Melchett, the it down by blocking up the holes."
companies take responsibility for green economy strategist Andrew
burying all the carbon dioxide Simms and Britain's first Green MP His proposal is based on the idea of
emitted by the fossil fuel products and leader of the Green Party, how much carbon dioxide the
they sell, one of Britain's leading Caroline Lucas. But it was Dr Allen atmosphere can absorb before
young climate scientists said who put forward the most radical global warming reaches the figure
yesterday. Government attempts to solution to keeping the planet of two degrees above the pre-
try to get millions of people to sustainable, by suggesting industrial revolution level, which is
change their behaviour through responsibility for the problem regarded as the danger level for
taxes and incentives were doomed should be taken, not by human society. World
to fail, said Dr Myles Allen, head of governments, but by the carbon temperatures have already risen to
the Climate Dynamics Group at the producers themselves, in disposing nearly one degree above the pre-
University Oxford, and an of their waste products. industrial, and this rise has been
increasingly influential voice in the produced, Dr Allen says, by all the
climate debate. Disposing of CO2 by burying it in fossil fuels which have been
the ground, known as carbon burned since then, which has been
It would be much more efficient, he capture and storage (CCS), is now estimated at about 500 billion
said, simply to make all producers regarded as essential for tackling tonnes.
of carbon-based fuels accountable climate change, yet the technology
for the disposal of the carbon is in its infancy. Britain is one of Therefore, he says, we can afford to
dioxide their fuels ultimately give the countries leading its burn another half-trillion tonnes of
off, as a condition of remaining in development, with four carbon before the extra degree of
business. Successful climate experimental CCS-fitted coal-fired warming is reached – we need to
change policy would involve less power stations now being planned stop using fossil fuels completely
government, not more. by the Government, but it may be a by the time we reach the trillionth
decade before it is implemented – tonne. As long as all CO2 is being
Dr Allen put his proposal forward and two of those trials could be the "sequestered" (buried or
in a debate on the politics of victim of cuts. otherwise disposed of) by then, the
climate change at the Sustainable climate problem will be
Planet forum in Lyon, the Dr Allen's contention is that if the controllable – and this is the time
environmental conference co- big oil companies and other fossil frame the fossil fuel industry has to
sponsored by The Independent fuel producers were forced take care of emissions. The key
and the French newspaper themselves to implement CCS – or point is not to start using any of
Libération, where he was sparring go out of business – its adaptation the remaining four trillion tones of
with the former French would be much quicker and much fossil fuels which thought to
Environment Minister and leader more widespread, and far more constitute the world's reserves.
of the French Green Party, efficient than the current Mme Voynet was not comfortable
Dominique Voynet. government policy of trying to deal with the idea of taking climate
with emissions from millions of policy away from governments and
The three days of presentations consumers. handing it over to the oil
and debates have been attended by companies. She said Dr Allen's
27,000 people, with thousands He told the conference: "Carbon argument was interesting but the
more following online; several of comes into Europe through a solution was not nearly so simple
Britain's leading environmental couple of dozen pipes, ports and as he made out. And she said it
thinkers have taken part, including holes in the ground. It goes out would be "demobilising" – it would
the former green adviser to Tony through hundreds of millions of make millions of people feel they
Blair, Jonathon Porritt, the former flues and exhaust pipes. Yet had no personal responsibility for
head of Friends of the Earth Tony European climate policy is all the fate of the planet, if
Juniper, the Government adviser about controlling the flow at the responsibility had been handed
and green analyst Tom Burke, the point of emission. It's like blowing over to industry.

CSR Indonesia Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010 4


Berita CSR

Sinar Mas Censured over Audit


27 September 2010
Sumber: http://www.thejakartaglobe.com/nvironment/sinar-mas-censured-over-audit/397810

An industry association for the organization said. In particular, and, eventually, the termination, of
sustainable palm oil publicly the firms had infringed upon RSPO their membership.”
censured a member for the first principles on social and
time on Thursday, saying environmental impact assessments The RSPO also urged GAR to stop
Indonesia’s Sinar Mas Agro and peatland management, it said. publicly suggesting it was in the
Resources & Technology breached process of obtaining RSPO
the group’s principles and may face In a response to the statement, certification. “GAR is not a member
sanctions as a result. The Smart said it would work toward of the RSPO, nor has the RSPO yet
Roundtable on Sustainable Palm Oil meeting the requirements set by received a membership application
— an industry body of planters, the RSPO, including making from the company. The panel
green groups and consumers — environmental-impact assessments encourages GAR to submit a full and
announced on its Web site that its and deep peatland conservation complete application for
grievance panel had written to efforts. “We take the feedback of membership,” the statement said.
Smart and its parent company, our stakeholders very seriously and Smart said it had written to the
Golden Agri-Resources, censuring this applies to the concerns of the RSPO on Sept. 6 to seek advice on a
the firms for breaches uncovered RSPO, whom we are in touch with,” membership application for parent
last month by an audit of Smart. Dauh Dharsono, president director company GAR. Greenpeace
of Smart, said on Thursday. “In the welcomed the RSPO’s
Smart is a member of the RSPO; case of community engagement and condemnation of Smart, saying the
Golden Agri is not. social impacts, Smart believes in group should follow up on its
The audit, conducted after treating local landowners and reprimand by expelling the palm oil
Greenpeace alleged that Smart had communities fairly and will be producer within four weeks if it did
bulldozed high-conservation -value commissioning a separate research not take action.
forests and damaged carbon-rich to study its social impact on the
peatlands, gave the palm-oil community.” “Greenpeace is calling on other
producer a mixed report card, companies, like Cargill, to follow
highlighting some instances in With regards to peat conservation, Unilever, Nestle and Kraft in
which it violated Indonesia’s the palm oil giant said it had “taken canceling its palm oil contracts with
environmental laws. The RSPO’s the necessary remedial actions Sinar Mas until it stops destroying
comments may be a blow to Smart’s including reinstating the land and rainforest and carbon rich
efforts to win back big palm-oil moving forward, [and] it will be peatlands,” Greenpeace activist
buyers including Burger King, working with stakeholders on the Bustar Maitar said. Enormous
Nestle and Unilever, who have said overall management of peat amounts of climate-warming gases
they would stop buying from Smart including those areas that have are released when deep peatlands
because of environmental concerns. been developed.” But Smart’s are disturbed, and the deforestation
apologetic stance might not be of Indonesia’s extensive tropical
“In its letter to Smart and GAR, the enough for the RSPO, which forests led the World Bank to name
panel finds there has been serious announced: “Members who have the country the world’s third-worst
non-compliance with the RSPO been found to not be in compliance emitter in a report issued in 2007.
code of conduct, specifically a and who continue to be in non-
failure by Smart to work towards compliance with the RSPO
implementation and certification of regulations could ultimately face
the RSPO principles and criteria,” sanctions, including the suspension

CSR Indonesia Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010 5


Berita CSR

As CSR Reporting Goes Mainstream, Standardized Approaches


are Needed
24 September 2010
Sumber: http://socialfunds.com/news/article.cgi/3042.html

In a report published this month, continue to vary widely. As an regulatory bodies the opportunity
the United Nations Conference on example, 86 of the TNCs studied "to strengthen the mechanisms
Trade and Development (UNCTAD) now report climate change through which institutional
examines the corporate social information. However, the report shareholders are able to influence
responsibility (CSR) practices of the observes, direct comparison of the ESG practices of the companies
world's 100 largest transnational corporate performance on climate in which they invest."
corporations (TNRs), as well as the change is "difficult or impossible,"
sustainable investment practices of because "not all companies report On the other hand, despite the
the world's 100 largest institutional the same kind of information or to interest in ESG issues on the part of
investors. the same extent." investors, only 13 of the top 100
institutional investors publish an
The report, entitled Investment and Because of the lack of direct annual report on their sustainable
Enterprise Responsibility Review: comparison in CSR performance, investment policies and practices.
Analysis of investor and enterprise investors and other stakeholders "If institutional investors provided
policies on corporate social have found it difficult to use the more comprehensive reporting" on
responsibility, determines that information for investment their own sustainable investment
"CSR has emerged as an important decision-making. However, the now policies and practices, as well as on
area of soft law self-regulation," andwidespread reporting of CSR gives the ESG practices of companies,
"that private policy at a large policy makers the opportunity to "this could encourage
enough scale can have an impact address key development improvements in TNC practices,"
similar to, or sometimes even challenges, through the passage of the report states. While finding
greater than, public policy." legislation, for instance, or that ESG investment analysis would
"mandating… standardized benefit from improved reporting,
According to the report, CSR has reporting through stock exchange the report concludes that "attention
traditionally been relegated to a listing requirements." should also be paid to the need for
separate function within corporate improvements in the coherence and
activity, one that did not address The report also finds that the consistency of ESG analysis itself."
core business considerations. More integration of environmental,
recently, however, "CSR has come social, and corporate governance "Issues of sustainability are not
to be viewed as a firm wide activity (ESG) information into investment exclusively technical issues," the
involving the active management of decision-making has become report continues, "And therefore
core business processes as part of increasingly common among the any evaluation or analysis of the
the social responsibility of a firm," world's largest institutional sustainability of enterprises would
the report continues. investors, as has engagement with benefit from inputs from a range of
investee companies on ESG issues. stakeholders."
The report finds that although most According to the report, the
of the largest TNCs now issue CSR increased reliance on ESG
reports, the quality of those reports information by investors offers

Berinvestasilah di Kawasan Konservasi


23 September 2010
Sumber http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/09/23/22490456/Berinvestasilah.di.Kawasan.Konservasi

Pekanbaru - Kementerian Tasik Besar Serkap untuk Gubernur Riau Rusli Zainal di
Kehutanan akan membentuk 60 mengelola kawasan hutan seluas Pekanbaru, Kamis (23/9/10).
kesatuan pengelolaan hutan untuk 513.276 hektar di Semenanjung
mengatur pemanfaatan kawasan Kampar, Riau. Menteri Kehutanan Sebelumnya, Zulkifli dan Rusli
hutan tahun 2011. Untuk tahap Zulkifli Hasan menyerahkan surat didampingi Direktur Jenderal Bina
pertama, pemerintah membentuk keputusan pembentukan KPH Produksi Kehutanan Hadi Daryanto,
Kesatuan Pengelolaan Hutan model model Tasik Besar Serkap kepada Dirjen Perlindungan Hutan dan

CSR Indonesia Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010 6


Berita CSR

Konservasi Alam Darori, dan Kepala pengelolaan kawasan hutan jangka 15.640 hektar di Semenanjung
Badan Penelitian dan panjang sebagai acuan operasional Kampar untuk menyimpan karbon.
Pengembangan Kehutanan Tachrir perusahaan di kawasan tersebut. PRP yang berafiliasi dengan Sinar
Fathoni meninjau cagar biosfer Gia Setiap pemegang izin tidak boleh Mas Forestry (SMF) tidak akan
m Siak Kecil, Semenanjung Kampar, melanggar acuan pengelolaan menebang kayu di sana sesuai izin
dan pusat pembibitan hutan kawasan hutan yang dibuat KPH. hak yang dimiliki dalam rangka
tanaman industri pulp di Riau. meningkatkan stok karbon.
Menhut menegaskan, semua
"Tidak ada pencabutan izin usaha pemangku kepentingan harus Komitmen tersebut melengkapi
(yang sudah ada di lahan gambut). duduk bersama dengan KPH dalam konsesi yang lebih dulu dijadikan
Yang ada tetap jalan. Kami memonitor pengelolaan hutan yang areal konservasi SMF di cagar
harapkan pengelolaan perusahaan lestari. "Kalau ada perbedaan biosfer Giam Siak Kecil. SMF
jadi lebih bagus sehingga satu pendapat, mari kita duduk satu menjadikan konsesi di hutan
kesatuan KPH akan menghasilkan ruangan dan berdebat untuk produksi seluas 72.255 hektar
lingkungan yang baik," kata mencari solusinya," kata Zulkifli. menjadi kawasan konservasi.
Menhut.
Eksploitasi lahan gambut oleh Dukungan serupa juga datang dari
Pembentukan KPH Tasik Besar industri hutan tanaman industri di Riau Andalan Pulp and Paper
Serkap merupakan jawaban atas Semenanjung Kampar diprotes (RAPP). Direktur Utama RAPP
polemik yang mencuat di tahun 2009. Greenpeace meminta Kusnan Rahmin mendukung KPH
Semenanjung Kampar selama ini. Pemerintah Indonesia mencabut Tasik Besar Serkap untuk
Organisasi nonpemerintah asing, izin usaha HTI di lahan gambut memastikan konsep pengelolaan
Greenpeace, menuntut penghentian tersebut. Dari pemantauan udara secara kolaboratif bagi
eksploitasi hutan gambut di menggunakan helikopter Polri, penyelamatan Semenanjung
Semenanjung Kampar. Pemerintah kawasan hutan Semenanjung Kampar berjalan sesuai dengan
juga terus mendorong perusahaan Kampar masih tampak alami. Hutan yang diharapkan.
kehutanan merestorasi hutan untuk primer dengan vegetasi rapat
menekan emisi karbon. tampak dari udara. Hadi
Pengelolaan secara kolaboratif
menambahkan, KPH dibentuk
merupakan solusi yang paling tepat
Saat ini ada 12 perusahaan untuk memperkuat pengelolaan untuk menghindari dari berbagai
pemegang izin hak pengusahaan lahan gambut yang sudah
kekhawatiran seperti kebakaran
hutan yang bersedia tidak dijalankan swasta di Riau.
hutan, pembalakan liar dan
menebang kayu di Semenanjung "Pemanfaatan teknologi ekohidropengelolaan hutan yang tidak
Kampar. KPH di bentuk untuk lahan gambut sudah
bertanggung jawab. RAPP siap
Kementerian Kehutanan dan diterapkan di sini jadi peran KPH
membantu pemerintah. "Terkait
bertanggung jawab langsung tinggal menguatkan perencanaan manajemen tata air eco-hydro, kami
kepada gubernur. Mereka tidak pengelolaan saja," ujar Hadi. berkomitmen untuk berbagi
mengambil alih kewenangan dinas pengalaman dan para pakar
kehutanan, yang bertanggung Direktur Utama PT Putra Riau kehutanan yang menguasai
jawab melayani publik urusan Perkasa (PRP) Stefanus Najoan teknologi tersebut," ujar Kusnan.
kehutanan terutama di luar mengatakan, perseroan
kawasan hutan. KPH merencanakan mengalokasikan konsesi HTI

