Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

MENENTUKAN ARAH KIBLAT DENGAN TRIGONOMETRI

Disusun oleh :

Kiki Kustanti (1137010031)

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

T.A 2014/2015
Kata Pengantar

Puji syukur penyusun panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga saya berhasil
menyelesaikan tugas makalah Bahasa Imdonesia yang berjudul “MENENTUKAN
ARAH KIBLAT DENGAN TRIGONOMETRI” tepat pada waktunya.

Penyusuni menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,


baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, saya telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik, oleh karena itu saya menerima kritik dan saran dari semua kalangan
yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Amin

Bandung, November 2014

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………..……………………………i
DAFTAR ISI………………….……………………………………….………..ii
BAB I
PENDAHULUAN………….………………………………………..…....…..…1
1.1 Latar Belakang .………….………………………………….……….1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………...……....2
1.3 Tujuan………………………………………………………………...2
1.4 Manfaat …….……………………………………………….…..……2
BAB II
PEMBAHASAN….……………….……………………………………………..3
2.1 Landasan Teori…………………….…………………………………………3
2.1.1 Arah Kiblat ………………...………………………………..……..3
2.1.2 Trigonometri ……………………………………………………….4
2.2 Pembahasan………………………….….………………………………..…11
2.2.1 Urgensi Arah Kiblat sebagai Syarat Syahnya Sholat……...……...11
2.2.2 Aplikasi Trigonometri dalam Menentukan Arah Kiblat…..…..….12
BAB III
PENUTUP …………………………………………………………………...…23
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………....23
3.2 Saran ……………………………………………………………………..…23
Daftar Pustaka ……………………………………………………………….…24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagian besar masyarakat Indonesia terdiri dari Umat Islam. Tentu saja
dalam hal sholat arah kiblat menjadi hal terpenting yang tidak dapat
dikesampingkan karena menghadap kiblat dalam sholat merupakan syarat sahnya
sholat. Seorang muslim yang menetap di suatu tempat tentu tidak kesulitan dalam
menentukan arah kiblat, namun ketika ia bepergian jauh memungkinkan kesulitan
dalam menentukan arah kiblat ketika akan melakukan sholat. Islam adalah agama
ilmiah yang mempunyai dasar dari setiap amal yang dilakukan, termasuk dalam
menentuakan arah kiblat dalam sholat, tidak sekedar intuisi dalm menentukan arah
kiblat.

Selama ini matematika dianggap sebagai ilmu yang abstrak, teoretis dan
hanya berisi rumus-rumus, seolah berada jauh dan tidak bersinggungan dengan
realitas kehidupan. Namun sebenarnya matematika merupakan ilmu dasar dari
pengembangan sains (basic of science) dan sangat berguna dalam kehidupan.

Aplikasi ilmu matematika pada dasarnya sangatlah luas cakupannya. Salah


satu konsep serta teori dalam matematika yang erat hubungannya dengan
kehidupan sehari-hari ialah trigonometri. Konsep trigonometri dalam sejarah
perkembangan sains Islam sangat berperan sekali pada aplikasi ilmu falak. Hal ini
dapat diketahui dengan banyaknya ilmuwan muslim yang turut mengembangkan
ilmu falak, salah satunya yaitu Al- Khawarizmi (305 H/917 M) dengan magnum
opusnya dalam kitab al- Mukhtashar fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah.

Trigonometri adalah cabang dari ilmu matematika yang mengkaji masalah


sudut, terutama sudut segitiga yang masih ada hubungannya dengan geometri.
Seiring perkembangan ilmu matematika, ternyata kajian trigonometri tidak hanya

1
dapat diterapkan dalam bidang datar saja, akan tetapi dapat diterapkan dalam
bangun ruang seperti bola. Konsep trigonometri pada bola disebut Trigonometri
Segitiga Bola atau sering disebut segitiga bola. Segitiga bola merupakan sebuah
segitiga pada permukaan bola yang dibentuk dari 3 sisi yang merupakan bagian
dari lingkaran besar (Nurwendaya : 2010).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, hal yang menjadi
rumusan masalah pada makalah ini, yaitu:

1. Apa keterkaitan antara trigonometri dan arah kiblat?


2. Bagaimana aplikasi trigonometri bola dalam menentukan arah kiblat
disuatu tempat berdasarkan perhitugan matematis?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui hubungan trigonometri dengan arah kiblat
2. Mengetahui cara penerapan trigonometri bola dalam menentukan arah
kiblat

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah

1. Memberikan kontribusi positif bagi Umat Islam bahwa perlu adanya


pemahaman tentang penentuan arah kiblat yang benar.
2. Menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai aplikasi matematika
dalam hal ibadah khususnya penentuan arah kiblat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Arah Kiblat

Kata al-Qiblah terulang sebanyak 4 kali di dalam Al-Qur’an yaitu QS.2 :


142-145 yang berarti kiblat dan QS.10:87 yang berarti tempat sholat. Dari segi
bahasa, kata tersebut terambil dari akar kata qabala-yaqbulu yang berarti
menghadap (Susiknan Azhari, 2007: 39). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kiblat diartikan arah ke ka’bah di Mekah (pada waktu salat)(Departemen P&K,
1989: 438) dan dalam kamus Al-Munawwir diartikan sebagai ka’bah (Achmad
Warson Munawir, 1984:1169). Sedangkan dalam Ensiklopedi Hukum Islam kiblat
diartikan sebagi bangunan ka’bah atau arah yang dituju kaum muslimin dalam
melaksanakan sebagian ibadah.

