Anda di halaman 1dari 16

2019

Laporan Akhir Kegiatan

KELOMPOK 5 KELAS 01
NAMA ANGGOTA KELOMPOK:

Rizqia Grandis Pratiwi (15117058)


Arief Rachman Widyanto (15117059)
Aberham Christomus Amadeo (15117063)
Lulu Firyal Luthfiyah (15117068)
Fatwa Cahya Mustika (15117072)
Daftar Isi

Daftar Isi .................................................................................................................................................. i


Daftar Gambar ........................................................................................................................................ ii
Daftar Tabel ........................................................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................................ 4
1.2. Tujuan dan Deliverable List .................................................................................................... 5
1.2.1. Tujuan ................................................................................................................................. 5
1.2.2. Deliverable List .................................................................................................................... 5
1.3. Personel dan Peralatan ............................................................................................................ 6
1.3.1. Personel .............................................................................................................................. 6
1.3.2. Peralatan ............................................................................................................................. 6
1.4. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ................................................................................................. 8
BAB II .................................................................................................................................................... 6
METODOLOGI .................................................................................................................................... 6
2.1. Kerangka Dasar Horizontal ..................................................................................................... 6
2.1.1. Metode Penentuan Koordinat Definit Terikat ke Benchmark ............................................. 6
2.2. Kerangka Dasar Vertikal ......................................................................................................... 7
2.2.1. Metode grid untuk pelaksanaan pengukuran ...................................................................... 7
2.2.2. Metode Tachymetri ............................................................................................................. 8
2.2.3. Metode cross-section untuk perhitungan volume ............................................................... 8
Daftar Pustaka....................................................................................................................................... 11

i
Daftar Gambar

Gambar 1: Volume dengan metode potongan melintang rata-rata ....................................................... 10

ii
Daftar Tabel

Tabel 1 : Nama Anggota dan Nomor Induk Mahasiswa. ........................................................................ 6

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Permukaan bumi memiliki elevasi yang beraneka ragam. Seiring
berkembangnya zaman, kebutuhan manusia akan pembangunan infrastruktur yang
mendukung kehidupannya semakin meningkat. Akan tetapi, dijumpai pula bahwa
perbedaan ketinggian yang ekstrim dapat berpotensi menjadi hambatan
pembangunan. Kebutuhan manusia akan permukaan tanah yang datar dan luas
diperlukan untuk membangun akses jalan. Kebutuhan akan prasarana jalan merupakan
faktor penunjang lancarnya perekonomian, mengingat kondisi sarana jalan yang ada
saat ini banyak kerusakan baik yang diakibatkan oleh faktor alam maupun faktor
manusia dalam hal ini kendaraan, sehingga perlu diadakan perbaikan dan peningkatan
guna memenuhi kebutuhan lalu lintas yang lebih tinggi. Dalam proses perencanaan
sebagai dasar untuk pelaksanaannya perlu diperhatikan faktor kenyamanan, keamanan
lingkungan serta faktor lain yang mendukung rencana detail.

Dari sinilah kami dapat melihat bahwa perataan permukaan tanah ini penting
untuk dilakukan, seperti halnya dengan area yang akan kami gunakan pada kegiatan
kali ini. Permukaan area jalan A Institut Teknologi Bandung yang terbentang sepanjang
100 meter dan lebar 6 meter ini dilapisi dengan aspal berbatu dan tanah berlapis paving
block. Pengamatan secara kualitas telah kami lakukan dan didapati bahwa masih ada
beberapa area yang tidak rata dengan tinggi permukaan rata-rata.

Dalam proses perataan tanah, penggambaran profil tiga dimensi diperlukan


untuk tahap perencanaan. Terdapat minimal tiga unit data yang diperlukan, yaitu beda
tinggi, luas permukaan, dan volume. Ketiga aspek ukuran tersebut sangat erat kaitannya
dengan bidang keilmuan geodesi. Berdasarkan faktor teknis, pengukuran pada muka
bumi dilakukan secara langsung dengan bantuan teknologi survei. Pengukuran
langsung di lapangan dilakukan untuk mengetahui nilai dari dimensi panjang dan
tinggi. Hingga akhirnya, kami dapat melakukan pengukuran tidak langsung untuk
mendapatkan nilai volume. Nilai data yang diperoleh dapat ditempatkan dalam sebuah
profil tiga dimensi yang menggambarkan volume cekungan dan tanjakan dari sebuah
permukaan tanah dan mendapatkan tinggi rata-rata yang dibutuhkan.