Jatim Pungut 4 Persen Keuntungan Perusahaan


22 September 2010
Sumber: http://www.mediaindonesia.com/read/2010/09/22/169977/125/101/Jatim-Pungut-4-Persen-
Keuntungan-Perusa

Surabaya - Pemerintah Provinsi persen dari perusahaan yang perkembangan penyaluran dana
Jawa Timur memungut empat beroperasi di daerah itu tanggung jawab sosial perusahaan
persen keuntungan yang didapat dialokasikan untuk kegiatan sosial. atau CSR (corporate social
oleh badan usaha milik negara, "Penggunaan dana itu dapat responsibility) itu.
badan usaha milik daerah, dan dipertanggungjawabkan karena
perusahaan swasta. Sekretaris kami akan membuat laporan secara Bahkan menurut dia, dalam laporan
Daerah Provinsi Jawa Timur Rasiyo tertulis kepada Gubernur demi penggunaan dana itu, pihaknya
di Surabaya, Selasa (21/9), menjaga transparansi," katanya melengkapinya dengan dan foto
mengatakan, pungutan empat dalam rapat koordinasi orang-orang yang menerima
CSR Indonesia Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010 7
Berita CSR

bantuan sosial tersebut. "Untuk itu, dengan alokasi dana, masing- 2010, dana yang dikeluarkan untuk
kami minta BUMN, BUMD, dan masing sebesar Rp5 juta. program ini sebesar Rp340 miliar
perusahaan-perusahaan di Jatim berasal dari ABPD Jatim sekitar
berkumpul untuk menyampaikan Hingga saat ini sudah terealisasi 40 50% dan APBD kabupaten/kota
laporan pertanggungjawaban ribu rumah yang direnovasi. sebesar 50%," kata Rasiyo.
penggunaan dana CSR sebesar "Berarti dana APBD yang Untuk penguatan pelayanan
empat persen dari keuntungannya dikeluarkan untuk merealisasikan kesehatan di desa, pada 2011 nanti
untuk membantu mengatasi program itu mencapai Rp200 di seluruh Puskesmas di 668
kemiskinan," katanya. miliar," katanya. Pada 2011 kecamatan di Jatim akan ditambah
Pemprov Jatim berencana seorang dokter spesialis agar
Ia mengemukakan, sampai saat ini memperbaiki 38 ribu rumah yang pasien dapat segera tertangani dan
sebanyak 1.420.000 warga miskin tidak layak huni dan meningkatkan mendapatkan pelayanan gratis
di Jatim masih mendapatkan poliklinik desa (polindes) menjadi tanpa harus dibawa ke rumah sakit
layanan dasar gratis, baik pondok kesehatan desa milik pemerintah kabupaten/kota
kesehatan maupun pendidikan, (ponkesdes) di 3.000 desa. atau Pemprov Jatim. Sementara itu
termasuk pangan, sandang, dan di bidang pendidikan, Pemprov
papan. Untuk pelayanan di bidang Sisanya, sekitar 3.700 desa Jatim menganggarkan dana sebesar
papan, Pemprov Jatim telah bekerja dianggarkan melalui Perubahan Rp1,2 triliun untuk merealisasikan
sama dengan Kodam V/Brawijaya APBD 2011 karena pada tahun ini program wajib belajar sembilan
membuat program renovasi rumah polindes yang telah ditingkatkan tahun.
tidak layak huni di seluruh menjadi ponkesdes sebanyak 1.800
kabupaten/kota. Setiap tahun 10 desa dengan tenaga perawat
ribu rumah warga direnovasi sebanyak 1.700 orang. "Tahun

Oil Palm Plantations on Peatlands Won't Get Carbon Credits


under CDM
20 September 2010
Sumber: http://news.mongabay.com/2010/0919-cdm_oil_palm_peat.html

Plantations on peatlands will no “We are very relieved that within a carbon via replanting of degraded,
longer be supported by the Clean year, the CDM Board has decided to devegetated land areas with
Development Mechanism (CDM), a revise the existing methodology," renewable energy crops as
framework for industrialized said Marcel Silvius of Wetlands alternative for conventional diesel.
countries to reduce their emissions International in a statement. "This
via projects in developing decision now ends a perverse In practice, this methodology gave
countries, reports Wetlands incentive for development of an additional financial boast to new
International. plantations on peatlands.” palm oil plantations on the logged
peatswamps in Southeast Asia.
The decision, which came last A Wetlands International statement These ‘degraded’ lands however
Friday during the executive board explains: Last year, the CDM still contain large amounts of
meeting, will bar biofuel Executive Board approved a carbon in the case of water logged
plantations established on methodology that now gave till last organic peat soils. This carbon will
peatlands from earning carbon week CDM credits to biodiesel be rapidly released upon drainage
credits that could then be sold to plantations on so-called ‘degraded for plantations.
industrialized countries to "offset" lands’ in developing countries. The
emissions. The concern is that CDM allows industrialized Research led by Dr. Susan Page
under the CDM, carbon finance is countries under the Kyoto Protocol University of Leicester found that
used to perversely subsidize (Annex B Party) to reduce their producing one ton of palm oil on
conversion of carbon-dense emissions via projects in peatland generates 15 to 70 tons of
peatlands for oil palm plantations, a developing countries. Such projects CO2 over 25 years as a result of
process that generates substantial can earn saleable certified emission forest conversion, peat
greenhouse gas emissions, thereby reduction (CER) credits, which can decomposition and emission from
undermining any potential carbon be counted towards meeting Kyoto fires associated with land clearance.
dioxide savings from use of palm targets. This methodology was In other words, biodiesel produced
oil-based biodiesel. meant to stimulate sequestration of under such conditions has a greater

CSR Indonesia Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010 8


Berita CSR

climate impact than conventional International. swamps for expansion. Peat lands
fossil fuels. As such, environmental tend to be cheaper and more
groups are calling for a moratorium The decision by the CDM Executive available than other soil types
on the conversion of peatlands for Board now removes one incentive suitable for oil palm cultivation.
biofuel production. Already about from peatland conversion, although
33% of all oil palm is on peat, developers—especially in
according to Wetlands Indonesia—are still targeting peat

CSR Making Slow Progress in Asia


17 September 2010
Sumber: http://www.warc.com/News/TopNews.asp?ID=27254

Singapore - Brand owners in Asia Korean company universe to “widespread lack of disclosure”,
display a mixed record when it improve disclosure.” and the Shenzhen and Shanghai
comes to developing and reporting Stock Exchanges have taken steps
their sustainability activities, a new SK Telecom posted the top score on to amend such a situation.
study has argued. CSR Asia, the 73%, ahead of materials specialist
consultancy , and Responsible POSCO on 72%, as Korean More positively, the financial sector
Research, the analytics firm, enterprises took first place on five fared comparatively well, partly
assessed how well 500 major of the measures tracked. The 56 because the China Banking
businesses were performing. Indian companies monitored Association released sustainability
This covered 100 different criteria delivered a cumulative score of guidelines last year. Lenovo, the IT
divided into four categories, namely 43%, and assumed first position in giant, led the local rankings on
general compliance with global terms of their overarching 77%, followed by energy group
standards, environmental matters, approach to issues like China Shenhua on 68%, while real
social schemes and governance. sustainability and energy estate operator Renrenie and
“Around three-quarters of our conservation. consumer goods manufacturer
universe have some form of Shanghai Baili both posted 4%.
sustainability disclosure. However, Among the main strengths of Indian
few … are willing to provide a direct businesses was a focus on meeting Elsewhere, Malaysia achieved a
named contact for ESG queries from international benchmarks, although country score of 42%, with
stakeholders,” the study stated. many exhibited a distinct lack of Thailand on 40%, Singapore on
clarity concerning governance and 39%, Indonesia on 38% , Taiwan on
“When a contact is given, it is often nomination procedures. Its 34%, Hong Kong on 33%,the
someone in the public relations or booming IT sector performed Philippines on 29%. Organisations
corporate communications office, particularly strongly, and housed praised for their efforts included
revealing a commonly held belief in the premier company overall, the Taiwan Semiconductor
Asia that sustainability reporting is Wipro, on 83%. While the Manufacturing Company,
more of a marketing tool to prove a healthcare segment displayed a registering 87%, and two real
company's ‘green' credentials.” poor standard, a trend observable estate firms from Singapore, City
Overall, 57 Korean organisations across the region, Dr Reddy's Labs Developments on 84% and
were featured, achieving the best occupied second spot in India, also CapitalLand on 80%. Hong Kong's
collective total on 57%, and blazing on 83%. Property firms again utilities specialist CLP Holding
a trail for environmental and received the lowest ratings, with scored 84% and airline Cathay
disclosure policies. “Leading global Unitech on 14% and Indiabulls on Pacific recorded 81%, with
brands such as Samsung Electronics 3%. Malaysia claimed third place on Unilever's Indonesian arm reaching
and Hyundai Motors potentially a national basis, as its 20 79% and Malaysian telecoms
influence this robust reporting, corporations delivered figures of provider Digi hitting 78%.
often using the highest 42%.
international reporting standards,”
CSR Asia and Responsible Research China boasted the greatest number
said. “These highly visible of enterprises which were subject
companies have undertaken a to scrutiny, on 208, but generated a
range of initiatives in an effort to total of 10%, finishing bottom in
align themselves with global trends every area except governance. One
… and are likely influencing the key contributor to this result was a
CSR Indonesia Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010 9
Berita CSR

Swasta Berharap Tentukan Sendiri CSR-nya


16 September 2010
Sumber: http://edukasi.kompas.com/read/2010/09/16/12264816/Swasta.Berharap.Tentukan.Sendiri.CSR-nya

Jakarta - Pihak swasta menyatakan jumlah bantuan beasiswa untuk difokuskan pada beasiswa kuliah
akan lebih tepat jika menentukan para mahasiswa. Hal tersebut lulusan SMA sederajat hingga
sendiri besarnya kucuran dana karena dana CSR adalah dana dari selesai yang bekerja sama dengan
program sosial perusahaan perusahaannya sendiri. "Maka, perguruan tinggi. Beasiswa yang
(corporate social responbility/CSR) pihak swasta yang bisa mengukur diharapkan tersebut meliputi biaya
bidang pendidikan yang akan kesanggupannya, jika ditentukan kuliah dan biaya hidup yang
dikucurkan untuk beasiswa dari pemerintah harus mencapai besarnya Rp 10 juta per tahun.
perguruan tinggi seperti Saya rasa 250.000 calon mahasiswa, itu susah
ini bagus, karena masalah anak- juga," tambahnya. Selama ini, TF
Menteri Pendidikan Nasional
anak yang tidak bisa melanjutkan sudah melakukan kerjasama
Mohammad Nuh mengatakan,
sekolah ke perguruan tinggi adalah dengan universitas-universitas
beasiswa Bidik Misi untuk lulusan
masalah kita juga," ujar Direktur negeri dalam menyalurkan
SMA yang kuliah di PTN hingga
Program Tanoto Foundation, Ratih beasiswa. Sejauh ini, lanjut Ratih,
tamat sebanyak 20.000 per tahun
Loekito, Kamis (16/8/2010), di kerjasama penyaluran beasiswa
yang digulirkan sejak 2010 belum
Jakarta. "Tapi, itu tergantung dengan beberapa universitas negeri
juga memadai. Karena itu,
kuliah di mana, tiap universitas tersebut berjalan dengan baik.
Kemdiknas berharap pihak swasta
pasti berbeda-beda, uang kuliahnya mau membantu beasiswa serupa
pun beda," ujar Ratih kepada Diberitakan sebelumnya di yang targetnya bisa membiayai
Kompas.com. Kompas.com, Rabu (16/9/2010), sekitar 250.000 calon mahasiswa.
Kemdiknas rencananya akan
Ratih mengungkapkan, memang mendorong dan memfasilitasi dana
akan lebih tepat jika pihak swasta program sosial perusahaan bidang
sendiri yang menentukan besarnya pendidikan dari pihak swasta untuk

FTSE Boots BP Out of Ethical Index


14 September 2010
Sumber: http://www.businessgreen.com/business-green/news/2269686/ftse-boots-bp-ethical-index

BP has been kicked out of the announced plans to evict two play as countries switch to low-
FTSE4Good index for ethical construction firms – Morgan Sindall carbon energy supplies. To be
companies, the latest but by no and Taylor Wimpey – for failing to eligible to join the index, nuclear
means greatest repercussion facing comply with climate change energy generators have to meet
the oil giant in the aftermath of the criteria, and said it was deleting a strict criteria on nuclear safety and
Gulf of Mexico oil spill. FTSE Group further five companies for not waste disposal in the areas of
confirmed the deletion of BP in its meeting the FTSE4Good human and policy, management, reporting and
semi-annual review last week, labour rights criteria. Changes to performance.
citing the company’s poor response the index will kick in after the close
to the oil spill, as well as “the of the markets on Friday 17 “Iberdrola is the only nuclear
environmental and social impact September, said the group. power generator globally to meet to
and its history of similar incidents". the new criteria,” a FTSE
The deletion is the most recent FTSE4Good is also adding 13 more spokeswoman told
sanction on BP, which was taken off
firms to the list, including Spanish BusinessGreen.com. “However that
Dow Jones’ sustainability index and
energy giant Iberdrola, which has doesn’t exclude other nuclear
then dropped from Calvert
become the first nuclear power power companies from the list. In
Investments ethical SAGE fund in generator to meet FTSE4Good’s fact, we’d encourage more to come
June. new nuclear power criteria. Despite forward." Of the 12 other firms set
the controversy surrounding to join the FTSE4Good Index, three
However, BP was not the only firm nuclear power, FTSE4Good said it are from the UK – telco TalkTalk,
to be deleted from the index. had decided nuclear power had a and landlord groups Grainger and
FTSE4Good’s review also "legitimate" but temporary part to Unite.

