Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan adalah hal yang sangat berharga. Tubuh yang sehat akan dapat melakukan
semua aktifitas yang kita inginkan. Tetapi akhir-akhir ini berbagai penyakit sering
menyerang masyarakat, baik penyakit ringan maupun penyakit yang sangat serius
misalnya kanker. Di era modern seperti sekarang, banyak cara medis untuk mengobati
berbagai penyakit, tetapi belum tentu semua orang dapat menjangkau cara medis tersebut.
Bagi masyarakat kalangan bawah untuk bias melakukan pengobatan medis tersebut sangat
sulit karena factor ekonomi yang sangat kurang.
Untuk penyelesaian masalah di atas, pengobatan tidak hanya dengan pengobatan
medis tetapi juga bias dengan pengobatan tradisional. Tetapi pada kenyataannya,
pengobatan tradisional belum dikenal oleh masyarakat luas. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang khasiat atau manfaat obat-obatan tradisional,
sehingga masih banyak masyarakat yang cenderung memilih pengobatan medis. Padahal
banyak tanaman herbal yang diracik untuk obat-obatan tradisional yang khasiatnya tidak
kalah dengan obat-obatan medis. Salah satu contohnya adalah tanaman Mahkota Dewa.
Tanaman Mahkota Dewa banyak dibudidayakan di Indonesia. Tetapi, mahkota dewa
masih asing di lingkungan masyarakat dan masih banyak masyarakat yang tidak
mengetahui manfaat / khasiat mahkota dewa tersebut. Padahal, mahkota dewa merupakan
tanaman yang khasiatnya ampuh untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Salah satu bagian mahkota dewa yang dapat dimanfaatkan yaitu buahnya. Tetapi
kenyataannya di lingkungan masyarakat buah mahkota dewa diabaikan, buah yang matang
(berwarna merah) dibiarkan jatuh dan membusuk. Hal itu disebabkan kurangnya
pengetahuan masyarakat, juga hal itu sangat merugikan karena buah mahkota dewa dapat
menyembuhkan kanker payudara.
Mahkota dewa bisa ditemukan ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias atau di
kebun-kebun sebagai tanaman peneduh. Asal tanaman mahkota dewa masih belum
diketahui. Menilik nama botaninya Phaleria papuana, banyak orang yang memperkirakan
tanaman ini populasi aslinya dari tanah Papua, Irian Jaya. Di sana memang bisa ditemukan
tanaman ini.

1 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
Mahkota dewa tumbuh subur di tanah yang gembur dan subur pada ketinggian 10-
1.200 m dpl. Perdu menahun ini tumbuh tegak dengan tinggi 1-2,5 m. Batangnya bulat,
permukaannya kasar, warnanya cokelat, berkayu dan bergetah, percabangan simpodial.
Daun tunggal, letaknya berhadapan, bertangkai pendek, bentuknya lanset atau jorong,
ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin, warnanya
hijau tua, panjang 7-10 cm, lebar 2-5 cm.
Bunga keluar sepanjang tahun, letaknya tersebar di batang atau ketiak daun, bentuk
tabung, berukuran kecil, berwarna putih, dan harum. Buah bentuknya bulat, diameter 3-5
cm, permukaan licin, beralur, ketika muda warnanya hijau dan merah setelah masak.
Daging buah berwarna putih, berserat, dan berair. Biji bulat, keras, berwarna cokelat.
Berakar tunggang dan berwarna kuning kecokelatan. Perbanyakan dengan cangkok dan
bijinya.

1.2. Rumusan masalah


1. Bagaimana Habitat Tanaman Mahkota Dewa?
2. Bagaimana Morfologi Tanaman Mahkota Dewa?
3. Apa saja Klasifikasi Tanaman Mahkota Dewa?
4. Apa saja Kandungan kimia mahkota dewa dan manfaatnya?