Kata Arah Kiblat, dua kata ini yang akan dicari formulasi dan hitungan
penentuannya. Kata arah berarti jurusan, tujuan dan maksud, yang lain memberi
arti jarak terdekat yang diukur melalui lingkaran besar pada permukaan bumi dan
yang lain artinya jihad, syathrah dan azimuth.Sedangkan kata Kiblat berarti
Ka’bah yang terletak di dalam Masjidil Haram kota Mekah. Para ulama sepakat
menghadap ke arah kiblat merupakan syarat sahnya shalat, maka kaum muslimin
wajib menghadap ke arah kiblat dalam melakukan ibadah shalat. Dengan
demikian arah kiblat adalah suatu arah (kiblat di Mekah) yang wajib dituju oleh
umat Islam ketika ibadah shalat[1].

3
Kiblat bagi Umat Islam telah dijelaskan oleh nabi Muhammad SAW dalam
Hadisnya. Sabda Nabi SAW :

‫البيت قبلة الهل المسجد والمسجد قبلة‬


‫الهل الحرم والحرم قبلة الهل االرض في‬
‫مشارقها ومغاربها‬

Artinya: Ka’bah (Baitullah) adalah kiblat bagi orang-orang di masjidil


haram, masjidil haram adalah kiblat bagi orang-orang penduduk tanah
haram (Mekah), dan tanah haram (Mekah) adalah kiblat bagi semua
umatku di bumi, baik di barat maupun di timur ( HR. Al Baihaqi dari Abu
Hurairah)

Dalam Dictionary of Islam dijelaskan bahwa ka’bah (Baitul makmur)


pertama kali dibangun 2000 tahun sebelum penciptaan dunia. Batu-batu yang
dijadikan bangunan ka’bah saat itu diambil dari lima sacred mountains, yakni:
Sinai, al-Judi, Hira, Olivet dan Lebanon. Setelah Adam AS wafat, bangunan itu
diangkat ke langit. Lokasi itu dari masa ke masa diagungkan dan disucikan oleh
oleh umat para nabi. (Susiknan Azhari, 2007: 41). Bangunan berbentuk kubus ini
berukuran 12 x 10 x 15 meter.

2.1.2 Trigonometri

Trigonometri berasal dari bahasa Yunani yaitu tri artinya tiga, gonomon
artinya sudut dan metria yang artinya ukuran jadi. Dapat disimpulkan bahwa
trigonometri merupakan sebuah cabang matematika yang berhadapan dengan
sudut segi tiga dan fungsi trigonometrik seperti sinus, cosinus, dan tangen.
Menurut Edward J. Byng bahwa “trigonometri adalah ciptaan bangsa Arab. Oleh
karena itu, banyak kata-kata dalam trigonometri yang menggunakan istilah dari
Arab”.

4
Walaupun pada mulanya trigonometri dikaji sebagai cabang astronomi
tetapi akhirnya trigonometri berdiri sendiri sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal ini
disebabkan oleh keperluan penyelesaian masalah astronomi. Kemunculan
trigonometri merupakan proses yang perlahan. Jika dibandingkan dengan cabang
matematika lain, trigonometri berkembang disebabkan hubungan antara
pendidikan matematika terapan dengan keperluan sains dalam bidang astronomi.

Berikut ini beberapa nama tokoh dalam trigonometri:

a. Abu Wafa Muhammad Al Buzjani, Sebagai Peletak Dasar Rumus


Trigonometri.
Abul Wafa Muhammad Ibn Muhammad Ibn Yahya Ibn Ismail al Buzjani,
merupakan satu di antara sekian banyak ilmuwan muslim yang turut mewarnai
khazanah pengetahuan masa lalu. Dia tercatat sebagai seorang ahli di bidang ilmu
matematika dan astronomi dari Baghdad.Kondisi Baghdad benar-benar amat
kondusif bagi perkembangan pemikiran Abul Wafa. Berkat bimbingan sejumlah
ilmuwan terkemuka masa itu,dia mengembangkan beberapa teori penting di
bidang matematika, utamanya geometri dan trigonometri.

Di bidang ilmu geometri, Abul Wafa memberikan kontribusi signifikan


bagi pemecahan soal-soal geometri dengan menggunakan kompas.Tak hanya itu,
dia juga mengembangkan metode baru tentang konstruksi segi empat serta
perbaikan nilai sinus 30 dengan memakai delapan desimal. Abul Wafa pun
mengembangkan hubungan sinus dan formula 2 sin2 (a/2) = 1 - cos a dan juga sin
a = 2 sin (a/2) cos (a/2).

Salah satu kontribusinya dalam trigonometri adalah mengembangkan


fungsi tangen dan mengembangkan metode untuk menghitung tabel trigonometri.
Abul Wafa juga menemukan relasi identitas trigonometri berikut ini:

sin(a + b) = sin(a)cos(b) + cos(a)sin(b)


cos(2a) = 1 − 2sin 2(a)
sin(2a) = 2sin(a)cos(a)

5
Di samping itu, Abul Wafa membuat studi khusus menyangkut teori tangen dan
tabel penghitungan tangen. Dia memperkenalkan secan dan cosecan untuk
pertama kalinya,serta berhasil mengetahui relasi antara garis-garis trigonometri
yang mana berguna untuk memetakannya serta pula meletakkan dasar bagi
keberlanjutan studi teori conic.Sumbangsihnya bagi teori trigonometri amatlah
signifikan terutama pengembangan pada rumus tangen, penemuan awal terhadap
rumus secan dan cosecan. Maka dari itu, sejumlah besar rumus trigomometri tak
bisa dilepaskan dari nama Abul Wafa.

b. Muhammad Musa Al-Khawarizmi


Nama sebenar al-Khawarizmi ialah Muhammad Ibn Musa al-
khawarizmi. Selain itu beliau dikenali sebagai Abu Abdullah Muhammad bin
Ahmad bin Yusoff. Beliau telah dilahirkan di Bukhara. Ketokohan al-Khawarizmi
dapat dilihat dari dua sudut ia itu dari bidang matematika dan astronomi.