CSR Indonesia Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010 10


Berita CSR

Dipuji, Putusnya Kontrak Burger King-Sinar Mas


4 September 2010
Sumber: http://bisnis.vivanews.com/news/read/176062-dipuji-putusnya-kontrak-burger-king-sinar-mas

Kalangan aktivis lingkungan hidup akun Facebook yang dipantau menjadi pelajaran bagi Sinar Mas
memuji keputusan restoran cepat kantor berita Associated Press. dan perusahaan-perusahaan lain
saji asal Amerika Serikat (AS), Namun, Burger King tidak yang telah merusak hutan tropis di
Burger King, yang menghentikan menyebut sumber minyak kelapa Indonesia. Kawasan hutan tidak
pembelian minyak kelapa sawit sawit alternatif, mengingat itu saja merupakan tempat tinggal bagi
dari PT Sinar Mas Agro Resources merupakan komponen penting satwa-satwa langka, namun juga
and Technology. Pasalnya, Sinar untuk memasak produk makanan sebagai filter untuk menyerap
Mas dianggap telah merusak mereka. karbon dioksida - unsur kunci bagi
kawasan hutan hujan demi munculnya pemanasan global.
mengeruk keuntungan. Burger Pemutusan kontrak itu disambut
King Jumat lalu menyatakan telah baik oleh kalangan aktivis Sementara itu, Sinar Mas
membatalkan kontrak dengan Sinar lingkungan hidup internasional, mengungkapkan kekecewaan atas
Mas karena perusahaan kelapa Greenpeace. Kelompok itu keputusan Burger King. Namun,
sawit itu dianggap tidak menuding Sinar Mas telah Sinar Mas akan bekerja keras untuk
menerapkan praktik pertanian yang membabat hutan di Sumatera yang meyakinkan perusahaan AS itu
berkelanjutan. Berdasarkan audit menjadi habitat orangutan dan bahwa mereka berkomitmen pada
independen, Burger King menilai spesies langka lain. Bustar Maitar praktik-praktik yang ramah
bahwa perkebunan kelapa sawit dari Greenpeace pun mendesak lingkungan. Sebelum Burger King,
Sinar Mas telah melanggar sejumlah perusahaan-perusahaan produk sejumlah perusahaan seperti
ketentuan, diantaranya menanam makanan lainnya seperti Cargill, Unilever, Nestle, dan Kraft Foods
di kawasan lahan gambut dan hutan Pizza Hut, dan Dunkin' Donuts juga memutuskan kerjasama
sekunder. untuk melakukan langkah serupa dengan Sinar Mas.
dengan Burger King.
"Praktik-praktik itu tidak konsisten
dengan komitmen tanggungjawab Jatna Supriatna dari Conservation
korporat kami," demikian International Indonesia menilai
pernyataan Burger King melalui bahwa langkah Burger King itu

Study: More Businessmen Implicated in Graft Cases


5 Agustus 2010
Sumber: http://www.thejakartapost.com/news/2010/08/05/study-more-businessmen-implicated-graft-cases.html

Businessmen leaped to first place as Other graft suspects included 38 of 176 cases related to state
the main actors implicated in middle-level government officials, budget corruption. Meanwhile,
corruption cases concerning regional councilors, regents, embezzlement has become corrupt
procurement projects with the consultants and lawyers. Agus said officials’ favored method, with 62
government, a new study on the government’s shabby cases employing the means. “This
corruption trends revealed. The procurement system left has a lot to do with the political
study, conducted by Indonesia businessmen with no choice but to situation in 2008 and 2009 where
Corruption Watch (ICW) from hand out bribes and mark up the preparations for local elections
January to June 2010, records that costs of goods or services. took place,” Agus said.
61 of the 441 people named as graft
suspects by law enforcement Another researcher, Febri Hendri, He added that funds supposedly
officers sat as directors or said the problem was rooted in directed to the public such as social
commissioners at private politicians’ habit in gaining political aid were embezzled by not only
companies. “The marked shift is funds from businessmen. “It truly is government officials but NGOs. “For
highly intriguing since alleged a complex issue,” he said. State example, cash aid recipients
corrupt officials from the private budget corruption has caused the pretended to be poor,” he said. The
sector have usually come in third or greatest state loss, contributing Rp study shows North Sumatra heads
fourth in previous years’ list,” Agus 596.20 billion (US$66.77 million) to as the province with the most
Sunar-yanto, ICW researcher, said. the more than Rp 2 trillion lost corruption incidents, amounting to
altogether, the data shows, adding 26 cases. Yet, Jakarta beats all
CSR Indonesia Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010 11
Berita CSR

provinces in causing the highest (KPK) handled the least cases, 14 efforts could be strengthened if
state loss with Rp 709.50 billion compared to the AGO’s 137, it legislators closely watched the use
siphoned through 12 cases. excelled in quality as nearly 100 of state budgets and the Supreme
percent of suspects who were Audit Agency performed
Agus said the Attorney General’s named and brought to the investigative audits, not just
Office made little progress in corruption court received a guilty cursory general audits.
handling corruption cases. “The sentence. Agus added that no law “Investigative audits will dig deeper
response of law enforcers remains enforcement institution at the to reveal whether bills for example,
slow,” Agus said. “The AGO is beginning of this year was clear of are not falsified,” he said. Febri
supposedly able to take a case to corruption charges, highlighting the added ICW would present the
court after six months of receiving bribery allegations levelled against findings to various law enforcement
it, yet in reality, it takes it two years two KPK deputy chairmen Bibit institutions in the near future. (gzl)
after naming suspects.” Samad Rianto and Chandra M.
Hamzah.
He added that although the
Corruption Eradication Commission Febri said corruption eradication

Greenpeace: 500,000 Facebook Users Tell Social Network Site to


Get Off Coal
3 September 2010
Sumber: http://www.environmentalleader.com/2010/09/02/greenpeace-500000-facebook-users-tell-social-
network-s

In a campaign that started in for the next 20 years to power its own house in order, and said that
February to get Facebook to change data centers. Facebook said the Prineville will be one of the most
its strategy to power its planned new facility is a highly energy- efficient data centers in the world,
data center in Prineville, Oregon, efficient data center on a cloud reports TGDaily.
with renewable energy instead of computing platform that is
coal, Greenpeace has garnered expected to lower energy Barry Schnitt, Facebook’s director
support from 500,000 Facebook consumption. of policy communications, said in
users under its “Unfriend Coal” the article that the Prineville data
campaign against Facebook. With But Greenpeace says since the center will have a power usage
half a million signatures in hand, initial announcement Facebook has effectiveness (PUE) of 1.15,
Greenpeace sent a letter to signed a deal to source its energy compared to the industry average
Facebook’s CEO Mark Zuckerberg from PacificCorp, which uses 83 of 1.6 to over 2.0. Earlier this year,
calling for the world’s largest social
percent coal in its energy mix, Greenpeace admitted that many of
network to cut ties to coal-fired according to the Associated Press, its own web hosting operations are
power at its new data center in reports Reuters. But PacifiCorp said also housed in data centers
Oregon, reports Reuters. the number is 58 percent with the powered primarily by coal and
remainder from natural gas (20 nuclear power, reports The
Kumi Naidoo, executive director of percent), hydro (10 percent) and Guardian. The environmental group
Greenpeace, writes in the letter: renewable energy (10 percent). said it offset all the energy used to
“Other cloud-based companies face power its main website in
similar choices and challenges as Greenpeace also says in its letter Amsterdam and used renewable
you do in building data centers, yet that Facebook plans to double the energy where it could including
many are making smarter and size of its data center, which wind power for many of its servers
cleaner investments.” He cites translates into twice the energy use in Washington.
Google’s recent agreement to buy and twice the coal. In response,
wind power from NextEra Energy Facebook told Greenpeace to get its

CSR Indonesia Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010 12


Publikasi A+

Rebutan Dana CSR


Jalal
Aktivis Lingkar Studi CSR
www.csrindonesia.com

Belum hilang ingatan kita atas beberapa lembaga investasi dalam mendongkrak citra pun ditemukan.
pemerintahan yang ngiler atas potensi ‘dana CSR’ yang Betul, memang baru sebatas itu CSR disadari oleh
bisa dihimpun dari perusahaan-perusahaan yang kebanyakan perusahaan. Jumlah perusahaan dan
beroperasi di Indonesia, kini jumlahnya bertambah eksekutifnya yang mau belajar soal CSR arus utama,
banyak. Walaupun PP mengenai TJSL tak kunjung melihat dengan saksama berbagai standar dan praktik
turun—yang membuat TJSL bisa dipaksakan— terbaik, masihlah kelewat sedikit. Berbagai pertemuan
Depdagri tengah menggodok Rancangan Permendagri soal CSR di Indonesia begitu membosankannya karena
tentang Kemitraan TJSL, DPR meneruskan hanya berisikan bualan perusahaan atas apa yang telah
pembahasan mengenai RUU Fakir Miskin yang mereka lakukan—yang masih jauh dari substansi CSR
mewajibkan perusahaan menyisihkan dana khusus sebenarnya. Kehendak perusahaan untuk
untuk fakir miskin, Kementerian Daerah Tertinggal mendapatkan citra baik dalam waktu singkat telah
secara terbuka menyatakan bahwa ada target Rp9 membuat banyak perusahaan kemudian memilih jalan
triliun dana pihak swasta yang diincar untuk ‘terbaik’: sumbang sana sumbang sini dengan
percepatan pembangunan daerah-daerah tertinggal, membayar liputan media massa. Reduksi makna CSR
lalu di medio Agustus lalu Kementerian BUMN dan pun terjadi.
Kementerian Pemuda dan Olahraga menjalin
kesepahaman bahwa dana PKBL BUMN-BUMN akan Klop sudah dengan kehendak Pemerintah untuk
dipergunakan sebagian untuk peningkatan olahraga di mengambil semua kesempatan mendapatkan suntikan
Indonesia. Tak mau ketinggalan, Kementerian dana baru bagi berbagai pos yang masih kedodoran.
Pendidikan-pun menyatakan mengincar dana Kita tahu bahwa UUD yang telah diamandemen sudah
perusahaan untuk membayari kebutuhan kuliah 250 mengamanatkan Pemerintah untuk menaruh minimal
ribu mahasiswa per tahun (Kompas, 16 September 20% dari seluruh total anggaran ke dalam sektor
2010). pendidikan. Namun kita juga tahu bahwa di sektor ini
kita terseok, jauh di bawah tetangga-tetangga kita.
Fantastis! Tak ada lembaga pemerintahan di seluruh Maka, tak heran kalau Kementerian itu berusaha
dunia yang begitu antusias dan responsif atas CSR. menutupi kekurangan (?) anggarannya dengan melirik
Sementara banyak pengamat yang menyatakan bahwa dana CSR. Reduksi makna CSR menjadi sekadar dana
anggaran yang dibuat oleh Pemerintah masih jauh dari perusahaan untuk kepentingan di luar operasi pun
efisien, masih jauh dari pro-poor, dengan korupsi yang semakin memburuk.
masih menggurita, pihak swasta-lah yang diincar
untuk menalangi itu semua. Efisiensi tak mudah Erin Lyon, salah satu direktur CSR Asia, menyatakan
ditingkatkan. Membuat anggaran pro-poor tentu saja bahwa sesungguhnya yang terjadi di Indonesia
jauh lebih rumit daripada cara berpikir projek yang bukanlah peningkatan minat terhadap CSR, melainkan
selama ini dilestarikan. Dan, tentu saja, memberantas
semacam ‘pajak filantropi’ saja, alias filantropi yang
korupsi masih jauh panggang dari api. Namun yang diwajibkan. Ada dua masalah besar kalau kita
jelas, kebutuhan anggaran untuk membiayai mengamini analisis Lyon, pertama mewajibkan
pembangunan terus membumbung, padahal sumber- filantropi tentu saja bertentangan dengan makna
sumber pendanaan lain menciut. Sudah sejak hampir filantropi itu sendiri. Kedua, filantropi itu sendiri
satu dekade lalu proporsi sumbangan negara-negara hanyalah sebagian sangat kecil dari apa yang termasuk
donor terhadap anggaran Pemerintah merosot tajam. ke dalam CSR. Penelitian CSR Asia sendiri dii tahun
Kondisi yang sama juga dialami oleh masyarakat sipil,
2007-2008 mengungkapkan bahwa di negara-negara
yang menjadi sangat melemah karena donor kini lebih Asia Pasifik ada 22 aktivitas perusahaan yang dianggap
memilih menyalurkan bantuannya langsung ke masuk sebagai CSR oleh para pemangku
Pemerintah. Secara total dana ‘di luar sana’ yang kepentingannya. Di daftar itu, filantropi menempati
biasanya tersedia memang tengah menyusut. urutan paling buncit. Sementara, lebih parah lagi,
survei global yang dilakukan oleh GlobeScan pada
Pucuk dicinta ulam pun tiba. CSR hadir di Indonesia kurun waktu yang kurang leih bersamaan
sejak dekade lalu. Semakin banyak pula perusahaan mengungkapkan bahwa filantropi itu sudah tidak
yang berlomba ingin menunjukkan kepemimpinan dianggap sebagai bagian dari CSR!
dalam bidang baru ini. Bungkus baru atas berbagai
CSR Indonesia Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010 13
Publikasi A+