Untuk mencapai proses tersebut, metode yang cocok digunakan adalah metode
cut and fill. Metode cut and fill adalah menentukan volume tanah yang harus digali dan
kemudian ditimbun ke dalam area yang harus ditimbun. Metode ini digunakan untuk
meratakan area yang memiliki kontur tanah tidak rata . Proses perhitungan cut and fill
harus direncanakan sebaik mungkin dengan perhitungan yang tepat agar mendapatkan
volume galian dan volume timbun sehingga tanah yang digali dan ditimbun dapat
diperhitungkan secara efektif dan efisien agar tidak ada tanah yang terbuang percuma.
4
Pada metode cut and fill ini perlu diperhatikan perhitungannya, terutama
perhitungan antara volume galian dan volume timbunan karena keduanya menjadi
sangat penting dalam pengerjaan proyek ini. Volume galian merupakan volume tanah
berlebih dengan parameter ukurnya adalah volume rata-rata tanah di area pekerjaan.
Sehingga tanah galian tersebut harus dipindahkan ke area yang ketinggiannya masih
kurang dari rata-rata. Area tanah yang kurang dari rata-rata tersebut adalah volume
timbunan. Metode ini akan menjadi sangat efektif dalam pembuatan jalan karena tidak
diperlukan proses pemindahan tanah dari luar area yang memiliki estimasi waktu relatif
lebih lama. Aktivitas cut and fill ini sebisa mungkin untuk tidak menimbun suatu titik
dari hasil galian di luar area maka diperlukan analisis perhitungan. Jika analisis kurang
tepat maka ukuran galian akan melebihi apa yang sudah direncanakan. Selain itu,
perhitungan dengan menggunakan formulasi yang tepat juga akan meminimalisasi
biaya yang dikeluarkan dalam proses pembuatan jalan.

1.2. Tujuan dan Deliverable List

1.2.1. Tujuan
1. Meratakan permukaan tanah
2. Menentukan jumlah volume timbunan dan galian dari permukaan tanah
3. Menghasilkan sketsa gambar hasil pengukuran timbunan dan galian

1.2.2. Deliverable List


1. Nilai tinggi rata-rata
2. Nilai volume rata-rata
3. Nilai volume galian
4. Nilai volume timbunan
5. Sketsa kontur permukaan tanah dari hasil pengukuran
6. Sketsa rencana penerapan metode cut and fill pada area pelaksanaan
7. Laporan akhir kegiatan

5
1.3. Personel dan Peralatan

1.3.1. Personel

NO NAMA NIM

1 Rizqia Grandis Pratiwi 15117058

2 Arief Rachman Widyanto 15117059

3 Aberham Christomus Amadeo 15117063

4 Lulu Firyal Luthfiyah 15117068

5 Fatwa Cahya Mustika 15117072

Tabel 1 : Nama Anggota dan Nomor Induk Mahasiswa

1.3.2. Peralatan

No. Nama Alat Nomor Seri Jumlah Spesifikasi


1. Statif 1 Ketelitian: 1,5
mm
Jarak Maksimal:
100 m

2. Pita Ukur 1

3. ETS 1

6
4. Jalon Prisma 1

5. Rompi Praktikum 5

6. Helm Praktikum 5

7. Form Pengukuran secukupnya


8. Penanda 1 Tip-x
9. Nivo 1
Tabel 2: Peralatan yang Digunakan

7
1.4. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Hari
Minggu
ke-

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

1 21-01-2019 22-01-2019 23-01-2019 24-01-2019 25-01-2019 26-01-2019 27-01-2019

Diskusi Survey Diskusi Diskusi

di di di di
Ruang Jalan A Ruang Upnormal
Kelas Kelas Co-
3101 3101 Working
Space

2 28-01-2019 29-01-2019 30-01-2019 31-01-2019 01-02-2019 02-02-2019 03-02-2019

Diskusi Diskusi Diskusi

di di di
Ruang Ruang Upnormal
Kelas Kelas Co-
3101 3101 Working
Space

3 04-02-2019 05-02-2019 06-02-2019 07-02-2019 08-02-2019 09-02-2019 10-02-2019

Diskusi Libur Pengambi Pengambi Olah data Olah data


lan data lan data

di di di
di di
Ruang Upnormal Upnormal
Kelas Jalan A Jalan A Co- Co-
3101 Working Working
Space Space

