PENDAHULUAN
1 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
Mahkota dewa tumbuh subur di tanah yang gembur dan subur pada ketinggian 10-
1.200 m dpl. Perdu menahun ini tumbuh tegak dengan tinggi 1-2,5 m. Batangnya bulat,
permukaannya kasar, warnanya cokelat, berkayu dan bergetah, percabangan simpodial.
Daun tunggal, letaknya berhadapan, bertangkai pendek, bentuknya lanset atau jorong,
ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin, warnanya
hijau tua, panjang 7-10 cm, lebar 2-5 cm.
Bunga keluar sepanjang tahun, letaknya tersebar di batang atau ketiak daun, bentuk
tabung, berukuran kecil, berwarna putih, dan harum. Buah bentuknya bulat, diameter 3-5
cm, permukaan licin, beralur, ketika muda warnanya hijau dan merah setelah masak.
Daging buah berwarna putih, berserat, dan berair. Biji bulat, keras, berwarna cokelat.
Berakar tunggang dan berwarna kuning kecokelatan. Perbanyakan dengan cangkok dan
bijinya.
7. Apa saja Khasiat buah mahkota dewa beserta pengolahannya secara tradisional?
1.3. Tujuan
1. Siswa mampu mengetahui Habitat Tanaman Mahkota Dewa
2. Siswa mampu mengetahui Morfologi Tanaman Mahkota Dewa
3. Siswa mampu mengetahui Klasifikasi Tanaman Mahkota Dewa
4. Siswa mampu mengetahui Kandungan kimia mahkota dewa dan manfaatnya
2 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
6. Siswa mampu mengetahui Penyiapan simplisia mahkota dewa
BAB II
ISI
3 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
Mahkota dewa atau yang nama latinnya Phaleria macrocarpa merupakan tanaman
yang hidup di daerah tropis yang sudah sejak lama digunakan sebagai obat untuk
mengatasi berbagai keluhan penyakit seperti diabetes, darah tinggi, liver, dan lain-lain.
Bagian tanaman yang bisa dimanfaatkan yaitu daging dan kulit buah serta bagian
daun. Buah mahkota dewa tidak tumbuh sepanjang musim, pemanfaat buah untuk obat
bisa dilakukan ketika buah sudah berwarna merah sebagai tanda bahwa buah sudah masak.
Bagian daun dan kulit buah bisa digunakan untuk obat baik dalam keaadaan segar atau
sudah dikeringkan, sedangkan daging buah harus melalui proses pengeringan terlebih
dahulu.
Awalnya, mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) di budidayakan sebagai tanaman
hias dan digunakan untuk tanaman peneduh, tetapi saat ini tanaman mahkota dewa berguna
untuk salah satu tanaman obat tradisional yang dikenal merupakan obat asli indonesia.
Sampai saat ini telah banyak penyakit yang berhasil disembuhkan tergantung pada
bagian tanaman yang digunakan biasanya memberikan efek yang berbeda terhadap jenis
penyakit yang dapat di obati/disembuhkan. Bagian yang digunakan atau yang paling sering
digunakan adalah daunnya, daunnya biasa di gunakan dengan cara merebusnya. Penyakit
yang dapat di obati yaitu disentri, alergi dan tumor. Kulit dan daging buah juga digunakan
untuk pengobatan flu,rematik dan kanker rahim. Beberapa keunggulan dari mahkota dewa
ini menjadikannya salah satu tanaman obat yang mendapatkan perhatian cukup besar untuk
terus di kembangkan.
2.1. Habitat Tanaman Mahkota Dewa
Mahkota dewa telah dikenal puluhan tahun yang lalu di Negara China. Di China
mahkota dewa disebut dengan nama Shuan Tao. Selain di China, di Indonesia pada
awalnya mahkota dewa tumbuh di Papua. Tetapi di masyarakat lokal mahkota dewa tidak
di anggap sebagai tanaman berkhasiat, sehingga mahkota dewa banyak dibiarkan dan
berkembang sebagai tanaman liar.
Mahkota dewa dinamai berdasarkan tempat asalnya, yaitu Phaleria Papuana.