Erin Lyon dengan pemahamannya atas CSR arus utama penolakan itu hendaknya disandarkan pada
menyatakan bahwa CSR itu jauh lebih terkait dengan pengetahuan yang benar mengenai CSR, bukan
bagaimana keuntungan itu dibuat daripada bagaimana sekadar karena ogah diatur besaran rupiah atau
sebagian keuntungan itu dikembalikan ke masyarakat. proporsinya terhadap keuntungan. Entah sudah
Kalau sebuah perusahaan mendapatkan keuntungan berapa banyak pakar CSR yang menyatakan bahwa
dengan cara-cara yang destruktif terhadap tatanan sumberdaya finansial untuk CSR tidaklah bisa dihitung
sosial masyarakat setempat, yang menurunkan daya after profit, melainkan harus sebagai investasi before
dukung lingkungan bagi generasi sekarang dan profit. Kini, 13 tahun setelah paka pakar itu
mendatang, maka sebesar apapun proporsi menyatakan kesepakatan soal sifat before profit,
keuntungan yang kemudian disumbangkan ke negara kita malahan berkubang ke dalam kesalahan
masyarakat itu tidak akan membuat perusahaan after profit yang semakin dalam. Cara berhitung after
menjalankan CSR dengan benar. Sangat jelas dari profit memang nyaman, kalau sudah ketahuan
survei tahunan GlobeScan bahwa para pemangku untungnya baru kemudian perusahaan memikirkan
kepentingan di tingkat global menginginkan investasi sosial apa yang kemudian bisa dilakukan.
perusahaan untuk terlebih dahulu bertanggung jawab Dan karena Pemerintah juga berpikir dalam moda
atas apa yang disebut operational responsibility yang sama, semakin menjauhlah kita dari makna CSR
barulah kemudian bergerak menuju citizenship yang sesungguhnya.
responsibility, alias urusi dulu dampak operasional,
pastikan tidak ada yang negatif, baru kemudian bicara Kalau pertanyaan “Sebetulnya apa sih dana CSR itu?”
bagaimana meingkatkan dampak positifnya. Tentu ini kita lontarkan dan secara serius kita mau memikirkan
tidak berarti bahwa ber-CSR ke pemangku jawabannya, tentu kita tak akan masuk ke dalam
kepentingan eksternal harus menunggu sampai kubangan seperti sekarang. Dana CSR tentu berarti
seluruh dampak operasional negatif selesai 100%, sumberdaya finansial yang dicurahkan perusahaan
melainkan lebih kepada logika tanggung jawab yang untuk membiayai visi, misi, kebijakan, prosedur dan
sebenarnya. aktivitas CSRnya. Kalau CSR dipahami sebagai
kontribusi perusahaan terhadap pembangunan
Oleh karena itu, para pemangku kepentingan global berkelanjutan, maka kita akan tahu bahwa CSR itu
juga telah dengan sukses mendefinisikan, membuat sesungguhnya jauh lebih luas daripada sekadar
prinsip-prinsip, dan menuangkan gagasan soal apa saja investasi sosial. ISO 26000 menyatakan bahwa tata
subjek yang masuk ke dalam cakupan tanggung jawab kelola organisasi, HAM, ketenagakerjaan, lingkungan,
sosial ke dalam dokumen Final Draft International praktik operasi yang adil, konsumen dan pelibatan
Standard (FDIS) ISO 26000 Guidance on Social serta pengembangan masyarakat adalah subjek dari
Responsibility. Rencananya dokumen ini akan menjadi CSR.
International Standard (IS) pada November 2010.
Tentu saja, dokumen ini akan menjadi dokumen Dengan demikian, seluruh sumberdaya finansial
terkait CSR yang sangat penting—bahkan mungkin perusahaan yang digunakan untuk memastikan bahwa
yang paling penting—setidaknya hingga satu dekade tata kelola dijalankan dengan baik, untuk membangun
ke depan. Namun demikian, hampir bisa dipastikan kesadaran soal HAM dan menegakkannya, menjamin
pula bahwa majoritas perusahaan di Indonesia tidak kesejahteraan karyawan—ada yang berpendapat
akan cukup antusias menyambutnya. Mempelajari bahwa apapun yang dibayarkan perusahaan di atas
dokumen setelah lebih dari 100 halaman itu sendiri UMR sesungguhnya termasuk dana CSR juga,
bukan hal yang mudah. Tetapi yang lebih mengganjal memastikan bahwa hubungan dengan pamasok dan
adalah bahwa kebanyakan perusahaan harus pesaing telah sesuai dengan regulasi dan norma
membuang ide lamanya soal CSR dan menukar dengan lainnya, memastikan keamanan—dan nilai guna yang
konsep yang jauh lebih komprehensif. Kalau selama tinggi—produk terhadap konsumen adalah juga bagian
ini investasi sosial sekadarnya dianggap cukup untuk dari dana CSR. Tentu saja, sumberdaya finansial untuk
mengklaim diri telah melakukan CSR, maka ISO 26000 memastikan bahwa masyarakat selalu dilibatkan
menaruh investasi sosial sebagai salah satu isu saja dalam pengambilan keputusan yang mengenai diri
dari subjek inti ketujuh Pelibatan dan Pengembangan mereka, serta seluruh upaya perusahaan untuk
Masyarakat. ISO 26000 memang akan memporak- meminimumkan dampak negatif dan
porandakan comfort zone majoritas perusahaan di memaksimumkan dampak positif terhadap
Indonesia, dan karenanya pasti tidak akan popular di masyarakat adalah bagian dana CSR.
tahun-tahun awal.
Quod erat demonstrandum. Dana CSR sesungguhnya
Sangat penting bagi seluruh pemangku kepentingan di jauh lebih luas maknanya, kalau kita mengetahui
Indonesia untuk menolak upaya pengkerdilan CSR makna CSR yang sesungguhnya. Perusahaan—kalau
menjadi sekadar pajak filantropi sebagaimana yang mau—bisa mengklaim telah mencurahkan dana CSR
tengah ditunjukkan oleh Pemerintah. Namun, dengan cara menghitung seluruh investasinya yang
CSR Indonesia Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010 14
Publikasi A+

terkait dengan tujuh subjek inti dalam ISO 26000, finansial, juga sumberdaya yang lain harus dicurahkan
bukan sekadar dana untuk investasi sosial. Namun untuk memastika itu. Dan, kalau Pemerintah berminat
bukan itu semua intinya. CSR adalah bagaimana untuk menggerogoti perusahaan, melencengkan CSR
perusahaan berkontribusi pada pembangunan dari makna sebenarnya, mereka harus ramai-ramai
berkelanjutan, bukan melawannya. Sumberdaya disadarkan.

Aneel Karnani dan Ketidaktahuannya Soal CSR


Jalal
Aktivis Lingkar Studi CSR
www.csrindonesia.com

Artikel di Wall Street Journal edisi 23 Agustus 2010 itu http://online.wsj.com/article/NA_WSJ_PUB:SB100014


telah menimbulkan gelombang besar perhatian. Sudah 24052748703338004575230112664504890.html.
cukup lama tidak ada orang yang berani menyatakan
bahwa CSR itu adalah ide yang salah. Para pengikut Hal yang sangat mengganggu dari artikel AK adalah
Milton Friedman sudah tak lagi berkoar. Orang seperti tidak adanya definisi mengenai CSR yang dia nyatakan.
David Henderson juga sudah kehabisan energi setelah Sebagaimana yang ditunjukkan oleh Alexander
berteriak-teriak melawan arus besar CSR. Robert Dahlsrud (2008), ada lebih dari 1000 definisi CSR yang
Reich yang menulis Supercapitalism juga tak telah dibuat, sementara 37 yang paling popular
mendapatkan tempat karena perlawanan atas arus sesungguhnya konsisten dalam substansinya. Kalau
besar keberlanjutan memang sia-sia. “CSR is already kita mau menggunakan definisi yang paling popular,
here, and will stay,” demikian banyak pakar mungkin kita bisa merujuk pada ISO 26000 yang
manajemen berkesimpulan. Karena itu, ketika media menyatakan bahwa tanggung jawab sosial adalah
terkemuka seperti WSJ kemudian menerbitkan artikel “responsibility of an organization for the impacts of
The Case Against Corporate Social Responsibility yang its decisions and activities on society and the
ditulis Profesor Aneel Karnani—selanjutnya disebut environment, through transparent and ethical
AK—dari Ross Business School Universitas Michigan, behaviour that contributes to sustainable
maka dunia pun tersentak. Ternyata masih ada juga development, including health and the welfare of
seorang profesor strategi bisnis yang menganggap society; takes into account the expectations of
bahwa CSR itu adalah kesalahan. Apalagi, Ross stakeholders; is in compliance with applicable law
Business School terkenal sebagai sarang dari and consistent with international norms of
pemikiran keberlanjutan bisnis, terutama karena behaviour; and is integrated throughout the
kepemimpinan Stuart Hart di sana. organization and practised in its relationships.” (cetak
tebal dari penulis). Definisi inilah yang seterusnya
Penulis yakin, Stuart Hart akan sangat malu membaca akan dipergunakan untuk menimbang pemikiran AK.
artikel opini tersebut karena luar biasa tidak paham
atas apa yang dinamakan CSR, dan tidak mengetahui AK: In cases where private profits and public
sama sekali nilai CSR dalam strategi keberlanjutan interests are aligned, the idea of corporate social
perusahaan. Telah cukup banyak pakar yang responsibility is irrelevant.
menuliskan balasan atas artikel Karnani, di antaranya Pernyataan pembuka dari AK ini sungguh
Richard Welford (CSR Asia dan Universitas Hong menggelikan. Ia hendak berargumen bahwa kalau
Kong), Katherine Smith (Boston College Center for para manajer melihat bahwa keuntungan perusahaan
Corporate Citizenship) dan Steve Rochlin memang terkait langsung dengan kepentingan
(AccountAbility). Mereka semua dengan sopan masyarakat luas, maka secara otomatis perusahaan
menyatakan bahwa AK telah salah memahami akan mengarah ke situ dan dengan demikian CSR itu
karakter CSR yang sesungguhnya. tidak relevan. Apa yang membuat CSR relevan atau
tidak relevan sesungguhnya bukanlah pertemuan atau
Tulisan ini akan mencoba melihat satu per satu butir pertentangan antara kepentingan perusahaan dengan
pemikiran yang diajukan dalam artikel AK tersebut, kepentingan masyarakat luas. CSR menjadi relevan
dan memberikan komentar atasnya. Dengan strategi karena dunia membutuhkannya. Pembangunan yang
seperti itu, diharapkan para pembaca bisa mengetahui dijalankan secara serampangan sejak revolusi industri
ringkasan pemikiran Karnani bersisian dengan telah membuahkan dunia yang centang perenang.
komentarnya. Para pembaca yang menginginkan Aspek ekonomi—alias keuntungan perusahaan—
membaca artikel Karnani bisa mengambilnya di alamat dianggap sebagai satu-satunya tujuan perusahaan, dan
URL itu telah membuat perusahaan mengabaikan aspek