Dalam bidang matematika, al-Khawarizmi telah memperkenalkan aljabar


dan hisab. Banyak kaedah yang diperkenalkan dalam setiap karya yang
dihasilkan. Antaranya ialah kos, sin dan tan dalam trigonometri penyelesaian
persamaan, teorema segitiga sama juga segitiga sama kaki dan mengira luas
segitiga, segi empat selari dan bulatan dalam geometri. Bidang astronomi juga
dapat ditakrifkan sebagai ilmu falaq (pengetahuan tentang bintang-bintang yang
melibatkan kajian tentang kedudukan, pergerakan, dan pemikiran serta tafsiran
yang berkaitan dengan bintang) beliau menjadi salah satu tokoh yang tercatat
dalam sejarah.

c. Al-Battani Sang Penemu Hitungan Jarak Keliling Bumi


Sejak berabad-abad lamanya, astronomi dan matematika begitu lekat
dengan umat Islam. Tak heran bila sejumlah ilmuwan di kedua bidang tersebut
bermunculan. Salah seorang di antaranya adalah Abu Abdallah Muhammad Ibn
Jabir Ibn Sinan Al-Battani. Ia lebih dikenal dengan panggilan Al-Battani atau

6
Albatenius.Al Battani lahir di Battan, Harran, Suriah pada sekitar 858 M.Buah
pikirnya dalam bidang astronomi yang mendapatkan pengakuan dunia adalah
lamanya bumi mengelilingi bumi. Berdasarkan perhitungannya, ia menyatakan
bahwa bumi mengelilingi pusat tata surya tersebut dalam waktu 365 hari, 5 jam,
46 menit, dan 24 detik. Perhitungannya mendekati dengan perhitungan terakhir
yang dianggap lebih akurat.Itulah hasil jerih payahnya selama 42 tahun
melakukan penelitian yang diawali pada musa mudanya di Raqqa, Suriah. Ia
menemukan bahwa garis bujur terajauh matahari mengalami peningkatan sebesar
16,47 derajat sejak perhitungan yang dilakukan oleh Ptolemy.

Dalam bidang matematika, Al Battani juga memberikan kontribusi


gemilang terutama dalam trigonometri.Al Battani juga menemukan sejumlah
persamaan trigonometri.Beliau juga memecahkan persamaan sin x = a cos x ,dan
menggunakan gagasan al-Marwazi tentang tangen dalam mengembangkan
persamaan-persamaan untuk menghitung tangen, cotangen dan menyusun tabel
perhitungan tangen.

d. Al-Biruni, Matematikawan Penemu Trigonometri Modern


Nama lengkap al-Biruni adalah Abu al-Raihan Muhammad bin Ahmad
al-Khawarizmi al-Biruni. Saintis ensiklopedis abad ke-9 ini dilahirkan di kota
Khawarizmi, salah satu kota di wilayah Uzbekistan pada tahun 362 H (973 M).
Adapun nama Al-Biruni berasal dari kata Birun dalam bahasa Persia yang berarti
kota pinggiran.Diantara pencapaian intelektualnya, peletakan dasaar-dasar
trigonometri.Al-Biruni dikenal sebagai matematikawan pertama di dunia yang
membangun dasar-dasar trigonometri. Meskipun ilmu trigonometri telah dikenal
di Yunani, akan tetapi pematangannya ada di tangan al-Biruni.

Ia mengembangkan teori trigonometri berdasarkan pada teori Ptolemeus. Hukum


Sinus (The Sine Law) adalah temuannya yang memperbaiki teori Ptolemeus.Al-
Biruni juga menjelaskan sudut-sudut istimewa dalam segitiga, seperti 0, 30, 45,
60, 90. Penemuan ini tentu sangat memberi kontribusi terhadap ilmu-ilmu lainnya.

7
Seperti ilmu fisika, astronomi dan geografi. Karena memang ilmu matematika
merupakan dasar dari ilmu-ilmu astronomi dan fisika.
Selanjutnya seiring dengan perkembangan ilmu matematika, rumusrumus
trigonometri yang biasa dipakai dalam ilmu matematika adalah sebagai berikut[2]:

a) Rumus kosinus jumlah dan selisih dua sudut

cos(A + B) = cos A cos B – sin A sin B


cos(A – B) = cos A cos B + sin A sin B

b) Rumus sinus jumlah dan selisih dua sudut

sin(A + B) = sin A cos B + cos A sin B


sin(A – B) = sin A cos B – cos A sin B

c) Rumus tangen jumlah dan selisih dua sudut

tan⁡𝐴 + 𝑡𝑎𝑛𝐵
tan⁡(𝐴 + 𝐵) =
1 − tanA⁡tanB
tan 𝐴 − 𝑡𝑎𝑛𝐵
tan⁡(𝐴 − 𝐵) =
1 + tanA⁡tanB

d) Rumus sinus sudut rangkap

sin 2A = 2 sin A cos A


sin 3A = 3 sin A – 4 sin3A

e) Rumus kosinus sudut rangkap

cos 2A = cos2A – sin2A = 1 – 2 c = 2


cos2A – 1
cos 3A = 4 cos3A – 3 cos A

f) Rumus perkalian kosinus dan kosinus

2 cos A cos B = cos(A + B) + cos(A – B)

