Med Pedo
Med Pedo
PEMBAHASAN
2.1 Formokresol
Formokresol merupakan golongan aldehid dan menjadi salah satu pilihan dalam
perawatan pulpa. Bahan ini diperkenalkan oleh Buckley pada tahun 1904 dan sejak saat itu telah
digunakan sebagai medikasi untuk perawatan pulpa dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.
Teknik pulpotomi dengan menggunakan formokresol digunakan oleh Sweet sebagai suatu
modifikasi metode perawatan pulpa pada tahun 1930. Saat itu, Sweet melaporkan bahwa adanya
keberhasilan penggunaan bahan ini sebesar 97 % pada 16.651 kasus.4
• Komposisi Bahan
• Gliserin ( 15 % )
• Aqua
Gambar 1:
Sediaan formokresol.
Komponen aktif dari formokresol adalah formaldehid dan kresol. Formaldehid
memiliki sifat yang dapat mengiritasi jaringan, sehingga penggunaannya dalam rongga
mulut harus hati-hati. Para peneliti menyimpulkan bahwa formokresol tidak menimbulkan
bahaya bagi kesehatan manusia apabila penggunaannya masih dalam jumlah yang tepat.
Bahan kresol yang ditambahkan pada formaldehid bertujuan untuk mengurangi aksi
iritan formaldehid terhadap jaringan. Selain itu, kresol sendiri dapat berperan sebagai
desinfeksi yang cukup efektif. Kedua bahan ini, formaldehid dan kresol, merupakan bahan
zat antiseptik yang efektif terhadap bakteri. Dimana zat antiseptik tersebut dapat bersifat
bakterisid atau bakteriostatik yang dapat ditentukan dari konsentrasinya. Zat antiseptik
dengan konsentrasi yang kecil dapat berperan sebagai bakteriostatik, sedangkan antiseptik
dengan konsentrasi yang besar dapat bersifat bakterisid.3
Gliserin yang juga ditambahkan dalam larutan ini, digunakan sebagai pengemulsi dan
mencegah polimerisasi formaldehid menjadi paraformaldehid. Dimana paraformaldehid
yang terbentuk jika tidak ada gliserin ini, dapat menyebabkan larutan menjadi keruh.2
Mensukhani melaporkan suatu penelitian secara histologis pada 43 gigi sulung dan gigi
tetap yang telah dilakukan perawatan pulpotomi vital dengan formokresol dan setelah 7-14
hari terlihat tiga zona yang berbeda, yaitu:4
• Zona konsentrasi sel-sel radang yang luas, yang dijumpai di bawah zona pale staining
kea rah apeks gigi.
Pruhs menyatakan bahwa formokresol adalah bahan germicidal kuat yang dapat
menyebabkan fiksasi dari jaringan vital. Ketika ditempatkan pada sisi yang diamputasi,
formokresol menyebabkan nekrose koagulasi dari jaringan yang secara langsung berkontak
dengannya. Selanjutnya formokresol merembes ke saluran akar sehingga menyebabkan
perluasan reaksi jaringan yang diikuti dengan berkurangnya jumlah sel dan perubahan bentuk
morfologi pulpayang diakibatkan proses kalsifikasi dan resorpsi. Sekitar ujung akar terjadi
penumpukan sel-sel inflamasi dan pembentukan jaringan fibrous yang diikuti dengan
penyembuhan pada ujung akar. Reaksi ini terjadi empat hari setelah dilakukan perawatan
pulpotomi vital.4
Berdasarkan evaluasi mikroskopik yang dilakukan Emmerson, dkk pada tahun 1959,
tentang perbedaan lamanya waktu pemberian formokresol ketika melakukan perawatan
pulpotomi vital, diketahui bahwa fiksasi dari jaringan pulpa vital dapat terjadi dalam waktu
lima menit.
