Laporan Praktikum Penentuan Posisi Modul 1: Cutt and Fill
Laporan Praktikum Penentuan Posisi Modul 1: Cutt and Fill
KELOMPOK 5 KELAS 01
NAMA ANGGOTA KELOMPOK:
i
Daftar Gambar
ii
Daftar Tabel
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Permukaan bumi memiliki elevasi yang beraneka ragam. Seiring
berkembangnya zaman, kebutuhan manusia akan pembangunan infrastruktur yang
mendukung kehidupannya semakin meningkat. Akan tetapi, dijumpai pula bahwa
perbedaan ketinggian yang ekstrim dapat berpotensi menjadi hambatan
pembangunan. Kebutuhan manusia akan permukaan tanah yang datar dan luas
diperlukan untuk membangun akses jalan. Kebutuhan akan prasarana jalan merupakan
faktor penunjang lancarnya perekonomian, mengingat kondisi sarana jalan yang ada
saat ini banyak kerusakan baik yang diakibatkan oleh faktor alam maupun faktor
manusia dalam hal ini kendaraan, sehingga perlu diadakan perbaikan dan peningkatan
guna memenuhi kebutuhan lalu lintas yang lebih tinggi. Dalam proses perencanaan
sebagai dasar untuk pelaksanaannya perlu diperhatikan faktor kenyamanan, keamanan
lingkungan serta faktor lain yang mendukung rencana detail.
Dari sinilah kami dapat melihat bahwa perataan permukaan tanah ini penting
untuk dilakukan, seperti halnya dengan area yang akan kami gunakan pada kegiatan
kali ini. Permukaan area jalan A Institut Teknologi Bandung yang terbentang sepanjang
100 meter dan lebar 6 meter ini dilapisi dengan aspal berbatu dan tanah berlapis paving
block. Pengamatan secara kualitas telah kami lakukan dan didapati bahwa masih ada
beberapa area yang tidak rata dengan tinggi permukaan rata-rata.
Untuk mencapai proses tersebut, metode yang cocok digunakan adalah metode
cut and fill. Metode cut and fill adalah menentukan volume tanah yang harus digali dan
kemudian ditimbun ke dalam area yang harus ditimbun. Metode ini digunakan untuk
meratakan area yang memiliki kontur tanah tidak rata . Proses perhitungan cut and fill
harus direncanakan sebaik mungkin dengan perhitungan yang tepat agar mendapatkan
volume galian dan volume timbun sehingga tanah yang digali dan ditimbun dapat
diperhitungkan secara efektif dan efisien agar tidak ada tanah yang terbuang percuma.
4
Pada metode cut and fill ini perlu diperhatikan perhitungannya, terutama
perhitungan antara volume galian dan volume timbunan karena keduanya menjadi
sangat penting dalam pengerjaan proyek ini. Volume galian merupakan volume tanah
berlebih dengan parameter ukurnya adalah volume rata-rata tanah di area pekerjaan.
Sehingga tanah galian tersebut harus dipindahkan ke area yang ketinggiannya masih
kurang dari rata-rata. Area tanah yang kurang dari rata-rata tersebut adalah volume
timbunan. Metode ini akan menjadi sangat efektif dalam pembuatan jalan karena tidak
diperlukan proses pemindahan tanah dari luar area yang memiliki estimasi waktu relatif
lebih lama. Aktivitas cut and fill ini sebisa mungkin untuk tidak menimbun suatu titik
dari hasil galian di luar area maka diperlukan analisis perhitungan. Jika analisis kurang
tepat maka ukuran galian akan melebihi apa yang sudah direncanakan. Selain itu,
perhitungan dengan menggunakan formulasi yang tepat juga akan meminimalisasi
biaya yang dikeluarkan dalam proses pembuatan jalan.
1.2.1. Tujuan
1. Meratakan permukaan tanah
2. Menentukan jumlah volume timbunan dan galian dari permukaan tanah
3. Menghasilkan sketsa gambar hasil pengukuran timbunan dan galian
5
1.3. Personel dan Peralatan
1.3.1. Personel
NO NAMA NIM
1.3.2. Peralatan
2. Pita Ukur 1
3. ETS 1
6
4. Jalon Prisma 1
5. Rompi Praktikum 5
6. Helm Praktikum 5
7
1.4. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Hari
Minggu
ke-
di di di di
Ruang Jalan A Ruang Upnormal
Kelas Kelas Co-
3101 3101 Working
Space
di di di
Ruang Ruang Upnormal
Kelas Kelas Co-
3101 3101 Working
Space
di di di
di di
Ruang Upnormal Upnormal
Kelas Jalan A Jalan A Co- Co-
3101 Working Working
Space Space
8
Hari
Minggu
ke-
Presentasi Presentasi
di di
Ruang Ruang
Kelas Kelas
3101 3101
9
BAB II
METODOLOGI
2.1. Kerangka Dasar Horizontal
Objek di muka bumi dapat digambarkan dalam bentuk titik-titik yang mewakili
posisi dari sebuah objek. Dalam keperluan pengukuran dan pemetaan diperlukan suatu
penentuan posisi yang didasarkan pada sistem referensi tertentu. Penyamaan persepsi
referensi pada setiap titik dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih posisi. Tanpa
adanya kerangka horizontal, unsur permukaan bumi suatu daerah tidak dapat
digabungkan dengan baik. Kerangka dasar horizontal merupakan teknik dan cara
pengukuran yang terdiri dari hubungan titik-titik yang diukur pada bidang mendatar
muka bumi, serta data-data yang didapatkan mempunyai referensi koordinat dua
dimensi, x dan y tanpa memperhatikan ketinggian.