8
g) Rumus sudut tengahan

1 ±√1 − cosA
𝑠𝑖𝑛 A =
2 2
1 ±√1 + cosA
𝑐𝑜𝑠 A =
2 2
1 ±√1 − cosA 𝑠𝑖𝑛𝐴 1 − 𝑐𝑜𝑠𝐴
𝑡𝑎𝑛 A = = =
2 1 + cosA 1 + 𝑐𝑜𝑠𝐴 𝑠𝑖𝑛𝐴

h) Rumus tangen sudut rangkap

2tanA
𝑡𝑎𝑛2𝐴 =
1 − 𝑡𝑎𝑛2 𝐴
3tanA − 𝑡𝑎𝑛3 𝐴
𝑡𝑎𝑛3𝐴 =
1 − 3𝑡𝑎𝑛2 𝐴

i) rumus perkalian sinus dan sinus

2 sin A sin B = - cos(A + B) + cos(A – B)

j) rumus perkalian kosinus dan sinus

2 cos A sin B = sin(A + B) – sin(A – B)


2 cos A cos B = cos(A + B) + cos(A – B)

k) Aturan/hukum sinus
𝑎 𝑏 𝑐
= =
𝑠𝑖𝑛𝐴 𝑠𝑖𝑛𝐵 𝑠𝑖𝑛𝐶

l) Aturan/hukum kosinus

𝑎2 = 𝑏 2 + 𝑐 2 − 2𝑏𝑐⁡𝑐𝑜𝑠𝐴
𝑏 2 = 𝑏 2 + 𝑐 2 − 2𝑎𝑐⁡𝑐𝑜𝑠𝐵
𝑐 2 = 𝑎2 + 𝑏 2 − 2𝑎𝑐⁡𝑐𝑜𝑠𝐶
9
m) rumus penjumlahan dan pengurangan sinus dan kosinus

1 1
sinA + sinB = 2 sin (𝐴 + 𝐵) cos (𝐴 − 𝐵)
2 2
1 1
sinA − sinB = 2 cos (𝐴 + 𝐵) sin (𝐴 − 𝐵)
2 2
1 1
cosA + cosB = 2 cos (𝐴 + 𝐵) cos (𝐴 − 𝐵)
2 2
1 1
cosA − 𝑐𝑜𝑠B = −2 sin (𝐴 + 𝐵) sin (𝐴 − 𝐵)
2 2

Rumus-rumus trigonometri yang tersebut di atas adalah rumus hasil


kombinasi dan relasi antara rumus trigonometri yang satu dengan rumus
trigonometri yang lainnya. Dalam beberapa buku referensi yang berbeda namun
masih pada bahasan yang sama yaitu trigonometri, ditemukan beberapa metode
yang berbeda untuk mendapatkan rumus-rumus tersebut. Hal demikian sah-sah
saja, karena masing-masing ahli matematika punya asumsi-asumsi yang berbeda
dalam menafsirkan rumus itu. Namun demikian, tentunya mereka masih
menggunakan kaidah-kaidah yang sama, yaitu aturan geometri, relasi dan
kombinasi dalam menafsirkan rumus-rumus trigonometri.
Namun, dalam kaitannya dengan penelitian ini peneliti hanya menyoroti
relasi antara trigonometri dengan bidang astronomi atau ilmu falak. Diantaranya
adalah dalam teori penentuan arah kiblatnya yaitu teori trigonometri bola
(spherical trigonometry), teori geodesi dan teori navigasi.

10
2.2 Pembahasan

2.2.1 Urgensi Arah Klibat Sebagai Syarat Syahnya Sholat

Menurut bahasa sholat berarti doa, sedang menurut syara’ berarti


menghadapkan jiwa dan raga kepada Allah, karena taqwa hamba kepada
Tuhannya, mengagungkan kebesaranNya dengan Khusyuk dan ikhlas dalam
bentuk perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam, menurut cara-cara dan syarat-syarat yang telah ditentukan. Syarat-syarat
sahnya sholat yaitu:

1. Suci badannya dari dua hadats yaitu hadast besar dan kecil.
2. Bersih badan, pakaian dan tempatnya dari najis.
3. Menutup ‘aurat bagi laki-laki antara pusar dan lutut dan bagi wanita seluruh
badannya kecuali muka dan dua telapak tangan
4. Sudah masuk waktu shalat
5. Menghadap kiblat (Moh. Rifa’I 1978:84)

Sholat fardhu lima kali sehari dilakukan setiap muslim sebagai wujud
pelaksanaan rukun Islam yang kedua. Ketika Seorang muslim mendirikan sholat
tentu mengetahui kapan waktu sholat tiba dan kapan berakhir. Tidak kalah
pentingnya saat mendirikan sholat dia harus menentukan arah mana dia
menghadapkan wajahnya.

Pada dasarnya menghadap kiblat dalam wacana fikih merupakan syarat sahnya
sholat yang tidak dapat ditawar-tawar, kecuali dalam beberapa hal yaitu:

1. Bagi mereka yang dalam ketakutan, keadaan terpaksa, keadaan sakit berat
diperbolehkan tidak menghadap kiblat pada waktu sholat. Hal ini didasarkan pada
Q.S Al-Baqarah ayat 239.