5. Bagaiman Cara Mengolah simplisia Mahkota Dewa?

6. Bagaimana Penyiapan simplisia mahkota dewa?

7. Apa saja Khasiat buah mahkota dewa beserta pengolahannya secara tradisional?

8. Bagaimana cara budidaya tanaman mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)?

9. Bagaimana Uji aktifitas biologi mahkota dewa ( Phaleria macrocarpa?

1.3. Tujuan
1. Siswa mampu mengetahui Habitat Tanaman Mahkota Dewa
2. Siswa mampu mengetahui Morfologi Tanaman Mahkota Dewa
3. Siswa mampu mengetahui Klasifikasi Tanaman Mahkota Dewa
4. Siswa mampu mengetahui Kandungan kimia mahkota dewa dan manfaatnya

5. Siswa mampu mengetahui Cara Mengolah simplisia Mahkota Dewa

2 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
6. Siswa mampu mengetahui Penyiapan simplisia mahkota dewa

7. Siswa mampu mengetahui Khasiat buah mahkota dewa beserta pengolahannya


secara tradisional

8. Siswa mampu mengetahui bagaimana cara membudidaya tanaman mahkota dewa


(Phaleria macrocarpa)

9. Siswa mampu mengetahui bagaimana Uji aktifitas biologi mahkota dewa


( Phaleria macrocarpa)

1.4. METODE PENULISAN


Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode observasi yaitu dengan
penjabaran masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur
yang ada, baik di perpustakaan maupun internet.

BAB II
ISI

3 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
Mahkota dewa atau yang nama latinnya Phaleria macrocarpa merupakan tanaman
yang hidup di daerah tropis yang sudah sejak lama digunakan sebagai obat untuk
mengatasi berbagai keluhan penyakit seperti diabetes, darah tinggi, liver, dan lain-lain.
Bagian tanaman yang bisa dimanfaatkan yaitu daging dan kulit buah serta bagian
daun. Buah mahkota dewa tidak tumbuh sepanjang musim, pemanfaat buah untuk obat
bisa dilakukan ketika buah sudah berwarna merah sebagai tanda bahwa buah sudah masak.
Bagian daun dan kulit buah bisa digunakan untuk obat baik dalam keaadaan segar atau
sudah dikeringkan, sedangkan daging buah harus melalui proses pengeringan terlebih
dahulu.
Awalnya, mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) di budidayakan sebagai tanaman
hias dan digunakan untuk tanaman peneduh, tetapi saat ini tanaman mahkota dewa berguna
untuk salah satu tanaman obat tradisional yang dikenal merupakan obat asli indonesia.
Sampai saat ini telah banyak penyakit yang berhasil disembuhkan tergantung pada
bagian tanaman yang digunakan biasanya memberikan efek yang berbeda terhadap jenis
penyakit yang dapat di obati/disembuhkan. Bagian yang digunakan atau yang paling sering
digunakan adalah daunnya, daunnya biasa di gunakan dengan cara merebusnya. Penyakit
yang dapat di obati yaitu disentri, alergi dan tumor. Kulit dan daging buah juga digunakan
untuk pengobatan flu,rematik dan kanker rahim. Beberapa keunggulan dari mahkota dewa
ini menjadikannya salah satu tanaman obat yang mendapatkan perhatian cukup besar untuk
terus di kembangkan.
2.1. Habitat Tanaman Mahkota Dewa

Mahkota dewa telah dikenal puluhan tahun yang lalu di Negara China. Di China
mahkota dewa disebut dengan nama Shuan Tao. Selain di China, di Indonesia pada
awalnya mahkota dewa tumbuh di Papua. Tetapi di masyarakat lokal mahkota dewa tidak
di anggap sebagai tanaman berkhasiat, sehingga mahkota dewa banyak dibiarkan dan
berkembang sebagai tanaman liar.
Mahkota dewa dinamai berdasarkan tempat asalnya, yaitu Phaleria Papuana.
Namun, ada pula yang memberikan nama berdasarkan ukuran buahnya yang besar
(makro), yaitu Phaleria Macrocarpa. Sebutan atau nama lain untuk mahkota dewa cukup
banyak. Ada yang menyebut dengan nama Pustaka Dewa, Derajat, Mahkota Ratu,
Mahkota Raja, Trimahkota, dan masih banyak lagi. Di Jawa Tengah, orang orang
menyebutnya dengan nama Makuto Mewo, Makuto Rojo DAN Makuto Ratu. Ada pula
orang banten yang menyebut mahkota dewa dengan sebutan Raja Obat. (Turyanto : 2009)
4 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
Tumbuhan mahkota dewa juga dinamakan sebagai simalakama, karena berkhasiat sebagai
obat dan berpotensi sebagai racun. Aspek penting lainnya adalah mendetoksifikasi
berbagai macam racun di dalam tubuh, seperti buangan metabolik, alkohol, residu
insektisida, obat-obatan atau bahan-bahan kimia berbahaya lainnya. Proses detoksifikasi
ini dilakukan oleh enzim mikrosomal hepatik yang sebagian besar terletak di retikulum
endoplasmik halus dari periacinar.
Sistem ini akan mengkonversi senyawa hidrofobik (larut dalam lemak) yang secara
alami sulit dieliminasi oleh tubuh, menjadi senyawa hidrofilik (larut dalam air) agar dapat
diekskresi ke dalam empedu atau urin. Prosesnya dengan mengubah senyawa polar
menjadi molekul-molekul atau modifikasi lainnya, kemudian digabungkan dengan
senyawa kimia lain sehingga dapat larut dalam air. Ironisnya dalam proses detoksifikasi
tersebut, hati terkadang justru merubah bahan berbahaya menjadi lebih beracun dan
merusak sel-selnya sendiri.
Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya kerusakan struktur hepatosit dengan
rentang mulai pembengkakan seluler seperti lipidosis sampai nekrosis. Pada kasus
keracunan berat, kegagalan fungsi hati umumnya menyebabkan kematian dalam 12 –24
jam. Popularitas mahkota dewa menyebabkannya banyak dikonsumsi masyarakat sebagai
obat tradisional, baik secara tunggal maupun dicampur dengan obat-obatan tradisional
lainnya. Dikhawatirkan tumbuhan mahkota dewa yang dikonsumsi masyarakat sebagai
obat tradisional, akan menimbulkan efek samping saat dikonsumsi dalam jumlah besar.
2.2. Morfologi Tanaman Mahkota Dewa