Namun, ada pula yang memberikan nama berdasarkan ukuran buahnya yang besar
(makro), yaitu Phaleria Macrocarpa. Sebutan atau nama lain untuk mahkota dewa cukup
banyak. Ada yang menyebut dengan nama Pustaka Dewa, Derajat, Mahkota Ratu,
Mahkota Raja, Trimahkota, dan masih banyak lagi. Di Jawa Tengah, orang orang
menyebutnya dengan nama Makuto Mewo, Makuto Rojo DAN Makuto Ratu. Ada pula
orang banten yang menyebut mahkota dewa dengan sebutan Raja Obat. (Turyanto : 2009)
4 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
Tumbuhan mahkota dewa juga dinamakan sebagai simalakama, karena berkhasiat sebagai
obat dan berpotensi sebagai racun. Aspek penting lainnya adalah mendetoksifikasi
berbagai macam racun di dalam tubuh, seperti buangan metabolik, alkohol, residu
insektisida, obat-obatan atau bahan-bahan kimia berbahaya lainnya. Proses detoksifikasi
ini dilakukan oleh enzim mikrosomal hepatik yang sebagian besar terletak di retikulum
endoplasmik halus dari periacinar.
Sistem ini akan mengkonversi senyawa hidrofobik (larut dalam lemak) yang secara
alami sulit dieliminasi oleh tubuh, menjadi senyawa hidrofilik (larut dalam air) agar dapat
diekskresi ke dalam empedu atau urin. Prosesnya dengan mengubah senyawa polar
menjadi molekul-molekul atau modifikasi lainnya, kemudian digabungkan dengan
senyawa kimia lain sehingga dapat larut dalam air. Ironisnya dalam proses detoksifikasi
tersebut, hati terkadang justru merubah bahan berbahaya menjadi lebih beracun dan
merusak sel-selnya sendiri.
Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya kerusakan struktur hepatosit dengan
rentang mulai pembengkakan seluler seperti lipidosis sampai nekrosis. Pada kasus
keracunan berat, kegagalan fungsi hati umumnya menyebabkan kematian dalam 12 –24
jam. Popularitas mahkota dewa menyebabkannya banyak dikonsumsi masyarakat sebagai
obat tradisional, baik secara tunggal maupun dicampur dengan obat-obatan tradisional
lainnya. Dikhawatirkan tumbuhan mahkota dewa yang dikonsumsi masyarakat sebagai
obat tradisional, akan menimbulkan efek samping saat dikonsumsi dalam jumlah besar.
2.2. Morfologi Tanaman Mahkota Dewa
Batangnya terdiri dari kulit dan kayu. Kulit batang berwarna cokelat kehijauan,
sementara kayunya berwarna putih. Batang mahkota dewa bergetah. Diameternya dapat
mencapai 15cm dan percabangan batang cukup banyak.
5 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
Daun
Bunga mahkota dewa merupakan bunga majemuk yang tersusun dalam kelompok
2-4 bunga. Pertumbuhan bunga menyebar di batang atau ketiak daun. Warnanya putih,
bentuknya seperti terompet kecil, dan baunya harum. Ukurannya kira-kira sebesar bunga
pohon cengkeh. Bunga ini keluar sepanjang tahun atau tak kenal musim, tetapi paling
sering tumbuh pada musim hujan.
Buah
Buah mahkota dewa merupakan cirri khas tanaman mahkota dewa. Bentuknya
bulat, permukaan licin dan beralur. Pada malam hari, jika terkena sinar lampu tampak
seperti berkilau. Buahnya mampu tumbuh dengan lebar. Buah mahkota dewa terdiri dari
kulit, daging, cangkang dan biji. Buah mahkota dewa saat muda berwarna hijau,
sedangkan saat tua, warnanya menjadi merah marun. Ketebalan kulit sekitar 0,5-1mm.
Daging buah berwarna putih. Ketebalan daging bervariasi, tergantung pada ukuran buah.