11
‫َو‬
ْ ‫أ‬ ‫َ ا‬
‫اًل‬ ‫َر‬
‫ِج‬ ‫ف‬ ‫ُم‬
ْ ‫ْت‬‫خِف‬ ْ‫إ‬
‫ن‬ َِ
‫ف‬ َ‫ُو‬
‫ن‬ ‫َلم‬
‫ُوا اه‬
َ‫َّلل‬ ‫ْك‬
‫ُر‬ ‫َاذ‬‫ْ ف‬‫ُم‬
‫ْت‬‫ِن‬‫َم‬‫َا أ‬ َِ
‫إذ‬ ‫ۖ ف‬ ‫َ ا‬
‫انا‬ ‫ْب‬‫ُك‬
‫ر‬
ْ
‫تع‬ ُ ُ
َ ‫ونوا‬ ‫تك‬َ ْ‫ما َلم‬َ ْ ‫ُم‬
‫َك‬ ‫َه‬
‫لم‬ ‫َا ع‬‫َم‬
‫ك‬
Artinya : “Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil
berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka
sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada
kamu apa yang belum kamu ketahui”.

2. Mereka yang sholat sunnah di atas kendaraan. Hal ini didasarkan pada
Hadist Nabi Riwayat Bukhari dari Jabir bin Abdullah dan juga menurut Imam
Muslim, Tirmidzi dan Ahmad yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad
mengerjakan sholat sunnah di atas kendaraannya, ketika dalam perjalanan dari
Mekah menuju Madinah. Pada waktu itulah turun firman Allah Q.S Al-Baqarah
ayat 115

‫َم‬
‫َا‬ َْ
‫ين‬ ‫َأ‬
‫ُ ف‬ ‫ِب‬ ‫ْر‬‫َغ‬
‫الم‬ْ َ ‫ُ و‬ ‫َشْر‬
‫ِق‬ ْ ِ‫َ هلل‬
‫الم‬ ِ
‫و‬
ٌ
‫ْم‬ ‫َل‬
‫ِي‬ ‫ٌ ع‬
‫ِع‬‫َاس‬ ‫ِه‬
‫ن هللاَ و‬ ُْ
‫ه هللاِ إ‬ ‫َج‬
‫ه و‬‫َم‬
‫َث‬ ‫َُّلو‬
‫ْا ف‬ ‫تو‬ُ

Artinya : “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu
menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya)
lagi Maha Mengetahui”. (Wahbah az-Zuhaily, 1991:24)

2.2.2 Aplikasi Trigonometri Dalam Menentukan Arah Kiblat

Salah satui cabang ilmu matematika yaitu trigonometri yang mampu di


aplikasikan dalam berbagai ilmu maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam

12
bidang astronomi aplikasi trigonometri dapat menghitung jarak ke bintang-bintang
yang lebih dekat. Dalam ilmu falak aplikasi trigonometri dapat membantu
meningkatkan akurasi penentuan posisi atau arah kiblat secara tepat dari berbagai
penjuru bagi umat Islam yang tinggal jauh dari Mekah, dapat menghitung awal
waktu sholat dan dapat membantu dalam penentuan penganggalan kalender
Hijriah. Dalam hal ini aplikasi matematika khususnya trigonometri dalam
membantu meningkatkan akurasi penentuan posisi atau arah kiblat yang benar[3].

Sebelum membahas perhitungan matematis dalam menentukan arah kiblat,


ada satu metode untuk mengetahui arah kiblat yang benar dengan bantuan cahaya
matahari. Kesempatan yang sangat tepat untuk mengetahui secara persis arah
kiblat adalah saat posisi matahari berada tepat di atas ka’bah. Dalam satu tahun
akan ditemukan dua kali posisi matahari di atas ka’bah . Kesempatan tersebut
13asjid pada setiap tanggal 27 Mei pukul 11.57 LMT dan tanggal 15 Juli atau 16
Juli pukul 12.06 LMT. Bila waktu Mekah dikonversi menjadi waktu Indonesia
bagian barat(WIB) maka harus ditambah 4 jam 21 menit sama dengan pukul 16.18
WIB dan 16.27 WIB. Oleh karena itu, setiap tanggal 27 Mei atau 28 Mei pukul
16.18 WIB dapat mengecek arah kiblat dengan mengandalkan bayangan matahari
yang tengah berada di atas ka’bah. Begitu pula setiap tanggal 15 juli atau 16 Juli
juga dapat dilakukan pengecekan arah kiblat dengan metode tersebut. Dalam
Prakteknya tidak perlu langkah yang rumit untuk menentukan arah kiblat berdasar
jatuhnya bayangan benda yang disinari matahari. Pengamat (observer) cukup
menggunakan tongkat atau benda lain sejenis untuk diletakkan di tempat yang
memperoleh cahaya matahari. Cahaya matahari yang menyinari benda tersebut
akan menghasilkan bayangan. Arah bayangan ini merupakan arah kiblat
(Susiknan Azhari, 2007:53-54).

Dengan mengandalkan bayangan matahari yang berada di atas ka’bah


untuk menentukan arah kiblat tentu tidak rumit. Hal ini dapat dilakukan di seluruh
tempat di bumi, namun waktunya disuaikan saat mataharari di atas ka’bah. Tentu
setiap tempat dipermukaan bumi memiliki waktu yang berbeda dengan waktu di
Mekah.[4]

13
Arah kota Mekah yang terdapat Ka’bah (sebagai kiblat kaum muslimin)
dapat diketahui dari setiap titik di permukaan bumi ini berada pada permukaan
bola bumi, maka untuk menentukan arah kiblat dapat dilakukan dengan
menggunakan Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometri).