Tanaman mahkota dewa (Phaleria Macrocarpa) masuk dalam famili Thymelaece.


Tanaman ini bias ditemukan dan ditanam di pekarangan rumah, di kebun dan di jalan
sebagai tanaman peneduh. Tanaman mahkota dewa ternyata bukan sekedar pohon
penghijauan yang sekaligus berfungsi untuk peneduh. Hampir semua bagian dari tanaman
ini mengandung khasiat yang besar pengaruhnya bagi dunia pengobatan alternatif. Bagian-
bagian tanaman ini bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Berikut ini bagian-
bagian dari tanaman mahkota dewa :
 Batang

Batangnya terdiri dari kulit dan kayu. Kulit batang berwarna cokelat kehijauan,
sementara kayunya berwarna putih. Batang mahkota dewa bergetah. Diameternya dapat
mencapai 15cm dan percabangan batang cukup banyak.
5 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
 Daun

Daun mahkota dewa merupakan daun tunggal. Bentuknya lonjong, langsing,


memanjang, dan berujung lancip. Hampir menyerupai bentuk daun jambu air, tetapi lebih
langsing. Teksturnya pun lebih liat dan warnanya hijau. Daun tua berwarna lebih gelap
daripada daun muda. Permukaannya licin dan tidak berbulu. Permukaan bagian atas
berwarna lebih tua daripada permukaan bagian bawah. Panjang daun bisa mencapai 7-
10cm dengan lebar 3-5cm.
 Bunga

Bunga mahkota dewa merupakan bunga majemuk yang tersusun dalam kelompok
2-4 bunga. Pertumbuhan bunga menyebar di batang atau ketiak daun. Warnanya putih,
bentuknya seperti terompet kecil, dan baunya harum. Ukurannya kira-kira sebesar bunga
pohon cengkeh. Bunga ini keluar sepanjang tahun atau tak kenal musim, tetapi paling
sering tumbuh pada musim hujan.
 Buah

Buah mahkota dewa merupakan cirri khas tanaman mahkota dewa. Bentuknya
bulat, permukaan licin dan beralur. Pada malam hari, jika terkena sinar lampu tampak
seperti berkilau. Buahnya mampu tumbuh dengan lebar. Buah mahkota dewa terdiri dari
kulit, daging, cangkang dan biji. Buah mahkota dewa saat muda berwarna hijau,
sedangkan saat tua, warnanya menjadi merah marun. Ketebalan kulit sekitar 0,5-1mm.
Daging buah berwarna putih. Ketebalan daging bervariasi, tergantung pada ukuran buah.

 Cangkang

Cangkang buah adalah batok pada buah. Jadi, cangkang merupakan bagian buah
yang paling dekat dengan biji. Cangkang buah berwarna putih dan ketebalannya bisa
mencapai 2mm. Rasa cangkang buah sepat-sepat pahit, tetapi setelah matang rasanya
sepat-sepat manis.
 Biji

Biji mahkota dewa merupakan bagian yang paling beracun, biji buah berbentuk
bulat, dan berwarna putih. Diameternya mencapai 2cm. (Turyanto : 2009).