Cangkang
Cangkang buah adalah batok pada buah. Jadi, cangkang merupakan bagian buah
yang paling dekat dengan biji. Cangkang buah berwarna putih dan ketebalannya bisa
mencapai 2mm. Rasa cangkang buah sepat-sepat pahit, tetapi setelah matang rasanya
sepat-sepat manis.
Biji
Biji mahkota dewa merupakan bagian yang paling beracun, biji buah berbentuk
bulat, dan berwarna putih. Diameternya mencapai 2cm. (Turyanto : 2009).
6 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
2.3. Klasifikasi Tanaman Mahkota Dewa
Tanaman yang awalnya ditanam sebagai tanaman peneduh ini tergolong dalam
suku atau famili Thymelaeacea dan marga Phaleria. Dalm taksonomi tumbuhan,
tanaman yang memiliki nama dagang mahkota dewa dan nama daerah simalakama
(Sumatera/Melayu) atau makuto dewo (Jawa) diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Thymelaeaceae
Genus : Phalero
Spesies : Phaleria macrocarpa
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian yang telah dilakukan terhadap tanaman
mahkota dewa. Ditemukan beberapa zat aktif pada beberapa bagian tanaman seperti buah,
batang, dan daun dimana zat tersebut terkandung dalam jumlah banyak, ternyata bisa
memberikan manfaat yang cukup besar terhadap tubuh manusia. Zata aktif yang
terkandung dalam mahkota dewa antara lain :
1. Alkaloid
2. Saponin
Zat ini tergolong memiliki cukup banyak manfaat bagi tubuh, yaitu :
3. Flavonoid
Bersifat anti-oksidan
4. Polifenol
8 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
Bagian Buah
Jika berbicara mengenai tanaman obat mahkota dewa, maka bagian yang paling
banyak dimanfaatkan adalah buah. Buah mahota dewa atau yang bernama latin Simplisia
Phaleriae Fructus, memiliki betuk fisik bulat dengan warna hijau saat muda dan merah
cerah pada saat matang. Buah mahkota dewa terdiri dari kulit bah, daging buah, cangkang
biji buah dan biji buah. Dari bagian ini yang paling dihindari adalah biji buah sebab cukup
beracun.
Cara mengolah mahkota dewa pada bagian buah cukup mudah. Biasanya daging
buah yang segar dipotong menjadi bagian yang lebih kecil kemudian dikeringkan. Setelah
kering, daging buah mahkota dewa tersebut direbus (untuk penyakit tertentu biasanya
dicampur dengan bahan obat lainnya) dan air hasil rebusan tersebutlah yang kemudian
dikonsumsi.
Bagian buah mahkota dewa ini bisa digunakan untuk menyembuhkan berbagai
penyakit antara lain diabetes, rematik, kangker payudara juga kangker rahim, asam urat,
hepatitis, disentri dan masih banyak lagi lainnya. Bagi Anda yang menghendaki
kepraktisan, saat ini telah banyak dikembangkan teh buah mahota dewa yang terbuat dari
kulit serta daging buah. Untuk mendapatkan khasiatnya, Anda tinggal menyeduhnya
dengan air panas.
Bagian Batang
Bagian lain dari tanaman mahkota dewa yang biasa dimanfaatkan sebagai bahan
obat herbal adalah bagian batang. Bentuk fisik batang ini bulat dengan permukaan kasar,
warnanya coklat dan berkayu, memiliki sistem percabangan simpodial. Bagian batang ini
bergetah dan dipercaya bisa menyembuhkan penyakit serius seperti kangker tulang.Cara
mengolah mahkota dewa bagian batang cukup sederhana. Batang terlebih dahulu dikuliti
dan dikeringkan kemudian direbus. Air rebusan tersebutlah yang digunakan sebagai obat.
Bagian Daun
Selain bagian buah dan juga batang, bagian lain dari tanaman mahkota dewa yang
banyak digunakan sebagai bahan obat adalah daun. Daun ini dikenal berkhasiat mengobati
penyakit seperti eksim, lemah syahwat, disentri, alergi, tumor dan masih banyak
lainnya. Cara mengolah mahkota dewa pada bagian daun cukup sederhana tergantung pada
jenis penyakit yang hendak Anda obati. Misalnya eksim, langkahnya cukup sederhana,
cukup lumatkan daun mahkota dewa kemudian balurkan pada kulit yang terkena eksim
9 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
sebanyak dua kali sehari. Sedangkan pada penyakit semisal lemah syahwat, disentri, alergi
dan tumor, cara mengolahnya dengan direbus dan diminum.