Kelebihan Formokresol
Dengan adanya kandungan kresol dalam larutan formokresol, maka larutan ini
memiliki efek antiseptic yang dapat membunuh bakteri dengan baik. disamping itu,
formokresol ini dapat mengkoagulasi protein sehingga dapat berperan sebagai bakterisid
yang kuat dan kaustik. Sifat kaustik inilah yang dapat menyebabkan fiksasi bakteri dan
jaringan pada sepertiga bagian atas pulpa yang terlibat.2
Kekurangan Formokresol
Beberapa penelitian klinis menyatakan bahwa medikamen yang tergolong aldehid ini
tidak terlalu efektif untuk mencegah atau mengendalikan rasa nyeri pada pemakaian
medikamen intrakanal. Larutan ini juga dikhawatirkan tingkat toksisitasnya baik secara local
maupun sistemis.3
Dikatakan pula bahwa meskipun zat ini dapat memfiksasi jaringan, tapi aldehid tidak
begitu efektif dalam memfiksasi jaringan nekrotik atau jaringan yang mengalami
dekomposisi. Bahkan pada kenyataannya, ketika jaringan nekrotik terfiksasi oleh aldehid,
jaringan tersebut akan lebih toksik dan antigenic. Disamping itu, Menurut Ansari & Ranjpour
(2010), kegagalan formokresol lebih tinggi dibandingkan mineral trioxide aggregate sebab
pada penggunaan formokresol akan terjadi resorpsi internal.2-3
Gambar 4: Kegagalan perawatan pulpotomi dengan menggunakan formokresol pada molar pertama desidui
rahang bawah. Akar mengalami resorpsi dan adanya kehilangan tulang interradikular (tanda panah).
Kalsium hidroksida pertama kali diperkenalkan oleh Herman pada tahun 1930, sebagai
satu-satunya obat yang dapat memacu penyembuhan biologis dan pembentukan barier jaringan
keras diatas pulpa radikular yang telah diamputasi. Karena sifat basanya (PH 12), bahan ini
sangat kaustik sehingga bila berkontak dengan pulpa vital akan menyebabkan nekrosis pada
lapisan superficial pulpa.
Dari sejumlah bahan yang dipelajari secara eksperimental oleh Hunter, kalsium
hidroksida merupakan salah satu bahan yang dapat menghasilkan jembatan dentin. Menurut
Hunter, kedua anion kalsium dan magnesium merangsang pembuatan jembatan karena pH
tinggi kedua bahan tersebut dan kation kelihatannya tidak begitu penting selama tetap
lemah.2
Pulpotomi diindikasikan pada gigi permanen anak – anak yang melibatkan pulpa
dengan apeks akarnya belum terbentuk sempurna. Pada kasus semacam itu, ekstirpasi pulpa
dan obturasi dikontraindikasikan karena akar belum matang/immature dan foramen masih
terbuka lebar dan ektraksi tidak dibenarkan karena mempengaruhi erupsi gigi sebelahnya dan
perkembangan lengkung gigi. Foramen yang terbuka merupakan kontraindikasi untuk terapi
saluran akar dan harus ditangguhkan sampai foramen menjadi matang/dewasa. Prosedur
pulpotomi memungkinkan penyelesaian apeksogenesis, maturasi fisiologik akar. Bahkan bila
hanya 3 atau 4 mm bagian apikal jaringan pulpa masih vital, apeks akar dapat menyelesaikan
pertumbuhannya.3
Pulpotomi harus dilakukan pada gigi yang sehat, pulpa hiperemik atau terinflamasi
ringan seperti gigi permanen anterior pada anak dengan apes terbuka lebar yang mengalami
fraktur waktu olahraga atau kecelakaan mobil, atau gigi posterior anak dengan apeks terbuka
lebar yang mempunyai pembukaan karies kecil yang asimptomatik. walaupun pulpotomi
dapat dicoba pada kasus pulpitis hiperplasitk kronis terpilih, yang hanya melibatkan pulpa
mahkota, pada gigi orang muda sehat, prosedur masih diragukan karena kemampuan gigi
untuk dapat direstorasi. Pulpotomi dikontraindikasikan pada pasien yang menderita pulpitis
irreversible. Kontraindikasi pulp capping dan pulpotomi adalah sensitivitas luar biasa
terhadap panas dingin, pulpagia kronis, sensitive terhadap perkusi dan palpasi karena
penyakit pulpa, perubahan radiografik periradikular disebabkan perluasan penyakit pulpa ked
lama jarigan periapikal, dan penyempitan kamar pulpa atau saluran akar (kalsifikasi)3
Kalsium hidroksida yang pertama kali diperkenalkan oleh Herman ini, dapat memacu
penyembuhan biologis dan pembentukan barier jaringan keras diatas pulpa radikular yang
telah diamputasi. Karena sifat basanya (pH 12), bahan ini sangat kaustik sehingga bila
berkontak dengan pulpa vital akan menyebabkan nekrosis pada lapisan superficial pulpa.