6 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
2.3. Klasifikasi Tanaman Mahkota Dewa
Tanaman yang awalnya ditanam sebagai tanaman peneduh ini tergolong dalam
suku atau famili Thymelaeacea dan marga Phaleria. Dalm taksonomi tumbuhan,
tanaman yang memiliki nama dagang mahkota dewa dan nama daerah simalakama
(Sumatera/Melayu) atau makuto dewo (Jawa) diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Thymelaeaceae
Genus : Phalero
Spesies : Phaleria macrocarpa

2.4. Kandungan kimia Mahkota Dewa dan manfaatnya

Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian yang telah dilakukan terhadap tanaman
mahkota dewa. Ditemukan beberapa zat aktif pada beberapa bagian tanaman seperti buah,
batang, dan daun dimana zat tersebut terkandung dalam jumlah banyak, ternyata bisa
memberikan manfaat yang cukup besar terhadap tubuh manusia. Zata aktif yang
terkandung dalam mahkota dewa antara lain :

1. Alkaloid

Zat ini memiliki sifat detoksifikasi sehingga dapat menetralisir sejumlah


racun dalam tubuh.

2. Saponin

Zat ini tergolong memiliki cukup banyak manfaat bagi tubuh, yaitu :

 Bersifat anti-bakteri dan anti-virus.


 Membantu meningkatkan vitalitas tubuh

 Menurunkan kadar gula darah

 Meningkatkan sistem kekebalan tubuh


7 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
 Mengurangi terjadinya penggumpalan darah pada aliran darah dalam tubuh.

3. Flavonoid

Manfaatnya bagi tubuh yaitu :

 Menurunkan resiko penyakit jantung koroner


 Membantu mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah
sehingga aliran darah dari dan ke jantung tetap lancar.

 Bersifat anti-oksidan

 Bersifat anti-radang (anti-inflamasi)

 Mengurangi rasa sakit ketika terjadi pendarahan ataupun pembengkakan

4. Polifenol

Berperan sebagai antihistamin atau antialergi. Dalam menjadikan bagian


dari tanaman seperti buah dan daun sebagai obat, anda tidak bisa secara langsung
mengkonsumsinya, tapi bagian-bagian tersebut harus diolah terlebih dahulu. Hal ini
dikarenakan mahkot dewa termasuk dalam tanaman yang keras dan mengandung
racun. Cara pengolahan secara umum yaitu dengan cara mengeringkan baik
buah,batang,ataupun daunnya.

2.5. Cara Mengolah simplisia Mahkota Dewa


Tanaman mahkota dewa telah lama dikenal di Negeri China dengan nama Shian
Tao. Penduduk China telah lama menggunakannya sebagai tanaman obat. Biasanya diracik
dalam bentuk ramuan obat gajin. Manfaatnya cukup beragam antara lain sebagai anti-
radang, anti-oksidan, penurun panas, penghilang rasa sakit, penurun kolesterol dan masih
banyak lagi lainnya. Di Indonesia sendiri, mahkota dewa dikenal berasal dari tanah Papua
Irian Jaya. Dahulu, tanaman ini ditakuti sebab dikenal beracun. Masyarakat
menganggapnya gulma. Sering dengan waktu, masyarakat memanfaatkannya sebagai
tanama hias berkat bunganya yang cantik dan harum serta sebagai tanaman obat berkat
khasiatnya yang ampuh. Untuk mendapatkan khasiat ini, penting untuk mengetahui cara
mengolah mahkota dewa itu sendiri.