CSR Indonesia Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010 15


Publikasi A+

sosial dan lingkungan. CSR yang hadir dengan konsep pertemuan optimum antara keuntungan perusahaan
triple botom line membuat upaya pembangunan lewat dan nilai maksimal untuk masyarakat. Dengan
aktivitas perusahaan—bersama-sama dengan aktivitas demikian, CSR masih sangat relevan. Grayson dan
pemerintahan dan masyarakat sipil—kembali menjadi Hodges yang menulis Corporate Social Opportunity
relevan. (2004) dan Arena yang menulis The High-Purpose
Company (2006) telah berjasa besar mengajari
Lebih lanjut, AK mungkin ‘lupa’ bahwa fakta di navigasi yang sangat diperlukan perusahaan untuk
lapangan menunjukkan bahwa walaupun kepentingan sampai pada tujuan pembangunan berkelanjutan—dan
perusahaan dan kepentingan masyarakat luas itu bersama dengan itu membuat CSR maupun
sama, maka tidaklah secara otomatis akan mewujud ke perusahaan tetap relevan.
dalam perilaku dan strategi perusahaan. Ambil contoh
dalam soal efisiensi energi. Siapa perusahaan yang AK: In circumstances in which profits and social
tidak menginginkan energi yang dipergunakannya welfare are in direct opposition, an appeal to
efisien? Dengan meningkatnya efisiensi, maka biaya corporate social responsibility will almost always
per produk bisa ditekan, dan keuntungan bisa be ineffective, because executives are unlikely to
membesar. Efisiensi energi juga diinginkan oleh act voluntarily in the public interest and against
masyarakat luas, karena cadangan energi tak shareholder interests.
terbarukan terus menipis. Tapi lihatlah faktanya, Benarkah ada direct opposition antara keuntungan
berapa proporsi perusahaan yang telah melakukan perusahaan dengan kesejahteraan sosial? Kalau kita
audit energi dan melakukan perbaikan efisiensi? CK berpikir dalam moda kuartalan atau setahunan,
Prahalad telah membuktikan bahwa melayani jawabannya pasti ada. Namun, dalam jangka panjang,
kelompok masyarakat yang berada di bottom of the tampaknya pertentangan itu hanyalah ilusi. Sebagai
pyramid bisa mendatangkan keuntungan yang besar. profesor strategi bisnis, yang seharusnya berpikir
Namun, berapa gelintir perusahaan yang secara serius dalam jangka panjang, AK telah membuat pernyataan
masuk ke dalamnya? Banyak sekali kaitan antara yang memalukan. Dalam jangka panjang perusahaan
kepentingan masyarakat luas dan kepentingan hanya akan eksis apabila ia berhasil membuat dirinya
perusahaan, namun tidak banyak yang benar-benar menjadi kekuatan perubahan positif, berkontribusi
mewujud menjadi peluang bisnis sekaligus dalam peningkatan kesejahteraan para pemangku
penyelesaian masalah. kepentingannya. Seperti yang banyak diyakini oleh
para pakar teori pemangku kepentingan, moda
Mengapa? Karena kita kerap tidak mau keluar dari berpikir yang akan membuat perusahaan survive
zona nyaman. Kalau bisnis sudah berjalan dengan adalah “semakin banyak pemangku kepentingan yang
baik—walaupun efisiensi energinya buruk, misalnya— terpuaskan oleh perusahaan, semakin tinggi peluang
kita kerap tak mau melihat peluang yang lebih baik. perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dalam
Kedua, kita kerap mengupayakannya di awal, namun jangka panjang.” Menurut versi ekstrem dari teori
ketika menemukan kesulitan, kita bergegas kembali ke ini—misalnya yang dikemukakan oleh Sisodia, Wolfe
zona nyaman tadi. Auden Schandler adalah orang yang dan Sheth dalam Firms of Endearment (2007)—
mendokumentasikan kenyataan bahwa menjadi keuntungan bahkan bukan tujuan perusahaan, karena
perusahaan yang benar-benar memperhatikan hanya merupakan by product atau akibat sampingan
lingkungan tidaklah mudah. Dalam Getting Green Done dari kemampuan perusahaan memuaskan pemangku
(2008), dia mengungkapkan betapa banyak kepentingannya.
perusahaan jatuh bangun dalam upayanya
memperbaiki kinerja lingkungan. Jadi, walaupun Nah, bagaimana para eksekutif mengambil keputusan
kaitan antara keuntungan dengan perilaku ramah ketika pertentangan kepentingan jangka pendek itu
lingkungan—yang secara normatif diinginkan oleh terjadi? Pertama-tama tentu saja yang menjadi
semua anggota masyarakat—adalah terang benderang pertimbangan utama adalah apakah aksi mengambil
(lihat misalnya Triple Bottom Line karya Savitz dan untung jangka pendek—seperti yang diyakini AK akan
Weber (2006), atau Green to Gold karya Esty dan diambil oleh majoritas eksekutif—itu akan
Winston (2009) yang menunjukkan banyak sekali mengorbankan keberlanjutan dan keuntungan
kasus yang relevan), tetap saja diperlukan petunjuk perusahaan dalam jangka panjang? Ada banyak
bagaimana menavigasi perusahaan agar keduanya bisa eksekutif yang mengambil keputusan seperti diduga
diraih sekaligus. Gerakan CSR menyediakan itu semua! AK, karena banyak perusahaan yang cukup bodoh
Mereka yang mendorong CSR telah bekerja keras dengan membuat seakan-akan tidak ada hal yang lebih
mengumpulkan bukti-bukti, menarik pelajaran yang penting daripada target kuartalan atau setahunan.
relevan, serta menyebarluaskan ide tersebut kepada Bonus bagi eksekutif juga sebagian besar masih
perusahaan, karena sebagian besar perusahaan dikaitkan dengan kinerja keuangan kuartalan dan
belumlah mendapatkan apa yang disebut Savitz dan setahunan—sementara kinerja sosial dan lingkungan
Weber sebagai sustainability sweet spot, sebuah titik masih jarang dipergunakan sebagai dasar insentif.
CSR Indonesia Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010 16
Publikasi A+

Namun, secara logis kita mengetahui bahwa Business and the Millenium Development Goals
perusahaan-perusahaan seperti ini tidak akan (2003), karena mereka tahu pasti bahwa
bertahan lama. Kalau pertimbangan jangka pendek mengandalkan negara untuk memotong kemiskinan
terus yang diambil, maka apalah arti strategi hingga separuh dalam kurun waktu 15 tahun adalah
keberlanjutan? Kalau perusahaan tak mau mustahil.
mengorbankan keuntungan jangka pendeknya untuk
keuntungan jangka panjang, maka mereka sendirilah Yang penting sekali diingat adalah sebetulnya tidak
yang merugi. Seperti kata Hunter Lovins: “Soon, every perlu ada pertentangan antara cara yang satu dengan
company will have strategy for sustainability. The othercara yang lain dalam meningkatkan kesejahteraan
option? Extinction.” AK yang profesor strategi bisnis masyarakat. Cuma, mereka yang sangat
seharusnya paham atas pilihan mana yang seharusnya mengandalkan regulasi—bisakah mereka kita
diambil agar perusahaan bisa diuntungkan. Dalam hal namakan regulation junkies?—kerap kali gelap mata,
ini, mungkin perlu diingat bahwa gerakan shareholder langsung mengambil keputusan untuk meregulasi
activism sangatlah menguat bertahun belakangan ini, bahkan dalam kondisi kelembagaan yang tidak
dan gerakan itu semakin menunjukkan keinginan mendukungnya sekalipun. Sementara organisasi
untuk memenangkan pertimbangan jangka panjang di masyarakat sipil sangat peduli pada partisipasi yang
atas aksi mengambil keputusan jangka pendek. Jadi, bottom up, dan CSR membawa mantra tri-sector
kalau perusahaan ingin melayani pemegang sahamnya partnership, pemerintah masih kerap berusaha
dengan baik, maka para eksekutifnya haruslah mengangkangi aktor pembangunan lainnya.
mengupayakan rekonsiliasi tertinggi antara Tampaknya pemerintah harus mawas diri, bahwa
keuntungan jangka panjang dengan kepentingan merekalah yang paling ketinggalan zaman dalam soal
masyarakat luas. Dan itu berarti keharusan bagaimana pembangunan seharusnya dilakukan.
perusahaan untuk tunduk pada Hukum Besi Tanggung Richard Welford menyatakan bahwa kini adalah masa
Jawab Sosial yang dirumuskan oleh Keith Davis. globalisasi dan satu-satunya institusi yang tidak
mengglobal adalah pemerintah. Sementara, kita tahu
AK: A focus on social responsibility will delay or bagaimana masyarakat sipil global—lewat karya-karya
discourage more-effective measures to enhance David Chandler, misalnya—telah menjadi kekuatan
social welfare in those cases where profits and the baru, demikian juga dengan perusahaan.
public good are at odds. As society looks to
companies to address these problems, the real AK: These companies have one of two problems:
solutions may be ignored. Their executives are either incompetent or are
Manakah di antara berbagai pilihan cara untuk putting their own interests ahead of the company's
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang telah long-term financial interests. An appeal to social
terbukti paling unggul? Apakah pernah perusahaan responsibility won't solve either of those
berkehendak untuk mengambil alih seluruh problems. Pressure from shareholders for
penyelesaian masalah kesejahteraan masyarakat? sustainable growth in profitability can.
Sebagaimana yang akan ditunjukkan oleh AK di bagian AK mengakui bahwa ada perusahaan yang bisa meraih
yang lain, dia sangat yakin bahwa pilihan terbaik untuk kesempatan dari upaya menyelesaikan berbagai
menyelesaikan masalah kesejahteraan masyarakat persoalan dan mendapatkan profit darinya. Namun,
adalah regulasi pemerintah. Dia menilai bahwa itu tidak semua perusahaan bisa melakukannya.
adalah satu-satunya yang bisa diandalkan, walau Perusahaan-perusahaan yang tidak bisa melakukannya
bukan tanpa kekurangan. Dan CSR menghalang- itu memiliki para eksekutif yang tidak kompeten atau
halangi cara yang lebih efektif itu. mendahulukan kepentingan mereka sendiri di atas
kepentingan perusahaan (atau keduanya). Menurut
AK pasti belum pernah membaca Corporate Social AK, CSR tidak bisa menyelesaikan masalah ini. Yang
Responsibility and International Development karya bisa adalah tekanan para pemilik modal yang meminta
Michael Hopkins (2007). Di dalamnya terdapat pertumbuhan dan profit yang berkelanjutan.
penjelasan detail mengenai gagalnya negara sebagai
aktor pembangunan tunggal. Tak pernah ada aktor Dari pendirian itu, benar-benar tampak bahwa AK tak
pembangunan yang sepongah negara, yang tahu menahu soal perkembangan CSR mutakhir.
menganggap remeh kemampuan aktor lainnya, Bagaimana gerakan shareholder activism dan
padahal mereka telah gagal total di seluruh penjuru sustainable and responsible investment (SRI)
dunia. Itulah sebabnya bahkan Perserikatan Bangsa- merupakan hal yang tak terpisah dari CSR pun dia
Bangsa tidak lagi mencoba jalur diplomasi antarnegara pasti tidak tahu. Sebagai profesor strategi bisnis, dia
ketika hendak memerangi kemiskinan dengan MDGs. seharusnya tahu persis bahwa mengupayakan
Lembaga ini merengkuh perusahaan dengan membuat pertumbuhan dan keuntungan jangka panjang
UN Global Compact dan menugaskan Jane Nelson dan membutuhkan intangible assets yang sedemikian
Dave Prescott untuk menuliskan dokumen bertajuk besar. Cuma karena ‘malas’ mencari tahu saja, maka
CSR Indonesia Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010 17
Publikasi A+