8
Hari
Minggu
ke-

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

4 11-02-2019 12-02-2019 13-02-2019

Presentasi Presentasi

di di
Ruang Ruang
Kelas Kelas
3101 3101

Tabel 3 : Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

9
BAB II
METODOLOGI
2.1. Kerangka Dasar Horizontal
Objek di muka bumi dapat digambarkan dalam bentuk titik-titik yang mewakili
posisi dari sebuah objek. Dalam keperluan pengukuran dan pemetaan diperlukan suatu
penentuan posisi yang didasarkan pada sistem referensi tertentu. Penyamaan persepsi
referensi pada setiap titik dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih posisi. Tanpa
adanya kerangka horizontal, unsur permukaan bumi suatu daerah tidak dapat
digabungkan dengan baik. Kerangka dasar horizontal merupakan teknik dan cara
pengukuran yang terdiri dari hubungan titik-titik yang diukur pada bidang mendatar
muka bumi, serta data-data yang didapatkan mempunyai referensi koordinat dua
dimensi, x dan y tanpa memperhatikan ketinggian.

Terdapat beberapa pilihan metode yang dapat diterapkan pada penentuan posisi
horizontal suatu titik. Metode-metode tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan
masing-masing tergantung pada jenis kebutuhan dan kondisi daerah pengukuran. Pada
dasarnya, terdapat persamaan dasar dalam parameter pengukuran yang
diperlukan yaitu besaran sudut dan jarak pada bidang mendatar. Adapun metode yang
kami terapkan adalah metode poligon terikat sempurna. Setelah dipertimbangkan,
metode poligon sesuai dengan kebutuhan kami dalam membentuk kerangka cross
section.

2.1.1. Metode Penentuan Koordinat Definit Terikat ke Benchmark


Yang harus pertama kali dilakukan adalah menentukan koordinat di wilayah
pekerjaan dengan mengikatkan pada benchmark. Metode ini merupakan metode
menentukan koordinat satu titik dengan menggunakan minimal sebuah benchmark dan
satu buah jarak yang akan didapat. Pada kasus ini, kami menggunakan kerangka berupa
poligon terikat sempurna. Dengan data sudut jurusan dan jarak antara titik benchmark
dengan titik yang dicari maka dilakukan perhitungan sebagai berikut:

𝑥T ꞊ 𝑥R + ⅆST sin𝜶ST (1)

Keterangan:
𝑥T = Posisi horizontal titik T yang akan diketahui
𝑥R = Posisi horizontal titik R
ⅆST = Jarak dari titik S ke titik T

6
𝜶ST = Sudut jurusan dari titik S ke titik T

(2)
𝑦T ꞊ 𝑦R + ⅆST cos𝞪ST

Keterangan:
𝑦T = Posisi vertikal titik T yang akan diketahui
𝑦R = Posisi vertikal titik R
ⅆST = Jarak dari titik S ke titik T
𝜶ST = Sudut jurusan dari titik S ke titik T

Hasil dari koordinat lokal inilah yang akan dijadikan sebagai titik acuan untuk
menghitung ketinggian titik-titik lainnya yang akan diperlukan dalam pengukuran.

2.2. Kerangka Dasar Vertikal


Kerangka dasar vertikal merupakan cara untuk menentukan ketinggian
kumpulan titik-titik yang sudah diketahui posisinya dengan rujukan ketinggian berupa
ketinggian muka air laut rata-rata (Mean Sea Level) atau ditentukan lokal.

Pengukuran kerangka dasar vertikal akan menghasilkan ketinggian titik-titik


ikat. Ketinggian titik ikat diukur menggunakan alat Electronic Total Station (ETS)
dengan membidik prisma yang diletakkan di titik ikat dengan keadaan alat berada diatas
benchmark. Titik ikat ini yang akan digunakan sebagai referensi ketinggian perhitungan
selanjutnya.

2.2.1. Metode grid untuk pelaksanaan pengukuran


Untuk pengambilan data ketinggian kami menggunakan metode grid. Metode
grid bertujuan untuk menentukan tinggi suatu tempat dengan menggunakan pola bujur
sangkar tinggi tiap titik.

Pada metode ini kami akan melakukan perhitungan volume dengan membagi
luas jalan yang akan diratakan dengan ukuran 3 x 3 m. Ketinggian titik detail diketahui
dari perhitungan dengan menggunakan metode pengukuran Tachymetri.