8 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
 Bagian Buah
Jika berbicara mengenai tanaman obat mahkota dewa, maka bagian yang paling
banyak dimanfaatkan adalah buah. Buah mahota dewa atau yang bernama latin Simplisia
Phaleriae Fructus, memiliki betuk fisik bulat dengan warna hijau saat muda dan merah
cerah pada saat matang. Buah mahkota dewa terdiri dari kulit bah, daging buah, cangkang
biji buah dan biji buah. Dari bagian ini yang paling dihindari adalah biji buah sebab cukup
beracun.
Cara mengolah mahkota dewa pada bagian buah cukup mudah. Biasanya daging
buah yang segar dipotong menjadi bagian yang lebih kecil kemudian dikeringkan. Setelah
kering, daging buah mahkota dewa tersebut direbus (untuk penyakit tertentu biasanya
dicampur dengan bahan obat lainnya) dan air hasil rebusan tersebutlah yang kemudian
dikonsumsi.
Bagian buah mahkota dewa ini bisa digunakan untuk menyembuhkan berbagai
penyakit antara lain diabetes, rematik, kangker payudara juga kangker rahim, asam urat,
hepatitis, disentri dan masih banyak lagi lainnya. Bagi Anda yang menghendaki
kepraktisan, saat ini telah banyak dikembangkan teh buah mahota dewa yang terbuat dari
kulit serta daging buah. Untuk mendapatkan khasiatnya, Anda tinggal menyeduhnya
dengan air panas.
 Bagian Batang
Bagian lain dari tanaman mahkota dewa yang biasa dimanfaatkan sebagai bahan
obat herbal adalah bagian batang. Bentuk fisik batang ini bulat dengan permukaan kasar,
warnanya coklat dan berkayu, memiliki sistem percabangan simpodial. Bagian batang ini
bergetah dan dipercaya bisa menyembuhkan penyakit serius seperti kangker tulang.Cara
mengolah mahkota dewa bagian batang cukup sederhana. Batang terlebih dahulu dikuliti
dan dikeringkan kemudian direbus. Air rebusan tersebutlah yang digunakan sebagai obat.
 Bagian Daun
Selain bagian buah dan juga batang, bagian lain dari tanaman mahkota dewa yang
banyak digunakan sebagai bahan obat adalah daun. Daun ini dikenal berkhasiat mengobati
penyakit seperti eksim, lemah syahwat, disentri, alergi, tumor dan masih banyak
lainnya. Cara mengolah mahkota dewa pada bagian daun cukup sederhana tergantung pada
jenis penyakit yang hendak Anda obati. Misalnya eksim, langkahnya cukup sederhana,
cukup lumatkan daun mahkota dewa kemudian balurkan pada kulit yang terkena eksim

9 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
sebanyak dua kali sehari. Sedangkan pada penyakit semisal lemah syahwat, disentri, alergi
dan tumor, cara mengolahnya dengan direbus dan diminum.

2.6. Penyiapan simplisia mahkota dewa


Untuk buah mahkota dewa perlakuan pascapanen meliputi: penyortiran,
pencucian, pengirisan, pengeringan. Bila diinginkan membuat serbuk maka
setelah proses pengeringan dilakukan penyangraian terlebih dahulu baru digiling
halus menjadi serbuk.
Pada waktu pembelahan buah, biji dan cangkang yang terdapat didalamnya harus
dibuang karena agak beracun. Proses pengolahan buah harus dilakukan sesegera
mungkin, karena bila ditunda akan menurunkan kualitasnya terutama kandungan zat
berkhasiatnya. Penyortiran dilakukan terhadap keadaan bahan, buah dipilih yang baik
dan tidak dalam keadaan rusak akibat adanya serangan hama. Setelah dilakukan
pencucian, buah ditiriskan dan diangin-anginkan sampai air yang menempel kering
sempurna. Pengirisan dilakukan dengan menggunakan pisau stainless steel dengan
ketebalan 3-5 mm. Pengeringan bisa dilakukan secara bertahap atau langsung bisa
dikeringkan dengan penjemuran menggunakan alas tikar dengan ketebalan yang merata
dan tidak terlalu tebal atau menggunakan alat pengering mekanik atau oven dengan
suhu sekitar 40-50oC. Selama proses penjemuran sebaiknya selalu dilakukan
pembalikan untuk mendapatkan hasil pengeringan yang merata.

2.7. Khasiat buah mahkota dewa beserta pengolahannya secara tradisional

 Obat Diabetes Mellitus


Cara Pembuatan :
Ambil buah mahkota dewa yang telah matang sebanyak 5 – 6 buah, lalu iris tipis dengan
menggunakan pisau dan cuci bersih.
Rebus bahan yang telah di iris-iris dalam 5 gelas air, didihkan, dan biarkan air rebusan
tersisa untuk 3 gelas.
Saring air rebusan, dan dinginkan.
Cara Pengobatan :
Minum air rebusan yang telah didinginkan 3 kali sehari.
10 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
 Untuk Obat Kanker dan Tumor
Cara membuat :
Ambil beberapa buah mahkota dewa, untuk diiris tipis lalu keringkan.
5 gram daging buah mahkota dewa yang telah kering di campur dengan 15 gram temu
putih,
10 gram sambiloto kering dan 15 gram cakar ayam kering, cuci bersih semua bahan.
Rebus semua bahan ke dalam 5 gelas air, sampai air rebusan tersisa 3 gelas.
Saring air rebusan, dan dinginkan.
Cara Pengobatan :
Minum ramuan yang telah dingin 1 jam sebelum makan. Dengan dosis satu gelas dan
maksimal 3 gelas sehari.