AK bisa tidak tahu bahwa CSR sangatlah berperan they can't. Because in most cases, doing what's best
dalam meningkatkan intangible assets perusahaan. for society means sacrificing profits. This is true
Ada seabreg penelitian yang membuktikan bahwa for most of society's pervasive and persistent
kepercayaan seluruh pemangku kepentingan, loyalitas problems; if it weren't, those problems would have
konsumen, preferensi pembiayaan, dan kemampuan been solved long ago by companies seeking to
menarik pekerja paling handal itu terkait dengan CSR. maximize their profits.
Setiap tahun, mereka yang berkontribusi Bagian pertama dari argumentasi di atas adalah
membuktikan kaitan antara kinerja finansial dengan pengakuan bahwa perusahaan yang mengupayakan
kinerja CSR—melalui perantaraan berbagai intangible kesejahteraan masyarakat adalah bisa mendapatkan
assests itu—diganjar penghargaan bergengsi keuntungan darinya. Namun, AK berpendirian bahwa
Moskowits Prize. Kalau AK terlampau ‘sibuk’ untuk sebagian besar perusahaan tidak (akan pernah?)
memeriksa banyak penelitian itu, mungkin dia bisa berada dalam kondisi itu. AK jelas berpikir dalam
meluangkan sedikit waktu untuk membaca buku moda pertentangan antara kepentingan perusahaan
mutakhir Matthew Kiernan yang bertajuk Investing in dengan kepentingan masyarakat—sebuah moda
a Sustainable World (2009). Di situ ada gambaran berpikir yang telah dibuktikan salah berkali-kali oleh
yang tak mungkin dicopot dari kepala bahwa balance para pendukung CSR maupun teori pemangku
sheet hanyalah puncak gunung es yang menyembul kepentingan.
kecil, sementara di bawahnya adalah bermacam
intangible assets yang sangat terkait erat dengan CSR. AK mungkin tak pernah sedikitpun membaca riset-
riset yang membuktikan kaitan antara kinerja CSR
Inkompetensi adalah hal yang sangat bisa dihindari dengan kinerja finansial. Memang, masih ada hasil
oleh CSR. Mungkin AK tak tahu bahwa generasi baru penelitian mutakhir yang mengungkapkan bahwa
sekarang memilih pekerjaan lebih berdasarkan kaitan antara keduanya bisa saja hampir tidak ada—
reputasi dan peluang keberlanjutan. Mereka ingin artikel Marcus Wagner di Ecological Economics No. 69,
tahu bagaimana kinerja sosial dan lingkungan 2010 h.1553-1560 misalnya—namun sebagian besar
perusahaan selain kinerja keuangannya—pengaruh penelitian mengungkapkan kaitan yang erat di antara
pernyataan orang nomor satu McKinsey bahwa keduanya. Bahkan, kalau kita simak hasil penelitian
“kinerja ekonomi menggambarkan apa yang sudah Wagner dengan baik, di situ terungkap bahwa CSR
dicapai perusahaan di masa lalu, sementara kinerja sesungguhnya hanya akan punya kaitan positif hanya
sosial dan lingkungan menggambarkan apa yang bisa dan hanya jika perusahaan mengupayakan pemangku
dicapai perusahaan di masa mendatang” tampaknya kepentingan mengetahui kinerja CSRnya dengan cara-
semakin kuat menancap di benak mereka. Jadi, CSR, cara komunikasi yang baik. Jadi, kaitannya tetap ada.
seperti yang banyak diketahui pakar di bidang ini dan
juga HRD, kini menjadi senjata sangat ampuh untuk Tentu, studi paling penting untuk dirujuk adalah karya
merekruit para pekerja paling kompeten. Mungkin AK Orlitzky, Schmidt dan Rynes di Organization Studies
bisa meluangkan waktu membaca Using Corporate Vol. 24/3, 2003 h. 403-441. Dalam studi dengan
Social Responsibility to Win the War for Talent karya metodologi meta-analisis itu, mereka melihat 52 studi
Bhattacharya, Sen dan Korschun (2008). kuantitatif hubungan kinerja CSR dan kinerja finansial
dari 33.878 kasus dan menghasilkan kesimpulan
Sementara, seandainya ada manajer yang dalam kaitan yang positif. Hingga kini, kalau ditimbang dari
pekerjaannya mendahulukan kepentingan pribadi di seluruh studi yang ada, sebagian besar berpendirian
atas kepentingan perusahaan, maka manajer itu telah bahwa kaitan keduanya memang positif. Surroca,
mengkhianati apa yang dikehendaki oleh CSR. Kalau Tribo dan Waddock dalam artikel mereka di Strategic
AK sudah membaca The Management Oath—sumpah Management Journal No. 31, 2010 h. 463-490
bergaya Hippocrates untuk menegakkan bisnis yang membuktikan bahwa selama ini kaitan antara kinerja
beretika—yang dipelopori oleh UNGC dan WEF (lihat CSR dengan kinerja finansial tidak begitu jelas hanya
Ethical Performance edisi Juni 2010), maka ia akan karena para peneliti sebelumnya tidak dengan cermat
tahu bahwa CSR sangat menekankan itu. Bedanya, CSR mengukur efek mediasi dari intangible resources
juga menekankan bahwa yang tidak boleh perusahaan, yaitu inovasi, modal insani, reputasi dan
dikorbankan bukan hanya kepentingan perusahaan, budaya perusahaan. CSR sangat jelas mempengaruhi
melainkan juga kepentingan masyarakat luas. Bunyi keempat komponen di atas, dan begitu data kaitan
butir pertama sumpah itu adalah “I promise that I will antara kinerja CSR dengan kinerja keuangan ditimbang
manage my enterprise with loyalty and care, and will dengan efek mediasi itu, terang benderanglah
not advance my personal interests at the expense of my hubungan di antara keduanya.
enterprise or society.”
Yang penting diingat adalah bahwa sama saja dengan
AK: Still, the fact is that while companies strategi lainnya yang dijalankan oleh perusahaan,
sometimes can do well by doing good, more often strategi perusahaan untuk meningkatkan kinerja
CSR Indonesia Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010 18
Publikasi A+

keberlanjutan keuntungan dengan jalan CSR juga ekskutif haruslah bekerja keras untuk
mungkin tidak berjalan dengan mulus—Auden memaksimumkan profit, dan itu adalah tanggung
Schandler dalam Getting Green Done telah jawab mereka terhadap para pemilik modal.
menunjukkannya untuk strategi terkait lingkungan.
Semua jenis investasi bisa saja mengalami Benarkah satu-satunya tujuan perusahaan adalah
kemandegan atau bahkan sampai pada kondisi yang untuk memaksimumkan profit? Savitz dan Weber
merugikan. Dalam hal ini Sirsly dan Lamertz menulis dalam Triple Bottom Line (2006) telah mencoba
dalam Business and Society Vol. 47/3, 2008 bahwa CSR membongkar berbagai regulasi tentang perusahaan,
memang hanya akan menguntungkan perusahaan— mewawancarai profesor hukum bisnis, dan sampai
dan pemangku kepentingannya—apabila perusahaan kepada kesimpulan bahwa pernyataan itu tidaklah
memastikan sifat centrality, specificity dan visibility.
bisa ditemukan di manapun. Apakah sah sebuah
Sifat sentral artinya CSR mendapatkan posisi yang perusahaan didirikan dan pemiliknya menyatakan
tinggi dan strategis sehingga sumberdaya yang bahwa tujuan perusahaan bukanlah mencari laba
dicurahkan untuknya juga memadai; sifat spesifik melainkan untuk melayani kepentingan masyarakat?
artinya CSR dilaksanakan terkait dengan bisnis inti Tidak akan ada yang melarang pendirian perusahaan
perusahaan dan ditujukan untuk pemangku yang demikian, kalau memang pemilik modalnya mau
kepentingannya yang valid; dan sifat visibel artinya melakukan itu. Penulis telah memeriksa dalam
CSR dikenal baik oleh pemangku kepentingan internal berbagai literatur bahwa kaitan antara perusahaan
maupun eksternal perusahaan. dengan profit tidaklah tunggal—dan konsekuensinya
terhadap corak CSR. Secara singkat berbagai variasi
Kalau AK menyatakan sifat kontradiksi dalam CSR— itu bisa dijelaskan dalam tabel berikut.
yaitu apabila memperhatikan kesejahteraan
masyarakat maka perusahaan akan merugi—itu semua Kaitan dengan Pendukung Karakter CSR
terjadi karena memang majoritas perusahaan Keuntungan Utama
belumlah mendesain CSRnya dengan benar. Social business: Muhammad Pelayanan
Pernyataan AK bahwa seandainya saja sifat Keuntungan adalah Yunus kepada
kontradiksi itu dibuktikan dengan tidak salah satu masyarakat,
diselesaikannya berbagai masalah dalam masyarakat sumberdaya untuk inovasi untuk
oleh perusahaan, sesungguhnya bukanlah bukti yang melayani efisiensi dan
kepentingan
memadai. Sebagian besar perusahaan hingga kini masyarakat luas keefektifan
tidaklah menjalankan CSR sesuai dengan definisi arus pelayanan
utama. Sebagian besar perusahaan masih melakukan Stakeholder Raj Sisodia, Keseimbangan
eksternalisasi atas berbagai dampak negatif yang management: David Wolfe, tujuan seluruh
mereka hasilkan, dan mereka tidak sungguh-sungguh Keuntungan adalah Jagdish Sheth pemangku
memikirkan dan mewujudkan berbagai cara untuk by product dari kepentingan,
menyelesaikan masalah sosial. Cara berargumentasi kemampuan inovasi untuk
perusahaan
yang lebih tepat adalah dengan melihat bagaimana rekonsiliasi
memuaskan
kinerja finansial perusahaan-perusahaan yang pemangku berbagai tujuan
dianggap berjasa besar menyelesaikan berbagai kepentingannya tersebut
persoalan dalam masyarakat. Ini secara kuantitatif Triple bottom John Keseimbangan
telah dibuktikan dengan sangat meyakinkan oleh line: Elkington tujuan
Sisodia, Wolfe dan Sheth dalam Firms of Enderarment Keuntungan adalah perusahaan,
(2007). Kalau mau memeriksa lebih banyak kasus salah satu dari tiga before profit
yang menginspirasi, buku The Power of Unreasonable (atau lebih) tujuan
People (2008) karya John Elkington dan Pamela perusahaan
Hartigan. Walau buku tersebut tidak mengandung Fundamental Erick Manajemen
constraint: Beinhocker risiko, after
analisis kuantitatif, namun sangat jelas bagaimana Keuntungan adalah
para pebisnis yang memulai bisnisnya dengan tujuan profit
prasyarat bagi
menyelesaikan berbagai masalah kesejahteraan eksistensi
tidaklah berakhir dengan kebangkrutan, melainkan perusahaan
terus berjaya dan semakin banyak melayani. Right wing Milton Kepatuhan pada
capitalism: Friedman regulasi,
AK: Executives are hired to maximize profits; that Keuntungan adalah manajemen
is their responsibility to their company's satu-satunya tujuan risiko
shareholders. perusahaan
Argumentasi ini sangatlah dekat dengan pemikiran
Milton Friedman. Karena satu-satunya tujuan Kalau tabel di atas dianggap sebagai seluruh varian
perusahaan adalah memaksimumkan profit maka para yang ada, maka sangat jelas bahwa pendirian AK
CSR Indonesia Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010 19
Publikasi A+

hanyalah seperlima benar. Pemilik modal—yang Kalau hendak dilihat perbedaannya, filantropi
menetapkan tujuan perusahaan—bisa saja perusahaan bersifat after profit, atau diambil dari
menyepakati hal lain ketika membuka sebuah bisnis. keuntungan yang dibuat oleh perusahaan. Sementara
AK mungkin juga tidak sadar bahwa para manajer itu CSR telah disepakati seharusnya bersifat before profit
tidak bekerja semata-mata untuk para pemilik modal. atau sebagai investasi—walau bukan berarti seluruh
Ambil misal regulasi perusahaan di Inggris, yang perusahaan yang ber-CSR telah melakukannya dengan
menyatakan bahwa para manajer bertanggung jawab cara seperti yang disarankan. Filantropi meliputi
penuh atas kinerja sosial dan lingkungan perusahaan. kegiatan amal, menyumbangkan sejumlah uang
Mereka bukan saja bisa dituntut oleh negara apabila tertentu untuk alasan kemanusiaan atau kebudayaan.
mengabaikan tugas tersebut, melainkan juga bisa CSR jauh lebih luas daripada itu, maencakup
dituntut oleh pemangku kepentingan lain—termasuk manajemen atas seluruh dampak negatif maupun
pemilik modal. Mengapa pemilik modal bisa menuntut positif yang ditimbulkan oleh perusahaan.
mereka? Karena dengan mengabaikan kinerja sosial
dan lingkungan berarti mereka telah merisikokan Bagaimanapun, filantropi juga bisa bersifat strategis,
perusahaan di hadapan hukum dan ‘pengadilan’ para sebagaimana yang disampaikan oleh Porter dan
pemangku kepentingan. Kalau masyarakat Kramer dalam artikelnya yang sangat terkenal
menghukum perusahaan dengan cara tidak membeli Competitive Advantage of Corporate Philanthropy
produk perusahaan itu, maka perusahaan akan merugi. (HBR, Desember 2002), apabila perusahaan memang
mengupayakannya. Namun demikian sebagian besar
Karena itulah, maka keuntungan sebagai tujuan dari filantropi memang tidaklah didesain demikian,
perusahaan seharusnya dibaca dalam perspektif sehingga kaitannya dengan keuntungan perusahaan
jangka panjang. Kalau perusahaan tidak menjalankan tidaklah jelas (mis. Seifert, Morris, dan Barkus dalam
CSR—dalam pengertian arus utama: manajemen Business and Society, Vol. 43/2, 2004, h. 135-161).
dampak operasi—maka dipastikan perusahaan akan Campuran motivasi antara altruistik dan strategis dari
dihukum oleh masyarakat yang semakin sadar atas filantropi memang terus eksis sepanjang sejarah
kewajiban-kewajiban perusahaan terhadap mereka. filantropi ini, sehingga agak sulit melihat pengaruhnya
Hukuman dari pemangku kepentingan akan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Arah
merugikan perusahaan dan pemilik modal. Jadi, CSR pengaruh yang tampak jelas adalah bahwa kinerja
adalah suatu keniscayaan kalau seorang manajer keuangan yang tinggi akan memungkinkan perusahaan
hendak memastikan keuntungan perusahaan— lebih banyak melakukan filantropi (Gan, dalam Journal
setidaknya dalam perspektif manajemen risiko. of Business Ethics, No. 69, 2006, h. 217-236).
Namun tentu saja, para manajer harus juga bisa
mempertanggungjawabkan segala sumberdaya yang AK: Companies should not be left free to pursue the
mereka curahkan untuk CSR. Para manajer tidak bisa greatest possible profits without regard for the
semaunya mengumbar sumberdaya atas nama social consequences. But, appeals to corporate
“kepentingan masyarakat” tanpa merasa perlu social responsibility are not an effective way to
membuktikan bahwa aktivitas yang dibiayai itu strike a balance between profits and the public
memang diperlukan ooleh perusahaan untuk good. ...The ultimate solution is government
setidaknya mempertahankan keuntungannya. regulation. Its greatest appeal is that it is binding.
Government has the power to enforce regulation.
AK: It is admirable and desirable for the leaders of No need to rely on anyone's best intentions.
successful public companies to use some of their Apakah CSR itu menolak regulasi? Jelas tidak,
personal fortune for charitable purposes, as many sebagaimana yang ditunjukkan dalam definisi di atas.
have throughout history and many do now. But CSR mempersyaratkan ketertundukan perusahaan
those leaders shouldn't presume to pursue their terhadap seluruh regulasi dan norma internasional
philanthropic goals with shareholder money. yang berlaku. Negara harus membuat seluruh regulasi
Di sini menjadi tampak jelas bahwa AK tidak (bisa) yang diperlukan untuk memastikan bahwa tidak ada
membedakan antara filantropi dengan CSR. Filantropi tindakan perusahaan—juga pemerintah dan
dalam sejarah telah lama mendahului CSR. Bahkan, masyarakat sipil—yang bisa merugikan kepentingan
harus diakui bahwa bentuk-bentuk CSR yang awal pembangunan berkelanjutan.
adalah melulu filantropi. Namun dalam
perkembangannya kemudian sangat jelas bahwa CSR Di sini AK mungkin tidak mengetahui salah satu
jauh lebih masuk ke permasalahan yang lebih karakter CSR yang bernama ‘voluntari’. Memang ada
substansial. Sekarang filantropi dianggap sebagai kesalahan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan
salah satu saja bagian dari CSR yang mengandung yang mengotori pengertiannya dengan menyatakan
banyak sekali subjek dan isu. interpretasi ngawur mereka bahwa voluntari berarti
semaunya. Padahal, voluntari yang dimaksud adalah
secara sukarela perusahaan melampaui ketentuan
CSR Indonesia Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010 20
Publikasi A+

dalam regulasi—setelah seluruh regulasi dipenuhi mana pemerintah adalah satu-satunya pembuat dan
terlebih dahulu. peengak peraturan.