Sifat iritasinya nampaknya berhubungan dengan kemampuannya dalam menstimulasi
terbentuknya barier kalsium.4
Daerah nekrosis pada lapisan superficial pulpa dibawah Ca(OH)2 ini dipisahkan dari
jaringan pulpa sehat dibawahnya oleh daerah dengan warna gelap yang terdiri atas elemen
basofil dalam Ca(OH)2. Daerah berprotein yang asli masih tetap ada. Namun berhadapan
dengan daerah ini terdapat daerah baru terdiri atas jaringan ikat kasar yang dapat disamakan
dengan tipe tulang primitif. Pada bagian perifer jaringan ikat baru ini, setelah perawatan,
secara radiografis terlihat jembatan kalsium. Jembatan ini terus meningkat ketebalannya
selama periode 12 bulan berikutnya. Jaringan pulpa dibawah jembatan kalsium tetap vital
dan pada dasarnya bebas dari sel inflamasi.2
• Memiliki sifat antimikroba dengan menghambat pertumbuhan bakteri saluran akar dan
mengubah kandungan biologis lipopolisakarida bakteri;
• Dapat membentuk suatu ‘jembatan’ yang menutup dan melindungi pulpa sehingga
dapat memelihara vitalitas pulpa;
• Mudah dibersihkan.
• Adanya resorpsi internal pada gigi yang dirawat yang disebabkan oleh adanya bekuan
darah ekstravaskuler;
• Adanya pembentukan celah di bawah jembatan dentin akibat degradasi yang terjadi
sejalan dengan waktu;
Gambar 7: Resorpsi internal (tanda panah) pada gigi molar mandibula desidui setelah perawatan pulpotomi vital
dengan menggunakan kalsium hidroksida.
Melalui hasil sebuah pemeriksaan, diketahui bahwa MTA sama dengan 80 % semen
Portland kecuali adanya tambahan 20 % oksida bismuth pada MTA yang dipercayai dapat
membantu mengubah waktu pengerasan. Adanya oksida bismuth juga dapat menghasilkan
gambaran radiografi yang lebih radiopak.7
Sifat alkali yang terdapat pada MTA juga dapat menyebabkan kalsium oksida yaitu
trikalsium silikat dan kalsium silikat dalam MTA dapat membentuk Ca(OH)2 yang beperan
dalam proses mineralisasi. Sedangkan kandungan tetrakalsium aluminoferit pada MTA
penting untuk mencegah diskolorasi. MTA dibedakan menjadi dua, yaitu GMTA (Grey
MTA) yang mengandung tetrakalsium aluminoferit dan WMTA (White MTA) yang tidak
mengandung tetrakalsium aluminoferit, sehingga WMTA tidak dapat diberikan pada gigi
yang memerlukan estetis.5
MTA merupakan semen endodonti yang biokompatibel yang dapat diindikasikan untuk
beberapa hal, seperti:5
• Sebagai bahan dressing pulpotomi pada gigi sulung yang berguna sebagai perawatan
perantara dan bersifat sementara sampai waktu erupsi gigi permanen tiba;
• Sebagai bahan pengisi saluran akar, kaping pulpa direk, apeksifikasi dan perbaikan
perforasi furkasi.