Seiring perkembangan ilmu matematika, ternyata kajian trigonometri


tidak hanya dapat diterapkan dalam bidang datar saja, akan tetapi dapat diterapkan
dalam bangun ruang seperti bola. Konsep trigonometri pada bola disebut
Trigonometri Segitiga Bola atau sering disebut segitiga bola. Segitiga bola
merupakan sebuah segitiga pada permukaan bola yang dibentuk dari 3 sisi yang
merupakan bagian dari lingkaran besar (Nurwendaya : 2010). Dimana lingkaran
besar merupakan sebuah irisan permukaan bola yang melewati pusat bola
sementara lingkaran kecil adalah irisan bola yang tidak melewati pusat bola
(Koesdiono : 2002).

Berbeda dengan segitiga pada bidang datar, segitiga bola memiliki tiga
sudut dalam satuan derajat busur dan tiga sisi berbentuk garis yang berdimensi
panjang seperti meter atau centimeter, sehingga segitiga bola seluruh elemennya
hanya dalam satuan derajat busur, karena hanya tiga sudut dan tiga sisi berbentuk
busur atau lengkungan bagian dari bola langit atau bola bumi (Toyyib : 2009).

Konsep trigonometri segitiga bola ini sangat bermanfaat sekali, misalnya


dalam bidang astronomi atau dalam hal perbintangan. Konsep ini dapat
menghitung jarak ke bintang-bintang yang lebih dekat. Disamping itu juga sangat
bermanfaat dalam Ilmu Falaq, misalnya dalam menentukan awal waktu Shalat,
awal tahun Hijriah, dan dapat membantu dalam penentuan arah Qiblat dari
berbagai penjuru dunia yang jauh dari Ka’bah termasuk juga kota Gorontalo.
Konsep dasar dari trigonometri tidak pernah lepas dari bangun datar segitiga
siku-siku. Segitiga siku-siku didefinisikan sebagai segitiga yang memiliki satu
sudut siku-siku dan dua sudut lancip pelengkap. Sisi dihadapan sudut siku-siku
merupakan sisi terpanjang yang disebut dengan sisi miring (hipotenusa),

14
sedangkan sisi-sisi di hadapan sudut lancip disebut kaki (leg) segitiga itu.(E-book
Algebra 2 &Trigonometri)
Menurut Izzudin dalam Susheri (2012) geometri bola menunjukkan bentuk
geometri pada permukaan sebuah bola, yaitu sebuah geometri dua dimensi.
Geometri sebuah bola terdiri dari lingkaran besar (great circle), lingkaran kecil
(small circle), dan busur dipermukaan. Dimana lingkaran besar merupakan sebuah
irisan permukaan bola yang melewati pusat bola sementara lingkaran kecil yang
tidak melewati pusat bola (Koesdiono : 2002). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
perbedaan dari lingkaran besar dan lingkaran kecil pada gambar anatomi bangun
ruang bola di bawah ini.

Gambar 1.1 Anatomi bangun ruang bola

15
Untuk memahami permasalahan perhitungan arah Qiblat, maka diperlukan
pemahaman dasar mengenai konsep Trigonometri Segitiga Bola atau sering
disebut Segitiga Bola. Segitiga bola merupakan sebuah segitiga pada permukaan
bola yang sisi-sisinya merupakan bagian dari lingkaran besar (Nurwendaya :
2010). Lingkaran besar ditentukan oleh dua titik pada bola, misalkan titik A dan
titik B yang titik pusatnya adalah P. Dan terdiri dari dua busur, yakni busur AB
dan busur BA. Busur terpendek AB (besarnya kurang dari 180º) dinamakan jarak
sferis antara A dan B (Koesdiono : 2002) seperti yang terlihat pada gambar di
bawah ini.

Gambar 1.2 Jarak sferis antara A dan B

Jarak-jarak sferis inilah yang nantinya akan membentuk segitiga bola.

16
Jarak sferis dari setiap titik pada lingkaran besar ke kutubnya semuanya sama,
1
yakni sebesar 90º atau 2π (Koesdiono : 2002). Untuk lebih jelasnya, lihat gambar

di bawah ini.

Gambar 1.3 Jarak sferis A dan B

Berbeda dengan segitiga pada bangun datar, segitiga bola memiliki tiga
sudut dalam satuan derajat busur dan tiga sisi berbentuk garis yang berdimensi
panjang seperti meter atau centimeter, sehingga segitiga bola seluruh elemennya
hanya dalam satuan derajat busur, karena hanya tiga sudut dan tiga sisi berbentuk
busur atau lengkungan bagian dari bola langit atau bola bumi (Toyyib : 2009).
Lihat gambar berikut:

Gambar 1.4 Sisi dan sudut pada segitiga bangun datar dan segitiga bola

Suatu tempat yang berada pada permukaan bumi dapat digambarkan


dengan titik-titik. Titik tersebut didefinisikan oleh dua koordinat yaitu bujur dan