 Untuk Obat Hepatitis


Cara membuat:
Campur 5 gram daging buah mahkota dewa kering dengan 15 gram pegagan, 10gram
sambiloto kering dan 15 gram daun dewa, cuci bersih semua bahan.
Masak semua bahan yang telah dicampur dengan 5 gelas air sampai air rebusan tersisa
sekitar 3 gelas.
Saring air rebusan, tunggu sampai dingin.
Cara pengobatan :
Minum air rebusan yang telah disaring 3 kali sehari masing-masing 1 gelas.

 Rematik dan Asam urat


Cara membuat :
Campur 5 gram daging buah mahkota dewa dengan 15 gram akar sidaguri, 10 gram
sambiloto kering, cuci bersih semua bahan.
Rebus semua bahan dalam 5 gelas air sampai air rebusan tersisa hingga 3 gelas.
Saring air rebusan, tunggu sampai dingin.
Cara pengobatan :
Minum 3 kali sehari masing-masing 1 gelas. Ramuan diminum sekurang-kurangnya 1 jam
sebelum makan.

 Untuk Penyembuhan kanker payudara

11 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
Bahan

a. Daging buah mahkota dewa : 5gram


b. Umbi kunyit putih : 15gram
c. Sambiloto kering : 10gram
d. Daun dewa : 15gram

Cara Pembuatan

a. Buah mahkota dewa dipotong-potong


b. Semua bahan dicuci bersih lalu direbus dengan 5 gelas air
c. Angkat dan saring ramuan setelah tinggal 3 gelas.

2.8. BUDIDAYA TANAMAN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa)

Beberapa mahkota dewa memiliki beberapa keunggulan yang menjadikannya


sebagai salah satu tanaman obat yang mendapatkan porsi sangat penting untuk terus
dikembangkan. Membudidayakan mahkota dewa tidak sulit. Tanaman ini dapat hidup
dengan baik di daerah beriklim tropis. dengan produksi buah yang tidak mengenal musim,
menjadikan mahkota dewa sebagai penambah pendapatan bagi pembudidayaan asalkan
dilakukan secara intensif dan profesional. Mahkota dewa dapat dibudidayakan pada
ketinggian 10-1200 Mdpl. Lokasi pembudidayaannya sebaiknya di daerah yang jauh dari
polusi. Hal ini dilakukan agar tanaman tidak tercemar oleh unsur-unsur polutan berupa
logam berat, arsen, dll. Untuk kegiatan konservasi tanah, mahkota dewa dapat ditanam di
bibir teras pengolahan lahan. Tujuannya, adalah sebagai tanaman penguat teras,
menghindari erosi, dan longsor. Selain itu, penanaman mahkota dewa dapat ditumpangsari
dengan tanaman obat lain. Dalam budidaya mahkota dewa, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan agar terhindar dari resiko yang tidak diinginkan, yaitu pengolahan lahan,
pengadaan bibit, penanaman, perawatan, panen,dan pasca panen (Winarto, 2003).
A. Pengolahan Tanah

Tanah lebih dulu digemburkan serta diberi pupuk dasar yang berupa pupuk
kandang. Takaran pupuk kandang yang diberikan adalah 20ton/ha. Sebagai tanaman keras,
mahkota dewa membutuhkan membutuhkan lubang tanam. Lubang tanam digali (30x
30x30 ) cm. Tanah galian ditumpuk terpisah antara tanah lapisan atas dan tanah lapisan

12 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
bawah. Lubang tanam dibiarkan terbuka selama minimal seminggu agar terkena udara
luar, sinar matahari, dan hujan.
B. Pengadaan Bibit

Salah satu aspek penting dalam budidaya mahkota dewa adalah penyiapan bibit.
Bibit yang baik akan memberikan hasil yang baik pula selain didukung oleh faktor lain.
Dalam budidaya mahkota dewa, ada dua jenis bibit yang dapat digunakan, yaitu bibit dari
fase generatif (biji) dan bibit dari fase vegetative (stek batang atau cangkok).
C. Penanaman

Penanaman mahkota dewa tidak tergantung musim, meski demikian, perawatan


tanaman merupakan kegiatan yang harus dilakukan setiap petani, terlebih bila usaha
budidaya tersebut berorientasi pada hasil yang baik.
D. Penyulaman

Penyulaman dilakukan bila ada tanaman yang mati atau pertumbuhannya tidak
normal untukdigantikan dengan tanaman yang baik.
E. Pemupukan