Air + MTA Ca(OH)2 + cairan jaringan Ca(OH)2 + hidroksil + karbonit dalam pulpa
↓
(fibronektin)
Jaringan teremineralisasi Adhesi dan differensiasi sel Granula kalsit
MTA yang merupakan suatu alternatif bahan baru yang dapat digunakan untuk
mempertahankan vitalitas pulpa bagian radikuler ini, memiliki beberapa kelebihan,
diantaranya yaitu:5-7
• Dapat merangsang pembentukan jaringan keras pada pulpa dan membuat terjadinya
pertumbuhan sel yang sangat baik.
• Dapat merangsang
pembentukan jembatan dentin yang lebih cepat dari kalsium hidroksida, dimana
jembatan dentin yang terbentuk lebih tebal dan merata.
Selain banyaknya kelebihan yang terdapat pada MTA, berdasarkan beberapa
penelitian, ternyata MTA juga memiliki beberapa kurangan, yaitu:5-7
• MTA harus tetap dibasahi dengan cotton pellet sehingga tidak dapat direstorasi pada
saat itu.
• Harga MTA juga cukup mahal sehingga dalam penyimpanan dan penggunaannya
harus berhati-hati agar bahan tetap dalam kondisi baik.
BAB III
PENUTUP
Adanya struktur anatomi dengan ketebalan enamel dan dentin yang lebih tipis jika
dibanding dengan gigi permanen, menyebabkan gigi sulung sering disertai dengan lesi yang telah
mencapai pulpa. Dan untuk mempertahankan gigi sulung tersebut hingga gigi permanennya
erupsi pada waktunya, maka dibutuhkan suatu perawatan pulpa, salah satunya yaitu pulpotomi
vital.
Pulpotomi vital adalah suatu tindakan pengambilan jaringan pulpa bagian koronal yang
mengalami inflamasi dengan melakukan anastesi, kemudian dilakukan pemberian medikamen di
atas pulpa yang diamputasi agar pulpa di bagian radikular tetap vital. Oleh karena adanya
hubungan gigi sulung dan gigi permanen yang sedang berkembang, maka dokter gigi diharapkan
dapat memilih bahan medikamen yang tepat untuk perawatan pulpotomi vital pada gigi sulung
tersebut. Beberapa bahan yang sering digunakan adalah formokresol, kalsium hidroksida, dan
MTA.
Berdasarkan beberapa penelitian, formokresol yang sering digunakan sebagai bahan
medikamen pada pulpotomi, dilaporkan memiliki sifat toksik dan karsinogenik pada manusia.
Sedangkan kalsium hidroksida yang digunakan sebagai bahan medikamen pada gigi sulung dapat
menyebabkan resorpsi internal yang selanjutnya akan mempengaruhi perkembangan dari gigi
permanennya. Namun dalam jangka waktu satu tahun, formokresol memberikan keberhasilan
klinis sebesar 95 %, sedangkan kalsium hidroksida hanya memberikan keberhasilan 50 % pada
beberapa kasus.
Oleh karena adanya kekurangan yang terdapat pada bahan medikamen formokresol dan
kalsium hidroksida tersebut, saat ini telah dikembangkan suatu alternatif lain yaitu Mineral
Trioxide Aggregate (MTA) yang dapat merangsang pembentukan jembatan dentin yang lebih
cepat dari kalsium hidroksida, dan jembatan dentin yang terbentuk lebih tebal dan merata. Selain
itu, MTA menunjukkan keberhasilan gambaran klinis, radiografi, dan histologi sebagai bahan
medikasi pada pulpotomi vital pada gigi sulung. Setelah dievaluasi dalam beberapa periode
waktu, MTA merupakan medikasi yang potensial dan sangat menjanjikan dalam keberhasilan
perawatan pulpotomi vital pada gigi sulung.
DAFTAR PUSTAKA
• Minasari. Morfologi gigi desidui dan gigi permanen. Medan: USU Press, 2008: 16.
• Roberson, Heymann, Swift. Sturdevant’s Art and Science of Operative Dentistry. 5th
Edition. India: Elsevier, 2009: 218-9.
• Mc Donald, Avery, Dean. Dentistry for the child and adolescent8th Edition. USA:
Mosby, 2004: 342-3.