Mengapa perusahaan yang berkomitmen CSR tinggi Demokrasi adalah sebuah sistem di mana segala
harus terus berupaya melampaui regulasi? Karena peraturan didiskusikan dan ditimbang oleh konstituen.
regulasi hanyalah bagian dari tuntutan pemangku Para pihak yang terkena dampak dari peraturan
kepentingan. Salah satu teori yang mengaitkan antara haruslah diajak untuk merundingkan bagaimana jalan
etika dengan hukum menyatakan bahwa hukum keluar yang terbaik—yaitu yang membawa
adalah bagian dari etika yang sudah dibakukan. Etika kemaslahatan terbesar. Pemerintah tidak bisa lagi
terus berkembang, demikian juga hukum, namun semena-mena membuat regulasi tanpa
hukum selalu tertinggal di belakang etika. Sementara, mempertimbangkan dampak dan ekses atas
yang dituntut oleh pemangku kepentingan adalah masyarakat. Dan ini semua adalah kesuksesan dari
bahwa perusahaan berperilaku etis sepanjang waktu— gerakan sosial yang terus menerus mengawal
bukan sekadar tunduk pada regulasi—sehingga untuk pemerintah dalam proses legislasi. Walaupun kerap
memenuhinya maka perusahaan perlu menunjukkan bertentangan, namun organisasi masyarakat sipil dan
bahwa mereka bersungguh-sungguh melampaui perusahaan sama-sama sepakat bahwa proses legislasi
berbagai regulasi yang telah dibuat. haruslah dikawal dengan ketat.

Oleh karena itu, banyak perusahaan yang tinggi Benar bahwa tidak semua organisasi masyarakat sipil
komitmen CSRnya bahkan menjadi advokat untuk memiliki kekuatan advokasi yang besar. Ada banyak
pengetatan berbagai regulasi—seperti yang datanya bukti bahwa mereka kerap ngawur berat ketika
dikumpulkan oleh Steve Rochlin dari AccountAbility. membuat klaim mengenai perusahaan, dan ketika
Perusahaan yang komitmen CSRnya tinggi memang bukti-bukti yang mereka ajukan ditimbang secara
menginginkan peraturan yang lebih jelas dan ketat, hukum, bukti-bukti itu segera kandas. Namun
sehingga bisa menjadi dasar level playing field di demikian, kekuatan masyarakat sipil sebagai watchdog
antara seluruh perusahaan. Mereka menginginkan tidaklah bisa dipandang remeh sama sekali. Ada cukup
agar perusahaan yang merugikan kepentingan banyak kelompok ini—terutama yang memfokuskan
masyarakat yang lebih luas mendapatkan disinsentif diri pada aspek HAM, ketenagakerjaan, dan
karena merugikan citra seluruh bisnis. Jadi, alih-alih lingkungan—yang sukses membawa perubahan
CSR itu menjadi penghambat bagi regulasi, CSR selalu perilaku perusahaan. Mungkin tidak secara langsung
mendorong regulasi menjadi lebih baik, sesuai membuat satu perusahaan yang mereka tuduh
harapan pemangku kepentingan. langsung berubah, namun bisa jadi tuduhan tersebut
membuat banyak perusahaan dalam industri sejenis
AK: Civil society also plays a role in constraining atau lokasi yang berdekatan kemudian buru-buru
corporate behavior that reduces social welfare, memperbaiki diri. Bukti-bukti ini banyak sekali.
acting as a watchdog and advocate. Various
nonprofit organizations and movements provide a Kekuatan lain yang tak bisa diremehkan adalah
voice for a wide variety of social, political, kesediaan untuk bekerjasama dengan perusahaan-
environmental, ethnic, cultural and community perusahaan yang mereka anggap memang serius
interests. Overall, though, such activism has a hendak memperbaiki dirinya. Kini bahwa organisasi
mixed track record, and it can't be relied on as the seperti Greenpeace-pun memiliki program corporate
primary mechanism for imposing constraints on outreach, yang di antaranya secara berkala
corporate behavior. menunjukkan mana saja perusahaan elektronik yang
Lagi-lagi AK terjebak pada opsi untuk menentukan membuat kemajuan-kemajuan dalam bidang
mana yang paling baik dalam segala situasi—yang lingkungan. Studi mengenai kolaborasi antara ornop
menurutnya adalah regulasi pemerintah. Ia melihat dengan perusahaan tidaklah sedikit. Zimmerman
potensi dari masyarakat sipil, namun kembali (Strategies, Vol. 13/1, 2000, h. 89-110); Philips
mementahkannya berdasarkan ‘pengalaman’. Yang AK (Nonprofit Management and Leadership, Vol. 13/2,
tidak ketahui adalah bahwa CSR berkembang sangat 2002, h. 123-137); Hamann dan Acutt (Development
pesat sebagai gerakan karena tekanan kelompok- Southern Africa, Vo. 20/2, 2003, h. 255-270); serta
kelompok masyarakat sipil terhadap perilaku negatif Jamali dan Keshishian (Journal of Business Ethics No.
perusahaan terkait sosial dan lingkungan. Demikian 84, 2009, h. 277-295) adalah beberapa contoh yang
juga, ada banyak sekali regulasi di berbagai negara bisa dirujuk.
yang kelahirannya didorong oleh gerakan sosial.
Menurut Peter Utting (Corporate Responsibility and the Memang, kerja sama ini bukannya tanpa masalah sama
Movement of Business, 2005) sekarang kita telah masuk sekali. Ada banyak kekhawatiran bahwa kerjasama ini
ke dalam kondisi co-regulation, bukan lagi rezim di akan membuat kritisisme organisasi masyarakat sipil
bisa luntur. Mereka bisa ‘lupa’ atas apa yang tadinya
CSR Indonesia Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010 21
Publikasi A+

diperjuangkan. Namun, sepanjang hubungan tersebut keterbatasan (lihat misalnya Roberts dalam
disandarkan kepada apa yang disarankan Covey dan Accounting, Organizations and Society, No. 34, 2009, h.
Brown (IDR Reports Vol. 17/1, 2001) sebagai critical 957-970), namun itu tidak membuat tuntutan atasnya
cooperation maka kekhawatiran itu bisa diminimalkan. berkurang sama sekali. Sebagaimana yang disarankan
Dalam karya tulis tersebut kedua penulis oleh ISO 26000, transparensi dan akuntabilitas
mengingatkan agar berbagai batasan memang harus bukanlah semata yang konsisten dengan regulasi
disepakati terlebih dahulu, termasuk kapan perjanjian melainkan juga melampaui itu dengan cara
kerjasama bisa dibatalkan—misalnya ketika mengundang pihak-pihak yang berkepentingan untuk
perusahaan terbukti ingkar atas komitmen perbaikan melakukan penyelidikan mendalam (due diligence)
kinerja lingkungan yang tadinya mereka nyatakan. atas kinerja perusahaan yang sepantasnya dibuka.
Roberts (2009) menyarankan agar transparensi dan
AK: Self-regulation is another alternative, but it akuntabilitas perusahaan bisa dibuat menjadi lebih
suffers from the same drawback as the concept of cerdas dengan mengadopsi sifat humility dan
corporate social responsibility: Companies are generosity. Pendek kata, CSR terus menerus akan
unlikely to voluntarily act in the public interest at membuka ‘isi’ perusahaan. Perusahaan akan menjadi
the expense of shareholder interests. But self- telanjang—seperti kata Don Tapscott dan David Ticoll
regulation can be useful. ...The challenge is to dalam The Naked Corporation (2003)—dan ini akan
design self-regulation in a manner that emphasizes memaksa perusahaan untuk terus menerus
transparency and accountability, consistent with memperbaiki kinerjanya.
what the public expects from government
regulation. *****
Akhirnya, AK sendiri menyatakan bahwa regulasi-diri Tampaknya AK harus banyak belajar soal CSR terlebih
atau sifat voluntari—yang merupakan salah satu dahulu sebelum menulis artikel opini yang hanya akan
komponen kunci dari CSR—memiliki kegunaan. mengungkapkan ketidakpahamannya soal apa yang
Namun, dia tetap menekankan bahwa ketika dia tulis. Mungkin dia hanya ingin segera popular
keuntungan dan kepentingan publik bertentangan, dengan jalan menantang arus besar. Mungkin dia
maka perusahaan cenderung untuk mengutamakan mengamalkan ajaran “If you cannot be famous, be
keuntungan. Sekali lagi, masalah ini sebetulnya tidak infamous,” dan tampaknya ia berhasil menjadi yang
ada kalau perspektif jangka panjang dipergunakan. kedua. Percobaan untuk “membunuh” CSR memang
Dalam jangka panjang, keuntungan hanya bisa semakin jarang terdengar, karena sebagian besar
diperoleh perusahaan dengan cara menyesuaikan diri perusahaan dan pemangku kepentingan telah semakin
dan mengantisipasi berbagai tuntutan pemangku sadar akan posisi sentralnya—walau belum
kepentingan, menyeimbangkan berbagai tuntutan itu, melaksanakan sepenuhnya. Melawan arus besar CSR
lalu mengambil peluang bisnis yang muncul dari upaya adalah suatu kesia-siaan, karena CSR adalah
memenuhinya. keniscayaan zaman. Kesadaran atas pentingnya
pembangunan berkelanjutan dan bagaimana itu bisa
Transparensi dan akuntabilitas adalah dua di antara dicapai melalui kerjasama tiga sektor pembangunan
tujuh prinsip tanggung jawab sosial, menurut ISO telah menyuburkan CSR dan akan terus
26000. Tak ada satupun perusahaan yang menguatkannya di masa mendatang. Seperti kata
berkomitmen CSR tinggi yang akan menolak Victor Hugo, “Nothing can stop an idea whose time has
keharusan untuk transparen dan akuntabel atas come.”
dampak apapun yang mereka timbulkan. Walaupun
transparensi dan akuntabilitas memiliki berbagai

Sumber Gambar: http://intangibles.typepad.com/theintangibles/csr-and-transparency/

CSR Indonesia Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010 22


Artikel Pilihan

Why CSR is Essential in the Real World of Business


Thomas P. Lyon
20 September 2010
http://www.greenbiz.com/blog/2010/09/20/why-csr-essential-real-world-business?page=full

In a recent op-ed piece in The Wall Street Journal, my James Inhofe, who claims climate change "is the
colleague Professor Aneel Karnani explained why he biggest hoax ever perpetrated on the public." Many
thinks corporate social responsibility (CSR) is at best corporations have funded fake grassroots groups --
irrelevant and probably socially damaging. The heart dubbed "astroturf" groups by Texas Senator Lloyd
of his argument lies in the assumption of a neat Bentsen -- in an effort to convince Congress that
separation between markets and politics. In this ordinary citizens share the political agendas of
idealized world, politics can be counted on to deliver multinational corporations.
the regulations needed to rein in corporate greed and
malfeasance. Then corporations can safely be left in When corporations blatantly work to cause
the hands of managers whose sole interest is government to fail in its task of solving collective
maximizing profits. problems, how can we NOT demand CSR? How can we
NOT support environmental activists who work to
I have a lot of sympathy for this perspective. If politics hold such corporations accountable? What else are
really worked as advertised, it would make perfect citizens to do -- wait for CEO succession to deliver a
sense to leave social issues to the deliberation of our firm into the hands of a boss too principled to dirty his
elected officials. The problem with this perspective is hands in Washington? The Chinese wall separating
that government failure is just as common as market markets and politics is a myth, one perpetuated by
failure. Certainly markets can fail because there are too special interests who cynically call for government to
few firms, consumers have inadequate information, or solve social problems while working behind the scenes
because pollution affects innocent bystanders who do to undermine it.
not even buy the product that is polluting their air or
water. But government can fail, too, sometimes One response by outraged citizens would be to pass
because it is just too big and bloated to deliver what it legislation that clearly states that corporations are not
promises. persons and have no right to free speech. A more
modest alternative would be to require corporations to
Often, government fails because of the vigorous account in detail for every lobbying dollar they spend.
lobbying efforts of special interest groups. Sometimes They should be required to report not only how much
these groups extract special favors that protect them and who they paid to make their case, and to what
from foreign competition (think sugar quotas that politicians, but also what were the specific arguments
prevent Brazil from selling us cane sugar). Other times they made and what, if any, supporting evidence they
lobbying protects firms from regulations that would gave the politicians they approached.
force them to pay for the environmental damage they
cause (think former Vice President Cheney's "secret To date, CSR has generally focused on the social and
energy task force," which worked behind closed doors environmental efforts of corporations. Corporate
to ensure the views of the oil industry were enshrined political efforts deserve just as much, if not more,
in public policy). attention. Irresponsible political lobbying by powerful
companies can greatly delay badly needed legislation.
Exxon -- until it was outed by Greenpeace -- funded Allowing companies to keep secret their lobbying
research and advocacy by climate deniers who sought efforts allows them to skirt the boundaries of
to raise doubt in the public mind regarding the reality corruption. We need to demand that corporate
of man-made climate change. Just as deviously, GM political activity become a central part of CSR. The
used to lobby against tighter fuel economy standards issue is all the more urgent in the wake of the Supreme
by lobbying in favor of a gasoline tax, pitting the Court's decision in Citizens United v. the Federal
(politically infeasible) best against the (politically Election Commission, which opens the door to much
threatening) good. greater corporate spending to influence elections.