11 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
Bahan
Cara Pembuatan
Tanah lebih dulu digemburkan serta diberi pupuk dasar yang berupa pupuk
kandang. Takaran pupuk kandang yang diberikan adalah 20ton/ha. Sebagai tanaman keras,
mahkota dewa membutuhkan membutuhkan lubang tanam. Lubang tanam digali (30x
30x30 ) cm. Tanah galian ditumpuk terpisah antara tanah lapisan atas dan tanah lapisan
12 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
bawah. Lubang tanam dibiarkan terbuka selama minimal seminggu agar terkena udara
luar, sinar matahari, dan hujan.
B. Pengadaan Bibit
Salah satu aspek penting dalam budidaya mahkota dewa adalah penyiapan bibit.
Bibit yang baik akan memberikan hasil yang baik pula selain didukung oleh faktor lain.
Dalam budidaya mahkota dewa, ada dua jenis bibit yang dapat digunakan, yaitu bibit dari
fase generatif (biji) dan bibit dari fase vegetative (stek batang atau cangkok).
C. Penanaman
Penyulaman dilakukan bila ada tanaman yang mati atau pertumbuhannya tidak
normal untukdigantikan dengan tanaman yang baik.
E. Pemupukan
Pada prinsipnya pupuk yang diberikan pada tanaman obat dianjurkan berasal dari
bahan alami atau pupuk organik seperti pupuk bokasi. Penggunaan pupuk kimia atau
anorganik tidak dianjurkan karena menimbulkan residu kimia yang dapat muncul pada
buah. Padahal buah mahkota dewa dimanfaatkan sebagai bahan obat. Tentu saja hal ini
akan sangat berpengaruh pada kesehatan penggunaannya.
F. Penyiraman
Penyiraman perlu dilakukan pada saat tanam dan sesudah tanam saat tanaman
masih kecil. Hanya saja bila hari hujan, penyiraman tidak perlu dilakukan. Setelah
tanaman berumur 6 bulan sesudah tanam, penyiraman relatif tidak diperlukan karena
jangkauan perakarannya sudah dalam.
G. Penyiangan
Penyiangan harus dilakukan secara berkala sepanjang tahun karena mahkota dewa
termasuktanaman tahunan. Penyiangan dilakukan melihat gulma yang tumbuh di sekitar
tanaman. Umumnya penyiangan pada mahkota dewa dilakukan 3-4 kali.
H. Penanganan hama dan penyakit
13 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
Mahkota dewa mempunyai musuh alami berupa hama pengganggu. Hama yang
biasanya muncul adalah belalang, kutu putih, dan ulat buah. Hama ulat buah memang
masih jarang menyerang tanaman mahkota dewa. Sampai saat ini belum ada penelitian
atau hasil pengamatan yang menyimpulkan adanya serangan penyakit-penyakit penting
pada tanaman mahkota dewa. Beberapa gejala serangan penyakit seperti busuk buah oleh
jamur Phytoptora infestans memang terkadang tampak, tetapi masih sangat terbatas dan
kemunculannya sering disebabkan oleh tanaman yang terlalu banyak ternaungi. Sementara
penyakit lain belum pernah tercatat atau dilaporkan. Pengendalian hama dan penyakit pada
tanaman mahkota dewa disarankan dengan pengendalian terpadu dan mengurangi
penggunaan pestisida anorganik karena dikhawatirkan akan menimbulkan efek
farmakologis pada tanaman dan mengurangi kualitas simplisia yang dihasilkan.