17
lintang. Semua titik yang memiliki bujur nol terletak pada garis meridian
Greenwich (setengah lingkaran besar yang menghubungkan kutub utara dan
selatan dan melewati Greenwich). Sementara itu semua titik yang memiliki
lintang nol terletak pada garis ekuator (khatulistiwa). Persoalan arah Qiblat erat
kaitannya dengan garis lintang (φ) dan garis bujur (λ) tempat yang akan diukur.
(Jamil : 2009)
Lintang tempat (φ) diukur dari garis khatulistiwa 18asjid18 kutub bumi
(dari khatulistiwa sampai ke suatu tempat). Lintang yang berada disebelah utara
khatulistiwa disebut Lintang Utara diberi tanda positif (+), sedang yang berada di
sebelah selatan disebut Lintang Selatan dan diberi tanda negative (-). Bujur tempat
(λ) biasanya diukur dari meridian Greenwich di Inggris sebagai titik pusat garis
bujur. Garis bujur dari kota Greenwich 18asjid18 barat disebut Bujur Barat dan
bertanda positif (+) dari 0° sampa 180°. Sebaliknya garis bujur dari dari kota
Greenwich 18asjid18 timur disebut Bujur Timur yang diberi tanda negative (-).
Jadi garis bujur diukur dari 0° sampa 180°, baik 18asjid18 barat maupun
18asjid18 timur. (Jamil : 2009).
Untuk lebih jelasnya, dibawah ini disajikan gambar segitiga bola dimana
titik A merupakan titik kota Mekah, titik B adalah lokasi yang akan ditentukan
arah Qiblatnya, dan titik C adalah titik utara sejati (Kutub Utara).

18
Gambar 1.5 Segitiga bola

Dari Gambar di atas, segitiga bola ABC menghubungkan titik A (kota Mekah),
titik B(lokasi) dan titik C (Kutub Utara). Titik A memiliki koordinat bujur Λa dan
lintang Φa. Titik B memiliki koordinat bujur Λb dan lintang Φb. Titik C memiliki
lintang 90º. Busur a adalah panjang busur yang menghubungkan titik B dan C.
Busur b adalah panjang busur yang menghubungkan titik A dan C. Busur c adalah
panjang busur yang menghubungkan titik A dan B. Sudut C (sudut ACB) tidak
lain adalah selisih antara bujur Λa dan bujur Λb. Jadi sudut C = Λa – Λb. Jadi
arah kiblat dari titik B dapat diketahui dengan menentukan besar sudut B (sudut
CBA).
Selanjutnya, jari-jari bumi dianggap sama dengan 1. Sudut yang menghubungkan
titik di khatulistiwa, pusat bumi dan kutub utara adalah 90 derajat. Karena lintang
titik A adalah La, maka busur b sama dengan 90 – La. Karena lintang titik B
adalah Lb, maka busur a sama dengan 90 – Lb.Untuk menentukan rumus yang

19
akan digunakan, dilihat dari data-data apa saja yang tersedia. Jika data-data yang
tersedia berupa lintang utara (LU) maka rumus yang akan digunakan adalah

cos(𝜑𝐵) tan(𝜑𝐴) −sin(𝜑𝐵)cos⁡(λ𝐵−λ𝐴)


1. cot 𝐵 =
sin⁡(λB−λA)

sedangkan jika data-data yang tersedia berupa lintang selatan (LS) maka rumus
yang digunakan adalah

cos(ΦB) tan(ΦA)+sin(ΦB)cos⁡(λB−λA)
2. 𝑐𝑜𝑡𝐵 =
sin⁡(λB−λA)

Setelah mendapatkan data dari Qiblalocator.com berupa garis lintang (φ)


dan garis bujur (λ) dari masing-masing lokasi yang menjadi subjeknya maka
langkah selanjutnya adalah menghitung besar sudut arah Qiblat dengan
menggunakan rumus pertama dari masing-masing Mesjid yang menjadi subjek
penelitian. Untuk membantu proses perhitungan peneliti menggunakan kalkulator
casio tipe fx-991ES PLUS dan untuk proses perhitungan dilakukan secara analitik
sementara untuk hasilnya merupakan hasil yang aproksimasi.

Dari Qiblalocator.com dapat dilihat bahwa letak geografis 20 Masjid


Sabilurrasyad adalah 0⁰33’11’’ LU (Φb) dan 123⁰03’42’’ BT (Λb) dan letak
geografis kota Mekah adalah 21°25’ LU (Φa) 39°50’ BT (Λa). Langkah
selanjutnya adalah menghitung besar sudut arah Qiblat dengan menggunakan
rumus pertama, dimana

cos(𝜑𝐵) tan(𝜑𝐴) −sin(𝜑𝐵) cos⁡(λ𝐵 − λ𝐴)


cot 𝐵 =
sin⁡(Λb − Λa)

⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡
cos(0°33′ 11′′ ) tan(21°25′ ) − sin(0°33′ 11′′ ) cos⁡(123°03′ 42′′ − 39°50′ )
=
sin⁡(123°03′ 42′′ − 39°50′ )

20
(0.9999)(0.3922) − (0.0096)(0.1179)
⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡=
0.9930

=0.3938

Cot B = 21.4956 atau 21°29′ 44.24′′ (B→U)

Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa besar sudut arah Qiblat Mesjid
Sabilurrasyad adalah 21º29’44,24” dari Barat ke Utara dan untuk besar sudut dari
arah berlawanan (dari Utara ke Barat) adalah 90° − 29′ 44.24′′ = 68°30′ 15.76′′
(B→U)[5].
Untuk memperkecil kemungkinan kesalahan yang akan terjadi maka pada
perhitungan di atas peneliti memgambil 10 digit dibelakang koma tapi hanya
menuliskan 4 digit saja.
Selanjutnya perhitungan arah Qiblat untuk 21asjid-mesjid yang lain sama dengan
perhitungan di atas, dan pada besar sudutnya hanya berbeda pada besar detiknya
saja. Hal ini disebabkan oleh letak geografis dari 21asjid yang menjadi subyeknya
saling berdekatan.