Face it -- we live in a country where Big Tobacco and Step back for a moment to the world of corporate
Big Oil have covertly funded ideologically driven strategy. Most Americans are fed up with our political
"science" and fed its biased results to politicians in the system, and the amount of influence wielded by special
sway of local industries. For example, look at Senator interests. If firms were required to disclose their

CSR Indonesia Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010 23


Artikel Pilihan

political activities, one can imagine them firms that take regressive stands can, and ought, to be
differentiating themselves in the eyes of customers by punished in the marketplace.
being politically "clean," that is, not engaging in
lobbying at all. Then perhaps market competition Thomas P. Lyon is the director of the Erb Institute for
would underpin the functioning of the political world, Global Sustainable Enterprise at the University of
instead of undermining it. Until that time, however, Michigan.
CSR is a highly relevant part of corporate strategy, and

The Case Against Corporate Social Responsibility


Aneel Karnani
23 Agustus 2010
Sumber:
http://online.wsj.com/article/NA_WSJ_PUB:SB10001424052748703338004575230112664504890.html

Can companies do well by doing good? Yes— to include salads and other options designed to appeal
sometimes But the idea that companies have a to health-conscious consumers. Other companies have
responsibility to act in the public interest and will found new sources of revenue in low-fat, whole-grain
profit from doing so is fundamentally flawed. Large and other types of foods that have grown in popularity.
companies now routinely claim that they aren't in Social welfare is improved. Everybody wins.
business just for the profits, that they're also intent on
serving some larger social purpose. They trumpet their Similarly, auto makers have profited from responding
efforts to produce healthier foods or more fuel- to consumer demand for more fuel-efficient vehicles, a
efficient vehicles, conserve energy and other resources plus for the environment. And many companies have
in their operations, or otherwise make the world a boosted profits while enhancing social welfare by
better place. Influential institutions like the Academy reducing their energy consumption and thus their
of Management and the United Nations, among many costs. But social welfare isn't the driving force behind
others, encourage companies to pursue such these trends. Healthier foods and more fuel-efficient
strategies. It's not surprising that this idea has won vehicles didn't become so common until they became
over so many people—it's a very appealing profitable for their makers. Energy conservation didn't
proposition. You can have your cake and eat it too! But become so important to many companies until energy
it's an illusion, and a potentially dangerous one. became more costly. These companies are benefiting
society while acting in their own interests; social
Very simply, in cases where private profits and public activists urging them to change their ways had little
interests are aligned, the idea of corporate social impact. It is the relentless maximization of profits, not
responsibility is irrelevant: Companies that simply do a commitment to social responsibility, that has proved
everything they can to boost profits will end up to be a boon to the public in these cases.
increasing social welfare. In circumstances in which
profits and social welfare are in direct opposition, an Unfortunately, not all companies take advantage of
appeal to corporate social responsibility will almost such opportunities, and in those cases both social
always be ineffective, because executives are unlikely welfare and profits suffer. These companies have one
to act voluntarily in the public interest and against of two problems: Their executives are either
shareholder interests. Irrelevant or ineffective, take incompetent or are putting their own interests ahead
your pick. But it's worse than that. The danger is that a of the company's long-term financial interests. For
focus on social responsibility will delay or discourage instance, an executive might be averse to any risk,
more-effective measures to enhance social welfare in including the development of new products, that might
those cases where profits and the public good are at jeopardize the short-term financial performance of the
odds. As society looks to companies to address these company and thereby affect his compensation, even if
problems, the real solutions may be ignored. taking that risk would improve the company's longer-
term prospects. An appeal to social responsibility
Well and Good won't solve either of those problems. Pressure from
To get a better fix on the irrelevance or ineffectiveness shareholders for sustainable growth in profitability
of corporate social responsibility efforts, let's first look can. It can lead to incompetent managers being
at situations where profits and social welfare are in replaced and to a realignment of incentives for
synch. Consider the market for healthier food. Fast- executives, so that their compensation is tied more
food outlets have profited by expanding their offerings directly to the company's long-term success.
CSR Indonesia Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010 24
Artikel Pilihan

When There's a Choice regard for the social consequences. But, appeals to
Still, the fact is that while companies sometimes can do corporate social responsibility are not an effective way
well by doing good, more often they can't. Because in to strike a balance between profits and the public
most cases, doing what's best for society means good.
sacrificing profits. Research indicates that there are
five steps that can help business leaders increase CSR's The Power of Regulation
effectiveness as a lever for talent management. This is So how can that balance best be struck? The ultimate
true for most of society's pervasive and persistent solution is government regulation. Its greatest appeal
problems; if it weren't, those problems would have is that it is binding. Government has the power to
been solved long ago by companies seeking to enforce regulation. No need to rely on anyone's best
maximize their profits. A prime example is the intentions. But government regulation isn't perfect,
pollution caused by manufacturing. Reducing that and it can even end up reducing public welfare because
pollution is costly to the manufacturers, and that eats of its cost or inefficiency. The government also may
into profits. Poverty is another obvious example. lack the resources and competence to design and
Companies could pay their workers more and charge administer appropriate regulations, particularly for
less for their products, but their profits would suffer. complex industries requiring much specialized
knowledge. And industry groups might find ways to
So now what? Should executives in these situations influence regulation to the point where it is ineffective
heed the call for corporate social responsibility even or even ends up benefiting the industry at the expense
without the allure of profiting from it? You can argue of the general population. Outright corruption can
that they should. But you shouldn't expect that they make the situation even worse. What's more, all the
will. Executives are hired to maximize profits; that is problems of government failure are exacerbated in
their responsibility to their company's shareholders. developing countries with weak and often corrupt
Even if executives wanted to forgo some profit to governments. Still, with all their faults, governments
benefit society, they could expect to lose their jobs if are a far more effective protector of the public good
they tried—and be replaced by managers who would than any campaign for corporate social responsibility.
restore profit as the top priority. The movement for
corporate social responsibility is in direct opposition, Watchdogs and Advocates
in such cases, to the movement for better corporate Civil society also plays a role in constraining corporate
governance, which demands that managers fulfill their behavior that reduces social welfare, acting as a
fiduciary duty to act in the shareholders' interest or be watchdog and advocate. Various nonprofit
relieved of their responsibilities. That's one reason so organizations and movements provide a voice for a
many companies talk a great deal about social wide variety of social, political, environmental, ethnic,
responsibility but do nothing—a tactic known as cultural and community interests. The Rainforest
greenwashing. Action Network, for example, is an organization that
agitates, often quite effectively, for environmental
Managers who sacrifice profit for the common good protection and sustainability. Its website states, "Our
also are in effect imposing a tax on their shareholders campaigns leverage public opinion and consumer
and arbitrarily deciding how that money should be pressure to turn the public stigma of environmental
spent. In that sense they are usurping the role of destruction into a business nightmare for any
elected government officials, if only on a small scale. American company that refuses to adopt responsible
Privately owned companies are a different story. If an environmental policies." That's quite a different
owner-operated business chooses to accept approach from trying to convince executives that they
diminished profit in order to enhance social welfare, should do what's best for society because it's the right
that decision isn't being imposed on shareholders. thing to do and won't hurt their bottom line.
And, of course, it is admirable and desirable for the
leaders of successful public companies to use some of Overall, though, such activism has a mixed track
their personal fortune for charitable purposes, as record, and it can't be relied on as the primary
many have throughout history and many do now. But mechanism for imposing constraints on corporate
those leaders shouldn't presume to pursue their behavior—especially in most developing countries,
philanthropic goals with shareholder money. Indeed, where civil society lacks adequate resources to exert
many shareholders themselves use significant much influence and there is insufficient awareness of
amounts of the money they make from their public issues among the population.
investments to help fund charities or otherwise
improve social welfare. Self-Control
Self-regulation is another alternative, but it suffers
This is not to say, of course, that companies should be from the same drawback as the concept of corporate
left free to pursue the greatest possible profits without social responsibility: Companies are unlikely to
CSR Indonesia Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010 25
Artikel Pilihan

voluntarily act in the public interest at the expense of


Financial Calculation
shareholder interests. But self-regulation can be In the end, social responsibility is a financial
useful. It tends to promote good practices and target calculation for executives, just like any other aspect of
specific problems within industries, impose lower their business. The only sure way to influence
compliance costs on businesses than government corporate decision making is to impose an
regulation, and offer quick, low-cost dispute-resolution
unacceptable cost—regulatory mandates, taxes,
procedures. Self-regulation can also be more flexible punitive fines, public embarrassment—on socially
than government regulation, allowing it to respond unacceptable behavior Pleas for corporate social
more effectively to changing circumstances. responsibility will be truly embraced only by those
executives who are smart enough to see that doing the
The challenge is to design self-regulation in a manner right thing is a byproduct of their pursuit of profit. And
that emphasizes transparency and accountability, that renders such pleas pointless.
consistent with what the public expects from
government regulation. It is up to the government to Dr. Karnani is an associate professor of strategy at the
ensure that any self-regulation meets that standard. University of Michigan's Stephen M. Ross School of
And the government must be prepared to step in and Business. He can be reached at reports@wsj.com.
impose its own regulations if the industry fails to
police itself effectively.

Sumber Gambar:
www.csr-asia.com

CSR Indonesia Newsletter Vol. 4 Bulan 9 2010 26


Layanan A+ CSR Indonesia
A+ CSR Indonesia memberikan layanan jasa yang kelompok masyarakat sipil) sebagai pemangku
mencakup keseluruhan cakupan CSR. Seluruh layanan kepentingan yang akan menggunakan CSR bagi
jasa yang diberikan ditujukan sebagai suatu upaya pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
memberikan solusi yang bersifat terpadu, komprehensif,
dan sinergis. Sebagaimana keyakinan A+ terhadap Deskripsi layanan lengkap dapat dilihat pada situs
pentingnya kerjasama multipihak, maka ranah jasa www.csrindonesia.com, atau Anda bisa mengirim
tersebut tidak hanya ditujukan bagi perusahaan, email ke alamat email office@csrindonesia.com untuk
melainkan juga bagi sektor lain (pemerintah dan mendapatkan profil perusahaan.

Assessment  Penilaian Sosial dan Lingkungan untuk Pengambilan Keputusan Investasi


(Kajian dan Penilaian) (Social and Environmental Aspects of Investment Screening)
 Penilaian Dampak Sosial dan Lingkungan Projek
(Social and Environmental Impacts Assessment)
 Survei Data Dasar (Baseline Survey)
 Penilaian Kebutuhan Masyarakat (Community Needs Assessments)
 Pemetaan Isu Strategis dan Pemangku Kepentingan
(Strategic Issues and Stakeholder Mapping)
 Kajian Kebijakan dan Manajemen Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(Review on CSR Policy and Management)

 Pengembangan Kebijakan CSR (CSR Policy Development)


Assistance  Perencanaan Strategik CSR (CSR Strategic Planning)
(Bantuan dan Pendampingan)  Rekruitmen Spesialis CSR (CSR Specialist Recruitment)
 Pengembangan Tim CSR (CSR Team Development)
 Pelatihan Manajemen CSR (CSR Management Training)
 Pelatihan Keterampilan Sosial untuk CSR (Social Skills Training for CSR)
 Pendampingan Teknis Pelaksanaan Program CSR
(CSR Program Technical Assistance)

 Audit Kinerja CSR (CSR Performance Audit)


Assurance  Pelaporan dan Publikasi Program CSR (CSR Reporting and Publication)
(Jaminan)  Penilaian Independen atas Rencana atau Kinerja CSR (CSR Due Diligence)

 Fasilitasi Hubungan dengan Pemangku Kepentingan


Advocacy (Stakeholder Engagement Facilitation)
(Advokasi)  Fasilitasi Resolusi Konflik (Alternative Dispute Resolution/ADR)
 Pengembangan Kerjasama Tim (Team Building)
 Perencanaan Penutupan Operasi (Exit Strategy Planning)
 Pengembangan Strategi Komunikasi CSR
(CSR Communication Strategy Development)
 Pelaksanaan Strategi Komunikasi CSR (CSR Communication Strategy Execution)
 Kontribusi dalam Penyebaran Wacana dan Keterampilan CSR
(Contribution to CSR Discourse and Skills)

Anda mungkin juga menyukai