Pada prinsipnya pupuk yang diberikan pada tanaman obat dianjurkan berasal dari
bahan alami atau pupuk organik seperti pupuk bokasi. Penggunaan pupuk kimia atau
anorganik tidak dianjurkan karena menimbulkan residu kimia yang dapat muncul pada
buah. Padahal buah mahkota dewa dimanfaatkan sebagai bahan obat. Tentu saja hal ini
akan sangat berpengaruh pada kesehatan penggunaannya.
F. Penyiraman

Penyiraman perlu dilakukan pada saat tanam dan sesudah tanam saat tanaman
masih kecil. Hanya saja bila hari hujan, penyiraman tidak perlu dilakukan. Setelah
tanaman berumur 6 bulan sesudah tanam, penyiraman relatif tidak diperlukan karena
jangkauan perakarannya sudah dalam.
G. Penyiangan

Penyiangan harus dilakukan secara berkala sepanjang tahun karena mahkota dewa
termasuktanaman tahunan. Penyiangan dilakukan melihat gulma yang tumbuh di sekitar
tanaman. Umumnya penyiangan pada mahkota dewa dilakukan 3-4 kali.
H. Penanganan hama dan penyakit

13 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
Mahkota dewa mempunyai musuh alami berupa hama pengganggu. Hama yang
biasanya muncul adalah belalang, kutu putih, dan ulat buah. Hama ulat buah memang
masih jarang menyerang tanaman mahkota dewa. Sampai saat ini belum ada penelitian
atau hasil pengamatan yang menyimpulkan adanya serangan penyakit-penyakit penting
pada tanaman mahkota dewa. Beberapa gejala serangan penyakit seperti busuk buah oleh
jamur Phytoptora infestans memang terkadang tampak, tetapi masih sangat terbatas dan
kemunculannya sering disebabkan oleh tanaman yang terlalu banyak ternaungi. Sementara
penyakit lain belum pernah tercatat atau dilaporkan. Pengendalian hama dan penyakit pada
tanaman mahkota dewa disarankan dengan pengendalian terpadu dan mengurangi
penggunaan pestisida anorganik karena dikhawatirkan akan menimbulkan efek
farmakologis pada tanaman dan mengurangi kualitas simplisia yang dihasilkan.
I. Panen dan Pasca Panen

a. Panen
Ciri buah mahkota dewa yang siap dipetik antara lain: kulit buah sudah berwarna merah
marun dan berbau manis seperti aroma gula pasir.

b. Pasca Panen
Setelah di panen, setiap bagian tanaman mahkota dewa,terutama yang berkhasiat obat,
diberi perlakuan tertentu. Perlakuan tersebut meliputi penyortiran, pencucian, pemotongan,
pengeringan, penyangraian, dan perebusan yang segera dilakukan setelah mahkota dewa di
panen. Perlakuan ini tidak boleh ditunda-tunda karena penundaan dapat mempengaruhi
khasiat mahkota dewa. Setelah disortir, buah terpilih dibersihkan dengan air mengalir yang
bersih, buah yang sudah bersih dapat langsung diangin-anginkan selama sehari, lalu di
jemur di bawah sinar matahari sambil sering di bolak balik.

Pengeringan buah secara utuh ini memang agak sulit, tetapi mempermudah dalam
pengonsumsiannya. Konsumen asing sering memesan buah mahkota dewa utuh yang
sudah kering untuk memudahkan pengenalan penampilan buah. Selain bentuk utuh,
buahpun dapat diberi perlakuan pengeringan setelah dipotong-potong agar cepat kering.
Namun, pemotongan buah dilakukan setelah dibersihkan. Pengeringan buah ini
berlangsung sekitar 3-4 hari. Ciri khusus tanaman yang sudah kering adalah berat buahnya
sudah berkurang. Misalnya, berat awal saat masih segar 1 kg menjadi 2-3ons kering atau
beratnya menyusut 70-80%.

14 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) termasuk dalam famili Thymelaece.


Tanaman ini bisa ditemukan ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias atau di kebun-
kebun sebagai tanaman peneduh. Asal tanaman mahkota dewa masih belum diketahui.
Menilik nama botaninya (Phaleria papuana), banyak orang yang memperkirakan tanaman
ini populasi aslinya dari tanah papua Irian Jaya. Disana memang bisa ditemukan tanaman
ini. Mahkota dewa tumbuh subur ditanah yang gembur dan subur pada ketinggian 10-1200
mdpl.