Terdapat beberapa pilihan metode yang dapat diterapkan pada penentuan posisi
horizontal suatu titik. Metode-metode tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan
masing-masing tergantung pada jenis kebutuhan dan kondisi daerah pengukuran. Pada
dasarnya, terdapat persamaan dasar dalam parameter pengukuran yang
diperlukan yaitu besaran sudut dan jarak pada bidang mendatar. Adapun metode yang
kami terapkan adalah metode poligon terikat sempurna. Setelah dipertimbangkan,
metode poligon sesuai dengan kebutuhan kami dalam membentuk kerangka cross
section.
Keterangan:
𝑥T = Posisi horizontal titik T yang akan diketahui
𝑥R = Posisi horizontal titik R
ⅆST = Jarak dari titik S ke titik T
6
𝜶ST = Sudut jurusan dari titik S ke titik T
(2)
𝑦T ꞊ 𝑦R + ⅆST cos𝞪ST
Keterangan:
𝑦T = Posisi vertikal titik T yang akan diketahui
𝑦R = Posisi vertikal titik R
ⅆST = Jarak dari titik S ke titik T
𝜶ST = Sudut jurusan dari titik S ke titik T
Hasil dari koordinat lokal inilah yang akan dijadikan sebagai titik acuan untuk
menghitung ketinggian titik-titik lainnya yang akan diperlukan dalam pengukuran.
Pada metode ini kami akan melakukan perhitungan volume dengan membagi
luas jalan yang akan diratakan dengan ukuran 3 x 3 m. Ketinggian titik detail diketahui
dari perhitungan dengan menggunakan metode pengukuran Tachymetri.
7
2.2.2. Metode Tachymetri
Metode Tachymetri merupakan metode pengukuran titik-titik detail.
Pengukuran titik-titik detail dilakukan sesudah pengukuran kerangka dasar vertikal.
ETS diletakkan di atas titik ikat berupa benchmark ITB 026. Kemudian dibuat acuan
arah sumbu y ke arah benchmark ITB 025. Setelah itu prisma diletakkan di atas titik
detail seperti yang sudah dirancang pada gambar. Setelah itu, prisma akan dibidik dari
titik ikat sehingga dapat diketahui data berupa sudut vertikal, jarak mendatar, dan jarak
miring. Dari data tersebut, maka dapat diketahui beda tinggi menggunakan rumus:
(3)
Δ𝐻𝑖 = 𝑆𝐷 cos 𝜃 + 𝐻𝐸𝑇𝑆 − 𝐻𝑃𝑟𝑖𝑠𝑚𝑎
(4)
𝐻𝑖 = 𝐻𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖 + Δ𝐻𝑖
Keterangan:
𝑆𝐷 = jarak miring
𝜃 = sudut vertical
𝐻𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖 = tinggi referensi, pada hal ini tinggi yang didapat dari benchmark
Setelah data pengukuran didapatkan, maka data diolah menggunakan formulasi dalam
program Microsoft Excel untuk menghasilkan ketinggian di titik detail yang akan
digunakan untuk perhitungan volume galian dan timbunan . Volume galian dan
timbunan ini dapat dihitung dengan menggunakan metode cross-section.
8
(5)
ℎ𝑟 = ℎ1 + ℎ2 + ℎ3 + ⋯ + ℎ𝑛
Keterangan:
(6)
𝑉𝑟 = 3 × 3 × ℎ𝑟
Keterangan:
Sebelum mencari besar volume masing-masing grid, perlu diketahui luas penampang
yang akan digunakan untuk mencari volume. Dalam hal ini, akan digunakan luas
trapesium untuk menentukan luas penampang. Kemudian, dapat dicari volume dari
masing-masing grid. Volume dapat dicari menggunakan metode potongan melintang
rata-rata. Pada metode ini luas potongan melintang pada kedua ujung masing-masing
grid diukur dan dengan menganggap perubahan kedua luas potongan melintang antara
kedua ujung tersebut sebanding dengan jaraknya, luas A1 dan A2 dirata-rata. Volume
dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:
(7)
𝑉𝑛 = (𝐴1 + 𝐴2)2 × 𝑑
Keterangan:
9
Gambar 1: Volume dengan metode potongan melintang rata-rata
Dari hasil perhitungan (3), maka dapat diketahui volume dari masing-masing
grid berdasarkan ketinggian yang sudah diukur. Apabila volume pada perhitungan (3)
lebih besar dari volume rata-rata, maka perlu dilakukan penggalian dan apabila
sebaliknya, maka perlu dilakukan penimbunan. Besar volume tanah yang harus digali
atau ditimbun dapat diketahui dengan menghitung selisih antara volume perhitungan
(3) dengan volume rata-rata.
10
Daftar Pustaka
[2] Charles D. Ghilani , Paul R. Wolf, Elementary Surveying An Intoduction To Geomatics, New Jersey:
Library of Congress Cataloging, 2012.
11