Arah kiblat dari seluruh tempat di bumi dapat dilihat pada Gambar 2.
Sebagai contoh, arah kiblat dari Indonesia adalah pada angka 290-an derajat, dari
Afrika Selatan sekitar 20-an, dari Inggris sekitar 110-120 derajat. Tentu saja, arah
kiblat yang tepat akan bergantung dari posisi setiap tempat.

21
Gambar 2. Arah kiblat dari seluruh tempat di bumi.
(Software Accurate Times v.5.1.)

Ada satu posisi yang menarik untuk dikaji, yaitu tempat yang merupakan
titik antipodal Ka’bah. Titik ini adalah titik yang paling jauh dari Ka’bah, dimana
bujurnya berselisih 180 derajat dengan bujur Ka’bah dan lintangnya tepat
berlawanan dengan lintang Ka’bah. Hanya sebuah pengandaian saja, jika dibuat
terowongan dari Ka’bah menembus pusat bumi maka ujung terowongan tersebut
akan sampai di titik antipodal Ka’bah. Jadi titik antipodal Ka’bah ini memiliki
bujur 140:10:25,42 W = -140,17383889 derajat dan lintang 21:25:21,03 S = -
21,42250833 derajat. Di titik antipodal ini, ke arah mana saja orang menghadap
maka pasti akan menuju Ka’bah. Ini dapat ditunjukkan dengan rumus arah kiblat
di atas. Jika dimasukkan lokasi berupa titik antipodal Ka’bah, maka nilai tan(B) =
0/0. Kita tahu bahwa 0/0 bisa bernilai berapa saja, sehingga B dapat bernilai
berapa saja. Namun secara kebetulan, titik antipodal itu terletak di Samudra
Pasifik dan tidak ada orang yang tinggal di sana.

Titik lain yang menarik untuk dikaji adalah titik ekstrim kutub Utara dan
kutub Selatan. Tepat di titik kutub Utara, lintang sama dengan 90 derajat,
sedangkan bujur tidak dapat didefinisikan. Jika orang berdiri di titik tersebut,

22
kemanapun arah menghadap adalah selatan. Bagaimanakah caranya menentukan
arah kiblat di titik tersebut? Buat lingkaran berjari-jari kira-kira 1 meter yang
berpusat di titik tersebut. Selanjutnya tentukan titik bujur nol yang
menlambangkan bujur Greenwich di lingkaran tersebut (bukan di titik kutub
Utara, sebab di titik kutub Utara tidak ada bujur). Selanjutnya dari titik bujur nol
tersebut, tentukan sudut berlawanan dengan jarum jam
yang besarnya sama dengan bujur Ka’bah. Maka titik sudut yang besarnya sama
dengan bujur Ka’bah ini adalah arah kiblat dari titik kutub Utara[6].

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Matematika adalah ilmu aplikatif yang dapat membantu dalam berbagai


bidang, salah satu cabangnya yaitu trigonometri. Lingkup bahasan trigonometri

23
bukan hanya pada bidang datar saja melainkan pada bidang ruang, seperti pada
bola (Sphericall Trigonometry). Aplikasi Trigonometri tidak hanya dalam
matematika saja, tetapi dapat juga diterapkan dalam kehidupan salah satunya yaitu
dalam menentukan arah kiblat di suatu tempat. Rumus yang digunakan dalam
penentuan arah kiblat yaitu Sphericall Trigonometry Formula.

3.2 Saran

Semoga makalah yang sederhana ini dapat memberikan gambaran tentang


penerapan trigonometri pada penentuan arah kiblat, serta dengan adanya makalah
ini adanya pergeseran dari paradigma matematika hanya kumpulan rumus tanpa
penerapan yang konkrit ke paradigma bahawa matematika merupakan ratu ilmu
pengetahuan dan berhubungan dengan berbagai aspek penerapan.

Demikianlah makalah ini ditulis dengan harapan dapat menjadi sumber bacaan
yang bermanfaat bagi pembaca.

Daftar pustaka

[1] Anonim. 2010. Arah Qiblat. (online) tersedia di http//www.blog.am3n.net


(1 November 2014).

24
[2] Nihayaturrahmah. 2010. Astronomi Bola (Rumus-Rumus Segitiga
Bola/Trigonometri). (online) tersedia di
http//www.nihayaturrahmah.blogspot.com (2 November 2014)

[3] Ika, L.2013.Aplikasi Trigonometri.(online). Tersedia: http://likha-


ika.blogspot.com/2013/04/babi-pendahuluan-a.html (1 november 2014)

[4] Zaimwahid. 2011. Menentukan Arah Kiblat dengan Matematika.(online).


Tersedia: http://zaimwahid.wordpress.com/2011/09/17/menentukan-arah-
kiblat-dengan-matematika/ (2 november 2014)

[5] Wahyuni. 2009. Penerapan Konsep Trigonometri Segitiga Bola terhadap


Penentuan Arah Kiblat. Jurnal Pengajaran Sains Vol. 1. Tersedia:
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1
&cad=rja&uact=8&ved=0CB8QFjAA&url=http%3A%2F%2Fkim.ung.ac.
id (2 november 2014)

[6] Khazin, Muhyiddin. 2004. Ilmu Falaq Dalam Teori dan Praktik. (online)
Tersedia: http//www.Khazin.blogspot.com (1 November 2014)

25

Anda mungkin juga menyukai