15 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
Tanaman mahkota dewa berupa perdu menahun yang tumbuh tegak dengan tinggi
1-2,5 m. Batangnya bulat, permukaannya kasar, warnanya cokelat, berkayu dan bergetah,
percabangan simpodial. Daunnya tunggal, letaknya berhadapan, bertangkai pendek,
bentuknya lanset atau jorong, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip,
permukaan licin, warnya hijau tua, panjang 7-10 cm, lebar 2-5 cm. Bunga keluar sepanjang
tahun, letaknya tersebar di batang atau ketiak daun, bentuk tabung, berukuran kecil,
berwarna putih dan harum (Anonim, 2009).

Buah mahkota dewa bentuknya bulat dengan diameter 3-5 cm. Permukaan buah
licin, dan beralur. Ketika muda, warna buah hijau dan setelah masak, warnanaya berubah
menjadi merah. Daging buah berwarna putih, berserat dan berair. Biji bulat, keras,
berwarna cokelat. Berakar tunggang dan berwarna kuning kecoklatan. Perbanyakan
dengan cangkok dan bijinya.

Bagian tanaman mahkota dewa yang dimanfaatkan sebagai obat adalah daun,
daging, dan kulit buahnya. Daun dan kulit buah bisa digunakan segar atau yang telah
dikeringkan, sedangkan daging buah digunakan setelah dikeringkan.

Daun mahkota dewa mengandung antihistamin, alkoloid, saponin dan polifenol


(lignan). Kulit buah mengandung alkaloid, saponin dan flavonoid. Dan buah mahkota
dewa mengandung beberapa zat aktif seperti (Anonim, 2009) :
1. Alkaloid yang bersifat detoksifikasi sehingga dapat menetralisir racun di dalam tubuh.
2. Saponin, yang bermanfaat sebagai: sumber anti bakteri dan anti virus, meningkatkan
system kekebalan tubuh, meningkatkan vitalitas, mengurangi kadar gula dalam darah, serta
mengurangi penggumpalan darah.
3. Flavonoid yang bermanfaat dalam melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh dan
mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, mengurangi kandungan
kolesterol serta mengurangi penumbunan lemak pada dinding pembuluh darah,
mengurangi kadar risiko penyakit jantung koroner, mengandung antiinflamasi
(antiradang), berfungsi sebagai anti-oksidan, serta membantu mengurangi rasa sakit jika
terjadi pendarahan atau pembengkakan
4. Polifenol yang berfungsi sebagai antihistamin (antialergi)

Untuk hasil pengujian aktivitas ekstrak biji mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)
menunjukan bahwa ekstrak air dan ekstrak etanol mempunyai aktivitas sebagai antibakteri,

16 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
yang ditunjukan dengan terdapatnya diameter daerah hambat pada media biakan
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa lebih besar.

3.2. SARAN

Kami menyadari sepenuhnya bahwa, makalah ini tidak akan tercapai tanpa
bantuan dan dukungan dari dosen pembimbing, sumber-sumber, dan teman-teman. Untuk
itu, kami sangat harapkan kritik dan saran guna membenahi makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

 Anonim. 2009. Mahkota Dewa. . Diakses tanggal 5 Desember 2009.

 Erlan. 2005. Pengaruh berbagai media terhadap pertumbuhan bibit mahkota dewa
(Phaleria macrocarpha (Scheff.) Boerl.) di polibag. Jurnal Akta Agrosia 7: 72-75.

 Harmanto, N. 2001. Mahkota Dewa Obat Pusaka Para Dewa. Agromedia Pustaka,
Jakarta.

 Lakitan, B. 1995. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja


Grafindo Persada, Jakarta.

17 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)
 Sutedjo, M.M., A.G. Kartasapoetra, dan R.D.S. Sastroatmodjo. 1991. Mikrobiologi
Tanah. PT. Rieneka Cipta, Jakarta.

 Thomas. 1995. Pengaruh Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Penggunaan


Air pada Bibit Karet Klon GT 1. Sembawa, Sumatera Selatan.

 Wijaya, M. Reza dan Tuherkih. 1994. Pengelolaan Pembibitan Tanaman Buah.


Penebar Swadaya, Jakarta.

 Winarto, W.P. 2003. Mahkota Dewa, Budidaya dan Pemanfaatan untuk Obat.
Penebar Swadaya, Jakarta.

18 | M A H K O T A D E W A ( Phaleria macrocarpa)

Anda mungkin juga menyukai