I. Panen dan Pasca Panen
a. Panen
Ciri buah mahkota dewa yang siap dipetik antara lain: kulit buah sudah berwarna merah
marun dan berbau manis seperti aroma gula pasir.
b. Pasca Panen
Setelah di panen, setiap bagian tanaman mahkota dewa,terutama yang berkhasiat obat,
diberi perlakuan tertentu. Perlakuan tersebut meliputi penyortiran, pencucian, pemotongan,
pengeringan, penyangraian, dan perebusan yang segera dilakukan setelah mahkota dewa di
panen. Perlakuan ini tidak boleh ditunda-tunda karena penundaan dapat mempengaruhi
khasiat mahkota dewa. Setelah disortir, buah terpilih dibersihkan dengan air mengalir yang
bersih, buah yang sudah bersih dapat langsung diangin-anginkan selama sehari, lalu di
jemur di bawah sinar matahari sambil sering di bolak balik.
Pengeringan buah secara utuh ini memang agak sulit, tetapi mempermudah dalam
pengonsumsiannya. Konsumen asing sering memesan buah mahkota dewa utuh yang
sudah kering untuk memudahkan pengenalan penampilan buah. Selain bentuk utuh,
buahpun dapat diberi perlakuan pengeringan setelah dipotong-potong agar cepat kering.
Namun, pemotongan buah dilakukan setelah dibersihkan. Pengeringan buah ini
berlangsung sekitar 3-4 hari. Ciri khusus tanaman yang sudah kering adalah berat buahnya
sudah berkurang. Misalnya, berat awal saat masih segar 1 kg menjadi 2-3ons kering atau
beratnya menyusut 70-80%.
14 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
15 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
Tanaman mahkota dewa berupa perdu menahun yang tumbuh tegak dengan tinggi
1-2,5 m. Batangnya bulat, permukaannya kasar, warnanya cokelat, berkayu dan bergetah,
percabangan simpodial. Daunnya tunggal, letaknya berhadapan, bertangkai pendek,
bentuknya lanset atau jorong, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip,
permukaan licin, warnya hijau tua, panjang 7-10 cm, lebar 2-5 cm. Bunga keluar sepanjang
tahun, letaknya tersebar di batang atau ketiak daun, bentuk tabung, berukuran kecil,
berwarna putih dan harum (Anonim, 2009).
Buah mahkota dewa bentuknya bulat dengan diameter 3-5 cm. Permukaan buah
licin, dan beralur. Ketika muda, warna buah hijau dan setelah masak, warnanaya berubah
menjadi merah. Daging buah berwarna putih, berserat dan berair. Biji bulat, keras,
berwarna cokelat. Berakar tunggang dan berwarna kuning kecoklatan. Perbanyakan
dengan cangkok dan bijinya.
Bagian tanaman mahkota dewa yang dimanfaatkan sebagai obat adalah daun,
daging, dan kulit buahnya. Daun dan kulit buah bisa digunakan segar atau yang telah
dikeringkan, sedangkan daging buah digunakan setelah dikeringkan.
Untuk hasil pengujian aktivitas ekstrak biji mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)
menunjukan bahwa ekstrak air dan ekstrak etanol mempunyai aktivitas sebagai antibakteri,
16 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
yang ditunjukan dengan terdapatnya diameter daerah hambat pada media biakan
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa lebih besar.
3.2. SARAN
Kami menyadari sepenuhnya bahwa, makalah ini tidak akan tercapai tanpa
bantuan dan dukungan dari dosen pembimbing, sumber-sumber, dan teman-teman. Untuk
itu, kami sangat harapkan kritik dan saran guna membenahi makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Erlan. 2005. Pengaruh berbagai media terhadap pertumbuhan bibit mahkota dewa
(Phaleria macrocarpha (Scheff.) Boerl.) di polibag. Jurnal Akta Agrosia 7: 72-75.
Harmanto, N. 2001. Mahkota Dewa Obat Pusaka Para Dewa. Agromedia Pustaka,
Jakarta.
17 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
Sutedjo, M.M., A.G. Kartasapoetra, dan R.D.S. Sastroatmodjo. 1991. Mikrobiologi
Tanah. PT. Rieneka Cipta, Jakarta.
Winarto, W.P. 2003. Mahkota Dewa, Budidaya dan Pemanfaatan untuk Obat.
Penebar Swadaya, Jakarta.
18 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)