7
2.2.2. Metode Tachymetri
Metode Tachymetri merupakan metode pengukuran titik-titik detail.
Pengukuran titik-titik detail dilakukan sesudah pengukuran kerangka dasar vertikal.
ETS diletakkan di atas titik ikat berupa benchmark ITB 026. Kemudian dibuat acuan
arah sumbu y ke arah benchmark ITB 025. Setelah itu prisma diletakkan di atas titik
detail seperti yang sudah dirancang pada gambar. Setelah itu, prisma akan dibidik dari
titik ikat sehingga dapat diketahui data berupa sudut vertikal, jarak mendatar, dan jarak
miring. Dari data tersebut, maka dapat diketahui beda tinggi menggunakan rumus:

(3)
Δ𝐻𝑖 = 𝑆𝐷 cos 𝜃 + 𝐻𝐸𝑇𝑆 − 𝐻𝑃𝑟𝑖𝑠𝑚𝑎

Selanjutnya, ketinggian titik dapat dicari menggunakan rumus:

(4)
𝐻𝑖 = 𝐻𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖 + Δ𝐻𝑖

Keterangan:

Δ𝐻𝑖 = beda tinggi titik ke-i terhadap ketinggian titik ikat

𝑆𝐷 = jarak miring

𝜃 = sudut vertical

𝐻𝐸𝑇𝑆 = tinggi ETS

𝐻𝑃𝑟𝑖𝑠𝑚𝑎 = tinggi prisma

𝐻𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖 = tinggi referensi, pada hal ini tinggi yang didapat dari benchmark

𝐻𝑖 = tinggi pada titik i

Setelah data pengukuran didapatkan, maka data diolah menggunakan formulasi dalam
program Microsoft Excel untuk menghasilkan ketinggian di titik detail yang akan
digunakan untuk perhitungan volume galian dan timbunan . Volume galian dan
timbunan ini dapat dihitung dengan menggunakan metode cross-section.

2.2.3. Metode cross-section untuk perhitungan volume


Untuk melakukan perhitungan volume , metode yang kami gunakan adalah
metode cross section. Metode cross section ini dipakai hampir khusus untuk
menghitung volume pada proyek-proyek konstruksi yang memanjang misalnya jalan
raya. Dalam menghitung volume, dibutuhkan perhitungan tinggi rata-rata dari setiap
titik pada kerangka grid dengan menggunakan rumus:

8
(5)
ℎ𝑟 = ℎ1 + ℎ2 + ℎ3 + ⋯ + ℎ𝑛

Keterangan:

ℎ𝑟 = tinggi rata-rata dari seluruh titik

ℎ1 , ℎ2 , ℎ3 , ℎ𝑛 = tinggi hasil pengukuran dari masing-masing titik

𝑛 = jumlah titik yang diukur

Setelah itu, dihitung volume masing-masing grid menggunakan tinggi rata-rata.


Volume ini akan menjadi acuan volume grid yang dihitung menggunakan tinggi hasil
pengukuran. Namun, pada bagian ini akan terdapat dua volume rata-rata.

(6)
𝑉𝑟 = 3 × 3 × ℎ𝑟

Keterangan:

𝑉𝑟 = volume rata-rata untuk masing-masing grid

ℎ𝑟 = tinggi rata-rata dari seluruh titik

Sebelum mencari besar volume masing-masing grid, perlu diketahui luas penampang
yang akan digunakan untuk mencari volume. Dalam hal ini, akan digunakan luas
trapesium untuk menentukan luas penampang. Kemudian, dapat dicari volume dari
masing-masing grid. Volume dapat dicari menggunakan metode potongan melintang
rata-rata. Pada metode ini luas potongan melintang pada kedua ujung masing-masing
grid diukur dan dengan menganggap perubahan kedua luas potongan melintang antara
kedua ujung tersebut sebanding dengan jaraknya, luas A1 dan A2 dirata-rata. Volume
dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:

(7)
𝑉𝑛 = (𝐴1 + 𝐴2)2 × 𝑑

Keterangan:

𝐴1 = Luas penampang kesatu

𝐴2 = Luas penampang kedua

𝑑 = Jarak antara dua penampang

9
Gambar 1: Volume dengan metode potongan melintang rata-rata

Dari hasil perhitungan (3), maka dapat diketahui volume dari masing-masing
grid berdasarkan ketinggian yang sudah diukur. Apabila volume pada perhitungan (3)
lebih besar dari volume rata-rata, maka perlu dilakukan penggalian dan apabila
sebaliknya, maka perlu dilakukan penimbunan. Besar volume tanah yang harus digali
atau ditimbun dapat diketahui dengan menghitung selisih antara volume perhitungan
(3) dengan volume rata-rata.

10
Daftar Pustaka

[1] A. S. Soedomo, Surveying & Mapping, Bandung: ITB, 2003.

[2] Charles D. Ghilani , Paul R. Wolf, Elementary Surveying An Intoduction To Geomatics, New Jersey:
Library of Congress Cataloging, 2012.

11

Anda mungkin juga menyukai